13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Tulangbawang berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala. Kerajaan kota kapur adalah kerajaan di mana sejarah terbentukya kerajaan sriwijaya atau lebih tepatnnya bibit dari kerajaan sriwijaya yang sudah berada di pulau Bangka dengan bukti bukti seperti arca durga mahisasramardhani 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Sejarah dari Kerajaan Tulang bawang? 2. Bagaimana Sejarah Dari Kerajaan Kota Kapur? 1

Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

  • Upload
    andi-uli

  • View
    8.623

  • Download
    89

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Tulangbawang berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang,

Lampung sekarang. Musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Nusantara pada abad

VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang peziarah Buddha, dalam catatannya

menyatakan pernah singgah di To-Lang P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan

di pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Ahli sejarah Dr. J. W. Naarding

memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara

Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.

 Kerajaan kota kapur adalah kerajaan di mana sejarah terbentukya kerajaan

sriwijaya atau lebih tepatnnya bibit dari kerajaan sriwijaya yang sudah berada di pulau

Bangka dengan bukti bukti seperti arca durga mahisasramardhani

1.2.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah dari Kerajaan Tulang bawang?

2. Bagaimana Sejarah Dari Kerajaan Kota Kapur?

1

Page 2: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KERAJAAN TULANG BAWANG

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Sriwijaya, nama Kerajaan Tulang

Bawang semakin memudar. Tulang Bawang menganut adat Pepadun, yang memungkinkan

setiap khalayak untuk berkuasa dalam komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu

berganti ganti Trah. Status sosial dalam masyarakat Pepadun tidak semata-mata ditentukan oleh

garis keturunan. Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama

orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Cakak Pepadun. Gelar atau status sosial

yang dapat diperoleh melalui Cakak Pepadun diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan

Dalom. Hingga saat ini belum diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang

alur dari kerajaan ini.

Dari sumber-sumber sejarah Cina, kerajaan awal yang terletak di daerah Lampung adalah

kerajaan yang disebut Bawang atau Tulang Bawang. Berita Cina tertua yang berkenaan dengan

daerah Lampung berasal dari abad ke-5, yaitu dari kitab Liu-sung-Shu, sebuah kitab sejarah dari

masa pemerintahan Kaisar Liu Sung (420– 479). Kitab ini di antaranya mengemukakan bahwa

pada tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara bagian barat bernama P’u-

huang atau P’o-huang mengirimkan utusan dan barang-barang upeti ke negeri Cina. Lebih lanjut

kitab Liu-sung-Shu mengemukakan bahwa Kerajaan P’o-huang menghasilkan lebih dari 41 jenis

barang yang diperdagangkan ke Cina. Hubungan diplomatik dan perdagangan antara P’o-huang

dan Cina berlangsung terus sejak pertengahan abad ke-5 sampai abad ke-6, seperti halnya dua

kerajaan lain di Nusantara yaitu Kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-t’o-li.

Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab T’ai-p’inghuang- yu-chi yang ditulis

pada tahun 976–983 M, disebutkan sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G.

Ferrand disarankan untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang terletak di daerah

pantai tenggara Pulau Sumatera, di selatan sungai Palembang (Sungai Musi).

2

Page 3: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

L.C. Damais menambahkan bahwa lokasi T’o-lang P’o-huang tersebut terletak di tepi

pantai seperti dikemukakan di dalam Wu-pei-chih, “Petunjuk Pelayaran”. Namun, di samping itu

Damais kemudian memberikan pula kemungkinan lain mengenai lokasi dan identifikasi P’o-

huang atau “Bawang” itu dengan sebuah nama tempat bernama Bawang (Umbul Bawang) yang

sekarang terletak di daerah Kabupaten Lampung Barat, yaitu di daerah Kecamatan Balik Bukit di

sebelah utara Liwah. Tidak jauh dari desa Bawang ini, yaitu di desa Hanakau, sejak tahun 1912

telah ditemukan sebuah inskripsi yang dipahatkan pada sebuah batu tegak, dan tidak jauh dari

tempat tersebut dalam waktu beberapa tahun terakhir ini masih ditemukan pula tiga buah

inskripsi batu yang lainnya.

            a.     Kehidupan Sosial-Budaya

Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang Bawang

masih tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai membuat kerajinan tangan dari logam

besi dan membuat gula aren. Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang

Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15,

daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu,

komoditi lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang

kehidupan sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses pengumpulan

data. 

 b.     Kehidupan Agama

Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama Islam yang

sudah berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh Animisme Hindu nampaknya sampai pada

dewasa ini masih belum juga dapat dikuras habis.

Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan dipedalaman hal ini masih

dipraktekkan oleh Rakyat disana. Mereka masih meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif,

masih bekerja masih tetap mengawasi anak-cucunya dimana saja berada.

Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai

penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan Animisme.

3

Page 4: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

                  c.     Kehidupan Ekonomi

Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi, demikian juga

alat senjata : tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini dari besi? Diatas telah penulis

singgung pada tahun 671 Pendeta Tiongkok I TSING pernah mengadakan pencatatan-pencatatan

tentang Kerajaan Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat disana sudah maju, pandai

membuat gula dan membuat besi.

Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-senjata dari besi

adalah dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang asalnya, malahan di Pagar Dewa

sekarang ini masih ada pandai besi (tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya.

Malahan menurut keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda

mengakui atas kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya

tepaannya.bahkan di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang

dikenal hanya Pagar Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini sampai

sekarang masih disebut-sebut.

                  d.     Kehidupan Politik

Struktur pemerintahan Kerajaan Tulang Bawang belum didapat datanya. Berikut ini akan

dibahas tentang bagaimana sistem pemerintahan daerah Tulang Bawang pada masa pra-

kemerdekaan, yaitu ketika daerah ini menjadi bagian dari pemerintahan Hindia Belanda. Pada

tanggal 22 November 1808, pemerintahan Kesiden Lampung ditetapkan oleh Pemerintah Hindia

Belanda berada di bawah pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman Wiliam. Hal ini

berakibat pada penataan ulang pemerintahan adat yang kemudian dijadikan alat untuk menarik

simpati masyarakat. Pemerintah Hindia Belanda di bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Herman

Wiliam kemudian membentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga

(Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang dibagi ke dalam tiga kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay

Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada tahun 1914, dibentuk kebuayan baru, yaitu Buay Aji.

Namun, sistem ini tidak berjalan lama karena pada tahun 1864 mulai dibentuk sistem

Pemerintahan Pesirah berdasarkan Keputusan Kesiden Lampung No. 362/12 tanggal 31 Mei

1864. Sejak saat itu, pembangunan berbagai fasilitas yang menguntungkan kepentingan Hindia

Belanda mulai dibangun, termasuk di Tulang Bawang. Ketika Kesiden Lampung dijajah oleh

4

Page 5: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

Jepang, tidak banyak hal yang berubah. Setelah Indonesia merdeka, Lampung ditetapkan sebagai

keresidenan dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Setelah Indonesia merdeka, banyak

terjadi perubahan sistem pemerintahan Lampung. Bahkan, sejak pemekaran wilayah provinsi

marak terjadi di era otonomi daerah, Lampung ditetapkan sebagai wilayah provinsi yang terpisah

dari Provinsi Sumatera Selatan. Sejak saat itu, status Menggala ditetapkan sebagai Kecamatan

Menggala di bawah naungan Provinsi Lampung Utara.

Sejarah Kabupaten Tulang Bawang tidak berdiri begitu saja, melainkan melalui proses

pertemuan penting antara sesepuh dan tokoh masyarakat bersama dengan pemerintah yang

diadakan sejak tahun 1972. Pertemuan tersebut merencanakan pembentukan Provinsi Lampung

menjadi sepuluh kabupaten/kota. Pada tahun 1981, Pemerintah Provinsi Lampung kemudian

membentuk delapan Lembaga Pembantu Bupati, yang salah satunya adalah Bupati Lampung

Utara Wilayah Menggala. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.821.26/502 tanggal

8 Juni 1981, dibentuk wilayah kerja Pembantu Bupati Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan

Lampung Utara Wilayah Provinsi Lampung.

Melalui proses yang begitu panjang, akhirnya keberadaan Kabupaten Tulang Bawang

diputuskan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 Maret 1997. Sebagai

tindak lanjutnya, keputusan tersebut dikembangkan dalam UU No. 2 Tahun 1997 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II Tulang Bawang dan Kabupaten Tingkat II Tagamus.

2.2 KERAJAAN KOTA KAPUR

Penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, pada tahun 1994,

diperoleh petunjuk tentang adanya kekuasaan sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya. Temuan-

temuan arkeologi berupa sisa-sisa sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) bersama dengan

arca-arca batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan gaya seperti arca-arca Wisnu yang

ditemukan di Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal

dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.

Sebelumnya di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari

Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula

peninggalan-peninggalan yang lain di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga

5

Page 6: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di

Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa.

Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi berupa sisa-sisa dari

sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca batu,

di antaranya yaitu dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip dengan arca-arca Wisnu yang

ditemukan di daerah Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang

berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.

Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari

Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula

peninggalan - peninggalan lain yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga

Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di

Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa, seperti halnya di Kerajaan

Tarumanegara di Jawa Barat.

Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa benteng

pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah,

masingmasing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2–3

meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870

M. Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut

agaknya telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang

akhir abad ke-7.

Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi

Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya

mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa oleh

Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari

jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh

Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.

6

Page 7: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

TRADISI HINDU BUDHA DI SEKITAR

Rasulan adalah sebuah tradisi yang sudah berlangsung sejak lama bagi masyarakat

kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya. Biasanya di tempat lain tradisi ini di sebut

dengan tradisi merti dusun atau merti desa. Rasulan diadakan setelah selesai melakukan

panen dan merupakan acara yang diadakan oleh masyarakat sebagai ungkapan syukur

atas panen yang diberikan oleh Sang Pemberi rejeki. Biasanya kegiatan rasulan ini

diselenggarakan per pedukuhan/ dusun dengan waktu pelaksanaan yang berbeda- beda.   

Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu

doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di

tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk

pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di

sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat. 

Tradisi selapanan  sering dikenal dalam adat jawa. Tradisi Selapanan adalah suatu bentuk

upacara selamatan kelahiran yang diselenggarakan pada waktu bayi telah berusia 35 hari,

dan diisi dengan upacara pencukuran rambut dan pemotongan kuku jari bayi. Tidak

jarang tradisi selapan ini dibarengi dengan prosesi aqiqah. Padahal aqiqah sendiri adalah

ajaran Islam, yaitu penyembelihan hewan qurban berupa kambing pada hari ke tujuh dari

kelahiran anak, untuk laki-laki 2 ekor kambing dan 1 ekor kambing untuk

perempuan.namun pada kebanyakan masyarakat jawa yang mengadakan acara selapan

dibarengi aqiqah dilakukan pada 35 hari setelah bayi lahir. dan pelaksanaan itu sendiri

disesuaikan dengan hari weton yang berasal dari penanggalan Jawa yaitu: Pon, Wage,

Kliwon, Legi dan Pahing dengan mengadakan kenduri. Upacara Selapanan bertujuan

memohon keselamatan bagi si bayi.

7

Page 8: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

                 Kerajaan Tulangbawang berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

sekarang sedangkan Kerajaan kota kapur terletak di Bangka Sumatra rajaraja nya masih belum di

ketahuai serta masih banyak sekali hal yang masih belum di ketahui tentang kedua kerajaan

tersebut.

3.2 Saran

Dari keberadaanya kerajaan kota  di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib

mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati

yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara

budaya nenek moyang kita.

8

Page 9: Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang

DAFTAR PUSTAKA

http://habtaa.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kerajaan-kota-kapur.html

http://northmelanesian.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kerajaan-tulang-bawang-lampung.html

http://www.mikirbae.com/2015/10/sejarah-kerajaan-tulang-bawang-dan-kota.html

http://diyananurfa.blogspot.co.id/2014/11/kerajaan-buleleng-tulang-bawang-dan.html

9