Upload
rismariszki
View
383
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
MANTHUQ DAN MAFHUM
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Ulumul Qur’an II”
Dosen pembimbing :
Afiful Ikhwan M.Pd. I
Oleh :
1. Lutfi Himatunikmah
(2013.4.047.0001.1.001687)
2. Risma Riszki Amelia
( 2013.4.047.0001.1.001704 )
PAI – SMT 3/Sawo
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGANGUNG
Oktober 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “MANTHUQ DAN MAFHUM” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam hingga sampai kepada kita.
Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan
sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I
3. Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan
Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
(PENYUSUN)
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
C. Tujuan Masalah ………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
MANTHUQ DAN MAFHUM
A. Pengertian manthuq dan macam-macamnya ………….. 3
B. Pengertian mafhum dan macam-macamnya………….… 6
C. Pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya.. 7
D. Pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya…..... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia dan sumber hukum Islam
yang pertama dan utama. Al-Qur’an kaya akan makna. Apabila kita mau meneliti
dengan seksama, maka kita pasti akan menemukan bahwaAl-Qur’an mengandung
keunikan-keunikan serta keindahan-keindahan pada maknanya yang tiada akan
pernah habis untuk dikaji serta dipelajari, dan memberi isyarat makna yang tak
terbatas. Dari sinilah timbul motivasi pada diri kaum muslimin untuk semakin giat
menmpelajari serta menafsirkan ayat demi ayat dalam kitab suci Al-Qur’an
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para sahabat-sahabat nabi Muhammad
SAW.
Ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an menyimpan rahasia besar yang tidak
semua ayat memberikan pemahaman secara jelas namun banyak sekali ayat yang
membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam mengenai hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya. Dari sinilah kita fahami bahwa ternyata ayat-ayat Al-
Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi
ada ayat yang maknanya tersirat di dalam ayat tersebut. Maha suci Allah dengan
segala firman-NYA.
Petunjuk lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi
(mantuq, arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun
mengandung kemungkinan makna lain, dengan takdir maupun tanpa takdir. Dan
adakalanya pula berdasarkan pada pemahaman (mafhum, arti tersirat)-nya, baik
hukum sesuai dengan hukum mantuq ataupun bertentangan. Inilah yang
dinamakan dengan mantuq dan mafhum.
Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum/makna
yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan dipaparkan
sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca mengenai sebagian dari
qoidah tafsir.. Semoga dapat dipahami dengan mudah lagi bermanfaat.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manthuq ? dan apa saja macam-macam manthuq?
2. Apa yang dimaksud dengan mafhum dan apa saja macam-macam mafhum ?
3. Apa yang dimaksud dengan mafhum muwafaqah ? dan sebutkan bentuk-
bentuknya!
4. Apa yang dimaksud dengan mafhum mukhalafah ? dan apa saja jenis-
jenisnya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya
2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya
3. Untuk mengetahui pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya
4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukhalafah dan jenis-jenisnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manthuq dan Macam-Macamnya
1. Pengertian Manthuq
Secara etimologi ط�و�ق�� �ط�ق�-) adalah Isim Maf’ul yang berasal dari م�ن ن�ط�ق� �ن �ط�و�ق yang artinya berbicara1 , jadi (ي .berarti yang dibicarakan م�ن
Sedangkan secara istilah menurut Syafi’i : “ Manthuq ialah sesuatu yang
ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.2 Dan menurut Mudzakir, adalah
suatu (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni
penunjukkan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan3.
Jadi Manthuq adalah : arti yang diperlihatkan oleh lafaz yang diungkapkan
(yakni, petunjuk arti tidak keluar dari unsur-unsur huruf yang diucapkan).
2. Macam-Macam Manthuq
Dalam kitab “Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an” karya Prof. Dr.
Muhammad bin Alwi Al-Maliki membagi mantuq atas dua bagian, yaitu lafaz
yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu nash, dan lafaz
yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu zahir dan mu’awal.4
a) Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti (nash)
Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau
nash, ialah lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukkan makna
yang dimaksud secara tegas (sharih), tidak mengandung kemungkinan
makna lain. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 89 :
�ي�ام ث�ة� أ ي�ام� ث�ال� د� ف�ص� م�ن� ل�م� ي�ج� ..…ف�
1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka progressif, 1997), hlm. 1432
2 Syafi’i Karim, Fiqih – Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 1773 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera AntarNusa,2007), hlm. 3584 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 233
3
4
“Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari.”( QS. Al-Maidah : 89 )5
Pensifatan “tiga hari” telah mematahkan kemungkinan “tiga” ini
diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud dengan nash.
Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 :
ب�ا م� الر� ر� ل� الل�ه� ال�ب�ي�ع� و�ح� أ�ح� و�
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS.Al-Baqarah : 275)6
Ayat di atas menunjukkan secara jelas dan tegas tentang kehalalan jual
beli dan keharaman riba.
b) Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.
Zahir, lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang lebih
diunggulkan. Zahir ialah lafaz yang menunjukkan sesuatu makna yang
segera dipahami ketika diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna
lain yang lemah (marjuh).7 Jadi, zahir itu sama dengan nash dalam hal
penunjukkannya kepada makna yang berdasarkan pada ucapan. Namun
dari segi lain ia berbeda dengannya karena nash hanya menunjukkan
satu makna secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan menerima
makna lain, sedang zahir di samping menunjukkan satu makna ketika
diucapkan juga disertai kemungkinan menerima makna lain meskipun
lemah. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 173:
ط�ر� غ�ي�ر� ب�اغ# و�ال� ع�اد# … م�ن� اض� … ف�
“… tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedangkan ia tidak menginginkan dan melewati batas …”.( QS. Al-Baqarah : 173)8
Lafaz “baaghin” digunakan untuk makna ”al-Jahil” (bodoh,tidak
tahu) dan ”az-dzalim” (melampaui batas, zalim), tetapi kemungkinan
arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan.
Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 :
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), hlm. 123.
6 Ibid, hlm. 487 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 3598 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 27
5
ن� … ر� ت�ى ي�ط�ه� ب�و�ه�ن� ح� ر� … و�ال� ت�ق�
“…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci …”( QS. Al-Baqarah : 222)9
Lafaz “yathhurna” mempunyai kemungkinan arti “suci dengan
terhentinya haid” dan arti “suci dengan mandi janabah dan wudu”,
tetapi dari kedua arti tersebut, kemungkinan arti yang kedua lebih jelas
dan lebih umum digunakan. Kemungkinan arti yang pertama dari
contoh-contoh di atas disebut marjuh (tidak diunggulkan), sementara
kemungkinan arti kedua yang kedua disebut rajih (diunggulkan).
Mu’awwal, Lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang tidak
diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi ketidak-mungkinan
diberi pemahaman dengan arti yang diunggulkan (rajih). Mu’awwal
ialah lafaz yang diartikan dengan makna marjuh karena ada suatu dalil
yang menghalangi dimaksudkannya makna yang rajih.10 Mu’awwal
berbeda dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab
tidak ada dalil yang memalingkan kepada yang marjuh. Contohnya
dalam QS. Al-Isra ayat 24 :
ة� م� ح� ن�اح� الذ5ل� م�ن� الر� ا ج� م� ف�ض� ل�ه� … و�اح�
“..dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang”. (QS. Al-Isra : 24)11
Tidak mungkin memberikan pemahaman kata “adz-dzulli” pada
ayat itu dengan pengertian “sayap” yang merupakan arti rajih karena
pada kenyataannya memang manusia tidak memiliki sayap. Karenanya,
kata itu harus diberi pemahaman dengan arti lain yang marjuh, yakni
perlakuan yang baik terhadap kedua orang tua.
B. Pengertian Mafhum dan Macam – Macamnya
1. Pengertian Mafhum9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.3610 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 36011 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 285
6
Secara etimologi mafhum adalah isim maf’ul yang berasal dari kata ( ف�ه�م��ف�ه�م� .berarti yang difahami م�ف�ه�و�م� ,yang artinya faham12 (– ي
Sedangkan secara istilah Mafhum (pemahaman) adalah arti yang tidak
diperlihatkan oleh lafaz yang diucapkan (yakni, petunjuk artinya keluar dari
unsur-unsur huruf yang dicapkan).13 Menurut Syafi’i Karim, mafhum adalah
sesuatu yang ditunjuk oleh lafaz, tetapi bukan dari ucapan lafaz itu sendiri. Dan
menurut Mudzakir, ialah makna yang ditunjukkan oleh lafaz tidak berdasarkan
pada bunyi ucapan.14
Dengan kata lain, mafhum ialah pengertian yang ditunjukkan oleh suatu
lafaz tidak dalam tempat pembicaraan, tetapi dari pemahaman yang terdapat
pada ucapan tersebut. Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks
firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi :
ا م� ه� ر� ا أ�ف> و�ال� ت�ن�ه� م� ل� ل�ه� ال� ت�ق� ف�
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. (QS. Al-Isra’ : 23)15
Dalam ayat tersebut terdapat pengertian mantuq dan mafhum,
pengertian mantuq yaitu ucapan lafadz itu sendiri (yang nyata = uffin) jangan
kamu katakan perkataan yang keji kepada kedua orang tuamu. Sedangkan
mafhum yang tidak disebutkan yaitu memukul dan menyiksanya (juga
dilarang) karena lafadz-lafadz yang mengandung kepada arti, diambil dari segi
pembicaraan yang nyata dinamakan mantuq dan tidak nyata disebut mafhum.
2. Macam – Macam Mafhum
Mafhum dibedakan menjadi dua bagian, yakni:
1) Mafhum Muwafaqah.
2) Mafhum Mukhalafah
C. Pengertian Mafhum Muwafaqah dan Bentuk-bentuknya
1. Pengertian Mafhum Muwafaqah 12 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka
progressif, 1997), hlm. 107513 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hlm. 23514 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 363
15
7
Mafhum Muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan
hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Atau Pemahaman yang diberikan
kepada lafaz mafhum itu selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq,
dengan kata lain makna yang hukumnya sesuai dengan mantuq.
2. Bentuk-bentuk Mafhum Muwafaqah
Mafhum Muwafaqah dapat dibagi kepada 2 bagian yaitu:
1) Fahwal Khitab, yaitu apabila yang dipahamkan lebih utama hukumnya
daripada yang diucapkan. Seperti memukul orang tua lebih tidak boleh
hukumnya, firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi :
ا و�ال< ك�ر�يم< ا ق� م� ا و�ق�ل ل�ه� م� ه� ر� ا أ�ف> و�ال� ت�ن�ه� م� ل ل�ه� ال� ت�ق� ف�
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.(QS. Al-Isra’ : 23)16
Dalam ayat di atas menerangkan bahwa kata-kata yang keji saja
tidak boleh (dilarang) apalagi memukulnya.
2) Lahnal Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya
dengan yang diucapkan, seperti firman Allah SWT dalam surat An-Nisa
ayat 10:
ا ي�أ�ك�ل�ون� �ن�م� ا إ و�ال� ال�ي�ت�ام�ىE ظ�ل�م< م� إ�ن� ال�ذ�ين� ي�أ�ك�ل�ون� أ�
ا م� ن�ار< ف�ي ب�ط�ون�ه�
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. An-Nisaa : 10).17
Dalam ayat di atas menerangkan bahwa Membakar atau setiap cara
yang menghabiskan harta anak yatim sama hukumnya dengan memakan
harta anak tersebut yang berarti dilarang (haram).
D. Pengertian Mafhum Mukhalafah dan jenis-jenisnya
16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), hlm. 285.
17 Ibid, hlm. 79.
8
1. Pengertian Mafhum Mukhalafah
Mafhum mukhalafah adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan
ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh
karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang
diucapkan. Atau Pemahaman yang diberikan kepada lafaz mafhum itu tidak
selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang
berbeda hukumnya dengan mantuq.
Seperti dalam firman Allah swt :
م� ل�واة� م�ن� ي�و� د�ى� ل�لص� �ذ�ا ن�و� ا إ ن�و� ا ال�د�ي�ن� ء�ام� �ي5ه� ي�أ
Oل�ب�ي�ع�ج ذل�ك�م� ا ا و� ذ�ر� OللPه� و� �ل�ى ذ�ك�ر� ا ا إ ع�و� اس� ع�ة� ف� م� ال�ج�
و�ن� ي�رO ل�ك�م� إ�ن� ك�ن�ت�م� ت�ع�ل�م� خ�
“apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” (QS. Al-jum’ah:9).18
Dapat dipahami dari ayat di atas, bahwa boleh jual beli di hari jum’at
sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat.
2. Jenis – jenis Mafhum Mukhalafah
Jenis – jenis mafhum mukhalafah ada 5 yaitu19 :
1) Mafhum shifat
Mafhum shifat yaitu menggantungkan hukum pada dzat dengan salah
satu sifat.
Seperti firman Allah ta’ala pada kafarat pembunuhan :
ن�ة# م� ؤ� ب�ة# م� ق� ر�ير� ر� ت�ح� …ف�
“…hendaklah ia (yang membunuh) memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman”. (QS. An-Nisaa : 92)20
Mafhumnya, jika hamba sahaya yang dimerdekakan itu bukan
termasuk orang beriman, maka tidak diperbolehkan.
Contoh lain dalam QS. Al-Hujarat ayat 6 :
18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.555.19 Abdul hamid hakim, Ushul Fiqh (Jakarta : Maktabah Al-adiyat Qatran, 1927), hlm. 3120 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 94.
9
# قO م ب�ن�ب�إ اس� اء�ك�م� ف� ن�وا إ�ن� ج� ا ال�د�ي�ن� ء�ام� �ي5ه� ي�أ
ا ع�ل�ى و� ب�ح� ت�ص� هل�ة# ف� ام ب�ج� و�م� ا ق� ي�ب�و� ا أ�ن� ت�ص� ت�ب�ي�نو� ف�
ي�ن� ع�ل�ت�م� ن�د�م� ا ف� .م�
“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasikh embawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”( QS. Al-Hujarat : 6)21
Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak
wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh
seseorang yang adil wajib diterima.
2) Mafhum ‘ilat atau sebab
Mafhum ‘ilat yaitu menggantungkan atau menghubungkan hukum
sesuatu karena sebab (illatnya). Seperti pengharaman khamr karena
memabukkan.
3) Mafhum ‘adad atau bilangan
Mafhum ‘adad yaitu memperhubungkan hukum sesuatu kepada
bilangan tertentu. Seperti Firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 4.
ب�ع�ة� ر��ت�وا ب�أ� ن�ات� ث�م� ل�م� ي�أ ص� م�ون� ال�م�ح� ال�ذ�ين� ي�ر� و�
ل�د�ة< ان�ين� ج� ل�د�وه�م ث�م� اج� د�اء� ف� ه� ش�
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera”. (QS. An-Nur : 4)22
4) Mafhum ghayat atau tujuan
Mafhum ghayat yaitu membatasi hukum dengan kata “ila” atau
“hatta”.
Seperti firman Allah Ta’ala :
21 Ibid, hlm.517.22 Ibid, hlm.351.
10
ة� ال� �ل�ى الص� ت�م� إ م� �ذ�ا ق� ن�وا إ ا ال�ذ�ين� آم� �ي5ه� ي�ا أ
اف�ق� ر� إ�ل�ى ال�م� �ي�د�ي�ك�م� أ ك�م� و� وه� ل�وا و�ج� اغ�س� ف�
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku".(QS. Al-Ma’idah: 6)23
Contoh lain firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 230 :
ت�ى ل5 ل�ه� م�ن� ب�ع�د� ح� ال� ت�ح� ا ف� ه� إ�ن� ط�ل�ق� ف�
ه� ا غ�ي�ر� و�ج< … ت�ن�ك�ح� ز�
“Kemudian, jika si suami menalaknya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal baginya hingga ia kawin lagi dengan lelaki yang lain.”( QS. Al-Baqarah: 230)24
Mafhumnya, jika perempuan itu sudah menikah lagi dengan lelaki
yang lain, maka si suami yang pertama boleh merujuknya dengan
menikahi kembali.
5) Mafhum Hashr atau pembatas
Mafhum Hashr yaitu pemahaman dari redaksi yang menggunakan
hashr (pembatasan). Misalnya firman Allah dalam beberapa ayat Al-
Qur’an :
�ل�ه� إ�ال� الله� ال�إ
“Tidak ada Tuhan selain Allah”Mafhumnya, selain Allah bukanlah Tuhan
�ي�اك� ن�ع�ب�د� إ
“hanya kepada-Mu-lah kami menyembah”
Mafhumnya, kami tidak menyembah kepada selain-Mu (Allah).25
23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 109.24 Ibid, hlm. 37.25 Alkautsar, kallebi. Ulumul Qur’an, dalam
http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/. Diakses pada 30 september 2014 pukul 09.00 WIB.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk yang
telah jelas pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan lafadz itu
sendiri.
Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu :
Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau disebut
nash
Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi menjadi
dua bagian, yaitu Zahir dan Mu’awwal
2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam suatu
lafadz. Mafhum juga terbagi pada dua bagian, yaitu:
Mafhum Muwafaqah
Mafhum Mukhalafah.
3. Mafhum muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan
hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Mafhum muwafaqah terbagi
menjadi 2 yaitu :
Fahwal khitab
Lahnal khitab
4. Mafhum mukhalafah yaitu pengertian yang dipahami berbeda daripada ucapan,
baik dalam menetapkan maupun meniadakkan.
Mafhum mukhalafah terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
Mafhum shifat
Mafhum 'ilat atau sebab
Mafhum 'adad atau bilangan
Mafhum ghayah atau tujuan batas
Mafhum hashr atau pembatas
11
12
DAFTAR PUSTAKA
AS, Mudzakir. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor; Litera Antar Nusa.Hakim, Abdul hamid. 1927. Ushul Fiqh. Jakarta ; Maktabah Al-adiyat Qatran.Ismail, Mohammad. Ulumul Qur’an. Dalam
http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum_/ . diakses pada 30 september 2014.
Kalebbi, alkautsar. Ulumul Qur’an dalam http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/ . diakses pada 30 september 2014.
Karim, Syafi’i. 1997. Fiqih – Ushul Fiqih. Bandung; Pustaka Setia.Munawwir, Ahmad warson. 1997. kamus arab indonesia al-munawwir.
Surabaya; pustaka progressif.RI, Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta; CV Darus
Sunnah.Rosihon. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung; Pustaka Setia.