Upload
taufik-rahman
View
435
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan non-bank merupakan lembaga keuangan yang
lebih banyak jenis produk nya dari lembaga keuangan bank. Masing-masing
lembaga keuangan non-bank memiliki ciri-ciri usahanya sendiri. Lembaga
keuangan non bank terdiri dari lembaga keuangan berdasarkan syariah, dan
lembaga keuangan yang bersifat konvensional. Khusus untuk lembaga
keuangan syariah non-bank secara operasional dibina dan diawasi oleh
Depertemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan
pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah
dilakukan oleh Dewan Syariah MUI.
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan
lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa
menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok
masyarakat yang tidak terfasilitasi yakni:
1. Masyarakat yang secara legal dan administratif tidak memenuhi kriteria
perbankan. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank menyebabkan
sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil
dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam
Negara-negara muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat
memegang dana yang cukup besar.
2. Masyarakat yang bermodal kecil namun memiliki keberanian dalam
mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok masyarakat ini akan memilih
reksa dana atau mutual fund sebagai jalan investasinya.
3. Masyarakat yang memiliki modal besar dan keberanian dalam mengambil
resiko usaha. Biasanya kelompok ini akan memilih pasar modal atau
investasi langsung sebagai media investasinya.
1
4. Masyarakat yang menginginkan jasa keuangan non-investasi, misalnya
pertanggungan terhadap resiko kekurangan likuiditas dalam kasus darurat,
kebutuhan dana konsumtif jangka pendek, tabungan hari tua, dan
sebagainya. Kesemua produk tersebut tidaklah ditawarkan oleh perbankan
(karena regulasi perbankan yang juga membatasinya). Sebagai
alternatifnya, kelompok masyarakat tersebut akan menggunakan jasa
asuransi, pegadaian dan dana pension sebagai pilihan investasinya.
Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia
(BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah.
Operasinalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyakat kecil dan
menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga
keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk
mengatasi hambatan operasioanal daerah.
Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup
serba berkecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah.
Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam tetapi
juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran
BMT agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut.
BMT merupakan lembaga mikro yang biasanya memiliki pangsa pasar
masyarakat menengah ke bawah, yang kegiatannya mengembangkan usaha-
usaha produktif dan investasi dengan meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil ke bawah dengan menggunakan Pembiayaan Dalam
Konsep Syariah.
Strategi pengembangan BMT adalah membantu pengusaha kecil
maupun penambahan modal kepada pengusaha untuk tujuan menunjang
perekonomiannya secara garis besar.dan juga menyelamatkan masyarakat dari
transaksi yang mengandung riba serta mendirikan, membangun dan
mengembangkan BMT merupakan amal Sholih serta sekaligus melaksanakan
dakwah.
2
Didalam BMT sendiri mempunyai dana ZIS yang berfungsi sebagai
berikut :
1. Pemberdayaan ZIS
2. Pemberdayaan ekonomi umat
3. Untuk kegiatan sosial kemanusiaan
4. Untuk peduli pendidikan seperti, beasiswa untuk anak yatim
5. Kesejahteraan umat untuk melakukan usaha
6. Untuk dakwah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
LEMBAGA KEUANGAN DAN JASA SYARIAH
BAITUL MAAL WAT TAMWIL
A. Pengertian BMT
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha
Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil,
dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan
kaum fakir miskin.
Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi:
1. Baitut Tamwil (bait = rumah, at-tamwil = pengembangan harta) melakukan
kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya.
2. Baitul Maal (bait = rumah, maal = harta) menerima titipan dana Zakat,
Infaq dan Shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.
B. Fungsi BMT
1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang
tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak
yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan
dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang
sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban
suatu lembaga/perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi
pendapatan kepada para pegawainya.
4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai
risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
4
Tantangan yang berat yang di hadapi bangsa ini adalah masalah
kebodohan dan kemiskinan, dengan lahirnya lembaga Baitul Maal Watamwil
(BMT) memberi titik terang bagi usaha menengah dan mikro. BMT
merupakan lembaga keuangan non-bank yang beroperasi dengan sistem
syariah. Ciri khas dari BMT adalah memadukan antara layanan sosial dengan
layanan komersial serta menerapkan sistem bagi hasil yang sangat sesuai
dengan kebutuhan para pelaku usaha mikro kecil.
Dalam siklus ekonomi Islam, BMT dapat pula dikatagorikan koperasi
syariah yakni lembaga ekonomi yang berfungsi untuk menarik, mengelola dan
menyalurkan dana dari oleh dan untuk masyarakat. Selain merupakan lembaga
pengelola dana masyarakat yang memberikan pelayanan tabungan, pinjaman
pembiayaan, BMT juga mengelola dana sosial. Semua produk pelayanan dan
jasa BMT dilakukan menurut ketentuan syariah yakni bagi hasil.1
Dalam melaksanakan kegiatannya, BMT mempunyai azaz, landasan,
visi, misi, fungsi dan prinsip-prinsip serta ciri khas yang dimilki oleh BMT
sebagai lembaga keungan syariah non-bank yang mempunyai legalitas dan
badan hukum. BMT didirikan secara berproses dan bertahap yang dimulai dari
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).2
Sasaran utama kegiatan BMT adalah pada kegiatan usaha produktif dan
investasi, dengan memadukan fungsi Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul
Maal adalah lembaga non komersil yang fungsinya sebagai mediator antara
penyaluran zakat, infak dan shadaqoh dengan para mustahik. Baitul Tamwil
adalah lembaga komersil yang berfungsi sebagai mediator antara masyarakat
yang memiliki kelebihan dana dengan masyarakat yang memiliki kekurangan
dana untuk usaha yang produktif.3
Baitul Mal Wattamwil (BMT) mulai popular di perbincangkan oleh
insan perekonomian terutama dalam perekonomian Islam. Sejak krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, BMT telah mulai tumbuh
1 Hendi Suhendi, 2004:292 Ahmad Rodoni, 2008:603 Ibid
5
menjadi altrenatif pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia.
Perkembangan BMT hingga saat ini cukup menggembirakan.
Hingga kini tercatat terdapat 3000 BMT tersebar di seluruh Nusantara
dengan jumlah nasabah mencapai lebih dari 2 juta jiwa. Lembaga keuangan
non perbankan ini mengenalkan konsep bagi hasil dalam akad kerja sama
dalam bentuk akad mudharobah dan musyarakah dan konsep jual-beli yakni
murabahah. Oleh karenanya, kedudukan BMT sangat strategis, apalagi pangsa
pasar di bidang permodalan usaha masih di dominasi oleh Usaha kecil
Menengah (UKM) yang jumlahnya jutaan orang dibandingkan dengan jumlah
usaha-usaha besar.4
BMT sebagai lembaga keuangan non-bank yang hampir sama
fungsinya dengan bank, yaitu memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan
dananya. Pada awalnya dana BMT diperoleh dari para pendiri berbentuk
simpanan pokok khusus, untuk menambah dana BMT, para anggota biasanya
menyimpan simpanan wajib, simpanan pokok dan jika ada simpanan sukarela
yang semuanya itu akan mendapatkan bagi hasil keuntungan dari BMT. Oleh
karena itu BMT memiliki kewajiban untuk membayar bagi hasil terhadap
anggota, maka BMT melakukan usaha dalam bentuk menyalurkan dana.
Penyaluran dana atau yang disebut dengan pembiayaan tersebut diberikan
kepada anggota yang mengajukan permohonan pembiayaan. (Andri
Suenasabah, 2009:458).
Pada masa awal berdirinya bank syariah di Indonesia, payung hukum
bank syariah saat itu-UU No.7 tahun 1992-hanya menyebut bank syariah
secara implisit. Bank syariah “disinggung” di pasal 6 ayat (m) yang
menyebutkan perbankan bisa menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil. Dari definisi itu dapat diambil benang merah
bahwa bank syariah memang diasosiasikan sebagai bank bagi hasil. Sehingga
bisa dibilang bahwa pembiayaan bagi hasil merupakan inti dari pembiayaan
bank syariah.5
4 (http://www.khilafah1924.org/index.di unduh 26 February 2011)5 Muhammad, 2007:25
6
Sayangnya, meskipun pembiayaan bagi hasil merupakan pembiayaan
primer pada bank syariah porsi pembiayaan ini masih kalah dibandingkan
dengan pembiayaan berdasarkan skema jual-beli (murabahah). Berdasarkan
Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, per Oktober 2009 total
pembiayaan perbankan syariah mencapai 45,3 triliun dimana porsi pembiayaan
musyarakah mencapai 6,4 triliun atau 14,1% dari total pembiayaan. Sedangkan
pembiayaan mudharabah hanya sebesar Rp 10,2 triliun atau 22,5 %.
Bandingkan dengan pembiayaan murabahah yang mencapai Rp 25,5 triliun
atau porsinya sebesar 56,3%.6
6 (http://ekonomi.kompasiana.com) Diunduh tanggal 26 February 2011).
7
BAB III
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
A. Stuktur Lembaga
a. Baitut Tamwil Muhamadiyah Ta’awun
Lembaga keuangan Islam, Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM)
Ta'awun yang berlokasi di Jalan Sultan Adam, Kayu Tangi, Kota
Banjarmasin, didirikan pada maret 16 Meret 2002. Lembaga keuangan mikro
islam ini bernomor badan hukum: 09/BH/07/KUKM-1/KOPNAKER. Sejak
diefektifkan beroperasinya Maret 2002 hingga kini sudah menunjukkan
kemajuan yang sangat menggembirakan. Bayangkan saja, dari tahun 2002
sampai 2003 dari modal yang hanya sekitar Rp.7 juta sudah menunjukkan
angka aset sekitar Rp 400 juta.
Lembaga keuangan tersebut mampu cepat berkembang berkat
pertumbuhan dana pihak ketiga terutama dalam bentuk tabungan, per April
2003 sebesar Rp. 252 juta dan penambahan modal menjadi sebesar Rp.128
juta. Sedangkan total dana tersalur untuk pengusaha kecil sebesar Rp.830
juta, dengan membukukan pendapatan per Januari 2003 mencapai Rp 62 juta.
Dan pada tahun 2012-2013 BTM Ta’awun mampu mendapatkan aset sekitar
Rp. 946 juta.
Lembaga keuangan yang dikelola belasan staf muda profesional itu
memiliki visi menjadi lembaga keuangan mikro yang membangun kekuatan
ekonomi ummat atau masyarakat kecil yang mandiri dan tangguh
berdasarkan prinsip syariah.
Sedangkan misi lembaga keuangan itu adalah mengembangkan
kualitas ekonomi dan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, salah satunya melalui pengembangan permodalan
masyarakat melalui penggalakan kegiatan menyimpan dan pembiayaan di
BTM.
Kegiatan BTM Ta'awum digali dari ajaran Islam yang mengajarkan
setiap ummatnya untuk berkarya secara baik, bertransaksi secara adil,
8
bekerjasama secara jujur, serta usaha pinjam-meminjam untuk saling
menolong bukan mengeksploitasi. Kegiatan lembaga keuangan ini sebagai
bagian dari ta'awun alal birriwat taqwa atau tolong menolong untuk kebaikan
dan ketaqwaan. BTM Ta'wun sering menjadi tempat magang bagi pengelola
lembaga keuangan mikro lainnya ataupun dari kalangan mahasiswa.
Selain itu, BTM Ta’awun berpengalaman kerjasama dengan
distributor tepung terigu Bogasari dalam rangka pembinaan kelompok usaha
roti dan mie di Kota Banjarmasin di tahun 2003. BTM Ta’awun juga
menjalankan usaha pupuk bagi para petani di daerah marabahan sampai
sekarang.
BTM Ta’awun kini membuka dua kantor kas, yaitu berlamat di jl.
Pangeran, RT. 2 No. 18 Banjarmasin dan di Jalan Kelayan B. Timur, Rt. 12
No. 86 Banjarmasin. BTM Ta’awun mempunyai sebuah slogan yaitu”
Bersama Menuju Ridho Ilahi”.
Produk-produk yang ditawarkan oleh BTM Ta’wun ada dalam bentuk
tabungan dan pembiayaan Murabahah. Dalam bentuk tabungan diantaranya
adalah Sisuka ( simpanan Suka Rela Berjangka), Tasbih ( Tabungan Bisa
Diraih), Tasaqur ( tabungan Persiapan Qurban), dan Tawadhu ( Tabungan
Wadiah Ummat). Semua produk tersebut dilaksankan dengan menggunakan
akad-akad syariah, diantaranya Murabahah, Mudharabah, Wakalah, Wadi’ah
dan Syirkah.
9
b. Struktur Organisasi BTM Ta’awun
STRUKTUR LEMBAGA KJKS BTM MUHAMADIYAH
TA’AWUN BANJARMASIN
10
KETUA PENGURUS
MUHAMMAD MA’MUN, A.Ma
KEPALA CABANG
MAHYUNI, A.MdBENDAHARA
JAUHARATUL
BADI’AH, S.E
SEKRETARIS
HANAFI AS, A.Ma
KABID OPERASIONAL
FARIDAHKABID MARKETING
WARDHATI, S.Hut
INTERNAL KONTROL
FAHRUL RAZI, A.MaKEPALA UNIT 1
A.MALIKURRAHMAN
KEPALA UNIT II
AGUS MUSLIM
PETUGAS DINAS LAPANGAN I
RAMA
PETUGAS DINAS LAPANGAN II
FADLIANSYAH
PETUGAS DINAS LAPANGAN
HASAN, A.Md
KASIR
SRI AGUSTINI
BMT atau yang digunakan Yayasan Muhammadiyah dengan sebutan
BTM Muhammadiyah Ta’awun merupakan sebuah lembaga keuangan yang
mana sistem operasionalnya berdasarkan prinsip syariat islam. BTM ini lahir
sebagai salah satu solusi alternatif dikalangan masyarakat muslim karena
adanya pertentangan mengenai bunga atau riba, serta untuk melindungi
masyarakat dari bahaya rentenir yang selama ini cukup meresahkan.
Sebagai realisasinya, kini BTM Muhammadiyah Ta’awun mulai
menjalin kerjasama dengan para pedagang yang ada dipasar di daerah
banjarmasin serta warung-warung produktif terutama dalam hal pembiayaan.
Tentunya dengan sistem bagi hasil serta angsuran yang ringan dan mudah.
Sehingga kehadiran BTM Ta’awun Muhammadiyah diharapkan mampu
membantu ummat khususnya bagi jema’ah Muhammadiyah dalam
meningkakan perekonomian serta terbebas dari praktik bunga ataupun riba
menuju kehidupan yang penuh berkah.
Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang mempunyai salah satu
tujuan untuk mengangkat perekonomian masyarakat produktif khususnya
para pengusaha kecil serta memberikan alternatif simpanan yang halal
maupun bebas riba, maka BTM Ta’awun Muhammadiyah mengeluarkan
produk-produk diantaranya, dalam Peghimpunan Dana, (Simpanan suka rela
berjangka, Tabungan wadiah ummat, Tabungan santri bisa diraih, Tabungan
persiapan qurban). Dalam Pembiayaan atau Penyaluran Dana, (Mudharabah
dan Murabahah)
BTM Ta’awun Muhammadiyah menyalurkan dananya dengan
berbagai akad pembiayaan, dan yang menjadi target utama atau nasabahnya
adalah pedagang pasar di Banjarmasin dan sekitarnya. Hal ini dapat kita lihat
dalam Daftar Jumlah Nasabah dan Tabel Pembiayaan periode Tahun 2012-
2013
11
Tabel 1
Daftar Jumlah Nasabah Periode Tahun 2012-2013
Keterangan Nasabah2012 2013
Pembiayaan 480 80Tabungan 513 150Jumlah 993 230
Tabel 2
Pencapaian Pembiayaan dan Tabungan Periode Tahun 2012-2013
(Dalam Rp)
Jenis AkadTahun Buku Jumlah Total Aset
2012 2013
946.000.000Murabahah 240.000.000 40.000.000Mudharabah 500.000.000 166.000.000
Jumlah 740.000.000 206.000.000
Sumber : BTM Ta’awun Muhammadiyah, 26, Januari, 2013
Salah satu pembiayaan yang telah banyak memberikan kontribusi
dalam menghasilkan keuntungan bagi BTM Ta’awun Muhammadiyah adalah
pembiayaan murabahah. Ini merupakan suatu masalah baru khusus nya di
kawasan Jl. Sultan Adam Kayu Tangi. Sebelum BTM Ta’awun
Muhammadiyah berdiri, pengusaha-pengusaha kecil banyak mengajukan
pembiayaan untuk modal kerjanya ke Bank Konvensional, bahkan ada juga
ke Rentenir.
Dengan modal awal yang terkumpul sekitar 7 juta rupiah, BTM
Ta’awun Muhammadiyah mulai melaksanakan operasionalnya pada bulan
maret 2002 dengan badan hukum menginduk pada K0PNAKER. Selain itu,
operasional BTM pada waktu itu tidak dalam ruang lingkup besar akan tetapi
hanya dalam ruang lingkup Jama’ah Muhammadiyah saja. Dengan situasi
dan keadaaan yang seadanya serta sederhana ditambah juga pembukuannya
masih secara manual.
Dengan perkembangan seperti itu, untuk mengoptimalkan pelayanan,
tentunya sarana pun harus mendukung. Maka dari itu sejak beroperasional
12
kepasar, pembukuannya pun sudah menggunakan komputerisasi, begitu pula
dengan printer pass book dan peralatan lainnya yang mendukung. Bahkan
untuk memudahkan para nasabah yang sebagian besar adalah para pedagang,
praktek menyimpan dan mengambil tabungannya pun dilakukan ditempat
nasabah.
Dengan bimbingan dan Ridho Allah swt, tentunya BTM Ta’awun
Muhammadiyah berharap dapat lebih baik lagi. Sehingga banyak anggota
masyarakat yang merasa terbantu dan merasakan manfa’atnya. Apalagi BTM
Ta’awun Muhammadiyah mempunyai motto “Bersama Menuju Ridha Ilahi”.
B. Struktur Organisasi
Pelaksana operasional harian BTM. Pengelola terdiri dari ketua
pengurus, Manajer, Pembiayaan, Administrasi pembukuan, teller,
Penghimpunan Dana dan account officer atau petugas dinas lapangan.
Manajer, bertugas:
1. Memimpin operasional BTM sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum
yang digariskan oleh pengurus.
2. Membuat rencana kerja tahunan, bulanan, dan mingguan, yang meliputi :
Rencana pemasaran.
Rencana pembiayaan.
Rencana biaya operasi.
Rencana keuangan.
Laporan Penilaian Kesehatan BTM
3. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang
digariskan oleh pengurus,
4. Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh stafnya.
5. Membuat laporan bulanan, tahunan, penilaian kesehatan BTM serta
mendiskusikannya dengan pengurus, berupa:
Laporan pembiayaan baru.
13
Laporan perkembangan pembiayaan.
Laporan keuangan, neraca, dan Laba Rugi
Laporan Kesehatan BTM
6. Membina usaha anggota BTM, baik perorangan maupun kelompok.
Bagian Pembiayaan, bertugas:
1. Melakukan pelayanan dan pembinaan kepada peminjam.
2. Menyusun rencana pembiayaan.
3. Menerima berkas pengajuan pembiayaan.
4. Melakukan Analisis pembiayaan.
5. Mengajukan berkas pembiayaan hasil Analisis kepada komisi pembiayaan.
6. Melakukan administrasi pembiayaan.
7. Melakukan pembinaan anggota pembiayaan agar tidak macet.
8. Membuat laporan perkembangan pembiayaan
Bagian Administrasi dan Pembukuan, bertugas:
1. Menangani administrasi keuangan.
2. Mengerjakan jurnal dan buku besar.
3. Menyusun neraca percobaan.
4. Melakukan perhitungan bagi hasil/bunga simpanan.
5. Menyusun laporan keuangan secara periodik.
Bagian Teller/Kasir, bertugas :
1. Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar (kasir).
2. Menerima/menghitung uang dan membuat bukti penerimaan.
3. Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah manajer.
4. Melayani dan membayar pengambilan tabungan.
5. Membuat buku kas harian.
6. Setiap awal dan akhir jam kerja menghitung uang yang ada.
Bagian Penghimpunan Dana, bertugas :
1. Melakukan kegiatan Penghimpunan tabungan anggota/masyarakat.
2. Menyusun rencana Penghimpunan tabungan.
3. Merencanakan pengembangan produk-produk tabungan.
4. Melakukan Analisis data tabungan.
14
5. Melakukan pembinaan anggota penabung.
6. Membuat laporan perkembangan tabungan.
7. mendiskusikan strategi Penghimpunan dana bersama manajer dan
pengurus
Bagian Pembinaan Anggota, bertugas :
1. Memberikan pembinaan kepada anggota mengenai:
Administrasi dan kualitas usaha anggota.
Pengembangan skala usaha anggota.
2. Sebagai motivator usaha anggota.
3. Membina Sumberdaya Manusia Anggota.
C. Sistem Penggajian
Di BTM Ta’awun Muhammadiyah, sistem penggajian adalah bulanan.
Jadi para karyawan BTM Ta’awun Muhammadiyah setiap bulannya
menerima gaji.
D. Disiplin Kerja Karyawan
Semua karyawan di BTM Ta’awun Muhammadiyah bekerja sesuai
pekerjaannya Dan memenuhi semua kriteria yang ada BTM Ta’awun
Muhammadiyah. Dimulai dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 16.00 WITA,
karyawan BTM Ta’awun Muhammadiyah dapat menyelesaikan semua
pekerjaannya.
Jadwal masuk kerja di BTM Ta’awun adalah dari hari senin sampai
jum’at. Sedangkan jam masuknya adalah jam 08.00 – 12.00. kemudian
istirahat sholat dan Makan, dan kemudian masuk kembali pada jam 02.00-
04.00 sore.
RINCIAN KEGIATAN LEMBAGA
15
BTM TA’AWUN
A. Produk-Produk BTM Ta’awun Muhammadiyah
Dalam kinerja sehari-hari, BTM Ta’awun Muhammadiyah secara
umum melakukan dua transaksi produk yaitu penghimpunan dana dan
pembiayaan atau penyaluran dana.
Kegiatan bisnis atau Baitut Tamwil adalah kegiatan utama dan inti
dari BTM Ta’awun Muhammadiyah. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu
pembiayaan yang dipergunakan sebagai modal dalam rangka pengembangan
usaha. Tumbuh dan berkembangnya BTM sangat bergantung pada
kepercayaan dan motivasi masyarakat untuk menyimpan dananya di BTM
serta kemampuan profesionalisme pengelola BTM. Kekuatan BTM sebagai
lembaga keuangan (Baitut Tamwil) akan semakin mantap dan kuat apabila
BTM menghimpun dana dari anggota masyarakat (nasabah) atau lembaga
lainnya disertai dengan manajemen yang disiplin, tertib dan profesional,
produk di BTM Ta’awun terbagi dalam dua golongan, yaitu:
1. Produk Penghimpunan Dana
BTM Ta’awun Muhammadiyah dapat menghimpun dana dari
beberapa produk atau cara, diantaranya:
1. Simpanan suka rela berjangka (Sisuka)
2. Tabungan wadiah ummat (Tawadhu)
3. Tabungan santri bisa diraih (Tasbih)
4. Tabungan persiapan qurban (Tasaqur)
1) Sisuka
16
Adalah simpanan suka rela berjangka, keutamaan yang didapat dari
tabungan ini adalah:
Sebagai sarana investasi jangka panjang,
Dapat dijadikan jaminan pinjaman pembiayaan pada KJKS BTM
TA’AWUN,
Dilengkapi dengan layanan jemput bola, untuk kemudahan
bertransaksi baik setoran maupun penarikan bisa dilayani langsung
oleh petugas,
Berhak ikut dalam undian (rekening yang aktif),
Jangka waktu beragam dan bagi hasil kompetitif serta menguntungkan
dengan skema:
3 bulan = 40% : 60%
6 bulan = 45% : 55%
12 bulan = 50% : 50%
Sisuka ini didasarkan pada akad Mudharabah, yaitu akad antara
dua belah pihak, satu pihak sebagai Shahibul Maal ( penyedia modal ) dan
pihak lain sebagai Mudharib ( Pengelola Modal ). Atas kerjasama ini
berlaku bagi hasil dengan nisbah yang disepakati.
Simulasi Penghitungan Bagi Hasil nya:
Misal saldo rata-rata sisuka saudara A Rp. 1 juta. Total dana Rp. 1 milyar
dengan jangka 1 tahun. Pendapatan BTM Ta’awun Rp. 25 juta, Nisbah
bagi hasil Sisuka 50% ; 50%, maka penghitungan bagi hasil Sisuka
saudara A sebagai berikut:
= Saldo sisuka Suadara A x Pendapatan x Nisbah Total Danadi BTM
= Rp. 1000.000 X Rp. 25.000.000 X 50% Rp.1000.000.000= Rp.12.500,-
2) Tawadhu
17
Tawadhu adalah tabungan wadiah ummat dengan keutamaan:
Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan setiap saat.
Dapat dijadikan jaminan pinjaman pembiayaan pada KJKS BTM
TA’AWUN,
Dilengkapi dengan layanan jemput bola, untuk kemudahan bertransaksi
baik setoran maupun penarikan bisa dilayani langsung oleh petugas,
Sebagai salah satu persyaratan pembiayaan pada KJKS BTM Ta’awun,
Berhak ikut dalam undian,
Memperoleh keuntungan berupa bonus setiap bulan,
Kenyamanan perasaan karena dilaksanakan berdasarkan prinsip Syariah.
Akad yang digunakan adalah Wadiah, yaitu akad antara dua belah
pihak, satu pihak yang menitipkan dana memberi izin kepada pihak yang
dititipi agar dapat memanfaaatkan dana yang dititipkan untuk dikelola.
3) Tasbih
Tasbih adalah Tabungan Santri Bisa Diraih, khusus untuk pelajar atau
santri, keutamaanya adalah:
Penyetoran dan penarikan dapat dlakukan setiap saat.
Dilengkapi dengan layanan jemput bola, untuk kemudahan
bertransaksi baik setoran maupun penarikan bisa dilayani langsung
oleh petugas,
Memperoleh keuntungan berupa bonus setiap bulan,
Kenyamanan perasaan karena dilaksanakan berdasarkan prinsip
Syariah,
Mengajarkan kepada anak untuk berhemat dan mandiri
Membantu orang tua meringankan beban biaya pendidikan
Berhak ikut dalam undian.
Akad yang digunakan adalah Wadiah, yaitu akad antara dua belah
pihak, satu pihak yang menitipkan dana memberi izin kepada pihak yang
dititipi agar dapat memanfaaatkan dana yang dititipkan untuk dikelola.
18
4) Tasaqur
Tasaqur adalah Tabungan Persiapan Qurban, keutamaannya adalah:
Penyetoran dapat dilakukan setiap saat,
Penarikan simpanan dilakukan secara periodik satu tahun sekali yaitu pada
bulan Dzulhijjah,
Dilengkapi dengan layanan jemput bola, untuk kemudahan bertransaksi
baik setoran maupun penarikan bisa dilayani langsung oleh petugas,
Peruntukanya khusus dana untuk melaksanakan ibadah qurban,
Berhak ikut dalam undian,
Nisbah bagi hasil = 35% ; 65%
Bebas biaya administrasi bulanan.
Tasaqur ini didasarkan pada akad Mudharabah, yaitu akad antara dua
belah pihak, satu pihak sebagai Shahibul Maal ( penyedia modal ) dan pihak
lain sebagai Mudharib ( Pengelola Modal ). Atas kerjasama ini berlaku bagi
hasil dengan nisbah yang disepakati.
5) Siwajib
Siwajib adalah Simpanan Wajib yang diberlakukan bagi nasabah
pembiayaan ketika membayar cicilan, setiap nasabah pembiayaan berhak
menarik tabungannya ketika lunas dalam pembiayan yang besarnya
simpanan tersebut telah ditentukan sesuai dengan ketentuan yang
disepakati.
2. Produk Penyaluran Dana atau Pembiayaan
Dalam UU Perbankan No.7 tahun 1992 disebutkan bahwa
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
19
Pembiayaan adalah fasilitas yang diberikan BMT kepada anggotanya
untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh pengelola BMT dan
berasal dari anggota pula.
a) Pembiayaan
Pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan berupa talangan dana
yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan kewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya ditambah margin
keuntungan bank pada saat jatuh tempo. BTM Ta’awun memperoleh margin
keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual BTM
kepada nasabah.7
Landasan jual beli dengan akad murabahah dinyatakan dalam firman
Allah (QS.An-Nisa [4]:29).
ها يا ي ن أ ذي ل نوا ا م لوا ل آ ك أ م ت ك ل وا م م أ نك ي ل ب ط با ل ن إل با أ
ن كو ة ت ر جا ن ت ض ع را م ت ك ن ... م
“ Hai orang orang yang beriman , jangan lah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu...” (Q.S An Nissa 4:29)
Adapun hadits yang dijadikan landasan hukum jual beli dengan akad
murabahah adalah HR. Al-Bazzar:
“dari rafi’ah bin rafi’ r.a bahwasanya Rasullulah SAW ditanya:
pekerjaan apakah yang paling baik? Rasullulah menjawab : “ pekerjaan orang
dengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang mabrur. (Bulugul
Maram, 1978:2).
Aqad murabahah ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contract, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of
profit-nya (keuntungan yang ingin di peroleh.8
Berdasarkan pengertian dari beberapa pakar dan di lihat dari
gambaran implementasi murabahah diperbankan maka dapat disimpulkan
bahwasanya murabahah adalah suatu transaksi jual beli dengan keuntungan 7 Wirdyaningsih, dkk, 2006:1068 Anisykurlillah, Kajian Muammalat 2010
20
(laba) yang diketahui (transparansi) antara pembeli dan penjual, di mana
pihak bank sebagai penjual bekerjasama dengan supplier sebagai perantara
yang menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah sebagai pembeli.
Harga jual yang ditetapkan adalah harga beli bank dari supplier atau pemasok
dengan penambahan keuntungan yang diketahui dan disepakati oleh kedua
belah pihak
Peraturan pembiayaan murabahah tertuang dalam pasal 1 angka 13
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ketentuan secara
teknis dapat dijumpai dalam pasal 36 huruf b PBI No.6/241PBI/2004 tentang
Bank umum yang melaksanakan kegiaan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
yang intinya menyatakan bahwa bank wajib menerapkan prinsip Syariah dan
prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya yang meliputi penyaluran dana
melalui prinsip jual beli berdasarkan akad murabahah.9
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSN-
MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai
murabahah, yaitu sebagai berikut :
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharam oleh syariat islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barng yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan
pembelian ini harus syah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelia dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan
harga jual senilaiharga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank
harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
9 Abdul Gofur Ansyari, 2007: 102
21
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika ban henak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,
secara prinsip, menjadi milik bank.10
Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam fatwa
adalah sebagai berikut :
1. Nasabah mengajukan permohonan dari perjanjian pembelian suatu barang
atau suatu aset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu
aset yang dipesannya secara syah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah
harus menerima membelinya sesuai dengan perjanjian tersebut mengikat,
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar
uang muka saat mendatangani kesepakatan awal pemesan.
5. Jika nasabah kemudain menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank
harus dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh
bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugian kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak ’urbun’ sebagai alternatif dari uang
muka, maka: (a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,
ia tinggal membayar sisa harga atau (b) jika nasabah batal membeli, uang
muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh
bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekuranganya.11
Potensi pembiayaan murabahah dari perbankan syariah untuk
nasabah semakin meningkat, maka perlu dirumuskan dan dijabarkan
implementasi strategi dan program-program yang jelas untuk mencapainya.
10 Wirdyaningsih, dkk.,2006: 10711 Wirdyaningsih,dkk., 2006:108
22
Peningkatan pembiayaan murabahah akan efektif paling tidak harus disertai
strategi yang mencakup:
1. Penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif
2. Peningkatan kemampuan kewirausahaan.
3. Peningkatan dalam jumlah dan kemudahan persyaratan dalam pembiayaan
perbankan.
4. Pengembangan perangkat penunjang bagi peningkatan pembiayaan seperti
penjaminan pembiayaan.
5. Peningkatan jaringan informasi baik pusat maupun daerah.
Dalam praktiknya, murabahah dapat dilakukan langsung oleh si
penjual dan si pembeli tanpa melalui pesanan. Akan tetapi murabahah, dapat
juga dilakukan dengan cara melakukan pesanan terlebih dahulu.12
B. Prosedur Penyaluran Pembiayaan Untuk Pengusaha kecil Pada BTM
Ta’awun
1. Persyaratan dan Prosedur
Untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan, bagi setiap calon nasabah
pembiayaan BTM Ta’awun Muhammadiyah haruslah mengikuti langkah-
langkah dan prosedur proses persetujuan pembiayan yang meliputi:
1) Mengisi formulir Pendaftaran pembiayaan
2) KTP pemohon, suami/istri dan penjamin (avalist).
3) Kartu keluarga atau surat nikah/cerai.
4) Mengisi dan menyerahkan surat Permohonan pembiayaan, data keuangan,
dan analisis pembiayaan yang telah disediakan.
5) Agunan/jaminan (sertifikat tanah dan bangunan atau BPKB).
6) Tanda Daftar Perusahaan, Akta Pendirian Usaha, SIUP (Surat Ijin Usaha
Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan) Atau surat keterangan
usaha dari RT/Desa/Kecamatan (Usaha telah berjalan minimal 2 tahun)
7) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
8) Rekening telepon dan listrik.
12 A. Karim,2001 :87
23
9) Bersedia disurvey ketempat usaha/ tempat tinggal.
• Ketentuan Data Pemohon (Individu)
Copy KTP Suami/Isteri
Proposal Permohonan Pembiayaan
Copy Surat Nikah dan Kartu Keluarga
Surat Penawaran/Rencana Anggaran Biaya
• Ketentuan Data Legalitas Usaha (Lembaga)
Copy KTP Para Pengurus,
NPWP,
Neraca dan Laporan Laba Rugi 2 Tahun Terakhir
• Ketentuan Data Agunan/ jaminan
Copy Agunan
Bukti Lunas PBB Tahun Terakhir
Copy KTP Pemilik Agunan
Copy Surat Nikah dan kartu keluarga Pemilik Agunan
Surat Keterangan Harga Tanah dan Bangunan/Kendaraan
10) Nasabah menyampaikan tujuan meminta BTM Ta’awun untuk membeli
barang/alat produksi/mesin yang dibutuhkan, kegunaan barang tersebut
dalam usaha bisnisnya serta sumber dana dan cara untuk melunasi
pembelian barang tersebut. Serta menyertakan data-data: legalitas, laporan
keuangan (3 bulan terakhir), data jaminan dan hubungan hukum nasabah
usaha dengan jaminan, serta persyaratan lain yang diperlukan oleh BTM
Ta’awun. Nasabah/nasabah juga melampirkan informasi barang/alat
produksi/mesin yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, dan ukuran
serta penjual/supplier barang tersebut.
11) Account Officer/ Tim Survey/PDL13 menganalisis kelayakan bisnis
Nasabah usaha, historis usaha nasabah baik dari segi kualitatif maupun
kuantitatif. Jika nasabah usaha tidak mempunyai usulan/ calon supplier,
maka account officer berhak utuk mencarikan supplier.
13 Petugas dinas lapangan
24
12) Komite Pembiayaan memutuskan diterima atau ditolaknya permintaan dari
nasabah usaha. Bila permintaan nasabah usaha dianggap tidak layak, maka
seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk menapat fasilitas
murabahah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada nasabah usaha
dan account officer menyampaikan surat penolakan kepada nasabah usaha.
Bila permintaan nasabah usaha dianggap layak serta memenuhi kriteria,
komite akan memberikan persetujuan khususnya menyangkut:
Harga beli barang dari supplier
Harga jual pada nasabah usaha
angka waktu pelunasan barang
Besarnya uang muka yang harus diserahkan oleh nasabah usaha
Penunjukan supplier/ penjual barang
Jaminan bila diperlukan dan
13) Persyaratan lain yang harus dipenuhi nasabah usaha, yaitu:
a) PDL ( petugas dinas lapangan) berdasarkan persetujuan komite,
menyampaikan surat persetujuan pembiayaan murabahah kepada
nasabah usaha. Kemudian menghubungi supplier dan meminta surat
pernyataan sanggup dari supplier untuk memastikan bahwa supplier
sanggup untuk menyediakan barang sesuai kriteria yang disampaikan
account officer pada saat melakukan konfirmasi tersedianya barang.
b) Nasabah usaha menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan
yang diajukan termasuk melengkapi seluruh dokumen yang diminta
BTM Ta’awun akan mengeluarkan tanda terima uang muka
murabahah.
c) Proses selanjutnya adalah proses monitoring terhadap nasabah yang
mendapatkan pembiayaan, monitoring ini dilakukan untuk memantau
nasabah dalam merealisasikan dana yang didapatnya untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan dalam melakukan
usahanya.
25
Besar pembiayaan bagi golongan pengusaha kecil berkisar dari
400.000 sampai 5 juta.
2. Proses Realisasi Pembiayaan
Proses realisasi adalah proses pencairan dana atau pembelian barang
nasabah setelah diproses dan diputuskan oleh komite/ manajer pembiayaan.
Penggunaan dana untuk pembiayaan murabahah dinamakan pembayaran.
Pemeriksaan kepatuhan ketentuan intern dan ekstern yang berlaku yang
menjamin perlindungan bagi koperasi telah dipenuhi dan diselesaikan.
Dokumen pendukung pembayaran:
1) Surat persetujuan prinsip
2) Perjanjian pembiayaan ( Wakalah dan Murabahah )
3) Surat sanggup angsuran ( akad piutang )
4) Pengikat jaminan
5) Diberikan Nomor Akad/rekening
6) Jadwal angsuran
7) Kartu Angsuran Anggota Pembiayaan
8) Promise Tanda terima uang Nasabah (warna hijau)
3. Analisis kelayakan Pembiayaan
Setiap calon nasabah yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan
dokumen umum permohonan pembiayaan harus dilakukan analisis secara
tertulis dengan mengedepankan analisis menggambarkan semua informasi
yang berkaitan erat dengan usaha dan data pemohon, termasuk (jika
diperlukan) hasil penelitian pada pembiayaan bermasalah, analisis
menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak
lain uang berkepentingan dengan permohonan pembiayaan, dan analisis
pembiayaan dilakukan secara konsisten dan professional dan tidak hanya
untuk memenuhi prosedur pembiayaan.
Faktor-faktor analisis pembiayaan meliputi:
1) Kemampuan/ Niat Bayar (Willingness To Pay)
26
Analisis ini penting dilakukan oleh Account Officer untuk
memperoleh informasi yang benar terhadap calon nasabah tentang:
a) Character (Akhlak)
Akhlak calon nasabah pembiayaan hendaknya diketahui secara baik
oleh Account Officer/PDL. Mereka tidak termasuk orang yang berperilaku
boros, tidak amanah, tidak suka berspekulasi dalam berusaha.
b) Integritas
(1) Untuk mengetahui apakah calon nasabah pembiayaan mempunyai
komitmen yang baik terhadap janji, waktu, tat nilai-aturan, hutang
ucapannya tidak banyak menyimpang dari perbuatannya.
(2) Untuk mengetahui karakter dan integritas calon nasabah dilakukan
melalui teknik wawancara dan cross check kepada keluarga, tetangga,
sesame pengusaha, dan ustadz (mu’alim) setempat dan atau karena
calon nasabah sudah dikenal dengan sangat baik oleh penjabat
koperasi.
2) Kemampuan Bayar (Ability To Pay)
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan kemampuan
usaha calon nasabah yang meliputi:
a) Tujuan Penggunaan Pembiayaan
Account Officer harus mengetahui secara pasti tentang tujuan
penggunaan dana oleh calon nasabah, apakah untuk modal kerja, investasi
atau multiguna.14
b) Analisis Keberadaan Usaha
Yaitu analisis keberadaan dan kelangsungan usaha dan calon nasabah yang
meliputi:
1) Analisis Syariah
14 Kasmir, 2008:106
27
Menilai apakah usaha yang dikelola oleh calon nasabah tidak
bertentangan dengan nilai-nilai syariah. Apakah produk, proses produksi,
sistem penjualan tidak ada yang melanggar nilai-norma dan syariah.
2) Analisis Yuridis
Identitas calon nasabah dan usahanya harus dinilai aspek legalnya
apakah (KTP/SIM/KK/Surat Nikah) masih berlaku, dan apakah usaha calon
nasabah (peroranagan atau badan usaha) tidak menggangu tetangga-warga
setempat dan memperoleh legalitas (perizinan) dari instansi yang berwenang
(SIUP, TDP, TDR, NPWP, Akta Pendirian, dll)
3) Analisis Kondisi Usaha
Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan oleh calon nasabah
cukup baik, dalam artian hasilnya mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya secara wajar, mampu menutupi biaya operasional usaha dan ada
kelebihan pendapatan yang bisa dijadikan sebagai akumulasi modal, sehingga
usahanya akan terus berkembang. Dan apabila kebutuhan modal usahanya
tersebut mampu membayar kembali kepada koperasi dan mampu
berkembang sehingga volume usahanya semakin meningkat.
4) Analisis Kemampuan Usaha dan Manajemen
Calon nasabah haruslah memiliki kemampuan mengelola usaha secara
professional, tangguh dan ulet. Pengusaha akan memiliki kemampuan
mengatasi pemasalahan dalam usahanya apabila telah memiliki pengalaman
sekurang-kurangnya 5 bulan. Oleh karena itu, kebijakan di BTM Ta’awun
hanya diberikan apabila calon nasabah telah memiliki pengalaman dalam
bidang usahanya minimal 5 bulan. Selain itu, calon nasabah harus memiliki
kecakapan dalam hal produksi, penjualan-pemasaran dan mengatur keuangan
berdasar skala dan sektor usahanya.
5) Analisis Jaminan
Jaminan (agunan) dalam pembiayaan adalah sebagai komplemen dalam
perikatan setelah diyakini benar atas kelayakan usaha calon nasabah. Fungsi
28
jaminan dapat dijadikan sebagai sumber terakhir pengganti pelunasan
pembiayaan, apabila nasabah sudah nyata tidak mempunyai kemampuan lagi
untuk membayar walau sebelumnya pihak koperasi telah berupaya
memberikan masa tangguh dan upaya lain agar tidak terjadi pengambilan
jaminan sebagai sumber pembayaran pelunasan pembiayaan. Jaminan
(agunan) dijadikan sebagai pelunasan pembiayaan apabila nasabah
melakukan ingkar janji dengan kesengajaan.
Kegiatan Sosial adalah kegiatan layanan masyarakat yang bertujuan
membantu meringankan beban ekonomis dengan tidak mengambil
keuntungan financial. Kegiatan ini dilakukan oleh BTM untuk menunjang
kegiatan bisnis karena kelompok sasaran BTM Ta’awun Muhammadiyah
adalah pengusaha kecil yang sangat rentan dalam menghadapi tantangan
hidup dan belum mempunyai bekal yang cukup baik dalam mengembangkan
usahanya.
C. Kegiatan Relegius BTM Ta’awun
BTM Ta’awun merupakan Lembaga jasa keuangan berbasis syariah,
tentunya kegiatan harian, mingguan, bulanan serta tahunan haruslah
mencerminkan prinsip orang islam.
Pada tiap hari jum’at para karyawan diwajibkan untuk mengaji dan
mengakaji Al-quran secara berjamaah dipagi dari jam 08.00 sampai selesai.
Ini merupakan kegiatan mingguan. Dan pada setiap sebulan sekali diadakan
pengajian dengan mengundang penceramah atau uztad dirumah karyawan
dengan sistem bergiliran. Ini merupakan kegiatan bulanan. Sedangkan pada
tiap harinya, para karyawan diwajibkan sholat dhuha, baik berjamaah
ataupun sendirian dikantor serta diwajibkan berjamaah pada waktu zuhur
dimasjid sekitar kantor atau dikantor bagi karyawati.
D. PDL ( Petugas Dinas Lapangan )
Petugas dinas lapang atau account officer adalah karyawan yang
bertugas kelapangan langsung, yaitu meliputi penagihan nasabah, survey
nasabah, ataupun pencarian nasabah/marketing.
29
Kami sebagai peserta magang, selama magang di BTM Ta’awun telah
mencoba terjun langsung kelapangan untuk membantu dan melihat
prakteknya. Baik itu penagihan, penawaran produk dan pembinaan usaha
bagi para nasabah pembiayaan.
Semua itu dilakukan dalam prinsip syariah, tidak ada sistem
pemaksaan terhadap nasabah yang tidak bisa mampu membayar pada hari itu,
karena sistem pembayaran pada BTM Ta’awun menggunakan sistem Harian
dan mingguan. Hal ini dilakukan agar para nasabah cepat lunas dan tidak
menjadi beban.
Disamping itu tugas PDL selain kelapangan, dia bertugas mengisi dan
membuat laporan hasil target dan pokok angsuran yang ditagih dari para
nasabah pembiayaan, berikut bentuk dan cara mengisi laporan tersebut:
Contoh :
LAPORAN HARIAN TARGET DAN ANGSURAN
KJKS BTM TA’AWUN
Hari / Tanggal : Wil/ Petugas :
NO KE NO.AKADTARGET TAGIHAN HASIL TAGIHANPOKOK MARKUP POKOK MARKUP SIWAJIB INFAQ
1 5 5043 25.000 6000 25.000 6000 3400 6002 7 5044 8,334 2,200 8,334 2,200 1,300 166
Jumlah pokok Rp.33,334 Persentase Anggota %Kepala Unit
Jumlah Mark Up Rp.8200 Persentase Tagihan %Jumlah Siwajib Rp.4700Jumlah Infaq Rp.766 ......................
Total Rp. 47000
Tabel laporan diatas ini, di isi dengan data nasabah pembiayaan BTM
Ta’awun dibawah ini, yang terbagi penagihan harian dan mingguan. Dan
kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh PDL setelah melakukan penagihan.
30
Note:
*Siwajib adalah simpanan yang wajib dibayarkan oleh nasabah yang besarnya
sudah ditentukan oleh pihak BMT untuk kepentingan pihak nasabah jika
nantinya sudah lunas maka simpanan tersebut akan diserahakan kepada
nasabah, jadi nasabah disamping meminjam dia juga menabung.
DAFTAR NASABAH PEMBIAYAAN BTM TA’AWUN
MINGGUAN DAN HARIAN
Contoh Mingguan Senin;
SENINNO AKAD POKOK MARGIN / MARK UP
5045 / MARBUDIN 33,334 11,000
5075 / SYAFRUDDIN 76,923 20,000
110,257 31,000141,257
Contoh Harian;
Nama Petugas : Fadli
HARIAN MELAYUNO.AKAD NAMA
NASABAH
POKOK MARGIN SIWAJIB INFAQ
5043 Rusinah 25,000 6,000 3,400 6005044 Muliani 8,334 2,200 1,300 1665045 Rusfitriani 8.334 2,200 1,300 1665047 Mariana 16,667 3,600 1,600 1335065 Marsiyah 16,667 3,600 1,600 1335068 Putrawan Jaya 16,667 4,000 1,200 1335069 Sabariah 16,667 2,200 1,000 1335071 Halimah 16,667 2,200 1,000 1335074 Yuliani 16,667 4,000 1,200 1335079 Sumiyati 25,000 6,000 3,400 6005080 Elmi Norsehan 11,667 3,000 1,200 133
31
Sumber: BTM Muhammadiyah Ta’awun, Tgl. 25 februari,2013.
Jumlah pembiayaan rata-rata yang disalurkan kepada nasabah berkisar
dari 400.000.000 sampai 5 juta. Dan tempo pembayarannya bisa dengan
harian atau mingguan.
KARTU ANGSURAN PEMBIAYAANBTM TA’AWUN BANJARMASIN
Pinjaman Ke : Baru No.Pemby/Anggota: 5083Nama Nasabah : Siti Hawa Cicilan Pokok Rp. 13,334Alamat : Jl. Akt, Rt.15 Mark-Up Rp. 3,000Tgl Pembayaran : Cadangan ResikoRp. 2,000Tgl Jatuh Tempo : Infaq Rp. 666Besar Pembiayaan : 800,000 Total AngsuranRp. 19,000Mark-Up : 180,000Total : 980,000
TanggalAngs
ke
Cicilan
pokok
Bagi
HasilSimpanan Infaq
Saldo
Pinjaman
Validasi /
Saldo
Markup29-1-13 1 13,334 3,000 2,000 666 786,666 177,00030-1-13 2 13,334 3,000 2,000 666 773,332 174,00031-1-13 3 13,334 3,000 2,000 666 759,998 171,00001-2-13 4 13,334 3,000 2,000 666 746.664 169,00004-2-13 5 13,334 3,000 2,000 666 733,330 167,00005-2-13 6 13,334 3,000 2,000 666 719,996 165,00006-2-13 7 13,334 3,000 2,000 666 709,662 163,000
Manajer Banjarmasin, 25, 01, 2013Petugas
Fadli
OPERASIONALISASI KONSEP
A. Murabahah
Akad yang digunakan dalam pembiayaan di BTM Ta’awun adalah
akad murabahah, yaitu aka jual beli antara BTM Ta’awun dengan nasabah
32
60 hari
BTM Ta’awun untuk membeli barang yang diperlukan nasabah atau
pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli
suatu barang dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut
seluruhnya ditambah margin keuntungan BTM Ta’awun pada saat jatuh
tempo dengan ketentuan margin yang sudah disepakati oleh kedua belah
pihak.15
BTM Ta’awun sudah maksimal melaksanakan konsep dari akad
murabahah tersebut. Artinya lembaga ini telah melaksanakan tugas sebagai
lembaga jasa keuangan islam dengan benar sesuai dengan ketentuan syariah.
Ketentuan margin yang ditawarkan oleh BTM Ta’awun sangat lah
kecil, mengingat para nasabahnya adalah dari para golongan kelas bawah dan
menengah.
B. Mudharabah
Akad yang digunakan BTM Ta’awun dalam penghimpunan dana
atau tabungan adalah akad mudharabah. Mudharabah adalah akad antara
dua belah pihak, satu pihak sebagai Shahibul Maal ( penyedia modal ) dan
pihak lain sebagai Mudharib ( Pengelola Modal ). Atas kerjasama ini
berlaku bagi hasil dengan nisbah yang disepakati.16
BTM Ta’awun mengunakan akad ini dalam macam-macam
produknya, yaitu Sisuka (Simpanan suka rela berjangka )dan Tasaqur
( tabungan persiapan qurban). Akad tersebut sudah dijalankan dengan baik
oleh BTM Ta’awun sesuai dengan prinsip syariah.
C. Wadiah
Wadiah adalah akad antara dua belah pihak, satu pihak yang
menitipkan dana memberi izin kepada pihak yang dititipi agar dapat
memanfaatkan dana yang dititipkan untuk dikelola.
15 Hilmy, penjelasan singkat sistem penghimpunan dan penyaluran dana BTM Ta’awun, h.22
16 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, ed. 1—6, 2010. H. 138.
33
BTM Ta’awun menggunakan akad ini dalam produknya yang
dinamakan Tasbih ( tabungan santri bisa diraih ) dan Tawadhu ( tabungan
wadiah Ummat ).
Contoh brosur produk-produk BTM Ta’awun:
Contoh Surat-surat perjanjian di BTM Ta’awun:
34
35
PRAKTEK MAGANG DALAM PHOTO
Magang Dalam Photo
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
BTM memiliki dasar hukum operasional yakni Al Qur’an dan Al
Hadist. Sehingga dalam operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar seperti diperintahkan oleh Allah SWT, juga nilai dasar seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW.
Dengan adanya lembaga keuangan Islam seperti KJKS Kopsyah
BTM Ta’awun Muhammadiyah ini sangat membantu para usaha kecil
yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal
37
kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak pengelola BTM akan dapat
mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
B. Saran/rekomendasi
Dalam operasional BTM pihak-pihak yang terlibat didasarkan pada
asas an taradhin, sehingga antara pihak-pihak khususnya pengelola BTM
dan nasabah harus saling percaya, bahwa mereka sama-sama beritikad
baik dan jujur dalam bekerjasama. BTM dengan sistem ini terlalu
berprasangka baik kepada semua nasabah dan berasumsi bahwa semua
orang yang terlibat adalah jujur. Dengan demikian, BTM rawan terhadap
mereka yang beritikad tidak baik sehingga diperlukan usaha tambahan
untuk mengawasi nasabah yang menerima pembiayaan dari BTM karena
tidak dikenal bunga, denda keterlambatan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Wawancara dan tanya jawab kepada karyawan BTM Ta’awun.
Data-data di BTM Ta’awun.
http://alvfirgiena.blogspot.com/2012/04/laporan-tugas-akhir
pembiayaan.html.
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, 2010. Jakarta: Rajawali Pers.ed. 1—6.
Hilmy, penjelasan singkat sistem penghimpunan dan penyaluran dana BTM
Ta’awun.
38