24
PEMBENTUKAN DAN PERLUASAN KALIMAT OLEH: RACHMAT HIDAYAT NIM. E31115311 MUHAMMAD IHLASUL AMAL NIM. E31115310 AHMAD AMAR AFIF NIM. F21115316

Pembentukan dan perluasan kalimat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembentukan dan perluasan kalimat

PEMBENTUKAN DAN PERLUASAN KALIMAT

OLEH:

RACHMAT HIDAYATNIM. E31115311

MUHAMMAD IHLASUL AMALNIM. E31115310

AHMAD AMAR AFIFNIM. F21115316

UNIVERSITAS HASANUDDIN2015

Page 2: Pembentukan dan perluasan kalimat

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami susun dengan semaksimal

mungkin dan akhirnya dapat terselesaikan tanpa adanya hambatan yang

sulit bagi kami.

Terlepas dari hal tersebut di atas, tentu saja makalah ini belum

mendekati kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca agar kami ke depannya dapat membuat makalah

yang bisa mendekati kesempurnaan.

Akhirnya, kami sangat mengharapkan makalah ini dapat berguna

bagi semua pihak, terkhususnya bagi kami, sehingga dapat menjadi

inspirasi bagi pembacanya.

Makassar, September 2015

Penulis

Page 3: Pembentukan dan perluasan kalimat

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................ 1

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan............................................. 1

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................... 2

A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat.......................................... 2

B. Bagian-bagian Kalimat.......................................................... 2

C. Pola-pola Kalimat................................................................. 6

D. Macam-macam dan Perluasan Kalimat................................ 8

BAB III: PENUTUP.................................................................................. 12

A. Kesimpulan........................................................................... 12

B. Saran.................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 13

Page 4: Pembentukan dan perluasan kalimat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan

kepada orang lain atau menerima dari orang lain atau yang biasa kita

sebut sebagai berkomunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian

kata-kata, disebut juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu.

Kalimat ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat kelengkapan

dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan tentang

unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat

digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat telah memenuhi kaidah

tata bahasa atau belum.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah unsur-unsur pembentuk kalimat?

2. Bagaimanakah struktur kalimat yang benar?

3. Apakah yang membedakan kalimat tunggal dan majemuk?

4. Bagaimanakah contoh-contoh perluasan kalimat?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Agar dapat diketahui apa saja yang menyusun suatu kalimat.

2. Untuk mengetahui lebih jelas struktur kalimat yang benar.

3. Untuk mengetahui apakah hal yang membedakan kalimat tunggal

dan majemuk.

4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dari perluasan kalimat.

Page 5: Pembentukan dan perluasan kalimat

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat

Kalimat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “satuan

bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final

dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.” Sehingga dari

definisi tersebut, sebuah kalimat dapat dikatakan tersusun atas kata,

frasa, atau klausa.

1. Kata

Kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh

bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan

sebagai bentuk yang bebas. Misalnya saya, duduk, makan, dll.

2. Frasa

Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat

nonpredikatif. Misalnya gunung tinggi, sapu tangan, anak pertama,

dll.

3. Klausa

Klausa merupakan satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya

terdiri atas subjek (S) dan predikat (P) dan berpotensi menjadi

kalimat. Misalnya dia datang, saya membaca, Fikal menulis, dll.

B. Bagian-bagian Kalimat

Setidak-tidaknya sebuah kalimat harus memiliki subjek (S) dan

predikat (P). Sedangkan, bagian yang lainnya adalah objek (O) apabila

menggunakan kata kerja aktif transitif, serta pelengkap (Pel) dan

keterangan (K) sebagai penjelas terhadap predikat kalimat. Berikut

penjelasan dari bagian-bagian tersebut.

1. Subjek (S)

Subjek merupakan bagian dari kalimat yang menandai

pembicaraan atau yang menjadi pokok pembahasan. Unsur inilah

Page 6: Pembentukan dan perluasan kalimat

3

yang wajib ada pada suatu kalimat. Kadang-kadang, subjek juga

merupakan pelaku yang ada pada sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri

subjek, yaitu:

a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban

atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu

kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya

digunakan kata tanya siapa.

b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai

pembatas antara subjek dan predikat)

c. Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan

lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang.

Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

d. Tidak didahului preposisi

Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,

kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan

menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan

kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

e. Berupa kata benda atau frase kata benda

Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda.

Di samping kata benda, subjek dapat berupa kata kerja atau

kata sifat, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

2. Predikat (P)

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai pembicaraan atau

tindakan subjek serta penjelas dari subjek yang dapat berupa kata

atau frasa. Adapun ciri-ciri predikat, yaitu:

a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan

informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah

predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat

Page 7: Pembentukan dan perluasan kalimat

4

digunakan untuk menentukan predikat yang berupa kata benda

penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan

untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata

bilangan) atau frase numeralia.

b. Kata adalah atau ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat

itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang

panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak

jelas.

c. Dapat diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk

pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk

pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa

kata kerja atau kata sifat. Di samping tidak sebagai penanda

predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang

berupa kata benda atau predikat kata merupakan.

d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas

Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat

disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum,

dan akan. Kata-kata itu terletak di depan kata kerja atau kata

sifat. Kalimat yang subjeknya berupa kata benda bernyawa

dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap

pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3. Objek (O)

Objek adalah perkara atau orang yang menjadi pokok

pembicaraan. Objek berada di belakang predikat apabila bentuk

kalimatnya aktif transitif dan dapat berubah menjadi subjek (S)

apabila kalimatnya berbentuk pasif. Adapun ciri-ciri objek, yaitu:

a. Langsung di belakang predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah

mendahului predikat.

Page 8: Pembentukan dan perluasan kalimat

5

b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi

subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif

ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif

menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan

perubahan bentuk kata kerja predikatnya.

c. Tidak didahului preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan

tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat

dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

d. Kategori katanya kata benda/frase kata benda

e. Dapat diganti dengan -nya

f. Didahului kata bahwa

g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa

dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat

transitif.

h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak

memerlukan objek (intransitif)

i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek

(transitif)

4. Pelengkap (Pel)

Pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat verbal dan

berada di belakang predikat. Berbeda dengan objek, pelengkap

tidak dapat berubah menjadi subjek ketika dipasifkan. Adapun ciri-

ciri pelengkap, yaitu:

a. Terletak di belakang predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di

belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi

unsur lain, yaitu objek.

b. Tidak didahului preposisi

Page 9: Pembentukan dan perluasan kalimat

6

Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur

kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.

c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata

sifat.

5. Keterangan (K)

Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas

kata atau bagian kalimat yang lain. Posisi keterangan tidaklah

menentu, sehingga dapat berada pada posisi manapun di dalam

sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri keterangan, yaitu:

a. Bukan unsur utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap,

keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya

dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.

b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang

memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati

posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan

predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsur

tersebut tidak termasuk keterangan.

c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau

tentang

C. Pola-pola Kalimat

Suatu kalimat tersusun atas pola-pola tertentu tergantung dari

seberapa banyak kata di dalam kalimat tersebut. Telah dijelaskan

sebelumnya bahwa kalimat setidaknya memiliki subjek (S) dan objek (O).

Jadi, pola kalimat yang paling sederhana yaitu pola S P. Berikut

penjelasan lebih lanjut mengenai pola-pola kalimat.

1. Kalimat berpola S P

Page 10: Pembentukan dan perluasan kalimat

7

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat

untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau

kata bilangan. Contoh:

a) Mereka sedang berenang

S P

b) Ayahnya guru SMA.

S P

c) Gambar itu bagus

S P

2. Kalimat berpola S P O

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek

berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif,

dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Contoh:

a) Mereka sedang menyusun karangan ilmiah

S P O

b) Dia sedang menulis novel

S P O

3. Kalimat berpola S P Pel.

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.

Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba

intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau

adjektiva. Contoh:

Anaknya beternak ayam

S P Pel.

4. Kalimat berpola S P O Pel.

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan

pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat

berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal,

dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Contoh:

Dia mengirimi saya surat

Page 11: Pembentukan dan perluasan kalimat

8

S P O Pel.

5. Kalimat berpola S P K

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki

unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa

nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan

keterangan berupa frasa berpreposisi. Contoh:

Mereka berasal dari Surabaya

S P K

6. Kalimat berpola S P O K

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan

keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat

berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal,

dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contoh:

Kami memasukkan pakaian ke dalam lemari

S P O K

7. Kalimat berpola S P Pel. K

Kalimat dasar tipa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa

frasa berpreposisi. Contoh:

Ungu bermain musik di atas panggung

S P Pel. K

8. Kalimat berpola S P O Pel. K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa

nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina

atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal,

dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contoh:

Dia mengirimi ibunya uang setiap bulan

S P O Pel. K

D. Macam-macam dan Perluasan Kalimat

Page 12: Pembentukan dan perluasan kalimat

9

Menurut struktur gramatikalnya, kalimat dapat dibedakan menjadi

kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

1. Kalimat tunggal

Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa.

Kalimat ini merupakan kalimat paling sederhana. Kalimat tunggal

setidaknya memiliki satu subjek (S) dan satu predikat (P). Berikut

ini beberapa contoh kalimat tunggal.

a. Ia berdiri di tempat itu sejak tadi.

b. Aku terjebak macet di sana.

c. Dia sarapan dengan makanan seadanya.

d. Beliau adalah salah satu orang berpengaruh di sini.

2. Kalimat majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang berpola dua atau lebih.

Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.

Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan

melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di

dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Kalimat ini

juga telah mengalami perluasan karena telah memiliki dua kalimat

atau lebih.

Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang

berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan

cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Berikut ini jenis-

jenis kalimat majemuk.

a. Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah penggabungan dua kalimat atau

lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk

setara terdiri dari lima macam, yaitu:

1) Pemilihan yang menggunakan konjungsi atau;

2) Penguatan atau penegasan dengan konjungsi bahkan;

3) Penggabungan dengan konjungsi dan;

Page 13: Pembentukan dan perluasan kalimat

10

4) Urutan waktu dengan konjungsi kemudian, lalu, atau lantas;

dan

5) Berlawanan dengan konjungsi sedangkan, tetapi atau

melainkan.

Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk setara.

1) Kita menyelesaikan tugas itu dengan segera atau

menyerahkannya kepada orang lain.

2) Ia pulang ke rumahnya lalu pergi menjenguk anaknya.

3) Adik menyanyi dan saya menari.

b. Kalimat majemuk rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat

tunggal yang karena subjek, predikat, atau objeknya sama,

maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali. Contoh

kalimat majemuk rapatan, yaitu:

1) Kalimat 1: Pekerjaannya hanya makan.

Kalimat 2: Pekerjaannya hanya tidur.

Kalimat 3: Pekerjaannya hanya merokok.

Kalimat akhir: Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan

merokok.

2) Kalimat 1: Ia hanya datang di sekolah.

Kalimat 2: Ia hanya duduk di sekolah.

Kalimat akhir: Ia hanya datang dan duduk di sekolah.

c. Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat

atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di

dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat

dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola

yang terdapat pada induk kalimat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk

bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yaitu:

Page 14: Pembentukan dan perluasan kalimat

11

1) Syarat dengan konjungsi jika, kalau, manakala, andaikata,

atau asal(kan);

2) Tujuan dengan konjungsi agar, supaya, atau biar;

3) Perlawanan atau konsesif dengan konjungsi walaupun,

kendati(pun), atau biarpun;

4) Penyebaban dengan konjungsi sebab, karena, atau oleh

karena;

5) Pengakibatan dengan konjungsi maka atau sehingga;

6) Cara dengan konjungsi dengan atau tanpa;

7) Alat dengan konjungsi dengan atau tanpa;

8) Perbandingan dengan konjungsi seperti, bagaikan, atau alih-

alih;

9) Penjelasan dengan konjungsi bahwa; dan

10)Kenyataan dengan konjungsi padahal.

Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk bertingkat.

1) Ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah memperoleh

pinjaman dari bank.

2) Saya akan bekerja dengan tekun bila berhasil diterima

sebagai pegawai di kantor itu.

3) Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat

mencapai IPK yang tinggi.

4) Meskipun hari ini hujan, anak itu tetap berangkat ke sekolah.

d. Kalimat majemuk campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat

majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-

kurangnya terdiri dari tiga kalimat. Berikut ini contoh kalimat

majemuk campuran.

Kalimat 1: Toni bermain dengan Kevin.

Kalimat 2: Rina membaca buku di kamar.

Kalimat 3: Ketika aku datang ke rumahnya.

Page 15: Pembentukan dan perluasan kalimat

12

Kalimat akhir: Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca

buku di kamar ketika aku datang ke rumahnya.

Page 16: Pembentukan dan perluasan kalimat

13

BAB III

PENTUP

A. Kesimpulan

1. Kalimat tersusun atas kata, frasa, atau klausa.

2. Setidaknya kalimat memiliki subjek (S) dan predikat (P).

3. Bagian kalimat selain subjek (S) dan predikat (P) yaitu objek (O),

pelengkap (Pel.), dan keterangan (K).

4. Subjek (S) adalah yang menjadi pokok pembahasan.

5. Predikat (P) adalah bagian yang menandai pembicaraan.

6. Objek (O) adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan.

7. Pelengkap (Pel.) adalah unsur yang melengkapi predikat verbal.

8. Keterangan (K) adalah unsur yang berfungsi sebagai penjelas.

9. Kalimat memiliki pola tertentu, yaitu berpola S P, S P O, S P Pel., S

P O Pel., S P K, S P O K, S P Pel. K, dan S P O Pel. K.

10.Kalimat secara garis besar dibagi menjadi kalimat tunggal dan

majemuk.

11.Kalimat tunggal terdiri dari satu klausa dan merupakan kalimat

paling sederhana.

12.Kalimat majemuk adalah kalimat yang telah mengalami perluasan

dengan berpola dua atau lebih.

13.Kalimat majemuk dibagi menjadi kalimat majemuk setara, rapatan,

bertingkat, dan campuran.

B. Saran

1. Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih

dalam mengenai Bahasa Indonesia.

2. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun

kalimat, hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahas.

Page 17: Pembentukan dan perluasan kalimat

14

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:

Airlangga University Press.

Djafar, Muhammad Rasyidin S. 2013. “Pembentukan dan Perluasan

Kalimat,” (Online). (link:

http://rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/pembentukan-dan-

perluasan-kalimat.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4

September 2015).

Madjid, Fadilah. 2013. “Pembentukan dan Perluasan Kalimat,” (Online).

(link: http://fadilahmadjid.blogspot.com/2013/03/pembentukan-dan-

perluasan-kalimat.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4

September 2015).

Tim Wikipedia. 2015. “Kalimat,” Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia

Bebas (Online). (link: https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat, diakses

pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).

Usman, Arifin, et. al. 2014. Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia,

edisi revisi. Modul UPT-MKU Universitas Hasanuddin.

Yulianto, Iqbal. 2008. “Perluasan Kalimat Tunggal,” (Online). (link:

http://iqbalyulianto.blogspot.com/2008/12/perluasan-kalimat-

tunggal.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).