View
48
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NORMA SOSIAL
NORMA SOSIAL
Merupakan seperangkat aturan yang digunakan oleh komunitas/masyarakat, sebagai pedoman untuk bersikap, berperasaan, berpikir,maupun bertindak
Merupakan patokan perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat.
Norma sosial akan berfungsi dengan baik kalau sudah melembaga (institutionalized), dan juga disertai dengan syarat:– Diketahui oleh masyarakat– Dipahami dan dimengerti– Dihargai– Ditaati dan dilaksanakan.
Klasifikasi Norma SosialBerdasarkan proses terbentuknya norma sosial ; 1. Melalui kebiasaan/tradisi tidak terencana, tidak tertulis2. Melalui perencanaan dan pembahasan yang tertulis
Atas dasar proses terbentuknya norma sosial dibedakan menjadi : 1. Folkways 2. Mores 3. Hukum
1. FolkwaysFolkways itu berarti tata cara (=ways) yang lazim dikerjakan
atau diikuti oleh rakyat kebanyakan (=folk). Folkways seluruh norma-norma sosial yang terlahir dari
adanya pola-pola perilaku yang selalu diikuti oleh orang-orang kebanyakan -- sesuatu hal yang terlazim
Folkways semula merupakan sesuatu kebiasaan dan kelaziman belaka (yaitu sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang dan ajeg di alam realita), berangsur-angsur terasakanlah kekuataannya sebagai hal yang bersifat standar, yang karenanya --secara normatif-- wajib dijalani.
Contoh folkways Praktek-praktek penggunaan tata bahasa dan
perbendaharaan bahasa berapa kalikah kita harus makan setiap harinya; bagaimanakah santapan pagi, santapan siang
dan santapan malam harus disiapkan; bagaimana pakaian kita ini harus kita kenakan; bagaimanakah cara tubuh kita ini harus dirawat
dan dibersihkan; Orang tidaklah perlu lagi setiap kali berpikir-pikir
karena folkways yang ada telah siap dengan petunjuk-petunjuk dan pedoman-pedoman (normatif) yang diperlukan.
Menyimpang folkways.
Tidaklah makan tiga kali seharinya melainkan lima kali;
Tidak mengenakan celana panjang kalau pergi ke kantor, melainkan mengenakan sarung;
Tidak menggunakan tangan kanan kalau memegang sendok, melainkan menggunakan tangan kirinya.
Apabila di dalam segala hal orang mencoba menyimpangi, pastilah dia akan tersisih dari kontak-kontak sosial dan dipandang sebagai orang yang aneh, eksentrik dan sulit dimengerti.
Sarana Pengontrol
Folkways mengancamkan sanksi-sanksi kepada siapa saja yang tidak menjalaninya.
Sanksi-sanksi folkways itu relatif tidaklah berat, dan sifatnya tidaklah formal, terencana dan teratur;
melainkan bersifat informal --seperti misalnya berupa sindiran, pergunjingan atau olok-olok.
Walaupun lunak dan informal sifatnya, sanksi-sanksi terhadap pelanggaran folkways itu bisa bersifat kumulatif.
Ciri ciri Folkways,
1. Tidak tertulis2. Tidak diketahui siapa pembuatnya 3. Tidak diketahui kapan dibuat
4. Sanksinya ringan (dicemooh/diejek, sindiran, pergunjingan atau olok-olok)
5. Penghukuman komunal. Sanksi bersifat informal terbatas pada kelompok tertentu 6. Eksistensinya bisa dibantah
2. Mores
Mores adalah segala norma yang secara moral dipandang benar. Pelanggaran terhadap mores selalu dikutuk sebagai sesuatu hal yang secara moral tidak dapat dibenarkan.
Mores tidaklah memerlukan dasar pembenar, karena mores itu sendiri adalah sesuatu yang sungguh-sungguh telah bernilai benar.
Mores tidak bisa diganggu gugat untuk diteliti benar-tidaknya; sedangkan folkways --di lain pihak-- benar tidaknya masihlah agak leluasa untuk diperbantahkan.
mores tidak dilanggar.
Mores
mores itu dipandang lebih essensial bagi terjaminnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu lalu selalu dipertahankan oleh ancaman-ancaman sanksi yang jauh lebih keras.
Pelanggaran terhadap mores selalu disesali dengan sangat, dan orang selalu berusaha dengan amat kerasnya agar mores tidak dilanggar.
Mores
Dirumuskan ke dalam aturan yang harus dilakukan untuk mengatur pola hubungan umum.
Seperti di antaranya, keharusan untuk bekerja rajin, jujur, ksatria dll.
Dirumuskan dalam bentuk larangan
Larangan untuk dilakukan itu sering disebut Tabu Tabu yang populer adalah tabu incest
Sifat Mores • Mores bersifat spesifik (yaitu mores yang mengatur keharusan
perilaku-perilaku tertentu), mengkaidahi perhubungan khusus antara dua orang tertentu, pada suatu situasi tertentu pula;
misalnya: hubungan antara seseorang suami dengan isterinya, atau antara seorang dokter dengan pasiennya, atau antara seseorang guru dengan muridnya.
• Mores bersifat umum, yang mengharuskan adanya penataan secara mutlak terhadap norma mores tertentu, oleh siapun juga, dan pada situasi bagaimanapun juga mengkaidahi secara umum sejumlah hubungan-hubungan sosial di dalam situasi-situasi umum,
misalnya: keharusan berlaku jujur, keharusan bersikap ksatria, keharusan bekerja rajin, dan sebagainya.
Ciri-ciri MoresCiri-ciri Mores
pada dasarnya hampir sama pada dasarnya hampir sama dengan Folkways ( ciri 1 s.d.5), dengan Folkways ( ciri 1 s.d.5),
bedanya, eksistensi mores tidak bedanya, eksistensi mores tidak dapat dibantah dan sanksinya dapat dibantah dan sanksinya relatif lebih berat. relatif lebih berat.
Artinya bahwa aturan yang Artinya bahwa aturan yang termasuk mores harus termasuk mores harus dilakukan/dipatuhi.dilakukan/dipatuhi.
Persamaan Folkways dan Mores
kedua-duanya tidak jelas asal-usulnya, terjadi tidak terencana. Dasar eksistensinya pun tidak pernah dibantah, dan
kelangsungannya --karena didukung tradisi-- relatif amatlah besar.
Kedua-duanya dipertahankan oleh sanksi-sanksi yang bersifat informal dan komunal, berupa sanksi spontan dari kelompok-kelompok sosial dimana kaidah-kaidah tersebut hidup.
Walaupun ada kesamaan-kesamaan antara folkways dan mores, namun mores selalu lebih dipandang sebagai bagian dari hakekat kebenaran. Mores adalah segala norma yang secara moral dipandang benar.
Perbedaan Folkways dan Mores
• folkways yang biasanya dipandang relatif kurang begitu penting --dan oleh karenanya dipertahankan oleh ancaman-ancaman sanksi yang tidak seberapa keras.
• mores itu dipandang lebih essensial bagi terjaminnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu lalu selalu dipertahankan oleh ancaman-ancaman sanksi yang jauh lebih keras.
Perbedaan Folkways dan Mores
• Pelanggaran terhadap mores selalu dikutuk dan disesali dengan sangat sebagai sesuatu hal yang secara moral tidak dapat dibenarkan, karenanya orang selalu berusaha dengan amat kerasnya agar mores tidak dilanggar.
• Mores tidak bisa diganggu gugat untuk diteliti benar-tidaknya;
• folkways --di lain pihak-- benar tidaknya masihlah agak leluasa untuk diperbantahkan.
eksistensi mores tidak dapat dibantah dan sanksinya relatif lebih berat. Artinya bahwa aturan yang termasuk mores harus dilakukan/dipatuhi.
3. HukumSegugus kaidah yang lain, untuk menegakkan keadaan tertib
sosial. Merupakan aturan/norma sosial yang dibuat secara terencana,
terpikirkan, tertulis serta terkodifikasikanPada hukum terdapat organisasi-politik khususnya, yang secara
formal dan berprosedur bertugas memaksakan agar kaidah-kaidah sosial yang berlaku ditaati. Organisasi yang lazim dikenal dengan nama badan peradilan.
• Di sisi lain, karena mores itu lain tidak adalah kaidah-kaidah yang tak tertulis, maka hukum yang dijadikan dari mores --dengan ditunjang oleh wibawa suatu struktur kekuasaan politik-- inipun lalu merupakan hukum yang tak tertulis (atau lazim dinamakan hukum adat, customary law).
Ciri ciri hukum bertolak belakang dengan folkways dan mores
• Pada masyarakat semakin kompleks dan bertambah besar, maka organisasi politik yang hanya mengerjakan fungsi peradilan --menegakkan berlakunya kaidah-kaidah sosial yang tertulis-- mulailah dipandang kurang memadai.
• Sehingga perlu pula mengadakan satu organisasi politik yang bertugas khusus melaksanakan tugas-tugas pembuatan kaidah-kaidah baru. dengan tugas legislatif untuk menutup kekurangan-kekurangan kaidah yang dirasakan.
Perbedaan Hukum dan Norma lain• Pada hukum terdapat organisasi-politik yang secara formal dan
berprosedur bertugas memaksakan ditaatinya kaidah-kaidah sosial yang berlaku.
• Hukum tertulis itu adalah jauh lebih terpikir dan lebih terlafalkan secara tegas.
• Hukum tertulis betul-betul merupakan hasil suatu perencanaan dan pikiran-pikiran yang sadar. Walaupun mungkin pula bertumpu pada jiwa dan semangat mores lama yang telah ada--sehingga karenanya memperoleh pula pentaatan yang spontan dari warga masyarakat–
• Hukum tertulis melaksanakan fungsinya secara lebih lanjut. Dalam bentuk memberikan pelafalan yang lebih tepat dan tegas serta demi pelaksanaannya, memberikan kekuatan formal kepadanya.
Nilai Sosial
• Menurut Horton dan Hunt (1987), NILAI adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman
itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakekatnya mengarahkan perilaku dan
pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar.
• NILAI adalah Konsepsi abstrak tentang sesuatu yang berharga dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.
• NILAI SOSIAL adalah nilai yang dianut dan dianggap penting oleh suatu kelompok masyarakat.
Ciri-ciri Nilai
• Sebagai suatu bagian penting dari kebudayaan. • Suatu tindakan dianggap sah --artinya secara moral dapat
diterima-- kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan.
Ketika nilai yang berlaku menyatakan bahwa kesolehan beribadah adalah sesuatu yang harus di junjung tinggi, maka bila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan.
Sebaliknya, bila ada orang yang dengan ikhlas rela menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah atau rajin amal , maka ia akan dinilai sebagai orang yang pantas dihormati dan diteladani.
FUNGSI NILAI SOSIAL Dapat menyumbangkan seperangkat
alat untuk menetapkan harga sosial dari kelompok.
Dapat mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku
Sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peran sosialnya.
Sebagai alat solidaritas. Sebagai kontrol perilaku masyarakat.