Upload
alifia-utami
View
925
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
blah blah blahsemoga bermanfaat.
Citation preview
Membangun Sistem PerpajakanOleh :
Alifia Nur Utami
Fathimah Hasim
Bahan diperoleh dari
Koran Republika
Sejarah
Sebuah pemerintahan sering menggali
bermacam pendapatan untuk memutar roda
pemerintahan dan juga untuk membiayai
pembangunan di wilayahnya. Salah satu sumber
yang sering menjadi andalan adalah pajak,
yang dipungut dari warganya. Diterapkan pada
masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
Jenis-Jenis Pajak untuk Rakyat
Pajak tanah
Pajak hewan ternak
Pajak barang dagangan
Pajak emas dan perak
(tidak bersifat wajib)
>koin masa Abbasiyah>
Jenis-Jenis Pajak untuk Pendatang
Uang tebusan
Pajak tanah
Pajak barang dagangan
Pajak kepala (merupakan pajak
perlindungan bagi non-Muslim)
Wilayah Perbatasan Tempat Pajak
Diperoleh
Perbatasan Sisilia
Perbatasan Tabaristan
Perbatasan Kandahar
Perbatasan Melitene
Jumlah Pendapatan Pajak*
Wilayah Sawad :
27 juta dirham
Wilayah Khurasan,
Penurunan Jumlah Pajak
Mesir : 14 juta dinar 5 juta dinar→
Irak : 100 juta dinar 40 juta dinar→
Pemanfaatan Pajak
Biaya administrasi pemerintah pusat dan
daerah
Membayar pensiun
Pembangunan fasilitas umum dan keagamaan
Gaji prajurit
Membantu kaum miskin
Fakta-Fakta
Pada masa awal Abbasiyah, jumlah orang Mesir,
Persia, Irak, dan Armenia yang berislam lebih besar
daripada Arab Muslim.
Pemerintahan Islam pada masa Dinasti Umayyah dan
Abbasiyah merintis mekanisme pembayaran, jenis
pajak, dan organisasi perpajakan yang begitu rapi.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, badan yang
Fakta-Fakta (Bag. 2)
Sistem pajak per-kepala berlaku pula saat
terjadi ekspansi wilayah dan penyebaran
agama Islam pada pemerintahan Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah.
Para mualaf dari Mesir, Persia, Irak, dan
Armenia juga mulai meninggalkan tempat
tinggal mereka dan ingin menjadi prajurit .
Khalifah al-Hajjaj justru mengembalikan
Fakta-Fakta (Bag. 3)
Dalam struktur pemerintahan pada masa Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah, Departemen Keuangan harus
bertanggung jawab dan berada di bawah wewenang
pejabat administrasi pemerintah, yaitu seorang wazir.
Gubernur Irak era Dinasti Umayyah bernama Khalid bin
Abdullah al-Qasri diketahui menggelapkan
pendapatan negara sebesar 13 juta dirham.
Dalam struktur pemerintahan pada masa Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah, Departemen Keuangan harus
bertanggung jawab dan berada di bawah wewenang
pejabat administrasi pemerintah, yaitu seorang wazir.
Gubernur Irak era Dinasti Umayyah bernama Khalid bin
Abdullah al-Qasri diketahui menggelapkan
pendapatan negara sebesar 13 juta dirham.
Fakta-Fakta (Bag. 4)
Saat ditangkap, Khalid bin Abdullah al-Qasri
diwajibkan mengganti uang negara serta mendapat
sanksi tegas.
Secara hierarki, wazir memberikan kewenangan penuh
kepada pejabat gubernur untuk memungut pajak di
wilayah masing-masing.
Pemasukan lokal dari tiap provinsi diatur berdasarkan