23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran politik memiliki dua makna yaitu makna pertama menunjuk teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal, makna kedua menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan. Contoh pemikiran politik yang merupakan pemikiran spekulatif adalah pemikiran politik Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain adalah pemikiran politik yang berdasar pada pemikiran Adam Smith kapitalisme. Pemikiran Tan Malaka dalam tulisannya Madilog, merupakan contoh teori politik Indonesia. Nasakom yang diajukan Soekarno merupakan contoh lain. Sedangkan pemikiran politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan dengan teori struktural – fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson (seorang sosiologi), antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture. Konsep sistem politik sendiri merupakan ciptaan para akademisi yang mengkaji kehidupan politik (sesungguhnya diturunkan dari konsep sistem sosial). Dari berbagai pemikiran politik yang ada maka akan timbul ideologi-ideologi politik seperti

Pembahasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembahasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemikiran politik memiliki dua makna yaitu makna pertama menunjuk

teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan

masyarakat yang ideal, makna kedua menunjuk pada kajian sistematis tentang

segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan. Contoh

pemikiran politik yang merupakan pemikiran spekulatif adalah pemikiran politik

Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain adalah pemikiran politik yang

berdasar pada pemikiran Adam Smith kapitalisme. Pemikiran Tan Malaka dalam

tulisannya Madilog, merupakan contoh teori politik Indonesia. Nasakom yang

diajukan Soekarno merupakan contoh lain.

Sedangkan pemikiran politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan

dengan teori struktural – fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson (seorang

sosiologi), antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture.

Konsep sistem politik sendiri merupakan ciptaan para akademisi yang mengkaji

kehidupan politik (sesungguhnya diturunkan dari konsep sistem sosial). Dari

berbagai pemikiran politik yang ada maka akan timbul ideologi-ideologi politik

seperti Libralisme, Sosialisme, Komunisme, Konservatisme dan Fasisme.

Dari analisis hubungan antara pemikiran politik dan konsep yang di

tuangkan ke dalam ideologi politik ini menimbulkan adanya sistem politik yang

berkembang dalam kehidupan berbangsa ini. Sistem politik pun selalu bergerak

dinamis, melibatkan fungsi dan lingkungan internal dan eksternal. Akibatnya,

sistem politik di suatu negara akan bersinggungan dengan sistem politik di negara

lain dan tidak pernah berdiri sendiri seperti yang di kemukakan oleh David Easton

melalui pendekatan Teori Behavioral sistem politik. Sedangkan Gabriel Almond

meneruskannya ke dalam turunan teori sistem politik yang lebih konkrit, yaitu

menggabungkan teori sistem ke dalam struktural-fungsional.

 

Page 2: Pembahasan

2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Konsep pemikiran politik?

2. Apa saja konsep ideologi politik? 

3. Apa saja fungsi ideologi politik dalam system politik?

4. Apa saja bentuk- bentuk ideologi politik?

5. Apa saja konsep sistem politik

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep pemikiran politik?

2. Untuk Mengetahui ideologi politik dalam sistem politik suatu

negara.

3. Untuk Mengetahui fungsi ideologi politik dalam sistem politik

4. Untuk Mengetahui bentuk-bentuk ideologi politik dalam sistem

politik

5. Untuk mengetahui system politik

 

 

 

 

 

2

Page 3: Pembahasan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemikiran Politik

Filsafat politik adalah studi tentang topik seperti kebebasan,keadilan,

properti,hak,hukum,dan penegakan kode hukum oleh otoritas : apa yang mereka,

mengapa (atau bahkan jika) mereka dibutuhkan, apa yang membuat sebuah

pemerintahan yang sah , apa yang hak dan kebebasan itu harus melindungi dan

mengapa, apa bentuknya harus mengambil dan mengapa, apa hukum, dan apa

tugas warga negara berutang kepada pemerintah yang sah, jika ada, dan ketika itu

mungkin sah digulingkan-jika pernah.

1. Filsafat Barat

Sebagai disiplin akademis, filsafat politik Barat memiliki asal-usul di

zaman Yunani kuno dan masyarakat, ketika kota-negara yang bereksperimen

dengan berbagai bentuk organisasi politik termasuk monarki , tirani , aristokrasi ,

oligarki , dan demokrasi . Salah satu yang sangat pertama klasik karya-karya

penting, filsafat politik Plato The Republic , [2] yang diikuti oleh Aristoteles

Politik dan Nichomachean Etika . [3] Roma filsafat politik dipengaruhi oleh Stoa ,

dan negarawan Romawi Cicero .

Berikut pemikiran politik Aristoteles: Kemunculan, Fungsi dan Tujuan

Negara Menurut Aristoteles mendefinisikan negara sebagai “komunitas keluarga

dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan

berkecukupan. Doktrin Aristoteles berupaya mempertahankan pluralitas esensial

dari negara dan menjadikan tubuh politik sebagai suatu keseluruhan bagian-bagian

fungsional yang beragam dan komplementer yang disatukan oleh pencapaian

tujuan umum dimana watak manusia mendorong mereka untuk saling bekerja

sama.

Aristoteles terus-menerus merujuk pada fungsi positif negara. Dengan

tegas dia menyatakan bahwa komunitas politik tidak muncul hanya untuk menjadi

polisi guna melindungi aturan dikalangan para warga atau sebagai prajurit untuk

3

Page 4: Pembahasan

4

menjaga rakyat terhadap invasi dari luar. Aristoeles setuju dengan Sokrates dan

Plato dalam menolak pendirian kaum sofis bahwa negara itu berdasarkan adat

kebiasaan dan bukan kodrat. Dalam buku I dari politica, Aristoteles mengatakan

bahwa manusia menurut kodratnya merupakan Zoion politikom : makhluk yang

hidup dalam polisNegara Ideal dimata Aristoteles membentuk pemerintahan yang

terbaik adalah yang paling kondusif bagi kebahagiaan hidup rakyatnya.

Aristoteles mengatakan suatu bentuk negara boleh disebut baik, jika diarankan

kepada kepentingan umum; sedangkan bentuk negara yang diarahkan kepada

kepentingan si penguasa saja harus disebut buruk. Ketiga bentuk negara yang baik

menurut Aistoteles adalah monarki, aristokrasi, dan politeia. Ketiga bentuk buruk

yang sepadan dengannya masing-masing adalah tirani, oligarki, dan demokrasi.

Dalam menilai ketiga bentuk negara yang baik, Aristoteles menganggap

monarki tidak terlalu praktis. Bentuk negara yang lebih baik dari monarki adalah

aristokrasi, dimana pemerintahan dipercayakan kepada segelintir orang yang

mutlak dianggap paling baik. Seringkali tidak mungkin untuk mendapati orang

yang memenuhi syarat itu. Itulah sebabnya politeia harus di pandang sebagai

bentuk negara yang paling baik dalam praktek. Dengan istilah “politeia”

Aristoteles memaksudkan demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai

undang-undang dasar.

Dalam susunan negara yang disebut demokrasi, seluruh rakyat mengambil

bagian dalam pemerintahan, mereka yang kaya dan mereka yang miskin, mereka

yang berpendidikan serta mereka yang tidak. Aristoteles membedakan beberapa

jenis demokrasi dan yang paling buruk adalah demokrasi yang tidak mempunyai

undang-undang. Karena dalam keadaan begitu, kekuasaan mudah jatuh dalam

tangan seorang yang menghasut rakyat. Oleh karena itu demokrasi macam ini

tidak berbeda besar dengan tirani.

4

Page 5: Pembahasan

5

2. Filsafat Timur

Di India, Chanakya , dalam bukunya Arthashastra , mengembangkan

sebuah sudut pandang yang mengingatkan baik legalis dan Niccolò Machiavelli .

Dalam kasus Cina, filsuf menemukan diri mereka berkewajiban untuk

menghadapi gangguan sosial dan politik, dan mencari solusi terhadap krisis yang

dihadapi seluruh peradaban mereka. Orang-orang Cina pada akhirnya akan

menerima filsafat Konfusius sebagai penunggu politik.

 

2.2 Konsep Ideologi Politik

Menurut  Christenson,et.al dalam bukunya “Ideologies and Modern

Politics” mendefinisikan ideologi politik “sebagai suatu sistem kepercayaan yang

menjelaskan dan menjastifikasikan tatanan poitik yang dipilih suatu masyarakat”

(Rusli Karim, 1990 : 2).

Mirriam Budiarjo, menyatakan : “ideologi politik adalah himpunan nilai-

nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan suatu yang dimiliki

seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana dia menentukan sikapnya

terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan

tingkah laku politiknya.

2.3 Fungsi Ideologi Politik

Menurut Christenson, et.al.,fungsi ideologi adalah untuk menuntun,

mendukung, mendorong dan membatasi tindakan-tindakan  politik perseorangan,

kelompok maupun negara  (Rusli Karim, 1990:2).

Menurut Lyman Tower Sargent, “ideologi politik memberi orang-orang

yang percaya suatu gambaran tentang dunia baik sebagaimana adanya maupun

sebagaimana seharusnya, dan ia juga mengatur kompleksitas dunia sampai ke

suatu yang agak sederhana dan dapat dipahami” (1986:3).

5

Page 6: Pembahasan

6

 

6

Page 7: Pembahasan

7

2.4 Prinsip Prinsip Ideologi Politik

Gilbert Abcarian dan George Massanat, dalam “Contemporary Political

System”   bahwa prinsip yang terkandung dalam setiap ideologi politik adalah :

1. Perceptual Selectivity

2. Rationality (alasan pembenar/ legitimasi )

3. Scriptualisme (pertentangan ideologi )

4. Normative Certitude (untuk moral sense dan sebagai landasan aktivitas

politik (fundamentalisme politik)

5. Trancendentalism (visi transendetal misalnya mewujudkan ketertiban

masyarakat) (Cheppy Haricahyono, 1986:135).

Menurut Padmo Wahjono, unsur/ prinsip yang terdapat dalam ideologi

mencakup dimensi idealisme,realisme dan fleksibelitas.

2.5 Beberapa Ideologi Politik

A. Penggolongan ideology Secara garis besar pandangan hidup suatu

bangsa dapat dikelompokkan sifatnya dalam :

1. Pandangan yang bersifat perseorangan atau individualistik;

2. Pandangan hidup yang bersifat kekeluargaan atau integralistik;

3. Pandangan hidup yang bersifat otoriter yang dapat tumbuh dari

kedua macam pandangan hidup tersebut (Gema Pancasila,

No.57:19)

 

7

Page 8: Pembahasan

8

B. Demokrasi

 Konsep Brubacher menyimpulkan makna demokrasi, sebagai berikut :

1. Democracy a respect for dignity of the individual;

2. Democracy as equalitarism;

3. Democracy is freedom;

4. Democracy is sharing (Mohammad Noor Syam,1983:249)

-John Dewey sebagai pemberi dasar filosofis demokratis tergantung   pada

konsensus sosial dengan pandangan pada perkembangan…., didasarkan atas

kebebasan, persamaan dan partisipasi politik (Varma,1987:220). 

b. Prinsip-prinsip Demokrasi

-Menurut Lymen Tower Sargent :

a. Keterlibatan warga negara dalam perbuatan keputusan

politik

b. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara

c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang

diakui dan pakai oleh warga negara

d. Suatu sistem perwakilan

8

Page 9: Pembahasan

9

C. Ideologi Komunis

Konsep pandangan karl marx terhadap kapitalisme: marx menganggap

bahwa kapitalisme akan membayar pekerja-pekerja yang hanya cukup untuk

mempertahankan hidup,upah sekedar untuk mempertahankan hidup,upah sekedar

untuk menyambung hidup.marx menganggap sererti itu sebab:

1. ada kelebihan buruh dan tak ada keperluan untuk membayar

lebih.

2. dia tidak percaya bahwa kapitalisme akan membayar buruh lebih

dari tingkat upah yang di perlukan.

3. dia menganggap bahwa kapialisme akan berhadapan dengan

serangkaian krisis ekonomi yang tidak memungkinkan kapitalis

untuk membayar lebih banyak(lyman tower sargent,1986:113-

114)

c.Prinsip-Prinsip komunisme penuh adalah sebagai berikut:

1. distribusi pendapatan sesuai dengan kebutuhan ,tidak lagi sesuai

dengan kerja buruh.

2. tidak mengenal kelas-kelas sosial

3. negara bertambah buruk

4.produktivitas sangat tinggi,sehingga hasil yang ada cukup

memenuhi kebutuhan

5. kesadaran sosial yang tinggi,orang bekerja tanpa insentif

9

Page 10: Pembahasan

10

2.6 Bentuk-Bentuk Ideologi Politik

Dalam ilmu politik, dewasa ini berkembang banyak ideologi

diantaranya adalah, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain

sebagainya. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan ilmu sosial yang,

terutama ilmu politik yang makin berkembang maju dan melahirkan berbagai

paradigma baru.

1. Kapitalisme

Kapitalisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital

milik perorangan atau milik sekelompok kecil masyarakat sebagai alat

penggerak kesejahteraan manusia. Bapak ideologi kapitalisme adalah

Adam Smith dengan Teorinya the Wealth Of Nations, yaitu kemakmuran

bangsa-bangsa akan tercapai melalui ekonomi persaingan bebas, artinya

ekonomi yang bebas dari campur tangan negara.

Kapitalisme adalah sebuah ajaran yang didasarkan pada sebuah

asumsi bahwa manusia secara individu adalah makhluk yang tidak boleh

dilanggar kemerdekaannya dan tidak perlu tunduk pada batasan –batasan

sosial .

2. Liberalisme

Menurut faham liberalisme, manusia pada hakikatnya adalah

sebagai makhluk individu yang bebas. Manusia dalam perspektif

libreralisme sebagai pribadi yang utuh dan lengkap yang terlepas dari

manusia lainnya. Manusia sebagai individu memliki potensi dan

senantiasa berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.

3. Sosialisme

Sosialisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital

milik bersama seluruh masyarakat atau milik negara sebagai alat

penggerak kesejahteraan manusia. Kepemilikan bersama kapital atau

10

Page 11: Pembahasan

11

kepemilikan kapital oleh negara adalah dewa diatas segala dewa, artinya

semua yang ada di dunia harus dijadikan kapital bersama seluruh

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui sistem kerja sama,

hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama, dan distribusi hasil

kerja berdasar prestasi kerja yang telah diberikan.

4. Posmodernisme dan posmarsisme kedua ideologi ini karena

kontradiksi 

antara kapitalisme dan sosialisme yang makin menajam.sebagian

besar ilmuwan politik mencari jalan keluar dan menemukan realitas,

bahwa pemikir kapitalis mencari jalan keluar berupa posmarxisme. Kedua

ideologi ini hakikatnya adalah revisionisme, mengaburkan paham

kapitalisme dan sosialisme.

a) Posmodernisme

Postmodernisme merupakan ideologi tentang hak

untuk berbeda

( The Right of Different) yang menolak penyelamatan

manusia dari penghisapan manusia atas manusia yang

dikumandangkan oleh ideologi sosialisme, dan menolak

hegemoni dan dominasi kapital terhadap kehidupan.

b) posmarxisme

pormaxisme merupakan ideologi kaum intelektual

bekas kaum Marxist yang ingin memperbaiki nasib rakyat

jelata melalui program pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah borjuis. Pormaxisme berlawanan

marxisme, yaitu ideologi lahir dari kesadaran kaum buruh

untuk mengubah nasibnya dan penindasan, penghisapan

kaum kapitalis melalui revolusi sosal.

11

Page 12: Pembahasan

12

2.7 Ideologi Pancasila 

Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi

nasional. Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa indonesia untuk

mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.

Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk

kepentingan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi

pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan dikalangan

warga bangsa dan membangun pertalian batin antara warga negara dengan tanah

airnya

2.8 Konsep Sistem Politik

Model sistem politik yang hendak diuraikan berikut ini lebih dilihat dari sudut historis dan perkembangan sistem politik ,dimulai dari demokrasi tradisional ke totaliter dan sampai pada demokrasi. Di antara ketiga model sistem politik ini terdapat berbagai sistem politik yang timbul karena disesuaikan dengan kultur dan struktur masyarakat setempat maupun yang timbul sebagai kombinasi unsur-unsur terbaik dari ketiga sistem politik tersebut seperti sistem politik negara-negara berkembang yang lain.

1. Sistem Politik Otokrasi Tradisionala. Kebaikan bersamab. Identitas bersamac. Hubungan kekuasaand. Legitimasi Kekuasaane. Hubungan Ekonomi dan Politikf. Sistem Politik Totaliter

2. Komunisa. Kebaikan bersama

Sistem ini ditandai dengan prinsip sama rata, sama rasa dalam bidang ekonomi, dan sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi komunis yang bersifat doktriner dan eskatologis. Kebebasan politik individu dan hak-hak sipil

12

Page 13: Pembahasan

13

untuk mengkritik penguasa partai tidak dijamin, tetapi sangat menekankan pada kemerdekaan nasional dan bebas dari penindasan asing. Selain itu, berupaya keras menjamin kebutuhan materiil khususnya kebutuhan pokok secara merata

b. Identitas bersama

Faktor sakral yang mempersatukan masyarakat dalam sistem ini ialah ideologi yang bersifat doktriner dan eskatologis. Seluruh anggota masyarakat harus berperilaku sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam ideologi tersebut, setidak-tidaknya tidak menampakkan pembangkangan terhadap ajaran tersebut.

c. Hubungan kekuasaan

Kekuasaan dalam sistem ini dimonopoly dan dilaksanakan secara sentral dengan partai tunggal. Kekuasaan paksaan yang dilaksanakan oleh militer dan polisi rahasia lebih menonjol dari pada kekuasaan konsesus. Lingkup kekuasaan partai pemerintah sangat luas terutama lebih ditekankan pada sistem pemerintahan ,

d. Legitimasi kewenangan

Dasar kewenangan pemimpin dalam sistem ini berupa peranan mereka sebagai ideologi, yaitu penafsir dan pelaksana ideologi yang bersifat doktriner dan eskatalogis. Pada pihak lain, anggota masyarakat menaati kewenangan pemimpin partai dan pemerintah tetapi juga pemegang kewenangan memiliki kemampuan menggunakan kekuasaan paksaan yang sangat luas dan mendalam.

e. Hubungan politik dan ekonomi

Pemerintah yang dikelola oleh partai tunggal mengendalikan kegiatan ekonomi dalam koordinasi unit ekonomi maupun dalam pengadaan barang dan jasa

3. Sistem politik demokrasi

Sistem politik demokrasi secara ideal adalah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsesus, artinya demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat , persaingan dan pertentangan di antara indivdu, di antara berbagai kelompok, di antara individu dan kelompok,

13

Page 14: Pembahasan

14

individu dan pemerintah, kelompok dan pemerintah, bahkan di antara lembaga-lembaga pemerintah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi dari pemikiran politik itu sebagai hasil kajian empiris bisa

dicontohkan dengan teori struktural – fungsional yang diajukan oleh Talcot

Parson (seorang sosiolog), antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi

Civic Culture. Dari berbagai pemikiran politik yang ada maka akan timbul

ideologi-ideologi politik seperti Liberalisme, Sosialisme, Komunisme,

Konservatisme dan Fasisme. Setelah adanya ideologi-ideologi selanjutnya muncul

sistem politik dalam dunia politik seperti Otokrasi Tradisional, Demokrasi,

Totaliter, dan Komunis.

dari keterkaitan relasi antara pemikiran politik dan ideologi politik itu

maka dapat diwujudkan dalam realita implementasi sistem politik. Karena dari

sebuah konsep pemikiran politik dan adanya sudut pandang ideologi terhadap

politik bisa direalisasikan ke dalam dalam bentuk model sistem politik.

3.2 Saran-Saran

Dari analisis hubungan antara pemikiran politik dan konsep yang di

tuangkan ke dalam ideologi politik ini kedepannya dapat menimbulkan

adanya sistem politik yang berkembang dalam kehidupan berbangsa ini. Jadi

Sistem politik pun selalu bergerak dinamis supaya tidak melibatkan fungsi

dan lingkungan internal dan eksternal. Akibatnya, sistem politik di suatu

negara akan bersinggungan dengan sistem politik di negara lain dan tidak

pernah berdiri sendiri seperti yang di kemukakan oleh David Easton melalui

pendekatan Teori Behavioral sistem politik.

14

Page 15: Pembahasan

15

15

Page 16: Pembahasan

16

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2004. (Cetakan ke-26). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Surbakti, Ramlan. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia.

Tower Sargent, Liman. 1986. Ideologi Politik Kontemporer. Jakarta: Bina Aksara.

Rahman . 2007. Sistem Politik Indonesia. Jakarta : Graha Ilmu

16