8
PENGAUDITAN LANJUTAN DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI TENTANG INTEGRATED AUDIT OLEH : SANDY SETIAWAN 55516120017 MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2017

Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

PENGAUDITAN LANJUTAN

DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI

TENTANG

INTEGRATED AUDIT

OLEH :

SANDY SETIAWAN

55516120017

MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS MERCUBUANA

JAKARTA

2017

Page 2: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

Pertanyaan :

Jelaskan bagaimana auditor mengidentifikasi risiko dan memahami risiko !

Jawab :

Kegiatan pelaksanaan prosedur penilaian risiko oleh Auditor, berupa :

a. Mengidentifikasi risiko bawaan

Secara umum risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi

terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian

yang terkait. Tujuan auditor dalam kegiatan ini adalah mengidentifikasikan dan menilai

risiko salah saji yang material yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan pada

tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi melalui pemahaman tentang entitas dan

lingkungannya, termasuk pengendalian intern yang akan memberikan dasar untuk

merancang dan mengimplementasi tanggapan terhadap risiko salah saji material yang

dinilai.

b. Menilai risiko bawaan

Sesudah mengidenfikasikan risiko, langkah selanjutnya adalah menilai risiko yang

teridentifikasi serta mendokumentasikan risiko yang dinilai. Penilaian atas risiko yang

diifentifikasi mempertimbangkan dua atribut mengenai risiko yaitu :

• Peluang terjadinya salah saji

Auditor dapat mengevaluasi probabilitas besarnya peluang salah saji dengan membuat

ukuran tinggi, sedang dan rendah ataupun dalam bentuk angka dari 1 sampai dengan

angka 5.

• Besaran (dampak moneter) jika risiko terjadi

Auditor dapat mengevaluasi besarnya dampak moneternya jika risiko itu menjadi

kenyataan. Penilaian ini dievaluasi dengan membuat ukuran tinggi, sedang dan rendah

ataupun dalam bentuk angka dari 1 sampai dengan angka 5.

c. Menentukan risiko signifikan (significant risk)

Menurut ISA 315.4 bagian e dijelaskan bahwa risiko signifikan adalah risiko salah saji

material yang diidentifikasi dan dinilai yang menurut pendapat auditor memerlukan

pertimbangan khusus. Risiko signifikan yang telah diidentifikasi mengandung salah saji

material selanjutnya ditelaah untuk memilih risiko yang memang signifikan. Ketika

risiko digolongkan signifikan, auditor harus memberikan tanggapan berupa langkah audit

dan auditor harus mendokumentasikan risiko tersebut disatu tempat

d. Memahami pengendalian internal

Auditor harus memperoleh pemahaman mengenai pengendalian internal dalam semua

penugasan audit. Pemahaman yang cukup mengenai pengendalian internal adalah

pemahaman mengenai hal-hal yang relevan untuk melaksanakan audit. Ini meliputi

pelaksanaan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi pengendalian yang secara

langsung atau tidak langsung menanggulangi (mitigate) salah saji yang material.

Tidak semua kegiatan pengendalian relevan untuk melaksanakan audit. Hanya

pengendalian yang menanggulangi (mitigate) risiko salah saji material (karena

kecurangan atau kesalahan) dalam laporan keuangan. Kegiatan pengendalian diluar itu,

dapat dikeluarkan sama sekali dalam lingkup audit.

Ada lima komponen inti pengendalian internal, yaitu :

1. Lingkungan pengendalian (Control environment)

2. Penilaian risiko (Risk assessment)

3. Sistem informasi (System Information)

4. Kegiatan pengendalian (Control activities)

5. Pemantauan (Monitoring)

Page 3: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

Kelima komponen inti dalam pengendalian intern bermuara pada tujuan pelaporan

keuangan (financial reporting objectives).

e. Mengevaluasi pengendalian internal

Menurut ISA 315. 13 dijelaskan dalam memperoleh pemahaman mengenai pengendalian

yang relevan dengan audit, auditor wajib mengevaluasi rancangan dari pengendalian

tersebut dan menentukan apakah pengendalian tersebut sudah diimplementasi dengan

melaksanakan prosedur tambahan disamping bertanya kepada pegawai entitas.

Auditor wajib mengevaluasi rancangan dan implementasi pengendalian. Apakah

akhirnya akan melaksanakan atau tidak melaksanakan uji pengendalian (test of control)

untuk mengumpulkan bukti. Evaluasi ini merupakan suatu proses yang terdiri atas empat

langkah yaitu :

1. Risiko apa yang harus dimitigasi

Langkah pertama ini adalah mengedentifikasi risiko bawaan mengenai salah saji

material (yang terdiri dari risiko bisnis dan risiko kecurangan) dan apakah risiko ini

bersifat pervasif yang memengaruhi semua asersi atau merupakan risiko spesifik yang

memengaruhi area laporan keuangan dan aserti tertentu.

2. Apakah pengendalian yang dirancang manajemen, memitigasi risiko itu

Langkah kedua ini adalah mengidentifikasi proses bisnis apa saja yang sudah ada

dengan melakukan wawancara personilia entitas unuk mengidentifikasi pengendalian

apa yang memitigasi risiko yang diidentifikasi dalam langkah 1 diatas, melakukan

reviu hasilnya, mengkomunikasikan setiap kelemahan signifikan yang teridentifikasi

dalam pengendalian intern entitas kepada manajemen dan TCWG.

3. Apakah pengendalian yang memitigasi risiko itu berfungsi?

Langkah ketiga ini adalah mengamati atau menginspeksi operasi pengendalian

internal yang relevan untuk memastikan bahwa pengendalian intern tersebut sudah

diimplementasikan . auditor harus memastikan apakah pengendalian internal yang

relevan memeng diimplementasikan

4. Apakah operasi pengendalian yang relevan sudah didokumentasikan?

Langkah keempat ini adalah berkaitan dengan penjelasasn naratif sederhana yang

dibuat oleh manajemen dan auditor mengenai proses-proses utama yang

menggambarkan operasi pengendalian intern yang relevan.

f. Mengkomunikasikan kelemahan pengendalian internal

Berikut ini beberapa hal berdasarkan ISA 365 tentang kewajiban auditor dalam

menanggapi risiko yang dinilai diantaranya :

• Menurut ISA 265.7 dijelaskan auditor wajib menentukan apakah, berdasarkan

pekerjakan audit yang dilaksanakan, auditor telah mengidentifikasi satu atau beberapa

kelemahan dalam pengendalian internal.

• Menurut ISA 265.9 dijelaskan auditor wajib mengomunikasikan secara tertulis

kelemahan pengendalian internal yang signifikan, yang diindenfikasinya selama audit

kepada TCWG secara tepat waktu.

• Menurut ISA 265.11 dijelaskan auditor wajib memasukkan dalam komunikasi

tertulisnya tentang kelemahan pengendalian internal yang signifikan.

Selama berlangsungnya audit, auditor mungkin menemukan kelemahan dalam

pengendalian internal. Ini bisa terjadi sebagai hasil pemahaman dan evaluasi terhadap

pengendalian internal. Dalam membuat penilaian risiko, pelaksanaan proses audit, atau

dari berbagai pengamatan dalam setiap tahap proses audit.

g. Menyelesaikan tahap penilaian risiko

Tahap akhir dari proses audit tahap penilaian risiko adalah tahap penilaian risiko.

Menurut ISA 315.25 dijelaskan auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah

saji material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo

Page 4: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

akun dan pengungkapan sebagai dasar untuk merancang dan melaksanakan prosedur

audit selanjutnya.

Tidak ada pembatasan mengenai kelemahan pengendalian internal apa yang dapat

dikomunikasikan kepada TCWG dan manajemen. Namun ketika kelemahan

pengendalian internal dinilai auditor sebgai signifikan, auditor pertama-tama perlu

membahasnya dengan manajemen dan ia kemudian harus mengkomunikasikannya (dan

kelemahan lain yang signifikan) secara tertulis kepada TCWG.

Langkah terakhir dalam tahap penilaian risiko ialah mereviu hasil dari pelaksanan

prosedur penilaian risiko dan kemudian mengikhtisarkan risiko dalah saji material pada

tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi.

Hasil dari tahap penilaian risiko ialah suatu daftar tentang risiko yang dinilai. Hasil

penilaian risiko ini, akan menjadi dasar untuk tahap berikutnya, yakni menentukan

bagaimana menanggapi dengan tepat risiko yang dinilai tersebut, melalui rancangan

prosedur audit selanjutnya.

h. Dokumentasi

Rangkuman dari risiko-risiko yang dinilai dapat didokumentasikan dengan berbagai

cara. Tiga cara diantaranya :

1. Dokumen yang berdiri sendiri

Dokumen yang terpisah dari dokummen lain merupakan yang berdiri sendiri

(stand-alone document) yang menyajikan rangkuman hasil penilaian atas risiko

bawaan dan pengendalian serta alas an utama unuk penilaian risiko gabungan

(combined risk assessment). Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai outline

untuk tanggapan terhadap risiko.

2. Bagian dari strategi dan rencana audit

Dalam pendekatan ini, dokumen rangkuman risiko yang dinilai merupakan bagian

dari dokumen lain, yakni dokumen berisi strategi audit menyeluruh (overall audit

strategy) dan rencana audit (audit plan).

3. Bagian dari dokumen prosedur audit selanjutnya

Penilaian risiko, rencana audit, dan hasil pelaksanaan kerja didokumentasi dalam

satu himpunan kertas kerja yang komprehensif untuk setiap area laporan

keuangan. Suatu rangkuman risiko juga berguna dalam pertemuan perencanaan

dari tim audit dalam audit berikutnya, dimana sifat risiko dan luasnya tanggapan

audit dibahas.

Proses Audit Tahap Memahami Risiko (Risk Response) meliputi langkah-langkah

utama kegiatan diantaranya, yaitu :

1. Kegiatan merencanakan tanggapan audit

Langkah awal untuk merancang tanggapan audit yang efektif adalah dengan membuat

daftar dari semua risiko yang dinilai dan dikembangkan pada tahap akhir penilaian

risiko. Risiko yang pervasif pada tingkat laporan keuangan seperti kelemahan lingkungan

pengendalian dan atau potensi terjadinya kecurangan yang berdampak terhadap banyak

asersi ditangani melalui rancangan dan implementasi tanggapan menyeluruh oleh

auditor. Tanggapan atas risiko (risk response) terdiri dari dua langkah yaitu merancang

prosedur audit selanjutnya dan melaksanakan prosedur audit tersebut.

Berikut ini beberapa alinea 5 dan 6 dari ISA 330 tentang kewajiban auditor dalam

menanggapi risiko yang dinilai diantaranya :

• Menurut ISA 330.5 dijelaskan bahwa auditor wajib merancang dan

mengimplementasikan tanggapan menyeluruh untuk menangani risiko salah saji yang

material yang dinilai, ditingkat laporan keuangan.

Page 5: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

• Menurut ISA 330.6 dijelaskan bahwa auditor wajib merancang dan melaksanakan

prosedur audit selanjutnya yang sifat, waktu pelaksanaan dan luasnya didasarkan atas

dan merupakan tanggapan terhadap risiko salah saji yang material yang dinilai

ditingkat asersi.

• Menurut ISA 330.9 dijelaskan bahwa dalam merancang dan melaksanakan uji

pengendalian auditor wajib memperoleh bukti audit yang lebih persuasif makin besar

auditor memercayai efektifnya pengendalian.

• Menurut ISA 330.10 dijelaskan bahwa auditor wajib memutahirkan dan mengubah

strategi audit secara keseluruhan dan rencana auditnya jika diperlukan selama

auditnya berlangsung.

• Menurut ISA 330.18 dijelaskan bahwa dalam apapun hasil penilaian risiko atas salah

saji material, auditor wajib merancang dan melaksanakan prosedur subsstantif untuk

setiap jenis transaksi, saldo akun, dan disclosure.

Ada tiga langkah umum yang dijalankan auditor dalam menyusun rencana :

• Tanggapi risiko yang dinilai pada tingkat laporan keuangan (atau tanggapan

menyeluruh)

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun tanggapan menyeluruh yang tepat

pada tingkat laporan keuangan. Karena risiko-risiko ini bersifat pervasif, penilaian

risiko dengan tingkat moderat atau tinggi akan menambah pekerjaan audit yang

diperlukan untuk setiap area dalam laporan keuangan.

• Identifikasi prosedur tertentu untuk area yang material

Sebelum menyusun tanggapan terinci atas setiap risiko yang dinilai akan bermanfaat

bagi auditor mempertimbangkan pertanyaan

• Tentukan prosedur audit dan luasnya

Langkah ketiga ialah menggunakan kearifan professional untuk memilih campuran

yang tepat dari berbagai prosedur dan dari luasnya pengujian yang harus dilakukan

untuk menganggapi secara tepat risiko yang dinilai pada tingkat asersi.

2. Kegiatan Prosedur Selanjutnya

a. Prosedur Substantif (substantive procedure)

Prosedur Substantif adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh auditor selama

substantif (diperlukan klarifikasi) tahap pengujian audit yang mengumpulkan bukti-

bukti mengenai validitas, kelengkapan dan/atau akurasi saldo akun dan golongan

transaksi yang mendasari.

Manajemen secara implisit menegaskan bahwa saldo akun dan kelas-kelas yang

mendasari transaksi tidak mengandung salah saji material: dengan kata lain, bahwa

mereka adalah material lengkap, valid dan akurat. Auditor mengumpulkan bukti

tentang pernyataan dari semua kegiatan perusahaan disebut prosedur substantif.

Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa fisik persediaan pada tanggal neraca sebagai

bukti bahwa persediaan yang disajikan dalam catatan akuntansi yang benar-benar ada

(penegasan validitas); mengatur pemasok untuk mengkonfirmasi secara tertulis

rincian dari jumlah yang terhutang pada tanggal neraca sebagai bukti bahwa hutang

usaha adalah lengkap (asersi kelengkapan), dan membuat pemanggilan terhadap

manajemen mengenai kolektibilitas piutang nasabah sebagai bukti bahwa piutang

usaha adalah akurat untuk penilaiannya. Bukti bahwa saldo akun atau golongan

transaksi tidak lengkap, valid atau akurat adalah bukti dari salah saji substantif.

Prosedur substantif dapat dilaksanakan auditor untuk :

• Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan (embedded) dalam saldo akun dan jenis transaksi.

• Mendeteksi salah saji yang material.

Page 6: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

b. Uji Pengendalian (Test Of Control)

Uji pengendalian dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti mengenai

berfungsinya secara efektif pengendalian internal.

• Menangani asersi-asersi tertentu.

• Mencegah atau menemukan dan mengoreksi kesalahan dan kecurangan yang

material.

Prosedur Substantif dirancang oleh auditor untuk mendeteksi salah saji yang material

pada tingkat asersi (at the assertion level).

Ada dua jenis prosedur substantif, adalah sebagai berikut:

• uji rinci (Test of details)—sebagai prosedur substantif, test of details ini melihat

substansi (misalnya dari satu akun) dengan menganalisis rincian atau detailnya.

• prosedur analitikal substansi (Substantive analytical procedures) — sama seperti

test of details, sebagai prosedur substantif ia melihat substansi angka dalam

laporan keuangan.

c. Uji Rinci (Test of Details)

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam uji rinci adalah sebagai berikut:

• Saldo akun, transaksi, dan disclosure yang material.

• Prosedur audit yang diwajibkan

• Perlunya prosedur konfirmasi eksternal

• Risiko yang signifikan

• Timing (penentuan waktu)

Dalam menentukan prosedur substantif mana yang paling tepat menanggapi risiko

yang dinilai (assessed risk), auditor dapat melaksanakan:

• Uji rinci (test of details) saja; atau

• Kalau tidak ada salah saji material yang signifikan, prosedur analitikal substantif

saja; atau

• Kombinasi uji rinci dan prosedur analitikal substantif.

d. Melaksanakan Prosedur Substantif pada Tanggal Interim

Ketika prosedur substantif dilaksanakan pada tanggal interim, auditor wajib

melaksanakan prosedur substantif selanjutnya, atau prosedur substantif yang

dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode tersisa.

Prosedur Audit untuk Periode Sisa

Ketika prosedur audit dilaksanakan pada tanggal interim

• Bandingkan konfirmasi pada akhir tahun/periode dengan informasi terkait/

pembanding (compare information) pada tanggal interim

• Identifikasi angka-angka yang kelihatannya janggal atau tidak umum (unusual)

• Sewaktu merencanakan prosedur analitikal substantif, lihat apakah prakiraan

saldo akhir tahun/periode dari jenis transaksi atau akun tertentu memang dapat

dibuat; dan

• Perhatikan prosedur entitas untuk menganalisis dan menyesuaikan jenis transaksi

atau saldo akun pada tanggal interim.

Prosedur Substantif yang Dilaksanakan pada Periode yang Lalu

Penggunaan bukti audit yang diperoleh melalui prosedur substantif yang dilaksanakan

pada periode yang lalu, dapat dimanfaatkan dalam perencanaan audit tahun ini.

e. Konfirmasi Eksternal

Mengenai tujuan prosedur permintaan konfirmasi eksternal (external conformation),

ISA 505.5 menyatakan “Tujuan audit alam menggunakan prosedur konfirmasi

eksternal, ialah merancang dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit

yang relevan dan andal”.

Page 7: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

Sewaktu menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib mengendalikan

seluruh proses permintaan konfirmasi, termasuk:

a) Menentukan informasi yang harus dikonfirmasi atau akan diminta;

b) Memilih siapa yang akan dimintai konfirmasinya;

c) Merancang permintaan konfirmasi;

d) Mengirimkan formulir konfirmasi.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan auditor dalam

melaksanakan prosedur konfirmasi:

• Kendalikan seluruh proses konfirmasi

• Apakah jawaban konfirmasi itu andal/dapat dipercaya.

• Evaluasi hasil konfirmasi secara keseluruhan.

f. Prosedur Analitikal Substantif

Ketika merancang dan melaksanakan prosedur analitikal substantif, secara terpisah

atau dalam kombinasi dengan uji rinci, sebagai prosedur substantif sesuai dengan ISA

330, auditor wajib:

• Menentukan tepatnya suatu prosedur analitikal substantif tertentu untuk suatu

asersi tertentu, dengan memperhatikan risiko salah saji yang dinilai auditor dan

uji rinci, jika ada, untuk asersi tersebut;

• Evaluasi keandalan data yang menjadi dasar ekspektasi auditor mengenai angka

yang diprakirakan dan ratios yang digunakan.

• Kembangkan ekspektasi mengenai jumlah (amounts) atau rasio, dan evaluasi

apakah ekspektasi tersebut cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji, secara

terpisah atau tergabung dengan salah saji lainnya, bisa menyebabkan laporan

keuangan disalahsajikan secara material; dan,

• Menentukan antara jumlah yang tercatat dalam pembukuan dengan angka

prakiraan yang didasarkan atas nilai ekspektasi yang dapat diterima tanpa

melakukan invertigasi lebih lanjut.

Faktor-faktor yang harus diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam merancang

prosedur analitikal substantif.

• Cocok tepatnya penggunaan prosedur analitikal substantif tersebut, dengan sifat

asersi yang diperiksa.

• Keandalan data (internal atau eksternal) yang digunakan untuk mneguji

ekspektasi dari angka yang dicatat atau rasio yang dikembangkan.

• Apakah ekspektasi cukup tepat (sufficiently precise) untuk menunjuk salah saji

yang material pada tingkat asurans yang dikehendaki.

• Seberapa besat perbedaan antara angka yang dicatat dan nilai ekspektasi

(expected values), yang bisa diterima atau ditolerir.

Perbedaan dengan Ekspektasi

Prosedur untuk menginvestigasi lebih lanjut perbedaan (antara recorded amounts

dengan auditor’s expectation) dapat terdiri atas:

• Pertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan untuk merumuskan

ekspektasi;

• Tanya atau minta penjelasan dari manakemen tentang kemungkinan sebab-sebab

perbedaan.

• Lakukan prosedur audit laiinya untuk menguatkan penjelasan yang diberikan

manajemen.

Dengan hasil investigasi diatas, auditor dapat menyimpulkan bahwa perbedaan

anatara recorded amounts dengan auditor’s expectation adalah:

• Tidak mencerminkan salah saji; atau

Page 8: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, Integrated Audit, Universitas Mercu Buana, 2017

• Mungkinmencerminkan salah saji, dan diperlukan prosedur audit selanjutnya

untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat bahwa salah saji yang

material terjadi atau tidak terjadi.

g. Prosedur Analitikal Lainnya

Menganalisis dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut:

• Perbandingan secara rinci antara angka laporan keuangan tahun berjalan dengan

tahun yang lalu atau dengan anggaran tahun berjalan.

• Data komparatif untuk semua jenis produk atau jenis pelanggan

• Analisis rasio (ratio analysis)

• Grafik (graphs).