Upload
herry-rachmat-safii
View
4.220
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL
UNTUK MENGURANGI BIAYA PRODUKSI
DENGAN HASIL PANEN YANG
MENGUNTUNGKAN
BIDANG KEGIATAN:
PKMT
Diusulkan Oleh:
Herry Rachmat Safi’i 14330039
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Bahasa Inggris
UNIVERSITAS DARUL ULUM
LAMONGAN
2014 / 2015
i
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL
UNTUK MENGURANGI BIAYA PRODUKSI
DENGAN HASIL PANEN YANG
MENGUNTUNGKAN
BIDANG KEGIATAN:
PKMT
Diusulkan Oleh:
Herry Rachmat Safi’i 14330039
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Bahasa Inggris
UNIVERSITAS DARUL ULUM
LAMONGAN
2014 / 2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN USULAN PROGRAM
KREATIFITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan
: “Budidaya Lele Organik Media
Terpal Untuk Mengurangi Biaya
Produksi Dengan Hasil Panen
Yang Menguntungkan”
2.
3.
4.
Bidang Kegiatan
Ketua Tim Pengusul
a. Nama
b. NIM
c. Jurusan/Fakultas
d. Perguruan Tinggi
e. Alamat Rumah/Telp/Hp
f. E-mail
Dosen Pendamping
: PKMT
: Herry Rachmat Safi’i
: 14330039
: FKIP Bahasa Inggris
: Universitas Darul Ulum
: Jl. Warungering No. 21 RT
02/RW 02, Kedungpring,
Lamongan. 0856-5556-7190
: Drs. H. Maskub, MH
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Drs. H. Maskub, MH
iii
ABSTRAK
Budidaya ikan lele adalah salah satu peluang usaha yang menjanjikan dari
mulai tingkatan usaha kecil, menengah, maupun besar dewasa ini. Dengan
kenyataan seperti itulah muncul paradigma bahwa budidaya lele bukan lagi
sekedar menjadi komoditi sampingan masyarakat, namun merupakan bisnis
wirausaha yang menguntungkan. Hal ini memicu mulai bermunculannya petani
pemula yang mencoba peruntungan membuka lapak meskipun dengan modal awal
yang mungkin sangat kecil.
Budidaya lele memang dikenal mudah untuk dilakukan dan dengan biaya
yang cukup murah sehingga bisa dibilang cukup cerah prospeknya, mudah
pemasarannya. Akan tetapi dilain pihak, mahalnya harga pelet atau pakan pabrik
membuat para petani ikan mengalami kendala terhadap pembesaran ikan. Sudah
terbukti lebih dari separuh biaya budidaya ikan hanya terpakai untuk pembelian
pakan yang mahal, sedangkan untuk kebutuhan operasional lainnya yang
dibutuhkan juga masih perlu diperhitungkan. Inilah alasan banyak pengusaha lele
yang mengalami kerugian karena tidak mampu menekan biaya pembudidayaan
dengan harapan hasil panen yang memuaskan.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, teknik budidaya
lele atau pun ikan-ikan yang lain sangat beragam. Banyak rekayasa teknologi
yang hanya mementingkan mempersingkat masa panen. Namun tehnik seperti ini
hanya mementingkan sisi kuantitas tanpa memperhatikan sisi kualitasnya.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
A. Motto
“ Dalam Praktik Toleransi, Satu Musuh Adalah Guru Terbaik “
B. Persembahan
Karya tulis ini kami persembahkan untuk:
iv
Kedua orang tua kami yang telah memberikan kasih sayang kepada
kami sejak kami ada sampai sekarang.
Guru-guru dan dosen kami.
Teman-teman kami yang kami sayangi.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr... Wb...
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami, kelompok 7 selaku penyusun telah menyelesaikan
pembuatan karya tulis berdasar mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, yang berjudul
“BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNTUK MENGURANGI
BIAYA PRODUKSI DENGAN PANEN YANG MENGUNTUNGKAN”.
Mungkin dalam penyusunan karya tulis ini, masih banyak terdapat
kekurangan yang tidak kami sadari. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
segala kekurangan yang ada dalam penelitian ini, dan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sebagai pembelajaran selanjutnya. Serta kami terbuga
untuk segala pihak yang berkenan melakukan penelitian lanjutan.
Akhir kata, penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
v
Wassalamualaikum Wr... Wb...
Lamongan,
20 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul............................................................................................................................i
Halaman Pengesahan..................................................................................................... ii
Abstrak ......................................................................................................................... iii
Motto Dan Persembahan .............................................................................................. iv
Kata Pengantar ..............................................................................................................v
Daftar Isi....................................................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah................................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian.................................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
A. Landasan Teoritis ................................................................................................. 6
1. Teori Budidaya ............................................................................................ 6
2. Klasifikasi Ikan Lele .................................................................................... 7
3. Jenis Ikan Lele Budidaya ............................................................................. 8
4. Morfologi Ikan ........................................................................................... 10
5. Definisi Organik ........................................................................................ 11
6. Kolam Terpal ............................................................................................. 12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ............................................................................ 16
B. Desain Penelitian .............................................................................................. 16
C. Metode Penelitian ............................................................................................. 17
D. Tehnik Analisis Data ........................................................................................ 17
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Segmen Budidaya Lele Organik ....................................................................... 18
1. Persiapan Lahan ......................................................................................... 18
2. Penebaran Benih Ikan Lele ........................................................................ 20
3. Manajemen Pakan...................................................................................... 21
4. Manajemen Obat – Obatan Tradisional ..................................................... 26
B. Manfaat Kolam Terpal...................................................................................... 26
C. Pembuatan Kolam Terpal ................................................................................. 27
vii
D. Perbandingan Budidaya Organik Dan Budidaya Biasa .................................... 28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ikan lele merupakan salah satu komoditas air tawar yang banyak
dibudidayakan dan digemari oleh sebagian besar masyarakat khususnya di
wilayah Lamongan. Namun selama ini untuk memenuhi kebutuhan pasar ini
masih mendatangkan dari luar daerah karena kurangnya produksi lele dari
pembudidaya lokal. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya pemanfaatan
lahan, kurangnya penguasaan teknologi budidaya dan masih lemahnya fungsi
kelompok masyarakat pembudidaya serta keterbatasan modal, sehingga hasil
produksi tidak bisa maksimal. Ditambah lagi akan berbagai macam keluhan para
petani lele yang semakin lama semakin merasakan sulitnya memperoleh
kebutuhan pakan, media, dan asupan probiotik pada masa pembesaran ikan lele.
Gambar 1. Produksi Perikanan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di Indonesia
Tahun 2008 (Ton)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009.
Gambar 1 Produksi perikanan budidaya kolam di Indonesia, lele
merupakan produksi terbesar ke 3 pada tahun 2008 setelah nila dan ikan mas yaitu
sebesar 114.371 ton atau 11,4 % dari total produksi perikanan budidaya kolam di
Indonesia. Sedangkan pada ikan nila yaitu sebesar 378.300 ton atau sebesar 37,9
% dan ikan mas sebesar 242.322 ton atau sebesar 24,3%.
Para peternak lele umumnya mengeluhkan harga pakan yang terus
melambung. Fasilitas lahan yang semakin sulit di dapat untuk perluasan media
berkembang biak ikan lele. Kondisi tersebut mengakibatkan peternak terancam
2
gulung tikar karena merugi. Dengan harga jual lele di pasaran rata-rata Rp 14.000
/ kg di tingkat peternak, rata-rata peternak hanya memperoleh keuntungan sekitar
Rp 400 ribu per masa panen 1000 benih ikan selama tiga bulan.
Yang harus dirubah adalah pola pikir dari petani itu sendiri, untuk tidak
terlalu bergantung terhadap bahan-bahan tidak alami. Karena sejak era revolusi
hijau dengan berbagai macam penemuan teknologi, petani di Indonesia sudah
terbiasa dengan teknik budidaya yang instan dan cepat. Pupuk kimia untuk
meningkatkan hasil, pestisida kimia untuk membasmi tuntas hama, di perikanan
penggunaan pelet yang mudah dan cepat, pemberian obat kimia pada ikan yang
sakit, pemberian antibiotik pada pembudidaya udang, semua itu adalah tehnik
budidaya yang instan. Hasilnya bisa diliat pada saat ini, hama yang tak terkendali,
berkurangnya kesuburan tanah, pelandaian hasil produksi, ditolaknya udang
eskpor indonesia akibat kandungan antibiotik yang tinggi, pakan yang melambung
tinggi, dampak kesemua itu adalah kematian ikan yang semakin banyak.
Oleh karena itu, kami selaku penulis mencoba memberikan cara
penanggulangan berbagai kendala tersebut untuk mengurangi beban para petani
budidaya lele. Dengan cara membudidayakan ikan lele secara organik pada media
terpal. Hal ini sangat masuk akal mengingat pakan organik dapat didapatkan dari
lingkungan sekitar secara cuma-cuma. Memanfaatkan limbah restoran, limbah
pasar, limbah ternak serta berbagai macam bahan organik dari sisa-sisa bahan atau
tumbuhan yang kita jumpai sehari-hari. Menyiasati lahan dan media tanam ikan
yang dahulunya membutuhkan lahan pekarangan yang luas, serta biaya
pembuatan kolam yang mahal, apalagi kolam terbuat dari dinding cor yang sudah
jelas membutuhkan material bangunan yang kurang terjangkau bagi para petani
pemula.
B. BATASAN MASALAH
Agar penelitian lebih fokus dan tidak dari pembahasan yang dimaksud,
dalam karya tulis ini penulis membatasinya pada ruang lingkup penelitian sebagai
berikut:
1. Klasifikasi ikan lele yang dibudidayakan ikan lele konsumsi. Dengan sampel
lele jenis phyton
2. Budidaya ikan lele secara organik maksudnya adalah ikan lele yang
dibudidayakan dengan menggunakan teknik budidaya lele yang ramah
lingkungan. Yaitu dengan memanfaatkan pengaturan mikroorganisme positif
3
pada kolam dan siklus yang disamakan dengan habitat asli ikan lele di alam liar
asli.
3. Budidaya lele secara organik dikembangkan untuk meringankan beban
peternak lele yang merasa keberatan dengan mahalnya harga pakan untuk
pembesaran lele.
4. Media terpal maksudnya kita tidak perlu menggunakan kolam lele dari tanah
maupun kolam semen. Cukup dengan membuat kolam terpal saja.
5. Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah Kelompok Masyarakat
Pembudidaya Ikan Lele Cinta Damai di desa Warungering, Kedungpring,
Lamongan.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji
diantaranya:
1. Apa yang di maksud dengan budidaya ikan lele secara organik?
2. Bagaimanakah cara budidaya ikan lele secara organik?
3. Bagaimana cara membudidayakan ikan lele dengan kolam terpal?
4. Apa manfaat dari budidaya ikan lele organik pada kolam terpal?
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari budidaya ikan lele secara organik.
2. Mengetahui cara membudidayakan ikan lele secara organik.
3. Mengetahui cara membudidayakan ikan lele organik pada kolam terpal.
4. Mengetahui berbagai manfaat pembudidayaan lele dengan cara organik pada
kolam terpal.
E. MANFAAT PENELITIAN
4
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan
kita mengenai cara budidaya ikan lele yang baik secara organik pada kolam terpal.
Dan juga untuk memberikan informasi serta solusi bagi para peternak atau petani
budidaya ikan lele.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORITIS
1. Teori Budidaya
Dalam pertanian, budi daya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan
sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil
manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha
tani. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budi daya adalah "usaha yg
bermanfaat dan memberi hasil".
Budi daya hewan (husbandry) melibatkan usaha pembesaran bakalan
(hewan muda) atau bibit/benih (termasuk benur dan nener pada budi daya
perikanan) pada suatu lahan tertentu selama beberapa waktu untuk kemudian
dijual, disembelih untuk dimanfaatkan daging serta bagian tubuh lainnya, diambil
telurnya, atau diperah susunya (pada peternakan susu). Proses pengolahan produk
budi daya ini biasanya bukan bagian dari budi daya sendiri tetapi masih dianggap
sebagai mata rantai usaha tani ternak itu. Budi daya hewan dikategorikan ke
dalam peternakan dan budi daya perikanan.
Budi daya hewan menurut Peraturan presiden Republik Indonesia No 48
ahun 2013 Tentang Budi Daya Hewan Peliharaan adalah "Usaha yang dilakukan
5
di suatu tempat tertentu pada suatu kawasan budi daya secara berkesinambungan
untuk hewan peliharaan dan produk hewan".
Pembudidayaan ikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan adalah "kegiatan untuk memelihara,
membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam
lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/
atau mengawetkannya."
2. Klasifikasi Ikan Lele
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam
ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan
dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang
menyembul dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp.
yang berasal dari bahasa Yunani "chlaros" , berarti "kuat dan lincah". Dalam
bahasa Inggris lele disebut dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan
walking catfish. Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa
(2004) yaitu sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
3. Jenis Ikan Lele Budidaya
a. Ikan Lele Dumbo
Di Indonesia lele merupakan jenis ikan yang cukup populer. Lele yang
berada di Indonesia bermacam-macam jenisnya. Terutama jenis lele yang biasa
6
dikonsumsi seperti lele Afrika, Dumbo, dan Lokal. Lele Afrika (Clarias
gariepinus) merupakan jenis ikan lele yang berasal dari Afrika yang diimpor ke
Indonesia untuk dikawin silangkan dengan lele Lokal dan dinamakan lele Dumbo.
b. Ikan Lele Lokal
Lele Lokal (Clarias batrachus) atau yang sering disebut dengan “walking
catfish” ini merupakan lele habitat asli di Indonesia. Dinamakan walking catfish
karena kemampuanya untuk berjalan didaratan untuk mencari makanan atau
lingkungan yang cocok. Lele ini berjalan dengan menggunakan sirip pektoral
untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan menyerupai ular.
c. Ikan Lele Sangkuriang
Lele Dumbo yang ada di Indonesia mengalami penurunan kualitas
diakibatkan sering terjadinya perkawinan satu keturunan (inbreeding). Untuk itu
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) memutuskan untuk
melakukan pemurnian kembali. Betina keturunan kedua lele Dumbo asli dari
Afrika Selatan (F2) dikawinkan dengan pejantan keturunan keenam yang Lokal
(F6). Dari proses pemurnian Back cross ini anakan yang dihasilkan kemudian
dinamakan Lele Sangkuriang. Melihat hal diatas bahwa lele Sangkuriang adalah
lele Dumbo hasil pemuliaan atau peremajaan.
d. Ikan Lele Albino
Lele Albino merupakan lele jenis apa saja yang memiliki gen resesif dari
parental, tercermin dari warnanya yang putih akibat gen yang tidak dapat
membentuk pigmen melanin. Biasanya ikan lele Albino ini dipertahankan dan
diperbanyak oleh beberapa pembudidaya karena tergolong ikan lele hias serta
memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan ikan lele konsumsi pada
umumnya.
e. Ikan Lele Phyton
Ikan lele phyton atau juga disebut ikan lele paiton merupakan jenis lele
baru hasil silangan lele dumbo lokal dan lele thailand yang mulai banyak
dibicarakan sebagai ikan lele terbaik baik dari segi kualitas dan kemudahan
budidayanya. Lele phyton merupakan varietas unggulan baru alternatif pengganti
7
lele dumbo yang bisa dikatakan sebagai rajanya lele yang memiliki kualitas di atas
ikan lele sangkuriang.
Gambar 2. Ikan Lele Phyton
Sumber : usahaternak.com
Pertama kali lele ini ditemukan/dikembangkan pada tahun 2004 di
Kabupaten Pandeglang Banten bukan melalui proses riset di laboraturium,
melainkan dari proses coba-coba dari sekelompok pelaku budidaya ternak lele dan
tidak sengaja muncullah ikan lele phyton sebagai ikan lele unggulan terbaru
sebagai raja lele atau lele raksasa ukuran konsumsi, yang sejajar bahkan bisa
dikatakan lebih baik dari ikan lele sangkuriang yang saat itu menjadi primadona.
4. Morfologi Ikan Lele
Ikan lele tubuhnya licin dan tidak bersisik, dengan sirip dan sirip anus
yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya
nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang dibagian atas,
dengan mata yang kecil dan mulut yang lebar yang terletak diujung moncong,
dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba yang amat berguna untuk bergerak
di air yang gelap, lele memiliki alat pernafasan berupa insang. Pada umumnya,
insang tertutup atau terlindungi oleh tutup insang (operkulum). Insang berwarna
merah karena banyak mengandung pembuluh darah. Pada insang inilah oksigen
diserap dari air dan karbon dioksida dibebaskan ke air. Lele memiliki sepasang
patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Lele berkembang
biak dengan telur, pembuahan terjadi diluar tubuh induknya atau didalam air
8
(pembiakan eksternal). Pada sisi tubuh terdapat gurat sisi yang memanjang dari
belakang tutup insang sampai ekor. Gurat sisi berfungsi untuk mengetahui
tekanan air (Hasanuddin,1984).
Pada ikan lele di Indonesia dikenal adanya 3 variasi warna tubuhnya, ialah
hitam agak kelabu (gelap), ini yang paling umum Bulai (putih), dan Merah.
Biasanya lele yang berwarna putih dan merah dipelihara sebagai ikan hias. Ikan
lele juga memiliki labirin yang membantu dalam proses pernafasan ketika berada
di daerah yang berlumpur.
5. Definisi Organik
Bahan Organik adalah semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman
dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahapan
(stage) dekomposisi (Millar, 1955).
Kononova (1966) dan Schnitzer (1978) membagi bahan organik tanah
menjadi 2 kelompok, yakni: bahan yang telah terhumifikasi, yang disebut sebagai
bahan humik (humic substances) dan bahan yang tidak terhumifikasi, yang
disebut sebagai bahan bukan humik (non-humic substances).
Sedangkan jika ditinjau dari pengertian organik dalam kaitannya pada
bidang pertanian, maka menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Juli 2002), pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.
6. Kolam Terpal
Gambar 3. Contoh Kolam Terpal
Sumber : Pokmas Cinta Damai Warungering 2015
9
a. Keunggulan Kolam Terpal dalam Budidaya Lele
Berikut adalah beberapa keuntungan dari teknik budidaya ikan lele dengan
menggunakan kolam terpal:
1) Menambah Peluang Baru Budidaya di Lahan yang Terbatas.
Pada awalnya, budidaya ikan lele banyak dilakukan di kolam-kolam
konvensional seperti kolam tanah, kolam tembok, kolam beton, atau bahkan di
kolam yang terbuat dari fiber glass. Namun seiring makin berkembangnya teknik
budidaya, maka berkembang teknik budidaya lele dengan memanfaatkan terpal,
atau dikenal dengan nama kolam terpal. Kolam terpal sebagai tempat budidaya
lele awalnya banyak berkembang di daerah Pantura Jawa Barat sebelum akhirnya
berkembang menyebar ke daerah lainnya termasuk ke luar Pulau Jawa.
Pada perkembangan selanjutnya, teknik kolam terpal ini malah disukai oleh
masyarakat perkotaan, teknik ini sangat disukai karena cocok dilakukan tanpa
memerlukan lahan yang luas, bahkan bila perlu lahan bekas garasi mobil saja bisa
dimanfaatkan, atau pekarangan sempit di belakang rumah.
2) Teknik Praktis Namun Memiliki Tingkat Keberhasilan Tinggi
Proses pembuatan kolam terpal tergolong sangat praktis dan mudah.
Pengerjaan pembuatannya mungkin hanya dibutuhkan beberapa jam saja. Jauh
berbeda dengan misalnya kalau kita mempersiapkan kolam tanah atau kolam
tembok, yang hitungannya berhari-hari.
Waktu produksi lebih cepat. Kolam terpal setelah panen hanya cukup
dibersihkan dan diisi air baru. Berbeda dengan kolam konvensional yang perlu
waktu kurang lebih seminggu agar bisa digunakan kembali, mengingat tanah
harus diolah, dijemur, dan dikeringkan.
Pemakaian air lebih irit, berdasarkan beberapa tingkat kelangsungan hidup
atau SR (survival rate) lele yang dipelihara dalam kolam terpal dapat mencapai
80%, ini lebih tinggi dibandingkan bila di kolam konvensional yang hanya 50-
60%.
Posisi kolam terpal bisa dipindah. Kolam terpal apabila tidak dipakai bisa
dilipat untuk digunakan kembali lain waktu.
10
Gambar 4. Media Terpal Sangat Praktis dan Efisien
Sumber : Pokmas Budidaya Lele Cinta Damai Warungering
3) Cocok untuk Kawasan atau Daerah yang Kurang Air
Teknik ini memungkinkan budidaya dapat dilakukan pada daerah yang
suplai airnya kurang atau jauh. Teknik ini tidak memerlukan air yang mengalir
dan dapat mengurangi resiko kebocoran-kebocoran air seperti yang biasa terjadi
pada kolam konvensional.
4) Keuntungan Teknis dan Finansial
Secara teknis, banyak kemudahan dengan budidaya menggunakan kolam
terpal. Mulai dari teknis pembuatan, pemeliharaan sampai ke tahap pasca panen
relatif lebih mudah dibandingkan kolam konvensional.
Pencegahan dan pengendalian hama maupun penyakit lebih mudah
sehingga persentase SR lebih tinggi dibandingkan pada kolam biasa.
Hal tersebut tentu saja akan berkorelasi dengan biaya yang harus kita
keluarkan. Biaya yang harus dikeluarkan, secara sederhana apabila kita
bandingkan akan jauh lebih murah dibandingkan kolam tembok atau tanah.
5) Kualitas Produk lebih Diminati
Hasil budidaya lele dalam kolam terpal akan menghasilkan ikan lele yang
tidak berbau lumpur, yang mana bau lumpur tersebut biasanya dihasilkan dari
budidaya lele dengan kolam tanah atau tembok. Bau lumpur ini rata-rata ternyata
11
menurunkan selera makan para konsumen, sehingga rasa asli ikan lele yang gurih
pun tidak dapat dinikmati.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Universitas Darul Ulum
Lamongan dan Desa Warungering dengan subjek penelitian yaitu Kelompok
Masyarakat Budidaya Lele Cinta Damai Desa Warungering, Kedungpring,
Lamongan.
B. Desain Penelitian
Bila dilihat dari latar belakang penelitian yang kami lakukan maka peneliti
menentukan desain penelitian ini yaitu studi kasus. Studi kasus (case study)
merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisa data berkenaan dengan
suatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan,
hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak
ada masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan dan keberhasilannya
(Sukmadinata, 2009).
Dalam penelitian dengan menggunakan desain penelitian studi kasus,
maka kita dapat melihat secara langsung fenomena-fenomena yang terjadi di
lapangan sehingga data yang didapatkan dapat dianalisa dari segi kekurangan dan
kelebihannya. Dengan menggunakan desain ini memungkinkan peneliti
melakukan observasi secara langsung pada suatu kasus yang terjadi saat ini dan
dapat menerapkan suatu pemecahan masalah atau memberikan solusi untuk
permasalahan yang terjadi sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan.
C. Metode Penelitian
12
Metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan
dengan baik untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sukmadinata
(2009:72) metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada,
yang berlangsung, atau saat lampau. Penelitian yang dilakukan ditujukan untuk
menggambarkan tehnik budidaya lele secara organik dengan media terpal, yang
sampai saat ini masih berlangsung kejadian yang di teliti.
D. Tehnik Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data perbandingan antara budidaya ikan lele
organik dengan media terpal dengan pembudidayaan ikan lele secara biasa.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Segmen Budidaya Lele Organik
1. Persiapan Lahan
a. Persiapan Pembuatan Kolam Terpal
Hal yang paling utama dilakukan ketika ingin membudidayakan
ikan lele untuk tujuan konsumsi adalah mempersiapakan tempat budidaya.
Dalam hal ini dilakukan di kolam terpal, sehingga pembuatan kolam terpal
adalah hal yang paling penting untuk dilakukan.
Dalam persiapan kolam terpal sederhana dibutuhkan material
berupa terpal dan persiapan perangkat pendukung lainnya. Untuk setiap
100 ekor ikan lele, maka kolam yang harus dipersiapkan adalah dengan
ukuran 2 meter x 1 meter x 0.6 meter. Pembuatan kolam bisa dilakukan
13
dengan menggali tanah dan kemudian diberi terpal atau dengan membuat
rangka dari kayu dan kemudian diberi terpal. Cara menggali tanah yang
kemudian diberi terpal adalah cara yang paling tepat karena akan membuat
kondisi terpal lebih tahan lama.
b. Persiapan Media Pratanam Secara Organik
Setelah lahan / kolam siap :
Masukkan pupuk kandang ( kotoran sapi, kerbau dll )dengan
ketinggian 10 - 15 cm merata kesemua permukaan lahan / kolam.
Usahakan pupuk kandang sudah kondisi siap pakai atau kering jangan
menggunakan pupuk basah. Langkah selanjutnya tutup kolam dengan
terpal plastik untuk proses fermentasi selama 7-10 hari.
Setelah proses fermentasi selesai :
Cek kondisi gas metannya, dengan cara menyalakan korek api
diatas media, kalau mucul api diatas media maka gas metannya masih
aktif, atau dengan cara menginjak media dengan kaki, kalau muncul
gelembung udara makan gas metannya masih aktif. Dan lakukan proses
fermentasi kembali.
Tanda proses fermentasi berhasil adalah tidak muncul gelembung
udara ketika dilakukan penginjakan pada media atau tidak muncul api
ketika diatas media dinyalakan api.
Langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan air dengan
kedalaman mulai 30 cm diamkan selama 3-5 hari dan tingkatkan 10 cm
tiap 2 minggu sampai ketinggian air 60-70 cm.
Tujuan menaruh kotoran ternak sapi pada kolam adalah untuk
menumbuhkan bibit phytoplankton sebagai pakan alami ikan lele, dan
pembentukan kadar Bahan Organik agar lebih tinggi, maka akan lebih
mudah dalam pembentukan warna airnya. Semakin kehijauan jernih, maka
air kolam semakin baik.
2. Penebaran Benih Ikan Lele
Penebaran bibit lele tahap pendederan sangat rentan terhadap
kematian, terutama diakibatkan stress maupun luka saat penangkapan atau
pengangkutan ikan. Padat penebaran lele antara 500-700 ekor/m2.
Sehingga untuk kolam seluas 10 m2 bisa ditebar bibit ikan sebanyak
14
5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit lele harus dilakukan dengan sangat hati-
hati agar resiko dapat diminimalisir, berikut cara penebaran bibit ikan lele
untuk mengurangi resiko stres maupun luka akibat pemanenan dan
pengangkutan :
Pemindahan bibit lele sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari
saat suhu air belum terlalu tinggi. Tujuannya adalah untuk mempercepat
proses adaptasi bibit lele tebaran di lingkungan barunya. Jika pemindahan
bibit dilakukan saat siang hari, apalagi jika terik matahari tinggi, bisa
dipastikan bibit ikan banyak mengalami stress yang mengakibatkan tingkat
kematian sangat tinggi.
Pengambilan bibit lele dilakukan menggunakan jaring dengan
ukuran net rapat serta lembut. Tujuannya adalah agar bibit ikan lele tidak
banyak mengalami kerusakan sehingga menimbulkan stress saat dilakukan
penangkapan. Penangkapan menggunakan jaring kasar dikhawatirkan akan
melukai tubuh bibit. Jika tubuh atau kulit ikan mengalami gesekan dengan
benda kasar bahkan sampai terjadi luka atau lecet, akan mempengaruhi
daya hidup saat dipindahkan ke kolam pemeliharan lain.
Bibit ikan lele hasil tangkapan kemudian ditempatkan di wadah
yang sudah diisi air dari kolam yang akan digunakan sebagai tempat
penebaran larva atau benih. Penggunaan air pada kolam penebaran larva
lele bertujuan meningkatkan daya adaptasi benih di tempat barunya. Jika
jarak kolam pendederan tersebut tidak cukup jauh, maka bisa
menggunakan wadah berupa ember. Namun bila jaraknya lumayan jauh,
sebaiknya bibit ikan hasil tangkapan terlebih dahulu dikumpulkan dalam
hapa agar sirkulasi oksigen tetap terjamin. Sedangkan pemindahannya bisa
menggunakan kantong plastik berisi oksigen.
Setelah wadah cukup penuh, bibit lele segera dipindah ke kolam
penebaran secara hati-hati. Cara penebarannya adalah, wadah dimasukkan
dalam kolam pendederan perlahan-lahan sampai air kolam masuk ke
dalam wadah. Dengan cara demikian bibit lele yang baru dipindahkan
akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya. Cara tersebut cukup
efektif untuk mengurangi resiko bibit ikan lele mengalami stres di
lingkungan perairan barunya.
3. Managemen Pakan Pada Tahap Pemeliharaan
a. Managemen Pakan Lele Secara Organik
15
Pakan ini bisa dibuat di lingkungan sekitar kita, dibuat sendiri
tanpa harus membeli pakan pabrikan yang harganya sekarang tidak sesuai
lagi dengan biaya operasional lele. Bahkan pakan buatan yang dibuat oleh
peternak dengan bahan baku seperti tepung darah, tepung ikan, tepung
tulang sudah termasuk harga tinggi yang membebani anggaran biaya
pakan. Namun semua kendala pakan lele yang dianggap mahal sebenarnya
bisa diatasi dengan melakukan fermentasi dari bahan-bahan alamiah yang
mudah diperoleh dilingkungan sekitar kita seperti kulit nanas, ampas tahu,
kulit semangka, limbah sayur, azolla. Diolah dengan menggunakan
prebiotik yang berkualitas.
Fermentasi dengan waktu tertentu dalam wadah yang tertutup akan
memunculkan maggot dalam jumlah yang kita butuhkan. Munculnya
maggot untuk diubah menjadi asam amino pada sistem pencernaan ikan
atas bantuan probiotik yang secara alamiah mampu bekerja merubah
bahan-bahan nabati menjadi pakan hewani dengan kadar protein yang
cukup bagi lele.
b. Pakan Alamiah
Pakan alamiah yang dimaksud bukan pakan yang tiba-tiba datang
atau tercipta sendiri tanpa melalui bantuan tangan manusia dengan cara
melarutkan probiotik dan bahan-bahan pendukungnya, ataupun dengan
pupuk kandang. Biasanya ini digunakan pada waktu persiapan kolam dan
dilakukan terus menerus hingga panen. Kolam yang sudah diberi probiotik
munculah jumlah beragram nutrisi yang sangat berguna bagi kesehatan
ikan, rasa dan daging lele akan berubah lebih enak akibat kombinasi
pemberian pakan yang tepat.
c. Pakan Buatan Organik
Bahan Baku Nabati
- Jagung kuning
Merupakan bahan baku ternah dan ikan yang popular digunakan di
Indonesia dan di beberapa negara. Jagung kuning digunakan sebagai bahan
baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena
kadar protein yang rendah (8,9%), seperti yang terlihat pada tabel 1,
bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan
triptofan.
16
- Dedak halus
Merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi
manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak
mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula
dengan bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya
kandungan serat kasar dedak. Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6
kali lebih besar dari pada jagung kuning, merupakan pembatas, sehingga
dedak tidak dapat digunakan berlebihan. Kandungan asam amino dedak,
walaupun lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan,
demikian pula dengan vitamin dan mineralnya.
- Minyak Nabati.
Penggunaan minyak diperlukan pada pembuatan pakan ikan yang
membutuhkan pasokan energi tinggi, yang hanya dapat diperoleh dari
minyak. Minyak nabati yang digunakan hendaknya minyak nabati yang
baik, tidak mudah tengik dan tidak mudah rusak. Penggunaan minyak
nabati yang biasanya berasal dari kelapa atau sawit pada umumnya
berkisar antara 2 – 6 %
- Hijauan
Sebagai bahan campuran pakan, kini hijauan mulai dilirik kembali,
karena ternyata sampai batasan tertentu hijauan dengan protein tinggi
dapat mensubstitusi tepung ikan. Hijauan yang dimaksud antara lain azola,
turi dan daun talas, yang bila akan digunakan harus diolah terlebih dahulu,
yakni pengeringan (oven atau panas matahari) tapi tidak boleh merusak
warna, lalu penggilingan dan pengayakan.
Bahan Baku Hewani
Tepung Ikan Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak
dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan,
sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar
antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin
yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku
nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena
berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal.
17
Tepung Darah Merupakan limbah dari rumah potong hewan, yang
banyak digunakan oleh pabrik pakan, karena protein kasarnya tinggi.
Walaupun demikian ada pembatas “religius” dan “dampak kesehatan”.
Baik buruknya tepung darah yang digunakan sebagai bahan baku dari segi
kesehatan, tergantung pada bagaimana bahan itu diperoleh dari rumah
potong hewan. Bila berasal dari penampungan yang bercampur kotoran,
tentu bahan ini tidak layak digunakan, tapi bila berasal dari penampungan
yang bersih, maka tepung ini memenuhi syarat sebagai bahan baku pakan
Sisa Potongan Rumah Jagal/Tepung Tulang Berasal dari tulang-
tulang dengan sedikit daging yang melekat, kemudian dikeringkan dan
digiling, di pasaran biasa disebut tepung tulang. Bahan ini dapat digunakan
antara 2,5 – 10% dalam formula pakan dan lebih bersifat sebagai
pendamping tepung ikan. Bila digunakan berlebihan, tentu tidak
menguntungkan, karena kalsium akan terlalu banyak sehingga
menurunkan selera makan.
Tepung Bulu Terolah diperoleh dengan merebus bulu unggas dalam
wadah tertutup dengan tekanan 3,2 atmosfer selama 45 menit dan
dikembalikan lagi pada tekanan normal, setelah itu dikeringkan pada
temperatur 60o C dan digiling hingga halus. Tepung bulu mempunyai
energi metabolis 2354 kal/kg dan asam amino tersedia sebesar 65% dan
penggunaannya maksimal 10%.
4. Manajemen Obat-obatan Secara Tradisional
Terdapat berbagai macam obat tradisional sebagai pengganti obat
kimiawi untuk daya tahan ikan lele yang umum digunakan dari berbagai
penyakit yang menyerang antara lain:
Garam dapur
Daun pepaya
Jahe
Kunyit
Molase atau tetes tebu
B. Manfaat Kolam Terpal
18
1. Lebih fleksibel, dimana penggunaannya dapat di integrasikan
dengan kegiatan lain seperti pertanian maupun perkebunan dan juga dapat
ditempatkan disekitar rumah/pekarangan.
2. Efesiensi pengunaan air, mengingat untuk budidaya lele sistim terpal
kita hanya perlu mengisi air pada awal dan penambahan air dapat juga
disesuaikan dengan kondisi, misalnya air dalam kolam terpal berkurang.
Dengan demikian sebagai pembudidaya ikan lele tidak akan menjadi
penyaing dalam pengambilan air irigasi.
3. Dapat dibuat dan ditempatkan pada kondisi lahan yang poros/sulit
air irigasi
4. Air media budidaya tidak merembes keluar areal, sehingga akan
mengirit penggunaan air bahkan air bekas pemeliharaan sebelumnya
hamper setengah bagian dapat juga digunakan lagi untuk pemeliharaan
selanjutnya.
5. Biaya pembuatannya lebih murah daripada membuat kolam beton
permanent atau semi permanent.
6. Jangka waktu ekonomis kolam terpal dapat mencapai 3 (tiga) tahun
atau 4 kali siklus produksi.
7. Mudah cara merakit membuat kolam sistim terpal.
C. Bahan Pembuatan Kolam Terpal
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kolam terpal kolam terpal
berdasar data yang kami peroleh untuk setiap kuota 1000 benih ikan.
Tabel A. Bahan Pembuatan Kolam Terpal
No. Alat
Barang Ukuran Jumlah Penggunaan
1. Terpal 6 x 4 m 1 lembar Sebagai media utama pembuatan kolam terpal
2. Paralon 3 inchi 1 batang Sebagai pipa saluran pembuangan air
3. Elbow 3 inchi 1 batang Sebagai penghubung pipa agar bisa dibelokkan
90°
4. Jaring Mesh 2 cm 1 buah Sebagai fentilasi lubang pembuangan air pada
terpal
19
5. Paku Rujak Secukupnya Secukupnya Material pengikat kayu
6. Kawat 2 x 2 1 buah Material pengikat kayu
7. Selang Air 20 m 1 buah Untuk menyuplai air kolam
8. Bambu - 5 batang
bambu Untuk elemen penyangga kolam
Sumber : Pokmas Cinta Damai Warungering
D. Perbandingan Budidaya Organik Dan Budidaya Biasa
Berikut adalah perbandingan estimasi biaya yang dikeluarkan untuk
membuat kolam dari terpal dan kolam dari cor atau beton untuk tiap 1000 ekor
benih lele.
Tabel 2. Biaya Media Ternak Lele Organik dan Model Umum
No.
Media Terpal Organik
Nama Barang Ukuran Jumlah Harga
Satuan Total Harga
1. Terpal A5 6x8 m 1 lembar 150.000 150.000
2. Paralon 3 cm 1 batang 7.000 7.000
3. Elbow 3 cm 1 buah 8.000 8.000
4. Kawat Mesh 2 cm 1 buah 15.000 15.000
5. Paku Rujak 1 ons 3.000 3.000
6. Bambu 30 liter 5 buah 5.000 5.000
7 Selang Plastik 20m 1 buah 80.000 80.000
Total 268.000
No.
Media Beton Umum
Nama Barang Ukuran Jumlah Harga
Satuan Total Harga
1. Pasir - 2 tepak colt t 180.000 360.000
2. Semen - 3 sack 55.000 165.000
3. Elbow 3 cm 1 buah 8.000 8.000
4. Kawat Mesh 2 cm 1 buah 15.000 15.000
20
5. Batu Bata - 650 buah 700 455.000
6. Paralon - - 125.000 125.000
7 Selang Plastik 20 m 1 buah 80.000 80.000
Total 1.208.000
Sedangkan yang di bawah ini adalah perbandingan biaya pakan organik
dan pakan pabrikan. Dengan kriteria Kebutuhan Pakan sampai 3 kali fase
pemberian pakan sampai masa panen selama 3 bulan dengan jumlah setiap 1000
benih lele.
Tabel 3. Perbandingan Estimasi Biaya Pakan Lele Organik dan Non Organik
No.
Bahan Untuk Membuat Pakan Buatan
Nama Barang Kebutuhan Satuan Harga
Satuan Total Harga
1. Ampas Tahu 50 kg 1 sack 15.000 15.000
2. Bekatul 3 kg 1 kg 1.000 1.000
3. Tepung Ikan 4 kg 1 1kg 6.000 24.000
4. Ragi Tempe 2 Sdm 1 bungkus 6.000 6.000
5. Molase 2 liter 1 liter 3.500 7.000
6. Probiotik EM4 100 mg 1 botol 5.000 5.000
7 Sampah Sayur - 0,5 kg - -
Total x 3 fase
58.000 x 3
= 174.000
No.
Pakan Instan Pabrikan (Konsentrat)
Nama Barang Kebutuhan Satuan Harga
Satuan Total Harga
1. Pelet min 1 1 sack 50 kg 260.000 260.000
2. Pelet min 2 1 sack 50 kg 250.000 250.000
3. Pelet min 3 1 sack 50 kg 250.000 250.000
Total 760.000
Sumber : Pokmas Budidaya Lele Cinta Damai Warungering
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan antara budidaya lele secara organik
pada media terpal dengan budidaya lele secara biasa atau non organik. Mulai dari
biaya lahan, modal pakan, serta tingkat efisiensi media budidaya. Lebih
menguntungkan menggunakan sistem pembudidayaan lele secara organik untuk
para peternak lele terlebih lagi menggunakan media terpal. Karena pada dasarnya
pembudidayaan lele secara organik menekan biaya dan modal produksi untuk
meningkatkan hasil panen sesuai yang diharapkan.
B. Saran
Kami selaku penulis mengharap penelitian kami dapat membantu secara
positif pihak-pihak yang membutuhkan. Serta keterbukaan kami menerima kritik
dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayat, M. A., 2000. Fluktuasi asimetri dan abnormalitas pada ikan lele
dumbo (Clarias sp) yang berasal dari tiga daerah sentra pengembangan di Pulau
Jawa. Thesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rustidja, 1999. Perbaikan mutu genetik ikan lele dumbo dan cryopreservation.
Makalah Pada Pertemuan Perekayasaan Teknologi Perbenihan Agribisnis Ikan Air
22
Tawar, Payau dan Laut. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian.
Jakarta
Sutrisno. 2007. Budi Daya Lele Kampung dan Lele Dumbo. Jakarta: Ganeca
Exact.
Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Bogor :
AgroMedia. G.T.K, Agus. 2001. Lele. Jakarta : Agromedia
Bachtiar, Y., 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Prasetya, B.W. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%. Penebar Swadaya. Jakarta.