93
Page 1 KEBIJAKAN SOSIAL GLOBAL Sesi V: Kebijakan & Perencanaan Sosial Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, M. Izzul Haq, M.Sc

Pertemuan ke 5 - kebijakan sosial global

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1

KEBIJAKAN SOSIAL GLOBAL

Sesi V: Kebijakan & Perencanaan Sosial Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah & Komunikasi

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, M. Izzul Haq, M.Sc

Page 2

pekerjaan sosial akan semakin mengalami kesulitan dalam

menjalankan fungsinya secara efektif tanpa pemahaman mengenai

lingkungan global

MENGAPA?

praktik pekerjaan sosial dengan individu dalam skala lokal semakin

terpengaruh oleh permasalahan global.

meningkatnya kemiskinan di suatu negara dan ketimpangan

ekonomi antar negara merupakan realitas global yang

mempengaruhi pekerjaan sosial.

Page 4

Merupakan istilah generik yang merujuk pada berbagai fenomena :

a. Ekonomi : meningkatnya internasionalisasi produksi dan pertukaran barang

dan jasa; deregulasi transaksi finansial; perluasan perdagangan bebas (free

trade) dalam skala dunia; dan restrukturisasi dan relokasi aktivitas produksi

antar berbagai kawasan di dunia.

b. Politik : melemahnya negara bangsa (nations state) dan hilangnya otonomi

sosial dan politik di hadapan proses ekonomi global; proses desentralisasi di

dalam negara bangsa; dan upaya untuk menciptakan institusi politik

internasional yang baru dalam mengelola politik global yang baru.

c. Sosial budaya : dikaitkan dengan peningkatan ketersediaan dan sirkulasi

informasi secara masif melalui penyebaran internet; interkoneksi yang makin

besar antar masyarakat sehingga jarak waktu dan ruang menjadi hilang

melalui komunikasi telepon, siaran TV secara langsung; ancaman terhadap

budaya tradisional dan kohesi sosial bersanding dengan homogenisasi

kultural melalui penyebran merek dan produk global

Page 5

Page 6

Bahaya Globalisasi

1. Globalisasi didasari ideologi free market fundamentalism

yang patuh pada mitos “the invisible hand” dan antipati

terhadap peran negara (Stiglitz, 2003).

2. Globalisasi memperkokoh hegemoni perusahaan-

perusahaan multinasional atau transnasional (MNCs/TNCs).

3. Globalisasi disokong oleh tiga lembaga internasional

penting: Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) dan

World Trade Organization (WTO) yang sanggup

mencengkram dunia.

Page 7

Page 8

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP KEBIJAKAN SOSIAL (Deacon, 2007)

Kompetisi antar ‘negara kesejahteraan’ dalam menarik arus kapital /

investasi modal dengan menurunkan standar kebijakan perlindungan

sosial (race to the bottom)

Masuknya aktor baru dalam perumusan kebijakan sosial suatu negara

Munculnya isu-isu terkait kebijakan sosial, yaitu redistribusi, regulasi,

dan hak pada level supranasional yang sama-sama memiliki dimensi

regional dan global

Terciptanya pasar global dalam hal penyediaan pelayanan sosial

Terdorongnya gerakan masyarakat global yang menantang struktur

teritorial dan asumsi terkait kewajiban dan hak kesejahteraan

Page 9

KEBIJAKAN SOSIAL GLOBAL

The globalization of social policy and the socialization of global politics

(Deacon, 1997: 4)

Merupakan kebijakan trans atau supranasional yang berdimensi sosial

Page 10

Dimensi Kebijakan Sosial Global

Agensi Pembangunan Internasional - aktor

Kerjasama Pembangunan Internasional - proses

Regulasi Internasional - produk

Page 11

AGENSI PEMBANGUNAN INTERNASIONAL

Agen Multilateral : Bank Dunia (WB) & International Monetary Fund (IMF)

Bank Pembangunan Regional : Asian Development Bank (ADB), African

Development Bank (AfDB) dsb

Lembaga PBB : UNICEF, UNDP, WHO, UNESCO, UNRISD, ILO dsb

Aktor Regional & Supranasional : Uni Eropa (UE), G8, G20, WTO,

ASEAN dsb

Korporat Internasional : Rockefeller, Ford, Soros, Gates Foundation dsb

NGO Internasional : OXFAM, Save The Children, Islamic Relief, dsb

Donor Bantuan Bilateral : USAID, GTZ, DANIDA, DFID, AusAID, CIDA,

NORAD, JICA dsb

Page 12

KEBIJAKAN SOSIAL BANK DUNIA / THE WORLD BANK

Bank Dunia dibentuk Juli 1944 oleh

delegasi dari 44 negara pada sebuah

konferensi internasional di Bretton Woods,

New Hampshire, AS

Kebijakan sosial Bank Dunia lebih fokus

pada pendekatan manajemen risiko menuju

perlindungan sosial (social protection)

dalam konteks globalisasi

Area kebijakan sosial Bank Dunia :

a. Nutrisi Kesehatan

b. Kependudukan

c. Pendidikan

d. Perlindungan Sosial

Page 13

Page 14

TIGA DIVISI GRUP BANK DUNIA

International Bank for

Reconstruction and

Development (IBRD,

berdiri 1945)

Meminjamkan dana kepada negara

debitor untuk proyek yang disertai

syarat adanya kebijakan-kebijakan

tertentu yang harus dipenuhi

International

Development Assistance

(IDA, berdir 1960)

Meminjamkan dana secara lunak

kepada negara berpenghasilan rendah

International Finance

Corporation (IFC, berdiri

1956)

Menstimulasi pembangunan sektor

swasta

Page 15

Bersama IMF dan Pemerintah AS merumuskan apa yang disebut dengan

‘structural adjustment program (SAP)’ pada tahun 1980-awal 1990an.

Dikenal dengan nama Washington Consensus yang mengharuskan

negara kreditur untuk memotong belanja publik yang berlebihan sebagai

syarat hibah Bank Dunia untuk menyeimbangan pembukuan dan

mendorong pertumbuhan sektor swasta.

Tahun 1997, melaksanakan Structural Adjustment Participatory Review

Initiative (SAPRIN) bersama NGO lokal dan internasional dengan fokus

pada kebijakan SAP di beberapa negara.

Pada 1999, meluncurkan prosedur Poverty Reduction Strategy Paper

(PRSP) yang menjadi dokumen kebijakan yang dimiliki oleh negara

bersangkutan sebagai hasil konsultasi dengan masyarakat sipil. PRSP

menjadi syarat pengendoran hutang negara-negara miskin penghutang

kelas berat (HIPIC/Heavily Indebted Poor Countries) atau untuk mengakses

pinjaman lunak dari ‘Poverty Reduction and Support Credit’ IDA.

Page 16

Secara berkala setiap tahun mengeluarkan World Development Report

(WDR) yang berisikan laporan perkembangan negara di dunia

berdasarkan isu yang sedang dikaji, misalnya WDR 1990 on Poverty,

WDR 2006 on Inequality

Memiliki World Bank Institute sebagai lembaga yang menawarkan jasa

konsultasi kebijakan Bank Dunia melalui workshop yang melibatkan staf

kementerian negara-negara di dunia

Page 17

Structural Adjustment Program

Liberalisasi Harga

Privatisasi Pasar

Restrukturisasi Politik

Page 18

Page 19

KEBIJAKAN SOSIAL IMF

International Monetary Fund (IMF) didirikan pada

pertemuan Bretton Woods tahun 1944. Fokus

pada manajemen makroekonomi.

Dikenal sebagai “lender of the last resort”.

Penyedia dana talangan bagi negara yang

memerlukan pembiayaan temporer, biasanya

untuk menyeimbangkan neraca pembukuan.

Syarat (condiotionality) pinjaman IMF cenderung

memperlemah kedaulatan sistem keuangan

nasional.

Page 20

Kebijakan sosial IMF pada pertengahan 1990an adalah ‘safety

net’/jaring pengaman.

Tahun 1999, pengentasan kemiskinan (poverty reduction) menjadi

tujuan IMF melalui Poverty Reduction and Growth Facility setelah

era SAP yang dilaksanakan melalui prosedur PRSP.

Page 21 http://gis1.ucsc.edu/~ericw/voting_rts_imf.gif

A member's quota in the IMF determines the amount of its subscription, its voting weight, access to IMF financing, and allocation of Special Drawing Rights.

Page 22

Page 23 IMF Conditionality… Structural Adjustment… Trade… Liberalize…

Page 24

ANTARA BANK DUNIA, IMF dan INDONESIA

Kerjasama Indonesia

dengan Bank Dunia

dimulai pada 1952

Saat ini Indonesia

mendapatkan dua

jenis pinjaman, IBRD

dan IDA.

Hutang Indonesia ke

IMF sebesar US$ 3,2

milyar lunas pada

2006

Penandatanganan Letter of Intent (LoI) Pemerintah Indonesia dengan IMF, 1998

Page 25

Page 26

Page 27

Page 28

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

PBB atau United Nations (UN) berdiri 26 Juni 1945 di San Fransisco, AS

sebagai organisasi dunia sebagai pengganti Liga Bangsa-Bangsa

(League of Nationsi)

Badan-badan utama PBB :

a. Sidang Umum (General Assembly)

b. Dewan Keamanan (Security Council)

c. Dewan Ekonomi & Sosial (Economic & Social Council/ECOSOC)

d. Sekretariat (Secretariat)

e. Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ)

f. Dewan Perwalian (Trusteeship)

Page 29

Page 30

Page 31

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS

Page 32

TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENNIUM (MDGs)

1 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

2 Mencapai pendidikan dasar untuk semua

3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4 Menurunkan angka kematian anak

5 Meningkatkan kesehatan ibu

6 Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

7 Memastikan kelestarian lingkungan hidup

8 Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Page 33

Area Kebijakan Sosial UNICEF (Gaspar Fajth, 2010)

1. Pengembangan dan kelangsungan hidup anak kecil (Young

child survival and development)

2. Pendidikan dasar dan kesamaan hak (Basic education and

gender equality)

3. Anak dan HIV/AIDS

4. Perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi, dan

penyalahgunaan (Child protection from violence, exploitation

and abuse)

5. Advokasi kebijakan dan kemitraan untuk hak-hak anak (Policy

advocacy and partnerships for children’s rights)

Page 34

Page 35

Page 36

Page 37

Page 38

Page 39

Kebijakan Sosial di Uni Eropa (Deacon, 2003: 246)

Peningkatan standar kesehatan internasional

Peningkatan standar perburuhan dalam ekonomi global

Pembentukan aturan global prinsip kebijakan sosial

Pembentukan panduan wajib CSR

Pengaturan perkembangan pasar internasional di bidang kesehatan,

pendidikan, dan perlindungan sosial

Page 40

Page 41

Page 42

Page 43

Page 44

Page 45

Page 46

Page 47

Page 48

WTO dan Kebijakan Sosial (Deacon, 2007: 52 – 53)

Adanya empat model perdagangan internasional mengacu pada GATS

(General Agreement on Trade in Service) yang berimplikasi pada formulasi

kebijakan sosial nasional :

1. Suplai lintas batas (cross-border supply). Jasa dapat disediakan dari

satu negara ke negara lain melintas batas.

2. Konsumsi luar negeri (consumption abroad). Individu atau

perusahaan dapat pergi ke negara lain untuk mendapatkan jasa disana.

3. Kehadiran komersial (commercial presence). Suatu perusahaan dapat

mendirikan cabang atau perwakilan usaha di suatu negara lain untuk

menyediakan jasa.

4. Kehadiran person (the presence of natural person). Individu dari satu

negara bisa pergi dan tinggal secara temporer di negara lain untuk

menyediakan jasa, namun bukan untuk meraih kewarganegaraan dan

pekerjaan tetap.

Page 50

Page 51

Page 52

Page 53

BAGAIMANA ORGANISASI/AGENSI INTERNASIONAL MEMPENGARUHI KEBIJAKAN NASIONAL

Riset, seting agenda, dan pengembangan kerangka pengetahuan

Pinjaman berbasis kebijakan dan persyaratan proyek pembangunan

Penetapan kode etik, aturan dan norma global

Page 54

KERJASAMA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL

Kerjasama pembangunan internasional (international development

cooperation) menjadi nama generik untuk semua bentuk bantuan luar

negeri (foreign aid)

Terdiri atas:

a. Bantuan Teknis (technical assistance)

b. Bantuan Keuangan (financial assistance), yang berupa:

Hibah (grant) dan Pinjaman (loan)

Page 55

Sejarah Bantuan Luar Negeri

The Marshall Plan “The Economic Recovery Program” dengan

disahkannya US Foreign Aid Act (1948). Dari 1948 – 1952, US$ 13.5

milyar (atau setara US$ 88 milyar) disalurkan oleh Pemerintah AS kepada

negara-negara Eropa Barat. Senilai 10% dari total produk nasional bruto

negara penerima.

The Colombo Plan (1951). Disalurkan untuk negara berkembang di Asia

Pasifik. Dari 1950 – 1981 total lebih dari US$ 65 milyar.

Page 56

Page 57 http://news.bbc.co.uk/1/shared/spl/hi/pop_ups/05/business_aid_and_development/html/2.stm

Page 58

Page 59

http://news.bbc.co.uk/1/shared/spl/hi/pop_ups/05/business_aid_and_development/html/5.stm

Page 60

NAMUN IRONI YANG MUNCUL...

Ketimpangan. Negara-negara termiskin di dunia bukanlah penerima

terbesar bantuan luar negeri. Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan

sebagai kawasan termiskin di dunia hanya menerima 42% dari total

keseluruhan bantuan luar negeri (Data Bank Dunia: 2002).

Keterikatan. ‘Tied Aid’ alias ‘bantuan terikat’. Pemberian bantuan

dengan catatan: pembelian produk dan jasa negara donor.

Alih prioritas : penyaluran dana lewat lembaga multilateral seperti

PBB makin berkurang, sedangkan penyaluran dana langsung lewat

Bank Dunia, IMF, dan bank pembangunan regional makin meningkat.

Salah sasaran. Alokasi distribusi bantuan luar negeri untuk

pendidikan dasar (basic education) baru mencapai 1% dari

pengeluaran negara penerima

Page 61

Barter bantuan. Negara yang mendukung kepentingan negara

donor di PBB cenderung mendapatkan bantuan lebih.

Kepentingan sebagai panglima. Kepentingan strategis geopolitik

menjadi penentu besaran alokasi dan distribusi bantuan. 60%

bantuan Jepang ditujukan ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia,

Cina dan Thailand. 20% bantuan Inggris ditujukan pada negara

bekas jajahan di Afrika dan Anak Benua India. Hampir 50% bantuan

Prancis ditujukan kepada bekas koloninya seperti Polinesia Prancis

dan Kaledonia Baru. Di tahun 2000 hampir 1/3 bantuan bilateral AS

ditujukan kepada Rusia, Israel, dan Mesir, sedangkan di tahun

1950-1960an ditujukan pada Korea Selatan dan Taiwan.

Page 62

Dampak Bantuan Luar Negeri bagi Kebijakan Sosial

Penyediaan anggaran kesejahteraan sosial (social welfare budget)

Pembuatan jaring pengaman sosial (social safety nets)

Pengembangan pendekatan multisektoral yang menyeluruh dan

terintegrasi untuk pengentasan kemiskinan dan pembangunan

Page 63

Prosedur Poverty Reduction Strategy Papers (paper strategi pengentasan kemiskinan)

diluncurkan Bank Dunia pada September 1999 bagi 60 negara kreditor sebagai syarat

pengendoran hutang (debt relief) atau pinjaman lunak (soft loans). PRSP berupa

dokumen perencanaan untuk mencapai tujuan anti kemiskinan. Penyiapan & pelaksanaan

PRSP menekankan partisipasi pemerintah, negara donor, dan masyarakat sipil.

Page 64

UTANG LUAR NEGERI INDONESIA

Hutang luar negeri Indonesia lebih didominasi hutang swasta (US$ 23,1

miliar), sedangkan hutang pemerintah US$ 6,6 miliar, dan bank sentral

US$ 6,9 miliar.*

Hutang luar negeri Indonesia memakan porsi anggaran negara (APBN)

yang terbesar dalam satu dekade terakhir.

Jumlah pembayaran pokok dan bunga hutang hampir 2x lipat anggaran

pembangunan, dan memakan lebih dari separuh penerimaan pajak.

Pembayaran cicilan hutang sudah mengambil porsi 52% dari total

penerimaan pajak yang dibayarkan rakyat sebesar Rp 219,4 triliun.

* www.liputan6.com

Page 65

Page 66

Page 67

Page 68

HUTANG LUAR NEGERI INDONESIA per JULI 2013

Rp 2156 TRILIUN* Naik Rp 212 triliun dari posisi di Mei 2012 yang berjumlah

Rp 1.994 triliun yang itu pun naik Rp 140,65 triliun dari

posisi di Desember 2011 yang berjumlah Rp 1.803,49 triliun!

PDB Indonesia Rp 7.226 triliun, rasio hutang Indonesia

sekitar 25 %. Sejak tahun 2000 ada peningkatan jumlah

hutang meskipun ada penurunan rasio hutang terhadap PDB.

Sumber: Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI

Page 70

No Kementerian/Lembaga/BUMN Nilai Pinjaman

1 Kementerian Keuangan USD 871,1 juta atau Rp 8,3 triliun

2 Kementerian Negara PPN/BAPPENAS USD 302 juta atau Rp 2,8 triliun

3 Kementerian Pertahanan USD 227,1 juta atau Rp 2,1 triliun

4 Kementerian Pekerjaan Umum USD 165,5 juta atau Rp 1,5 triliun

5 PT PLN USD 59 juta atau Rp 567,2 miliar

6 Kementerian Perhubungan USD 45.6 juta atau Rp 438,6 miliar

7 Kementerian Dalam Negeri USD 21,2 juta atau Rp 204,1 miliar

8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan USD 8,9 juta atau Rp 86,1 miliar

9 Kementerian Kesehatan USD 8,4 juta atau Rp 81,1 miliar

10 Badan Meteorologi dan Geofisika USD 7,6 juta atau Rp 72,9 miliar

11 Kementerian Komunikasi dan Informatika USD 984,4 ribu atau Rp 9,4 miliar

12 Kementerian Pertanian USD 912,8 ribu atau Rp 8,7 miliar

13 PT Pertamina USD 353,7 ribu atau Rp 3,3 miliar

14 Kementerian Agama USD 262,2 ribu atau Rp 2,5 miliar

Page 71

STATISTIK HUTANG INDONESIA – Bank Dunia, 2013

Page 72

SIAPAKAH PEMBERI HUTANG KE INDONESIA?

UTANG BILATERAL

1. Jepang Rp 274,68 triliun

2. Prancis Rp 24,14 triliun

3. Jerman Rp 20,97 triliun

4. Pinjaman bilateral lain

Rp 83,2 triliun

UTANG MULTILATERAL

1. WB Rp 112,19 triliun

2. ADB Rp 96,41 triliun

3. IDB Rp 4,32 triliun

4. Lembaga multilateral lain

Rp 2,13 triliun

Sumber: Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI

Page 73

IRONI INDONESIA

Meski berhutang banyak, namun berani memberi hutang USD 1 miliar

melalui IMF untuk krisis ekonomi Eropa

Demi nilai tawar yang tinggi, Indonesia tetap membayar iuran

keanggotaan sekaligus untuk menambah penyertaaan modal di beberapa

lembaga pengutang internasional (sesuai PP tentang Penambahan

Penyertaan Modal, Agustus 2013) seperti :

a. ADB Rp 353,3 miliar

b. Bank Dunia Rp 153,6 miliar

c. ASEAN Infrastructure Fund Rp 380 miliar

Page 74

Page 76

REGULASI INTERNASIONAL

Mencerminkan seperangkat nilai yang diusung di dunia global.

Mengacu pada penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.

Deklarasi

Konvensi

Page 77

DEKLARASI

Universal Declaration of Human Rights (UDHR), 1948 atau Deklarasi

Universal tentang Hak Asasi Manusia

Deklarasi Alma-Ata (1978) tentang Pelayanan Kesehatan Dasar

Deklarasi Jomtien (1990) tentang Pendidikan untuk Semua

Deklarasi Rio (1992) tentang Lingkungan Hidup

Deklarasi Kopenhagen (1995) tentang Pembangunan Sosial

Deklarasi Johannesburg (2002) tentang Kesehatan dan

Pembangunan Berkelanjutan

pernyataan bersama mengenai suatu masalah dalam bidang politik, sosial,

ekonomi, atau hukum. Deklarasi dapat berbentuk traktat, perjanjian bilateral,

dokumen tidak resmi, dan perjanjian tidak resmi

Page 79

KONVENSI

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) & International Covenant

on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) (diadopsi & berlaku 1966)

Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (CERD) (diadopsi

1966, berlaku: 1969)

Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women

(CEDAW) (diadopsi 1979, berlaku: 1981)

Convention on the Rights of the Child (CRC) (diadopsi 1989, berlaku: 1989)

International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and

Members of their Families (ICRMW atau sering disebut MWC) (diadopsi 1990,

berlaku: 2003)

Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) (diadopsi 2006, berlaku:

2008)

persetujuan resmi yang bersifat multilateral atau persetujuan yang diterima oleh organ

suatu organisasi internasional. Konvensi tidak berkaitan dengan kebijakan tingkat tinggi

Page 80

Dampak regulasi internasional bagi kebijakan sosial di Indonesia

Berbagai perundang-undangan sosial yang dibentuk sebagai konsekwensi

penandatanganan, ratifikasi, dan adopsi konvensi ke dalam UU seperti:

UU No. 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak Penyandang

Cacat

UU No. 15 tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol Melawan

Penyelundupan Migran

UU No. 11 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional

tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, Budaya

UU 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

Page 81

Peran Pekerja Sosial dalam Konteks Kebijakan Sosial Global

Peran pekerja sosial tidak dilakukan dengan membantu mereka

yang mengalami masalah sosial atau para “pemerlu pelayanan

sosial” saja,

melainkan diarahkan pada keterlibatan dalam analisis dan

perancangan kebijakan sosial internasional. Sejumlah ahli, seperti

Gosta Esping-Andersen (1996), Ramesh Mishra (1999), Bob

Deacon (2000) sudah lama mengusulkan soal international social

policy ini.

Aktivis dan analis kebijakan sosial adalah dua peranan penting

dalam skenario ini yang intinya difokuskan pada perlawanan

terhadap globalisasi dan neoliberalisme.

Page 82

SUB-TUGAS KELOMPOK

Melalui diskusi kelompok, identifikasi dan tentukan SATU isu lokal/nasional terkait

kebijakan (kesejahteraan) sosial di Indonesia atau masalah kesejahteraan sosial di

Indonesia dengan berdasarkan BUKTI/DATA tertulis (kliping koran, laman internet,

jurnal penelitian, dokumen pemerintah dsb) yang akan menjadi rencana tugas

penyusunan Logframe Approach terkait perencanaan program sosial.

Lakukan ANALISIS SOSIAL terhadap isu atau masalah tersebut (gunakan analisis

statika sosial/stakeholder dan analisis jalur/pohon masalah)

Dikumpulkan pada pertemuan hari Senin, 7 Oktober 2013 (Kelas A), Kamis 10

Oktober 2013 (Kelas B & C)

Page 83

Keterkaitan Analisis

Stakeholder

(Stakeholder Analysis)

dan Analisis Jalur/Pohon

Masalah (Problem

Analysis) dengan

penyusunan Logframe

Page 84 PSIF Project Resources Stakeholder Analysis

84

Langkah Analisis Stakeholder

1. Identifikasi stakeholder pentingdan kepentingan mereka

2. Asesmen kekuasaan dan pengaruh stakeholder terkait dengan proyek/kegiatan

3. Tentukan respon proyek yang tepat pada masing-masing stakeholder/kelompok

4. Rencanakan stakeholder mana yang akan berpartisipasi dalam lingkaran proyek, kapan dan bagaimana

5. Mulai untuk identifikasi resiko dari stakeholder

6. Kembangkan strategi untuk membangun partisipasi dan komitmen stakeholder

Page 85 PSIF Project Resources Stakeholder Analysis

Mempersiapkan Matriks Stakeholder

Stakeholder Kepentingan Dampak

S.1

S.2

S.3

Page 86 PSIF Project Resources

Mengembangkan Pohon Masalah

1. Identifikasi sebab segera dan langsung dari masalah inti (focal

problem)

2. Identifikasi akibat segera dan langsung dari masalah inti (focal

problem)

3. Bangun pohon masalah yang menunjukkan hubungan sebab dan

akibat dari masalah tersebut

4. Review pohon masalah dan verifikasi bahwa telah lengkap dan valid

Page 87 PSIF Project Resources

Identifikasi Sebab & Akibat: Pohon Masalah

Focal Problem

Effects of the Focal Problem

Causes of the Focal Problem

Direct

Effects

Higher-level

Effects

Immediate

and Direct

Causes

Root

Causes

Page 88

KELOMPOK TEMA KELOMPOK KELAS A

1 Kebijakan Mobil Murah

2 Penelantaran Anak berujung Petaka

Page 89

KELOMPOK TEMA KELOMPOK KELAS B

1 Larangan berjualan di gerbong KA

2 Trafiking anak

3 Perlindungan anak jalanan

4 Mobil murah tidak tepat sasaran

5 Ketidaktepatan BLSM

6 Kenaikan standar kelulusan UN

7 Kurang berhasilnya KB

Page 90

KELOMPOK TEMA KELOMPOK KELAS C

1 Penyalahgunaan Dana Kebijakan Impor Daging Sapi

Kemenperindag RI

2 Pemberdayaan Pengemis Perlu Studi Kelayakan

3 Korupsi Dana Pendidikan UNAS

4 BLSM tidak tepat sasaran

5 Gepeng

6 BBM

7

Page 91

Referensi

Deacon, Bob (2003). “Supranational Agencis and Social Policy” dalam

Social Policy, Oxford: Blackwell.

Deacon, Bob (2007). Global Social Policy & Governance. London: Sage.

Gaspar Fajth (2010). UNICEF’s Social Policy Agenda, New York: UNICEF

Division of Policy and Practice

Sykes, Rob (2003) “Social Policy and Globalization” dalam Social Policy,

Oxford: Blackwell.

Page 92

Teki-teki dari jaman pil kiplik untuk yang tertarik dan belum pernah tau...

Teka teki ini tidak mengandung trick, hanya murni logika.

Semoga Anda beruntung dan jangan cepat menyerah!

Ada 5 buah rumah yang masing-masing memiliki warna berbeda. Setiap

rumah dihuni satu orang pria dengan kebangsaan yang berbeda-beda.

Setiap penghuni menyukai satu jenis minuman tertentu, merokok satu

merek tertentu dan memelihara satu jenis hewan tertentu. Tidak ada

satupun dari kelima orang tersebut minum minuman yang sama, merokok

merk rokok yang sama dan memelihara hewan yang sama seperti

penghuni yang lain.

PERTANYAAN : Siapakah yang memelihara IKAN ?

PETUNJUK :

Orang Inggris tinggal di dalam rumah berwarna merah.

Orang Swedia memelihara anjing.

Orang Denmark senang minum teh.

Rumah berwarna hijau terletak tepat di sebelah kiri rumah berwarna putih.

Penghuni rumah berwarna hijau senang minum kopi.

Orang yang merokok Pallmall memelihara burung.

Penghuni rumah yang terletak di tengah tengah senang minum susu.

Penghuni rumah berwarna kuning merokok Dunhill.

Orang Norwegia tinggal di rumah paling pertama.

Orang yang merokok Marlboro tinggal disebelah orang yang memelihara kucing.

Orang yang memelihara Kuda tinggal di sebelah orang yang merokok Dunhill.

Orang yang merokok Winfield senang minum bir.

Di sebelah rumah berwarna biru tinggal orang Norwegia.

Orang Jerman merokok Rothmans.

Orang yang merokok Marlboro bertetangga dengan orang yang minum air.

Albert Einstein menyusun teka teki ini pada abad yang lalu.

Dia menyatakan 98% penduduk di dunia tidak mampu memecahkan teka teki ini.

Apakah anda termasuk yang 2 % ??????