Upload
oktyashari
View
60
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Tugas Akhir Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Oleh :
1. Angga Bohr Oktyashari (01/IPA 2)
2. Deasy Bohr Ayu Pradini (05/IPA 2)
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SLEMAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 GAMPING
Alamat : Tegalyoso, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293, Telp. (0274) 626345
Website : www.sman1gamping.sch.id; Email : [email protected]
2014
A. PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.
Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu media
yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) sampai satu
mikrometer (µm).
Koloid mempunyai sifat yang stabil, dua fase, larutan keruh, tidak dapat disaring
kecuali dengan penyaring ultra, diantara homogen dan heterogen.
B. PERBEDAAN KOLOID, LARUTAN SEJATI, SUSPENSI
Larutan Sejati
(Dispersi molekuler)
Koloid
(Dispersi koloid)
Suspensi
(Dispersi kasar)
Contoh: Larutan gula dalam air Contoh: Campuran susu
dengan air
Contoh: Campuran tepung
terigu dengan air
1) Homogen, tak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan mikroskop
ultra
1) Secara makroskopis bersifat
homogen tetapi heterogen
jika diamati dengan
mikroskop ultra
1) Heterogen
2) Semua partikelnya
berdimensi (panjang, lebar
atau tebal) kurang dari 1nm
2) Partikelnya berdimensi
antara 1nm sampai 100nm
2) Salah satu atau semua
dimensi partikelnya lebih
besar dari 100nm
3) Satu fase 3) Dua fase 3) Dua fase
4) Stabil 4) Pada umumnya stabil 4) Tidak stabil
5) Tidak dapat disaring 5) Tidak dapat disaring kecuali
dengan penyaring ultra
5) Dapat disaring
6) Jernih 6) Keruh 6) keruh
C. JENIS-JENIS KOLOID
Ditinjau dari fase terdispersi dan fase pendispersinya, sistem koloid dapat digolongkan
menjadi delapan jenis, seperti terlihat pada tabel berikut:
Fase
Terdispersi
Fase
PendispersiSistem Koloid Contoh
Gas Cair Buih/BusaBusa sabun, ombak, lime, cream kocok
(whipped cream)
Gas Padat Busa Padat Batu apung, lava, karet busa, sterofoam
Cair Gas Aerosol Kabut, awan, obat semprot, hair spray
Cair Cair EmulsiSusu, minyak ikan, saos, santan,
mayonnaise
Cair PadatGel (emulsi
padat)
Keju, mentega, selai, agar-agar, semir
padat, mutiara
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu dalam udara, buangan knalpot
Padat Cair SolKanji, cat, lem, tinta, lateks, putih telur, sol
emas
Padat Padat Sol Padat
Perunggu, kuningan, kaca berwarna,
permata (gem), baja, panduan logam, intan
hitam
a. Buih/busa
Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. Zat-zat yang dapat
memecah buih antara lain eter, isoamil dan alkohol. Zat pemecah buis disebut agen
antibuih (de-foaming agent).
Contoh buih : Buih digunakan pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam
kebakaran, kosmetik, dll
b. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Jika zat terdispersi berupa
zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : Asap, debu dalam udara dan buangan knalpot.
Contoh aerosol cair : Kabut, awan, obat semprot, dan hair spray.
Pada contoh aerosol cair yang obat semprot dan hair spray diperlukan suatu bahan
pendorong (propelan aerosol) untuk menghasilkan aerosol. Contoh bahan pendorong yang
banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida (CO2).
c. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain. Syarat
terjadinya emulsi adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi
digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi air
dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai zat cair yang tidak
bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air (M/A) : Santan, susu, dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak (A/M) : Mayonnaise, minyak bumi, dan minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator).
d. Gel (emulsi padat)
Gel adalah koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair).
Contoh gel : Keju, mentega, selai, agar-agar, semir padat, mutiara
e. Sol
Sol adalah sistem koloid yang terbentuk dari partikel zat padat yang terdispersi
dalam zat cair.
Contoh sol : air sungai (sol dari lempeng dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta
tulis, dan cat.
D. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid yang mengakibatkan tampak jalannya sinar yang melewati koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan
oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop
yang berasap / berdebu
Langit berwarna biru di siang hari, karena penghamburan
cahaya matahari oleh partikel-partikel N2 dan O2 dalam udara.
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut,
dll.
Efek Tyndall tidak sama untuk setiap sinar yang mempunyai panjang gelombang
berbeda. Sinar kuning, misalnya, lebih sedikit dihamburkan. Itulah sebabnya lampu warna
kuning dipakai pada saat berkabut, di mana cahaya kuning lebih dapat menembus kabut
dan terlihat oleh pemakai jalan.
Gambar Efek Tyndall
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan partikel-partikel koloix yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika diamati di bawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zig-zag. Gerak
zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, karena sesuai dengan nama penemunya
yaitu Robert Brown seorang botanis Skotlandia pada tahun 1827.
Gerak Brown menunjukkan kebenaran teori kinetik molekul yang menyatakan
bahwa molekul-molekul dalam zat cair senantiasa bergerak dan terjadi sebagai akibat
tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.
Adanya gerak brown ini menyebabkan partikel koloid tidak mengendap (stabil).
Gambar Gerak Brown
3. Koloid Bermuatan
a) Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa pemisah partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik. Koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke anode
(elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke katode
(electrode negatif).
Contoh Elektroforesis:
Menjadi salah satu cara yang canggih untuk identifikasi DNA dalam rangka
mengidentifikasi korban/pelaku kejahatan.
Penentuan jenis muatan suatu partikel koloid.
Pengurangan zat-zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik.
Alat Cotrel, dll.
Gambar Elektroforesis
b) Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi
harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu
partikel. Muatan koloid terjadi karena adsorpsi ion-ion tertentu.
Contoh Adsorpsi:
Penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon (norit).
Pewarnaan pada kain.
Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2, dll.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel-partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang muatannya
berlawanan. Makin besar muatan elektrolit, proses penggumpalan makin efektif.
Contoh Koagulasi:
Pembentukan delta pada muara sungai.
Pengolahan karet.
Proses penjernihan air.
Penggumpalan darah, dll.
5. Dialisis
Dialisis adalah pemisah koloid dari partikel-partikel (ion, molekul) pengotor yang
dapat mengganggu kestabilan koloid dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur
dengan koloid melalui membran semipermeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semipermeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan terpisah.
Contoh Dialisis:
Proses kerja ginjal membersihkan darah.
Proses pencucian darah oleh alat hemodializer.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang medium dispersinya cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob.
Liofil berarti suka cairan (dari bahasa Yunani: lio = cairan, fil/philia – suka/senang),
jadi koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat
terdispersi dengan mediumnya. Jika medium dispersi yang dipakai berupa air maka
istilahnya adalah koloid hidrofil. Contoh koloid liofil: kanji, protein, agar-agar, gelatin,
detergen, sabun dll.
Sebaliknya Liofob berarti takut cairan (dari bahasa Yunani: lio = cairan, fob/phobia
= takut/benci), jadi koloid liofob jika ada gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat
lemah. Jika medium dispersi yang dipakai berupa air maka istilahnya adalah koloid
hidrofob. Contoh koloid liofob: susu, mayonnaise, sol sulfida, sol belerang, sol Fe(OH)3,
sol-sol logam, dll.
Perbedaan antara koloid liofil dan liofob dapat dilihat pada tabel berikut:
KOLOID LIOFIL KOLOID LIOFOB
Mengadsorpsi mediumnya. Tidak mengadsorpsi mediumnya.
Stabil, tidak perlu stabilizer. Kurang stabil, perlu ditambah
stabilizer.
Mudah dibuat, cukup dengan
pengadukan/pemanasan.
Sukar dibuat, memerlukan metode
khusus.
Digumpalkan dengan penambahan Mudah digumpalkan dengan hanya
elektrolit yang banyak. penambahan sedikit elektrolit.
Koloid bersifat reversible. Koloid bersifat irreversible.
Efek Tyndall terlihat samar, karena
partikel lebih halus.
Efek Tyndall terlihat jelas, karena
partikel lebih jelas.
Gerak Brown cepat. Gerak Brown lambat.
Fase terdispersi pada umumnya zat
organik.
Fase terdispersi pada umumnya zat
anorganik.
Beberapa sol liofil dapat diubah
menjadi gel.
Tidak ada sol liofob yang dapat
diubah menjadi gel.
E. PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Oleh karena ukuran partikel koloid terletak di antara partikel suspensi dan partikel
larutan, maka terdapat dua cara pembuatan sistem koloid, yaitu cara dispersi dan cara
kondensasi.
I. Cara Dispersi
Pada prinsipnya adalah mendapatkan partikel koloid dengan menghaluskan partikel
kasar (suspensi) :
Cara Kimia (Peptisasi)
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan
dengan peptonisasi, yaitu pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalis oleh enzim
pepsin.
Contoh : Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin,
dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh
AlCl3.
Cara Mekanik
Cara mekanik adalah cara dengan digiling sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh : Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampurkan
serbuk halus itu dengan air.
Elektrodispersi (Cara Busur Bredig)
Cara busuur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai electrode yang dicelupkan ke dalam
medium disperse kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-
mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut
mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini
merupakan gabungan cara disperse dan cara kondensasi.
The King
II. Cara Kondensasi
Pada prinsipnya partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel
koloid.
Cara Fisika
Dengan cara Pendinginan, Pergantian larut, Pengembunan.
Cara Kimia
1) Dekomposisi rangkap/pengendapan
Contoh : sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S
Dispenser PePi Digiling Bu Bredig
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) As2S3(koloid) + 6H2O(l)
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air
mendidih ditambahkan larutan FeCl3, akan terbentuksol Fe(OH)3.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (s)
3) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hydrogen sulfida (H2S) dengan
belerang dioksidasi (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam
larutan SO2.
2H2S (g) + SO2 (aq) 2H2O (koloid) + 3S (s)
The King Kondefika : dingin, larut, embun
Kondemia : dikompres air redoks
Dispersi reaktan (s)
Kondensasi reaktran (aq), (l), (g)
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
Purba, Michael dan Sunardi.2012.KIMIA 2 untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Ganesha Operation.2013.Revolusi Belajar Koding XI IPA-Semester II.Bandung: