225
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena kekayaan alam Indonesia sangat melimpah. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk bertani atau bercocok tanam. Sebagai negara agraris yang padat penduduknya, maka setiap jengkal tanah perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun pemanfaatan dari hasil pertanian tersebut masih kurang maksimal. Teknologi Hasil Pertanian (THP) adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk merubah hasil pertanian dari bahan mentah menjadi produk (jadi atau setengah jadi), melalui proses automatis, semi automatis atau manual. Selama proses tersebut terjadi perubahan secara fisis, khemis dan organoleptis. Proses berlangsung secara khemis/ biokhemis, dan mikrobiologis. Produk yang dihasilkan harus memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI), memenuhi selera konsumen (organoleptis), aman (mikrobiologis dan khemis), mempunyai nilai gizi dan harga terjangkau. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut kita menggunakan teknologi yang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang pengolahan hasil pertanian kita dituntut menggunakan mesin dalam mengolah hasil pertanian. Selain itu kita juga terdorong untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk olahan hasil pertanian sehingga nilai jual produk meningkat.Dengan perkembangan teknologi yang bisa meningkatkan kualitas produk mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen atas produk yang dihasilkan. Pemenuhan ini dilakukan dengan memproduksi produk dengan jumlah besar dan menggunakan menggunakan mesin produksi yang telah didesain menurut kebutuhan. Sehingga dalam penciptaannya dapat dipertimbangkan efisiensi bahan baku atau bahan bakar mesin tersebut. Pengolahan bahan pangan telah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak sedikit pengolahan pangan dilakukan dengan mesin-mesin yang modern.

LAPORAN ALSIN FIX

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THP smster 2

Citation preview

Page 1: LAPORAN ALSIN FIX

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris karena kekayaan alam Indonesia

sangat melimpah. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk

bertani atau bercocok tanam. Sebagai negara agraris yang padat penduduknya,

maka setiap jengkal tanah perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun

pemanfaatan dari hasil pertanian tersebut masih kurang maksimal. Teknologi

Hasil Pertanian (THP) adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk merubah

hasil pertanian dari bahan mentah menjadi produk (jadi atau setengah jadi),

melalui proses automatis, semi automatis atau manual. Selama proses tersebut

terjadi perubahan secara fisis, khemis dan organoleptis. Proses berlangsung

secara khemis/ biokhemis, dan mikrobiologis. Produk yang dihasilkan harus

memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI), memenuhi selera konsumen

(organoleptis), aman (mikrobiologis dan khemis), mempunyai nilai gizi dan

harga terjangkau.

Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut kita menggunakan

teknologi yang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang

pengolahan hasil pertanian kita dituntut menggunakan mesin dalam mengolah

hasil pertanian. Selain itu kita juga terdorong untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualitas produk olahan hasil pertanian sehingga nilai jual produk

meningkat.Dengan perkembangan teknologi yang bisa meningkatkan kualitas

produk mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen atas

produk yang dihasilkan. Pemenuhan ini dilakukan dengan memproduksi produk

dengan jumlah besar dan menggunakan menggunakan mesin produksi yang telah

didesain menurut kebutuhan. Sehingga dalam penciptaannya dapat

dipertimbangkan efisiensi bahan baku atau bahan bakar mesin tersebut.

Pengolahan bahan pangan telah berkembang sedemikian rupa sehingga

tidak sedikit pengolahan pangan dilakukan dengan mesin-mesin yang modern.

Page 2: LAPORAN ALSIN FIX

2

Penggunaan alat dan mesin pertanian yang lebih modern akan lebih

menguntungkan jika digunakan karena lebih efektif dan efisien. Namun sebelum

mempelajari alat dan mesin pertanian yang lebih modern kita sebaiknya

mempelajari mesin-mesin pengolah pangan yang sederhana terlebih dahulu.

Melihat betapa pentingnya alat-alat mesin pengolahan dalam berbagai

proses di bidang industri pertanian, maka praktikum pengenalan alat-alat mesin

pengolahan sangat penting bagi kita sebagi mahasiswa dan mahasiswi pertanian.

Pada praktikum akan mambahas mengenai alat dan mesin-mesin Teknologi Hasil

Pertanian yang meliputi: konstrusi dasar alat dan mesin. Bagian-bagian alat atau

mesin berikut masing-masing fungsi bagian tersebut, cara pengoprasian alat atau

mesin, dan penampilan teknis alat atau mesin.

Materi yang diarahkan oleh Dosen pembimbing mata kuliah alat dan mesin

kepada mahasiswa secara intensif dalam hal ketepatan menggunakan alat dan

mesin Teknologi Hasil Pertanian, terutama pada proses pengolahan yang

dibutuhkan sebagai upaya sebagai upaya pendukung pemakaian alat dan mesin

tersebut. Oleh sebab itu mata kuliah alat dan mesin pengolahan hasil pertanian

secara akademis merupakan syarat kelulusan bagi mahasiwa program D3

Teknologi Pertanian untuk mencapai derajad AMD.

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat

mempraktekkan ilmu yang diperoleh ini sewaktu terjun di masyarakat ataupun

saat kita bekerja sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan produksi. Agar

kita cepat beradaptasi dan dapat menciptakan ide-ide baru dalam membuat

makanan yag sehat. Adapun beberapa alat dan mesin-mesin tersebut diantaranya

adalah alat destilasi, perjangan, penepungan, pengeringan, goreng sangan, sortasi,

penggilingan, pengadukan, pemarutan, press, vacuum frying, oven, sentrifugasi,

rotary evaporator, pendinginan, conveying, vacuum sealer, pengalengan, cup

sealer, bottoling, sealer.

Page 3: LAPORAN ALSIN FIX

3

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum alat dan mesin adalah

1. Mengetahui konstruksi dasar, bagian-bagian utama serta fungsi dari alat dan

mesin.

2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin.

3. Mengetahui mekanisme kerja alat dan mesin.

4. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat dan mesin berikut cara pengaturan

sesuai dengan standar (persyaratan).

5. Mengetahui penampilan teknis mesin antara lain : kapasitas mesin,

randement, klasifikasi kualitas produk.

C. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum alat dan mesin pertanian adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan produk pasca panen.

2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana suatu makanan di proses dengan

kriteria pengolahan sendiri-sendiri.

3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat dan mesin pertanian.

D. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Alat dan Mesin dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu,

tanggal 3 dan 4 Mei 2014 pada pukul 07.00 WIB – selesai bertempat di

Laboraturium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 4: LAPORAN ALSIN FIX

4

ACARA I

DISTILASI (DISTILATION)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara I Distilasi yaitu :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk distilasi, bagian-bagian, utama

alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/persyaratan.

4. Mengetahui penampilan teknis mesin, antara lain :

a. Kebutuhan bahan bakar (tenaga)

b. Lama proses distilasi

c. Randemen distilasi

B. Tinjauan pustaka

Jika sebuah cairan mengalir berupa senyawa”volatile” dan “non volatile”

maka akan ada kemungkinan senyawa yang “volatile” akan mengalami

penguapan dalam pipa. Pada proses destilasi umpan yang akan masuk kedalam

alat bisa berupa uap lewat panas bias juga berupa cairan dibawah suhu didihnya

dan bias juga cairan yang berada tepat pada suhu didihnya (cairan jenuh). Jika

umpan masuk berupa cairan jenuh makan umpan tersebut akan menggalami

“flashing” lebih dahulu didalam kolam destilasi, hasil flashing yang berupa

cairan akan ikut arus cairan, sedangkan yang berupa uap akan mengikuti arus

uap (Satrijo, 1987).

Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusaha-

pengusahayang memiliki modal besar, karena proses destilasi minyak atsiri

yang memerlukan alat destilasi dengan harga yang sangat mahal, sehingga

minyak atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi

kecil.Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang

terjangkau oleh industry rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan

Page 5: LAPORAN ALSIN FIX

5

bagi pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat

agar sumber daya alam khususnya bidang perkebunan dapat dimanfaatkan

secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan pekerjaanbaru yang

menyerap sumber daya manusia. Untuk minyak nilam, daerah

budidayatersebar di Kabupaten Tasikmalaya, Kuningan dan Garut. Alat

destilasi minyak nilam saat ini sudah menggunakan sistem destilasi dengan

menggunakan mesin yang ramah lingkungan (Ruhyat, 2011).

Pada umumnya bunga cengkeh keringdisajikan dalam bentuk utuh, tetapi

ada juga yangdisajikan dalam bentuk bubuk dengan caramenggiling bunga

kering. Tingkat kehalusan daribubuk cengkeh yang dihasilkan bermacam-

macam tergantung dari bahan baku, penggunaandan selera konsumen di tiap

negara. Untukkeperluan ekstraksi dan destilasi diperlukanbubuk dengan butiran

besar (kasar), sedangkanuntuk digunakan langsung dalam makanan

(“foodseasonings”) diperlukan produk yang lebih halus.Untuk memperoleh

bubuk yang halus prosesnyabiasa dilakukan dalam dua tahap. Menurut

Gildemeister dan Hottman dalamGuenther (1950), destilasi dari bunga cengkeh

utuh menghasilkan minyak dengan kadar eugenol tinggi dan bobot jenis di atas

1,06, sedangkan bunga cengkeh yang mengalami pengecilan ukuran (digiling)

menghasilkan minyak dengan kadar eugenol lebih rendah dan bobot jenis di

bawah 1,06. Hal ini disebabkan karena terjadinya penguapan minyak selama

proses penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan.

Karena itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harusdilakukan segera

setelah proses penggilingan (Nurddjanah, 2004).

Penelitian minyak atsiri daun sidaguri belum ada publikasinya. Oleh

karena itu dalam penelitian ini dilakukan isolasi minyak atsiri dari daun sidaguri

dengan metode destilasi uap, serta menganalisis komponen-komponen kimia

miyak atsiri daun sidaguri menggunakan alat GC-MS, serta mengetahui

toksisitas minyak atsiri daun sidaguri dengan metodeBSLT, sehingga diketahui

potensi kegunaan dari minyak atsiri daun sidaguri. Sebanyak 4,5 kg daun

Page 6: LAPORAN ALSIN FIX

6

sidaguri kering didestilasi uap sebanyak 7 kali dengan sekali destilasi dilakukan

selama enam jam sehingga diperoleh destilat berupa minyak atsiri daun sidaguri

yang masih bercampur denganair. Isolasi minyak atsiri daun sidaguri dengan

metode destilasi uap yangdiperoleh berwarna kuning berbentukseperti pasta

berbau khas sidaguridengan rendemen 0,013 % danindeks bias 1,578 (25ºC)

(Kusuma, 2009).

Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan

berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan

menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen komponennya yang cukup

besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua

proses seri, yakni difusi dari dalampadatan ke permukaan butiran dan transfer

massa dari permukaan padatan ke solven (Guenther, 1987; Ketaren, 1985).

Minyak cengkeh umumnya diproduksi oleh para petani dari daun cengkeh

dengan metode steamdistillation. Minyak cengkeh didestilasi dengan uap air

pada kondisi atmosferis bersuhu 100C, lalu distilat yang merupakan campuran

antara minyak dan air dipisahkan melalui prinsip beda fase danmassa jenis.

Parameter yang paling berpengaruh pada biaya destilasi adalah waktu

destilasi,karena waktu destilasi akan berbanding lurus dengan biaya bahan bakar.

Penelitian ini bertujuanuntuk mempelajari pemakaian super-steam destillation

dimana uap air jenuh yang digunakan untukmendestilasi minyak cengkeh

bersuhu lebih tinggi dari titik didih normal air (100C). Uap jenuh bersuhu tinggi

dapat diperoleh dengan mendidihkan campuran air dan gliserol atau pelarut

lainnyayang bertitik didih tinggi dan larut sempurna dalam air (Sutijan, 2009).

Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-

komponen di dalam suatu campuran, membuat suatu kenyataan bahwa beberapa

komponen lebih cepat menguap dari pada yang lain. Pada distilasi berfraksi, uap

dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut

terjadi. Adalah sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan

komponen yang murni dengan cara ini, akan tetapi drajat pemisahan dapat

Page 7: LAPORAN ALSIN FIX

7

dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Apabila

diinginkan kemurnian yang tinggi, distilasi yang berturut-turut dapat dilakukan

(Earle, 1969).

Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas

dibidang teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar.

Contohnya destilasi atau penyulingan larutan, untuk menggurangi volumenya,

untuk meningkatkan konsentrasi zat terlarut, atau untuk mengkristalkan bahan

padat terlarut.pada dstilasi pemisahan terjadi oleh penguapan salah stu

komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang

sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap (Bernasconi, 1995).

Untuk extrak minyak esensial dengan destilasi uap, materi sayuran

ditempatkan dalam kolom kaca, yang rendah dan tinggi bagian yang terhubung

ke air labu dan kondensor, masing-masing.Uap air diproduksi dalam labu

melintasi tanaman, diisi dengan minyak esensial kemudian ke kondensor, di

mana ia kental. Setelah kondensasi, minyak dipisahkan dari air dengan dekantasi.

Ekstraksi minyak atsiri dengan destilasi dilakukan di bawah kondisi yang sama

seperti distilasi uap. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dalam hal ini kasus

masalah sayuran diletakkan dalam labu mengandung air dan unit dibawa ke

mendidih.Uap campuran air-minyak yang diproduksi dalam labu kemudian lolos

ke kondensor, di mana itu adalah kondensor.minyak pulih setelah dekantasi

(Boutekedjiret,2003).

Membran distilasi (MD) adalah suatu proses dimana uap diekstraksi dari

aliran cairan melalui pori-pori membrane mampu mempertahankan antarmuka

gas-cair. Komponen pakan menguap pada interface ini sesuai dengan

keseimbangan uap-cair local dan diangkut melalui ruang pori didorong oleh

gradien tekanan parsial dipertahankan melintasi membran. Dikasus, solusi ionik

berair, spesies menguap adalah air, dan membran yang digunakan adalah

hidrofobik di alam; ini mencegah air memasuki pori-pori membran hingga

disebut tekanan masuk cair. Proses MD memiliki beberapa fitur berpotensi

Page 8: LAPORAN ALSIN FIX

8

menguntungkan: yang didasarkan pada perubahan fase, adalah mungkin bagi

proses untuk beroperasi pada solusi osmotik pres-Sures yang biasanya

membatasi tekanan didorong pemisahan membran; pada kenyataannya, telah

menunjukkan bahwa fluks yang cukup dapat dicapai bahkan dari solusi air garam

jenuh (Ramon, 2009).

Minyak mentah essestial diperoleh dengan destilasi uap dari berbagai

produk alam seperti plats, rumput, tunggul kayu, serbuk gergaji, bunga, biji dan

benih. Minyak therestelah memainkan peran penting dalam kebersihan pribadi

dan sosial mandkind dalam hal penggunaannya dalam kosmetik, perlengkapan

mandi, formulstoinsobat, aroma terapi, meluncur permukaan, minyak dll.

Sebagian penting yang terjadi di alam, terdiri dari campuran hidrokarbon seperti

terpene, seskuiterpen, senyawa oxyygenated seperti alkoholeters, etherd, aldehid,

ketonlakton, fenoldan lilin (koul, 2004).

Distilasi uap banyak digunakan untuk menghasilkan minyak esensial .

pabrik Bahan terkena uap di bawah tekanan. Itu tidak datang ke kontak dengan

air mendidih. Air mendidih pada 100 ° C , uap memiliki suhu yang lebih tinggi

daripada air mendidih ; sebuah melepuh steam lebih buruk dari sebuah melepuh

dari air mendidih. Penyulingan Minyak Atsiri oleh Steam DistillationAku akan

menggunakan Rosemary lagi karena saya mengambil tempat aku

tinggalkandalam artikel terakhir saya di musim dingin Avena masalah Hydrosols

dan Hydro-distilasi. Saya harap saya bisa menggambarkan perbedaan antara dua

metode distilasi dan perbedaan dalam hydrosols dihasilkan. Ramuan ditempatkan

di kolom; kolom ditempatkan di atas panci air mendidih. Pelat saringan membuat

bahan ramuan di atas air sehingga hanya uap datang ke dalam kontak dengan itu

(Mulvaney, 2012).

The distilasi residuum atmosfer (RAT) adalah fraksi minyak mentah

dengan titik didih di atas 420 ° C, yang diperoleh sebagai aliran bawah dalam

distilasi atmosfer dari minyak mentah. Ini adalah residuum berat molekul tinggi,

viskositas tinggi, titik tuang dan nilai komersial yang rendah.Ekstraksi pelarut

Page 9: LAPORAN ALSIN FIX

9

adalah proses pemisahan berdasarkankapasitas kelarutan selektif dari komponen

campuran dengan pelarut tertentu dan umumnya digunakan untuk memulihkan

pecahan nilai komersial tinggi hadir dalam RAT. Dalam ekstraksi superkritis

substrat padat atau cair dipisahkan dari campuran melalui gas murni padat atau

campuran gas yang padat yang digunakan sebagai agen ekstraksi. Hilir extractor,

yang diinginkan dipisahkan dari pelarut superkritis dengan cara depressurization

dari aliran produk. Teknik ini merupakan alternatif yang menjanjikan mengenai

pemulihan produk berkualitas tinggi. Selain itu teknik ini dianggap sebagai

teknologi bersih karena kemungkinan minimisasi konsumsi energi dalam pelarut

pemulihan yang didaur ulang untuk proses (mehl, 2009).

Destilasi berarti memisahkan komponen-komponen yang sangat mudah

menguap dari suatu campuran cair dngan cara menguapkanny, yang diikuti

dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang

dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut uap bebas, kondensasi

yang jatuh sebagai destilat dan bagian cairan yang tidak menguap residu

(Bersanconi, 1982).

C. Gambar Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 1.1 Alat/Mesin Distilasi

Page 10: LAPORAN ALSIN FIX

10

Bagian Utama dan Fungsi :

a. Kompor listrik : memanaskan bahan yang akan didistilasi,

b. Erlenmeyer : menampung bahan yang akan didistilasi,

c. Pipa penghubung : menghubungkan erlenmeyer dengan kondensor,

d. Kondensor : mendinginkan cairan,

e. Penampung air : menampung air dingin,

f. Penampung produk : menampung produk distilasi.

D. Prinsip kerja

Prinsip kerja alat ini adalah memisahkan air dengan minyak berdasarkan titik

didih.

E. Mekanisme Kerja Alat

Mekanisme kerja alat ini adalah produk dimasukkan dalam tabung yang berisi

air kemudian air setelah itu dididihkan sehingga zat yang terkandung dalam

produk larut dengan air yang mendidih. Campuran uap air dan zat destilan

menguap melalui pipa pendingin sehingga menghasilkan embun dan akhirnya

hasil destilat berupa minyak ditampung dalam bak penampung destilator.

F. Cara Kerja

Bahan daun jeruk

Ditimbang

Dimasukkan ke dalam tabung distilasi (steamer)

Berat bruto gas metana ditimbang

Pompa distilasi diaktifkan

Gelas ukur dipasang

Dicatat dan diamati

Page 11: LAPORAN ALSIN FIX

11

G. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran destilasi

Sumber: laporan sementara

2. Pembahasan

Destilasi merupakan konstruksi alat yang berfungsi sebagai pemisah

air dan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya. Pada praktikum acara

ini bahan yang didistilasi dapat berupa daun jeruk. Perlengkapan yang

dipergunakan antara lain yaitu kompor listrik sebagai memanaskan bahan

yang akan didistilasi, erlenmeyer sebagai menampung bahan yang akan

didistilasi, pipa penghubung sebagai menghubungkan erlenmeyer dengan

kondensor, kondensor sebagai mendinginkan cairan, penampung air sebagai

Waktu

(pukul

)

Uraian

Kegiatan

Volume

Produk

destilasi

(ml)

Keterangan

08.33 Memanaskan air - -

08.41 Air mendidih - -

08.41 Pompa destilasi

diaktifkan - -

08.51 Proses Destilasi - Menetes satu tetes

09.33 Sd 30 menit 123 Volume mulai bertambah

(kental dan wangi jeruk)

10.03 Sd 60 menit

300 Volume bertambah

banyak

10.33 Sd 90 menit

450 Volume bertambah

banyak

11.03 Sd 120 menit 460

Volume bertambah

sedikit (kekentalan

berkurang)

11.33 Sd 150 menit

480 Volume bertambah

sedikit

12.03 Sd 180 menit 480 Volume tidak bertambah

12.33 Sd 210 menit 480 Volume tidak bertambah

13.03 Sd 240 menit 480 Volume tidak bertambah

Page 12: LAPORAN ALSIN FIX

12

menampung air dingin, dan penampung produk sebagai menampung produk

destilasi. Proses destilasi mengunakan suhu yang antara 70 -800 C. Rasio

pelarut 1:4 dan waktu yang dibutuhkan 4-5 jam tergantung sesuai bahan dan

keinginan kita. Produk dalam air yang telah dipanasi akan mendidih sehingga

zat yang terkandung dalam produk larut dengan air yang mendidih dan

menguap melalui pipa pendingin yang pada akhirnya mengembun menjadi

cair. Cairan ini merupakan campuran antara air dengan minyak kemudian

ditampung dalam bak penampung destilat.

Kegunaan utama distilasi dalam industri pangan adalah untuk

mengentalkan minyak atsiri. Hal ini membuat suatu kenyataan bahwa

beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apabila uap

terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran,

akan tetapi dalam proporsi ini yang ditentukan oleh daya menguap komponen

tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang

mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan pada distilasi berfraksi. Uap

dimanfaatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih

lanjut terjadi. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk mendapatkan

komponen yang murni, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah

dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distilasi adalah bahan yang

digunakan dalam distilasi, jumlah air, dan alat distilasi. Di dalam proses

distilasi ini bahan yang digunakan sangat berpengaruh dalam proses distilasi.

Bahan yang akan didestilasi harus memiliki kandungan minyak dan bersifat

volatile yaitu mudah menguap. Semakin volatile bahan maka proses destilasi

akan semakin cepat, sebaliknya apabila bahan yang didestilasi sukar menguap

(non volatile) maka proses destilasi juga lambat. Beberapa faktor lain yang

mempengaruhi cepatnya poses destilasi adalah bobot produk, banyaknya air,

berat bahan bakar, besarnya api pemanas dan suhu pemanasan. Banyaknya

produk dan banyaknya air mempengaruhi kecepatan proses destilasi karena

Page 13: LAPORAN ALSIN FIX

13

semakin banyak produk dan air maka untuk mencapai titik penguapan

dibutuhkan waktu yang lama dan sebaliknya apabila produk sedikit dan air

yang digunakan juga sedikit maka untuk mencapai titik uap semakin cepat

sehingga proses destilasi berjalan cepat. Besarnya api pemanas akan

mempengaruhi suhu pemanasan. Semakin besar api maka semakin cepat

proses penguapan sehingga destilasi akan semakin cepat. Selain itu dalam

proses destilasi juga harus diperhatikan jangan sampai ada kebocoran uap air

karena ini akan sangat mempengaruhi hasil destilasi. Apabila terjadi

kebocoran maka hasil destilasi tidak maksimal karena produk hasil destilasi

menguap bebas diudara dan tidak masuk kedalam kondensor untuk

didinginkan dan dipisahkan antara produk dengan air.

Pada kondensor terdapat tabung berbentuk spiral, hal ini dibuat untuk

mempertahankan kedinginan minyak di dalam spiral karena jika keadaan

dalam tabung panas maka minyak tidak dapat turun kedalam tabung. Maksud

dari dengan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya pada percobaan ini

titik didih yang rendah adalah alkohol. Karena larutan yang titik didihnya

rendah maka cepat menguap.

Page 14: LAPORAN ALSIN FIX

14

H. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum Destilasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Distilasi adalah alat untuk memisahkan air dengan minyak berdasarkan

titik didih.

2. Distilasi berfungsi untuk memisahkan minyak dan air berdasarkan titik

didihnya.

3. Banyaknya produk dan banyaknya air akan mempengaruhi banyak

sedikitnya hasil distilan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil destilasi adalah banyaknya

jumlah bahan/produk, waktu yang digunakan, banyaknya air yang

digunakan, suhu pemanasan dan alat distilasi.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 15: LAPORAN ALSIN FIX

15

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita,

Jakarta.

Boutekedjiret, C. 2003.Extraction of rosemary essential oil by steam distillation and

hydrodistillation.Flavour fragr. J. 2003; 18: 481-484.

Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor.

Ir. Satrijo, Herry. 1986. “Flash Calculation” Umpan pada Alat Destilasi. Media

Teknik Edisi No. 1 Tahun IX Desember 1986-Maret 1987 No.ISSN 0216-

3012. Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Koul, V, K. 2004. Stream distillation of lemon grass (cymbopogon spp.).Indian

journal of chemical thechnology vol. 11, January 2004, pp. 135-139.

Kusuma, ferawati, 2009.dkk. Isolasi, identifikasi, dan uji toksisitas minyak atsiri

daun sidaguri (Sida rhombifolia Linn). Jurusan Kimia F MIPA. Universitas

Diponeggoro .

Mehl, A. 2009.Atmospheric destilation residuum extraction with supercritical

propane: a study of the process variables influence. Brazilian journal of

petroleum and gas | v. 3 n. 1 | p. 001-009 | 2009 | issn 1982-0593.

Mulvaney, Jill. 2012. Essential Oils and Steam distillation. Journal of the New

Zealand Association of Medical Herbalists.

Nurddjanah, Nanan. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Balai besar penelitian

dan pengembangan pasca panen pertanian.

Ramon, guy. 2009. Heat transfer in vacuum membrane distillation: Effect of velocity

slip. Journal of Membrane Science 331 (2009) 117–125.

Ruhyat, Nanang ST. MT. 2000. Pembuatan Prototype Alat Destilasi Minyak Atsiri

Skala Industri Kecil. Fakultas Teknik Industri. Universitas Mercu Buana.

Sutijan, dkk. 2009. Inovasi super steam distillation pada isolasi minyak cengkeh

untuk menimasi kebutuhan energy.Seminar Nasional Teknik Kimia

Indonesia – SNTKI 2009 .

Page 16: LAPORAN ALSIN FIX

16

ACARA II

PERAJANGAN (SLICING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara II Perajangan yaitu :

1. Mengetahui Konstruksi dasar alat/mesin untuk perajangan, bagian-

bagian utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan

alat sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :

a. Kapasitas alat/mesin

b. Klasifikasi kwalitas produk

B. Tinjauan Pustaka

Sawut dibuat dengan cara merajang ubikayu kupas menggunakan alat

perajang atau penyawut. Alat penyawut tenaga mesin dengan tenaga penggerak

mesin 2-3 HP maka dapat dilakuan penyawutan sampai kapasitas 500-600 kg

umbi kupas per jam.Keuntungan menggunakan alat penyawut besar ini, semua

ubikayu dapat terajang.Sedangkan dengan penyawut kecil bagian pangkal

ubikayu ada sedikit yang tidak terajang.Bagain tak terajang ini dikumpulkan dan

diiris dengan pisau biasa (Misgiyarta, 2011).

Komoditas unggulan lahan lebak diantaranya adalah ubi-ubian dan

hortikultura.Peningkatan produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan

guna mengantisipasi kelebihan produksi dan peningkatan nilai tambah.Teknologi

pengolahan untuk masing-masing komoditas sangat spesifik, karena komoditas

tersebur mempunyai karakteristik yang berbeda.Pengembangan pengolahan perlu

didukung oleh penyediaan peralatan dan peningkatan pengetahuan SDM (sumber

daya manusia) khususnya yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan

Page 17: LAPORAN ALSIN FIX

17

agroindustri.Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif

penakeragaman produk sebagai penunjang agroindustri (Antarlina, 2000).

Alat perajang yang ada umumnya memiliki pisau pemotong vertikal

dengan sumber tenaga yang berasal dari manusia yaitu kayuahan. Untuk tujuan

meningkatkanefisiensi dan efektifitas perajangan singkong sebagai bahan kripik

maka dilakukan penelitian perancangan mesin perajang dengan pisau horisontal.

Pisau yang umumnya nerputar stasioner pada arah vertical di modifikasi menjadi

bergerak meju mundur arah horizontal (Lutfi, 2010).

Proses perajangan memiliki tujuan agar supaya kelenjar minyak dapat

terbuka sebanyak mungkin. Bahkan pada tanaman yang dirajang pun.Biji-bijian

harus dihancurkan menjadi bentuk hancuran dengan harapan sebagian besar sel-

selnya hancur dan minyak dapat keluar dengan mudah bila uap dialirkan melalui

pecahan-pecahan tersebut.tujuan perajangan itu sendiri yaitu untuk

mempersiapkan bahan siap disuling dan untuk memudahkan penguapan minyak

atsiri dari bahan (Ketaren, 1987).

Perajangan merupakan proses yang paling banyak mengeluarkan tenaga

dan paling beresiko terjadinya kecelakaan merajang dilakukan dimalam hari

supaya hasil rajangan dapat dijemur pada pagi harinya dan harus kering hari itu

juga. selama ini perajangan hanya dilakukan oleh laki-laki. merajang tembakau

secara tradisional umumnya dilakukan dengan posisi duduk menyamping. posisi

perajang terhadap cacak adalah dari samping, sedangkan tumpukan daun

tembakau terletak diatas lantai sehingga perajangan pada waktu mengambil daun

dalam posisi membungkuk (ismayenti, 2004).

Penyiang cakar beroda, dikerjakan dengan tenaga manusia, tetapi dapat

mengurangi beban fisik karena pekerja tidak perlu membungkuk pada saat

menyiang gulma.Pada kegiatan pascapanen, terdapat dua jenis Alsintan

pascapanen, yaitu Alsintan primer dan Alsintan sekunder (Sihono, 2001).

Alsintan pascapanen primer yaitu alat untuk penanganan hasil panen yang

menyangkut prosesing hasil panen yang menyangkut: perontokan, pemipilan,

Page 18: LAPORAN ALSIN FIX

18

pengepresan, perajangan, penepungan dsb. Alsintan ini mengolah bahan mentah

sehingga dapat disajikan menjadi bahan siap olah dan siap disimpan.Alsintan

pascapanen sekunder adalah alat pengolah hasil dari pascapanen primer menjadi

berbagai macam produk olahan yang siap dimakan.Jenis Alsintan pascapanen

sekunder pada umumnya dilayani anggota masyarakat perempuan

(Suhaeti, 2005).

Keripik dan makanan ringan lain di dunia menyumbang keseluruhan

omset sebesar $ 2,2 miliar dolar mengingat 70 manufaktur dan teknologi pusat

penelitian di dunia. Juga kualitas chip memainkan peran penting dalam

manajemen hotel . Karena ketebalan yang tidak merata irisan yang timbul dari

alat-alat yang tidak tepat banyak pemborosan sayuran yang terjadi menyebabkan

hilangnya produktivitas dan kerusakan lain-lain untuk sayuran . Saat ini metode

manufaktur chip konvensional dan sistem manajemen hotel tidak efisien dan

aman ; ini dijelaskan dalam survei literatur dengan rincian lebih lanjut . Selama

survei literatur dan wawancara sementara produsen chip lokal disadari bahwa ada

kebutuhan yang kuat untuk desain dan pengembangan alat pengiris sayuran multi

fungsional yang efisien , dan aman . Tujuan utama dari desain adalah untuk

menciptakan cara cepat , aman , dan mudah untuk mengiris kentang dengan

peningkatanproduktivitas dan efektivitas biaya . Hal ini juga diperlukan untuk

mempersiapkan irisan yang estetis menarik . Desain ini juga membantu dalam

mengurangi tingkat penolakan (Kartika, 2008).

Salah satu teknik analisis program adalah program yang mengiris .

Aplikasi utama dari program mengiris meliputi berbagai kegiatan rekayasa

perangkat lunak seperti pemahaman Program, debugging, pengujian,

pemeliharaan program pengukuran kompleksitas dan sebagainya . Program

mengiris adalah suatu metode untuk membatasi fokus tugas untuk sub -

komponen tertentu dari sebuah program . Hal ini juga dapat digunakan untuk

mengekstrak laporan program yang relevan dengan perhitungan tertentu . Konsep

sepotong Program diperkenalkan oleh Weiser. Menurut definisi asli, gagasan slice

Page 19: LAPORAN ALSIN FIX

19

didasarkan pada penghapusan laporan. Slice A adalah subset eksekusi dari

laporan program yang melindungi perilaku asli dari program ini sehubungan

dengan subset dari variabel kepentingan dan pada titik program tertentu .

Beberapa varian dari gagasan ini telah diusulkan dalam literatur, seperti mengiris

dinamis, mengiris statis quasi, simultan mengiris dinamis, dan mengiris

terkondisi. Makalah ini berisi berbagai teknik mengiris dan aplikasi

(Sashirekha, 2011).

Daging adalah daging hewan yang dikonsumsi untuk makanan dan itu

adalah kelezatan makanan yang sangat penting yang telah makan sejak

keberadaan manusia. Konsumsi daging bersama denganmakanan dasar lainnya

sangat penting karena memperkaya baik kandungan gizi makanan dan juga

bertindak sebagai hidangan penting. Ini adalah makanan bergizi yang

mengandung beberapajumlah asam amino esensial, dalam bentuk protein dan juga

mengandung kelompok vitamin. Daging hewan terdiri dari otot, tulang, lemak

dan jaringan ikat,dan dapat dimakan dan gizi bagian utama dari daging adalah

otot atau daging tanpa lemak. Oleh karena itu daging harus dipotong menjadi

potongan besar, dan kemudian menjadi potongan-potongan sehingga membawa

keluar rasa dan membuatnya dalam bentuk yang dapat dimakan. Daging dipotong

menggunakan berbagai alat tajam seperti pertandingan, pisau dan gergaji daging.

Alat ini hanya efisien dalam memotong daging menjadi potongan-potongan dan

de-boning tetapi tidak dapat memotong daging menjadi potongan-potongan kecil

dan sebagai akibat dari ini, mesin yang berbeda telah dikembangkan dari waktu

ke waktu untuk mengiris daging. Prinsip-prinsip mengiris mesin didasarkan pada

tindakan geser dengan pisau dan jenis-jenis pemotong dengan prinsip yang sama

seperti mengiris yang meliputi dampak-jenis cutter, pemotong bar mesin

pemotong dan sistem pisau drive (Odior, 2012).

Dalam rangka untuk memperbaiki masalah terkait ledakan kombinatorial ,

kami memperkenalkan gagasan perhitungan slice. Secara formal, sepotong

perhitungan sehubungan dengan predikat adalah (sub) perhitungan dengan

Page 20: LAPORAN ALSIN FIX

20

sedikitnya jumlah pemotongan yang konsisten yang berisi semua potongan

konsisten perhitungan predikat memuaskan. Secara intuitif ,slice adalah

representasi singkat dari luka-luka yang konsisten dari perhitungan yang

memenuhi kondisi tertentu . Untuk mendeteksi predikat , daripada mencari negara

- ruang perhitungan , itu jauh lebih efisien untuk mencari negara - ruang slice

.Kami membuktikan bahwa sepotong perhitungan didefinisikan unik untuk semua

predikat . Kami juga menyajikan algoritma yang efisien untuk menghitung

potongan untuk beberapa kelas berguna predikat. Untuk predikat sewenang-

wenang, kita menetapkan bahwa masalah - com puting slice adalah NP - lengkap

pada umumnya. Meskipun demikian, untuk predikat seperti itu, kami

mengembangkan algoritma heuristik yang efisien untuk menghitung irisan

perkiraan. Hasil eksperimen kami menunjukkan bahwa mengiris dapat

menyebabkan peningkatan eksponensi alatas teknik untuk deteksi predikat yang

ada dalam hal waktu dan ruang (Mittal, 2005).

Sebuah algoritma mengiris adalah mekanisme untuk mengatur satu set

node ke dalam kelompok k (irisan), sehingga setiap node dengan cepat belajar

indeks dari slice mana ia berasal. Mengiris dilakukan sehubungan dengan atribut

satu - dimensi . Dengan cara desentralisasi, adaptif bekerja menuju tujuan global

dengan beberapa bentuk berbagi sumber daya proporsional, mengiris harus

menarik . Misalnya, dengan k = 4 layanan mengiris akan mengatur node dalam

kuartil . Dengan node n dan k = n, mengiris macam mereka Tidak ada asumsi

yang dibuat tentang distribusi nilai atribut. Target kami adalah lingkungan sangat

dinamis :node datang dan pergi (churn), dan atribut dapat berubah dengan cepat.

Kami bukan yang pertama untuk mempelajari mengiris. Dalam, penulis

menjelaskan paralel algoritma sorting komunikasi hemat dan sekarang klasifikasi

simpul sebagai aplikasi mungkin, tetapi pendekatan membuat asumsi bahwa

banyak sistem tidak akan memuaskan . Sebagai contoh, membutuhkan distribusi

nilai acak seragam dan tidak dapat mentolerir churn berhubungan dengannilai

atribut (Gramoli, 2009).

Page 21: LAPORAN ALSIN FIX

21

C. Gambar Alat dan Mesin

Gambar 2.1 Alat/Mesin Perajangan

Bagian Utama dan Fungsi :

a. Tuas penekan : menekan produk agar terpotong pisau disk,

b. Tempat produk : menempatkan produk,

c. Pisau disk : mengiris atau memotong produk,

d. Motor listrik : memutar pisau disk (sumber tenaga),

e. Speed reduction : mengurangi kecepatan motor.

D. Prinsip Kerja Alat

Prinsip kerja alat ini adalah produk didorong oleh tuas penekan kemudian

diiris atau dipotong dengan pisau disk.

Page 22: LAPORAN ALSIN FIX

22

Mesin dibersihkan dan disiapkan

Posisi blade (pisau pengiris) diatur

Produk ditimbang

Motor listrik diaktifkan

Produk dimasukkan kedalam hopper

Produk ditekan dengan pelan dengan hand feeding

Produk rajangan ditimbang

E. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja alat ini adalah tuas ditarik kebelakang dan produk

diletakkan pada tempat produk kemudian produk ditekan agar produk tidak lepas.

Bersamaan dengan itu motor listrik dinyalakan untuk menggerakkan pisau disk.

F. Cara kerja

Page 23: LAPORAN ALSIN FIX

23

G. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran perajangan

kelompok Berat

awal(kg)

Berat

akhir(kg)

Kapasitas

(kg/jam)

Rendemen

(%)

Waktu

(jam)

Laju

perajangan

(kg/jam)

1 0,3 0,28 10,909 93,33 0,275 1,018

2 0,3 0,22 3,859 73,33 0,057 3,839

3 0,2 0,2 9,5 100 0,021 9,523

4 0,20 0,22 11,976 110 0,0167 13.1736

5 0,500 0,460 54,3478 92 0,0092 50

6 0,0038 0,0034 0,19 89,47 0,02 0,17

7 0,45 0,41 542,168 82 0,00083 493,97

8 0,034 0,031 10,303 9 0,00083 10,303

9 0,26 0,21 5 80,7 0,052 4,038

10 0,38 0,38 15,833 100 0,024 15,83

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Perajangan adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan

menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih

kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang

dipotong. Perajangan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan sehingga

dapat mempercepat proses penepungan. Pada praktikum acara ini bahan yang

digunakan dalam perajangan adalah singkong. Perlengkapan yang

dipergunakan antara lain yaitu tuas penekan digunakan memudahkan

pemotongan, tempat produk digunakan menempatkan produk, pisau disk

digunakan untuk memotong produk, motor penggerak digunakan sumber

tenaga pemutar mesin, speed reduction digunakan mengurangi kecepatan

motor. Bahan yang bisa dirajang antara lain wortel, singkong, ketela, umbi-

umbian lainnya.

Pada praktikum perajangan ini, produk yang digunakan adalah

singkong. Hasil praktikum perajangan ini didapatkan berat awal singkong

adalah 0,26 kg dan berat akhir singkong adalah 0,21 kg dalam waktu 0,52 jam.

Dalam praktikum ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena produk

Page 24: LAPORAN ALSIN FIX

24

yang digunakan terlalu besar sehingga harus dibagi menjadi dua bagian atau

lebih dan kwalitas hasil perajangan dikatakan sedang karena dalam proses

perajangan didapatkan hasil yang tidak sama tebal tipisnya.

Kapasitas produk yang didapatkan adalah 5 kg/jam. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kapasitas produk perajangan adalah besar kecilnya produk

yang akan dirajang, ketajaman pisau disk dan besar kecilnya tenaga atau

kecepatan perputaran yang digunakan untuk memutar pisau disk. Kualitas

perajangan pada praktikum kali ini adalah cukup baik (sedang), hasil rajangan

dan ketebalan rajangannya cukup seragam meskipun bentuk rajangan tidak

selalu sama. Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar

80,7%.

Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 80,7 %.

Pada praktikum yang dilakukan ini memperoleh hasil yang cukup baik

(sedang) karena tidak terlalu banyak selisih antara berat awal produk sebelum

dirajang dengan berat akhir produk setelah dirajang. Pada praktikum

pengamatan perajangan yang dilakukan oleh kelompok 6,7,8,9,10 dihasilkan

randement masing-masing 89,47%, 82%, 9%, 80,7%, 100%. Dari kelompok

6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa randement yang paling besar adalah pada

kelompok 10 yaitu dengan 100%. Sedangkan Randement yang paling kecil

yaitu kelompok 8 yaitu dengan randement 9%.

Hal yang berpengaruh pada hasil perajangan atau rendemen yang sedikit

adalah alat perajang (slicer) mempunyai tiga mata pisau tetapi hanya dua yang

aktif memotong atau mengiris dengan ketajaman pisau yang kurang, kecepatan

rotasi pisau perajang juga rendah. Kualitas perajangan singkong adalah sedang,

tidak semua hasil perajangan utuh sebagian ada yang utuh dan sebagian lagi

ada yang hancur. Selain dikarenakan faktor pisau perajang, singkong yang

dirajang terlalu lama disimpan sehingga menjadikan kadar airnya menurun

yang mengakibatkan daging singkong agak layu sehingga sulit dirajang.

Page 25: LAPORAN ALSIN FIX

25

Dalam menentukan kapasitas perajangan sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu jumlah dari bahan yang dirajang, waktu yang diperoleh

pada saat proses perajangan berlangsung, banyak sedikitnya produk yang

dibuang, selain itu ketajaman pisau disk juga mempengaruhi. Ketajaman pisau

disk sangat mempengaruhi besar randement, hal ini disebabkan bila tidak tajam

maka hasil perajangan akan menempel pada dudukan pisau disk yang

kemudian jatuh ke lantai. Sedangkan kapasitas mesin dipengaruhi oleh

kecepatan motor penggerak mesin perajang. Motor penggerak sumber

tenaganya dari berasal dari motor listrik. Hal ini bertujuan agar supaya produk

tidak terkontaminasi bahan bakar motor tersebut.

H. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum Perajangan diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa :

1. Perajangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperkecil

ukuran bahan sehingga dapat mempercepat pengeringan karena

permukaan yang diperkecil akan mempercepat penurunan kadar air.

2. Kualitas perajangan dipengaruhi oleh tajamnya pisau disk, kualitas bahan yang

dirajang dan kecepatan berputarnya mesin.

3. Kapasitas mesin perajang sebesar 5 kg/jam dengan randement sebesar 80,7% .

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya randement adalah berat bruto dan

berat netto dari singkong.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas perajangan adalah jumlah bahan,

struktur serat bahan, ketajaman pisau, dan waktu yang diperlukan selama alat

bekerja.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 26: LAPORAN ALSIN FIX

26

DAFTAR PUSTAKA

Antaralina, Sri Satya dan S. Umar. 2000. Teknologi Pengolahan Komoditas

Unggulan Mendukung Pengembangan Agroindustri di Lahan Lebak. Balai

Penelitian Pertanian lahan Rawa (Balittra).

Gramoli . 1986. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. Erlangga. Jakarta

Ismayenti, L., Prakoso, D. dan Adi Heru Sutomo. 2011. Pengaruh Penggunaan Alat

Ergonomis dan Posisi Kerja terhadap Kelelahan Otot dan Produktivitas

Perajang Tembakau di Kecamatan Ngadirejo dan Bansari Kabupaten

Temanggung. Sains Kesehatan Vol 17 No 4, Oktober 2004.

kartika, Sartono. 2008. Perajang Mekanik Keripik. Jurnal Media Mesin, Vol.7 No.2,

Juli 2006, 55-62. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Lutfi, mustofa. 2010. Rancang bangun perajang ubi kayu pisau horizontal. Jurnal

Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 41-46.

Misgiyarta, Suismono, dan Suyanti. 2011. Tepung Kasava Bimo Kian Prospektif.

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra).

Mittal dan Nurdjannah, Nanan. 1993. Pengaruh Perajangan dan Lama Pelayuan

terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Serai Dapur (Cymbopogon citratus

stapf). Bul Litro, Vol VIII, No 1, 1993.

Mustaniroh, Siti A., Mas’ud, E. dan Safira Aziz Mahdami. 2011. Analisis Kelayakan

Teknis dan Finansial Pengembangan Usaha Kerupuk Waluh dengan Mesin

Perajang Otomatis pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Teknologi Pertanian Vol

12 No 3.

Odior , Riles M. 2008. Rancang Bangun Mesin Perajang Cengkeh Menggunakan

Penggerak Motor Listrik 1 HP dengan Kapasitas 19 Kg/Jam. Jurnal Orbith

Vol 4 No 3 Nopember 2008 : 513 - 520.

Peason. 1990. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 5

No 1 Hal 56. Jakarta.

Rita, Nur Suhaeti dan Siwi, Sri Suharni. 2008. Inkorporasi Perspektif Gender dalam

Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian,

Puslitbang Sosek, Deptan Bogor, dan Balai Penelitian Bioternologi Tanaman

Pangan.

Sashirekha, Meta. 2007. Pangan Aman dan Sehat Prasyarat Kebutuhan Mutlak

Sehari-hari. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Widiyanti. 2006. Produksi Kripik Singkong Dengan Perajangan Mekanik. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Page 27: LAPORAN ALSIN FIX

27

Lampiran Perhitungan Perajangan

1) Data Kelompok 1

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,30

0,275 =1,091 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,28

0,30 x 100 % = 93,33%

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,28

0,275 = 1,018 kg/jam

2) Data Kelompok 2

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,30

0,057 =5,263 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,22

0,30 x 100% = 73,33 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,22

0,057 = 3,859kg/jam

3) Data Kelompok 3

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,20

0,021 =9,523 kg/jam

Page 28: LAPORAN ALSIN FIX

28

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,20

0,20 x 100% = 100 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,20

0,021 = 9,523kg/jam

4) Data Kelompok 4

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,20

0,0,0167 = 11,976 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,22

0,20 x 100% = 110 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,22

0,0167 = 13,173kg/jam

5) Data Kelompok 5

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,50

0,0092 = 54,347 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100 %

= 0,46

0,50 x 100% = 92 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,46

0,0092 = 50,00kg/jam

Page 29: LAPORAN ALSIN FIX

29

6) Data Kelompok 6

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,0038

0,02 = 0,190 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,0034

0,0038 x 100% = 89,5 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,0034

0,02 = 0,170 kg/jam

7) Data Kelompok 7

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,45

0,00083 = 542,168 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,41

0,45 x 100% = 91,1 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,41

0,00083 = 493,975 kg/jam

8) Data Kelompok 8

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,34

0,00083 = 409,638 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

Page 30: LAPORAN ALSIN FIX

30

= 0,31

0,34 x 100% =91,2 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,31

0,00083 =373,493 kg/jam

9) Data Kelompok 9

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,26

0,052 = 5,00 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,21

0,26 x 100% =80,7 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,21

0,052 = 4,038 kg/jam

10) Data Kelompok 10

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,38

0,024 = 15,833 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,38

0,38 x 100% = 100 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,41

0,024 = 15,83kg/jam

Page 31: LAPORAN ALSIN FIX

31

ACARA III

PENGERINGAN (DRAYING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara III Pengeringan yaitu :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pengering, bagian-bagian

utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/masin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :

a. Kapasitas pengeringan

b. Kadar air akhir

c. Kwalitas pengeringan

B. Tinjauan Pustaka

Pengaruh pengeringan daun turi terhadap karakteristik degradasi

dalam rumen, melalui metode in sacco menggunakan kantong nilon. Daun

turi segar dan kering dipotong/dicincang untuk mendapatkan sampelyang

homogen dengan ukuran partikel 1 mm. Sebanyak 2 gr dari masing masing

sampel daun dimasukkan ke dalam kantong dan diinkubasi ke dalam fistula

domba dengan tiga ulangan.penurunan yang sangat drastis pada komponen

mudah larut akibat dari pengeringan daun turi. Kenyataan inimembuktikan

bahwa perlakuan pengeringan dapat digunakan untuk memodifikasi kecernaan

bahan makanan dalam rumen, tergantung pada tujuan yang ingin

dicapai.Tentunya penurunan kecernaan di tingkat rumen diharapkan tidak

menurunkan kecernaan bahan makanan tersebut dalam usus halus.Perlakuan

seperti ini biasanya dilakukan untuk melindungi protein makanan dari

terjadinya perombakan yang hebat dalam rumen, tetapi protein tersebut

diharapkan tetap tersedia pascarumen, terutama pada bahan makanan yang

bermutu tinggi, seperti daun turi (Rusdi, 2008).

Page 32: LAPORAN ALSIN FIX

32

Setiap jenis kayu memiliki respon yang berbeda terhadap pemakaian

suhu dan kelembaban pengeringan sesuai dengan sifat-sifat kayunya. Sifat

dasar kayu yang sangat mempengaruhi sifat pengeringan di antaranya adalah

struktur anatomi dan sifat fisik kayu (Bramhall dan Wellwood 1976).

Perbedaan yang ditunjukan oleh salah satu dari kedua sifat tersebut akan

memberikan respon yang berbeda terhadap sifat pengeringan kayu. Untuk

mendapatkan kualitas pengeringan yang baik dalam waktu yangoptimal pada

kilang pengering (kiln drying), maka pengetahuan operator tentang perilaku

kayu terhadapsuhu dan kelembaban sangat diperlukan. Responsuatu jenis

kayu terhadap suhu tinggi merupakanproses awal dalam menetapkan

jadwalpengeringannya. Jadwal pengeringan yang lazim digunakan diindustri

perkayuan di Indonesia adalah jadwalpengeringan yang berbasis kadar air,

yaitu suatusistem pengaturan besaran suhu dan kelembabanserta

perubahannya dalam kilang pengeringanberdasarkan kadar air rata-rata kayu

yang sedang dikeringkan (Basri, 2007).

Salah satu proses dalam produksi krupuk adalah proses pengeringan,

Proses pengeringanyang dilakukan kebanyakan oleh masyarakat masih secara

konvensional, yaitu pengeringan dilakukandi tempat terbuka yang bergantung

dari sinar matahari. Dalam pengeringan konvensional terdapatbeberapa

permasalahan yaitu panas yang fluktuatif, kebersihan yang tidak terjaga dan

memerlukantempat yang cukup luas.Mengingat di Indonesia terdapat dua

musim yaitu musim kemarau danpenghujan, maka salah satu hal yang

menjadi kendala dalam produksi kerupuk adalah prosespengeringan disaat

musim penghujan. Dimana panas yang dibutuhkan dalam proses pengeringan

tidak bisa terus menerus ada karena adanya hujan. Dengan perkembangan

teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat pengering

kerupuk sebagai pengganti pengeringan secara konvensional. Single chip

ATmega 8535 inidigunakan sebagai pengontrol dalam proses pengeringan,

yaitu mengontrol suhu dan lama waktuproses pengeringan secara elektronik

Page 33: LAPORAN ALSIN FIX

33

dan otomatis. Hal ini akan lebih mudah untuk mengeringkankerupuk tanpa

harus menunggu cuaca cerah (Syafriyudin, 2007).

Dalam sistemindustri, system pengeringan memiliki peranan yang

sangat penting system pengeringan dalam aplikasinya dapat dilakukan dengan

cara yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan dimana system itu

diterapkan. Pada industri pangan proses pengeringan dilakukan untuk

pengawetan makanan yaitu dengan cara menggurangi kadar air sampai batas

tertentu pada makanan tersebut untuk disimpan dalam beberapa waktu.

Makanan yang dimaksud berupa sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung air seperti jamur, brokoli, anggur, strawberry, pisang, dan lain-

lain. Pada industry pengolahan jamur pasca panen harus melewati masa

pengawetan terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke pasaran, sebab jamur itu

sendiri merupakan produk tani yang tidak terlalu tahan lama. Proses

pengeringan itu sendiri merupakan proses pemindahan sejumlah masa uap air

secara simultan, dengan membutuhkan energy untuk menguapkan kandungan

air yang dipindahkan dari permukaan bahan ke media pengering. Proses

pemindahannya sejumlah masa uap air terjadi karena adanya perbedaan suatu

konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya

(Swarnadwipa, 2008).

Menurut Soewarno T. Soekarto 1990, menyebutkan bahwa dalam

memilih teknologi pengeringanhendaknya diarahkan pada aspirasi kelompok

pengguna, efisiensi proses dan peningkatan mutu produk akhir. Efisiensi

proses pengeringan tolok ukurnya meliputi : kecepatan proses, kapasitas

produksi, penghematan biaya, kemudahan sumber energi dan kelestarian

lingkungan. Perbaikan mutu tolok ukurnya meliputi keseragaman produk,

peningkatan mutu dan nilai tambah. Dengan terus meningkatnya harga BBM

dan kelangkaan minyak tanah, petani di lahan pasang surut Sumatera Selatan

telah mengadobsi mesin pengering bahan bakar sekam (Sutrisno, 2005).

Page 34: LAPORAN ALSIN FIX

34

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air

tersebut dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan

tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi

didalamnya.Keuntungan dari pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet

dengan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat

ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang

sehingga memudahkan pengangkutan (Winarno, 1984).

Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan

pangan. Pada kebanyakan peristiwa, pengeringan berlangsung dengan

penguapan air yang terdapat didalam bahan pangan dan untuk ini panas laten

penguapan harus diberikan. Pengeringan adalah metode tertua pada

pengawetan bahan pangan.Lingkungan primitip melakukan pengeringan

daging dan ikan dengan sinar matahari jauh sebelum catatan sejarah dimulai

(Earle, 1969).

Pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan air dengan

cara pemanasan sedemikian ruapa, sampai mencapai kadar air tertentu.

Dengan sangat terbatasnya kadar air, akan menyebabkan enzim-enzim tidak

aktif dan atau mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan jasad

mikroorganisme dapat dihambat bahkan dimatikan, karena mikroorganisme

seperti umumnya jasad hiduo, membutuhkan air untuk proses

metabolismenya. Enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang dikeringkan,

karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya (Hudaya, 1982).

Pengeringan biasanya dipakai untuk menentukan kadar air, atau

dilakukan pada zat kimia padat yang akan ditimbang untuk standarisasi,

membuat reagensi dll. Alat yang digunakan adalah oven yang dilengkapi

dengan thermometer, thermostat dan pengatur waktu pengeringan yang

dikehendaki. Alat yang akan dipai sebagai wadah bahan atau kemikalia yang

akan ditimbang harus dikeringkan juga. Alat yang digunakan untuk

Page 35: LAPORAN ALSIN FIX

35

menyimpan bahan yang sudah dikeringkan adalah eksikator yang kedap

udara, didalamnya ditaruh zat yang bias menyerap uap air sehingga pengaruh

uap air selama penyimpanan bias diabaikan (Sudarmadji, 1976).

Beberapa tumbuhan atau tanaman yang habis dalam keadaan segar

dan mungkin memburuk dalam Beberapa hari setelah panen. Salah satu cara

untuk melestarikan produk tanaman ini adalah untuk mengeringkannya di

baik dengan tradisional pengeringan matahari / naungan atau microwave

pengeringan / oven pengeringan meskipun berfungsi untuk menonaktifkan

enzim polifenol oksidase dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam

Komposisi fitokimia. Umumnya, proses ini dapat menyebabkan atribut

negative terhadap produk pangan akhir, namun penelitian membuktikan

bahwa sifat antioksidan keseluruhan makanan tertentu malah ditingkatkan

karena pembentukan Miliar Reaksi Produk (MRPs), yang dihasilkan dari

reaksi kondensasi antara asam amino (atau protein) dan mengurangi gula atau

produk oksidasi lipid (Annamalai, 2011).

Microwave (MW) yang berhubungan (MW dibantu atau MW -

disempurnakan)Kombinasi pengeringan adalah teknik dehidrasi cepat

yangdapat diterapkan untuk makanan tertentu, khususnya untuk buah-buahan

dan sayuran .Peningkatan kekhawatiran atas kualitas produk dan

produksibiaya telah memotivasi para peneliti untuk menyelidiki danindustri

untuk mengadopsi teknologi pengeringan kombinasi. Keuntungan UM terkait

kombinasi pengeringan meliputi :waktu pengeringan yang lebih pendek,

meningkatkan kualitas produk , danfleksibilitas dalam memproduksi berbagai

macam produk kering . tapiaplikasi saat ini terbatas pada kategori kecil buah-

buahandan sayuran karena biaya start-up tinggi dan relatif rumitteknologi

dibandingkan dengan konveksi konvensionalpengeringan . MW yang

berhubungan dengan kombinasi pengeringan mengambil keuntungan

darimetode pengeringan konvensional dan pemanasan microwave ,

memimpindengan proses yang lebih baik daripada MW pengeringan saja.

Page 36: LAPORAN ALSIN FIX

36

Makalah ini menyajikankajian komprehensif dari kemajuan terbaru dalam

MW – terkaitdikombinasikanpengeringan penelitian dan rekomendasi untuk

penelitian masa depan untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian

laboratorium danaplikasi industri (Zhang, 2006).

Pengeringan adalah unit operasi tertua yang ditemukan di sebagian

besar sektor industri . Sebagai operasi energyintensive kenaikan terus-

menerus dalam minat pengeringan R & D pada skala global terlihat dari

berbagai konferensi internasional yang ditujukan untuk pengeringan . Namun,

sejarah pengeringan R & D sebagai bidang multi -disiplin yang layak bahwa

pasanganfenomena transportasi dengan ilmu material baru berusia sekitar

empat dekade . Sebagian besar literatur teknis sebelum tahun 1980 muncul di

lain selain bahasa Inggris , terutama di Rusia, Jerman , Perancis , Polandia dll

R & sastra D dalam bahasa Inggris mulai muncul hanya sejak 80 's terutama

sebagai hasil dari upaya tunggal tangan dari penulis senior ( ASM ) di McGill

University, Kanada (Mujumdar, 2007).

Untuk pengeringan termal , bahan basah dan gas panas melewati

pengering untuk bertukar panas dan massa untuk mengeringkan bahan basah .

Pengering langsung tersebut merupakan lebih dari 90 % dari pengering

industri dalam operasi hari ini menurut beberapa perkiraan . Ketika gas buang

keluar dari pengering , bahan entrained dalam gas buang harus melalui

kolektor debu yang sesuai, seperti siklon dan rumah kantong untuk

mengumpulkan produk entrained dan untuk memenuhi peraturan knalpot

debit . Bahan , gas pengeringan , dan pengering adalah komponen utama yang

perlu diperhatikan dalam proses pengeringan . Setelah sifat yang diperlukan

material, persyaratan produk , dan skala produksi diketahui , jenis pengering

yang sesuai dipilih . Pemilihan pengering harus mengambil banyak aspek

menjadi pertimbangan . Banyak aturan dan metodologi yang telah diusulkan

dalam literatur tentang pemilihan pengering berdasarkan karakteristik material

dan produk persyaratan . (Wong, 2008).

Page 37: LAPORAN ALSIN FIX

37

Drying adalah proses perpindahan panas dan massa yang

mengakibatkan penghapusan kelembaban air , dengan penguapan dari padat ,

semi padat atau cair untuk mengakhiri dalam keadaan padat . Teknik

pengeringan mungkin tertua dan metode yang paling penting dari pengawetan

makanan dilakukan oleh manusia . Penghapusan kelembaban mencegah

pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme yang menyebabkan

pembusukan , dan meminimalkan banyak reaksi yg memburuk kelembaban -

dimediasi . Dengan menggunakan metode ini , lebih seragam , higienis dan

menarik berwarnaproduk kering dapat diproduksi dengan cepat . Namun, itu

adalah operasi yang memakan energi dan efisiensi energi yang rendah ,

sehingga lebih banyak penekanan diberikan pada menggunakan sumber energi

matahari karena harga yang tinggi dan kekurangan bahan bakar fosil .

Pengering surya kini semakin banyak digunakan karena mereka adalah pilihan

yang hemat energi lebih baik dan lebih (Wankhade, 2012).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 3.1 Alat Pengering Cabinet Dryer

Page 38: LAPORAN ALSIN FIX

38

Bagian Utama Alat dan Mesin

a. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan

alat.

b. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan alat.

c. Setting suhu proses : mengeset suhu proses pengeringan.

d. Kaca : melihat hasil pengeringan.

e. Control suhu ruang : mengontrol suhu ruang pengeringan.

f. Cerobong asap : mendistribusikan uap air.

g. Lock : mengunci kabinet dryer.

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alat ini adalah produk dikeringkan dengan sumber panas

dari kompor listrik.

E. Mekanisme Kerja

Produk diletakan diruang pengering, kompor listrik dinyalakan, panas

dari kompor akan mengeringkan produk secara radiasi. Uap air akan terhisap

oleh blower. Suhu ruang pengering diukur dengan termometer.

Page 39: LAPORAN ALSIN FIX

39

Produk yang telah ditimbang dimasukkan ke bin pengering

Pemanas diaktifkan

Kipas pengering diaktifkan dan debid udara pengering diatur

Dicatat kadar air awal produk

Kadar air selama pengeringan selang waktu 15 menit diukur

Bila kadar air yang dikehendaki telah dicapai, proses pengeringan

dihentikan

Bobot produk kering ditimbang

F. Cara kerja

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengeringan

Kel Berat

Awal

(kg)

Berat

akhir

(kg)

Waktu

(jam)

Kapasitas

(kg/jam)

Randemen

(%)

Laju

Pengering

1 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994

2 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994

3 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96

4 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96

Page 40: LAPORAN ALSIN FIX

40

5 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454

6 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454

7 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165

8 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165

9 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88

10 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air

produk pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses

kimia, kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum

diolah maupun pada saat dipanaskan. Prinsip kerja dari pengeringan adalah

pengurangan kadar air bahan dengan cara pemanasan yang menggunakan

heater/kompor gas (listrik) sebagai sumber panas sedangkan mekanisme kerja

dari pengeringan adalah produk diletakkan dalam rak pengering, mesin

dihidupkan, heater menyala, blower mendistribusikan udara panas ke produk

kemudian blower penghisap menghisap uap air produk dan mendistribusikan

keluar alat melalui cerobong. Pada praktikum ini menggunakan alat/mesin

pengeringan cabinet dryer dan bin dryer, menggunakan bahan singkong hasil

dari praktikum ”Perajangan”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang

berhubungan dengan udara pengering seperti suhu. Dan faktor yang

berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan seperti ukuran bahan,

kadar air awal dan tekanan parsial di dalam bahan. Makin tinggi suhu dan

kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula proses pengeringan

berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energi panas

yang dibawa oleh udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang

diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan aliran udara

pengering makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang

Page 41: LAPORAN ALSIN FIX

41

dipindahkan ke udara. Kelembaban udara mempengaruhi proses pemindahan

uap air. Kelembaban udara yang tinggi maka perbedaan tekanan uap air

didalam dan diluar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan

uap air dari dalam bahan ke luar. Selain itu pengeringan dengan mesin ini ini

juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hisapan blower untuk menghisap uap air

yang menguap dalam tempat pengeringan.

Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan

cabinet dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada

pegeringan cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi

dengan rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat

akhir yang berbeda-beda tiap kelompok. Setelah diketahui hasil pengeringan

maka dapat diperoleh laju pengeringan dengan cara berat awal dikurangi berat

akhir dan dibagi waktu. Randemen berbanding lurus dengan berat netto dan

berbanding terbalik dengan bruto. Laju pengeringan berbanding lurus dengan

berat awal dan berat akhir dan berbanding terbalik dengan waktu, kapasitas

berbanding lurus dengan berat awal dan berbanding terbalik dengan waktu.

Dalam praktikum pengeringan ini yang mempengaruhi rendemen adalah

berat akhir dari prodak yang di hasilkan.

Dari praktikum dapat dilihat pada pengeringan ini digunakan waktu

yang berbeda- beda seperti 0,107, 0,107, 0,25, 0,25, 0,33, 0,33,0,416, 0,416,

0,5, 0,5 dan didapatkan kapasitas produk yang berbeda-beda pula. Kapasitas

produk terkecil dihasilkan oleh kelompok 9 dan 10 yaitu 1, lalu pada

kelompok 7 dan 8 sebesar 1,201, lalu pada kelompok 5 dan 6 sebesar1,51,

lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 2 dan pada kelompok 1 dan 2 sebesar

2,994. Dapat disimpulkan semakin lama waktu yang digunakan maka

kapasitas produk semakin besar. Sedangkan pada rendemen 100,100,98,98, 96,

96, 97, 97, 88, 88 dan diperoleh laju pengeringan dimulai dari dari yang ter

kecil. Pada kelompok 9 dan 10 memperoleh laju pengeringan sebesar 0,88,

lalu pada kelompok 7 dan 8 sebesar 1,165, lalu pada kelompok 5 dan 6

Page 42: LAPORAN ALSIN FIX

42

sebesar 1,454, lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 1,96 dan pada kelompok 1

dan 2 memperoleh nilai laju pengeringan paling besar yaitu 2,994. Maka dapat

disimpulkan semakin tinggi rendemen makan semakin besar juga nilai laju

pengeringan.

H. Kesimpulan

1. Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air produk

pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses kimia,

kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum diolah

maupun pada saat dipanaskan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang

berhubungan dengan udara pengering seperti suhu.

3. Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan cabinet

dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada pegeringan

cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi dengan

rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat akhir

yang berbeda-beda tiap kelompok.

4. Pada hasil praktikum kapasitas produk paling besar adalah pada kelompok 1

dan 2 sebesar 2,994 kg/jam , sedangkan rendemen terbesar juga pada

kelompok 1 dan 2 sebesar 100% dan laju pengeringan terbesar juga pada

kelompok 1 dan 2 sebesar 4,672 kg/jam.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 43: LAPORAN ALSIN FIX

43

DAFTAR PUSTAKA

Annamalai , N. dan W. Hendra. 2011. Pengeringan Jamur dengan dehumidifier.

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 1, Juni 2008 (30-33).

Basri, Efrida dan Yuniarti, Karnita. 2006. Sifat dan Bagan Pengeringan Sepuluh

Jenis Kayu Hutan Rakyat untuk Bahan Baku Mebel. ISSN: 175-182. Bogor.

Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya.

Bogor.

Hardjanti, Sri. 2008. Potensi Daun Katuk sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan

Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk dengan Menggunakan Binder

Maltodekstrin. Jurnal Penelitian Saintek, Vol.13, No.1, April 2008:1-18.

Hudaya, Saripah dan Daradjat, Setiasih. 1981. Dasar-dasar Pengawetan 1.

Depdikbud. Jakarta.

Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.

Yogyakarta.

Mujumdar, Achmad. 2007. Penelitian Pemanfaatan Langsung Sumber Energi Panas

Bumi untuk Pengeringan Kakao (Cokelat). Jurnal Sains dan Teknologi

Indonesi Vol. 10 No. 3 Desember 2008 Hlm. 135-141.

Sudarmadji , Herti. 1976. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh

dan Peluruh Kolesterol. Gramedia. Jakarta.

Sutrisno , G.B.A. 2005. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Mutu Tepung Siput

Laut (Littoraria scabra).

Sulikhah, Nelwan L.O. dan I Nengah Suastawa. 2008. Disain dan Uji Kinerja

Pengering Rotari Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan. Jurnal

Keteknikan Pertanian Vol.22, No.2, Agustus 2008.

Wankhade, Lisdiana. 2012. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Winarno, Fardiaz, S. dan Dedi Fardiaz. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT

Gramedia. Jakarta.

Wong , Muh. 2008. Perancangan Proses dan Peralatan Produksi Biji Kakao Kering

Hasil Perkebunan Rakyat. Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 April 2009.

Page 44: LAPORAN ALSIN FIX

44

Lampiran Perhitungan Pengeringan

1) Data Kelompok 1

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,167 =2,994 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,5

0,5 x 100 % =100%

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,5

0,167 = 2,994 kg/jam

2) Data Kelompok 2

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,167 =2,994 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,5

0,5 x 100 % =100%

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,5

0,167 = 2,994 kg/jam

3) Data Kelompok 3

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,25 =2,00 kg/jam

Page 45: LAPORAN ALSIN FIX

45

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,5

0,49 x 100% = 98 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,49

0,25 = 1,96kg/jam

4) Data Kelompok 4

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,25 =2,00 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,5

0,49 x 100% = 98 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,49

0,25 = 1,96kg/jam

5) Data Kelompok 5

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,33 = 1,51kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100 %

= 0,48

0,5 x 100% = 96 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,48

0,33 = 1,454kg/jam

Page 46: LAPORAN ALSIN FIX

46

6) Data Kelompok 6

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,33 = 1,51kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100 %

= 0,48

0,5 x 100% = 96 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,48

0,33 = 1,454kg/jam

7) Data Kelompok 7

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,416 = 1,201 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,48

0,5 x 100% = 97 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,48

0,416 = 1,165 kg/jam

8) Data Kelompok 8

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,416 = 1,201 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

Page 47: LAPORAN ALSIN FIX

47

= 0,48

0,5 x 100% = 97 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,48

0,416 = 1,165 kg/jam

9) Data Kelompok 9

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,5 = 1,00 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,44

0,5 x 100% =88 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,44

0,5 = 0,88 kg/jam

10) Data Kelompok 10

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

= 0,5

0,5 = 1,00 kg/jam

Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

= 0,44

0,5 x 100% =88 %

Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

= 0,44

0,5 = 0,88 kg/jam

Page 48: LAPORAN ALSIN FIX

48

ACARA IV

PENEPUNGAN (MILLING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara IV Penepungan yaitu :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin penepung, bagian-bagian utama alat

berikut fungsi masing-masing bagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :

a. Kapasitas alat/mesin

b. Kwalitas produk (tepung)

c. Randement produk.

d. Tingkat/derajat kebersihan produk.

B. Tinjauan Pustaka

Keberadaan terigu sudah melekat dengan industri pengolahan

pangan.Akibatnya, ketika harga terigu naik, para produsen makanan olahan dari

terigu, terutama yang termasuk usaha kecil menengah (UKM) menghadapi

masalahyang berat. Di satu sisi, produsen tertekan oleh kenaikan harga terigu,

namun di sisi lain dihadapkan pada daya beli konsumen yang makin menurun.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tepung

dari bahan pangan lokal dalam memproduksi makanan berbasis terigu.Budaya

mengonsumsi tepung pada masyarakat Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan

mengembangkan aneka tepung lokal untuk mengurangipenggunaan terigu.

Berkaitan dengan hal tersebut, tantangan ke depan adalah mengkaji ulang dan

memanfaatkan bahan pangan serealia lain yang dapat mensubstitusi terigu

(Suarni, 2009).

Page 49: LAPORAN ALSIN FIX

49

Tepung umbi ialah bentuk hasil pengolahan bahan dengancara penggil

ingan atau penepungan. Pada prosespenggilingan, ukuran bahan diperkecil

dengan cara diremuk yaitu ditekan dengan gaya mekanis dari alatpenggiling.

Perbedaan dengan proses tepung pati terletakpada adanya proses ekstraksi dengan

cara pengepresan,pengendapan untuk memi sahkan pati nya. Pengamatan

karakterisasi tepung umbi dan tepung patiumbi meliputi analisis sifat fisik

proksimat, amilosa, danfungsional tepung dan pati . Karakteristik fisik tepung

umbi dan tepung pati meliputirendemen, granula pati, absorbsi air, dan absorbsi

minyak. Hal tersebut berkaitan erat dengan komposisi kimia. Secara spontan

granula pati basah dapat terdespersi dalam air dan minyak, hal ini menunjukkan

bahwa granula pati dapat memberikan gugus hidrofilik dan hidrofobik

(Richana, 2004).

Kadar serat tepung gadung selama percobaan.berkisar antara 1,59 –

1,62%. menunjukkan bahwa lama perendaman dan besarnya konsentrasi larutan

garam berpengaruh tidak nyata terhadap kadar serat tepung gadung. Kadar air

tepung gadung dengan perlakuan perendaman dalam larutan garam 7,5% lebih

tinggi dibandingkan dengan yang direndam dalam larutan garam 5%. Hal ini

mungkin penyebabnya karena jumlah garam yang tertinggal pada tepung pada

perlakuan perendaman dengan larutan garam 7,5% lebih banyak dari pada

tepung dari perlakuan perendaman larutan garam 5%. Garam bersifat higroskopis

sehingga makin banyak jumlah garam yang tertinggal dalam tepung, kadar air

tepung semakin tinggi (Hardjo, 2005).

Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap pakai

terutama untuk produksi makanan olahan disamping mendorong munculnya

produk-produk yang lebih beragam juga dapat mendorong berkembangnya

industri berbahan dasar tepung atau pati talas sehingga dapat meningkatkan nilai

jual komoditas talas. Penepungan talas juga diharapkan dapat menghindari

kerugian akibat tidak terserapnyaumbi segar talas di pasar ketika produksi

panenberlebih.Komposisi pati pada umumnya terdiri dariamilopektin sebagai

Page 50: LAPORAN ALSIN FIX

50

bagian terbesar dan sisanyaamilosa. Adanya informasi mengenai komposisi

patidiharapkan dapat menjadi data pendukung dalammenentukan jenis produk

yang akan dibuat dari patiatau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel umbi

talasyang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat danKepualauan Solomon,

diperoleh kadar pati rata-ratasebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46%

(Hartati, 2003).

Pada pengolahan tepung ikan, minyak ikan diperoleh degan cara

memisahkan bagian minyak dari cairan hasil pengepresan. mutu minyak ikan

diduga dipengaruhi oleh mutu bahan mentah yang diolah misalnya mutu minyak

ikan lemburu yang digunakan untuk memproses ikan kalengan pada umumnya

lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan untuk memproduksi tepung

ikan bahkan tepung ikan juga diolah dengan menggunakan limbah pengalengan

(Permana, 2003).

Warna tepung gandum yang masih baru biasanya kekuning-kuningan

dapat berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Perubahan tersebut sering

meninmbulkan sifat organoleptik warna dan penampakan yang tidak diinginkan,

baik selama proses penyimpanan maupun selama proses pembuatan produk

pangan sehingga mengurangi mutu produk. Hal lain bahwa tepung terigu yang

baru berwarna kekuning-kuningan dan bersifat kurang elastis. Bila dijadikan

adonan roti tidak dapat berkaembang dengan baik (Cahyadi, 2006).

Keripik tempe dihasilkan dari percampuran tempe pada adonan tepung

yang telah dibumbui. Proses ini memegang peran penting karena akan

menentukan rasa dari keripik tempe original dan berpengaruh terhadap proses

selanjutnya. Tingkat keenceran suatu adonan menjadi kunci dalam adonan.

Adonan yang terlalu encer akan membuat tepung susah melekat pada tempe,

sedangkan adonan yang terlalu pekat membuat adonan menempel pada tempe

terlalu tebal sehingga keripik tempe menjadi tidak renyah (Sa’diyah, 2009).

Tepung gandung yang dibuat berwarna krem, karena adanya zat xatifil.

Warna tepung akan memutih selama penyimpanan, tetapi ini merupakan proses

Page 51: LAPORAN ALSIN FIX

51

lambat. Oleh karena kesukaan konsumen akan tepung putih, penggunaan bahan

pemutih tepung telah banyak dipakai. Bahan pemutih yang paling sering

digunakan adalah benzyl peroksida.Mutu tepung roti yang dibuat dari tepung

tertentu ternyata lebih baik bila umur tepung bertambah. Hal ini merupakan

proses yang lambat tetapi dapat dipercepat dengan bahan peningkat mutu.

(Buckle, 1978).

Dalam penelitian berikut penepungan basah proses diselidiki di bawah

penepungan yang berbeda kondisi kalsium karbonat bubur. Bahan grinding media

yang berbed abervariasi dalam berat jenis, ukuran manik-manik dan kecepatan

ujung pengaduk yang digunakan. Untuk menentukan optimum dari konsumsi

energi untuk proses penepungan, berdasarkan modelstres Kwade (Weber, 2010).

Komposisi proksimat dari sampel tepung menunjukkan penurunan sekitar

14 sampai 38% kandungan protein tetapi dengan peningkatan yang signifikan

dalam kadar serat ( 167-967 % ) tergantungpada tingkat substitusi . Lemak dan

abu isinya , serta pH sampel tepung meningkatdengan peningkatan karena adanya

setelah penepungan. Adonan dengan sifat viskoelastik yang baik dan dapat

diterimaroti dengan kualitas yang mirip dengan roti gandum 100 % diproduksi

dari 10 % penambahan tepung tigernut (Omowaye, 2006).

Page 52: LAPORAN ALSIN FIX

52

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 4.1 Alat/Mesin Penepungan

Bagian Utama Alat dan mesin

a. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran.

b. Belt transmition : menyalurkan tenaga dari motor.

c. Inlet : tempat pemasukkan bahan.

d. Gigi aktif : memukul produk menjadi tepung.

e. Gigi pasif : untuk memukul produk jadi tepung.

f. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran.

g. Outlet : tempat keluarnya produk.

h. Motor listrik : penggerak gigi aktif.

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat ini adalah produk dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif.

E. Mekanisme Kerja

Motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkan dalam inlet,

kemudian masuk kedalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif dan

gigi pasif. Produk yang belum halus tertahan oleh saringan kemudian dihantam

lagioleh gigi aktif dan gigi pasif, kemudian produk keluar melalui outlet

Page 53: LAPORAN ALSIN FIX

53

F. Cara kerja

Produk yang akan ditepung

Ditimbang dan dicatat bobotnya

Motor penggerak dihidupkan

Produk kering

Dimasukkan ke dalam hopper penepung

Dicatat lama waktu penepungan

Produk yang telah menjadi tepung

Ditimbang dan dicatat bobotnya

Diamati tingkat kelembutan tepung

Page 54: LAPORAN ALSIN FIX

54

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran penepungan

Kel Berat

awal

(kg)

Berat

akhir

(kg)

Waktu

(jam)

Kapasitas

(kg/jam)

Randemen

(%)

Kualitas

1 0,5 0,460 0,072 6,944 92 Kasar

2 0,5 0,020 0,140 3,571 4 Halus

3 0,5 0,497 0,091 5,494 99,4 Kasar

4 0,5 0,474 0,0868 5,760 94,8 Halus

5 0,5 0,615 0,1007 4,965 94,8 Kasar

6 0,5 0,482 0,113 4,424 96,4 Halus

7 0,5 0,507 0,0542 9,225 101,4 Halus

8 0,5 0,507 0,044 11,363 101,4 Kasar

9 0,5 0,547 0,160 3,125 109,4 Kasar

10 0,5 0,523 0,086 5,813 104,6 Halus

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Penepungan adalah proses untuk menghaluskan produk dari bahan

padat atau keras. Prinsip kerja dari penepungan ini adalah produk dihantam

oleh gigi aktif dan gigi pasif sedangkan mekanisme kerja dari penepungan ini

adalah motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkkan dalam inlet

kemudian masuk ke dalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif

dan gigi pasif kemudian disaring dan produk keluar melalui outlet.

Pada praktikum penepungan ini bahan yang digunakan adalah beras.

Sebelum dilakukan penepungan, beras yang akan ditepung direndam terlebih

dahulu di dalam air selama 1 malam, kemudian ditiriskan, hal ini dilakukan

agar beras dalam kondisi agak lembab dan mudah untuk digiling, selain itu

tepung yang dihasilkan nantinya tidak terlalu kering sehingga debunya tidak

berterbangan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kecepatan mesin dalam

melakukan penepungan. Karena semakin tinggi kandungan air dalam produk

maka kekerasan produk semakin rendah sehingga memudahkan proses

Page 55: LAPORAN ALSIN FIX

55

penepungan. Selain berpengaruh terhadap kecepatan penepungan kadar air

dalam produk juga mempengaruhi tingkat kehalusan produk dalam air dalam

produk juga berpengaruh pada tingkat kehalusan tepung yang penepungan.

Semakin tinggi kadar air dalam produk maka tepung yang dihasilkan akan

semakin halus.

Dalam praktikum penepungan kelompok kami ini berat awal beras

sebelum ditepungkan adalah 0,5 kg dan setelah dilakukan penepungan

didapati berat akhir penepungan adalah 0,547 kg dalam waktu 0,160 jam

sehingga dapat diperoleh kapasitas kerja mesin dengan membagi antara berat

awal dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan penepungan. Dari

perhitungan tersebut didapatkan kapasitas kerja mesin 3,125 kg/jam

sedangkan randementnya 109,4%, diperoleh dengan membagi berat akhir

dengan berat awal kemudian dikalikan 100 %. Pada kelompok 7, 8, 9 dan 10

memperoleh randemen lebih dari 100%, hal ini tidak sesuai dengan teori.

Seharusnya nilai randemen <100%. Hal tersebut terjadi karena kurang teliti

sangat menimbang. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus

dibandingkan beras kering yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan.

Hal ini karena beras yang telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih

lembek, jadi ketika beras yang telah direndam dimasukkan ke mesin

penepungan akan mudah dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas kerja mesin

adalah berat awal produk dan kurang lancarnya produk saat masuk kedalam

mesin penepung sehingga secara tidak langsung menambah waktu yang

diperlukan untuk melakukan penepungan sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya randement adalah masih tertinggalnya sebagian

produk di dalam mesin sehingga mengurangi jumlah tepung yang dihasilkan.

Selain itu juga karena masih tertinggalnya sebagian tepung dari kelompok

sebelumnya yang melakukan penepungn sehingga menambah jumlah produk

penepungan. Hal ini membuat kurang validnya data yang diperoleh.

Page 56: LAPORAN ALSIN FIX

56

H. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Penepungan adalah:

a. Pengeringan memiliki tujuan yaitu mengurangi kadar air bahan agar enzim-

enzim tidak aktif dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh.

b. Salah satu alat pengeringan yaitu cabinet dryer.

c. Kecepatan udara makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang

dipindahkan.

d. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus dibandingkan beras kering

yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan. Hal ini karena beras yang

telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih lembek, jadi ketika beras yang

telah direndam dimasukkan ke mesin penepungan akan mudah dihantam oleh

gigi aktif dan gigi pasif.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 57: LAPORAN ALSIN FIX

57

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita,

Jakarta.

Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor.

Handoyo, Ekadewi Anggraini. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendinginan

terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller.

Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13. Fakultas Teknik,

Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Hardjo, Muljo. 2005. Tepung Gadung (Dioascorea hispida DENNST) Beras Sianida

dengan Merendam Parutan Umbi dalam Larutan Garam. Jurnal

Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 6, Nomor, September 2005,

92-99. Universitas Terbuka.

Hartati, N Sri dan Titik K. Prana. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung

bebrapa kultivar Talas. (Coloccasia esculental. Schott). Jurnal Natur

Indonesia 6(1) : 29-33 (2003) ISSN 1210-9379, Pusat Penelitian

Bioteknologi LIPI, Cibinong.

Ir. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta.

Omowaye . 2007. Prediction of Breakage during Roller Milling of Mixtures of Wheat

Kernels, Based on Single Kernel Measurements. Jurnal Teknologi, 48(F)

Jun : 75-83, Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia.

Suarni. 2009. Prospek Pemafaatan Tepung Jagung untuk Kue kering (Cookies).

Jurnal Litbang Pertanian 28(2). 2009. Balai Penelitian Tanaman Serelia,

Universitas Terbuka.

Weber, Sukandar. 2010. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan

Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Pangan Sumber Protein. Jurnal Gizi

dan Pangan, Maret 2008 3(1): 49 – 60.

Page 58: LAPORAN ALSIN FIX

58

Lampiran Perhitungan Penepungan dan pengayakan

1) Data Kelompok 9

Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)=

0,5

0,116= 4,310 kg/jam

Rendement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙𝑥 100% =

0,547

0,5𝑥 100% = 109,4% %

Page 59: LAPORAN ALSIN FIX

59

ACARA V

GORENG SANGAN (FRYING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara V Goreng sangan yaitu :

1. Mengetahui kontraksi dasar alat/mesin untuk penggoreng sangan, bagian-

bagian, utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang diingankan/disyaratkan.

B. Tinjauan pustaka

Proses penyaringan minyak kelapa sawit sebanyak 2 kali (pengambilan

lapisan lemak jenuh) menyebabkan kandungan asam lemak tak jenuh menjadi

lebih tinggi. Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak

mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama menggoreng

minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya

konyak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi

oksidasi pada minyak. Terdapat 2 (dua) cara proses menggoreng, yaitu pan frying

dan deep frying. Menggoreng cara deep frying membutuhkan minyak dalam

jumlah banyak sehingga bahan makanan dapat terendam seluruhnya di dalam

minyak. Proses menggoreng adalah suatu proses persiapan makanan dengan cara

memanaskan bahan makanan di dalam ketel yang berisi minyak (Sartika, 2009).

Arang sekam pada penggorengan suhu tinggi pada penelitian tersebut

memiliki sifat absorb. Penggorengan ini membuthkan banyak minyak dengan

volume besar, sehingga ini membuktikan bahwa arang sekam bersifat absorb.

Arang sekam memiliki kemampuan menyerap (absorb) molekul-molekul radikal

bebas pada minyak goreng bebas. Sifat arang sekam ini akan dimanfaatkan untuk

mengatur kondisi suhu dan kelembapan udara dalam ruang (Setyowati, 2008).

Page 60: LAPORAN ALSIN FIX

60

Metode penggorengan yang biasa digunakan adalah deep frying.Metode

deep frying merupakan metode menggoreng bahan pangan dengan minyak yang

banyak sehinggabahan pangan terendam seluruhnya.Selain itu, metode ini juga

menggunakan suhu tinggidan jangka waktu yang lama.Pemanasan minyak

berulang pada suhu tinggi dapatmenyebabkan kerusakan minyak goreng.

Kerusakan disebabkan karena proses oksidasidan polimerisasi asam lemak jenuh

yang dikandungnya. Oksidasi lemak akan menghasilkanasam-asam lemak

berantai pendek yang dapat menimbulkan perubahan bau dan rasa serta senyawa

peroksida yang dapat membahayakan kesehatan tubuh (Mahmudan, 2014).

Penggorengan adalah proses pemasakan dan pengeringan bahan melalui

kontak dengan minyak panas secara simultan san terjadi pindah panas dan pindah

massa. proses ini merupkan proses yang sangat vital dalam pembuatan sebuah

kripik. dengan dilakukan penggorengan, akan diperoleh produk yang renyak,

selain itu citarasa yang ditimbulkan juga akan berubah seiring dengan berjalannya

beberapa reaksi seperti maillard dan karamelisasi, serta adanya penyerapan

minyak (Manuel, 2006).

Penggorengan vakum dirancang untuk membuat keripik dari buah-buahan

yang mengandung kadar serat, gula, dan air tinggi, serta buah-buahan yang

mudah mengalami reaksi pencoklatan bila sudah dikupas. Contoh produk hasil

penggorengan vakum antara lain keripik apel, keripik nangka, dan keripik

bengkuang. Selain dapat mengurangi kadar air, sistem penggorengan ini juga

menghasilkan produk dengan tekstur yang baik dan stabil dalam penyimpanan

(Matz, 1982). Penggorengan vakum dilakukan pada tekanan rendah, sehingga

penguapan dapat berlangsung cepat dan merata karena terdapat kesenjangan

tekanan dan kelembaban yang besar antara bagian luar dan bagian dalam bahan.

Kerusakan sifat sensoris produk juga dapat ditekan karenadalam kondisi vakum

tidak dibutuhkan suhu tinggi untuk menguapkan air (Ketaren, 1986). Keuntungan

lain penggunaan sistem penggorengan vakum adalah warna dan zat-zat nutrisi

Page 61: LAPORAN ALSIN FIX

61

yang terkandung dalam buah tidak banyak mengalami perubahan karena proses

penguapan air berlangsung pada suhu rendah (Rosida, 2008).

Metode dalam penggorengan ada duamacam, yaitu dengan menggunakan

minyak pada suhu rendah (vacuum frying) dan suhu tinggi (deep

frying).Penggoengan suhu rendah dilakukan untuk menjaga keutuhan kandungan

gizi pada bahan, biasanya dilakukan pada sayuran dan buah. Penggorengan tempe

dilakukan dengan metode deep frying, dimana tempe digoreng dengan seluruh

bahan tecelup pada minyak dengan suhu 180-2400 C (Sa’diyah, 2009).

Deep frying lemak adalah salah satu prosedur yang paling populer untuk

pengolahan makanan karena cepat dan mengembangkan rasa diinginkan dan

tekstur ( Sanibal dan Mancini - Filho , 2004) . Selama penggorengan tidak hanya

uap air tetapi juga senyawa lain pindah dari makanan ke dalam lemak , yang

dikombinasikan suhu penggorengan yang tinggi menyebabkan degradasi minyak

goreng ( Mellema , 2003). Degradasi minyak goreng diproduksi senyawa volatil

dan non -volatile . Sebagian besar senyawa volatil menguap di atmosfer dengan

uapdan sisanya senyawa non -volatile dalam minyak mengalami reaksi kimia

lebih lanjut atau diserap dalam makanan yang digoreng . Senyawa-senyawa non -

volatile dalam minyak mempengaruhi sifat fisik dan kimia makanan yang

digoreng , yaitu stabilitas aroma, rasa dan tekstur selama penyimpanan

(Sunisa, 2011).

Ada kekhawatiran konstan untuk menentukan efek bahwa berbagai faktor

yang terlibat dalam proses termal , industri atau kuliner memiliki nilai gizi dari

makanan yang diproses . Ketika lemak menembus makanan , mungkin selektif

mengubah komposisi makanan , seolah-olah semacam proses kromatografi .

Perubahan yang dihasilkan tergantung pada banyak faktor , seperti komposisi

lemak dan menggoreng makanan , tekstur , ukuran dan bentuk dari makanan dan

kondisi penggorengan seperti suhu , durasi , dll Semua faktor ini mempengaruhi

perubahan yang terjadi pada nilai gizi dari makanan yang digoreng . Perubahan

yang tidak diinginkan dapat terjadi bersamaan dengan modifikasi yang

Page 62: LAPORAN ALSIN FIX

62

diinginkan , salah satu perubahan tersebut menjadi kehilangan nutrisi , terutama

vitamin dan , selama proses penggorengan (Ghidurus, 2010).

Dalam 40 tahun terakhir , penggunaan proses menggoreng deep-fat di

Amerika Serikat dan Eropa telah meningkat dengan pesat . Banyak dari produk

ini adalah makanan ringan dengan kandungan minyak bervariasi dari 6 %

(panggang kacang) ke 40 % (keripik kentang) (Moreira dan lain-lain 1999). Di

Amerika Serikat, sekitar 1,2 miliar pon keripik kentang yang dikonsumsisetiap

tahun (FSA / USDA 2002). Penelitian baru-baru ini dankepentingan dalam

aplikasi vacuum frying (Garayo dan Moreira 2002) dan pengembangan desain

baru fryer (Moreira dan lain-lain1999) memberikan insentif untuk studi

mendalam akrilamidagenerasi selama penggorengan , sehingga proses yang lebih

baik dapat dirancang untukmengurangi pembentukan produk beracun ini dalam

produk goreng (Granda, 2010).

Goreng adalah salah satu metode memasak tertua dan paling populer yang

ada . Deep frying lemak adalah metode untuk menghasilkan makanan kering di

mana lemak dimakan dipanaskan di atas air mendidih berfungsi sebagai media

transfer panas , lemak juga bermigrasi ke dalam makanan , memberikan nutrisi

dan rasa ( Fan et al . , 2005 dan Tarmizi dan Niranjan , 2011 ) . Kondisi ini

menyebabkan tingginya tingkat perpindahan panas , cepat memasak , browning ,

tekstur , dan pengembangan rasa. Oleh karena itu , menggoreng deep- fat sering

dipilih sebagai metode untuk menciptakan rasa yang unik , warna , dan tekstur

dalam makanan olahan . Namun, gelap permukaan dan banyak efek samping

berlangsung selama menggoreng deep-fat karena suhu tinggi . Karena tekanan

menurunkan , titik didih kedua lemak dan kelembaban dalam makanan

diturunkan . Vacuum frying adalah teknik alternatif untuk meningkatkan kualitas

makanan dehidrasi. Selama vacuum frying , sampeldipanaskan di bawah tekanan

negatif yang menurunkan titik didih minyak goreng dan air dalam sampel

(Amany, 2012).

Page 63: LAPORAN ALSIN FIX

63

Antioksidan alami telah digunakan dalam minyak goreng ( Jaswir dan

lain-lain 2000) dalam minyak goreng sawit . Para peneliti ini menunjukkan bahwa

kombinasi rosemary , sage , dan asam sitrat adalah yang paling efektif dalam

memperlambat degradasi asam lemak , tetapi asam sitrat saja hanya sedikit lebih

baik daripada tidak ada aditif . Warner dan lain-lain ( 1985) juga melaporkan

bahwa THBQ serta asam sitrat yang digunakan selama pemanasan minyak

kedelai tidak berpengaruh dibandingkan dengan minyak kedelai tanpa aditif .

Kurangnya pengaruh asam sitrat selama penggorengan tidak terduga karena asam

sitrat juga volatilizes pada suhu tinggi seperti halnya antioksidan kimia. Asam

sitrat yang ditambahkan selama pengolahan minyak nabati di tingkat 0,005 %

sampai 0,01 % untuk bertindak sebagai chelator logam dan dengan demikian

membantu melindungi minyak dari oksidasi ( Brekke 1980) . Namun, asam sitrat

terurai pada suhu di atas 150 C , sehingga perlu ditambahkan ke minyak

deodorized pada 130 ◦ Corlessduringcooling setelah deodorisasi ( Frankel 2005).

Selain peran asam sitrat sebagai chelator logam , Jaswir dan Che Man ( 1999)

melaporkan bahwa asam sitrat , bersama dengan antioksidan , dapat dianggap

sebagai sinergis untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dalam minyak sawit

(Warner, 2009).

Pada umumnya proses pembuatan emping melinjo itu menggunakan cara

menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir, maka biji-biji melinjo yang

digoreng sangan akan dapat masak secara merata ; karena pasir sifatnya cepat

menerima panas (dari api tungku atau kompor), dan dengan mencampurkan biji-

biji melinjo berbaur dengan pasir (Sunanto, 1998).

Penyangraian bji kopi merupakan proses yang penting dalam industri

perkopian dan amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses

mengubah biji-biji kopi yang tidak enak menjadi bahan minuman dengan aroma

dan citarasa yang lezat. Proses pengolahannya menggunakan tekanan atmosfer

dengan udara panas, dengan melalui kontak dengan bahan mutal panas

(Siswoputranto, 2001).

Page 64: LAPORAN ALSIN FIX

64

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 5.1 alat/mesin goreng sangan

Bagian Utama Alat dan mesin

a. Silinder luar : menyalurkan radiasi panas ke dalam silinder.

b. Silinder dalam : sebagai tempat produk.

b. Tuas pengunci : mengunci agar produk tidak dapat keluar.

c. Outlet : tempat keluar produk.

d. Kompor gas : sumber panas.

e. Belt : menghubungkan tiap-tiap pulley.

f. Speed redustion : untuk mengurangi kecepatan motor listrik.

g. Motor listrik : menggerakkan belt.

h. Pulley mesin : penerima tenaga dari motor.

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat ini adalah produk dimatangkan dengan radiasi panas.

E. Mekanisme Kerja

Produk dimasukkan ke dalam silinder dalam, kemudian menutup tuas

pengunci. Dengan mendapatkan sumber panas dari kompor gas. Kemudiaan

diradiasikan ke silinder dalam untuk mematangkan produk.

Page 65: LAPORAN ALSIN FIX

65

F. Cara kerja

Produk (kacang tanah)

Ditimbang

Alat dibersihkan dan dirangkai

Kompor dinyalakan

Kacang tanah dimasukkan

Motor listrik dihidupkan

Diamati tingkat kematangan @10 menit sampai 60 menit

Dihitung kapasitasnya

Bobot produk kering/ berat akhir ditimbang

Page 66: LAPORAN ALSIN FIX

66

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran goreng sangan

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Mesin penggoreng sangan adalah mesin yang digunakan untuk

menggoreng suatu produk tanpa menggunakan minyak. Dalam penggorengan

sangan banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar air, jenis bahan dan

tingkat kematangan produk. Apabila produk olahan belum matang berarti

masih banyak mengandung kadar air. Apabila produk sudah tidak

mengandung kadar air maka produk tersebut sudah matang.

Goreng sangan ini dilakukan dengan produk berdasarkan tingkat

kematangan. Produk yang digunakan adalah kacang tanah yang masih mentah.

Untuk lamanya proses pengorengan sangan ini tergantung pada kualitas

kematangan dari kacang tanahnya. Dengan menyusun alat penggorengan

sangan seperti pada rangkaian gambar diatas, maka goreng sangan dapat

dilakukan. Metode yang dipakai dalam percobaan ini adalah merubah keadaan

Kel Berat Awal (kg) Lama Proses (menit) Kadar Air % Tingkat masak

1 1 10 21,1 Kurang masak

2 1 10 21,1 Kurang masak

3 0,5 20 18,7 Kurang masak

4 0,5 20 18,7 Kurang masak

5 0,5 30 16,2 Agak masak

6 0,5 30 16,2 Agak masak

7 0,5 20 18,7 Kurang masak

8 0,5 20 18,7 Kurang masak

9 0,5 15 9,4 Masak

10 0,5 15 9,4 Masak

Page 67: LAPORAN ALSIN FIX

67

produk, baik sifat fisik maupun kimiawinya sehingga menghasilkan produk

yang lunak dan enak dimakan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kemasakan dari produk adalah

kadar air yang terdapat dalam produk tersebebut. Semakin besar kadar air

pada produk makan tingkat kematangan suatu produk yang di hasilkan juga

akan kurang. Tujuan dari alat mesin goreng sangan ini adalah mengurangi

kadar air yang terkandung dalam sebuah produk atau bahan. Semakin lama

proses maka semakin menurun kadar airnya, tapi bila terlalu lama maka bahan

yang didalam mesin akan gosong, jadi harus diamati setiap beberapa menit hal

ini disebabkan karena produk kehilangan air saat proses pemanasan yang

ditimbukan dari kompor gas.

Banyak faktor yang mempengaruhi goreng sangan diantaranya

semakin lama pemanasan maka produk akan semakin matang. Cepat

lambatnya pemutaran, apabila perputaran silinder lambat maka radiasi panas

yang terima produk semakin besar tetapi distribusi panas kurang merata

sehingga kurang baik untuk pematangan produk. Besar kecilnya api pemanas

memegang peranan penting, karena pematangan produk diatur cepat

lambatnya melalui besar kecilnya api pemanas. Dalam penggorengan sangan

juga dipengaruhi berat produk dan kadar air awal produk yang digoreng,

semakin banyak produk maka proses proses pematangan akan semakin lama

demikian sebaliknya semakin sedikit produk maka penggorengan

memerlukan waktu yang relatif cepat. Sedangkan kadar air awal produk

berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk penggorengan sangan

karena penggorengan sangan bertujuan untuk mematangkan produk hingga

matang dan kadar air tertentu.

Pada praktikum diperoleh hasil pada kelompok 1 dan 2 berat awal 1

kg, lama prosesnya 10 menit memiliki kadar air sebesar 21,1% dan tingkat

kemasakannya kurang masak. Pada kelompok 3 dan 4 berat awal 0,5 kg, lama

prosesnya 20 menit memiliki kadar air sebesar 18,7% dan tingkat

Page 68: LAPORAN ALSIN FIX

68

kemasakannya kurang masak. Pada kelompok 4 dan 5 berat awal 0,5 kg, lama

prosesnya 30 menit memiliki kadar air sebesar 16,2% dan tingkat

kemasakannya agak masak. Pada kelompok 6 dan 7 berat awal 0,5 kg, lama

prosesnya 20 menit memiliki kadar air sebesar 18,7% dan tingkat

kemasakannya kurang masak. Sedangkan pada kelompok 9 dan 10 berat awal

0,5 kg, lama prosesnya 15 menit memiliki kadar air sebesar 9,4% dan tingkat

kemasakannya masak. Hal tersebut disebabkan oleh alat yang digunakan pada

kelompok 9 dan 10 sudah panas karena di gunakan oleh beberapa kelompok

sebelumnya jadi dengan waktu yang singkat pun kacang sudah masak.

H. Kesimpulan

1. Mesin penggoreng sangan adalah mesin yang digunakan untuk menggoreng

suatu produk tanpa menggunakan minyak. Dalam penggorengan sangan

banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar air, jenis bahan dan tingkat

kematangan produk

2. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemasakan dari produk adalah kadar air

yang terdapat dalam produk tersebebut. Semakin besar kadar air pada produk

makan tingkat kematangan suatu produk yang di hasilkan juga akan kurang.

3. Pada kelompok 9 dan 10 berat awal 0,5 kg, lama prosesnya 15 menit memiliki

kadar air sebesar 9,4% dan tingkat kemasakannya masak. Hal tersebut

disebabkan oleh alat yang digunakan pada kelompok 9 dan 10 sudah panas

karena di gunakan oleh beberapa kelompok sebelumnya jadi dengan waktu

yang singkat pun kacang sudah masak.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 69: LAPORAN ALSIN FIX

69

DAFTAR PUSTAKA

Amay, M. 2012. Separation of Forest Seed Through Flotation. In Seed Problem.

International Symposium on Seed Processing. Vol. 1, Paper No 16, Bergen,

Norway.64-70 pp.

Ghidurus, 2010.Uji dan Aplikasi Komputasi Paralel pada Jaringan Syaraf

Probabilistik (PNN) untuk Proses Klasifikasi Mutu Tomat. Jurnal

Teknologi, Edisi No.1. Tahun XX, Maret 2006, 34-45 ISSN 0215-1685.

Granda. 2010. Perancanga Proses dan Peralatan Produksi Biji Kakao Kering Hasil

Perkebunan Rakyat. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung

Pandang.

Rosida. 2008. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta.

Sa’diyah. 2009. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka, Jakarta.

Siswoputranto. 2001. Pengaruh Suhu dan Lama proses Menggoreng (Deep Frying)

terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makara, Sains, Vol.13, No. 1,

April 2009 : 23-29. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,

Jakarta.

Sunanto . 1998. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sunisa. 2011. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, Jakarta.

Warner,dkk. 2009. Jurnal Memanfaatkan Arang Sekam untuk Mengatur Suhu dan

Kelembapan Udara dalam Ruangan. Forum Teknik Vol. 32, No. 1, Januari

2008. Fakultas Teknik, Universitas Widya Mataram, Yogyakarta.

Page 70: LAPORAN ALSIN FIX

70

ACARA VI

SORTASI

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara VI Sortasi antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk sortasi, bagian-bagian utama

alat berikut fungsi masing-masing nagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alt/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputu :

a. Kapasitas alat/mesin

b. Tingkat/derajat pembersihan produk

B. Tunjauan Pustaka

Sortasi merupakan pemindahan beras gabah dari sekam, gabah hampa atau

kotoran ringan lainnya yang di dasarkan pada berat jenisnya. Penyusutan

kualitatif atau penyusutan volume terjadi pada saat gabah banyak terbuang saat

panen, hilang pada saat pengankutan, tercecer pada saat perontokan ataupun

penjemuran.Sedang penyusutan kualitatif di sebabkan karena adanya kerusakan

kimiawi atau fisis, seperti gabah banyak yang berkecambah, banyak yang retak,

biji menguning dan lain sebagainya (Noor, 2009).

Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan atas dasar berat biji,

kemurnian, warna dan bahan ikutan serta jamur. Dalam menetapkan kualitas biji,

faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah kulit ari, kadar lemak dan kadar air

turut diperhatikan. Sortasi biji yang dilakukan secara visual adalah dengan

membuang biji yang jelek dan rendah mutunya. Biji yang telah mengalami proses

sortasi dimasukan kedalam karung goni dengan berat maksimum setiap kacang 60

kg (Yanita, 2008).

Page 71: LAPORAN ALSIN FIX

71

Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas,

seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang

hama/penyakit).Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang,

karena dapat merusak mesin pengupas.Biji merah (superior) diolah dengan

metoda pengolahan basah atau semibasah, agar diperoleh biji kopi kering dengan

tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau,kuning, merah diolah

dengan cara pengolahan kering (Choiron, 2010).

Benih kacang tanah yang berumur 2 minggu setelah panen dengan awal

viabilitas sebesar 90 %. Benih kacang tanah disortir berdasarkan ukurannya

dengan menggunakan Sieve shaker (ayakan yang digerakkan oleh mesin)

penyotiran dilakukan untuk mendapatkan benih ukuran kecil, sedang dan besar.

Sortasi lainnya dilakukan dengan menggunakan larutan NaCl dengan konsentrasi

0,0 % (aquadest), 1,5 % dan 3,0 %. Benih-benih yang digunakan hanyalah benih

yang tenggelam saja di dalam masing-masing konsentrasi NaCl tersebut,

sedangkan benih yang mengapung dibuang.Oleh karena itu didapatkan dua

metode perlakuan untuk penyotiran benih.Untuk menganalisis hubungan antara

metode sortasi terhadap tingkat ketahanan salinitas dilakukan dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola factorial (Zakaria, 2006).

Manggis merupakan tanaman asli Indonesia dengan sentra produksi Jawa

Barat,Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Bali, NTT, NTB, Maluku, dan Papua.

Permintaan pasar dunia untuk buah manggis cukup besar. Nilai ekspor masih 15%

dari total produksi buah manggis Indonesia. Kecilnya nilai ekspor disebabkan

sering terjadinya penolakan buah manggis Indonesia karena mutu yang tidak

terjamin.Penyortiranbuah manggis Indonesia masih dilakukan secara manual dan

visual, faktor kelelahan dan keragaman visual manusia menyebabkan hasil

evaluasi sering tidak seragam.Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan

perancangan dan pembuatan mesin sortasi otomatis berbasis teknik pemeriksaan

secara nondestruktif dan Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang mampu melakukan

Page 72: LAPORAN ALSIN FIX

72

penyortiran mutu buah manggis berdasarkan pemeriksaan mutu bagian luar dan

bagian dalam dari buah manggis.Teknologi yang dapat digunakan untuk

menentukan mutu luar dari buah manggis adalah teknik pengolahan citra

Teknologi gelombang ultrasonik digunakanuntuk pemutuan bagian dalam seperti;

mendeteksi getah kuning (gummosis), dagingbuah berwarna bening dan mengeras

(transluscent), serta kebusukan (decay) (Nurdin, 2010).

Proses sortasi adalah proses untuk memilih kripik tempe sesuai dengan

kualitas yang diinginkan. Dengan adanya penyortiran, akan dihasilkan

keseragaman sebuah produk sehingga menambah nilai harga jual. Keripik tempe

yang terlalu gosong, berlubang, dan retak harus disortir. Bagian keripik tempe

yang tidak utuh juga perlu disortir (Sa’diyah, 2009).

Sortasi bertujuan untuk memisahkan kotoran dan menyeleksi jika ada

beberapa irisan nata yang tidak sesuai baik bentuk maupun warnanya.Hal ini

dilakukan agar dalam kemasan nata tidak terdapat sedikitpun kotoran apapun nata

yang tidak memenuhi syarat atau standar kualitas. Jika hal ini terjadi, maka akan

dapat menggangu nilai estetika konsumen dan menurunkan selera ataupun minat

beli konsumen (Pambayun, 2004).

Sortasi adalah trans peptida sisistein yang mengkatalisis kovalen penahan

protein permukaan dinding seldi Gram-positif bakteri. Aksi katalitik sortasi

memerlukan ligasipeptida. Reaksi yang terjadi dalam dua langkah dan melibatkan

asil-enzim menengah(1-4) (Dasgupta, 2011).

Penahan Staphylococcus aureus protein permukaan dinding sel dikatalisis oleh

sortasi, a trans peptidase.Kontribusi protein permukaan staphylococcal untuk

pembentukan infeksi diperiksa menggunakan septicarthritis Model Murine.

Inokulasi intravenatikus dengan mutan sortase-kekurangan. Aureusregangan

SMK3 tidak menimbulkan penurunan berat badan atau septikparaharthritis,

berbeda dengan strain induk, S.Aureus (Jonsson, 2002).

Sortasi merupakan tahap usaha untuk menjamin mutu baik biji kopi yang

dihasilkan dan akan dipanaskan. Sortasi sebenarnya perlu dilakukan sejak

Page 73: LAPORAN ALSIN FIX

73

memilih jenis pohon untuk penanaman secara luas, pada waktu petik buah matang

– merah, melalui penampian buah-buah kopi dikebun untuk membuang buah-

buah muda dan buah kecil yang turut dipetik, membuang potongan dahan dan

kotoran.Sortasi perlu dilakukan setelah biji-biji kopi di ‘huller’ atau setelah biji-

biji kopi dikeringkan (Sunanto, 1998).

Sortasi dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia dengan cara

memisahkan antara produk yang baik dan yang kurang serta dengan kotorannya

tetapi memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Maka penggunaan alat yang

bekerja secara mekanis tampaknya merupakan salah satu alternative yang cocok

untuk sortasi biji kakao yang lebih efisien di masa datang.Penggunaan mesin

sortasi biji ini telah banyak dilakukan pengujian dan hasil pengujian yang

dilakukan oleh para peneliti memberikan hasil yang baik (Pudjogunarto, 2011).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 6.1 Alat/Mesin Sortasi

Bagian Utama Alat dan mesin

a. Blower : menghembuskan udara.

b. Inlet/ hopper : tempat masukkan produk.

c. Katup : mengatur besar kecil produk.

d. Outlet : tempat keluarnya produk.

Page 74: LAPORAN ALSIN FIX

74

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alt tersebut adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis.

E. Mekanisme Kerja

Bahan atau produk dimasukkan ke dalam inlet kemudian blower dihidupkan.

Bersamaan dengan itu, katub juga diatur agar produk dapat keluar dengan lancar.

Produk keluar melalui outlet.

F. Cara kerja

Alat/mesin sortasi disiapkan dan dibersihkan

Produk ditimbang

Kipas penghembus diaktifkan

Debit udara yang masuk ke dalam alat/mesin diatur sesuai persyaratan

Produk yang akan disortasi

Dituangkan ke dalam alat sortasi, dengan perlahan-lahan

Produk bersih dan kotoran produk ditimbang

Page 75: LAPORAN ALSIN FIX

75

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran sortasi

Kel Debit

Udara

(%)

Berat

Bersih

(kg)

Randement

(%)

Lama

Proses

(menit)

Kapasitas

(kg/jam)

1

25 1,68 84 0,43 240

50 1,42 71 0,33 25,81

75 1,09 54,5 0,40 181,6

100 1,03 51,5 0,26 257,5

2

25 1,68 84 0,43 240

50 1,42 71 0,33 25,81

75 1,09 54,5 0,40 181,6

100 1,03 51,5 0,26 257,5

3

25 0,80 80 0,17 266,67

50 0,72 72 0,18 240

75 0,58 58 0,23 145

100 0,54 54 0,20 180

4

25 0,80 80 0,17 266,67

50 0,72 72 0,18 240

75 0,58 58 0,23 145

100 0,54 54 0,20 180

5

25 0,90 90 0,12 450

50 0,78 78 0,100 390

75 0,68 68 0,12 340

100 0,66 66 0,28 132

6

25 0,90 90 0,12 450

50 0,78 78 0,100 390

75 0,68 68 0,12 340

100 0,66 66 0,28 132

7

25 1,175 78 0,33 213,6

50 1,100 73 0,28 275

75 1,050 70 0,18 350

100 1,00 60 0,16 333,3

8

25 1,175 78 0,33 213,6

50 1,100 73 0,28 275

75 1,050 70 0,18 350

100 1,00 60 0,16 333,3

Page 76: LAPORAN ALSIN FIX

76

9

25 0,88 88 0,36 146,67

50 0,78 78 0,20 260,00

75 0,66 66 0,28 165,00

100 0,58 58 0,26 145,00

10

25 0,88 88 0,36 146,67

50 0,78 78 0,20 260,00

75 0,66 66 0,28 165,00

100 0,58 58 0,26 145,00

2. Pembahasan

Sortasi adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis. Prinsip kerja

dari alat/mesin sortasi adalah pemisahan berdasarkan berat jenis. Pertama-

tama bahan dimasukkan kedalam inlet kemudian bahan akan keluar melalui

outlet. Biasanya katup pada rendement yang digunakan ada 4 yaitu 25%, 50%,

75%, dan 100% dengan alasan mengetahui perbedaan berat bersih dan

kapasitas dari berat produk. Semakin besar katup yang dibuka maka semakin

banyak udara yang keluar.

Alat yang digunakan pada praktikum ini memiliki bagian utama yaitu

blower berfungsi menghembuskan udara, inlet/hopper berfungsi tempat

memasukkan produk, katup sebagai mengatur besar kecilnya produk, dan

outlet sebagai tempat keluarnya produk. Pengaruh hembusan blower pada

sortasi adalah untuk menghebuskan udara keluar. Faktor yang mempengaruhi

sortasi adalah jumlah produk, waktu kerja dan besar kecilnya bukaan blower.

Tiap penambahan debit udara dari 25%, 50%, 75%, sampai 100%

randementnya semakin berkurang nilainya, hal ini disebabkan kestabilan atau

kelancaran gabah dalam melewati lubang outlet lebih sulit jika blowernya

berjalan lambat. Semakin lama proses rotasi randemennya semakin

kecil/berkurang, Hal ini dapat terjadi karena angin yang dihembuskan oleh

blower dan berat jenis produk. Faktor-faktor lain yang mempengarui

diantaranya adalah pada permulaan proses sortasi, pemisahan kurang

sempurna. Selain itu dapat disebabkan karena susunan instalasi mesin sortasi

Page 77: LAPORAN ALSIN FIX

77

yang kurang baik, lubang regulatornya yang tersumbat, dan dapat juga

disebabkan kemampuan penggilingan gabah yang telah turun.

Praktikum sortasi dilakukan atas dasar berat bahan. Pada praktikum ini

menggunakan alat sortasi yang proses kerjanya mnghembuskan udara, maka

biji yang tidak berisi akan keluar dari tempat /outlet pembuangan, dan biji

yang berisi akan terpisah dan keluar dari outlet yang berbeda. Biji yang berisi

kemungkinan besar masih bercampur dengan benda yang berat. Jadi harus

dilakukan sortasi ulang samapai benar-benar bersih.

Faltor-faktor yang mempengaruhi randement dan kapasitas adalah

banyaknya produk, berat jenis produk, waktu dan debit udara yang

dihembuskan oleh blower. Semakin banyak bahan yang mempunyai berat

jenis, dan angin yang dihembuskan oleh blower semakin besar, maka produk

yang dihasilkan (melalui lubang outlet pertama) akan semakin banyak. Selain

faktor tersebut mesin sortasi juga dipengaruhi faktor eksternal yaitu hembusan

udara dari luar mesin sortasi dan banyaknya produk yang tercecer.

Pada percobaan mesin sortasi pada kelompok 9 menggunakan bahan

awal seberat 0,88 kg, 0,78kg, 0,66 kg, 0,58 kg dengan perlakuan debit udara

sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%. Masing – masing perlakuan debit udara

menghasilkan lama proses yang berbeda-beda yaitu 0,006 jam, 0,003 jam,

0,004 jam dan 0,004 jam. Sehingga nilai randemen dan kapasitas yang

diperoleh juga berbeda-beda akibat adanya perlakuan perbedaan debit udara.

Nilai randemen dapat diketahui dengan membagi berat bersih produk dengan

berat awal produk kemudian diubah dalam bentuk persen sehingga diperoleh

hasil yaitu 88%, 78%, 66% dan 58%. Sedangkan nilai kapasitas mesin dapat

diketahui dengan membagi berat awal produk dengan lama proses sortasi

sehingga diperoleh hasil sebagai berikut 146,67 kg/jam, 260,00 kg/jam,

165,00 kg/jam dan 145,00 kg/jam. Untuk lama proses yang digunakan pada

proses sortasi dipengaruhi oleh keterampilan operator dalam menggunakan

Page 78: LAPORAN ALSIN FIX

78

mesin sortasi tersebut. Dimana lama proses tersebut akan berpengaruh pada

nilai kapasitas mesin yang diperoleh.

H. Kesimpulan

1. Sortasi adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis. Prinsip kerja dari

alat/mesin sortasi adalah pemisahan berdasarkan berat jenis.

2. Pengaruh hembusan blower pada sortasi adalah untuk menghebuskan udara

keluar. Faktor yang mempengaruhi sortasi adalah jumlah produk, waktu kerja

dan besar kecilnya bukaan blower.

3. Faltor-faktor yang mempengaruhi randement dan kapasitas adalah banyaknya

produk, berat jenis produk, waktu dan debit udara yang dihembuskan oleh

blower. Semakin banyak bahan yang mempunyai berat jenis, dan angin yang

dihembuskan oleh blower semakin besar, maka produk yang dihasilkan

(melalui lubang outlet pertama) akan semakin banyak.

4. Pengaturan debit udara dalam udara sortasi ini ada 4 yaitu pembukaan debit

udara 25%, 50%, 75%, dan 100 %. rendemen yang dihasilkan pada kelompok

9 berturut-turut sebesar 88%, 78%, 66% dan 58%.

5. Prinsip kerja alat sortasi ini adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 79: LAPORAN ALSIN FIX

79

DAFTAR PUSTAKA

Choiron. 2010. Dampak Kebijakan Liberalisasi Perdagangan terhadap Industri

Penggilingan Beras di Indonesia Periode 1994-2000.

Dasgupta. 2011. Mathematical Modeling of Surface Roughness in Surface Grinding

Operation. International Journal of Engineering and Natural Sceinces. Vol

5 No 3.

Hambali, Erliza., Ani Suryani., M. Ihsanur. 2007. Membuat Aneka Olahan Jagung.

Penebar Swadana. Jakarta.

Jonsson. 2002. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta.

Noor, Elirza, Adetya Rachman, dan Dondy A Setyabudi. 2009. Proses Pemekatan

Jus Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var microcarpe) dengan Reverse

Osmosis. Jurnal Pascapanen 6(1) 2009 : 21-26. Teknologi Industri

Pertanian, Institute Pertanian Bogor, Bogor.

Noor. 2009. Analysis of Process Parameter for A Surface-Grinding Process Based

on the Taguchi Method. Materials and Technology. Vol 47 No 1. ISSN:

1580-2949.

Nurdin. 2010. Desain dan Pembuatan Alat Penggiling Daging dengan Quality

Function Deployment. Jurnal Teknik Industri Vol. 8 No. 2.

Pambayun. 2004. Simulasi Mesin Penggiling Singkong Menggunakan Motor Stepper

dan Mikrokontroller 89C51 dengan Kendali Program Pascal 7 dan Macro

Assembler 8051.

Pudjogunarto. 2011. Quality of Dendeng Giling on Different Sugar Addition. Jurnal

Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 21 No. 2.

Sa’diyah. 2009. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka, Jakarta.

Sunanto, 1998. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yanita, 2008. Optimization of Elid Grinding Process of Al/Sic Composite Through

Neuro-fuzzy Network. International Journal Of Engineering Science and

Technology Vol. 3 No. 5.

Yanita, Mirawati, Dwi Ristyadi, dan Ade Yulia. 2008. Proses Pengolahan Ubi Kayu

menjadi kue Klantingan. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 45 tahun

2008 ISSN : 1410-0070. Fakultas Pertania, Universitas Jambi.

Zakaria. 2006. Treatments for Prevention of Persistent Pinking in Dark-Cutting Beef

Patties. Jurnal of Food Science. Vol 64 No 4.

Page 80: LAPORAN ALSIN FIX

80

Lampiran Perhitungan Sortasi

1) Kapasitas Kerja Mesin

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑘𝑔)

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)

a) Data Kelompok 9

Kapasitas kerja mesin pada debit 25 = 0,88

0,006 = 146,67 kg/jam

Kapasitas kerja mesin pada debit 50 = 0,78

0,003 = 260,00 kg/jam

Kapasitas kerja mesin pada debit 75 = 0,66

0,004 = 165,00 kg/jam

Kapasitas kerja mesin pada debit 100 = 0,58

0,004 = 145,00 kg/jam

2) Randemen

Randemen = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 x 100%

a) Data Kelompok 9

Randemen pada debit 25 = 0,88

1 x 100% = 88 %

Randemen pada debit 50 = 0,78

1 x 100% = 78%

Randemen pada debit 75 = 0,66

1 x 100% = 66%

Randemen pada debit 100 = 0,58

1 x 100% = 58%

Page 81: LAPORAN ALSIN FIX

81

ACARA VII

PENGGILINGAN DAGING

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara VII Penggilingan Dading antara lain :

1. Mengetahui Kontruksi dasar alat/mesin penggilingan daging, bagian-bagian

utama alat berikut fungsi masing-masing bagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :

a. Kapasitas alat/mesin

b. Kwalitas penggilingan

B. Tinjauan pustaka

Beras jagung instan merupakan produk pangan instan berbentuk

granulat.Meskipun berpenampilan seperti beras padi, proses pemasakan

berasjagung tidak sama dengan beras padi. Pemasakannya cukup direbus

denganair atau susu dalam waktu singkat. Cara pembuatannya, jagung pipilan

digiling kasar, lalu diayak menggunakanayak dengan ukuran lubang 1,4 mm.

Fraksi yang lolos ayakan adalahdedak,kemudian ditampi untuk menghilangkan

kotoran, lalu dicuci, dandirendamselama dua jam, seterusnya ditiriskan,

dikeringkan hingga permukaankering. Rebus hingga terbentuk bubur,ditandai

oleh mengentalnyaadonan. Kemudian bubur jagung didinginkan, lalu dikemas

dalam plastik.Masukkan kemasan tersebut ke dalam freezer (Suhu -20 C). Setelah

pembekuan selama 24 jam lalu produk dilunakkan (thawing) dengan perendaman

air yang diganti setiap lima menit (Richana, 2005).

Page 82: LAPORAN ALSIN FIX

82

Seperti halnya pada pengeringan, mesin penggilingan daging RMU singlepass

banyak digunakan oleh petani di lahan pasang surut Sumatera Selatan.Data tahun

2000 menyebutkan lebih dari 80 % petani menggunakan RMU tersebut. RMU ini

mempunyai beberapa keuntungan, antara lain. Harga mesin murah, jumlah

operator sedikit, dan tidak memerlukan ruangan yang luas. Hasil penelitian lain

menyebutkan bahwa apabila mutu gabahnya belum tinggi, penggunaan RMU

single-pass dan RMU doublepass hasil berasnya tidak berbedanyata

(Sutrisno, 2006).

Salah satu proses untuk mengolah daging adalah penggilingan. Proses ini

bertujuan untuk menghancurkan dan menghaluskan daging untuk diproses lebih

lanjut, misalnya untuk membuat bakso. Ada berbagai jenis alat penggiling daging,

salah satunya adalah penggiling yang digerakkan secara manual dengan

tangan.Penggiling ini biasanya terbuat dari bahan besi cor (Anson, 2006).

Sebagai negara agraris, di Indonesia terdapat banyak tempat penggilingan

beras (huller). Kebanyakan huller menggunakan motor diesel stasioner sebagai

tenaga penggerak. Energi yang digunakan untuk menggiling gabah didapatkan

dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar. Energi panas yang dihasilkan dari

proses pembakaran tersebut tidak semuanya digunakan untuk menghasilkan kerja,

sebagian energi tersisa dalam gas buang, sebagian hilang karena kerugian

mekanis dan sebagian lagi terserap media pendingin, baik pelumas maupun air

(Ekadewi, 1999).

Metode yang digunakan dalam pembuatan susu kedelai adalah Metode Illinois

dengan sedikit modifikasi (Yusmarini et al, 1998). Biji kedelai direndam dalam

larutan NaHCO 0,5% selama satu malam (perbandingan kedelai dengan larutan

perendam adalah 1 : 3). Setelah itu, kedelai ditiriskan dan diblanching dalam

larutan NaHCO3 0,5% selama 30 menit (perbandingan kedelai dengan larutan

perendam adalah 1 : 3). Kemudian, kulit kedelai dibuang dan dicuci dengan air

bersih dan ditiriskan. Selanjutnya, kedelai dihancurkan dengan menggunakan

blender sambil ditambah dengan air panas (80-1000 C) dengan perbandingan

Page 83: LAPORAN ALSIN FIX

83

kedelai dan air sebanyak 1 : 6. Penggilingan dilakukan selama 7 menit dan setelah

itu dilakukan penyaringan.Susu kedelai yang telah disaring siap digunakan untuk

pembuatan soygurt (Yusmarini, 2004).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kolektif literature hadir pada

penampilan dan kecernaan diet mengandung produk penggilingan padi. Produk

Penggilingan padidapat menjadibahan pakanalternatif ekonomisdiselatan pusat

Amerika Serikat dan California. Namun, penelitian yang terbatas telah

dipublikasikan dalam jurnal mengenai pemanfaatan produk penggilingan padi

dalam Amerika Serikat (Gadberry, 2007).

Baru-baru ini, meningkatnya permintaan konsumen untuk fruktosa pemanis

dan penggunaan methanol sebagai bahan bakar aditif telah mengakibatkan

peningkatan penggilingan basah dan kering jagung. Hal ini mengakibatkan

produksi coproducts, seperti pakan gluten jagung dan baru coproduct etanol.

Selanjutnya disebut sebagai diubah serat jagung (MCF), yang dapat digunakan

sebagai bahan pakan untuk ternak (Peter, 2014).

Pada penggilingan beras langkah pertama adalah menghilangkan kulit.Biji

padi dimasukan diantara dua cakram batu yang terpisah dengan jarak sedikit lebih

panjang dari biji padi, dan cakram batu sebelah atas dapat berputar.Cara memecah

kulit dengan menggunakan hewan dan alat-alat mesin yang kuno diikuti dengan

penampilan masih juga dilakukan. Biji yang diperoleh dengan cara ini dinamakan

beras coklat yang masih tebalut oleh dedak. Langkah selanjutnya adalah

menghilangkan dedak baik dengan menyikat dalam keadaan basa maupun dalam

keadaan penyikatan kering (Buckle, 1987).

Penggilingan gerakan dan penggilingan gas berputar adalah peralatan berat

dan tidak dipergunakan didalam industri pangan secara intensif.Pada penggilingan

geraham bahan dimasukkan dalam antara dua graham berat, yang satu tetap dan

yang turun naik, sehingga seperti pengerjaan bahan jatuh kedalam ruangan yang

bertambah lama bertambah sempit, menggiling bahan ketika bahan

Page 84: LAPORAN ALSIN FIX

84

bergerak.penggilingan berputar terdiri dari rangka kerucut pepat, di sisi sebuah

kepala penggiling, berputar secara eksentrik (Earle, 1969).

Bahan yang akan dimasak kadang-kadang harus digiling, terutama daging,

agar menjadi empuk dan lembut sesuai resepnya. Sebuah alat giling memiliki

beberapa jenis lubang yang tak sama besarnya, dipergunakan untuk keperluan

yang berbeda pula. Ada makanan yang memiliki daging giling super kasar,

adapula yang lebih halus. Contohnya pada makanan seperti hamburger,steak,

meat loaf, lindstrum, daging untuk kornet, dan lain-lainnya (Bartono, 2000).

Untuk pengolahan bakso skala kecil, penggilingan daging kecil yang di

gerakkan tangan mungkin sudah mencukupi.Namun, untuk skala lebih besar tentu

diperlukan penggilingan daging kapasitas besar yang digerakkan dengan motor

listrik. Untuk pembuatan bakso ikan, selain penggilingan daging juga diperlukan

alat yang dapat memisahkan kulit ikan dengan dagingnya yang disebut meat

separator .alat ini juga berfungsi untuk menghancurkan daging ikan (Wibowo,

1998).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 7.1 Alat/ mesin penggilingan

Page 85: LAPORAN ALSIN FIX

85

Bagian Utama Alat dan mesin :

a. Crossing : tempat kedudukan screw roller.

b. Hopper : tempat memasukkan produk.

c. Outlet : tempat keluarnya produk.

d. Pisau disk : untuk memotong produk.

e. Screw roller : sebagai rol penghancur produk, bentuk ulir sekrup.

f. Pully mesin : sebagai tenaga penerima dari motor.

g. Motor penggerak : sumber tenaga.

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alat penggilingan daging adalah produk masuk didorong

oleh pisau spiral (screw roller) kemudian dipotong oleh pisau disk.

E. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari alat tersebut yaitu menghidupkan motor listrik

kemudian produk dimasukkan dalam hopper. Kemudian masuk ke dalam ruang

penggiling dan langsung dihancurkan oleh srew roller dengan cara diputar dan

produk keluar melalui otlet.

Page 86: LAPORAN ALSIN FIX

86

F. Cara kerja

Ketela ditimbang dan disiapkan

Motor listrik dihidupkan

Ketela dimasukkan

Waktu awal penggilingan dicatat

Lama dan tingkat kelembutan ketela dicatat

Produk ditimbang

Alat/mesin penggilingan dibersihkan

Page 87: LAPORAN ALSIN FIX

87

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Table 7.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran penggilingan

Kel

Berat

awal

(kg)

Berat

akhir

(kg)

Waktu

(jam)

Randemen

(%)

Kapasitas

(kg/jam) Kualitas

1 0,3 0,3 0,0411 100 7,286 Halus

2 0,3 0,22 0,057 73,33 5,263 Halus

3 0,3 0,217 0,027 72,3 11,11 Halus

4 0,3 0,28 0,0385 93,3 7,79 Halus

5 0,3 0,240 0,170 80 15 Halus

6 0,3 0,3 0,023 100 13,043 Halus

7 0,3 0,32 0,038 106,6 7,894 Halus

8 0,3 0,31 0,023 103 13,043 Halus

9 0,3 0,28 0,0283 93,3 10,600 Halus

10 0,3 0,28 0,0892 93,3 0,336 Halus

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Penggilingan merupakan proses memperkecil ukuran atau pemotongan

bahan yang semula berukuran besar setelah digiling ukuran bahan tersebut

menjadi kecil dan karakteristik bahan menjadi halus. Penggilingan bertujuan

untuk menghaluskan bahan agar pemanfaatannya dapat lebih dioptimalkan

untuk proses penanganan selanjutnya. Pada prinsipnya penggilingan bertujuan

untuk menghaluskan suatu bahan agar dapat diolah menjadi makanan yang

Page 88: LAPORAN ALSIN FIX

88

beragam. Pada proses penggilingan bahan yang dimasukkan kedalam hopper

akan dihancurkan atau dihaluskan oleh screw roller dan sebelum keluar ke

outlet produk tersebut dihaluskan oleh pisau disk. Di dalam proses

penggililngan, ukuran bahan diperkecil dengan mengoyakkannya. Di dalam

proses, bahan ditekan oleh gaya mekanis dari mesin penggiling, penekanan

awal masuk ke tengah bahan sebagai energi desakan. Apabila energi desakan

local melalui tahap kritis, yang merupakan fungsi bahan, terjadi penyobekan

sepanjang garis yang lemah dan energi yang tersimpan dilepaskan. Waktu

juga berpengaruh dalam proses pemotongan pada garis melintang dan terlihat

bahwa akan terpotong pada konsentrasi tekanan yang rendah apabila tekanan

ini berlangsung cukup lama. oleh karena itu penggilingan diperoleh secara

tekanan mekanis yang diikuti oleh penyobekan dan energi yang dibutuhkan

tergantung pada kekerasan bahan dan juga kecenderungan bahan untuk patah

yaitu kerapatan bahan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja produk adalah

banyaknya produk, karakteristik, dan tekstur produk, tingkat ketajaman screw

roller, cara pengunaan elevator sendokan, besar kecilnya potongan produk dan

kuat lemahnya cara penekanan produk. Dapat dijelaskan bahwa semakin kuat

tangan menekankan produk kedalam hopper, maka semakin bagus kualitas

yang di hasilkan. Selain itu, semakin kecil potongan produk maka semakin

singkat waktu yang diperlukan untuk menggiling. Dapat dikatakan bahwa

proses penggilingan singkong ini berjalan efektif. Besar gaya serta waktu

penggilingan mempengaruhi pencapaian penggilinga yang luas. Untuk

penggilingan yang efisien, konsentrasi energi untuk diterapkan pada bahan

harus menimbulkan energi minuman yang dibutuhkan, untuk pemotongan

bahan oleh sisi sekecil mungkin.

Dari praktikum diperoleh hasil penggilingan dengan kualitas halus.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hasil penggilingan adalah

ketajaman dari pisau disk, banyaknya bahan yang digiling, jenis bahan yang

Page 89: LAPORAN ALSIN FIX

89

digiling, lama penggilingan, kecepatan perputaran srew roller yang

dipengaruhi oleh kecepatan motor listrik.Berdasarkan hasil yang diperoleh

dapat dikatakan bahwa mesin penggiling ini memiliki mutu yang cukup baik

karena tidak hampir setengah bahan yang hilang atau tertinggal di dalam

mesin selama proses berlangsung. Kapasitas alat penggilingan dipengaruhi

oleh berat bahan dan waktu yang dibutuhkan dalam penggilingan. Semakin

banyak bahan yang digiling dan semakin halus teksturnya maka waktu yang

dibutuhkan untuk menggiling semakin lama, karena diperlukan pisau yang

lebih tajam.. Waktu dan berat produk setelah digiling berpengaruh terhadap

kapasitas kerja alat. Semakin banyak bahan dan semakin lama waktunya,

maka kapasitasnya semakin sedikit pula. Dan semakin sedikit waktu yang

diperlukan, maka kapasitas kerja alat semakin besar.

Pada percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok 9 ini yaitu

penggilingan didapatkan dengan berat awal sebesar 0,300 kg, berat akhir

sebesar 0,280 kg, waktu yang dipergunakan selama 0,0283 jam, sehingga

didapatkan kapasitas sebesar 10,600 kg/jam dan randement sebesar 93,3%.

Dan menghasilkan produk yang halus. Kapasitas mesin penggiling ini

dipengaruhi oleh kontinuitas pemasukan produk ke dalam mesin, dan waktu

yang diperlukan dalam penggilingan.

Sedikit banyaknya berat akhir produk yang diperoleh akan mempengaruhi

nilai randemen yang diperoleh. Faktor - faktor yang mempengaruhi nilai

randemen antara lain banyaknya produk yang digiling, banyaknya produk

yang tertinggal di dalam mesin serta adanya serat atau kotoran yang ikut

digiling bersama produk yang dapat mengurangi nilai randemen produk yang

diperoleh.

Page 90: LAPORAN ALSIN FIX

90

H. Kesimpulan

Pada praktikum acara Penggilingan dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Prinsip penggilingan ini adalah produk dihancurkan oleh screw roller dan dihaluskan

oleh pisau disk.

2. Faktor yang mempengaruhi besarnya randement adalah berat awal produk, berat

akhir produk dan adaanya sisa hasil penggilingan yang tertinggal di mesin

penggiling.

3. Faktor yang mempengaruhi proses penggilingan dan kualitas penggilingan adalah

banyaknya bahan, jenis bahan, ketajaman pisau disk, kecepatan perputaran screw

roller dan lamanya penggilingan.

4. Pada percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok 9 yaitu didapatkan

dengan berat awal sebesar 0,300 kg, berat akhir sebesar 0,280 kg, dalam

proses 0,0283 jam .

5. Dan didapatkan kapasitas sebesar 10,600 kg/jam dan randement sebesar

93,3%, dan didapatkan hasil produk halus.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 91: LAPORAN ALSIN FIX

91

DAFTAR PUSTAKA

Anson, Charles, Soejono Tjitro, dan Stefanus Ongkodjojo. 2006. Desain dan

Pembuatan Alat Penggilingan Daging denagn Quality Function

Deployment. Jurnal Teknik Industri Vol. 8, No. 2, Desember 2006 : 106-113.

Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Buckle. 1987. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, Jakarta.

Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sasta Hudaya, Bogor.

Gadberry. 2007. Analysis of Process Parameter for A Surface-Grinding Process

Based on the Taguchi Method. Materials and Technology. Vol 47 No 1. ISSN:

1580-2949.

Handoyo, Ekadewi Anggraini. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendingin terhadap

Konsumsi Bahan Bakar Motor diesel Stasioner di Sebuah Huller. Jurnal

Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13. Fakultas Teknik , Universitas

Kristen Petra, Surabaya.

Peter, 2014. Revitalisasi Penggilingan Padi Melalui Inovasi Penyosohan Mendukung

Swasembada Beras dan Persaingan Global. Pengembangan Inovasi

Pertania 3(3), 2010 : 171-183. Balai Besar dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, Bogor.

Richana. 2005. Budidaya Padi Secara Organik. Swadaya, Jakarta.

Sutrisno dan Budi Raharjo. 2006. Rekayasa Mesin Pengering Padi Bahan Bakar

Sekam (BBS) Kapasitas 10 T Terintregasi untuk Meningkatkan Nilai

Ekonomi Penggilingan padi di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan.

Jurnal Pembangunan Manusia edisi 6. Balai Besar Penelitisn Tanaman Padi

Sukamandi, Subang.

Wibowo. 1998. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bhratara Karya

Aksara, Jakarta.

Yusmarini, 2004. Membuat Aneka Olahan Jagung. Penebar Swadana. Jakarta.

Page 92: LAPORAN ALSIN FIX

92

Lampiran Perhitungan Penggilingan

1) Data Kelompok 9

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,3

0,0283

= 10,600 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 280

300 X 100

= 98 %

Page 93: LAPORAN ALSIN FIX

93

ACARA VIII

PENGADUKAN (MIXING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara VIII Pengadukan yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui Konstruksi dasar alat pengadukan, bagian-bagian utama alat

berikut fungsi masing-masing bagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin.

B. Tinjauan Pustaka

Pembuatan edible film dimulai dengan melarutkan pati dengan variasi

konsentrasi 2%, 3%, 4% (b/v) dalam akuades sebanyak 80 ml. campuran tadi

diaduk dengan hot plate magnetic stirrer dan dipanaskan sampai suhu 700 C

selama 15 menit. selanjutnya larutan ditambah plasticizer sorbitol sebanyak 30%

(b/b pati). larutan dipanaskan kembali pada suhu 800 C selama 15 menit. pada

tahap ini ditambah akuades sampai volume total 100ml. setelah 10 menit, larutan

dituang ke dalam plat plastik ukuran 24x16x2 cm dan diratakan. kemudiadilepas

dikeringkan dalam oven dengan suhu 500C selama 24 jam (Pranta, 2002).

selama ini, limbah tulang belulang ayam hanya digunakan untuk bahan

pembuatan pakan ternak atau pupuk sehingga nilai ekonomisnya sangat rendah.

padahal, tulang ayam mengandung bahan organik yang bersifat fungsional seperti

protein. untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu cara pemanfaatan limbah

tulang ayam dapat dilakukan dengan mengekstrak protein yang terkandung

didalamnya. penelitian ini ditunjukan untuk mengkaji pengaruh pH dan kecepatan

pengadukan pada ekstrasi protein dari tulang ayam solvent larutan NaOH. hasil

penelitian menunjukan bahwa semakin cepat pengadukan dan semakin basa

kondisi ekstraksi, maka semakin besar kadar protein yang terekstrak. namun, pada

Page 94: LAPORAN ALSIN FIX

94

kecepatan pengadukan yang terlalu besar (340 ppm0 dan kondisi yang terlalu basa

(pH 11,5) justru menurunkan efektivitas ekstraksi (Tanjung, 2008).

Pada percobaan yang dilakukan oleh Margaretha (1992), diperoleh hasil

bahwa tannin dari buah pinang menggunakan pelarut alcohol menghasilkan tanin

yang lebih banyak dibanding dengan menggunakan pelarut air. Sedang penelitian

yang dilakukan Wibowo (2001), menunjukkan bahwa ektraksi tanin dari buah

pinang dipengaruhi oleh kecepatan putar pengadukan. Semakin besar kecepatan

putar pengadukan maka semakin besar pula nilai koefisien transfer massa

volumetrisnya. Pada penelitian ekstraksi tanin dari jambu mete ini variabel yang

ditinjau adalah kecepatanputar pengadukan dan suhu operasi. Untuk variasi

kecepatan putar pengadukan pengambilan sampel pada fase cair untuk

perhitungan jumlah tanin yang terkandung dalam solven (C) dilakukan setiap

interval waktu 30 menit selama 180 menit, sedangkan untuk variasi suhu operasi

waktu ekstraksi selama 300 menit. Kondisi operasi dijaga pada berat jambu mete

60 gram dan volume pelarut 250 mL. Analisa tanin di fase cair dilakukan dengan

cara gravimetri (Artati, 2007).

Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang cocok untuk menurunkan

kadar bahan organik adalah High RateAlgal Ponds (HRAP). HRAP adalah

raceway-type pondsdan memiliki kedalaman 0,2-1 m. Pengadukan secara

normaloleh kincir air untuk menimbulkan kecepatan air horizontal rata- rata

sebesar 0,15-0,3 m/detik . alga dan bakteri mempunyai simbiosis mutualisme di

HRAP akibat terbatasnya CO2 dan O2 yang dibutuhkan untuk respirasi alga dan

bakteri.CO2dari bakteri berguna untuk pertumbuhan alga dan O2 dariaktifitas

alga berguna bagi pertumbuhan bakteri.Pada penelitian ini akan diuji kemampuan

High Rate Algal Reactor (HRAR) yang menggunakan alga yang berasaldari

Boezem Morokrembangan dalam menurunkan kadarbahan organik pada air

limbah perkotaan dengan variasipencahayaan alami dan waktu kontak dalam

performa HRAR. HRAR adalah replika HRAP yang digunakan dalam penelitian

ini dalam skala laboratorium.Air limbah domestik yang digunakan sebagai acuan

Page 95: LAPORAN ALSIN FIX

95

dalam pembuatan sampel adalah air limbah Boezem Morokrembangan, Surabaya

(Isnadia, 2012).

Proses anaerob merupakan proses fermentasi dimana memiliki proses yang

berlangsung cukup lama. Dan pada bioreaktor anaerob sistem batch, diduga

terdapat indikasi pada penurunan jumlah produksi biogas, yang disebabkan

karena tejadi pengendapan atau pemisahan antara limbah cair dengan

padatannya.Untuk itu muncul upaya untuk melakukan system pengadukan agar

terjadi homogenitas dan bisa menyerupai seperti kondisi awal, sehingga

diharapkan dapat memperpanjang masa produksi biogas.Adapun pengadukan

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kehidupan mikroba. Dan

pada penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem pengaduk yang digerakkan

oleh sebuah motor dimana menggunakan timer dan pengatur kecepatan. Desain

disesuaikan dengan substrat yang digunakan yaitu limbah cair tahu dan eceng

gonsdok, yang mengalami pengendapan sehingga pada pengaduk memiliki blade

yang diletakkan di dasar dalam bioreaktor. Sistem pengadukan dilakukan pada

saat nilai pH yang diamati tiap harinya mengalami penurunan, yaitu pada hari ke–

24 pH bernilai 6,49. Dan pada pengukuran berikutnya ditunjukkan dengan pH

bernilai 6,89. Pengadukan dilakukan secarapelan dengan putaran 170 rpm selama

2 x 1 menit. Hasil daripada jumlah produksi biogas yang dihasilkan bisa

dibandingkan antara bioreaktor batch tidak berpengaduk dengan bioreaktor batch

berpengaduk, dimana berturut-turut memiliki jumlah volume 467 mL (25 hari)

dan 873 mL (31 hari) (Yuwono, 2013).

Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagi maksud bergantung dari tujuan

langkah pengolahan itu sendiri.pengadukan zat caik biasanya diaduk didalam

suatu tangki atau bejana, biasanya berbentuk silinder dengan sumbu terpasang

vertical. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka keudara atau tertutup. Ukuran

dan promosi tangki itu macam-macam, bergantung pada masalah pengadukan itu

sendiri (Warren, 1995).

Page 96: LAPORAN ALSIN FIX

96

Pengaduk berfungsi sebagai penggerak bahan(cair,cair/padat,cair/cair,

cair/gas,cair/padat, gas) didalam bejana pengaduk. Biasanya yang berlangsung

adalah gerak turbulen (misalnya untuk melaksanankan raksi kimia, proses

pertukaran panas, proses pelarutan).Alat pengaduk dapat dibuat dari bebagai

bahan sesuai dengan bejana pengaduknya, misalnyadari baja, baja tahan karat,

baja berlapis email, baja berlapis karet (Bernasconi, 1992).

Pentingnya adonan pencampuran, pengetahuan tentang persyaratan jenis

individu tepung dalam pencampuran, dan mencapai kualitas yang tepat

sehubungan dengan sifat adonan akhir masih masalah yang sebenarnya. Penelitian

ini menjelaskan perubahan konsistensi, energy extensographic, dan kemajuan

suhu sehubungan dengan energi mekanik mengalir ke dalam adonan selama

pencampuran. Hasil tes pencampuran pada gigi pertama menunjukkan input

energy yang berbeda menyebabkan perubahan yang berbeda dalam konsistensi,

waktu pengembangan, dan peningkatan suhu adonan campuran. Dengan

perubahan dari pencampuran energy mungkin untuk memanfaatkan energy ini

mencapai, adonan dengan kualitas yang lebih baik, meskipun faktabahwa ini tidak

terbukti secara statistik( Muchova, 2010).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 8.1 Alat atau Mesin Pengadukan

Page 97: LAPORAN ALSIN FIX

97

Bagian Utama dan Fungsi :

a. Panci penampung produk = tempat penampungan produk

b. Tuas agitator = untuk mengunci agitator agar berfungsi

dengan baik

c. Agitator aktif = mengocok dan mengaduk produk

d. Agitator pasif = membantu perputaran pengaduk bahan

e. Saklar = menghidupkan dan mematikan mesin

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alat pengadukan adalah produk

dihaluskan/diaduk/dikocok dengan menggunakan agigator agar dapat tercampur

dengan baik.

E. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja alat tersebut yaitu produk dimasukkan ke dalam loyang,

kemudian mixer dihidupkan dengan kecepatan terendah. Kemudian dengan

kecepatan tertinggi sehingga produk dapat tercantum dan mengembang. Setelah

produk mengembang, mesin dimatikan.

Page 98: LAPORAN ALSIN FIX

98

F. Cara kerja

Mesin dihidupkan

Bahan dimasukkan dalam tempat adonan

Tempat adonan diletakkan di bawah agitator

Dikunci dengan tuas pengunci

Saklar on dinyalakan

Mesin hidup

Bahan diaduk dengan agitator sampai mengembang

Saklar off dipencet

Mesin mati

Page 99: LAPORAN ALSIN FIX

99

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 8.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengadukan

kelompok Hasil

1 Kalis

2 Kalis

3 Tidak tercampur secara merata

4 Tidak tercampur secara merata

5 Tidak homogen, tidak halus

6 Tidak homogen, tidak halus

7 Kalis dan homogen

8 Kalis dan homogen

9 Homogen, pulen, mengembang

10 Homogen, pulen, mengembang

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Pengadukan merupakan proses pencampuran bahan agar menjadi satu

komponen (menyatu) dan homogen. Pengadukan dilakukan untuk mencampur

bahan agar menjadi satu. Bahan yang dicampur berbentuk adonan yang

diletakkan pada tempat adonan kemudian dipasangkan mixer dan mengunci

agar pengaduk bekerja dengan baik. Secara ideal, proses pencampuran

dimulai dengan mengelompokkan masing-masing komponen pada beberapa

wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah atau satu sama lain dalam

bentuk komponen-kompoenn murni. Pencampuran yang sempurna kemudian

dapat didefinisikan bahwa besar proporsi masing-masing komponen dalam

campuran, sama. Kenyataannya, keadaan ini hanya dapat dicapai oleh

Page 100: LAPORAN ALSIN FIX

100

beberapa pengelompokkan yang teratur dan akan merupakan hasil yang paling

memungkinkan dari setiap proses pencampuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan adalah

kecepatan pengadukan, lama waktu pengadukan, dan berat total pengadukan.

Kecepatan pada proses pengadukan harus dimulai dari rendah ke tinggi, agar

hasil homogenisasi produk tercampur dengan baik. Semakin rendah berat

produk, maka semakin cepat proses pengadukan. Sedangkan, semakin banyak

produk yang akan diaduk, maka semakin lama proses pengadukan.

Kelebihan dari mesin pengaduk adalah dapat dengan mudah

mencampur bahan dengan merata tanpa menggunakan cara manual. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa mesin pengaduk memiliki nilai ekonomis dalam

menghomogenkan bahan dengan kapasitas yang cukup besar. Tetapi, apabila

terlalu sedikit bahan yang akan diaduk, dan terlalu banyak bahan yang akan

diaduk atau melebihi kapasitas panci maka mesin pengaduk tidak dapat

mencampur dengan maksimal bahan tersebut. Kapasitas maksimal bahan yang

dapat diaduk dengan mesin pengaduk adalah setengah dari panci tersebut.

Sehingga apabila bahan yang akan diaduk terlalu banyak atau terlalu sedikit,

maka harus menggunakan pengadukan dengan cara manual atau tradisional.

Mekaisme kerja pengadukan dimulai dari mengatur semua bagian

mesin. Tempat panci untuk adonan diturunkan agar dapat memasukkan bahan.

Setelah bahan yang akan diaduk dimasukkan kedalam panci, maka panci

dinaikkan kembali. Setelah itu saklar dihidupkan, sehingga agitator akan

berputar dan semua bahan akan tercampur dengan rata.

Pada praktikum ini dihasilkan pada kelompok 1 dan 2 hasil adonannya

kalis, pada kelompok 3 dan 4 hasil adonannya tidak tercampur merata, pada

kelompok 5 dan 6 hasil adonannya tidak homogen dan tidak halus, pada

kelompok 7 dan 8 hasil adonannya kalis dan homogen, sedangkan pada

kelompok 9 dan 10 hasil Adonannya homogen, pulen dan mengembang. Hal

Page 101: LAPORAN ALSIN FIX

101

ini disebabkan pada saat proses pencampuran bahan sebelum dilakukan

pengadukan pada beberapa kelompok takaran bahan kurang pas.

H. Kesimpulan

Dari percobaan pengadukan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengadukan merupakan proses pencampuran bahan agar menjadi satu.

2. Alat yang berperan dalam proses pengadukan adalah agitator.

3. Faktor yang mempengaruhi proses pengadukan adalah lama pengadukan,

banyaknya bahan, kecepatan pengadukan, dan jenis bahan.

4. Proses pengadukan dimulai dengan mengelompokkan masing-masing

komponen pada beberapa wadah.

5. Proses pengadukan bertujuan untuk mencampur bahan dengan tingkat

kesolidan tertentu dengan gerakan rotasi dari ujung pengaduk.

6. Pada praktikum ini dihasilkan pada kelompok 1 dan 2 hasil adonannya kalis,

pada kelompok 3 dan 4 hasil adonannya tidak tercampur merata, pada

kelompok 5 dan 6 hasil adonannya tidak homogen dan tidak halus, pada

kelompok 7 dan 8 hasil adonannya kalis dan homogen, sedangkan pada

kelompok 9 dan 10 hasil Adonannya homogen, pulen dan mengembang. Hal

ini disebabkan pada saat proses pencampuran bahan sebelum dilakukan

pengadukan pada beberapa kelompok takaran bahan kurang pas.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 102: LAPORAN ALSIN FIX

102

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, Ir. Rabiatul. 2011. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Artati. 2007. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Bernasconi. 1992. Kajian Kinerja Mesin Pengaduk pada Proses Pembuatan Pati

Aren (Arenga Pinnata Merr). Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian,

Yogyakarta.

Isnadia. 2012. Advanced Measurements of Microwave Oven Leakage. Juornal of

EMC Technoligies, Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency.

Muchova. 2010. Physics of the Microwave Oven. Journal of Food Physics Education.

Vol 39 No 1.

Pranta. 2002. Effects of Agitation and Endoglucanase Pretreatment on the Hydrolysis

of Cotton Fabrics by a Total Cellulase. Textile Research Journal. Vol 66 No 5.

Sulikah., Leopoid O. Nelwan., I Nengah Suastawa. 2006. Desain dan Uji Kinerja

Pengeringan Rotary Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan. Jurnal

Keteknikan Pertanian. Vol 22 No 2.

Suprapti, Ir. M. Liesb. 2005. Kerupuk Udang Sidoarjo. Yogyakarta : Kanisius.

Syarifuddin., Dwi Prasetyo Purwanto. 2009. Oven Pengering Kerupuk Berbasis

Mikrokontroler Atmega 8535 Menggunakan Pemanas pada Industri Rumah

Tangga. Juranl teknik Elektro. Institut Sains & teknologi AKPRIND

Yogyakarta.

Tanjung. 2008. Budidaya dan Pengolahan Rosela si Merah Segudang Manfaat.

Jakarta : Agro Media Pustaka.

Warren. 1995. Aneka Olahan Mengkudu Berkhasiat Obat. Yogyakarta : Kanisius.

Yuwono. 2013. Pengeringan Kunyit menggunakan Microwave dan Oven. Jurnal

Teknik Kimia. Universitas Diponegoro.

Page 103: LAPORAN ALSIN FIX

103

ACARA IX

PEMARUTAN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara IX Pemarutan yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui konstruksi dasar mesin pemarut, bagian-bagian utama alat berikut

fungsi masing-masing bagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin :

a. Kapasitas pemarutan

b. Kwalitas pemarutan

B. Tinjauan Pustaka

Industri rumah tangga produksi minyak kelapa atau usaha pemarutan dalam

proses produksi pengambilan putih lembaga masih melalui proses pemarutan

sabut dan pematikan tempurung yang dilakukan dengan cara manual, yaitu untuk

proses pengupasan sabut menggunakan alat sejenis linggis (slumbat)atau dengan

sebilah parang, dan untuk proses pematikan menggunakan parang berbentuk

kampak. Kedua tahapan proses tersebut selain beresiko kecelakaan bagi operator

juga banyak menguras tenaga dan waktu, dan hasil pematikan putih lembaga

masih terdapat sisa tempurung yang menempel, serta kapasitasnya hanya

mencapai 30 buah kelpa/jam. Proses pemisahan dengan cara manual dirasakan

kurang efesien, oleh karen itu perlu perbaikan proses secara mekanis, yaitu

dengan membuat mesin pemisah putih lembaga dari tempurungnya, agar

kapasitas persatuan waktu dapat ditingkatkan dengan hasil pemisahan yang lebih

baik dari cara manual yaitu putih lembaga bersih dari tempurung, dan pada

akhirnya, agar kapasitas peesatuan waktu dapat ditingkatkan dengan hasil

pemisahan yang lebih baik dari cara manual yaitu putih lembaga bersih dari

tempurung, dan pada akhirnya dapat menekan biaya produksi (Supriyadi, 2005).

Page 104: LAPORAN ALSIN FIX

104

Pemarutan ketela pohon untuk penghasilkan tepung tapioka merupakan suatu

proses untuk memecahkan dinding sel pada umbi ketela pohon agar butir

tepung/pati yang terdapat di dalam ketela pohon tersebut dapat diambil. Setelah

proses pemarutan dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas

dan disaring. Setelahdisaring, campuran yang terdiri dari tepung ketela pohon dan

air ini diendapkan.Setelah mengendap dan dipisahkan dari airnya, maka endapan

tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran dan

pengeringan dilakukan terpisah dan tidak merupakan bagian dari mesin yang

dirancang ini. Mekanisme yang umumnya dipakai untuk proses pemarutan ada

dua macam. Pertama adalah menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan

ini,ketela pohon yang telah dikupas diparutdengan menggunakan silinder berparut,

yang mendesak pada celah dengan jarak tertentu. Silinder berparut diputar dengan

menggunakan motor pada kecepatan putar tertentu. Sistem ini dipakai pada

proses pemarutan mekanis (Soergihardjo, 2005).

Kelapa yang telah di belah atau dipisahkan dari tempurungnya

diparut.Pemarutan berfungsi untuk memperkecil ukuran dan merusak sel-sel

daging buah kelapa agar minyaknya mudah dikeluarkan.Daging buah kelapa

parutan diperas untuk mendapatkan santannya. Pemerasan dapat dilakukan

sampai beberapa kali sampai kandungan santannya habis dan setiap kali akan

mulai memeras parutan tambahi air secukupnya. Santan hasil perasan ditampung

dalam wajan untuk dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk menguapkan

kandungan air (Palungkun, 1992).

Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah limbah cair dan limbah

padat. Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan

pengendapan tepung aren. Limbah padat yang berupa serbuk serat aren semula

dimanfaatkan oleh industri budidaya jamur di kota Yogyakarta. Namun pada dua

tahun terakhir, industri tersebut tidak beroperasi lagi, akibatnya timbunan limbah

padat memenuhi bantaran sungai dan daerah sekitar sawah. Lindi dari limbah

padat ini mulai terasa mencemari badan air dan sistem irigasi yang ada di daerah

Page 105: LAPORAN ALSIN FIX

105

tersebut. Dampak yang dirasakan penduduk berupa timbulnya gangguan kulit

setelah menggunakan sumber air yang sudah tercemar oleh lindi ampas aren dan

juga matinya ikan-ikan pada kolam ikan milik penduduk, selain bau yang

menyengat, khususnya setelah ampas terbasahi oleh hujan (Firdayanti, 2005).

Kelapa parut kering pada umumnya dibuat melalui serangkaian tahapan

proses, dimana setiap tahapannya akan memberikan konstribusi terhadap mutu

produk akhir dari kelapa parut kering yang dihasilkan. Permasalahan yang sering

timbul dalam pembuatan kelapa parut kering adalah timbulnya warna dan bau

yang menyimpang serta daya simpannya relatif masih rendah, sedangkan warna

kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dan tidak adanya bau

tengik pada kelapa parut kering selama waktu tertentu sampai kelapa parut kering

tersebut siap digunakan. Untuk itu perlu ditelaah secara cermat pada setiap

tahapan proses pembuatan kelapa parut kering, yakni mulai dari preparasi (pra

proses), proses sampai pasca proses, sehingga didapat teknologi proses

pembuatankelapa parut kering yang mempunyai sifat-sifat yang lebih baik

(bermutu) dan mempunyai daya simpan yang lebih tinggi (Witono, 2004).

Alat parut ubi kayu dengan putaran engkol ini juga dapat mengatasi masalah

yang sejenis lainnya, dalam memproduksi berbagai maknan dari bahan baku hasil

pertanian lahan kering, seperti ubi rambat, kelapa dan sejenisnya. alat ini dapat

meningkatkan efisiensi baik dari waktu kerja, tenaga maupun secara kualitas dan

kemampuan industri rekan meningkatkan dalam produksi serta pelayanan pada

konsumen/regional. alat ini nantinya dapat dirancang dan dikembangkan dengan

memanfaatkan motor-motor listrik sebagai alat penggeraknya. secara nasional

hasil limbah ubi kaayu merupakan potensi pakan ternak seperti : babi, ayam, itik

dan yang lainnya (Parsa, 2009).

Setelah umbi dicuci dimasukkan ke dalam mesin pemarut, umbi satu-persatu

masuk kedalam alat pemarut dan dipecahkan dindingselnya.Dengan pecahnya

dinding-dinding sel maka granula pati sama dengan komponen bahan lain akan ke

luar dan pemarutan di ikuti denga penambahan air dimasukan ke dalam alat

Page 106: LAPORAN ALSIN FIX

106

penyaring pada pengolahan berikutnya. Banyaknya granula pati yang keluar

sangat diharapkan.Dengan pemarutan granula pati yang ke luar dapat mencapai

70 – 90%.Kadang satu industry melengkapi mesin pemarut dengan 2 atau tiga

buah guna mendapat pati sebanyak mungkin (Makfoeld, 1982).

Cara pembuatan santan yang selama ini sangat sederhana, cukup dengan

memarut daging kelapa dan memerasnya.Cara ini kemudian berubah dengan

munculnya mesin pemarut dan pemerah kelapa.System pemarut yang digunakan

sama dengan alat-alat parut lainnya, yaitu daging buah kelapa disandarkan pada

slinder bergigi di permukaan yang berputas dengan kecepatan tinggi sambil

ditekan. Potongan daging buah kelapa akan tergiling menjadi bentuk parutan

(Palungkun, 1992).

Mesin penghancur sukun dengan menggunakan parut manual, merupakan

pekerjaan yang cukup berat dan memakan waktu, padahal pada buatan tepung

sukun diperlukan kerja tersebut terjadi perubahan warna hasilnya.Oleh karena itu,

digunakan mesin parut untuk mempercepat proses pemarutan.Setelah proses

pemarutan dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas dan

disaring. Setelah disaring, campuran yang terdiri dari tepung ketela pohon dan air

ini diendapkan.Setelah mengendap dan dipisahkan dari airnya, maka endapan

tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran dan

pengeringan dilakukan terpisah dan tidak merupakan bagian dari mesin yang

dirancang ini (Suprapti, 2002).

Ada kebutuhan untuk proses pengolahan higienis dari singkong. Kondisi

umum didaerah kisi komersial makanan pokok ini menunjukkan kerentanan

terhadap kontaminasi makanan. Sebuah perusahaan telah meningkatkan mesin

parutan singkong pada desain dan fabrikasi. Efisiensi mesin, faktor keamanan,

dan portabilitas yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Kisi hopper dan drum

yang telah diubah dengan drum memiliki lembaran baja stain less melilitinti baja

ringan galvanis, mesin berjalan pada fase satu tenaga kuda motor listrik tunggal

Page 107: LAPORAN ALSIN FIX

107

pada kecepatan 1440rpm. Kapasitas parutan yang dibuat adalah158kg/hr dan

pengurangan sekitar 50% pada harga yang dicapai (Adetunji, 2011).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 9.1 Alat/ mesin pemrutan

Bagian utama alat dan mesin :

a. Motor listrik : sumber tenaga mesin.

b. Pulley mesin : kedudukan pengambilan tenaga dari motor.

c. Belt : menyalurkan tenaga dari pulley motor ke

mesin.

d. Silinder aktif : mendorong produk ke silinder aktif.

e. Inlet : tempat memasukan produk.

f. Silinder semi aktif : mendorong produk ke silinder aktif.

g. Outlet : tempat keluarnya produk.

h. Pulley motor : tempat kedudukan belt menyalurkan

tenaga ke silinder aktif.

Page 108: LAPORAN ALSIN FIX

108

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alat pemarut tersebut adalah produk atau bahan

didorong silinder semi aktif dan diparut silinder aktif.

E. Mekanisme Kerja

Motor listrik dinyalakan, kemudian produk dimasukkan ke dalam inlet

sehingga silinder aktif akan memarut produk, sedangkan silinder semi aktif akan

mendorong produk. Produk hasil pemarutan keluar melalui outlet.

F. Cara kerja

Mesin parut dibersihkan dan disiapkan

Produk ditimbang

Dicatat waktu awal operasi

Bahan dimasukkan ke dalam mesin

Dicatat waktu akhir operasi

Diamati kualitas pemarutan

Produk hasil parutan ditimbang

Page 109: LAPORAN ALSIN FIX

109

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 9.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pemarutan

Kel Berat

Awal

(kg)

Berat

Akhir

(kg)

Kapasitas

(kg/jam)

Rande-men

(%)

Waktu

(jam)

1 0,5 0,493

26,315

98,6

0,019

2 0,5 0,493 26,315 98,6 0,019

3 0,5 0,489 33,33 97,8 0,015

4 0,5 0,483 0,568 97,8 0,88

5 0,5 0,524 2,941 104,93 0,170

6 0,5 0,463 25 92,6 0,020

7 0,5

0,497 20 99,4 0,025

8 0,5 0,510 3,125 102 0,016

9 0,5 0,331 5,271 62,2 0,059

10 0,5 0,331 5,271 62,2 0,059

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Pemarutan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

bahan yang lebih kecil dari ukuran semula yang mempunyi ukuran besar.

Supaya memperoleh parutan yang halus, bahan yang akan diparut dimasukkan

ke dalam mesin melalui inlet secara lurus dari atas ke bawah. Sedangkan jika

ingin memperoleh hasil yang kasar, bahan dimasukkan dalam mesin secara

mendatar melalui inlet. Alat ini memiliki mekanisme kerja yaitu motor listrik

dihidupkan, kemudian produk dimasukkan ke dalam inlet sehingga silinder

aktif akan memarut produk, sedangkan semi aktif akan mendorong produk.

Produk hasil pemarutan keluar dari outlet.

Page 110: LAPORAN ALSIN FIX

110

Faktor yang mempengaruhi proses pemarutan adalah berat bruto, berat

netto, ketajaman pisau pemarut dan lama proses pemarutan. Faktor tersebut

mempengaruhi perhitungan kapasitas kerja mesin dan rendemen. Kualitas

pemarutan padapraktikum di atas kurang baik, karena pada bagian gigi aktif

dan gigi pasif ada renggangan sehingga produk yang diparut tidak bisa hancur

dengan baik (menggumpal).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada acara Pemarutan ini

diperoleh data kapasitas kerja mesin dan rendemen pada kelompok 1 yaitu

sebesar 26,315 kg/jam dan rendemennya 98,6%, pada kelompok 2 yaitu

sebesar 26,315 kg/jam dan rendemennya 98,6%, pada kelompok 3 yaitu

sebesar 33,33 kg/jam dan rendemennya 97,8%, pada kelompok 4 yaitu

sebesar 0,568 kg/jam dan rendemennya 97,8%, pada kelompok 5 yaitu

sebesar 2,941 kg/jam dan rendemennya 104,93%, pada kelompok 6 yaitu

sebesar 25 kg/jam dan rendemennya 92,6%, pada kelompok 7 yaitu sebesar

20 kg/jam dan rendemennya 99,4%, pada kelompok 8 yaitu sebesar 3,125

kg/jam dan rendemennya 102%, pada kelompok 9 dan 10 yaitu sebesar 5,271

kg/jam dan rendemennya 62,2%. Kapasitas paling besar pada kelompok 3

sebesar 33,33 kg/jam dan yang paling kecil pada kelompok 4 sebesar 0,568

kg/jam. Sedangkan rendemen paling besar pada kelompok 4 sebesar 104,93%

dan rendemen terkecil pada kelompok 9 dan 10 sebesar 62,2 %.

Prinsip kerja pemarutan adalah produk diparut oleh silinder aktif,

sedangkan silinder semi aktif untuk mendorong produk. Pada alat pemarutan

ini memiliki bagian-bagian utama yaitu motor listrik sebagai sumber tenaga

mesin, pulley mesin sebagai kedudukan pengambilan tenaga dari motor, belt

untuk menyalurkan tenaga, silinder aktif untuk memarut produk, silinder semi

aktif untuk mendorong produk ke silinder aktif, inlet sebagai tempat

memasukkan produk, outlet sebagai tempat keluarnya produk, dan pulley

motor sebagi tempat kedudukan belt menyalurkan tenaga ke silinder aktif.

Page 111: LAPORAN ALSIN FIX

111

H. Kesimpulan

1. Pemarutan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh bahan

yang lebih kecil dari ukuran semula yang mempunyi ukuran besar. Supaya

memperoleh parutan yang halus, bahan yang akan diparut dimasukkan ke

dalam mesin melalui inlet secara lurus dari atas ke bawah.

2. Faktor yang mempengaruhi proses pemarutan adalah berat bruto, berat netto,

ketajaman pisau pemarut dan lama proses pemarutan.

3. Kapasitas paling besar pada kelompok 3 sebesar 33,33 kg/jam dan yang

paling kecil pada kelompok 4 sebesar 0,568 kg/jam.

4. Rendemen paling besar pada kelompok 4 sebesar 104,93% dan rendemen

terkecil pada kelompok 9 dan 10 sebesar 62,2 %.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 112: LAPORAN ALSIN FIX

112

DAFTAR PUSTAKA

Adetunji. 2011. Desain Unit Pengolahan Bioetanol untuk Petani di Desa Ngajum

Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. Jurnal Rekayasa Mesin

Vol. 2, No.1 Tahun 2011 : 83-91.

Firdayanti. 2005. Kajian Kinerja Mesin Pengadukan pada Proses Pembuatan Pati

Aren (Arenga Pinnata Merr). Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.

Yogyakarta.

Palungkun, Rony. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.

Palungkun. 1992. Rancangan dan Uji Teknis Alat Pemarut Sagu Tipe Silinder.

Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.

Parsa. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa dari Daging Buah Kelapa Segar. Dewaruci

Press. Jakarta.

Siswantoro, Erik. 2007. Perencanaan Proses Produksi Mesi Pemarut Kelapa.

Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Soergihardjo. 2005. Membuat Aneka Abon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprapti. 2002. Membuat Aneka Olahan Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Supriyadi. 2005. Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka. Jurnal Teknik Mesin

Vol. 7, No. 1, April 2005 : 22-27.

Witono, Yuli. 2004. Kajian Teknologi Pembuatan Kelapa Parut Kering yang

Bermutu dan Berdaya Simpan Tinggi. Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Jember. Jember.

Worabai, Thomson. 2011. Pengembangan Desain Alat Parut Sagu (Metroxylon sp.)

Tipe Silinder Bertenaga Motor Bakar. Universitas Negeri Papua.

Manokwari.

Page 113: LAPORAN ALSIN FIX

113

Lampiran Perhitungan Pemarutan

1) Data Kelompok 1

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,019 = 26,315 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,493

0,5𝑥 100% = 98,6 %

2) Data Kelompok 2

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,019 = 26,315 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,493

0,5𝑥 100% = 98,6 %

3) Data Kelompok 3

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,015 = 33,33 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,489

0,5𝑥 100% = 97,6 %

4) Data Kelompok 4

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,88 = 0,568 kg/jam

Page 114: LAPORAN ALSIN FIX

114

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,483

0,5𝑥 100% = 97,8%

5) Data Kelompok 5

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,170 = 2,941 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,524

0,5𝑥 100% = 104,93 %

6) Data Kelompok 6

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,020 = 25 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,463

0,5𝑥 100% = 92,6 %

7) Data Kelompok 7

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,025 = 20 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,497

0,5𝑥 100% = 99,4 %

8) Data Kelompok 8

Page 115: LAPORAN ALSIN FIX

115

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,016 = 3,125 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,510

0,5𝑥 100% = 102 %

9) Data Kelompok 9

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,059 = 5,271 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,331

0,5𝑥 100% = 62,2 %

10) Data Kelompok 10

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,059 = 5,271 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,331

0,5𝑥 100% = 62,2 %

Page 116: LAPORAN ALSIN FIX

116

ACARA X

PRESS (EXTRACTING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari acara X Press (Extracting) adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat ekstrakting (prress), bagian-bagian utama

dari alat berikut fungsi masing-masing bagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pemakaian alat berikut cara pengaturannya sesuai

dengan syarat yang dikehendaki.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :

a. Kapasitas alat/mesin

b. Kwalitas ekstrakting (data visual)

c. Randement ekstrakting

B. Tinjauan Pustaka

Produk-produk hasil olahan coklat yang utama saat ini adalah lemak dan

tepung coklat.Kandungan lemak pada biji kakao berkisar 55-60%. Proses

pemisahan lemak dan tepung ini dilakukan terhadap biji kakao yang telah

terfermentasi. Pemisahan lemak coklat dapat dilakukan dengan berbagai cara

diantaranya ekstraksi dengan menggunakan pelarut atau dengan pengepresan

(Venter dkk., 2007). Metode ekstraksi lemak dengan pelarut memiliki kelemahan

yaitu terlarutnya sebagian komponen yang tidak diinginkan dari lemak kakao,

seperti phospolipida.Selain itu diperlukan proses pemisahan kembali antara

lemak dan pelarut. Pemisahan ini kadang kala tidak bisa murni dan dapat

mengurangi aroma coklat yang khas.Selain itu, proses pemurnian lemak ini juga

membutuhkan biaya yang tinggi.Oleh karena itu, teknik pengepresan mekanis

tetap menjadi pilihan.Penggunaan teknik pengepresan dipandang juga jauh lebih

praktis dan murah terutama untuk pemakaian oleh industri kecil dan

menengah.Berdasarkan kebutuhan kandungan lemak pada bubuk kakao yang

berkisar 10-22%(bergantung pada jenis bubuk kakao yang diinginkan), maka

Page 117: LAPORAN ALSIN FIX

117

recovery lemak menjadilemak kakao seharusnya mencapai 78-90% (Mulato dan

Widyotomo, 1999) mendapatkan yield kakao sebesar 89% pada proses

pengepresan umpan pasta dengan menggunakan tekanan 60 MPa (Indarti, 2007).

Buah kelapa (Cococ nucifera L.) telah menjadi salah satu sumber makanan

sejak jaman dahulu.Buah ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan

masyarakat Indonesia.Dalam kehidupan tradisional, daging buah kelapa

merupakan sumber nutrisi yang penuh dengan santan berasa gurih. Terdapat

beberapa cara untuk mengekstraksi minyak dari daging buahnya, yaitu secara

fisika, kimia, dan fermentasi. Proses tradisional melalui cara fisika (pemanasan)

menghasilkan minyak dengan kualitas rendah karena kandungan airnya tinggi dan

menyebabkan ketengikan. Ekstraksi minyak dengan cara kimia dapat

menyebabkan penurunan kualitas beberapa unsur nutrisi penting, antara lain asam

laurat dan tokoferol serta menyebabkan tingginya bilangan peroksida. Buah

kelapa yang sudah tua diparut lalu dicampur dengan air setelah diperas

(diekstraksi) dan disaring, santan ditampung pada wadah berkatup kemudian

dibiarkan selama 1-2 jam. Santan terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian krim

dan skim santan. Krim santan digunakan untuk diproses menjadi minyak

sedangkan skim santan digunakan untuk pembuatan starter (Soeka, 2008).

CNSL merupakan minyak yang tersusun dari senyawa fenolat kompleks

dengan rantai karbon panjang bercabang dan tidak jenuh, yang dapat dihasilkan

dengan cara rendering, pengepressan (ekstraksi) menggunakan pelarut kimia. Bila

menggunakan cara rendering atau pengepressan diperlukan perlakuan

pendahuluan yang memakan waktu cukup lama. Selain itu, rendemen perolehan

minyak masih rendah (minyak masih tersisa pada bungkil atau ampas berkisar 10-

25%) dan kualitasnyapun amsih dianggap rendah karena masih banyak bercampur

minyak. Sedangkan, kalau dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kimia akan

dapat dihasilkan minyak dengan rendemen cukup tinggi (minyak yang tersisa

pada bungkil kurang dari 1%) dan kualitas minyak jauh lebih baik (kadar air

sangat rendah) (Simpen, 2008).

Page 118: LAPORAN ALSIN FIX

118

Proses dapat dipersingkat dengan menggabungkan proses penghancuran dan

pengepresan sekaligus dengan menggunakan satu alat yaitu ekspeller. Alat ini

digerakkan oleh motor listrik/mesin diesel. Alat ini juga melakukan penghancuran

dan pengepresan secara kontinu sehingga dapat menyederhanakan kerja sekaligus

memaksimalkan output proses pembuatan minyak jarak. Minyak jarak ini dapat

langsung dipakai ke mesin atau dengan membuatnya menjadi biodiesel melalui

proses transesterifikasi, sebagaimana halnya pada pembuatan biodiesel dari

minyak sawit (Simanjutak, 2000).

Tujuan optimasi dari pengambilan ekstrak daun katuk adalah untuk

menentukan perbandingan jumlah air dengan daun katuk serta optimasi tekanan

pengepresan yang dapat menghasilkan ekstrak yang optimum. Perbandingan air

dengan daun katuk adalah 1:1; 1:2; 1:3.Setelah penambahan airdilakukan

pengepresan dengan alat pengepres, optimasi tekanan 50kg/cm2, 100 kg/cm2, dan

150 kg/cm2.Kondisi yang dipilih adalahyang dapat menghasilkan jumlah ekstrak

yang maksimum.Dasarpemilihan kondisi tersebut ditentukan secara visual

(Hardjanti, 2006).

Teknik menekan adalah metode yang paling umum untuk ekstraksi minyak

yang meliputi berbagai jenis pers seperti press hidrolik, sekrup tekan bergulir

press (Bamgboye dan Adejuno, 2007). Ekstraksi pelarut adalah metode yang

mampu mengekstrak lebih dari 98% minyak (Yoyock et al., 1988). Namun,

metode ini memiliki kelemahan sendiri seperti peralatan yang diperlukan tinggi

dalam biaya, proses ini cukup berbahaya dalam korelasi dengan api dan ledakan,

dan digunakan pelarut membutuhkan proses tertentu sebelum lanjut ke proses

berikutnya (Bargale et al, 1999. ; Ajibola et al, 2002).. Menurut Fitch-Haumann

(1997) dan juga Wiesenborn et al. (2001) mengatakan bahwa screw press

memiliki fitur keamanan yang lebih baik; ramah lingkungan dan dapat ekstrak biji

minyak dari 8 kg sampai 45 kg per jam bahan baku tergantung pada jenis expeller.

Salah satu jenis sekrup tekan adalah screw press Komet yang terdiri dari ukuran

nozzle yang berbeda, kecepatan dan diameter. Aksesoris yang berbeda dari mesin

Page 119: LAPORAN ALSIN FIX

119

ini mungkin akan menghasilkan sejumlah jenis minyak biji (Mastufah, 2011).

Kedelai (Glycine max) adalah spesies legum asli Asia Timur, banyak ditanam

untuk kacang dimakannya yang memiliki banyak kegunaan. Tanaman ini

digolongkan sebagai biji minyak dari pada pulsa. Hal ini juga dikenal sebagai

kacang kedelai tanaman kadang-kadang disebut sebagai kacang yang lebih besar

(dadou Cina dandaizu Jepang). Kedua kedelai belum matang dan hidangan yang

disebut edamamein pengembangan Japan. Mesin ekstraksi kacang kedelai susu

adalah proses aliran karena kacang kedelai melewati dua tahap yang berseliweran

dan kompresi. Sebagai kacang kedelai basah parut mereka dilewatkan keruang

kompresi di mana susu yang diperlukan diekstrak dengan bantuan saringan logam.

Kompresi kacang kedelai digiling basah dicapai dengan bantuan dari gaya tekan

yang disediakan oleh pedal kaki, filtrat dilewatkan kereservoir dimana ia sedang

dikemas (Akinnuli, 2008).

Penggunaan terfokus frekuensi tinggi energi akustik , dan petugas menembus

kekuatannya , menjanjikan untuk menjadi energi metode yang efisien dan kimia

netral dari ekstraksi . kapanfrekuensi tinggi energi akustik digunakan dalam

hubungannya dengan getaran mekanis / agitasi tertentu dalam medium maka

proses ekstraksi lebih ditingkatkan. Hal ini disebabkan kavitasi dan sifat termal

yang dihasilkan dari agitasi.Teknik ini telah menjadi umum dalam pengolahan

makanan dan penyimpanan metode kontemporer . Ditemukan bahwa ekstraksi

sonikasi dibantu saponin ginseng adalah sekitar tiga kali lebih cepat daripada

metode ekstraksi tradisional . Ekstraksi USG tidak hanya lebih efisien , tetapi juga

proses yang lebih nyaman untuk pemulihan dan pemurnian bahan aktif dari bahan

tanaman . Selain itu, ekstraksi USG dapat meningkatkan energi dan kecepatan

transfer , dan meningkatkan kecepatan penyerapan pelarut terhadap ekstrak . Hal

ini dicapai dengan menghancurkan dinding sel dan dengan demikian

menyebarkan ekstrak yang diinginkan seluruh medium. Hal ini pada gilirannya

membuat ekstraksi yang diinginkan lebih mudah diakses oleh pelarut dalam

medium (Sheu, 2009).

Page 120: LAPORAN ALSIN FIX

120

Di dalam memuaskan kebutuhan umum untuk minyak ekstraksi dari berbagai

jenis biji-bijian, kacang-kacangan dan daun (sayuran) dan mendukung cobaan

negara untuk mendorong teknologi asli dan dalam upaya untuk menghemat devisa

kita. Ini adalah metode yang minyak dari bahan tanaman yang diekstraksi dengan

pelarut yang mudah menguap seperti petroleumeter atau benzena. Dalam semua

desain ini, masalah dasar adalah sebagai berikut: -dalam pershidrolik, output yang

diinginkan adalah tekanan tinggi, tapi tekanan tinggi ini biasanya tidak mudah

untuk dicapai, ada selalu menekan kerugian akibat kebocoran. Demikian juga,

dalam sekrup menekan atau tekan hidrolik, masalah dasar bahwa dari sekam

dicampur dengan minyak yang diekstraksi dan rendah recovery minyak

persentase. Dan juga dalam pelarut ekstraksi, masalahnya adalah yang

menghilangkan ekstraksi tersebut tidak hanya sebagian besar bahan pewangi

tetapi juga lilin, mewarnai materi dan bahan resin (Onwuka, 2013).

Teknik klasik untuk ekstraksi pelarut nutraceuticals dari matriks tanaman

didasarkan pada pemilihan pelarut ditambah dengan penggunaan panas dan/atau

agitasi. Ada teknik klasik yang digunakan untuk memperoleh nutraceuticals dari

tanaman meliputi:Soxhlet, hydrostillation dan maserasidengan campuran alkohol-

air atau panas lemak. Soxhlet, yang telah digunakan untuk waktu yang lama,

adalah teknik standar dan acuan utama untuk mengevaluasi kinerja ekstraksi

padat-cair lainnya(atau pencucian) metode. Ekstraksi Soxhlet adalah umum dan

teknik mapan, yang melampaui kinerja teknik ekstraksi konvensional lainnya

kecuali, Dalam bidang terbatas aplikasi, ekstraksi senyawa termolabil

(Wang, 2006).

Pengepresan menggunakan alat seperti expeller, roller pengepresan, dan pres

hidrolik. Expeller digunakan sebagai pengepresan pendahuluan, karena pada

proses ini tidak semua minyak dapat dikeluarkan dari bahan. Expeller berbentuk

silinder dan didalamnya terdapat ruang pres. Didalam ruang pres terdapat sumbu

Yng berbentuk kones yang dapat berputar seperti lingkaran sekrup. Ketika di

press akan mengeluarkan minyak yang keluar melalui ruang-ruang ke mpa

Page 121: LAPORAN ALSIN FIX

121

diantara sumbu utama. Selanjutnya minyak jatuh pada tempat penampungan yang

dibuat miring agar minyak mudah mengalir (Palungkun, 1992).

Alat ekstraksi berbentuk silinder tegak dibagian dalam alat ini, terdapat kisi-

kisi logam yang berlubang dan tersusunsecara horisontal yang dipasang

disekelining selubung tegak di bagian pusat silinder. Bunga diisikan diatas kisi-

kisi logam, dan kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan supaya

pelarut dapat merembes kedalam bahan secara bebeas dan merata. Setelah

pengisian buanga tersebut, maka alat tadi ditutup dengan penutup yang terbuat

dari logam. Ekstraksi dilakukan secara berurutan dengan mencuci bunga pada tiap

batch menggunakan pelarut sebanyak 3 kali (Guenther, 1988).

Bila pemisahan dengan distilasi tidak efektif atau sangat sullit, maka ekstraksi

zat cair merupakan alternatif utama yang perlu diperhatikan. Campuran dari zat

yang titik didihnya berdekatan atau zat yang tidak dapat menahankan suhu

distilasi biarpun dalam vakum sekalipun, biasanya dipisahkan dari

ketakmurniannya dengan cara ekstraksi yang menggunakan perbedaan kimia

sebagai pengganti perbedaan tekanan udara. Suatu pemanfaatan dari ekstraksi

ialah dalam memisahkan hasil-hasil minyak bumi yang mempunyai struktur kimia

yang berlainan tetapi jangkau didihnya hampir sama (Warren, 1999).

Untuk dapat memeras air yang terkandung dalam sukun parut, perlu

digunakan pemeras(press) manual. Setelah disaring, campuran yang terdiri dari

tepung ketela pohon dan air ini diendapkan.Setelah mengendap dan dipisahkan

dari airnya, maka endapan tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga

kering. Proses penjemuran dan pengeringan dilakukan terpisah dan tidak

merupakan bagian dari mesin yang dirancang ini (Suprapti, 2002).

Page 122: LAPORAN ALSIN FIX

122

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 10.1 Alat/mesin press

Bagian utama alat dan mesin :

a. Tuas pemutar press : memutar batang pngepress.

b. Plat pengepress : menekan produk.

c. Silinder pengepress : sebagai tempat produk.

d. Outlet : tempat keluar hasil ekstraksi.

e. Pompa hidrolik : mengepres dari bawah.

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat/mesin press (ekstrakting) adalah produk ditekan oleh tuas

pengepres sehingga didapatkan cairannya.

E. Mekanisme Kerja

Produk diparut terlebih dahulu. Kemudian dimasukkan ke dalam silinder

pengepres. Ekstraksi bahan dilakukan dengan menggunakan tekanan dari atas

(plat pengepres) dan juga tekanan dari bawah (pompa hidrolik). Tuas digunakan

Page 123: LAPORAN ALSIN FIX

123

sebagai dongkrak (memutar pompa hidrolik), dan cairan hasil ekstraksi ini akan

keluar melalui outlet.

F. Cara kerja

Alat press dibersihkan

Produk bersih ditimbang

Panci penampung disiapkan

Produk parutan dimasukkan ke silinder pengepress

Hasil ekstraksi ditimbang

Dicatat waktu awal dan waktu akhir proses ekstraksi

Randement ekstraksi dihitung

Page 124: LAPORAN ALSIN FIX

124

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 10.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengadukan

2. Pembahasan

Ekstraksi adalah proses pengambilan sari bahan sehingga sarinya

dapat diolah menjadi produk yang diinginkan. Pengepressan ini bertujuan

untuk mendapatkan cairan dari produk yang dipress (extracing). Pada

praktikum pengepresan ini bahan yang digunakan dalam ekstraksi adalah

kelapa. Untuk menghasilkan sari dari kelapa sebelumnya kelapa diparut

terlebih dahulu.

Prinsip kerja dari pengepresan ini adalah produk ditekan oleh tuas

pengepres sehingga didapatkan cairannya sedangkan mekanisme kerja dari

pengepresan ini adalah produk diiris dahulu kemudian dimasukkan ke dalam

silinder pengepres. Pada alat pengepresan ini memiliki bagian-bagian utama

yaitu tuas pemutar, plat pengepress, silinder pengepres, outlet, dan pompa

hidrolik. Untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang maksimal maka dalam

pengepresan dilakukan dari atas dan dari bawah. Pengepresan dari atas

dilakukan dengan memutar tuas pengepres, sedangkan dari bawah

menggunakan pompa hidrolik. Ekstraksi bahan dilakukan dengan

menggunakan tekanan dari atas (pompa pengepres) dan juga tekanan dari

bawah (pompa hidrolik). Tuas digunakan sebagai dongkrak (memutar pompa

hidrolik). Dan cairan hasil ekstraksi ini akan keluar melalui outlet.

Pada praktikum pengepresan ini berat awal kelapa yang diekstraksi

pada kelompok 6 adalah 0,5 kg. Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan

menghasilkan cairan hasil ekstraksi sebanyak 0,463 kg. Dari hasil itu

didapatkan randementnya sebesar 92,6 %, pada kelompok 7 adalah 0,497 kg.

Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan menghasilkan cairan hasil ekstraksi

sebanyak 0,225 kg. Dari hasil itu didapatkan randementnya sebesar 45,271 %,

Page 125: LAPORAN ALSIN FIX

125

pada kelompok 8 adalah 0,51 kg. Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan

menghasilkan cairan hasil ekstraksi sebanyak 0,29 kg. Dari hasil itu

didapatkan randementnya sebesar 58 %, pada kelompok 9 adalah 0,5 kg. Dari

produk itu dilakukan ekstraksi dan menghasilkan cairan hasil ekstraksi

sebanyak 0,282 kg. Dari hasil itu didapatkan randementnya sebesar 56,4 %,

pada kelompok 10 adalah 0,5 kg. Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan

menghasilkan cairan hasil ekstraksi sebanyak 0,282 kg. Dari hasil itu

didapatkan randementnya sebesar 56,4 %. Pada pengamatan dan perhitungan

kelompok 6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa randement yang paling kecil adal

kelompok 7 yaitu dengan randemet 45,271%, sedangkan randement yang

paling besar adalah pada kelompok 6 yaitu dengan randement 92,6%.

Hasil randement dari praktikum ini dipengaruhi oleh kekuatan dalam

melakukan ekstraksi, semakin kuat kita memutar tuas penekan maka hasil

ekstraksi akan semakin banyak begitu sebaliknya. Selain kekuatan

mengekstrak randement juga dipengaruhi parutan produk, apabila parutan

produk sesuai serat maka cairan yang dihasilkan saat ekstraksi semakin

banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah bobot

produk awal, berat cairan hasil ekstraksi dan lama proses ekstraksi.

H. Kesimpulan

1. Ekstraksi adalah proses pengambilan sari bahan sehingga sarinya dapat diolah

menjadi produk yang diinginkan.

2. Pengepressan ini bertujuan untuk mendapatkan cairan dari produk yang

dipress (extracing). Pada praktikum pengepresan ini bahan yang digunakan

dalam ekstraksi adalah kelapa.

3. Pada pengamatan dan perhitungan kelompok 6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa

randement yang paling kecil adal kelompok 7 yaitu dengan randemet

45,271%, sedangkan randement yang paling besar adalah pada kelompok 6

yaitu dengan randement 92,6%.

Page 126: LAPORAN ALSIN FIX

126

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah bobot produk awal,

berat cairan hasil ekstraksi dan lama proses ekstraksi.

5. Hasil randement dari praktikum ini dipengaruhi oleh kekuatan dalam

melakukan ekstraksi dan parutan produk.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 127: LAPORAN ALSIN FIX

127

DAFTAR PUSTAKA

Akinnuli. 2008. Kajian Kinerja Mesin Pengadukan pada Proses Pembuatan Pati

Aren (Arenga Pinnata Merr). Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Guenther. 1988. The Effects of Physical Parameters of The Srew Press Oil Expeller

on Oil Yield from Nigella sativa L seeds. International Food Research

Journal 18(4): 1367-1373 (2011).

Hardjanti. 2006. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek

Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ketaren, S. 1987. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-

Pres). Depok.

Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta.

Mastufah. 2011. Pengaruh Proses Pengepresan ( Screw Press ) Terhadap Persentase

Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press di PT.

Socfin Indonesia Kebun Aek Loba. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Onwuka. 2013. Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka. Jurnal Teknik Mesin

Vol. 7, No. 1, April 2005 : 22-27.

Palungkun, Rony. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sheu. 2009. Pengambilan Minyak Kelapa Secara Fermentasi Berulang dengan

Menggunakan Sel Amobil Saccharomyces Cereviceae. Teknologi Industri.

Surabaya.

Simanjutak. 2000. Membuat Aneka Abon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Simpen, I.N. 2008. Isolasi Cashew Nut Shell Liquid dari Klit Biji Jambu Mete

(Anacardium occidentale L) dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya.

Jurnal Kimia 2 (2), Juli 2008 : 71-76.

Soeka. 2008. Proses Pengolahan Ubi Kayu menjai Kue Klanting. Jurnal Pengabdian

pada Masyarakat No. 45 Tahun 2008, ISSN : 1410-0770.

Suprapti. 2002. Efek Pemanasan Terhadap Rendemen Lemak pada Proses

Pengepresan Biji Kakao. Universitas Syiah Kuala. Aceh.

Wang. 2006. Isolasi Cashew Nut Shell Liquid dari Klit Biji Jambu Mete (Anacardium

occidentale L) dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya. Jurnal Kimia 2

(2), Juli 2008 : 71-76.

Warren, 1999. Extraction of Neem Oil Using N-Hexane and Ethanol: Stuudies of Oil

Quality, Kinetic and Thermodynamic. Departement of Chemical

Engineering Widya Mandala University. Surabaya.

Page 128: LAPORAN ALSIN FIX

128

Lampiran Perhitungan Press

1) Data Kelompok 9

Kapasitas = )(

)(

jamwaktu

kgberatawal

= 0,5

0,038 = 13,517 kg/jam

Randemen = %100)(

)(

kgberatawal

kgberatakhir

= 0,282

0,5 x 100% = 56,4%

Page 129: LAPORAN ALSIN FIX

129

ACARA XI

VACUUM FRYING

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara XI Vacuum Frying yaitu :

1. Mengetahui kontraksi dasar alat/mesin untuk penggoreng secara vacum,

bagian-bagian, utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang diingankan/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Salah satu bentuk makanan olahan dari buah-buahan yang mempunyai

peluang pasar internasional adalah makanan kering. Permintaan akan makanan

kering dari buah-buahan terus meningkat karena masyarakat negara-negara maju

menyukai makanan sehat yang banyak mengandung serat. Salah satu makanan

ringan adalah keripik, yang tergolong jenis crackers, yaitu makanan yang bersifat

kering, renyah, tahan lama, praktis, mudah dibawa dan didimpan, serta dapat

dinikmati kapan saja. Keripik yang dihasilkan dengan mesin penggoreng vakum

memiliki rasa dan aroma seperti buah aslinya tekstur renyah. Prospek

pengembangan keripik buah cukup baik karena bahan baku cukup tersedia,

terutama saat panen dan produk ini disukai konsumen. Namun, beberapa kendala

perlu diatasi, meliputi keseragaman bahan baku, mutu produk, pengemasan, dan

peningkatan umur simpan (Kamsiati, 2010).

Mesin vacuum frying adalah mesin pengolahan makanan dengan

menggunakan system vacuum. Dalam pengoperasiannya mesin bekerja pada suhu

maksimal 95°C dengan tabung utama vacuum. Dan peranan dari komponen

utama tersebut sangatlah penting, karena itu perlu dilakukan perancangan yang

baik dan salah satunya yaitu dari segi kekuatan, dimana tabung tersebut menerima

beban dari temperature dan tekanan vacuum. Sistem pengolahan yang dibutuhkan

Page 130: LAPORAN ALSIN FIX

130

adalah yang cepat, murah, higienis serta memiliki hasil yang baik. Oleh karena itu

sudah tidak asing lagi bagi kelompok masyarakat dalam penggunaan mesin

pengolahan makanan seperti mesin vacuum frying ini (Sari, 2010).

Teknologi lain yang relatif baru yang dapat mengawetkan sayuran adalah

dengan mengolah sayuran segar menjadi produk sayuran siap santap

menggunakan metode pengeringan dengan pemasakan, sehingga sayuran tersebut

dapat langsung dimakan. Metode yang relative baru dan sangat potensial untuk

diterapkan adalah dengan menggunakan alat penggorengan vakum (vacuum

frying). Penggorengan vakum adalah suatu metoda pengurangan kadar minyak

pada produk sambil tetap mempertahankan kandungan nutrisi produk. Teknologi

ini dapat digunakan untuk memproduksi sayuran dan buah-buahan yang

didehidrasi tanpa mengalami reaksi pencoklatan (browning) atau produk menjadi

hangus (Widaningrum, 2009). Menggoreng dengan menggunakan mesin

penggoreng hampa ( vaccum frying) dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

yang pertama disiapkan potongan nangka siap pakai yang memiliki kesamaan

ukuran, bentuk, dan ketebalan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas mesin.

Lalu kompor dinyalakan, setelah suhunya mencapai 500 C, potongan nangka

dimasukan kedalam bak penampungan bahan pada unit penggorengan. Dan

tabung penggorengan ditutup rapat kemudian di vakumkan hingga mencapai 70

tnm Hg dan suhu penggorengan diatur pada 800 C-1000 C (Ibrahim, 2004).

Vacuum frying adalah teknologi menjanjikan yang dapat diproses oleh

vacuum frying karena rendah pilihan untuk produksi makanan ringan baru seperti

suhu buah. Banyak negara di Asia, (misalnya Jepang, dan keripik sayuran yang

menyajikan kualitas yang diinginkan Thailand, Taiwan) menggunakan teknologi

ini untuk menghasilkan tinggi atribut dan menanggapi tren kesehatan yang baru.

Buah camilan bergizi. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan dan sayuran

merupakan sumber penting dari vitamin dan nutrisi dan kesehatan bangsa dengan

memproduksi produk antioksidan. Namun, rata-rata konsumsi buah-buahan yang

enak, menyimpan sebagian besar nilai gizi mereka , memiliki dan sayuran dalam

Page 131: LAPORAN ALSIN FIX

131

masyarakat modern rendah karena isi lemak lebih rendah dari makanan ringan

konvensional goreng, kerusakan awal dan harga agak tinggi (Mehrjardi, 2012).

Di antara beberapa teknologi deep frying lemak, vacuum frying memiliki

kepentingan strategis yang signifikan untuk masa depan manufaktur gorengan.

Teknologi ini menawarkan manfaat yang signifikan seperti perbaikan keamanan

produk goreng dan kualitas dan mengurangi oksidasi minyak karena pengolahan

suhu rendah. Penelitian baru-baru ini dan kepentingan dalam aplikasi vacuum

frying (Garayo dan Moreira 2002) dan pengembangan desain baru fryer (Moreira

dan lain-lain 1999) memberikan insentif untuk studi mendalam akrilamida

generasi selama penggorengan, sehingga proses yang lebih baik dapat dirancang

untuk mengurangi pembentukan produk beracun ini dalam produk goreng

(Granda, 2004).

Salah satu karakteristik utama dari unit vacuum frying adalah mekanisme

meminyaki. Hal ini digunakan untuk de-minyak produk sebelum dihapus dari

vakum sehingga minyak permukaan tidak diserap oleh produk selama proses

bertekanan. Mekanisme De-meminyaki umumnya sentrifugal, yang dipasang di

sebuah kubah vakum khusus melekat pada penggorengan vakum. Mekanisme

penyerapan minyak dalam produk goreng adalah proses yang kompleks. Menurut

penyerapan minyak Moreira adalah fenomena permukaan yang terjadi sebagai

produk akan dihapus dari fryer karena perbedaan suhu antara produk dan suhu

ambien. Perubahan suhu menyebabkan peningkatan tekanan kapiler di pori-pori

produk, yang menyebabkan minyak mengalir ke ruang pori terbuka

(Amany, 2012).

Konsumen menjadi lebih peduli dengan kualitas makanan. Mereka

menganggap makanan organik sebagai menjadi kualitas yang lebih baik, lebih

sehat dan manfaat lebih bergizi daripada makanan yang diproduksi oleh metode

konvensional. Beberapa penelitian melaporkan bahwa makanan organik

mengandung lebih senyawa bioaktif dari produk konvensional. Olahan okra

merupakan pertanian yang penting produk di Nakhon Pathom (Thailand) dan

Page 132: LAPORAN ALSIN FIX

132

belum diteliti dengan cara ini. Selama pengolahan, banyak senyawa penting

dalam kualitas okra mungkin hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pengolahan dengan pemanasan kelembaban dan vacuum

frying pada kualitas okra organik dan konvensional. Moisture pemanasan

diselidiki dengan blanching okra di 100 oC selama 3 menit, sedangkan vacuum

frying yang terlibat menggoreng okra pada 100 oC selama 20 menit. Kualitas okra

organik dan konvensional tumbuh dibandingkan sebelum dan sesudah

pengolahan (Arlai, 2009).

Metode dalam pembuatan mesin penggoreng vakum ini diawali dengan

proses perencanaan, pembuatan, uji coba, dan pelatihan penggunaan mesin bagi

karyawan mitra kerja. Tahap perencanaan mesin, meliputi: (1) mendisain gambar

rencana, (2) perhitungan kebutuhan bahan, dan (3) perhitungan anggaran biaya

pelaksanaan. Tahap pembuatan mesin, mencakup pekerjaan: (1) pemotongan

bahan sesuai gambar kerja, (2) pengelasan, (3) perakitan, (4) instalasi listrik, (5)

uji unjuk kerja mesin untuk mengetahui unjuk kerjanya, dan (6) pengecatan.

Sedangkan, pelatihan bagi anggota KUB mitra kerja, mencakup: (1) penyampaian

teori penggunaan mesin dengan metode ceramah, (3) demonstarasi penggunaan

mesin, dan (3) praktek penggunaan mesin oleh para anggota mitra kerja

(Tiwan, 2010).

Page 133: LAPORAN ALSIN FIX

133

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

8 7 6 5

4 10

9

2

3

1

Gambar 11.1 Alat Vacum Frying

Keterangan

1. Bak penampung air : Tempat penampung air.

2. Tabung gas : Tempat gas tabung elpiji.

3. Mesin pompa : Untuk memompa air.

4. Tabung vacum : Tabung sirkulasi air berkecepatan tinggi.

5. Selang gas : Tempat gas mengalir.

6. Kotak panel : Monitor / Mengatur.

7. Pegangan : Untuk mengangkat tutup.

8. Tutup tabung vacum : Sebagai penutup.

9. Tuas pemutar : Pemutar bahan agar merata.

10. Penglihat tekanan : Untuk melihat tekanan.

Page 134: LAPORAN ALSIN FIX

134

D. Prinsip Kerja

Untuk menggoreng bahan yang berkadar air tinggi dalam tabung hampa

udara dengan suhu rendah dan tekanan vacum.

E. Mekanisme Kerja

Memasukkan air dalam bak, kemudian mesin penyedot dihidupkan,

setelah itu tempat produk diisi minyak goreng penuh kemudian air dalam produk

menguap melalui pipa uap dan produk itu keluar ke bak penampung. Tarjadi

sirkulasi berkecepatan tinggi sehingga tekanan turun sehingga suhu rendah atau

titik didih rendah.

F. Cara kerja

Minyak

Dimasukkan ke dalam tabung

Kompor dinyalakan

Diamati suhu minyak dan tekanan penggorengan

Produk dimasukkan

Diamati tingkat kematangan bahan

Dicatat waktu penggorengan

Page 135: LAPORAN ALSIN FIX

135

G. Pembahasan

Vacuum frying merupakan alat yang digunakan untuk menggoreng secara

vacuum (hampa udara) dan suhu rendah. Proses pengolahan ini menggunakan

bahan minyak atau lemak lain yang menghantarkan panas.

Prinsip kerja dari vacuum frying ini untuk menggoreng bahan yang berkadar

air tinggi secara vakum (hampa udara) dengan menggunakan suhu rendah.

Mekanisme kerja vacuum frying yaitu pertama bak diisi air dengan penuh, lalu

disedot oleh pompa air melalui pipa penyedot yang kemudian air dialirkan ke

tabung vacuum, di dalam tebung tersebut maka terjadi sirkulasi berkecepatan

tinggi yang akibatnya tekanan dalam tabung vakum akan lebih rendah

dibandingkan tekanan dalam silinder penggorengan. Secara otomatis akan terjadi

aliran fluida dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sehingga tekanan dalam

silinder menjadi rendah atau vakum.

Pada kondisi vacuum suhu penggorengan dapat diturunkan sebesar 50-60°C

dengan demikian produk yang dapat mengalami kerusakan akibat pengolahan

dengan panas dapat dihindari. Dalam silinder penggorengan dipanasi dengan

kompor hingga bertekanan tinggi lalu dialirkan ke tabung vacuum hingga

bertekanan 0atm. Pada proses penggorengan secara vakum seperti ini

membutuhkan minyak yang cukup banyak karena agar semua bahan yang

digoreng dapat tercelup secara penuh dan kematangan produk agar merata serta

hanya dapat digunakan untuk satu sampai tiga kali pemakaian. Yang perlu

diperhatikan juga pada minyak goreng adalah penggunaan minyak goreng

haruslah baru agar warna, kerenyahan, rasa, dan aroma tetap terjaga. Apabila

minyak yang digunakan ialah minyak curah, maka warna, kerenyahan, rasa, dan

aroma akan menjadi rusak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penggorengan vacuum frying adalah

lama penggorengan, suhu penggorengan, tekanan penggorengan, kadar air awal

Page 136: LAPORAN ALSIN FIX

136

produk, intensitas memutar tuas, besar kecilnya nyala api, minyak yang

digunakan untuk menggoreng dan kualitas penggorengan. Kelebihan produk

yang digoreng dengan menggunakan vacuum frying adalah nutrisi tidak hilang,

karena digoreng pada suhu rendah (80-850C), disertai dengan pemvacuuman,

warna tidak berubah dan tidak gosong, penggorengan alami, tanpa penambahan

zat pewarna dan perasa, keripik renyah dan nikmat, tampilannya menarik, tidak

mengandung bahan-bahan kimia sintesis, aromanya tidak berubah sama seperti

buah aslinya, rasanya enak, tahan lama meskipun tanpa bahan pengawet.

Kelemahan dari penggorengan vacuum adalah terlalu banyak menggunakan

minyak sehingga boros minyak atau minyak terbuang sia-sia.

H. Kesimpulan

1. Vacuum frying merupakan alat yang digunakan untuk menggoreng secara

vacuum (hampa udara) dan suhu rendah. Proses pengolahan ini menggunakan

bahan minyak atau lemak lain yang menghantarkan panas.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penggorengan vacuum frying adalah

lama penggorengan, suhu penggorengan, tekanan penggorengan, kadar air

awal produk, intensitas memutar tuas, besar kecilnya nyala api, minyak yang

digunakan untuk menggoreng dan kualitas penggorengan.

3. Kelebihan produk yang digoreng dengan menggunakan vacuum frying adalah

nutrisi tidak hilang, karena digoreng pada suhu rendah (80-850C), warna tidak

berubah dan tidak gosong, penggorengan alami, nikmat, tampilannya menarik,

tidak mengandung bahan-bahan kimia sintesis, aromanya tidak berubah sama

seperti buah aslinya, rasanya enak, tahan lama meskipun tanpa bahan

pengawet.

4. Kelemahan dari penggorengan vacuum adalah terlalu banyak menggunakan

minyak sehingga boros minyak atau minyak terbuang sia-sia.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 137: LAPORAN ALSIN FIX

137

DAFTAR PUSTAKA

Amany, 2012. Vacuum frying: An alternative to obtain high quality potato chips and

fried oil. Journal of Microbiology Vol. 1(2) pp. 019-026, March, 2012.

Arlai, A. 2009. Effects Of Moisture Heating And Vacuum Fry On Organic And

Conventional Okra Quality. Bangkok. Thailand

Granda, C. 2004. Reduction of Acrylamide Formation in Potato Chips by Low-

temperature Vacuum Frying. Journal Of Food.

Ibrahim, Joko. 2004. Keripik, manisan kering, dan sirup nangka. Penerbit kanisius.

Yogyakarta.

Kamsiati,Elmi. 2010. Peluang pengembangan teknologi pengolahan keripik buah

dengan menggunakan penggoreng vakum. Jurnal Litbang Pertanian, 29(2),

2010.

Mehrjardi, Parastoo Yasaie. 2012. Developing Vacuum Fried Pumpkin (Cucurbita Moschata

Dutch) Snack. Science and Research Branch, Islamic Azad University, Tehran, Iran.

Sari, Poernomo, Sri. 2010. Perancangan mesin vacuum frying dan analisa thermal

tabung vacuum menggunakan software catia p3 v5r14.

Tiwan. 2010. Rancang Bangun Mesin Penggoreng Vakum (Vacuum Frying Ma-chine)

bagi Industri Kecil Pedesaan Korban Erupsi Gunung Merapi. Yogyakarta.

Widaningrum. 2009. Standarisasi keripik sayuran (wortel) sebagai upaya

peningkatan daya saing produk olahan hortikultura.

Page 138: LAPORAN ALSIN FIX

138

ACARA XII

OVEN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acra VIII Oven dan Pengadukan yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui Konstruksi dasar alat oven, bagian-bagian utama alat berikut

fungsi masing-masing bagian utama.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

3. Mengetahui penampilan teknis mesin.

B. Tinjauan Pustaka

Oven microwave adalah sebuah peralatan yang menggunakan radiasi

gelombang mikro untuk memasak atau memanaskan makanan. Hal ini dilakukan

dengan menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memanaskan molekulter

polarisasi dalam makanan. Penggorengan dengan Oven microwave untuk produk

makanan dianggap sebagai cara baru untuk meningkatkan kualitas makanan yang

digoreng. Oven microwave mempunyai banyak keuntungan dalam proses

pengolahan makanan tertentu. Oven microwave dapat mempercepat laju

penguapan, sehingga dapat mengurangi waktu pengeringan secara signifikan

(mahmudan, 2014).

Suatu standar yang telah ditetapkan untuk oven pengering haruslah

bersuhu antara 50 0C sampai dengan 60 0C, dalam hal inilah sistem sensor suhu

pada kotak pengering dapat kita atur sesuai ketentuannya. Sistem pengendalian

suhu pada oven pengering ini sudah otomatis karena menggunakan

mikrokontroler ATmega 8535 dan disisi lain pada oven pengering tersebut

tergolong sistem digital dengan adanya penampil LCD sebagai tampilan batasan

suhu yang diinginkan. Jadi untuk oven pengering tersebut telah didesain

sedemikian rupa sehingga suhu yang diinginkan dapat stabil dan sangat praktis

Page 139: LAPORAN ALSIN FIX

139

tentunya bagi pengusaha kerupuk skala kecil atau industri rumah tangga

(syafriyudin, 2009).

Oven adalah alat untuk memanaskan memanggang dan mengeringkan.

Oven dapat digunakan sebagai pengering apabila dengan kombinasi pemanas

dengan humidity rendah dan sirkulasi udara yang cukup. Kecepatan pengeringan

tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan. Penggunaan oven biasanya

digunakan untuk skala kecil. Oven yang kita gunakan adalah elektrik oven yaitu

oven yang terdiri dari beberapa tray didalamnya, serta memiliki sirkulasi udara

didalamnya. Kelebihan dari oven adalah dapat dipertahankan dan diatur suhunya.

Bahan yang akan dikeringkan diletakkan pada rak-raknya (Saputra, 2000).

Di dalam proses pengovenan kacang, kacang harus dibolak-balik

dengan mengunakan tangan pada saat-saat tertentu, supaya panas dari kompor

merata dan kacang menjadi matang seluruhnya. Peningkatan produksi kacang

garing asin dapat dilakukan dengan cara mengubah proses yang dilakukan

secara manual menjadi dilakukan secara mekanik. Untuk mengatasi masalah

ini diperlukan sebuah oven yang besar dan digerakkan dengan cara mekanis.

Sehingga proses pembolak-balikan kacang akan berjalan dengan baik. Mesin

oven juga harus baik dalam hal pengapiannya (pembakarannya), karena kalau

oven tersebut tidak baik pengapiannya (pembakarannya) (Asviando, 2009).

Microwave oven yang digunakan mempunyai daya 900 watt dan

dilengkapi dengan piring putar. Dilakukan penelitian terhadap 9 tipe agregat (5

jenis agregat halus dan 4 jenis agregat kasar) dengan berbagai nilai absorpsi.

Sedangkan untuk beton segar dibuat 4 macam campuran dengan berbagai nilai

absorpsi agregat. Faktor air-semen yang digunakan adalah 0.3, 0.5 dan 0.7. Hasil

pengukuran kadar airnya dengan microwave oven dibandingkan terhadap oven

standard. Cara kerja dari microwave oven memakai prinsip bahwa atom benda

yang dioven akan mengabsorbsi/menyerap energi dari radiasi frekwensi

gelombang mikro (microwave– frequency radiation) yang menyebabkan bergetar

sampai 2450 juta getaran perdetik, dari getaran ini menyebabkan timbulnya panas

Page 140: LAPORAN ALSIN FIX

140

(friction heat) pada makanan/benda yang ada dalam alat microwave oven

(Sugiharto, 2000).

Sebuah lapisan smear seperti agar-agar patuh lembut menutupi bagian

paling atas Cornsilk NaOH dirawat sementara Cornsilk dirawat oleh NaHClO itu

filled dengan berbagai fitur dari gelembung-gelembung seperti anggur. Jumlah

dari Ca, K, Mg, Mn dan Zn di Cornsilk segar dan kering oven yang relatif lebih

tinggi daripada dalam sampel diobati dengan NaOH dan NaHCl. Isi mineral

tertinggi disajikan dalam segar dan oven Cornsilk kering adalah Ca, K, Mg, Mn

dan Zn. Meskipun tidak terbukti secara ilmiah, retoris, cornsilks telah lama

dilaporkan dalam literatur kuno untuk dapat membantu dengan masalah prostat,

mengompol, carpal tunnel syndrome, edema dan obesitas. Hal ini juga telah

digunakan untuk mengurangi efek sindrom pramenstruasi, dan mempromosikan

relaksasi (Rosli, 2010).

Produk yang diperoleh dari putih telur, kuning telur dan telur utuh harus

disimpan dalam nampan crossgrilled dari oven vakum, suhu dan tekanan dari

sistem vakum harus dikontrol dan hanya pada kondisi optimum eksperimentasi

dapat dengan mudah diramalkan. Sekarang suhu ditetapkan pada 50 º C dan

tekanan pompa harus disesuaikan dengan batas 700 atm (bar). Segera setelah

tekanan dicapai, produk yang diperoleh dikeringkan selama 4-5 jam pengeringan

vakum lengkap dengan suhu sekitar 50 º C. Produk dehidrasi dicapai dan itu

dikirim untuk dicampur menjadi bubuk. Setelah membedaki beberapa studi

banding seperti bau, warna, pH dan suhu yang ditentukan akhirnya

(Kumaravel, 2012).

Penggunaan microwave oven dalam studi kue memiliki baru-baru ini

meningkat. Pemanasan microwave adalah relatif Teknik murah yang

menawarkan keuntungan unik seperti kenyamanan dan pemanasan cepat.

Microwave berinteraksi langsung dengan obyek dipanggang. Penetrasi kecepatan

energi gelombang mikro proses pembakaran dan pemanasan dan perluasan roti

terjadi terlalu cepat. microwave pemanasan meningkatkan suhu dari luar untuk

Page 141: LAPORAN ALSIN FIX

141

inward dan juga memasak / bakes makanan merata di seluruh sementara radiasi

atau konveksi pemanasan. Meskipun microwave kue mempersingkat waktu

pembakaran konvensional secara signifikan, ada banyak masalah kualitas dengan

produk microwave-dipanggang (Dogan, 2010).

Microwave oven telah digunakan untuk aplikasi pemanasan / memasak

selama lebih dari 50 tahun. Para peneliti dan teknisi telah berjuang panjang

melawan prinsip-prinsip yang terlibat dalam interaksi microwave dengan

makanan. Pada tahun 1976, Osepchuk disebabkan kurangnya microwave oven

untuk teori " kompleksitas konfigurasi oven - makanan over- whelming sebagai

obyek penelitian yang melibatkan persamaan Maxwell '' . Sejak itu, transfer

microwave bidang distribusi dan panas dalam microwave oven telah diselidiki

dengan analisis numerik atau metode eksperimental . Namun, mantan hanya dapat

menganalisis rongga persegi panjang biasa yang berbeda dengan oven microwave

yang sebenarnya dijual di pasar , sehingga tidak membantu dalam membimbing

desain . Desain terutama tetap seni empiris (Ju, 2009).

Sebuah survei gradien medan magnet dilakukan di 30-30 Winchester

( 48CA3030 ) , sebuah situs arkeologi prasejarah yang terletak di Powder River

Basin dari timur laut Wyoming . Tujuan dari survei ini adalah untuk mencari dan

memetakan fitur arkeologi dikuburkan terkait dengan pendudukan prasejarah situs.

Situs ini diduduki selama Late Prasejarah I oleh orang-orang yang menggunakan

gaya khas silinder pit perapian / oven , dan juga membuat apa yang dianggap

patung-patung yang terbuat dari tanah liat yang dibakar , meskipun benda-benda

ini terlalu terfragmentasi untuk menentukan bentuk asli mereka (maki, 2005).

Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur, merupakan oven yang

berharga cukup tinggi. Namun, secara ekonomi mampu memberikan imbalan

yang cukup seimbang, yaitu dapat menghasilkan tepung telur dalam jumlah

banyak dengan kualitas yang tinggi dan kadar air minimal. Sementara, oven yang

menggunakan kompor sebagai sumber pemanasnya, susah dideteksi

temperaturnya (perlu adanya temperatur) (suprapti, 2002).

Page 142: LAPORAN ALSIN FIX

142

Oven putar direncanakan untuk memanggang ikan, seta produk-produk

makanan lainnya. Oven (kompor) ini terdiri dari body silinder yang diisolasikan,

rotor pemutar silinder, yang ditumpu bantalan. Udara diatas panas dihasilkan dari

elemen-elemen listrik serta sumber-sumber panas lainnya. Dengan terus

menerusnya putaran silinder dan supplay panas, maka produk dapat diperoleh

(Mito, 1964).

Bagi perusahaan kerupuk udang yang sudah besaar, untuk ,mengeringkan

kerupuk tidak cukup hanya dengan mengandalkan sinar matahari saja, apalagi

pada saat musim hujan. Ada yang memanfaatkan panas yang terbuang dari

pengolahan/pemanasan dengan memasang para-para diatas tempat pembungkusan

kerupuk. Adapula yang menggunakan mesin pengering dengan tenaga listrik

(suprapti, 2010).

Cara oven hampa udara dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan

lemak kecuali minyak kelapa dan minyak yang sejenisnya yang tidak

mengandung asam lemak bebas lebih dari satu persen. Contoh yang telah diaduk

ditimbang seberat 5gram didalam cawan kadar air. Kemudian dikeringkan di

dalam oven hampa udara pada suhu tidak lebih dari 250 C. Contoh diangkat dari

oven dan didinginkan didalam desikator sampai suhu kamar, kemudian ditimbang

(Kataren, 1986).

Page 143: LAPORAN ALSIN FIX

143

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 12.1 alat atau mesin Oven Listrik

Bagian dan Fungsi :

a. Rak Oven : Tempat untuk meletakkan bahan

b. Setting : Pengatur suhu dan waktu pemanasan

c. Kaca : Untuk melihat bahan yang dipanggang

d. Cassing : Tempat atau Pelindung agar panas tidak keluar

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja pada alat/mesin oven adalah produk dioven dengan pipa

pemanas baik pemanas bagian atas maupun bagian bawah.

E. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja alat oven adalah menempatkan produk pada rak yang

ada dalam ruang oven. Kemudian buka tutup tabung gas dan nyalakan korek api

pada pipa pemanas bagian atas dan bagian bawah. Mengamati suhu pemanas

sesuai yang dikehendaki dengan mengatur katup bahan bakar.

b

a

c

d

Page 144: LAPORAN ALSIN FIX

144

F. Cara kerja

Alat/mesin oven disiapkan

Saklar pada oven dihidupkan

Bahan dimasukkan dalam rak oven

Suhu dan waktu pengovenan diatur

Bahan ditunggu hingga waktu yang diatur selesai

Diamati tingkat kematangan bahan

Page 145: LAPORAN ALSIN FIX

145

G. Hasil dan pembahsan

1. Hasil pengamatan

Tabel 12.1 Hasil Pengamatan oven

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Pengovenan adalah proses pematangan produk dengan menggunakan

panas. Tujuan dari pengovenan adalah mematangkan dan mengurangi kadar

air suatu produk dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam bahan

dengan jalan pemanasan. Bahan tersebut dipanaskan sampai memiliki berat

yang konstan. Berat konstan tersebut menunjukkan bahwa kandungan air pada

bahan telah menguap seluruhnya dan hanya tersisa berat kering dalam bahan

itu sendiri.

Pada prinsipnya pengovenan menggunakan sumber pemanas untuk

mematangkan produk. Prinsip kerja mesin oven adalah dengan memanaskan

produk dari atas maupun bawah yang dialirkan melalui pipa pemanas. Dalam

proses pengovenan temperatur pemanasan memegang peranan penting karena

kelompok Waktu (menit) Hasil pengamatan Suhu 0c

1 20 Matang 180

2 20 Matang 180

3 15 Setengah matang 180

4 15 Setengah matang 180

5 20 Kurang mengembang,

kurang matang

180

6 20 Kurang mengembang,

kurang matang

180

7 20 Matang, mengembang 180

8 20 Matang, mengembang 180

9 30 Matang, warna coklat,

tekstur lembut

200

10 30 Matang, warna coklat,

tekstur lembut

200

Page 146: LAPORAN ALSIN FIX

146

dengan temperatur pemanasan dapat diatur cepat lambatnya pengovenan suatu

produk. Dalam pengovenan ini suhu dapat diketahui melalui termometer

sehingga apabila suhu terlalu tinggi tinggal mengatur katub pengeluaran

bahan bakar. Dalam proses pengovenan sebaiknya suhu yang digunakan

jangan terlalu tinggi karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

kegosongan produk ataupun kenampakan luar produk matang tetapi ternyata

bagian dalam produk belum matang. Dan juga dalam pengovenan ini jangan

memakai suhu yang terlalu rendah karena suhu yang terlalu rendah

menyebakan produk tidak cepat matang atau memerlukan waktu yang lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengovenan adalah

temperatur pemanasan, suhu, waktu, besar kecilnya nyala api, katup, dan cara

pengaturan gas yang masih manual. Dalam proses pengovenan temperatur

pemanasan memegang peranan penting karena dengan temperatur pemanasan

dapat diatur cepat lambatnya pengovenan suatu produk. Dalam pengovenan

ini suhu dapat diketahui melalui termometer sehingga apabila suhu terlalu

tinggi tinggal mengatur katup pengeluaran bahan bakar. Dalam proses

pengovenan suhu yang digunakan rata-rata adalah 800C. Dalam proses

pengovenan sebaiknya suhu yang digunakan jangan terlalu tinggi karena suhu

yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kegosongan produk ataupun

kenampakan luar produk matang tetapi ternyata bagian dalam produk belum

matang. Dan juga dalam pengovenan ini jangan memakai suhu yang terlalu

rendah karena suhu yang terlalu rendah menyebabkan produk tidak cepat

matang atau memerlukan waktu yang lama.

Kelebihan dari mesin pengovenan adalah dapat lebih mudah

mengeringkan produk sehingga dapat menggantikan sinar matahari sebagai

pengering atau pengeringan tidak tergantung pada sinar matahari. Selain itu,

sistem kerja mesin oven yang mengeringkan produk dengan suhu yang

dikehendaki atau dapat diatur suhunya sesuai dengan tebal tipisnya produk.

Sedangkan kelemahan mesin pengovenan adalah terlalu singkatnya proses

Page 147: LAPORAN ALSIN FIX

147

pematangan suatu produk, sehingga dapat terjadi pengurangan cita rasa pada

bahan makanan tersebut. Apabila pengeringan dilakukan dengan cara

tradisional dapat menghasilkan produk yang sedikit kecoklatan yang

menandakan makanan tersebut sudah matang dan dapat menambah selera

makan, tetapi apabila menggunakan oven, hasilnya berbeda dengan cara

tradisional dan tidak menambah selera makan.

Pada kelompok 1 dan 2 hasil pengovenan matang ,waktu 20 menit dan

suhu 180 0C. Pada kelompok 3 dan 4 hasil pengovenan setengah matang

dengan waktu 15 menit dan suhu 180 0C. Pada kelompok 5 dan 6 hasil

pengovenan kurang matang dan kurang mengembang dengan waktu 20 menit

dan suhu 180 0C. Pada kelompok 7 dan 8 hasil pengovenan matang dan

mengembang dengan waktu 20 menit dan suhu 180 0C. sedangkan Pada

kelompok 9 dan 10 hasil pengovenan matang, warna coklat dan teksturnya

lembut dengan waktu 30 menit dan suhu 200 0C. hal ini di sebabkan pada

beberapa kelompok ada yang kurangnya waktu penovenan dan pada

pencampuran bahan adonan kurang pas.

H. Kesimpulan

Dari percobaan oven di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Pengovenan adalah suatu proses pematangan produk dengan menggunakan

panas. Pengovenan berfungsi untuk mematangkan dan mengurangi kadar air

suatu produk dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam bahan

dengan jalan pemanasan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengovenan adalah temperatur

pemanasan, suhu, dan waktu.

c. Pada kelompok 9 dan 10 hasil pengovenan matang, warna coklat dan

teksturnya lembut dengan waktu 30 menit dan suhu 200 0C.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 148: LAPORAN ALSIN FIX

148

DAFTAR PUSTAKA

Asviando, Cahya. 2009. Rancang bangun mesin oven putar untuk meningkatkan

kualitas produksi kacang garing asin dalam skala industri rumah tangga.

Dogan, Sait, Ismail. 2010. Spread and Microwave Oven Baking Test for Bread

Making Quality. Pread and microwave-oven baking test for bread making

quality. Int. J. Agric. Biol., 12: 697–700.

Ju, Han –ji. 2009. Simulation and Experimental Method for Microwave Oven. Journal

of electronic science and technology of china, vol. 7, no. 2, june 2009.

Kataren, S. 1986. Pengantar teknologi Minyak dan Pangan. Penerbit UNS press.

Surakarta.

Kumarafel, S. 2012. Effect of Oven drying on the nutritional properties of whole egg

and its components. International journal of food and nutrition science vol.

1 no. 1 jan. 2012.

Mahmudan, Ahmad. 2014. Efek penggorengan kentang dengan oven microwave

terhadap karakteristik fisik dan kimia minyak kelapa sawit sawit (Elaeis

guineensis). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3 p.151-160, Juli 2014.

Suprapti, Lies. 2010. Kerupuk udang sidoarjo. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Maki, David. 2005. Lightning Strikes and Prehistoric Ovens: Determining the Source

of Magnetic Anomalies Using Techniques of Environmental Magnetism. An

International Journal, Vol. 20, No. 5, 449–459 (2005).

Mito. 1964. Teknologi pengawetan pangan. Penerbit UNS press. Surakarta.

Rosli, Wan. 2010. Effect of Sodium Hydroxide (naoh) and Sodium Hypochlorite

(nahclo) on Morphology and Mineral Concentration of Zea mays Hairs

(cornsilk). Journal annals of microscopy vol 10, may 2010.

Saputra, Adinda. 2000. Pengeringan kunyit menggunakan microwave dan oven.

Sugiharto, Handoko. 2000. Pengukuran kadar air agregat dan beton segar dengan

menggunakan microwave oven. Dimensi teknik sipil. Vol 2, no. 1, maret 2000:

22 – 36

Suprapti, Lies, M. 2002. Pengawetan telur, telur asin, tepung telur, dan telur beku.

Penerbit Kanisius, Teknologi tepat guna.

Syafrudin. 2009. Oven pengering kerupuk berbasis mikrokontroler atmega 8535

menggunakan pemanas pada industri rumah tangga. Jurnal Teknologi,

Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 70-79.

Page 149: LAPORAN ALSIN FIX

149

ACARA XIII

PEMISAHAN CAIRAN DENGAN GAYA SENTRIFUGAL

(CENTRIFUGASING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara XIII yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk sentrifugal, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Permasalahan penting dalam desain pompa sentrifugal adalah karaktersitik

pada perhitungan teoritis harus sama atau sangat dekat ke karakteristik praktek

dan hasil pengujian di laboratorium. Pengaruh parameter-parameter

hidrodinamika di sisi masuk, sudu-sudu impeller, diffuser, sudu pengarah dan sisi

keluar menetukan karakteristik pompa, karena itu dalam perencananaan pompa

sentrifugal masalah yang terpenting adalah konstruksi geometri impeller, diffuser

dan sudu pengarah. Masalah ini dapat diselesaikan melalui ketepatan perhitungan

hidrodinamika pada proses desain, pabrikasi dan pemasangan pompa

(Rumaherang, 2008).

Besar kecilnya gaya tekan roller sentrifugal terhadap sliding sheave ini

berbanding lurus dengan berat roller sentrifugal dan putaran mesin. Semakin berat

roller sentrifugal semakin besar gaya dorong roller sentrifugal terhadap sleeding

sheave sehingga semakin besar diameter dari puli primer tersebut. Sedangkan

pada puli sekunder pergerakan puli diakibatkan oleh tekanan pegas, puli sekunder

ini hanya mengikuti gerakan sebaliknya dari puli primer, jika puli primer

membesar maka puli sekunder akan mengecil, begitu juga sebaliknya. Jadi berat

Page 150: LAPORAN ALSIN FIX

150

roller sentrifugal sangat berpengaruh terhadap perubahan ratio diameter dari puli

primer dengan puli sekunder (Budiana, 2008).

Bahan pengencer yang disiapkan adalah pengencer susu skim dan DV.

Pengencer susu skim yaitu: (1) Pengencer dasar sentrifugasi terdiri atas skim

glukosa skim 2,4 g (Tropicana slim, plain) dan glukosa 4 g dalam milli- Q water

ad 100 ml. Campuran dipanaskan pada suhu 92-950C selama 10 menit,

didinginkan dan disaring. (2) Pengencer semen beku susu skim adalah pengencer

dasar untuk sentrifugasi yang disuplementasi trehalosa 50 mM (Arifiantini, 2007).

Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan dalam

proses rekayasa genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar

isolasi total DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan mengekstraksi

jaringan tersebut sehingga akan terbentuk ekstrak sel yang terdiri DNA, RNA dan

substansi dasar lainnya. Ekstrak sel kemudian dipurifikasi sehingga dihasilkan

pelet sel yang mengandung DNA/RNA total. Isolasi DNA memiliki beberapa

tahapan, yaitu: (1)Isolasi sel; (2)Lisis dinding dan membran sel; (3)Ekstraksi

dalam larutan; (4)Purifikasi; dan (5)Presipitasi. Prinsip-prinsip dalam melakukan

isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Prinsip utama sentrifugasi

adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul. Dengan

menjalankan prosedur dengan benar akan diperoleh DNA kromosom dan plasmid

dengan kemurniannya cukup tinggi, dapat dilihat dari penampakan hasil

elektroforesis yang baik. Ketelitian dan kecermatan dalam pelaksanaan penelitian,

sangat menentukan hasil kemurnian DNA kromosom dan plasmid (Faatih, 2005).

Sentrifugasi atau pencucian spermatozoa merupakan suatu cara

menyingkirkan komponen-komponen plasma sperma (seminal plasma) yang

mengandung kolesterol, glikosaminoglikan, faktor dekapasitasi, akrosin tripsin

inhibitor, dan unsur plasma sperma lainnya. proses sentrifugasi diduga

menyebabkan perubahan-perubahan pada kualitas spermatozoa. perbedaan

kecepatan sentifugasi pada pencucian spermatozoa untuk persiapan IVF akan

berpengaruh terhadap mobilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa

Page 151: LAPORAN ALSIN FIX

151

(Indiah, 2010).

Ada data yang diterbitkan tersedia sebagai literatur tentang sifat-sifat

wijen. Produk ini Sesame Blends Paste dan Tahineh. Namun tambahan searching

dilakukan tentang perilaku termal pasta kacang berminyak selama sentrifugasi; di

sana tidak ada data yang ditemukan dalam hal ini. Tidak ada informasi mengenai

suhu wijen sementara disentrifugasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh aksi sentrifugal pada suhu wijen selama ekstraksi minyak

(Kouchakzadeh, 2012).

Karya ini menggambarkan metodologi yang mudah untuk menilai

kompresibilitas partikulat suspensi pada tekanan yang relatif rendah. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah digester anaerobik lumpur air limbah.

Menggunakan mesin pemisah, keseimbangan sedimen tidur tinggi tercatat sebagai

fungsi dari rotasi mempercepat selama sentrifugasi. Pendekatan ini menghindari

kesalahan karena perluasan tempat tidur sedimen setelah sentrifugasi dihentikan,

fenomena biasanya terlihat dengan lumpur air limbah. Sebuah metode numerik

langsung digunakan untuk menyelesaikan suatu model sentrifugasi satu dimensi

yang menggambarkan keseimbangan sedimen tidur tinggi sebagai fungsi dari

kecepatan rotasi (Curvers, 2008).

Teknik vial sentrifugasi-shell telah banyak digunakan untuk isolasi

Rickettsia. Namun, di beberapa negara Amerika Latin akuisisi botol shell yang

bermasalah dan juga mahal. Di sisi lain, penggunaan pelat kultur sel untuk isolasi

Rickettsia lebih murah dan lebih mudah diakses, dan dengan demikian

memungkinkan kita untuk mengisolasi strain rickettsii R. dari terinfeksi kutu

menggunakan prinsip yang sama seperti metode botol shell, tapi memberikan

teknik penanganan yang lebih praktis dan mudah (Rosado, 2013).

Centrifuge pemodelan tes keluar satu langkah yang dilakukan dengan

menggunakan radius 2-m centrifuge geoteknik, dan arus kumulatif dan tekanan

pori sementara yang diukur selama tes di berbagai tingkat gravitasi. Berdasarkan

hukum skala pemodelan centrifuge, pengukuran umumnya menunjukkan

Page 152: LAPORAN ALSIN FIX

152

perjanjian yang wajar dengan pro-5 Data totype dihitung dari simulasi maju

dengan parameter masukan ditentukan dari tes laboratorium standar. Optimasi

parameter diperiksa selama tiga kombinasi yang berbeda dari set input data

menggunakan uji pengukuran (Nakajima, 2006).

Alat sentrifugasi yang bermantel penuh (separator, dekanter) dapat di

konstruksi sedemikian sehingga dapat dioprasikan secara pertanian (dengan

tangan atau otomatik) ataupun secara kontinu. Pada pemisahan campuran cairan

tidak ada masalah dalam pengeluaran bahan. Namun apabila salah satu

komponennya padat. Perlu dipasang perlengkapan khusus untuk mengeluarkan

bahan. Seperti misalnya spiral pengangkut (Harris, 1989).

Kipas sentrifugal dapat mengembangkan “Head” yang menunjukan

sampai 70 kaki air. Alat-alat ini dapat mengantar jumlah nahan cair yang sangat

besar dengan efisiensi yang tinggi. Teori pompa sentrifugal agak komplek dan

tidak akan didiskusikan. Akan tetapi bila memilih pompa untuk penggunaan

tertentu, pada umumnya pabrikan akan menyertakan kurva-kurva bagai kondisi

pengisian (Earle, 1969).

Pada pembuatan surimi yang digunakan untuk membuat bakso ikan

diperlukan alat yang dapat membantu meniriskan air dalam surimi sebanyak

mungkin tanpa harus merusak surimi. Alat tersebut adalah alat pemusing

(centrifuge). Alat ini berupa wadah silindris yang diputar dengan motor listrik

dengan kecepatan putaran tinggi (Wibowo, 2000).

Sentrifugasi adalah gaya sentrifugal untuk mempercepat pengendapan

padatan-padatan yang terdapat didalam lumpur. Sistem drywatering yang ada

berupa solid bowl dan bucket sentrifuger. Pada beberapa kasus, lupur yang sudah

terkondisikan dipompakan ke dalam horizontal atau silinder bowl yang berputar

dengan kecepatan 1.600-2.000 rpm. Padatan akan dilemparkan keluar dari bowl

dan diambil oleh screw convreyon. Sedangkan cakaran akan dikembalikan ke

dalam IPAL untuk diolah (Siregar, 2005).

Page 153: LAPORAN ALSIN FIX

153

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 13.1 Alat/Mesin Centrifugasing

Bagian Utama Mesin dan Fungsinya

1. Penutup = untuk menghindari bahan berhamburan keluar.

2. Sentrifuge = tempat tabung reaksi.

3. Tabung reaksi = tempat bahan.

4. Indikator power = mendeteksi menyala/tidak.

5. Pengatur rpm = untuk mengatur rpm yang dikehendaki.

6. Pengatur waktu = untuk mengatur lamanya waktu yang dikehendaki.

7. Colokan (steker) = penghubung sumber listrik.

Page 154: LAPORAN ALSIN FIX

154

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja daru alat tersebut adalah memisahkan air dan larutan lain

berdasarkan berat jenis.

E. Mekanisme Kerja

Motor diputar sehingga timbul gaya sentrifugal dari prosen mesin. Gaya

tersebut juga akan mengenai/berlaku di dalam tabung crude oil (VCO, yang

belum dimurnikan) karena berat jenis air lebih besar dari pada VCO, akibat gaya

sentrifugal ini VCO dan air akan memisahkan (pemisahan karena perbedaan

berat jenis).

F. Cara kerja

Alat/ mesin sentrifuge disiapkan

Rpm diatur sesuai yang dikehendaki

Produk

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Tabung reaksi

Diletakkan pada sentrifuge

Power dihidupkan (ditandai indikator power)

Diamati dan dicatat hasil sentrifugasi

Page 155: LAPORAN ALSIN FIX

155

G. Pembahasan

Sentrifugasi adalah salah satu cara pemisahan campuran menjadi dua

fraksi atau lebih berdasarkan gaya sentrifugal yang diberikan dan perbedaan

besarnya massa dalam praktikum ini yang dipisahkan adalah air dengan VCO.

Prinsip kerja dari sentrifugasing ini adalah untuk memisahkan air dengan

VCO berdasarkan berat jenis sedangkan mekanisme kerja dari sentrifugasing

ini adalah motor diputar sehingga timbul gaya sentrifugal dari poros mesin.

Gaya tersebut juga akan mengenai atau berlaku atau terjadi di dalam tabung

crude oil (VCO yang belum dimurnikan), karena berat jenis air dengan VCO

lebih besar air, akibat gaya sentrifugal ini VCO dan air akan memisah

(pemisahan karena perbedaan berat jenis).

Cairan dimasukkan kedalam cuvet kemudian disentrifugasi, maka

minyak yang belum murni akan memisah hasil sentrifugasi antara lain volume

berat jenis, berat bruto dan waktu. Pada proses kerja alat sentrifugasi ini berat

jenis antara air lebih besar daripada VCO maka setelah mengalami sentrifuge

VCO akan berada diatas sedangkan air berada dibawah.. Faktor yang

mempengaruhi centrifugasing ialah bahan yang digunakan, rotasi per menit

dan waktu. Walaupun hanya 1 tabung yang berisi bahan yang akan

dipisahkan VCO nya tetapi tabung yang lain juga harus diisi dengan air agar

perputarannya dapat sempurna.

Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran tetap,

maka faktor yang perlu diamati adalah berat partikel. Hal inilah yang

menyebabkan partikel-partikel tersebut dapat terpisah. Partikel dengan berat

jenis yang paling rendah akan selalu berada di lapisan yang paling atas dan

sebaliknya, partikel dengan berat jenis terbesar akan berada pada lapisan yang

paling bawah. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada keseimbangan dalam

sentrifuge selama proses sentrifugasi berlangsung.

Page 156: LAPORAN ALSIN FIX

156

H. Kesimpulan

Dari percobaan sentrifugasi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Sentrifugasi adalah salah satu cara pemisahan campuran menjadi dua

fraksi atau lebih berdasarkan gaya sentrifugal yang diberikan dan

perbedaan besarnya massa dalam praktikum ini yang dipisahkan adalah air

dengan VCO.

2. Prinsip kerja dari sentrifugasing ini adalah untuk memisahkan air dengan

VCO berdasarkan berat jenis.

3. Mekanisme kerja dari sentrifugasing ini adalah motor diputar sehingga

timbul gaya sentrifugal dari poros mesin. Gaya tersebut juga akan

mengenai atau berlaku atau terjadi di dalam tabung crude oil (VCO yang

belum dimurnikan), karena berat jenis air dengan VCO lebih besar air,

akibat gaya sentrifugal ini VCO dan air akan memisah (pemisahan karena

perbedaan berat jenis).

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 157: LAPORAN ALSIN FIX

157

DAFTAR PUSTAKA

Arifiantini, 2005. Kualitas Semen Beku Kuda dalam Pengencer Susu Skim dan

Dimitropoulos dengan Dimetilformamida Sebagai Krioprotektan. Vol. 30 No.

2 Media Peternakan, Agustus 2007, hlm. 100-105.

Budiana, Dwi, Made. Variasi berat roller sentrifugal Pada continuosly variable

transmission (CTV) terhadap kinerja traksi sepeda motor. Jurnal Ilmiah

Teknik Mesin cakram Vol. 2 No. 2, Desember 2008 (97–102).

Curvers, Daan. 2008. A centrifugation method for the assessment of low pressure

compressibility of particulate suspensions. Chemical Engineering Journal 148

(2008) 405–413.

Earle, L, S. 1969. Satuan oprasi dalam pengolahan pangan. Penerbit PT. Sastra

Hudaya.

Faatih, Mukhlissul. 2009. Isolasi dan digesti dna kromosom Isolation and digestion

of chromosomal dna.

Harris, Roberts S. dan Endel karmas. 1989. Evaluasi gizi pada pengolahan bahan

pangan. ISBN 979-8001-32-1, Terjemahan Suminar Ahmadi. Penerbit ITB.

Bandung.

Indiah. 2010. Pengaruh kecepatan sentrifugasi terhadap kualitas semen kambing

peranakan ettawah (PE) post thawing. Jurnal kedokteran hewan, vol. 4 no.2

september 2010.

Kouchakzadeh, Ahmad. 2012. Effect of Centrifugation on Sesame Paste Temperature.

Iranica Journal of Energy & Environment 3 (3): 280-283, 2012.

Nakajima, H. 2006. Centrifuge modeling of one-step outflow tests for unsaturated

parameter estimations. Hydrol. Earth Syst. Sci. Discuss., 3, 731–768, 2006.

Rosado, Dzul, K. 2013. Rickettsia rickettsii isolation from naturally infected

Amblyomma parvum ticks by centrifugation in a 24-well culture plate

technique. Open Veterinary Journal, (2013), Vol. 3(2): 101-105.

Rumaherang, M, W. 2008. Perhitungan aliran dan peramalan karakteristik pompa

sentrifugal bertingkat dengan penggunaan CAD blade’s system. Jurnal Ilmiah

Teknik Mesin cakram Vol. 2 No. 2, Desember 2008 (69 – 76). Siregar, A, Sakti. 2005. Instalasi pengolahan air limbah. Penerbit Kanisius.

Yogyakarya.

Wibowo, Singgih. 2000. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. Penerbit PT.

Penebar Swadaya. Depok.

Page 158: LAPORAN ALSIN FIX

158

ACARA XIV

ROTARY EVAPORATING

(PEMISAHAN CAIRAN DENGAN PENGUAPAN)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikun acara XIV Rotary Evaporating antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin unntuk rotary evaporating, bagian-

bagian, utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerjanya.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Pada Pelarut THF dipisahkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh

produk yang pekat. Produk ini diekstraksi dengan diklorometan dan akan

terbentuk dua lapisan, yaitu fasa air dan fasa organik. Kemudian, fasa organik

dipisahkan lalu dievaporasi dengan rotary evaporator sehingga senyawa yang

dihasilkan sudah terbebas dari zat-zat pengotor. Padatan yang terbentuk

dikeringkan dalam desikator. Kemudian ditimbang, ditentukan titik lelehnya, dan

dianalisis dengan spektrofotometer FTIR (Nufailah, 2000).

Ekstraksi serbuk daun kering patikan kebo dilakukan dengan cara

maserasi dengan etanol 95% selama 48 jam dan dilanjutkan dengan tahap destilasi

menggunakan rotary evaporator. Dalam proses maserasi, sel daun patikan kebo

mengalami kondisi tercekam, sehingga sel-selnya akan mengeluarkan

senyawasenyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol tersebut. pelarut

etanol ini dapat digunakan untuk mengikat berbagai senyawa aktif, seperti tanin,

polifenol, flavonol, terpenoid, sterol, dan alkaloid. Hasil maserasi dan destilasi

Page 159: LAPORAN ALSIN FIX

159

serbuk daun kering patikan kebo sebanyak 80 gram diperoleh ekstrak kasar etanol

yang berwarna hijau pekat dan berbentuk pasta sebanyak 13,3 gram

(Hamdiyanti, 2008).

Ekstrak tanin dipekatkan dengan menggunakan vakum rotary evaporator

dan pemanasan di atas waterbath pada suhu 40-50°C. Cairan hasil ekstrak

kemudian diekstraksi dengan kloroform (4x25 mL) menggunakan corong pisah

sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan dan lapisan

air 1 (atas) diekstraksi dengan etil asetat (1x25 mL) dan terbentuk 2 lapisan.

Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2 (bawah) dipekatkan

dengan vacum rotary evaporator (Hayati, 2000).

Vaccuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk

memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan

kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan

biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan

bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh

suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask).

Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu

oleh vakum. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya

tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya

kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya

jatuh ke tabung penerima (receiver flask). Setelah pelarutnya diuapkan, akan

dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid)

(Sanjaya, 2006).

Simplesia dikeringkan selama beberapa hari, lalu digiling sampai menjadi

serbuk dan diayak. serbuk jaloh dimaserasi dengan menggunakan larutan etanol

70%. penambahan larutan maserasi dilakukan berkali-kali sampai terlihat larutan

bening. larutan hasil maserasi disaring menggunakan kapas dan kertas saring,

kemudian filtrat yang diperoleh , dikumpulkan dan dikentalkan dengan

Page 160: LAPORAN ALSIN FIX

160

menggunakan alat penguap berputar (rotary evaporator) yang dilengkapi

penangas air dan pompa vakum (Asmilia, 2008).

Dengan demikian lumpur berat 10g ditambahkan ke gel silika dalam

metanol dan campuran dipekatkan di bawah vakum untuk mendapatkan dicampur

kering. Itu kemudian dimuat pada ke kolom yang berisi silika gel 500g AC

dengan kloroform. Ini adalah pertama berjalan dengan kloroform dan kemudian

dengan peningkatan marjinal polaritas. Fraksi yang dikumpulkan dan dianalisis

dengan TLC sampai pengotor yang lebih rendah yang dibuang. Pada 5%

polaritas fraksi 3-demethyl dikumpulkan dari volume 2000ml. Saat itu 2

berkonsentrasi pada evaporator rotary bawah vakum untuk mendapatkan senyawa

warna coklat muda dan selanjutnya mengkristal dalam etanol dan dikeringkan

untuk mendapatkan 135mg dari 3demethylcolchicine dari kemurnian 95%

(Nautiyal, 2011).

Palm adalah salah satu tanaman buah tertua dan utama di Kerajaan Arab

Saudi. Ada, Namun, surplus tanggal kualitas rendah Saudi tidak diuntungkan di

sektor industri. Tanggal dibs lokal diproduksi di beberapa daerah Saudi dengan

pendekatan tradisional (mendidih yang menghasilkan warna gelap dan kekeruhan

tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanggal dibs

menggunakan perangkat evaporator rotary. Dua varietas lokal dari tanggal yang

digunakan dalam penelitian ini , yaitu Sufri (gelap) dan Silase, yang memiliki

kualitas rendah dan umum dalam masyarakat Saudi. jus tanggal tanggal tersebut

diekstraksi, dijelaskan oleh arang aktif dan kemudian dipekatkan dengan

evaporator berputar (Almutairi, 2012).

Campuran reaksi didinginkan dan disaring dan diuapkan pada evaporator

rotary. mengakibatkan kemerahan yang mendalam bahan kental dikeringkan

dalam desikator vakum. itu sangat higroskopis dan perawatan harus diambil

ketika used.The campuran reaksi kemudian disaring dan dicuci. filtrat gabungan

diuapkan pada evaporator rotary dan senyawa keinginan dimurnikan dengan

kromatografi kolom menggunakan cluent approprite (Tamami, 1994).

Page 161: LAPORAN ALSIN FIX

161

Evaporator adalah alat penguap yang khas dibuat dari tiga bagian yang

penting, yaitu penukar panas, bagian penguapan tempat, bahan cair yang

dididihkan dan diuapkan, dan alat pemisah, tempat uap meninggalkan bahan cair

keluar kealat pengembun atau keperalatan lain. Pada sebagian besar alat

penguapan, ketiga bagian ini diletakan di dalam suatu silinder tegak. Di tenggah-

tengah silinder terdapat bagian pemanasan uap, dengan beberapa pipa, melalui

bagian ini tempat yang akan diuapkan timbul (Earle, 1969).

Evaporasi adalah dasr pengeringan benih, benih merupakan material yang

higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogrn. Air merupakan

bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat

disetiap bagian dalam benih. Kadar air benih, karena keadaan yang higroskopis

itu tergantung pada kelembaban relatif dan temperatur (suhu udara). Sebaiknya

jika ternyata tekanan uap air diluar benih lebih tinggi, amka uap menerobos

masuk kedalam benih (Kertasapoetra, 1986).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 14.1 Rotary Evaporator

Page 162: LAPORAN ALSIN FIX

162

Bagian Utama dan Fungsinya :

1. Waterbath = memanaskan tabung destilat,

2. Sumbu geser = untuk menggeser waterbath,

3. Pompa vacuum = untuk memvacuumkan ruang destilan,

4. Tabung destilan = menampung produk yang akan didistilasi,

5. Tabung destilat = menampung produk hasil distilasi,

6. Pipa kondensor = mendinginkan bahan yang telah dipanasi,

7. Penampung air = menampung air dingin,

8. Tuas geser = menggeser waterbath,

9. Tombol power (on/off) = menghidupkan/mematikan mesin/alat,

10. Indikator suhu = untuk menunjukkan suhu,

11. Pompa vacuum = untuk mengurangi titik didih pada tabung produk

12. Pengatur suhu = untuk mengatur suhu

13. Pengatur rpm = mengatur kecepatan putaran (rotasi)

14. Katup = menetralkan tekanan

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alat/mesin Rotary Evaporation adalah memisahkan

dua cairan antara pelarut dan larutan berdasarkan perbedaan titik didih dengan

cara rotasi.

E. Mekanisme Kerja

Larutan yang akan dipisahkan ditempatkan pada tabung tempat produk.

Penangas air diisi air. Alat atau mesin diaktifkan kemudian atur rpm dan suhu

sesuai larutan yang dipisahkan. Setelah itu pompa vacuum diaktifkan. Setelah

mesin rotari evavorator bekerja biarkan hingga batas waktu tertentu dan amati

kejadian yang terjadi. Proses pemisahan produk dengan pelarut diakibatkan

adanya perbedaan titik didihnya sehingga mengakibatkan produk terpisah dengan

pelarut.

Page 163: LAPORAN ALSIN FIX

163

F. Cara kerja

Air dipanaskan

Tabung distilan berisi larutan dipasang

Pengunci dipasang

Rpm kecepatan diatur

Rpm dinyalakan

Pompa vacuum dinyalakan

Ditunggu sampai proses evaporasi selesai

Rpm dimatikan

Pompa vacuum dimatikan

Katup dibuka

Distilat dan distilan dilepaskan

Page 164: LAPORAN ALSIN FIX

164

G. Pembahasan

Rotary evaporator merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan

produk yang terlarut pada larutan tertentu dengan prinsip perbedaan titik

didih. Alat penguapan yang khas dibuat dari tiga bagian yang penting, yaitu

penukaran panas, bagian penguapan tempat bahan cair didihkan dan diupkan,

dan alat pemisah, tempat uap baahn cair keluar ke alat pengembun atau

keperalatan lain. Pada sebagian besar alat penguapan, ketiga bagian ini

diletakkan didalam suatu silinder tegak. Di tengah-tengah silinder terdapat

bagian pemanasan uap, dengan beberapa pipa, melalui bagian ini tempat yang

akan diuapkan timbul. Pada bagian puncak silinder terdapat pelat yang

membiarkan uap terlepas, akan tetapi butir-butir kecil yang mungkin terbawa

uap dari permukaan bahan cair ditahan. Skema alat penguapan ini yang

biayasanya disebut alat penguapan konvensionil.

Alat ini memiliki prinsip kerja memisahkan dua zat atau lebih yang

berbeda berdasarkan perbedaan titik didih dengan menggunakan tekanan

vacuum dan rotary. Faktor-faktor yang mempengaruhi rotary evaporator

antara lain yaitu penggunaan suhu, kecepatan berputar mesin, dan tekanan

pompa vacuum. . Faktor yang mempengaruhi kinerja mesin rotari evavorator

adalah penggunaan suhu, kecepatan berputar mesin dan tekanan pompa

vacum.

Pada bagian pengukur panas disebut celendria pasda jenis alat ini, uap

diembunkan didihkan pada bagian dalam pipa dan di dalam ruangan di atas

piringan pipa paling atas. Tahanan terhadap aliran panas ditimbulkan oleh uap

dan koefisien lapisan bahan cair, dan juga oleh bahan pipa. Perputaran bahan

cair sangat mempengaruhi laju penguapan, akan tetapi kecepatan dan pola

perputaran sangat sulit diperkirakan ssecara terperinci.

Ketika proses penguapan berlangsung, bahan cair yang tertinggal menjadi

lebih pekat dan kerena oleh peningkatan kepekatan ini maka suhu didih

meningkat. Kenaikan suhu didih mengurangi penurunan suhu yang

Page 165: LAPORAN ALSIN FIX

165

diperkenankan apabila dianggap tidak ada perubahan pada sumber panas. Laju

pindah panas keseluruhan akan menurun. Demikian juga dengan kekentalan

bahan cair akan meningkat, sering sangat tinggi, dan ini mempengaruhi

perputaran dan koefisien pindah panas kembali menjadi lebih rendah daripada

laju pendidihan.

H. Kesimpulan

1. Pemisahan produk pada rotari evavorator disebabkan karena adanya

perbedaan titik didih.

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja mesin rotari evavorator adalah

penggunaan suhu, kecepatan berputar mesin dan tekanan pompa vacum.

3. Kenaikan suhu didih mengurangi penurunan suhu yang diperkenankan apabila

dianggap tidak ada perubahan pada sumber panas dan laju pindah panas

keseluruhan akan menurun.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 166: LAPORAN ALSIN FIX

166

DAFTAR PUSTAKA

Almutairi, K, Saad. 2012. Effect of using Rotary Evaporator on Date Dibs Quality.

Journal of American Science 2012;8(11).

Asmila, Nuzul. 2008. Pengaruh ekstrak etanol daun jaloh (salix tetraperma roxb)

terhadap persentase parasitemia pada mencit (mus musculus) yang diinfeksi

plasmodium berghei. Jurnal kedokteran hewan.

Earle, L, S. 1969. Satuan oprasi dalam pengolahan pangan. Penerbit PT. Sastra

Hudaya.

Kartasapoetra, Ance G. 1986. Teknologi benih pengolahan benih dan tuntunan

praktikum. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.

Hamdiyati, Yanti. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak daun patikan kebo

Staphylococcus epidermidis. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2

Desember 2008.

Hayati, Kamila, Elok. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tannin Pada daun

belimbing wuluh (averrhoa bilimbi l.) . Jurnal kimia 4 (2), juli 2010 : 193-200.

Nufailah, Dina. 2000. Uji Aktivitas Antibakteri Produk Reduksi Asam Palmitat

Dalam Sistem NaBH4/ BF3. Et 2 O Terhadap Escherichia coli Dan

Staphylococcus aureus.

Nurtiyal. 2011. Isolation of 3-demethylcolchicine from Gloriosa superba sludge and

coupling with a-acetobromoglucose to yield colchicoside and thiocolchicoside.

Journal of Natural Products, Vol. 4(2011): 87-93.

Senjaya, Andi, yusuf. 2006. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de

Vriese) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa

colonum l. Dan Amaranthus viridis.

Tamami, Bahman. 1994. Poly (vinylpyridine) supported versus unsupported ferric

dichromate in oxidation of different organic compounds. Iranian J. of polymer

science and technology vol 3 No 2 (1994).

Page 167: LAPORAN ALSIN FIX

167

ACARA XV

PENDINGINAN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikun acara XV pendinginan antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin unntuk pendinginan, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerjanya.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan pustaka

Kegiatan PLTGU Cilegon menggunakan air laut dengan debit 60.000

mP/jam untuk mendinginkan mesinnya (cooling water system). Hasil proses

pendinginan ini menghasilkan air buangan bersuhu tinggi, selisih nilai suhu air

buangan adalah 5oPC lebih tinggi dari suhu lingkungan yang disalurkan ke

perairan pantai melalui outlet. Air buangan bersuhu tinggi tersebut secara

kontinyu dialirkan ke pantai dengan debit 60.000 m3 P/jam. Dalam model

sebaran bahang dilakukan verifikasi hasil model dengan hasil pengukuran di

lapangan, baik verifikasi terhadap komponen hidrodinamika (pasang surut dan

arus), maupun verifikasi terhadap komponen suhu. Hasil verifikasi menunjukkan

ada kesamaan pola yang cukup baik antara hasil model dan pengukuran di

lapangan (Nurjaya, 2010).

Pada teorinya untuk pengelasan baja tahaan karat austenik dilakukan

pendinginan cepat untuk menghindari terjadinya prespitasi karbida pada daerah

terpengaruh panas. namun pada praktek dilapangan hal ini tidak dilakukan karena

sulit pengaplikasiannya. penggunaan elektroda dan pendinginan yang berbeda

pada proses pengelasan baja tahan karat 316L akan menghasilkan struktur mikro

yang berbeda (Asih, 2005).

Page 168: LAPORAN ALSIN FIX

168

Pendinginan berlebihan bukan saja membuang-buang energi, tetapi juga

tidak memberikan kenamanan dan kesehatan. Pada saat beban pendinginan ruang

berkurang, seharusnya beban total pada koil pendingin juga dikurangi. Hal ini

mudah saja dilakukan jika digunakan pengendalian otomatis, misalnya dengan

thermostat dan humadistat yang akan mengatur laju aliran udara dikoil pendingin

(Syamsuar, 2008).

Pada sistem konveksi alami seperti NADHRS, suhu udara di dalam kanal

pendinginan akan meningkat bila input listrik (panas) dialirkan kedalam silinder

tembaga. ,meningkatnya suhu udara ini akan menurunkan densitasnya sehingga

terjadi beda tekanan antara udara di setiap titik pada ketinggian yang sama

didalam dan diluar sistem sehingga didalam sistem timbul gaya apung (buoyancy

force). gaya apung juga diperkuat oleh efek stack pada bagian atas sistem ini akan

mengangkat massa udara keatas meninggalkan kanal pendinginan dan bergerak

keluar sistem. sebagai akibatnya pada saat yang sama pada bagian masukan akan

timbul pumping power yang menghisap masuk massa udara luar ke dalam system

(Joyosukarto, 2000).

Quencing adalah proses pengerasan melalui pemanasan. Dalam hal ini

suhu austenisasi 910 o C, dengan tujuan untuk merubah material yang panas ke

bentuk martensit, Proses pendinginan harus sangat cepat, proses pendinginan

yang lambat akan membuat mikrostruktur lain yang tidak diinginkan seperti

bainit dan perlit terbentuk, tapi sayangnya jika kita mendinginkan beberapa kelas

baja dengan sangat cepat, maka akan terjadi cracks , cracking dapat di kurangi

dengan cara mengontrol temperatur cairan quenchant (Budiarto, 2011).

Teknik pendinginan gratis dapat digunakan untuk secara substansial

mengurangi biaya energi . Selama cuaca dingin , di luar ambient suhu membantu

dalam menghemat energi dalam sistem pendingin . Suhu rendah dari pendingin

pasokan udara ambien memungkinkan teknik pendinginan gratis untuk

menyimpan buah-buahan dan sayuran segar . Mengukur efisiensi energi ini dapat

menghemat cukup comressor tenaga listrik untuk membayar modulasi biaya

Page 169: LAPORAN ALSIN FIX

169

instalasi peredam di sekitar satu tahun . Pendinginan bebas memiliki peredam

bermotor yang melakukan dua aliran udara internal dan eksternal . Ketika damper

terbuka dibutuhkan udara yang diperlukan untuk pendinginan langsung dari luar ,

termasuk operasi kompresor (Alsyalameh, 2010).

Energi dari gas buang dari mesin pembakaran internal digunakan untuk

daya sistem refrigerasi absorpsi untuk air-condition mobil penumpang biasa .

Desain teoritis diverifikasi oleh unit yang diuji di bawah kondisi laboratorium dan

jalan -test . Untuk yang terakhir , unit dipasang di sebuah truk Nissan 1400 dan

hasilnya menunjukkan prototipe berhasil dan prospek menggembirakan bagi masa

depan perusahaan. Dan dengan upaya internasional untuk menemukan energi

alternatif , refrigerasi absorpsi telah menjadi sistem utama untuk banyak aplikasi

pendinginan . dimana energi panas tersedia kulkas penyerapan dapat sangat baik

menggantikan sistem kompresi uap (Vicatos, 2008).

Pembekuan yang dilakukan terhadap buah-buahan dan sayur-sayuran akan

menyebabkan bahan menjadi lunak jika bahan tersebut dikeluarkan dari tempat

pembekuan. Hal ini disebabkan karena diluar, bahan akan mengalami pencairan

dari airnya yang telah membeku (thawing), sehingga tekstur yang tadinya keras

kini menjadi lunak. Kerusakan bahan karena pembekuan juga dapat terjadi pada

bahan yang berbentuk cair, misalnya pada susu. Jika susu dibekukan, emulsinya

akan pecah dan lemaknya terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan

kerusakan protein susu atau denaturasi dan mengakibatkan penggumpalan

(Winarno, 1980).

Saat air mulai membeku, kecepatan pembekuan es ditentukan oleh

kecepatan penghilang panas dan kecepatan penyebaran air dari struktur sel

disekitarnya. Pada kecepatan beku yang rendah, terbentuk beberapa pusat

kristalisasi yang menyebabkan pecahnya sel dan banyak air yang hilang bila

daging dicairkan. Daging telah diketahui sebagai bahan yang mudah rusak, hal ini

disebabkan karena komposisi gizinya yang baik untuk manusia maupun

Page 170: LAPORAN ALSIN FIX

170

mikroorganisme, dan juga karena pencemaran permukaan pada daging oleh

mikroorganisme perusak (Buckle, 1968).

Ditinjau dari segi mikroorganisme; penggunaan suhu rendah untuk proses

pengawetan bahan pangan tidaklah begitu kompleks, tapi bila diingat bahwa

proses biologis tetap berlangsung pada bahan-bahan yang di dinginkan ini, maka

proses pendinginan harus dilaksanakan dengan mengingat banyak factor. Pada

penggunaan suhu rendah sebagai salah satu cara pengawetan. Factor yang sangat

menentukan salah satunya adalah suhu. Suhu yang digunakan untuk

mendinginkan setiap makanan berbeda-beda tergantung kepada kandungan air

dari pada bahan makanan tersebut (Mocabe, 1982).

Keluar dari pemasakan, wadah harus segera didinginkan. Pendinginan ini

dimaksudkan agar terjadi pemanasan berkelebihan (over cooking) pada bahan

yang berada didalam wadahnya. Pemanasan yang berkelebihan akan merusak

struktur, tekstur dari bahan yang dikaleng. Setelah didinginkan dengan air dingin

dalam beberapa waktu, segera ditiriskan untuk menghilangkan air yang menempel

oada wadah maka kaleng sudah siap untuk disimpan. Biasanya pemberian label,

etiket pada kaleng atau botol dilakukan setelah proses diatas (Rudaya, 1980).

Page 171: LAPORAN ALSIN FIX

171

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar15.1 AlatatauMesinPendinginan

BagianUtamadanFungsi :

1. Kompresor = mendistribusikan cairan refrigan ke seluruh sistem,

2. Kondensor = mendinginkan uap panas cairan refrigran,

3. Strainer = menyaring cairan refrifran,

4. Termosta = mengatur suhu dengan mengatur jumlah cairan refrigran

yang akan disemprotkan di evaporator,

5. Evaporator = menguapkan cairan refrigeran yang dingin dengan

menggunakan tekanan serendah mungkin,

6. Ruang pendingin = menempatkan bahan.

D. PrinsipKerja

Prinsip kerja alat atau mesin pendinginan yaitu mengambil panas dari bahan

dengan cairan refrigran.

E. MekanismeKerja

Mekanisme kerja alat atau mesin pendinginan adalah kompresosr

mendistribusikan cairan refrigran. Kondensor mendinginkan uap panas. Setlah

menjadi cair, kemudian masuk ke dalam strainer, lalu disaring. Termosta

mengatur suhu dengan jumlah cairan cfc dalam evaporator. Lalu di blower,

ditransfer pada ruan pendingin. Kemudian kontak dengan makanan dan panas dari

bahan makanan di serap. Setelah itu kembali ke evaporator dalam bentuk uap

panas.

Page 172: LAPORAN ALSIN FIX

172

F. Cara Kerja

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel15.1 Data HasilPengamatanPendinginan

Kelompok Bahan Parameter Waktu

(jam) Kelayuan Warna Tekstur

Freezer

1-10

Tomat Tidak layu Orange

cerah

Sangat

keras

24 jam

Bayam Sangat layu Tidak

cerah

Keras 24 jam

Kulkas

1-10

Tomat Tidak layu Orange

agak cerah

Agak keras 24 jam

Bayam Sangat layu Tidak

cerah

Tidak keras 24 jam

Sumber :LaporanSementara

Bahan di siapkan

Dimasukkan dalam freezer dan kulkas

Di didamkan selama 24 jam

Setelah 24 jam, diamati perubahan tekstur,

warna, dan kelayuan

Dicatat perubahan

Page 173: LAPORAN ALSIN FIX

173

2. Pembahasan

Pendinginan adalah suatu operasi dasar dalam pengolahan dan

pengawetan bahan terutama bahan pangan. Pendinginan juga dapat

mempertahankan umur simpan bahan hasil pertanian karena dengan adanya

kondisi rendah suhu, maka reaksi kimia dan biokimia bahan dapat terhambat

dan aktivitas mikroorganisme dapat dihambat. Mekanisme penghambatan

dapat melalui dua cara yaitu karena adanya suhu rendah akan menghambat

reaksi-reaksi kimia dan biokimia serta melalui penurunan Aw. Didalam

pengolahan bahan hasil pertanian, suhu sangat mempunyai peranan penting

karena suhu merupakan faktor yang memepengaruhi pertumbuhan mikroba

serta memberikan hasil pada bahan makanan.

Prinsip kerja alat atau mesin pendinginan yaitu mengambil panas dari

bahan dengan cairan refrigran. Bahan yang digunakan dalam pendinginan

tomat dan bayam. Produk yang dihasilkan yaitu tomat dan bayam layu dan

segar.

Tujuan dari pendinginan adalah mencegah atau menghambat

pertumbuhan mikrobia, mengurangi aktivitas katalitik enzim mikrobia,

terutama proteinase dan lipase tahanpanas. Lalu germinasi spora terhambat

dan freezing dapat menyebabkan kematian sel, namun suhu rendah tidak

ditujukan untuk membunuh mikrobia.

Dari hasil praktikum berdasarkan tabel diatas bahwa bahan (tomat dan

bayam) terdapat perubahan kelayuan warna dan tekstur yng disimpan di

dalam freezer dan kulkas selama 24 jam. Tomat yang disimpan pada freezer

terjadi perubahan yaitu tidak layu, berwarna orange cerah dengan tekstur

sangat keras. Dan bayam yang disimpan di dalam freezer terjadi perubahan

yaitu sangat layu, warnanya tidak cerah dan teksturnya keras. Sedangkan

tomat yang disimpan di dalam kulkas terjadi perubahan yaitu tidak layu,

warnanya tidak cerah dan teksturnya keras. Dan bayam yang disimpan di

Page 174: LAPORAN ALSIN FIX

174

dalam kulkas terjadi perubahan yaitu sangat layu, warnanya tidak cerah

dengan tekstur yang tidak keras.

Setelah melaksanakan praktikum didapatkan beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan yang

terjadi pada bahan sebelum dimasukkan kulkas dan freezer dan setelah

dimasukkan kulkas dan freezer selama 24 jam yaitu suhu dan kelembapan

yang berada di dalam kulkas maupun freezer. Sehingga dapat mengetahui

faktor dan melakukan dengan cermat.

H. Kesimpulan

Dari percobaan pendinginan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pendinginan adalah suatu operasi dasar dalam pengolahan dan pengawetan

bahan terutama bahan pangan. Pendinginan juga dapat mempertahankan umur

simpan bahan hasil pertanian karena dengan adanya kondisi rendah suhu,

maka reaksi kimia dan biokimia bahan dapat terhambat dan aktivitas

mikroorganisme dapat dihambat.

2. Didalam pengolahan bahan hasil pertanian, suhu sangat mempunyai peranan

penting karena suhu merupakan faktor yang memepengaruhi pertumbuhan

mikroba serta memberikan hasil pada bahan makanan.

3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada bahan

sebelum dimasukkan kulkas dan freezer dan setelah dimasukkan kulkas dan

freezer selama 24 jam yaitu suhu dan kelembapan yang berada di dalam

kulkas maupun freezer.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 175: LAPORAN ALSIN FIX

175

DAFTAR PUSTAKA

Al-syalahmeh, A. 2010. Efficiency of Free Cooling Technique in Air Refrigeration

Systems. Jordan Journal of Mechanical and Industrial Engineering Volume 4,

Number 6, December 2010.

Asih, Wini, Anif. 2005. Pengaruh elektroda dan pendinginan pada pengelasan

GTAW terhadap ketahanan korosi SS316l dalam larutan mixed acid. Buckle,

A, K. 1968. Ilmu pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Budiarto, Rahmad. 2011. Ketidakseragaman struktur produk cor boden plate l 800

excavator pc 3000 akibat perlakuan panas induksi quencing dan tempering

di pt komatsu indonesia.

Joyosukarto, Priyanto. 2000. Prakiraan laju air massa pada model fungsional system

pendinginan relung reactor (RCCS) MHTGR.

Mocabe, Warren L. 1982. Dasar-dasar pengawetan. Penerbit Departemen pendidikan

dan kebudayaan. Jakarta.

Nurjaya, Wayan,I. 2010. Model dispersi bahang hasil buangan air proses

pendinginan pltgu cilegon CCPP ke perairan pantai Margasari di sisi barat

teluk banten. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 1, Hal. 31-

49, Juni 2010.

Rudaya, Saripah. 1980. Dasar-dasar pengawetan 1. Penerbit Departemen pendidikan

dan kebudayaan. Jakarta.

Syamsuar, 2008. Analisis beban pendinginan sistem tata udara (STU) ruang

auditorium lantai iii gedung utama politeknik negeri lhokseumawe.

Vicator, G. 2008. A car air-conditioning system based on an absorption refrigeration

cycle using energy from exhaust gas of an internal combustion engine.

Winarno, F, G. 1980. Pengantar teknologi pangan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Page 176: LAPORAN ALSIN FIX

176

ACARA XVI

CONVEYING

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikun acara XVI conveying antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk conveying, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerjanya.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Peralatan pengangkut pada pabrik menggunakan mesin pemindah bahan

(pengangkut bahan) yang bertujuan untuk mengangkut bahan diantara unit

pemroses, dari gudang, dan dapat juga memindahkan keluar pabrik. Peralatan

pengangkut bahan menentukan kelancaran hubungan antara satu departemen

dengan departemen yang lain dan menentukan kelancaran kerja pada umumnya.

Jadi mesin pengangkut memastikan adanya suatu aliran produksi yang tetap

(Toreh, 2010).

Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus

segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa

sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup

panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik

pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya

(Tim bina karya, 2009).

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai

tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai

komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat

disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau

Page 177: LAPORAN ALSIN FIX

177

tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).

Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan

primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua

perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau

untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak

mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai

aspek dari pemasaran dan distribusi (Mutiiarawati, 2007).

Ruangan iradiasi produk hasil pertanian yang berisi ozon mempunyai

ukuran panjang, lebar dan tinggi 12 x 7 x 4 meter. Didalam ruangan ini berisi

conveyor pembawa carrier dan tote, didalam tote berisi material yang akan

diiradiasi terdapat kolam demineral water beserta sumber radaisi gamma dan

tentunya harus ada perangkat pemindah bau/ozon dari dalam ruang iradiasi ke

lingkungan atmosfir. Blower banyak digunakan untuk ventilasi dan proses

industri yang memerlukan aliran udara. Sistem blower penting untuk menjaga

pekerjaan proses industri. Blower terdiri dari sudusudu, sistem penggerak motor

listrik, ducting, peralatan pengendali aliran. Blower dalam aplikasinya dapat

mencapai tekanan yang lebih tinggi daripada fan, sampai 1,20 kg/cm2. Blower

sentrifugal hampir serupa dengan pompa sentrifugal, dimana impelernya

digerakan oleh gir dengan putaran mencapai 15.000 rpm. Pada blower multi tahap,

udara dipercepat setiap melewati impeler (Sanda, 2012).

Buah salak pondoh sama dengan hasil hortikultura yang lain yang cepat

mengalami kerusakan selama penyimpanan, kerusakan tersebut dapat terjadi

karena reaksi enzimatis, reaksi kimia dan aktifitas mikroorganisme. Sementara itu

permintaan konsumen baik dari dalam maupun luar negeri mengalami

peningkatan yang begitu pesat, sehingga diperlukan suatu usaha penanganan

untuk mencegah kerusakan atau mempertahankan kualitas buah salak pondoh

selama penyimpanan dan pengangkutan. Dengan penanganan yang tepat

diharapkan kualitas salak pondoh dapat dipertahankan sampai ke konsumen

(Rachmawati, 2010).

Page 178: LAPORAN ALSIN FIX

178

Setiap saat produk ditumpahkan dari satu wada ke wadah lainnya, harus

dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi kerusakan mekanis terhadap

komoditas. Bila produk ditumpahkan dari wadah lapangan atau kendaraan

transport ke dalam bangsal pengemasan, penumpahan kering maupun basah dapat

dipraktikkan. Dalam penggunaan praktik penumpahan, wadah lapang hendaknya

dikosongkan secara pelan-pelan pada tempat pengangkat dan pemindahan miring

dimana pada bagian sisinya diberi bantalan. Pada ilustrasi di bawah ini, konveyor

sabuk kemudian mebawa produk yang ditumpah kering ka dalam bangsal

pengemasan. Penumpahan basah kadang-kadang digunakan untuk mengurangi

kerusakan mekanis, dapat berupa penumpahan ke dalam air dari pada ke atas

tempat miring yang kering, atau pencelupan atau pengambangan. Jika kerapatan

spesifik atau berat jenis produk, seperti apel, adalah lebih rendah dengan air maka

produk akan mengambang. Untuk beberapa produk, seperti pear, garam (seperti

sodium lignin sulfonate, sodium silicate atau sodium sulfate) harus ditambahkan

ke dalam air untuk meningkatkan berat jenisnya dan dipastikan buah

mengambang (kitinoja, 2002).

Pneumatic menyampaikan adalah metode praktis untuk distribusi di pabrik

dalam jumlah besar kering bubuk, butiran, dan bahan palletized. Berdasarkan

jumlah udara yang digunakan dan tekanan dari sistem, pneumatik menyampaikan

sistem dibagi ke dua yaitu tipe itu. fase padat sistem pneumatik menyampaikan

dan mencairkan tahap pneumatik sistem menyampaikan. Pada fase encer

menyampaikan, partikel padat yang dimasukkan ke dalam aliran gas mengalir

cepat di mana padatan tersuspensi tetap. Sistem proses tersebut beroperasi pada

tekanan yang relatif rendah dan akibatnya relatif murah untuk menginstal

(Dhole, 2011).

Rantai roller konveyor umumnya digunakan dalam produksi atau

perakitan baris di mana benda-benda besar individu perlu disampaikan. Khas

aplikasi konveyor roller konveyor pembawa untuk pengangkutan gulungan baja

di pabrik baja atau slat konveyor yang membawa benda-benda. Sebuah konveyor

Page 179: LAPORAN ALSIN FIX

179

slat terdiri dari dua atau lebih tak berujung helai rantai dengan bilah saling

melekat atau non logam penerbangan untuk membawa material

(Kerremans, 2011).

Karakteristik pneumatik menyampaikan dari chickpea dari berbagai

Koçbasi ditentukan. Panjang, lebar, tebal, aritmatika berarti diameter, diameter

rata-rata geometrik, kebulatan, volume, 1.000 massa biji, berat isi, kepadatan

benar, porositas, luas proyeksi, kecepatan terminal, koefisien drag, penurunan

tekanan, konsumsi daya, dan kerusakan benih, kerusakan yaitu mekanik, uji

perkecambahan, dan indeks vigor benih, diselidiki secara eksperimental. Sistem

tekanan rendah positif digunakan untuk conveying chickpea. Kebutuhan daya dan

penurunan tekanan didorong dengan meningkatnya revolusi blower dan

conveying kapasitas menurun dengan meningkatnya diameter pipa

(Kilickan, 2009).

Penemuan ini berhubungan dengan palung conveyor untuk scraper

conveyor untuk digunakan dengan mesin pertambangan di penambangan bawah

tanah dimana melalui conveyor adalah dibentuk oleh basis palung dan bagian

lengan divergen memproyeksikan lateral dari sisi longitudinal dasar membentuk

berpotongan batas-batasV-berbentuk spasi. Setiap ruang menyimpang lahiriah

dan meluas ke Fange bagian membentang dari setidaknya satu dari atas wardly-

memperpanjang bagian lengan dan dari bawah memperpanjang bagian lengan.

Bagian fange setiap lebar dan ketebalan untuk membentuk machine way dengan

itu bagian fange atas memperluas sejajar dengan tambang untuk mendukung

mesin pertambangan untuk bergerak sepanjang conveyor wajah (Gehle, 1983).

Konveyor sekrup yang beroperasi di dalam tabung secara luas

digunakan untuk sarana transportasi bahan diskrit sepanjang tabung. Konveyor

tersebut sering dibutuhkan untuk beroperasi lebih panjang panjang hingga

beberapa ratus meter. Sampai sekarang satu-satunya cara praktis untuk

membangun sekrup untuk konveyor tersebut telah untuk mengarang sekrup

dengan pengelasan bagian melawan heliks ke pusat hub. Metode konstruksi

Page 180: LAPORAN ALSIN FIX

180

mahal dan menyusahkan beberapa dan hanya dapat digunakan di mana

memuaskan bahan dari perkelahian dan hub weldable bahan seperti baja. Ini juga

akan menjadi jelas bahwa eachscrew harus secara individual dibuat untuk

perusahaan tertentu conveyor dan "karakteristik sekrup harus yang telah

ditentukan sesuai dengan persyaratan instal lation dan sekrup dibuat untuk

menghasilkan orang-karakteristik (Kawchitch, 1972).

C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat

Gambar 16.1 Alat atu Mesin Conveyor

Bagian Utama dan Fungsi :

1. Motor listrik = untuk sumber tenaga,

2. Pulley = untuk menggetarkan belt,

3. Pulley pasif = menahan belt atau temapt bahan,

4. Pulley penegang = memberikan tegangan terhadap lempengan belt,

5. Pulley penggerak = menggerakkan lempengan belt,

6. Lempengan belt = meletakkan bahan.

D. PrinsipKerja

Prinsip kerja alat atau mesin conveyor adalah pemindahan barang dari satu

tempat ke tempat yang lain atau proses satu ke proses yang lain.

Page 181: LAPORAN ALSIN FIX

181

E. MekanismeKerja

Mekanisme kerja alat conveyor adalah pertama-tama motor listrik di

hidupkan. Otomatis pulley bergerak, taruh bahan pada lempengan belt. Kemudian

lempengan belt ikut bergerak. Pulley penegang memberikan tegangan agar stabil,

setelah itu bahan pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

F. Cara Kerja

G. Pembahasan

Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi

memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak

dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan

berkelanjutan. Conveyor terutama berguna dalam aplikasi yang melibatkan

transportasi bahan berat ataubesar. System conveyor memungkinkan transportasi

cepat dan efisien untuk berbagai bahan.Banyak jenis system conveyor yang tersedia,

dan digunakan sesuai dengan kebutuhanberbagai industri yang berbeda. Conveyor

dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke

tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar

sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak

mepunyai fleksibilitas saat lokasi barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah

barang yang masuk tidak kontinyu.

Tujuan dari mesin conveyor sendiri adalah untuk membantu dalam

memindahkan barang dalam skala banyak secara continue. Mesin conveyor juga

Taruh bahan pada lempengan belt

Otomatis bahan pindah dari datu tempat ke

tempat yang lain

Motor listrik dihidupkan

diletakkan pada dudukan

Page 182: LAPORAN ALSIN FIX

182

memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi conveyor adalah kecepatan pulley, kecepatan conveyor, sehingga

barang yang akan dipindahkan bisa jatuh ataupun alih posisi. Sehingga harus

diteliti dan diamati dengan cermat sebelum menggunakan conveyor.

Prinsip kerja alat atau mesin conveyor adalah pemindahan barang dari satu

tempat ke tempat yang lain atau proses satu ke proses yang lain. Bahan yang

digunakan dalam conveyor adalah barang-barang yang akan dipindahkan, hampir

setiap barang dapat digunakan. Contoh produksinya yaitu makanan, minuman,

dll.

Mekanisme kerja alat conveyor adalah pertama-tama motor listrik di

hidupkan. Otomatis pulley bergerak, taruh bahan pada lempengan belt. Kemudian

lempengan belt ikut bergerak. Pulley penegang memberikan tegangan agar stabil,

setelah itu bahan pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

H. Kesimpulan

Dari percobaan distilasi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi

memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain.

2. Tujuan dari mesin conveyor sendiri adalah untuk membantu dalam

memindahkan barang dalam skala banyak secara continue.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi conveyor adalah kecepatan pulley,

kecepatan conveyor, sehingga barang yang akan dipindahkan bisa jatuh

ataupun alih posisi. Sehingga harus diteliti dan diamati dengan cermat

sebelum menggunakan conveyor.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 183: LAPORAN ALSIN FIX

183

DAFTAR PUSTAKA

Dhole. 2011. Experimental Analysis of Dilute Phase Pull Push Type Pneumatic

Conveying System to convey Powdered and Granular Material. India

Gehle. 1983. Conveyor Trough For A Scraper Conveyor For Use With A Mining

Machine. United States Patent.

Kanisius. 2008. Teknologi Pengolahan Nata De Coco. Yogyakarta

Kawchitch. 1972. Conveyor Screw Element. United States Patent.

Kerremans. 2011. Wear Of Conveyor Chains With Polymer Rollers. Vol. 8 No. 7

Kilickan, Ahmed. 2010. The determination of pneumatic conveyingcharacteristics of

chickpea. Vol. 2 No. 4

Kitinoja, Lisa. 2002. Praktik-Praktik Penanganan Pasca Panen Skala Kecil Manual

Untuk Produk Horti ( Edisi Ke 4). Universitas Udayana.

Mutiarawati, Tino. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas

Pertanian. Universitas Padjajaran.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Taman Kelapa Sawit. Penerbit CV. Yrama Widya.

Bandung.

Rachmawati, Maulida. 2010. Pelapisan Chitosan Pada Buah Salak Pondoh Sebagai

Upaya Memperpanjang Umur Simpan Dan Kajian Sifat Fisiknya

Selama Penyimpanan. Samarinda

Sanda. 2012. Disain Blower Dan Cerobong Untuk Membuang Limbah Bau Dan Ozon

Iradiator Gamma 500Kci. Tanggerang.

Toreh, Anie Amelia. 2010. Proses Pembuatan Tepung Kelapa.

Tekno/Volume07/No.52.

Page 184: LAPORAN ALSIN FIX

184

ACARA XVII

VACUUM SEALER

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari acara XVI Vacum Sealer antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk vacum sealer, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki.

3. Untuk mengemas produk dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan

dan dapat dikonsumsi di kemudian hari.

B. Tinjauan pustaka

Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,

setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,

kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P< 0,05)

bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong plastik

polyethylene. Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang

nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna, bau,rasa dan

konsistensi. Penyimpanan produk dendeng selama 30 hari berpengaruh nyata

terhadap penurunan kadar air produk yang dikemas dengan kemasan hampa

udara,tetapi tidak berpengaruh nyata (P > 0.05) terhadap kadar TVBN, namun

masih berpengaruh nyata terhadap kenaikan jumlah koloni bakteri (Dewi, 2008).

Pengemasan atau vacum sealer merupakan suatu cara dalam memberikan

kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian

membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar dari pada yang biasanya

diketahui. industri pangan cenderung untuk membedakan antara proses

pengalengan dan pembotolan disatu pihak dan apa yang disebut dengan

pengemasan yang berarti metoda lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini

merupakan perbedaan nyata antara metoda pengolahan pangan yang

Page 185: LAPORAN ALSIN FIX

185

mengikutsertakan sterilisasi atau pasteurisasi terhadap metoda pengawetan

lainnya termasuk dehidrasi dan pembekuan cepat (Buckle, 1986).

Dalam proses filling (pengisian), ruang kosong dibagian ruang atas kaleng

(head space) harus diperhatikan. Head space ini berfungsi untuk mencegah

pengembungan kaleng akibat pengembangan bahan pada waktu proses

pemanasan. Kaleng yang berubah menjadi cembung sangat dihindari, karena

dapat menurunkan pencitraan mutunya. Selain itu head space juga berfungsi

untuk mendapatkan penutupan kaleng. Tekanan dalam head space akan menurun

ketika uap air mengembun didalam kaleng, akibatnya tutup kaleng akan tertekan

dan menjadi kuat oleh tekanan atmosfire dari luar (Handajani, 2010).

Mesin vacum adalah mesin vacum pengemasan atau vacum frying yang

berfungsi ganda yakni menyedot udara dalam kemasan sekaligus sealing

(merekatkan) kedua sisi plastik. Untuk memakai mesin vaccum, harus

menggunakan jenis plastik tersendiri yakni vaccum. Keunggulan mesin vacum

adalah produk atau makanan yang dikemas lebih awet. Tidak mudah tengik dan

tidak mudah busuk. Mengurangi kandungan udara dalam kemasan bisa

menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroba (Yuyun, 2010).

Untuk memenuhi persyaratan kisaran suhu ini adalah penting bahwa efek

ekspansi gas yang terperangkap dihilangkan melalui penggunaan vakum disegel

rongga referensi. Hal ini juga menghasilkan perangkat dengan bandwidth yang

lebih luas dengan menghindari efek redaman yang terkait dengan rongga diisi gas.

Perangkat pertama transfer memimpin tunggal (elektroda pada kaca) dari dalam

rongga ke dunia luar (Chavan, 2001).

Pendinginan dan vakum penyegelan bersama-sama adalah metode yang

paling efektif untuk menjaga kapasitas perkecambahan, secara keseluruhan,

vakum penyegelan saja lebih efektif dari sekedar pendingin. Tingkat

perkecambahan di lapangan sebagian besar mencerminkan hasil ini, meskipun

dengan variabilitas lebih karena sifat mengukur. Hasil ini menunjukkan bahwa

penyegelan vakum mungkin teknik penyimpanan benih lebih efektif daripada

Page 186: LAPORAN ALSIN FIX

186

pendinginan, terutama untuk menjaga kapasitas benih berkecambah di

laboratorium dan lapangan (Croft, 2010).

Vacuum sealing adalah proses yang diperlukan untuk nanoelectronics

vakum dan perangkat MEMS resonansi berbasis. Untuk vakum dikemas

mikrodivais, air dan gas penetrasi melalui segel atau outgas dari substrat, film,

topi dan bahan penyegelan selama operasi, dapat menurunkan tingkat vakum dan

kinerja perangkat, dan memperpendek masa hidup mereka. Sulit untuk

menghasilkan dan mempertahankan vakum dalam volume yang sangat kecil

(Grzebik, 2011).

C. Gambar, bagian, dan Fungsi alat

Gambar. 17.1 Alat Pengemasan Vacuum Sealer.

1

6

5

4

2 7

3

Page 187: LAPORAN ALSIN FIX

187

Bagian Utama dan Fungsi

1.pipa vacuum : Untuk keluarnya air

2.pompa vacuum : Untuk memompa

3.sealer : Untuk pengepres dan penutup poduk

4.tombol power : Untuk menghidupkan mesin

5. lampu indicator :Untuk mengetahui tingkat pengemasan atau

kerapatan plastik

6.tempat air : Untuk menampun air

7.pedal pijakan :Untuk proses pengemas sebagai penggerak/ motorik

sealer

D. Prinsip Kerja

Melengketkan dan membuat ruang hampa udara pada pembungkus

makanan yang terbuat dari plastik dan mengemas kemasan dengan tekanan

vakum.

E. Mekanisme Kerja

Penampung air di isi. Lalu air disedot dengan pompa dialirkan kembali

untuk menurunkan tekanan. Kemudian tuas digunakan untuk menyedot bagian

dalam kemasan agar tidak ada udara di dalamnya.

Page 188: LAPORAN ALSIN FIX

188

F. Cara kerja

G. Pembahasan

Vacum sealer adalah pengepresan kemasan produk dengan cara kedap

udara. Pada peralatan ini memilki bagian-bagian utama yaitu pipa vacuum untuk

tempat pendistribusian udara., pompa vacuum untuk penekanan udara dalam

kemasan produk, sealer untuk tempat untuk menekan/membuka agar kemsan

produk tertutup, tombol power untuk tombol yang digunakan untuk on/off

vacuum sealer, lampu indicator untuk penanda siap atau tidaknya vacuum sealer

digunakan, tempat air untuk tempat penampungan air, pedal pijakan untuk tempat

untuk menekan/membuka agar kemsan produk tertutup. Bahan pengemasan yang

umum digunakan untuk kripik adalah plastik polipropilen dengan ketebalan

minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Ruang pengepakan usahakan mempunyai

kelembapan udara (RH) yang rendah mengingat sifat kripik vakum ini

Bak diisi sampai setengah diffurer

Pastikan sambungan-sambungan sudah terpasang dengan baik

dan benar

Pastikan kran dalam posisi tertutup

Steker disambungkan dengan sumber arus AC 220 volt

Suhu diatur sesuai dengan ketebalan plastik yang akan

digunakan

Page 189: LAPORAN ALSIN FIX

189

higroskopisitasnya tinggi. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan

terhadap penutup kantong plastik.

Prinsip kerja dari vacuum sealer ini adalah dengan kecepatan air akan

membuat tekanan pada tabung semakin bertambah rendah atau kecil. Sedangkan

mekanisme kerja dari vacuum sealer adalah memanaskan kemasan dan menyedot

udara didalam kemasan sehingga tidak ada udara didalamnya. Faktor yang

mempengaruhi kerja vacuum sealer adalah tekanan udara, lama pengemasan, suhu

yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian dalam melakukan pengemasan.

Mekanisme dari pengoperasian mesin vacuum sealer adalah menempatkan

tombol power pada posisi On, menempatkan sealer dan pompa pada posisi On,

menempatkan tombol sealer II pada posisi On, produk yang sudah diisi dengan

bahan ditempatkan pada meja kecil yang berada di depan sealer untuk kemudian

plastik diseal dengan cara menginjak sampai lampu indikator yang berada pada

seal mati, menusuk bagian ujung atas produk dengan jarum penusuk,

menempatkan kemasan seperti mau diseal, membuka kran sampai semua udara

dalam produk terhisap, seal kembali produk dan menutup kembali kran dan

menghilangkan bagian sealing I dengan cara memotongnya. Tahap-tahap

mengakhiri proses adalah dengan memindahkan tombol sealer II, I dan pompa

pada posisi Off, membuang tekanan tabung dengan cara membuka kran dan

mematikan mesin dengan memindahkan tombol power pada posisi Off.

Sedangkan tahap-tahap perawatan dari mesin vacuum sealer adalah dengan

mengontrol sambungan pipa secara periodik, secara periodik ejector harus selalu

dibersihkan dan jika plastik landasan seal sudah rusak, ganti dengan plastik

bagian sebelahnya demikian seterusnya sampai gulungan plastik lepas.

Page 190: LAPORAN ALSIN FIX

190

H. Kesimpulan

Dari praktikum vacum sealer dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Vacuum sealer bertujuan mengemas produk dalam kemasan plastik agar dapat

mempertahankan kualitas produk dan dapat dikonsumsi kemudian hari.

2. Kualitas vacuum sealer dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lama

pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian dalam

melakukan pengemasan.

3. Prinsip kerja alat ini adalah melengketkan dan membuat ruang hampa udara

pada pembungkus makanan yang terbuat dari plastik sedangkan mekanisme

kerja alat ini adalah memanaskan kemasan dan menyedot udara di dalam

kemasan sehingga tidak ada udara di dalamnya (ruang hampa udara).

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 191: LAPORAN ALSIN FIX

191

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, 1989. Ilmu pangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Chavan, Abhijeet. 2001. Batch-Processed Vacuum-Sealed Capacitive Pressure

Sensors. Vol. 10 No. 4

Croft, Marcia. 2012. Which is the most effective way to store seeds. Vol. 3 No. 2

Dewi, Nurcahya, Eko. 2008. Mutu dan daya simpan fillet dendeng Ikan nila merah

yang dikemas hampa udara dengan Vacuum sealer skala rumah tangga.

Jurnal Saintek Perikanan Vo. 4 No. 1 2008 : 7 – 15.

Grzebyk, Tomasz. 2011. Vacuum in microsystems generation and measurement. Vol.

11 No. 2

Handajani, Sri. Dkk. 2010. Pengolahan hasil pertanian; teknologi tradisional dan

terkini. Penerbit UNS perss. Surakarta.

Yuyun, A. 2010. Pengusaha lauk berbumbu siap saji dalam kemasan. Penerbit

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 192: LAPORAN ALSIN FIX

192

ACARA XVIII

PENGALENGAN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara X Pengalengan antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pengalengan, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Dengan semakin majunya teknologi perekatan diharapkan dapat

meningkatkan optimalisasi pemanfaat bambu. Dengan menggunakan perekat

tertentu, bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang dapat diolah menjadi

produk perekatan bambu berbentuk panel seperti bambu lapis. Namun, demikian

tidak menutup kemungkinan bahwa masa datang produk bambu lapis dapat

berkembang dengan pesat sebagaimana produk kayu lapis. Bambu di Indonesia

terdapat 125 species, 39 species diantaranya sudah terindentifikasi dan 11 species

tergolong komersial. Penggunaan bambu di Indonesia dapat digolongkan pada

pengguna tradisional, yaitu petani, masyarakat pedesaan, pengerajin pada upacara

keagamaan/kebudayaan dan pemakai industri, yaitu pengalengan bamboo

(Jasni, 2005).

Kontribusi kandungan beban limbah yang terbesar berasal dari industri

pengalengan dan pengolahan tepung ikan. Pengolahan limbah cair industri

perikanan yang selama ini banyak menggunakan sistem kolam aerasi perlu

ditingkatkan dengan menggunakan teknologi lain, dalam rangka menyisihkan

kandungan nitrogen secara total dalam air limbah tidak hanya mengkonversi

nitrogen organik dan ammonia menjadi nitrat (penurunan beban organik)

(Ibrahim, 2005).

Page 193: LAPORAN ALSIN FIX

193

Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan oleh

manusia karena beberapa kelebihannya, antara lain sumber protein hewani yang

sangat potensial. Kandungan zat-zat gizi tersebut menyebabkan ikan sangat

diminati oleh masyarakat sehingga kebutuhan ikan semakin meningkat dengan

berjalannya waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya ditemukan dalam keadaan segar

tetapi juga ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk kaleng maupun

plastik, hal ini memberikan kemudahan bagi para konsumen. Ikan yang cocok

diolah dengan pengalengan adalah ikan yang memiliki kadar lemak tinggi yaitu

10 - 15%. Produk industri ikan (Sardines) mempunyai limit waktu tertentu untuk

dapat dikonsumsi, jika melebihi limit waktu yang telah ditentukan bakteri dapat

tumbuh dan berkembang biak sehingga makanan tersebut tidak layak lagi

dikonsumsi karena telah mengandung banyak bakteri yangdapat membahayakan

bagi konsumen (Wulandari, 2005).

Minyak ikan di Indonesia pada saat ini Belum sepenuhnya Merupakan

industry yang mandiri, karena minyak ikan pada umumnya diperoleh dari hasil

sampan Pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Selain itu bahan mentah sangat

beragam jenis, mutu dan ukurannya. Minyak Ikan yang diperoleh dari industry

pengalengan pada umumnya diperoleh Dari bahan mentah yang bermutu tinggi.

Sedangkan Yang didapat dari industri penepungan menggunakan bahan

mentahnya berupa ikan utuh yang bermutu rendah atau limbah dari pengalengan

dan ikan bukan ukuran konsumsi (Permana, 2003).

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor produk tuna dalam

kaleng. terdapat berbagai jenis ikan tuna di perairan indonesia yang dapat

digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan produk ikan tuna kaleng. Secara

garis besar pengolahan tuna kaleng yang dilakukan oelh pabrik pengalengan ikan

di indonesia adalah penerimaan bahan baku, penyiangan, penyusunan dalam rak,

pemasakan pendahuluan, pendinginan, pembuangan kepala dan kulit ikan,

pembersihan daging, pemotongan, pengisian ke dalam kaleng, penambahan

Page 194: LAPORAN ALSIN FIX

194

medium, penutupan kaleng, sterilisasi, pendinginan dan pemeraman kaleng,

pelabelan dan pengepakan (Irianto, 2007).

Perlakuan termal awal produk olahan dapat menyebabkan hilangnya

nutrisi larut dalam air dan oksigen-labil seperti vitamin C dan vitamin B. Namun,

nutrisi ini relatif stabil selama penyimpanan kaleng berikutnya karena

kekurangan oksigen. Produk beku kehilangan nutrisi lebih sedikit pada awalnya

karena waktu pemanasan yang singkat di blanching, tapi mereka kehilangan lebih

banyak nutrisi selama penyimpanan karena oksidasi. Senyawa fenolik juga larut

dalam air dan oxygenlabile, tetapi perubahan selama pengolahan, penyimpanan

dan memasak tampaknya sangat bervariasi oleh komoditas. lebih lanjut

Penelitian akan memfasilitasi pemahaman tentang perubahan phytochemical ini.

Perubahan kadar air selama penyimpanan, memasak dan pengolahan dapat

menggambarkan perubahan kandungan gizi (Rickman, 2007).

Di seluruh dunia, ada panggilan untuk meningkatkan konsumsi buah-

buahan dan sayuran, yang merupakan sumber yang kaya nutrisi penting, seperti

vitamin C dan A, serta serat dan fitonutrien. Diet tinggi buah-buahan dan sayuran

mengurangi risiko beberapa penyakit kronis, termasuk obesitas, diabetes dan

penyakit jantung. Di Amerika Serikat, panggilan untuk meningkatkan konsumsi

buah dan sayuran sering menekankan segar. Ada kesalahan persepsi yang

berkembang bahwa pengolahan makanan mengurangi kualitas gizi. Namun,

buah-buahan, sayuran dan makanan lain yang akan dibekukan, kaleng atau kering

biasanya diambil di perdana mereka dan diproses dekat dengan waktu panen dan

lokasi, dan memberikan kualitas yang konsisten, rasa dan keselamatan, serta

nutrisi dan kenyamanan (Kapica, 2012).

Toksisitas akut timah anorganik diwujudkan sebagai iritasi lambung,

mual, muntah dan perut tidak nyaman. Garam timah anorganik yang kurang

diserap oleh saluran pencernaan dan diekskresikan dengan cepat. Namun

demikian, ada beberapa laporan kasus iritasi lambung dan muntah pada manusia

mengkonsumsi makanan atau minuman, terutama produk buah asam dikemas

Page 195: LAPORAN ALSIN FIX

195

dalam kaleng tinplate dan mengandung tingkat tinggi kaleng kaleng. Makanan

dan terutama makanan kaleng merupakan sumber utama paparan timah.

Maksimum tingkat timah dalam makanan kaleng adalah 200 mg / kg untuk

makanan kaleng selain minuman dan 100 mg / kg untuk minuman kaleng,

termasuk jus buah dan sayuran ( Knapek, 2009).

Total konsentrasi merkuri dalam sampel mentah dan kemudian kalengan

US Pacific troll-tertangkap albacore tuna yang jauh di bawah batas tindakan FDA

dari 1 ppm methylmercury pada ikan. Ada peningkatan yang signifikan (p <0,005)

dalam konsentrasi merkuri total sebagai akibat dari pengalengan, pergi dari 0,17

ppm dalam sampel baku untuk 0,21 ppm dalam kaleng. Meskipun protein persen

meningkat secara signifikan dan kelembaban persen menurun secara signifikan

setelah pengalengan, tidak ada faktor intrinsik berkorelasi dengan perubahan

konsentrasi merkuri secara individual dapat. Packing mentah mengakibatkan

kenaikan persen rata-rata tertinggi dalam konsentrasi merkuri, diikuti oleh

minyak dan kemudian air kemasan; Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan

di antara tiga metode packing (Rassmusen, 2007).

Tinplate adalah lembaran yang tipis, baja lembaran atau strip, dilapisi

pada kedua sisinya dengan timah murni secara komersial dan telah digunakan

selama lebih dari seratus tahun sebagai bentuk kuat dari kemasan makanan.

Secara keseluruhan, sekitar 25.000 juta kaleng makanan diproduksi dan diisi di

Eropa per tahun, sekitar 20% dari ini memiliki intern (unlacquered) badan baja

berlapis timah polos. Di seluruh dunia, total untuk kemasan makanan adalah

sekitar 80.000 juta kaleng. Tinplate juga banyak digunakan untuk produksi

minuman kaleng. Eropa memproduksi dan mengisi lebih dari 15.000 juta kaleng

minuman tinplate per tahun yang semuanya internal dipernis. Penggunaan

tinplate untuk makanan dan minuman kemasan, akan mengakibatkan beberapa

melarutkan timah ke dalam isi makanan, terutama ketika permukaan internal

polos uncoated digunakan (Blunden, 2003).

Page 196: LAPORAN ALSIN FIX

196

Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan makanan. Prinsip dasar

pengalengan dan pembotolan kurang lebih sama. Berbagai variasi yang terdapat

dalam pengalengan karena perbedaan dan faktor-faktor antara lain : macam

bahan disiapkan, bentuk dan struktur bahan, bahan untuk wadah baik kaleng

maupun botol atau botol, peralatan dengan pertimbangan ekonomis lainnya

(Makfoeld, 1982).

Pengawetan santan dalam kaleng dimulai dengan proses pemekatan

santan menggunakan cream separator, agar santan menjadi lebih kental. Setelah

berbentuk pasta, kemudian ditambahkan bahan pemantap berupa campuran

carboxyl methyl cellulose (CMC) yang berfungsi sebagai pengikat air dan Tiveen

80 yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri. Campuran ini diaduk selama 5

menit. Selanjutnya disterillisasi. Kemasan santan dilapisi dengan timah putih

yang juga di sterilisasi (McCabe, 1999).

Kaleng ( Tin Plate) adalah suatu wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi

timah putih (Sn) yang tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25 persen dari

berat kaleng. Kadang-kadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal

yaitu untuk mencegah reaksi dengan makanan didalamnya. Daya tahan timah

terhadap karat tidak sempurna, tetapi terhadap reaksi-reaksi dengan makanan

didalamnya lebih lambat bila dibanding dengan baja (Winarno, 1984).

Tin plate biasanya terdiri atas 9 lapisan dengan bagian tengah terbuat dari

baja yang tiap sisinya dilapisi oleh suatu lapisan campuran timah-besi, kemudian

timah, selapis oksida dan akhirnya suatu lapisan tipis minyak. Tinplate yang

berlapis pernis mempunyai lapisan lainnya yang biasanya hanya pada satu sisi.

Ketebalan reaktif dari masing-masing lapisan kira-kira: baja 10.000, campuran 5,

timah 50, oksida 0,1 dan minyak 0,2 (Buckle, 1968).

Page 197: LAPORAN ALSIN FIX

197

C. Gambar, bagian, dan fungsi alat

Gambar 18.1 Alat/Mesin Pengalengan

Bagian Utama dan Fungsi :

a. Motor = tenaga penggerak,

b. Transmisi = untuk menyalurkan energi,

c. Rol penutup 2 = untuk merapikan,

d. Rol penutup 1 = untuk merapatkan/menutup kaleng,

e. Handle = mengendalikan rol penutup 1dan 2,

f. Pemegang kaleng = untuk meletakkan kaleng,

g. Pijakan = untu menurunkan pemegang kaleng,

h. Saklar = mematikan dan menghidupkan mesin,

i. Sumber listrik = sumber energi/tenaga,

j. Frame = untuk menopang bagian-bagian utama.

Page 198: LAPORAN ALSIN FIX

198

D. Prinsip Kerja Alat

Prinsip kerja alat ini adalah mengaitkan dan merapatkan kaleng dengan

menggunakan rol 1 (pengaitan antara tutup dengan kaleng), rol 2 (merapatkan dan

merapikan).

E. Mekanisme Kerja Alat

Mekanisme kerja alat ini adalah kaleng diletakkan pada tempat pegangan kaleng

dan cetakan atas dengan handle. Kemudian saklar dinyalakan sehingga motor pemutar

menyala dan kaleng berputar. Tekan rol pengait 1 untuk menyatukan kaleng dengan

tutupnya dan rol 2 untuk merapatkan sekaligus merapikan kaleng supaya tidak terjadi

kebocoran.

F. Cara kerja

Kaleng disiapkan

Diisi air

Mesin dinyalakan

Penutup kaleng dirapatkan dengan rol penutup 2

Penutup kaleng dirapikan dengan rol penutup 1

Mesin dimatikan

Diamati kerapatan kaleng

Page 199: LAPORAN ALSIN FIX

199

G. Hasil dan pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 18.1 Hasil Pengamatan pengalengan

Kelompok Hasil pengalengan

1 Kurang rapi

2 Kurang rapi

3 Kurang rapi

4 Rapat, Kurang rapi

5 Kurang rapat, karena masih banyak air

yang keluar

6 Kurang rapat, karena masih banyak air

yang keluar

7 Rapi, karena pengoprasiannya teliti

8 Rapi, karena pengoprasiannya teliti

9 Kurang rapi, karena pengoprasiannya

kurang teliti

10 Rapat, kurang rapi

Sumber : laporan sementara

2. Pembahasan

Pengalengan adalah salah satu pengemasan yang bertujuan untuk

mengawetkan bahan makanan yang dimasukkan ke dalam kaleng sehingga

dapat dikonsumsi di kemudian hari. Pada pengalengan ini dilakukan proses

sterilisasi menggunakan panas, sterilisasi ini bertujuan untuk membunuh

mikroorganisme sehingga produk dapat disimpan lama. Pengemasan dengan

kaleng diperlukan mesin yang digunakan untuk melekatkan antara kaleng

dengan penutup kaleng.

Prinsip kerja dari pengalengan ini adalah mengaitkan dan merapatkan

kaleng dengan menggunakan rol 1 (pengaitan antara tutup dengan kaleng), rol

2 (merapatkan dan merapikan) sedangkan mekanisme kerja dari pengalengan

ini adalah kaleng diletakkan pada tempat pegangan kaleng dan cetakan atas

dengan handle. Kemudian saklar dinyalakan sehingga motor pemutar

menyala dan kaleng berputar. Tekan rol pengait 1 untuk menyatukan kaleng

dengan tutupnya dan rol 2 untuk merapatkan sekaligus merapikan kaleng

Page 200: LAPORAN ALSIN FIX

200

supaya tidak terjadi kebocoran. Pada saat penekanan kaleng diusahakan

jangan terlalu keras, karena hal ini berakibat pada perataan penutupan kaleng.

Praktikum yang dilaksanakan adalah berupa pengenalan alat dan

praktek menutup kaleng. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja mesin

pengalengan adalah tekanan untuk meletakkan tutup kaleng, kondisi mesin,

dan kekuatan penginjakan. Head speace yaitu ukuran dari tutup kaleng

sedangkan body speace yaitu ukuran pada tubuh kaleng tersebut.

H. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ”Pengalengan” ini adalah :

1. Pengalengan adalah salah satu pengemasan yang bertujuan untuk

mengawetkan bahan makanan yang dimasukkan ke dalam kaleng sehingga

dapat dikonsumsi di kemudian hari,

2. Prinsip kerja dari pengalengan ini adalah mengaitkan dan merapatkan kaleng

dengan menggunakan rol 1 (pengaitan antara tutup dengan kaleng), rol 2

(merapatkan dan merapikan),

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengalengan antara lain yaitu jenis

bahan, jenis kaleng, handle/tekanan, suhu, alatnya, dan roll yang digunakan

apakah sudah aus apa belum.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat

dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 201: LAPORAN ALSIN FIX

201

DAFTAR PUSTAKA

Blunden, Steve, 2003. Tin in canned food: a review and understanding of occurrence

and effect. Food and Chemical Toxicology 41 (2003) 1651–1662.

Buckle, A, K. 1968. Ilmu pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Ibrahim, Bustama. 2005. Kaji ulang sistem pengolahan limbah cair industri hasil

perikanan secara biologis dengan lumpur aktif. Vol VIII Nomor 1 Tahun

2005.

Irianto, Eko. 2007. Pengalengan ikan tuna komersial. Squalen Vol.2 No 2, desember

2007.

Jasni. 2005. Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus minutus Farb. pada Bambu

Lapis dan Kayu Lapis. J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.3 • No. 2 • 2005.

Kapica, Cathy. 2012. Canned Fruits, Vegetables, Beans and Fish Provide Nutrients

at a Lower Cost Compared to Fresh, Frozen or Dried. Kapica, J Nutr Food

Sci 2012, 2:4.

Knapek, J. 2009. Determination of Tin in Canned Foods by Atomic Absorption

Spectrometry. Czech J. Food Sci. Vol. 27, 2009, Special Issue. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.

Yogyakarta .

McCabe, Warren L. 1999. Operasi teknik kimia jilid 2 edisi empat. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Permana, R, Djumawan. 2003. Analisis proksimat tepung hasil Proses ekstraksi

minyak dari puree ikan. Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor 2,

Desember 2003.

Rassmusen, S, Solase. 2007. Effects of canning on total mercury, protein, lipid, and

moisture content in troll-caught albacore tuna (Thunnus alalunga). Food

Chemistry 101 (2007) 1130–1135.

Rickman, C, Joy. 2007. Review Nutritional comparison of fresh, frozen and canned

fruits and vegetables. Part 1. Vitamins C and B and phenolic compounds. J

Sci Food Agric 87:930–944 (2007).

Winarno, F, G. 1984. Pengantar teknologi pangan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Wulandari, Sri. 2005. Analisis mikrobiologi produk ikan kaleng (sardines) kemasan

dalam limit waktu tertentu (expire). Jurnal Biogenesis Vol. 2(1):30-35, 2005.

Page 202: LAPORAN ALSIN FIX

202

ACARA XIX

CUP SEALER

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari acara XIX Cup Sealer antara lain :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk cup sealer, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki.

3. Untuk mengemas produk dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan

dan dapat dikonsumsi di kemudian hari.

B. Tinjauan Pustaka

Pengemasan merupakan salah satu cara memberiakn kondisi yang tepat

bagi pangan untuk mempertahankan mutunya dalam jangka waktu yang

diinginkan. Fungsi utama pengemasan, antara lain menjaga produk pangan akibat

kontaminasi, melindungi pangan terhadap kerusakan fisik, dan menghambat

kerusakan mutu. Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk melindungai

produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi, dan

kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi kecenderungan

bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak. Plastik polirtrlin dibuat dengan

proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri

arang dan minyak. Polietelin merupakan jenis plastik yang paling banyak

digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya yang mudah dibentuk, tahan

terhadap berbagai bahan kimia, penampakannya jernih, dan mudah digunakan

sebagai laminasi (Dewandari, 2009).

Wadah gelas masih banyak digunakan untuk pengawetan dengan panas

bagi bermacam-macam jenis makanan terutama produk-produk yang bersifat

asam yang hanya membutuhkan perlakuan panas dengan ringan atau bila

makanan terlalu mudah mengakibatkan karat pada kaleng. Akhir-akhir ini

Page 203: LAPORAN ALSIN FIX

203

kemajuan yang nyata telah dianjurkan dalam pengembangan kantung tipis

fleksibel yang cocok untuk pengolahan dengan retort. Walaupun banyak

keuntungannya dibanding dengan wadah kaleng (misalnya ringan, mudah

dipanaskan dan di dinginkan), penggunaannya secara luas akan membutuhkan

kecepatan produksi yang lebih tinggi, harga kantung yang lebih rendah dan

penerimaan konsumen yang lebih besar (Mcswane, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dendeng

fillet ikan Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,

setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,

kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P<0,05)

bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong plastik

polyethylene. Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang

nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna, bau,rasa dan

konsistensi. (Dewi, 2008).

Bentuk kemasan tergantung pada selera atau permintaan konsumen.

Pengemas yang dapat dan umum digunakan adalah gelas plastik, kantong plastik

duduk, kantong plastik biasa, atau pun kaleng. Namun jenis bahan pengemasan

sebaiknya dipilih yang terbuat dari bahan yang dapat dipanaskan (retortable).

Pengemasan dalam gelas plastik memerlukan alat penutup yang baik agar tidak

bocor. Pengemasan kantong plastik memerlukan alat perekat ( Pambayun, 1983).

Seiring dengan perkembangan bahanpolimer, para ilmuwan telah

melakuakan banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil,

lebih kuat secara mekanik dan kimia serta taha lama. Saat ini bahan polimer

(plastik) digunakan di berbagai sektor kehidupan untuk berbagai hal, diantaranya

sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah,

kantor, automodif, dan berbagai sektor lainnya. Hal ini dikarenakan plastik

memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan, tahan air serta

harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat

(Deswita, 2007).

Page 204: LAPORAN ALSIN FIX

204

Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan

perdagangan yang semakin tajam adalah melauin desain kemasan. Daya tarik

suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan pemicu

karena ia langsung berhadapan dengan koncumen. Karena itu kemasan harus

dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif, dalam hai ini

membeli produk karena tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk menciptakan

penjualan (Cenadi, 2009).

Makanan dan minuman kemasan terdiri dari 55 % sampai 65 % dari $ 130

miliar nilai kemasan di Amerika Serikat. Pengolahan makanan dan kemasan

industri menghabiskan sekitar 15 % dari total biaya variabel pada bahan kemasan.

industri pengolahan makanan, mengurangi konsumsi protein hewani, impor bahan

baku dan bahan-bahan yang akan dikonversi di Amerika Serikat , dan kelangkaan

waktu untuk memilih / menyiapkan makanan dari bahan-bahan segar telah

meningkatkan inovasi dalam makanan dan minuman kemasan. Pencarian terus

untuk inovasi dalam makanan dan minuman kemasan sebagian besar didorong

oleh kebutuhan konsumen dan tuntutan dipengaruhi oleh perubahan tren global,

seperti peningkatan kehidupan harapan, organisasi sedikit investasi dalam

produksi pangan dan distribusi, dan regional berlimpah dan beragam makanan

supply (Brody, 2008).

Page 205: LAPORAN ALSIN FIX

205

C. Gambar, bagian, dan fungsi alat

Gambar 18.1 Alat Pengemasan Cup Sealer

Bagian utama pada alat :

1. Tuas : Menekan cup.

2. Switch thermo control : Mengatur suhu sesuai yang dikehendaki.

3. Switch sealing timer : Mengatur waktu sesuai yang diinginkan.

4. Indikator power : Mengetahui alat dalam keadaan hidup.

5. Indikator suhu : Mengetahui suhu dalam keadaan normal.

6. Indikator waktu : Mengetahui lamanya waktu menekan tuas.

7. Bagian pemanas : Untuk merekatkan cup.

8. Dudukan silinder : Untuk meletakkan silinder.

9. Silinder : Tempat gelas cup.

10. Colokan : Penghubung sumber panas.

D. PrinsipKerja

Prinsip kerja dari alat atau mesin cup sealer adalah memanaskan dan

mengeratkan tutup cup atau gelas.

Page 206: LAPORAN ALSIN FIX

206

E. MekanismeKerja

Mekanisme kerja alat atau mesin cup sealer adalah cup dan tutup

dipanaskan oleh mesin sehingga lengket.

F. Cara Kerja

Diulangi kembali jika tutup plastik belum sepenuhnya lengket. Ditekan

perlahan secara handle feeding

Dicatat waktu awal hingga akhir proses kerja mesin cup selaer

Mesin cup sealer disiapkan

Produk yang akan dikemas disiapkan

Gelas penampung produk disiapkan

Produk dimasukkan ke dalam gelas

Gelas ditutup dengan penutup plastik

Tuas penekan ditekan sehingga mesin dapat melengketkan plastik pada

gelas

Page 207: LAPORAN ALSIN FIX

207

G. Hasil dan Pembahasan

1. HasilPengamatan

Tabel 19.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran cup sealer

Kelompok Hasil

1 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

2 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

3 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

4 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

5 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

6 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

7 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

8 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran

9 Rapat dan rapi

10 Rapat dan rapi

Sumber : Laporan Sementara

2. Pembahasan

Cup sealer adalah alat untuk mengemas produk dalam cup plastik

dengan tutup plastik yang berasal dari jenis plastik pp. mekanisme kerja

dari cup sealer adalah memanaskan cup dan plastik penutup sehingga

antara cup dan plastik penutup merekat. Suhu yang digunakan dalam

pemanasan cup sealer adalah 175 C . Untuk sekali pengemasan

diperlukan waktu rata – rata 2 detik. Apabila cup sealer digunakan pada

suhu dibawah 175 C maka hasil pengemasan kurang maksimal.

Selain suhu yang harus optimum dalam pengoperasian cup sealer

juga diperhatikan lama pengemasan, pengemasan dengan cup sealer

Page 208: LAPORAN ALSIN FIX

208

jangan terlalu lama karena hasilnya malah membuat plastik penutup

meleleh. Hasil pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan,

dan keahlian dalam melakukan pengemasan. Cup sealer bisanya

digunakan untuk menutup kemasan, khususnya yang berbentuk gelas

plastik. Mesin ini sangat cocok untuk usaha di bidang minuman ringanm

yang kemasannya berbentuk gelas plastik.

Prinsip kerja dari alat atau mesin cup sealer adalah memanaskan

dan mengeratkan tutup cup atau gelas. Mesin cup sealer digunakan untuk

mengemas produk makanan dan produk cair, contoh dari produk tersebut

adalah minuman kemasan, minuman sari buah, jelly, minuman suplemen

dan lain-lain. Produk-produk tersebut dikemas menggunakan cup sealer

agar tidak terkontaminasi dengan udara luar dan dapat dikonsumsi

dikemudian hari. Mekanisme kerja dari cup sealer adalah merekatkan

pengemas pada suhu tertentu dengan cara memasukkan cup pada dudukan

cup kemudian ditekan dengan tuas cup.

Pada praktikum cup sealer didapatkan hasil tiap kelompok

berbeda-beda. Pada kelompok 1-8 didapatkan hasil kurang rapat, rapi dan

ada kebocoran. Pada kelompok 9 dan 10 didapatkan hasil rapat dan rapi.

Hasil pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya

lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, bahan yang

digunakan, penekanan pada saat perekatan dan keahlian dalam melakukan

pengemasan. Kerapian cup dipengaruhioleh lama waktu, suhu, besar

tekanan, kecermatan dan ketelitian individu.

Page 209: LAPORAN ALSIN FIX

209

H. Kesimpulan

Dari praktikum di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengemasan menggunakan Cup sealer bertujuan untuk mengemas produk

dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan kualitas produk dan

dapat dikonsumsi kemudian hari.

2. Faktor yang mempengaruhi kualitas pengemasan dengan cup sealer adalah

lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian

dalam melakukan pengemasan.

3. Mekanisme kerja alat adalah cup dan tutup dipanaskan oleh mesin

sehingga lengket.

4. Pada kelompok 1-8 didapatkan hasil kurang rapat, rapi dan ada kebocoran.

Pada kelompok 9 dan 10 didapatkan hasil rapat dan rapi. Hasil

pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya lama

pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, bahan yang

digunakan, penekanan pada saat perekatan dan keahlian dalam melakukan

pengemasan. Kerapian cup dipengaruhioleh lama waktu, suhu, besar

tekanan, kecermatan dan ketelitian individu.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 210: LAPORAN ALSIN FIX

210

DAFTAR PUSTAKA

Brody, Aaron L. 2008. Innovative Food Packaging Solutions. Journal Of Food

Science Vol. 73, Nr. 8.

Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran.

Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Deswita, Aloma K. K., Sudirman, dan Indra Gunawan. 2007. Modifikasi Polietilen

sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan. Jurnal

Sains Materi Indonesia Edisi Khusus Desember 2008, hsl 37-42 ISSN :

1411-1098. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), BATAN,

Tangerang.

Dewandari, K. T., I. Mulyawanti, dan D. Amiarsi. 2009. Pembekuan Cepat Puree

Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. J.

Pascapanen 6(1) 2009 : 27-33. Balai Besar Penelitian dan Pembangunan

Pascapanen Pertanian, Bogor.

Dewi, Eko Nurcahaya, dan Ratna Ibrahim. 2008. Mutu dan Daya Simpan Fillet

Dendeng Ikan Nila Merah yang Dikemas hampa Udara dengan Vacuum

Sealer Skala Rumah Tangga. Jurnal saintek Perikanan Vol. 4 No. 1 2008 :

7-15. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Mcswane, David. 2001. Essentials Of Food Safety And Sanitation. Universitas

Sebelas Maret.

Pambayun, Rindit. 1983. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Penerbit: Kanisius.

Universitas Sebelas Maret.

Page 211: LAPORAN ALSIN FIX

211

ACARA XX

PEMBOTOLAN (BOTTLING)

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari acara XX Pembotolan ini sebagai berikut :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pembotolan, bagian-bagian,

utama alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Efisiensi menjadi salah satu faktor pencapaian produktivitas suatu

perusahaan, baik dari segi bahan baku, kualitas, peralatan, serta kepedulian

terhadap lingkungan. Sebagai perusahaan satu-satunya yang menjalankan proses

pembotolan dan distribusi produk minuman ringan ternama di bagian Sumatera

Tengah, PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera selalu berupaya

meningkatkan produktivitas produksi, sehingga kinerja perusahaan dapat terus

dipertahankan. Melalui penelitian ini, dilakukan audit dan evaluasi terhadap

kinerja efisiensi proses produksi minuman ringan di PT Coca Cola Bottling

Indonesia Central Sumatera dengan tahapan melakukan pengukuran terhadap

efisiensi proses produksi dengan menggunakan 12 indikator Barbiroli secara

teknis dan ekonomis. Selain itu, juga dilakukan penentuan status efisiensi proses

produksi berdasarkan penilaian pakar secara kualitatif. Sebagai upaya

peningkatan efisiensi, direkomendasikan beberapa alternatif perbaikan melalui

penentuan prioritas dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process

(Hasan, 2013).

Pada proses pengolahan sari buah jeruk ini telah ditetapkan sebagai CCP

adalah sterilisasi botol dan tutup, pasteurisasi dan penyimpanan produk sari buah.

Sedangkan yang termasuk kategori CP yaitu sortasi, pencucian, penyaringan,

Page 212: LAPORAN ALSIN FIX

212

pencampuran, pembotolan, dan pendinginan. Dalam pelaksanaannya, proses

verifikasi sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui efektifitas

penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan

meningkatkan kualitas dan keamanan produk sari buah jeruk Siam

(Mulyawanti, 2010).

Dalam sistem pembotolan, proses pengisian bahan dan proses meletakkan

tutup botol merupakan bahagian utama dari keseluruhan sistem tersebut.

Kecepatan pemprosesan pada sistem pembotolan dikira semasa bahan

dimasukkan ke dalam botol hinggalah kepada proses meletakkan tutup botol.

proses pengisian bahan dan meletakkan tutup botol berlaku pada filling unit dan

capping unit. Kedua-dua unit berkenaan menggunakan sistem pneumatik dan

pengesan magnet. Atur cara yang digunakan pada kedua-dua proses ini

menggunakan atur cara gambarajah tangga (Sulaiman, 2009).

Proses pengemasan sirup ke dalam botol. Botol kaca dan tutup dicuci

bersih sebelum digunakan. Kemudian, botol kaca dan tutup direbus dalam air

mendidih selama 30 menit. Botol diangkat dari air panas, kemudian 100 mL

sirup dimasukkan ke dalam masing-masing botol, sirup segera ditutup dengan

penutup botol, kemudian botol berisi sirup ini dipanaskan dengan 2 metode yaitu

pasteurisasi pada suhu 70ºC selama 30 menit dan sterilisasi pada suhu 100ºC

selama 15 menit. Proses pembotolan dan sterilisasi dilakukan dengan metode

yang sama seperti pada pembuatan sirup rosela dengan bunga segar. kemudian

botol berisi sirup ini dipanaskan dengan 2 metode yaitu pasteurisasi pada suhu 70

ºC selama 30 menit dan sterilisasi pada suhu 100 ºC selama 15 menit

(Rienoviar, 2010).

Berdasarkan sifat fisik dan kimia, air kelapa berpotensi untuk diolah

menjadi minuman ringan dan sirup. Pembuatan minuman ringan pada dasarnya

terdiri atas tahap penyiapan bahan baku, penyaringan, pemanasan, pembotolan, ,

karbonasi dan pasteurisasi. Untuk memperoleh minuman ringan yang tahan

simpan perlu dilakukan perlakuan pemberian karbonat dan pemanasan bahan

Page 213: LAPORAN ALSIN FIX

213

baku, sedangkan pembuatan sirup, air kelapa dimasak bersama gula dengan

perbandingan yang sama. Minuman ringan dan sirup dari air kelapa, dapat

merupakan suatu usaha pengembangan produk. Pendayagunaan air kelapa, selain

menghasilkan produkproduk komersial, juga akan menunjang peningkatan

efisiensi pemanfaatan bahan baku dan nilai tambah komoditas kelapa

(Torar, 2010).

Penjualan air bottoled di Inggris telah tiga kali lipat dalam 5 tahun terakhir

sehingga pasar saat ini sekarang berjumlah 297 juta. sebagian, meningkatkan

pasar ini mungkin mencerminkan konser publik tentang keselamatan air keran di

Inggris. meskipun pasar yang besar untuk air mineral botol ada relatif sedikit

penyelidikan aspek kesehatan masyarakat dari produk ini (Hunter, 1993).

Konsumsi air minum kemasan meningkat di seluruh dunia. Sebelum

penelitian menunjukkan banyak konsumen percaya air minum kemasan nyaman

dan memiliki rasa yang lebih baik daripada air keran, meskipun laporan dari

sejumlah insiden kualitas air dengan botol air. Para penulis mengeksplorasi

faktor-faktor demografi dan sosial yang terkait dengan pengguna air minum

kemasan di Amerika Serikat dan hubungan antara penggunaan botol air dan

persepsi kualitas pasokan air setempat. Mereka menemukan bahwa konsumen AS

lebih mungkin untuk melaporkan botol air sebagai sumber air minum utama

mereka ketika mereka melihat bahwa air minum yang tidak aman. Selanjutnya,

mereka yang memberikan peringkat lebih rendah untuk kualitas air tanah mereka

lebih mungkin untuk secara teratur membeli botol air untuk minum dan

menggunakan botol air sebagai sumber air minum utama mereka (Hu, 2011).

Pembotolan adalah salah satu cara pengawetan makanan. Prinsip dasar

pengalengan dan pembotolan kurang lebih sama. Berbagai variasi yang terdapat

dalam pengalengan karena perbedaan dan faktor-faktor antara lain : macam bahan

disiapkan, bentuk dan struktur bahan, bahan untuk wadah baik kaleng maupun

botol atau botol, peralatan dengan pertimbangan ekonomis lainnya

(Makfoeld, 1982).

Page 214: LAPORAN ALSIN FIX

214

Vinegar bisa di pasteurisasi secara “bulk” atau setelah dibotolkan. Setelah

dibotolkan, pasteurisasi biasanya dilakukan pada suhu sekitar 60-660 C selama 30

menit, sehingga suhu vinegar didalam botol tidak kurang dari 600 C. ada beberapa

kesulitan pertama adalah karena vinegarnya ada di dalam botol, ini berarti bahwa

panas sebelum mencapai vinegar telah diserap oleh wadah itu sendiri. Kesulitan

kedua ialah disebabkan karena pemakaian botol sebagai wadah (Waluyo, 1990).

Untuk mengemas susu kedelai diperlukan botol kemasan yang telah di

sterrilkan pada tahap persiapan. Agar lebih efektif dan efisien, pelaksanaan

sterilisasi sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga selesai pada sesi yang

bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembotolan. Dengan demikian,

keduanya, baik susu kedelai maupun botol kemasannya masih sama-sama dalam

keadaan panas, sehingga setelah pengisian botol kemasan sapat langsung ditutup

rapat. Pengisian susu kedelai dilakukan hingga 99% dari volume maksimal botol

kemasan (Suprapti, 2005).

Sifat kimia dari gelas adalah inert (Tidak bereaksi), tetapi korosi dari

bagian tutupnya yang terbuat dari logam masih mungkin terjadi. Gelas terdiri dari

campuran oksida-oksida dan sebagian besar adalah silicon dioksisa(SiO2).

Penggunaan wadah dari gelas adalah terbatas karena gelas mudah pecah misalnya

karena tekanan dari dalam, benturan atau perbedaan panas yang mendadak yaitu

perbedaan suhu yang terlalu besar antara bagian dalam dan bagian luar

(Winarno, 1984).

Page 215: LAPORAN ALSIN FIX

215

C. Gambar, bagian, dan fungsi alat

Gambar 20.1 Alat atau Mesin Bottling

Bagian Utama dan Fungsi

a. Bottle corp = menggerakkan tutup botol,

b. Tuas penekan = menekan tutup botol,

c. Pegas = mengembalikan posisi tuas penekan,

d. Standar cup = tempat meletakkan botol,

e. Mur pengatur = mengatur ketinggian.

D. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari alat atau mesin bottle corp adalah merapatkan dan menutup

botol.

E. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja alat atau mesin bottle corp adalah meletakkan bahan atau

produk dalam botol yang akan dibotolkan lalu diletakkan pada standar (tempat

untuk bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu penekan.

a

d

b

c

e

Page 216: LAPORAN ALSIN FIX

216

F. Cara Kerja

G. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 20.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran bottle corp

Kelompok Hasil

1 Bagus dan rapi

2 Bagus dan rapi

3 Bagus dan rapi

4 Bagus dan rapi

5 Rapat dan rapi

6 Rapat, tidak ada

kebocoran

Botol disiapkan

Diisi bahan

Masukkan bahan kedalam botol

Meletakkan botol pada tempat yang disediakan

Penutup botol diatur

Botol ditekan dengan sumbu penekan

Dicatat dan diamati kerapatan botol

Page 217: LAPORAN ALSIN FIX

217

7 Rapat dan rapi

8 Rapat dan rapi

9 Rapat dan rapi

10 Bagus, rapat, dan rapi

Sumber : Laporan Sementara

2. Pembahasan

Pembotolan adalah proses penutupan sebuah kemasan dalam bentuk

botol. Tahap-tahap kerja dari mesin ini adalah mempersiapkan botol yang

telah diisi. Kemudian letakkan botol dan tutup botol pada tempat yang telah

disediakan, kemudian penutup botol diatur. Botol ditekan dengan sumbu

penekan.

Prinsip kerja dari alat atau mesin bottle corp adalah merapatkan dan

menutup botol. Bahan yang digunakan yaoitu botol minuman, makanan,

kecap, susu, dll. Contoh produk yang dihasilkan adalah botol kecap, coca-

colla, dll. Mekanisme kerja alat atau mesin bottle corp adalah meletakkan

bahan atau produk dalam botol yang akan dibotolkan lalu diletakkan pada

standar (tempat untuk bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu

penekan. Tujuan dari pembotolan ini adalah untuk mencegah kontaminasi

dengan udara luar atau angin, sebab udara selain ada kadar airnya bisa

memindahkan mikroba, dan air maupun menyuburkan pertumbuhannya.

Setelah melaksanakan praktikum pembotolan, setiap kelompok

mendapatkan hasilnya. Hasil dari kelompok 1-4 adalah bagus dan rapi. Hasil

dri kelompok 5 7 8 9 adalah rapat dan rapi. Hasil dari kelompok 6 adalah

rapat dan tidak ada kebocoran. Hasil dari kelompok 10 adalah bagus, rapat,

dan rapi.

Faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah kecermatan dalam

penekanan pada saat tuas penekan ditekan kebawah, tingkst kerapatan

Page 218: LAPORAN ALSIN FIX

218

dipengaruhi oleh kondisi botol. Dsn tingkat penekanan. Pada pembotolan

yang perlu diperhatikan adalah ketepatan penempatan tutup botol sebelum

dipacking dan waktu untuk menutup dan merapikan botol.

H. Kesimpulan

Kesimpulan dari acara pembotolan antara lain yaitu :

1. Prinsip kerja dari pembotolan adalah mutup dan merapikan bahan yang akan

dibotolkan

2. Faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah kecermatan dalam penekanan

pada saat tuas ditekan kebawah, tingkat kerapatan diprngaruhi oleh kondisi

botol, dan tingkat penekanan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah suhu, waktu, kekuatan

tekanan, ketelitian, penempatan produk.

4. Hasil dari kelompok 1-4 adalah bagus dan rapi. Hasil dri kelompok 5 7 8 9

adalah rapat dan rapi. Hasil dari kelompok 6 adalah rapat dan tidak ada

kebocoran. Hasil dari kelompok 10 adalah bagus, rapat, dan rapi.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 219: LAPORAN ALSIN FIX

219

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Alizar. 2013. Audit efisiensi pada proses produksi minuman ringan di pt coca

cola bottling indonesia (ccbi) central sumatera. Jurnal Optimasi Sistem

Industri, Vol. 12 No. 2, Oktober 2013:358-368. Hu, Zhihua. 2011. Bottled Water: United States Consumers and Their Perceptions of Water

Quality. Int. J. Environ. Res. Public Health 2011, 8, 565-578.

Hunter, R, P. 1993. The microbiology of bottled natural mineral waters. Journal of

applied bacteriology 1993, 74, 345-352.

Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.

Yogyakarta .

Mulyawanti, Ira. 2010. Studi penerapan haccp pada pengolahan sari buah jeruk siam

(Studi Kasus di Citrus Centre Kab. Sambas, Kalbar).

Rienovar, 2010. Penggunaan asam askorbat (vitamin c) untuk meningkatkan daya

simpan sirup rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.). Hasil Penelitian Industri

Volume 23, No. 1, April 2010.

Suprapti, Liens, M. 2005. Kembang tahu dan susu kedelai. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Sulaiman, Riza. 2009. Rekabentuk dan Implementasi Sistem Automasi Pembotolan

MAPS menggunakan Programmable Logic Controller, PLC. Sains

Malaysiana 38(2)(2009): 281–286. Torar, J, Daniel. 2010. Adopsi Teknologi dan Analisis Finansial pada Pengolahan

Minuman Ringan dan Sirup Air Kelapa di Kabupaten Minahasa. Buletin

Palma No. 38, Juni 2010. Waluyo, Sugeng. 1990. Beberapa aspek tentang pengolahan vinegar. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Winarno, G, F. 1984). Pengantar teknologi pangan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Page 220: LAPORAN ALSIN FIX

220

ACARA XXI

SEALER

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari acara XXI sealer ini sebagai berikut :

1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk sealer, bagian-bagian, utama

alat berikut fungsinya.

2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.

3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat

sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.

B. Tinjauan Pustaka

Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan

perdagangan yang semakin tajam adalah melauin desain kemasan. Daya tarik

suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan pemicu

karena ia langsung berhadapan dengan koncumen. Karena itu kemasan harus

dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif, dalam hai ini

membeli produk karena tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk menciptakan

penjualan (Cenadi, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dendeng

fillet ikan Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,

setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,

kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P<0,05)

bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong plastik

polyethylene.Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang

nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna, bau,rasa dan

konsistensi (Dewi, 2008).

Pengemasan merupakan salah satu cara memberiakn kondisi yang tepat

bagi pangan untuk mempertahankan mutunya dalam jangka waktu yang

diinginkan. Fungsi utama pengemasan, antara lain menjaga produk pangan akibat

Page 221: LAPORAN ALSIN FIX

221

kontaminasi, melindungi pangan terhadap kerusakan fisik, dan menghambat

kerusakan mutu. Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk melindungai

produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi, dan

kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi kecenderungan

bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak. Plastik polirtrlin dibuat dengan

proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri

arang dan minyak. Polietelin merupakan jenis plastik yang paling banyak

digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya yang mudah dibentuk, tahan

terhadap berbagai bahan kimia, penampakannya jernih, dan mudah digunakan

sebagai laminasi (Dewandari, 2009).

Pengemasan atau vacum sealer merupakan suatu cara dalam memberikan

kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian

membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar dari pada yang biasanya

diketahui . industri pangan cenderung untuk membedakan antara proses

pengalengan dan pembotolan disatu pihak dan apa yang disebut dengan

pengemasan yang berarti metoda lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini

merupakan perbedaan nyata antara metoda pengolahan pangan yang

mengikutsertakan sterilisasi atau pasteurisasi terhadap metoda pengawetan

lainnya termasuk dehidrasi dan pembekuan cepat (Buckle, 1986).

Bentuk kemasan tergantung pada selera atau permintaan konsumen.

Pengemas yang dapat dan umum digunakan adalah gelas plastik, kantong plastik

duduk, kantong plastik biasa, atau pun kaleng. Namun jenis bahan pengemasan

sebaiknya dipilih yang terbuat dari bahan yang dapat dipanaskan (retortable).

Pengemasan dalam gelas plastik memerlukan alat penutup yang baik agar tidak

bocor. Pengemasan kantong plastik memerlukan alat perekat ( Pambayun, 1983).

Pengemasan aktif melibatkan suatu bahan yang berinteraksi dengan

lingkungan gas internal untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan.

Teknologi ini secara kontinu memodifikasi lingkungan gas (dan berinteraksi

dengan permukaan bahan pangan) dengan cara menghilangkan gas dari atau

Page 222: LAPORAN ALSIN FIX

222

menambah gas ke headspace dalam suatru kemasan. Konsep memperpanjang

umur simpan dengan mengendalikan gas bukanlah hal baru (Darsam, 1998).

Pembukusan adalah kata indonesi ayang disebut dengan bahasa inggris

“sealer” yaitu kegiatan menempatkan produk ke dalam wadah. Produsen atau

pemasar untuk disampaikan kepada konsumen. Pembungkusan berbeda dengan

pengepakan, karena pengepakan ialah kegiatan penempatan ke dalam

wadah/bungkus yang ditujukan untuk memudahkan pengiriman aatau

pengangkutan dengan maksud untuk melindungi atau menjaga barang itu selama

perjalanan saja (Sigit, 1982).

C. Gambar, bagian, dan fungsi alat

Gambar 21.1 Alatatu Mesin Sealer

Bagian Utama dan Fungsi :

1. Dudukan = meletakkan plastik yang akan direkatkan,

2. Alat pemanas = memanaskan plastik yang akan direkatkan,

3. Heat = menekan plastik yang akan direkatkan dari atas ke bawah,

4. Tuas = mempermudah menekan plastik dari atas,

5. Stop kontak = menyambungkan alat dengan listrik.

Page 223: LAPORAN ALSIN FIX

223

D. PrinsipKerja

Prinsip kerja alat atau mesin sealer adalah menjepit plastik dengan merubah

energi listrik menjadi energi panas.

E. MekanismeKerja

Mekanisme kerja alat sealer adalah stop kontak disambungkan dengan

listrik. Lalu sealer dipasnaskan, bahan dimasukkan dalam plastik yang masih

terbuka. Kemudian plastik diletakkan pada dudukan, lalu ditekan dengan heat,

kurang lebih 1 menit. Kemudian jika sudah rapat dilepas.

F. Cara Kerja

G. Pembahasan

sealer adalah suatu cara untuk mencegah kontaminasi bahan makanan

dengan udara luar atau angin, sebab udara selain ada kadar airnya bisa

memindahkan mikroba, dan air maupun menyuburkan pertumbuhannya. Asam-

asam keras, garam-garam racun dapat dicegah dengan cara pengemasan ini.

Sealer dipanaskan

Bahan dimasukan dalam plastik terbuka

diletakkan pada dudukan

Heat ditekan kurang lebih 1 menit

Jika sudah rapat dilepaskan

Stop kontak dihubungkan dengan listrik

Page 224: LAPORAN ALSIN FIX

224

Karena selain bisa meracuni pemakai, pada batas tertentu justru bisa memacu

pertumbuhan mikroba.

Prinsip kerja alat atau mesin sealer adalah menjepit plastik dengan

merubah energi listrik menjadi energi panas. Bahan yang digunakan adalah

plastik,alumunium foil,dll. Contoh produk yang dihasilkan berupa kemasan

kemasan makanan yang pembungkusnya terbuat dari bahan plastik.

Mekanisme kerja alat sealer adalah stop kontak disambungkan dengan

listrik. Lalu sealer dipasnaskan, bahan dimasukkan dalam plastik yang masih

terbuka. Kemudian plastik diletakkan pada dudukan, lalu ditekan dengan heat,

kurang lebih 1 menit. Kemudian jika sudah rapat dilepas.

Dari kualitas sealer ada juga beberapa faktor kualitas hasil mesin sealer

atau pengemasan. Faktor diantaranya lama pengemasan, suhu yang digunakan

dalam pengemasan, bahan yang digunakan, penekanan pada saat perekatan dan

keahlian dalam melakukan pengemasan. Kerapian kemasan dipengaruhi oleh

lama waktu, suhu, besar tekanan, kecermatan dan ketelitian individu.

H. Kesimpulan

Dari percobaan sealer di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

a. Pengemasan atau sealer adalah suatu cara untuk mencegah kontaminasi bahan

makanan dengan udara luar atau angin, sebab udara selain ada kadar airnya

bisa memindahkan mikroba, dan air maupun menyuburkan pertumbuhannya.

b. Prinsip kerja alat atau mesin sealer adalah menjepit plastik dengan merubah

energi listrik menjadi energi panas.

c. Faktor yang mempengaruhi kualitas sealer diantaranya lama pengemasan,

suhu yang digunakan dalam pengemasan, bahan yang digunakan.

I. Saran

Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di

rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.

Page 225: LAPORAN ALSIN FIX

225

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, 1989. Ilmu pangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran.

Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Darsam. Dan muchtar afandi. 1998, petunjuk praktek alat/ mesin pengolahan hasil

pertanian. Penerbit UNS perss. Surakarta.

Deswita, Aloma K. K., Sudirman, dan Indra Gunawan. 2007. Modifikasi Polietilen

sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan. Jurnal

Sains Materi Indonesia Edisi Khusus Desember 2008, hsl 37-42 ISSN :

1411-1098. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), BATAN,

Tangerang.

Dewandari, K. T., I. Mulyawanti, dan D. Amiarsi. 2009. Pembekuan Cepat Puree

Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. J.

Pascapanen 6(1) 2009 : 27-33. Balai Besar Penelitian dan Pembangunan

Pascapanen Pertanian, Bogor.

Dewi, Eko Nurcahaya, dan Ratna Ibrahim. 2008. Mutu dan Daya Simpan Fillet

Dendeng Ikan Nila Merah yang Dikemas hampa Udara dengan Vacuum

Sealer Skala Rumah Tangga. Jurnal saintek Perikanan Vol. 4 No. 1 2008 :

7-15. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Pambayun, Rindit. 1983. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Penerbit: Kanisius.

Universitas Sebelas Maret.

Sigit, Soehardi. 1982. Marketing Praktis. Penerbit Ammurita. Yogyakarta.