21
PENILAIAN BUKU PELAJARAN Oleh: Marlina A. Pengantar Sebuah buku pelajaran merupakan sumber belajar bagi siswa yang dapat menjadi pendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam sebuah buku-termasuk di dalamnya buku pelajaran- terdapat sumber pengetahuan yang Sangat dibutuhkan oleh siswa. Banyak pengajar menganggap bahwa sebuah buku dapat digunakan sebagai acuan materi yang dapat diberikan kepada para siswa. Dinyatakan Depdiknas perihal buku pelajaran bahwa buku pelajaran ahíla buku yang digunakan sebagai sarana belajar di sekolah untuk menunjang program pelajaran. 1 Sementara itu disebutkan pula oleh Depdiknas bahwa fungsi buku pelajaran adalah sebagai fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri siswa karena di dalam buku pelajaran sudah disajikan materi yang menyimpan pengetahuan tentang berbagai segi kehidupan. 2 Mengacu pada pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa buku pelajaran hanya merupakan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Namur demikian, berdasarkan fungís yang disebutkan maka sebuah buku pelajaran seharusnya dapat memberikan materi belajar bagi siswa dan dapat membantu siswa melakukan kegiatan belajar mandiri. 1 Depdiknas. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Penjelasan Standar Mutu Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Jakarta: Depdiknas, 2005), p. 3. 2 Ibid. 1

Penilaian Buku Pelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penilaian Buku Pelajaran

PENILAIAN BUKU PELAJARAN

Oleh: Marlina

A. Pengantar

Sebuah buku pelajaran merupakan sumber belajar bagi siswa yang dapat menjadi

pendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam sebuah buku-termasuk di

dalamnya buku pelajaran- terdapat sumber pengetahuan yang Sangat dibutuhkan oleh

siswa. Banyak pengajar menganggap bahwa sebuah buku dapat digunakan sebagai

acuan materi yang dapat diberikan kepada para siswa. Dinyatakan Depdiknas perihal buku

pelajaran bahwa buku pelajaran ahíla buku yang digunakan sebagai sarana belajar di

sekolah untuk menunjang program pelajaran.1

Sementara itu disebutkan pula oleh Depdiknas bahwa fungsi buku pelajaran

adalah sebagai fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri siswa karena di dalam buku

pelajaran sudah disajikan materi yang menyimpan pengetahuan tentang berbagai segi

kehidupan.2

Mengacu pada pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa buku pelajaran hanya

merupakan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Namur demikian, berdasarkan

fungís yang disebutkan maka sebuah buku pelajaran seharusnya dapat memberikan

materi belajar bagi siswa dan dapat membantu siswa melakukan kegiatan belajar mandiri.

Namun demikian, persepsi umum yang menyatakan bahwa sebuah buku

pelajaran dapat sepenuhnya dijadikan acuan dalam pemberian materi pembelajaran tentu

saja tidaklah dapat dikatakan benar seutuhnya. Hal ini dikarenakan sebuah buku yang

secara kualitas pun diakui sebagai sumber belajar yang memadai, ternyata buku tersebut

belum tentu relevan dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu maka sebuah buku

pelajaran harus dapat melewati uji kualifikasi untuk dapat dinyatakan sebagai buku yang

dapat digunakan oleh siswa sebagai sumber belajar.

B. Pembahasan

1 Depdiknas. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Penjelasan Standar Mutu Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Jakarta: Depdiknas, 2005), p. 3.

2 Ibid.

1

Page 2: Penilaian Buku Pelajaran

Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba memberikan penilaian terhadap

sebuah buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Adapun identitas buku tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Identitas Umum Buku

Judul : Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia 3B untuk Kelas XII SMA

dan MA Semester 2

Penulis : Syamsuddin A.R.

Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

2) Identitas Khusus

Pelajaran 7

Tema : Sejarah dan Budaya

Dalam memberikan penilaian, penulis telah membuat terlebih dahulu kriteria

penilaian yang digunakan dalam menilai sebuah buku. Komponen dan kriteria penilaian

untuk tiap komponennya adalah sebagai berikut:

1. Komponen Teks yang meliputi teks sastra dan teks nonsastra. Secara lebih jelas

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Komponen Kriteria Penilaiana. Sastra 1. Puisi a. Memperhatikan mutu/kualitas

(figuratif atau perlambanganb.Memperhatikan kebutuhan siswa/kesesuaian dengan usia siswac.Mengandung nilai-nilai (lifeskill)d. Kesesuaian dengan tujuan kurikulum e. Layak untuk diapresiasi/merangsang

apresiasi2. Prosa a. Memperhatikan mutu/kualitas

(penceritaan)b.Memperhatikan kebutuhan siswa/kesesuaian dengan usia siswac.Mengandung nilai-nilai (lifeskill)d. Kesesuaian dengan tujuan kurikulum e. Layak untuk diapresiasi/merangsang

apresiasi 3. Drama a. Memperhatikan mutu/kualitas

(konflik dan gerak)

2

Page 3: Penilaian Buku Pelajaran

b.Memperhatikan kebutuhan siswa/kesesuaian dengan usia siswac.Mengandung nilai-nilai (lifeskill)d. Kesesuaian dengan tujuan kurikulum e. layak untuk diapresiasi

b. Nonsastra a. Sesuai dengan tema kurikulumb. Informasi aktualc. Informasi bermakna bagi siswad. Berkaitan dengan bidang studi laine. Berpotensi untuk mengembangkan

keterampilan berbahasa

Dalam buku yang dinilai, terdapat keterangan sebagai berikut:

Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi tema dan ciri-ciri puisi kontemporer melalui kegiatan

membaca buku kumpulan puisi kontemporer.

Tujuan Pembelajaran:

1. Menyebutkan tema pusi kontemporer

2. Menyebutkan karakteristik puisi kontemporer

3. Menjelaskan isi puisi kontemporer

Berdasarkan keterangan tersebut diketahui bahwa teks sastra yang digunakan dalam bab

7 ini adalah teks puisi, khususnya puisi kontemporer.

Menurut Herman J. Waluyo puisi adalah bentuk karya sastra yang

mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif, dan disusun dengan

mengkonsentrasikan semua kekuatan dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan

struktur batinnya.3 Dalam pengertian tersebut, Waluyo menekankan pada struktur fisik dan

struktur batin yang dimiliki oleh puisi bahwa puisi merupakan suatu ekspresi penyair.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan struktur fisik puisi adalah apa yang dapat dilihat

pembaca melalui bahasa yang tampak, sedangkan struktur batin atau disebut juga struktur

makna adalah makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat

dihayati oleh pembaca.4 Ini menjelaskan bahwa puisi sebagai ekspresi penyair dapat

terlihat dari segi bahasa yang tampak maupun dari makna yang terkandung di dalam puisi

itu.

Berbicara mengenai asal kata puisi, Aminuddin menyatakan bahwa:

3 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta:Erlangga,1987), p. 25 4 Ibid, p. 26

3

Page 4: Penilaian Buku Pelajaran

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri , yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.5

Penjelasan ini lebih menekankan pada hakikat penciptaan atau pembuatan puisi. Melalui

puisi seorang penyair dapat menyampaikan pesan atas gambaran-gambaran kehidupan

yang dilihatnya. Pesan tersebut terangkum dalam struktur fisik maupun struktur batin puisi.

Dapat dikatakan bahwa puisi adalah suatu ungkapan perasaan penyair yang dituangkan

melalui media bahasa dengan maksud menyampaikan pesan-pesan tertentu, baik secara

tersurat maupun secara tersirat.

Batasan puisi menurut Slamet Mulyana (1956) lebih jelas jika menggunakan

pendekatan psikolinguistik. Hal ini karena puisi merupakan karya seni yang tidak hanya

berhubungan dengan masalah bahasa, tetapi juga memiliki keterkaitan dengan masalah

jiwa. Dalam keterkaitan tersebut, Mulyana menyatakan bahwa puisi adalah sintesis dari

berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa

yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam

salah satu bentuk.6 Penjelasan ini memaparkan bahwa puisi bukan sekadar bahasa,

karena di dalam bahasa puisi tergambar jiwa seseorang atas peristiwa yang dialaminya.

Dengan demikian untuk menyelami perasaan penyair serta pesan yang diungkapkan

dalam puisi, akan lebih mudah jika dilihat keterkaitannya dengan masalah kejiwaan aku

lirik.

Adapun yang dimaksud dengan puisi kontemporer dalam hal ini dijelaskan oleh

Waluyo bahwa puisi kotemporer merupakan jenis puisi yang menempatkan bentuk fisik

puisi (bunyi) dalam kedudukan yang terpenting. Kekuatan sebuah puisi dikembalikan pada

mantra-dalam hal ini pengulangan kata, frasa, dan bunyi- sementara makna puisi tidak

diungkapkan. Namun demikian, di dalam bentuk fisik puisi tersebut tersimpan maksud

tertentu yang ingin disampaikan oleh penyair.7

Teks puisi yang disajikan dalam buku pelajaran adalah teks puisi Sepisaupi,

Solitude, dan Tragedi Winka dan Sihka karya Sutardji Calzoum Bachri. Puisi yang dipilih

5 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), p. 134

6 M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1980), hlm. 93.7 Herman J. Waluyo, Op. Cit., pp. 18-20.

4

Page 5: Penilaian Buku Pelajaran

merupakan puisi yang mewakili jenis puisi kontemporer. Sutardji Calzoum Bachri sebagai

pencetus puisi kontemporer dianggap mewakili aliran puisi ini dan karya-karyanya

merupakan karya yang tepat dianggap sebagai puisi kontemporer.

Berdasarkan kriteria penilaian yang dibuat untuk menilai sebuah teks sastra

khususnya puisi salah satunya adalah puisi yang dipilih harus menggunakan bahasa

figuratif. Menurut Waluyo yang dikutip dari Perrine sebagai berikut:

Bahasa figuratif dianggap lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair karena: (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif; (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebh nikmat dibaca; (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair; (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.8

Berdasarkan fungsi dari bahasa figuratif di atas maka dapat dikatakan bahwa puisi

kontemporer ini-yang termasuk di dalamnya jenis puisi konkret yang lebih mengutamakan

perlambangan- dapat dikatakan sebagai jenis puisi yang figuratif. Meskipun agak sulit

dibaca, namun puisi tersebut merupakan puisi yang menunjukkan sikap atau idealisme

penyair melalui karya-karyanya.

Kriteria lain dalam penilaian yang harus diperhatikan berkaitan dengan teks puisi

yang dipilih oleh penulis buku antara lain harus memperhatikan kesesuaian teks puisi

dengan usia siswa. Hal ini berkaitan dengan unsur psikologis siswa yang menerima teks

puisi tersebut. Adapun pemilihan puisi dengan judul Sepisaupi, Solitude, dan Tragedi

Winka dan Sihka cukup sesuai dengan usia siswa yang termasuk dalam usia remaja.

Dalam hal merangsang apresiasi siswa, puisi yang dipilih oleh penulis buku dapat

dikatakan cukup merangsang apresiasi siswa. Penjelasan tentang apresiasi dinyatakan S.

Effendy sebagai kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga

tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang

baik terhadap cipta sastra.9

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa:

Kegiatan menggauli cipta sastra...adalah kegiatan yang dilakukan secara langsung. Artinya, kita sendiri langsung membaca bermacam sajak, cerita, atau drama dari berbagai sastrawan dan zaman, atau langsung mendengarkan sajak dideklamasikan, cerita dibacakan, dan menyaksikan drama dipentaskan. Membaca, mendengarkan, dan menyaksikan perlu dilakukan sungguh-sungguh

8 Ibid., p. 839 S. Effendy, Bimbingan Apresiasi Puisi ( Jakarta: Pustaka Jaya, 2002), p. 6.

5

Page 6: Penilaian Buku Pelajaran

dan sebanyak-banyaknya jika kita ingin memperoleh pengertian sebaik-baiknya tentang wujud dan fungsi cipta sastra dan dapat menghargainya secara wajar. Cara ini paling utama dalam kegiatan apresiasi sastra.10

Apa yang dikemukakan S. Effendy merupakan sebuah kegiatan apresiasi sastra yang

dilakukan secara langsung. Kegiatan apresiasi secara langsung seperti ini biasanya lebih

disukai oleh siswa, karena dapat mengaplikasikan segenap teori yang sudah mereka

pelajari.

Senada dengan pernyataan S. Effendy di atas, berkaitan dengan kegiatan utama

dalam apresiasi sastra, Sumardi dan Zaidan menyatakan bahwa apresiasi puisi pada

dasarnya merupakan sikap jiwa pembaca terhadap sajak yang dibaca. Apresiasi puisi

sebagai sikap jiwa menyiratkan suatu kualitas rohaniah menghadapi objek yang

disikapinya, yakni sajak.11 Menilik pada pengertian tersebut, maka jelaslah bahwa yang

merupakan hal penting dalam kegiatan apresiasi puisi adalah kegiatan membaca puisi.

Dapat dikatakan bahwa untuk melihat tingkat apresiasi seseorang terhadap puisi adalah

sikap jiwa ketika ia menghadapi objek yaitu puisi tersebut.

Pengajaran apresiasi puisi berbeda dalam beberapa hal dengan pengajaran

sastra yang dilakukan secara tradisional. Pengajaran yang berbeda tersebut tidak lagi

menitikberatkan pada bidang pengetahuan sastra, seperti mengenal pola-pola pantun,

batasan-batasan puisi soneta, nama penyair, dan judul karangan. Namun, dinyatakan

sebagai berikut:

Pengajararan apresiasi puisi dalam kaitan ini adalah pembimbingan apresiasi puisi. Melalui bimbingan apresiasi puisi ini anak-anak didik dilatih untuk lebih peka terhadap nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam puisi. Di samping itu, puisi sebagai pengenalan hidup yang diolah dari pengalaman konkret penyairnya dengan sendirinya akan mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk dikaji dan direnungkan. Dengan cara itu, para pembaca dan penikmat puisi yang telah memiliki kecintaan akan puisi diharapkan dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan khalayak sekitarnya.12

Untuk dapat benar-benar mengapresiasi puisi anak didik haruslah dilatih mencoba

mendalami puisi, bukan sekadar mempelajari teori dan kaidah-kaidah tentang puisi.

Puisi kontemporer adalah puisi yang memiliki ciri-ciri yang unik dan berbeda dari

puisi-puisi lain pada umumnya. Penyajian beberapa contoh puisi kontemporer dalam buku

pelajaran dapat membuat siswa terangsang untuk dapat memahami puisi tersebut. Contoh

10 Ibid., p. 10.11 Sumardi dan Abdul Rozak Zaidan, Pedoman Pengajaran Apresiasi SLTP dan

SLTA untuk Guru dan Siswa (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), p. 7.12 Ibid., p. 8.

6

Page 7: Penilaian Buku Pelajaran

puisi yang diberikan dalam bab ini juga cukup mewakili untuk siswa dapat menemukan ciri-

ciri dari puisi kontemporer. Namur demikian, untuk dapat menemukan makna puisi

kontemporer yang tertera dalam tujuan pembelajaran akan cukup sulit bagi siswa,

sehingga tujuan pembelajaran tersebut akan sulit dicapai.

Adapun kesesuaian dengan kurikulum dapat dikatakan bahwa puisi tersebut telah

berlandaskan pada kurikulum yang digunakan di sekolah, yakni Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dalam beberapa indikator antara lain

Menyebutkan tema, karakteristik, dan menyebutkan isi puisi kontemporer. Walaupun

demikian, penulis sebenarnya dapat mengembangkan indikator lain yang lebih spesifik

untuk pembelajaran ini. Salah satu indikator yang dapat dikembangkan oleh penulis adalah

menemukan perbedaan antara puisi kontemporer dengan jenis puisi-puisi lainnya.

Sementara itu, untuk teks nonsastra yang dipilih penulis didapatkan keterangan

sebagai berikut:

Kompetensi Dasar: Mengajukan saran perbaikan tentang informasi yang disampaikan

secara langsung (dibacakan)

Tujuan Pembelajaran:

1. Mencatat pokok-pokok isi berita yang dibacakan

2. Mengajukan pertanyaan atau tanggapan secara lisan tentang pokok-pokok isi teks

tersebut

3. Menanggapi isi teks secara lisan.

Pada bab ini dipilih teks dengan judul “Berasal dari Cina” yang dikutip dari

Kompas, 30 Sepetember 2007. Berita ini cukup menarik bagi siswa namun dianggap

kurang aktual, karena sebenarnya teks yang lebih aktual dapat dipilih untuk pembelajaran

saat ini. Bila disesuaiakn dengan tema, teks berita ini cukup bagus dan sesuai karena

berbicara tentang sejarah beduk. Informasi yang diperoleh siswa juga dianggap cukup

bermanfaat, meskipun sebenarnya sebaiknya pembahasan lain yang lebih penting dapat

diangkat oleh penulis. Misalnya sejarah berdirinya sebuah bangunan, dsb. Mengingat tema

ini disajikan kepada siswa kelas 3 SMA.

Dinyatakan oleh Depdiknas bahwa dalam pembelajaran bahasa dikehendaki

terjadinya proses berbahasa, yakni menggunakan bahasa.13 Teks yang digunakan dalam

bab ini berpotensi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, yakni membaca,

13 Depdiknas. Op. Cit., p. 7

7

Page 8: Penilaian Buku Pelajaran

menyimak, maupun berbicara, karena pada bagian akhir siswa diminta mengajukan

pertanyaan dan tanggapan berkenaan teks tersebut secara lisan.

Pada bagian lain bab ini disajikan pula teks nonsastra berupa kritik dan esai.

Contoh esai yang dipilih berjudul ”Antara ”The Art of Novel” dan ”The Art of Stealing”:

Kisah Rumi Mencuri Kundera tulisan Anton Kurnia yang dikutip dari Kompas Cybermedia

15 September 2002. Esai ini cukup menarik karena membahas sejarah dan sekaligus

budaya. Ini dianggap sesuai dengan tema. Informasi yang diberikan menarik walaupun

kuraang aktual karena salah satunya membahas tentang Chairil Anwar yang dianggap

plagiat. Teks ini cukup bermakna bagi siswa dan juga berpotensi untuk mengembangkan

keterampilan berbahasa siswa.

2) Komponen Instruksi dalam penilaian buku pelajaran mencakup kriteria penilaian

sebagai berikut:

Komponen Kriteria PenilaianInstruksi a. Bahasa / kalimat jelas (tidak ambigu)

b. Disesuaikan dengan psikologi siswa/kematangan atau kemampuan siswac. Kesesuaian dengan keterampilan berbahasad. Disertai contohe. Penanda intruksi harus jelas (misalnya, tulisan dicetak tebal)

Dalam penyajian instruksi, penulis menggunakan bahasa yang cukup jelas dan

tidak ambigu. Namun demikian, instruksi kurang bervariasi dan kadang satu instruksi

diberikan untuk menyelesaikan beberapa kegiatan, sehingga akan membingungkan siswa.

Bila melihat dari usia dan kematangan siswa, instruksi yang diberikan tidak menjadi

permasalahan karena siswa kelas 3 SM memiliki tingkat kematangan dan daya tangkap

yang lebih tinggi. Instruksi yang diberikan penulis beberapa sesuai dengan keterampilan

berbahasa, namun ada yang dianggap kurang sesuai dengan keterampilan berbahasa.

3) Komponen Latihan/Tugas memiliki kriteria penilaian sebagai berikut:

Komponen Kriteria PenilaianLatihan / Tugas

Tugas (laporan pengamatan, PR, proyek

a. Kesesuaian tugas dengan materi yang dibahasb.Kesesuaian dengan aspek keterampilan berbahasa

dan proporsinyac. kesesuaian dengan kurikulumd. Kevariasian soal berdasarkan ranah kognitife. Variasi jenis soal (pilihan ganda, jodohkan, Benar

Salah, teka-teki silang, esai, dan sebagainya)Latihan a. Menunjang keterampilan berbahasa (4

8

Page 9: Penilaian Buku Pelajaran

keterampilan)b. Kevariasian soal berdasarkan ranah kognitifc. Keterkaitan dengan teksd. Keterkaitan dengan kehidupan nyatae. Keterkaitan dengan lifeskill

Komponen tugas dalam bab ini disajikan sesuai dengan materi yang dibahas.

Akan tetapi, jenis latihan kurang bervariasi bentuknya. Selain itu, juga kurang disertai

dengan contoh. Akan tetapi, dalam variasi tingkat kognitif, tugas/latihan yang diberikan

sudah cukup bervariasai dan mewakili masing-masing ranah kognitif. Mengingat untuk

kelas 3 SMA tingkat kognitif siswa harus sudah mencapai tingkat paling atas. Tugas dan

latihan yang disajikan juga berpotensi mengembangkan keterampilan berbahasa siswa

dan cukup berhubungan dengan dunia nyata (kontekstual) dan dibutuhkan oleh siswa

dalam kehidupan nyata.

4) Komponen Kebahasaan memiliki kriteria penilaian sebagai berikut:

Komponen Kriteria PenilaianKebahasaan a. diksi

b. kalimatc. paragrafd. keterbacaan

Pilihan kata sapaan dalam bab ini kurang tepat. Penulis menggunakan sapaan

kalian untuk siswa kelas 3 SMA. Kata kalian dalam bahasa Indonesia mengacu pada yang

dianggap lebih rendah sehingga penulis terkesan menggurui. Untuk lebih baiknya, penulis

sebaiknya menggunakan sapaan Anda. Pilihan kata yang digunakan penulis juga

dianggap kurang karena beberapa penjelasan masih menggunakan istilah-istilah bahasa

Inggris. Mengingat ini merupakan pelajaran bahasa Indonesia, alangkah lebih baiknya

penulis menggunakan penjelasan-penjelasan dalam istilah bahasa Indonesia saja. Kalimat

yang digunakan sudah baik dan jelas dan cukup mudah dipahami oleh siswa kelas 3 SMA.

Dari segi keterbacaan seperti dinyatakan Depdiknas bahwa keterbacaan materi

dalam hal ini yang berkenaan dalam bahasa adalah kata, frase, kalimat, dan wacana yang

digunakan tidak menyulitkan siswa.14 Dapat dikatakan bahwa tingkat keterbacaan buku

pelajaran yang dinilai ini dapat dikatakan cukup baik dalam artian mudah dipahami oleh

14 Ibid., p.11

9

Page 10: Penilaian Buku Pelajaran

siswa, namun masih terdapat kalimat-kalimat yang masih dianggap dapat menyulitkan

siswa.

5) Komponen penyajian memiliki kriteria penilaian sebagai berikut:

Komponen Kriteria PenilaianPenyajian a. judul singkat dan menarik

b. keruntutanc. kepaduand. teknik penalaran

Judul yang dipilih penulis cukup baik meskipun kurang menarik. Penyajian teks

dan latihan juga cukup runtut dan padu. Namun, dtemukan penyajian yang meloncat

dan tidak runtut. Artinya, setelah melewati bahasan lain, ada bagian yang kembali ke

bagian depan, sehingga tidak runtut dan akan membingungkan siswa.

6) Komponen grafika memiliki kriteria penilaian sebagai berikut:

Komponen Kriteria PenilaianGrafika a. ilustrasi

b. huruf c. tata letakd. kertase. warna

Dari segi grafika, ilustrasi yang digunakan penulis masih kurang menarik. Ilustrasi

yang digunakan sebaiknya lebih menarik lagi sehingga akan lebih menarik bagi siswa.

Namun demikian, penggunaan simbol sebagai penanda bagian latihan misalnya sudah

cukup baik untuk memberikan tanda bagi siswa bahwa itu adalah bagian latihan.

Penggunaan huruf baik dari ukuran dan jenis huruf terlalu kecil sehingga membuat siswa

malas untuk membaca. Sebaiknya digunakan jenis huruf yang lain yang lebih cantik dan

membuat ketertarikan siswa.

10

Page 11: Penilaian Buku Pelajaran

C. Penutup

Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa buku yang digunakan ini secara umum sudah memenuhi kriteria buku

yang baik untuk digunakan seperti dalam pemilihan teks, baik teks sastra maupun teks

nonsastra, dalam penyajian, dan kebahasaan, grafika, dan latihan. Meskipun demikian,

buku pelajaran khususnya dalam bab 7 ini masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu

mendapat perbaikan, seperti dalam penggunaan kata sapaan, penggunaan instruksi,

maupun dari tingkat keterbacaannya.

11

Page 12: Penilaian Buku Pelajaran

Daftar Pustaka

Aminuddin. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2000.

A.R., Syamsudin. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia 3B untuk Kelas XII SMA

dan MA Semester 2. Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Depdiknas. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Penjelasan Standar Mutu Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas. 2005.

Effendy, S. 2002. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Semi, M. Atar. 1980. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sumardi dan Abdul Rozak Zaidan. 1997. Pedoman Pengajaran Apresiasi SLTP dan SLTA untuk Guru dan Siswa. Jakarta: Balai Pustaka.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Erlangga.

12

Page 13: Penilaian Buku Pelajaran

13