3
PENGAUDITAN LANJUTAN DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI TENTANG AUDIT BERBASIS RISIKO OLEH : SANDY SETIAWAN 55516120017 MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS MERCUBUANA TAHUN 2017

Pengauditan Lanjutan,Sandy Setiawan,Audit Berbasis Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengauditan Lanjutan,Sandy Setiawan,Audit Berbasis Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

PENGAUDITAN LANJUTAN

DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI

TENTANG

AUDIT BERBASIS RISIKO

OLEH :

SANDY SETIAWAN

55516120017

MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS MERCUBUANA

TAHUN 2017

Page 2: Pengauditan Lanjutan,Sandy Setiawan,Audit Berbasis Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

Pertanyaan : Auditor di haruskan menggunakan pendekatan audit berbasis risiko. Sebutkan standar

yang mengaturnya dan jelaskan !

Jawab : Risk Based Audit (RBA) adalah pendekatan audit yang dimulai dengan proses penilaian

risiko audit, sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih

difokuskan pada area penting yang berisiko terjadinya penyimpangan atau kecurangan.

Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan pendekatan audit yang

berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan ini saat ini mendapatkan perhatian yang

luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok

diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini.

Indonesia telah menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun

2013. International Standards on Auditing (ISA) sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit

Berbasis Resiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia

menjadi hal wajib (mandatory).

Audit Berbasis Resiko juga menekankan auditor dalam menilai keberlangsungan usaha

(going concern) kedepannya. Karena telah banyak perusahaan yang mengalami kegagalan

dalam mempertahankan kelangsungan hidup bisnisnya (going concern). Contohkan Nokia

dan Blackberry. Apa yang salah dari kedua perusahaan tersebut? Apakah penjualan mereka

kecil? Apakah tata kelola mereka tidak baik? Apakah mereka memiliki Sumber Daya

Manusia (SDM) yang tidak berkualitas? Jawaban terhadap semua pertanyaan tersebut tentu

saja adalah TIDAK. Tetapi mengapa mereka mengalami kebangkrutan. Karena mereka

terlambat merespon para pesaing dan perkembangan lingkungan, dan ini terjadi sangat cepat.

Pada tahun 2008 nilai pasar Blackberry adalah 84 Milyar dollar dan tahun 2013 atau lima

tahun kemudian hanya 4 Milyar dollar. Dari kedua kasus diatas dapat dipelajari bahwa saat

ini auditor dituntut tidak hanya memberikan keyakinan memadai terkait kewajaran laporan

keuangan, tetapi juga memberikan penilaian terhadap keberlanjutan (going concern)

perusahaan untuk paling tidak setahun kedepan. Pendekatan lama auditor yang hanya

berbasis transaksi ataupun siklus saat ini dipandang tidak cukup untuk memberikan tingkat

keyakinan memadai terhadap kewajaran laporang keuangan.

Konsep Dasar Risk Based Audit (Audit Berbasis Risiko) dibagi menjadi 5 komponen,

yaitu :

1. Reasonable Assurance (Asurans yang Layak)

Asurans yang layak dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

(sufficient appropriate audit evidence) untuk menekan risiko audit. Auditor ingin menekan

risiko audit ini ketingkat rendah yang dapat diterima (to an acceptably low level).

2. Inherent Limitations (Kendala Bawaan)

a. Sifat Laporan Keuangan

Pembuat laporan keuangan memerlukan judgement manajemen dalam

menerapkan kerangka pelaporan keuangan, dan keputusan atau penilaian subjektif oleh

manajemen dalam memilih berbagai tafsiran atau judgement yang akseptable.

b. Sifat Bukti Audit Yang Tersedia

Kebanyakan pekerjaan auditor dalam merumuskan pendapatnya adalah

mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit. bukti ini cenderung bersifat persuasif

dan tidak konklusif.

Page 3: Pengauditan Lanjutan,Sandy Setiawan,Audit Berbasis Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

c. Sifat Prosedur Audit

Bagaimanapun bagusnya rancangan prosedur audit, ia tidak akan mampu mendeteksi

setiap salah saji.

d. Pelaporan Keuangan Tepat Waktu

Relevansi/nilai informasi keuangan cenderung menurun dengan lewatnya waktu. Oleh

karena itu perlu ada keseimbangan antara kendala informasi dan biayanya.

3. Audit Scope (Lingkup Audit)

Setiap perluasan dari tanggung jawab audit yang utama, seperti yang mungkin ditetapkan

dalam ketentuan perundang-undangan, mewajibkan auditor untuk melaksanakan pekerjaan

tambahan dan memodifikasi atau memperluas laporan auditor sesuai dengan perluasan

tanggung jawabnya.

Lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada pertanyaan : apakah

laporan keuangan dibuat dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku.

4. Material Misstatements (Salah Saji Material)

Salah saji yang material (Material misstatement) terjadi jika secara layak dapat

diharapkan, akan mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan.

Salah saji yang material bisa:

a. Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama

b. Berupa salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements)

c. Berupa pengungkapan yang menyesatkan (misleading disclosures)

d. Berupa kesalahan (error) atau kecurangan (fraud)

5. Assertions(Asersi)

Asersi (assertions) adalah pernyataan (representations) yang diberikan manajemen, secara

eksplisit atau implisit, yang tertanam didalam atau merupakan bagian dari (embodied in)

laporan keuangan. Asersi berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran

(measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure) dan berbagai

unsur laporan keuangan.