59
1 SKRIPSI A. Judul Penerapan Pendekatan Problem Solving dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Siswa SMP B. Latar Belakang Masalah Tujuan umum diberikannya mata pelajaran matematika pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif. Di samping itu, pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan penataan nalar, berpikir kritis, pembentukan sikap siswa, serta kemampuan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004).

Proposal skripsi pendekatan problem solving

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal skripsi pendekatan problem solving

1

SKRIPSI

A. Judul

Penerapan Pendekatan Problem Solving dengan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Matematis

Siswa SMP

B. Latar Belakang Masalah

Tujuan umum diberikannya mata pelajaran matematika pada pendidikan dasar

dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup

menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan yang selalu berkembang

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,

cermat, jujur, efisien, dan efektif. Di samping itu, pembelajaran matematika

diharapkan dapat memberikan penataan nalar, berpikir kritis, pembentukan sikap

siswa, serta kemampuan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004).

Dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika yang diterbitkan oleh

Depdiknas (2003), pembelajaran matematika bertujuan menyiapkan siswa untuk

menyelesaikan masalah sehari-hari, melibatkan siswa dalam aktivitas

pengumpulan data, eksplorasi, interpretasi, reasoning, pendesainan model,

penganalisaan, memformulasi hipotesis, menggeneralisasi, dan memeriksa

outcome. Dengan demikian, dalam pembelajaran matematika, disamping untuk

pencapaian tujuan yang ada dalam setiap materi matematika, siswa perlu dibekali

pula dengan kemampuan-kemampuan tertentu sehingga mampu mengembangkan

1

Page 2: Proposal skripsi pendekatan problem solving

2

dan mengevaluasi argumen dalam suatu pemecahan masalah tertentu. Dengan

memperhatikan tujuan pembelajaran matematika di SMP dan melihat kenyataan

yang ada di lapangan, maka perlu dilakukan langkah-langkah konkrit untuk

membantu siswa dalam belajar matematika.

Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir siswa yang sangat penting

untuk dikembangkan di sekolah, guru diharapkan mampu merealisasikan

pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis

pada siswa. Setiap siswa memiliki potensi kritis, tetapi masalahnya bagaimana

cara mengembangkan potensi tersebut melalui proses pembelajaran di kelas.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dengan pembelajaran yang

menuntut siswa untuk melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan memecahkan

masalah serta melalui belajar dalam kelompok kecil. Sehingga pada dasarnya

selama pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif. Namun beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa cenderung hanya menerima pengetahuan dari guru,

demikian pula guru pada saat kegiatan pembelajaran hanya sekedar

menyampaikan informasi pengetahuan tanpa melibatkan siswa secara aktif untuk

menggunakan kemampuan berpikir kritis matematiknya. Dengan demikian

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa belum terlatih

secara optimal.

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa kemampuan berpikir kritis

dapat dilatih dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan

eksplorasi, inkuiri, penemuan dan memecahkan masalah sehingga salah satu

model pembelajaran yang dapat diasumsikan mampu meningkatkan kemampuan

Page 3: Proposal skripsi pendekatan problem solving

3

berpikir kritis matematis siswa model pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan problem solving. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran berbasis

masalah untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pelajaran, siswa diberikan suatu permasalahan yang merupakan masalah dalam

kehidupan. Pembelajaran ini memberikan terlebih dahulu masalah kepada siswa

untuk diinvestigasi, inkuiri dan pemecahan masalah siswa membangun konsep

dan prinsip dari suatu materi dengan kemampuannya sendiri yang

mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami

sebelumnya. Selain itu, model pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa

aktif dalam proses pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk menemukan dan

menerapkan ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah sehingga menunjang

siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Sementara untuk

menentukan benar tidaknya pengetahuan yang diperoleh atau cara pemecahan

masalah yang dilakukan, siswa harus mengceknya kembali langkah-perlangkah

sehingga kemampuan berpikir kritisnya terlatih.

Asumsi bahwa model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

problem solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa lebih

baik dibandingkan model pembelajaran langsung berdasarkan pendapat-pendapat

ahli. Menurut Sanjaya (Sunaryo, 2014) bahwa pembelajaran berbasis masalah

dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pada

pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah, siswa berkelompok dan

berdiskusi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

Page 4: Proposal skripsi pendekatan problem solving

4

Sutawidjaja dan Jarnawi (Sunaryo, 2014) menyatakan “Problem solving akan

banyak mencapai kesuksesan manakala problem yang disajikan dalam bahan ajar

berbentuk masalah realistik dan reasonably yang kompleks.” Penyelesaian

masalah yang diberikan tidak tujuan akhir dari pembelajaran karena pada

pembelajaran ini tidak hanya bermaksud membantu siswa menemukan

penyelesaian suatu masalah, tetapi juga membantu siswa memahami fakta,

konsep, keterampilan dan prinsip matematika melalui masalah.

Mengingat begitu pentingnya kemepuan berfikir kritis dimiliki siswa namun

kenyataan dilapangan menyatakan kemampuan berfikir kritis matematis siswa

sangat rendah. Seperti yang dikutip dari (kompas, 2012) Pencapaian prestasi

belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa

Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan

menghafal dalam pembelajaran sains matematika. Demikian  hasil Trends in

Mathematics and Science Study TIMSS (kompas, 2012) yang diikuti siswa kelas

VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for

the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College

tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika,

Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya

dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Hasil penelitian

ini menunjukan bukti bahwa soal-soal matematika tak rutin yang memerlukan

berfikir kritis (kemampuan berfikir tingkat tinggi) tidak mampu dijawab oleh

siswa.

Page 5: Proposal skripsi pendekatan problem solving

5

Menurut Noer (2009) pada studi TIMSS terungkap bahwa siswa Indonesia lemah

dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi atau

pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika, menemukan

generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang

diberikan. Sedang dalam studi PISA, siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-

soal yang difokuskan pada mathematics literacy yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa

dalam menggunakan matematika yang mereka pelajari untuk menyelesaikan persoalan

dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan fakta diatas, dapat dikatakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif

siswa pada umumnya masih rendah.

Menyikapi masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan matematika, dan harapan

yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika, maka diperlukan upaya yang inovatif

untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika melalui perbaikan

proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kemapuan berfikir kritis siswa

pendekatan yang butuhkan adalah dengan menggunakan pendekatan problem

solving. menurut Blane & Evans (martyanti, 2013) bahwa Problem solving dalam

matematika adalah proses dimana seorang siswa atau kelompok siswa

(cooperative group) menerima tantangan yang berhubungan dengan persoalan

matematika dimana penyelesaiannya dan caranya tidak langsung bisa ditentukan

dengan mudah dan penyelesaiannya memerlukan ide matematika. Dalam problem

solving, biasanya, permasalahan-permasalahan tidak tersajikan dalam peristilahan

matematika. Permasalahan yang digunakan dapat diangkat dari permasalahan

kehidupan nyata (real life situation) yang pemecahannya memerlukan ide

Page 6: Proposal skripsi pendekatan problem solving

6

matematika sebagai sebuah alat (tool). Senada dengan pendapat di atas, Taplin

(martyanti,2013) mengungkapkan bahwa pendekatan problem solving adalah

suatu pendekatan yang mendorong fleksibilitas, kemampuan untuk menanggapi

situasi tak terduga yang tidak memiliki solusi yang segera, dan membantu untuk

mengembangkan ketekunan dalam mengahadapi kegagalan.

Selain menggunakan pendekatan problem soving untuk meningkatkan kemampuan

berfikir kritis siswa juga diperlukan model pembelajaran berbasis masalah. Noer (2009)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu pembelajaran yang menjadikan

masalah sebagai basisnya. Masalah dimunculkan sedemikian hingga siswa perlu

menginterpretasi masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi

alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya. Lingkungan belajar PBM memberikan

banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan matematis mereka,

untuk menggali, mencoba, mengadaptasi, dan merubah prosedur penyelesaian, termasuk

memverifikasi solusi, yang sesuai dengan situasi yang baru diperoleh.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pencapaian kemampuan pemahaman matematis siswa SMP yang

menggunakan penerapan pendekatan problem solving dengan model

pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang menggunakan

pembelajaran biasa?

Page 7: Proposal skripsi pendekatan problem solving

7

2. Apakah peningkatan kemampuan berfikir kritis matematis siswa SMP yang

menggunakan penerapan pendekatan problem solving dengan model

pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang menggunakan

pembelajaran biasa?

3. Bagaimana Implementasi langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan problem solving dengan model pembelajaran

berbasis masalah dikelas?

4. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-

soal berfikir kritis matematis?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menelaah :

1. Untuk menelaah pencapaian kemampuan berfikir kritis matematis siswa SMP

yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan problem solving dan

model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan yang

menggunakan pembelajaran biasa.

2. Untuk menelaah peningkatan kemampuan berfikir kritis matematis siswa

SMP yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan problem

solving dengan model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan

yang menggunakan pembelajaran biasa.

Page 8: Proposal skripsi pendekatan problem solving

8

3. Untuk menelaah implementasi langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan problem solving dengan model pembelajaran

berbasis masalah dikelas.

4. Untuk menelaah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan

soal berfikir kritis matematis.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti lainnya, dapat digunakan sebagai referensi penulis lain dalam

menyusun proposal skripsi.

2. Bagi guru, dapat membantu dalam memilih dan menentukan alternatif

pendekatan pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan dalam proses

pembelajaran agar sasaran pencapaian penanaman konsep matematika benar-

benar tepat dan efektif.

3. Bagi peserta didik, untuk membantu menumbuhkembangkan sikap kritis dan

aktif dalam proses pembelajaran.

4. Bagi sekolah, agar hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam proses pengembangan pembelajaran matematika peserta

didik yang akan disampaikan oleh guru.

F. Definisi Operasional

1. Kemampuan berfikir kritis matematis

Susanto (Normaya,2015) menyatakan bahwa upaya untuk pembentukan

kemampuan berpikir kritis siswa yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang

Page 9: Proposal skripsi pendekatan problem solving

9

interaktif, siswa dipandang sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang

membantu siswa dalam belajar bukan mengajar. Sedangkan kemampuan berfikir

kritis matematis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan

pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Indikator kemampuan berfikir kritis menurut Ennis(Sunaryo,2014)

menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat enam indikator yaitu Fokus

(fokus), Reason (alasan), Inference (menyimpulkan), Situasion (situasi), Clarity

(kejelasan), and Overview (pandangan menyeluruh). Penjelasannya menurut Ennis

yaitu:

a. Fokus

Dalam memahami masalah adalah menentukan hal yang menjadi fokus

(Fokus) dalam masalah tersebut. Hal ini dilakukan agar pekerjaan menjadi lebih

efektif, karena tanpa mengetahui fokus permasalahan, kita akan membuang

banyak waktu.

b. Reason (alasan)

Reason (alasan) yaitu memberikan alasan terhadap jawaban atau simpulan.

c. Inference (simpulan)

Inference (simpulan) yaitu memperkirakan simpulan yang akan didapat.

d. Situation (situasi)

Situation (situasi) yaitu menerapkan konsep pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya untuk menyelesaikan masalah pada situasi lain.

e. Clarity (kejelasan)

Page 10: Proposal skripsi pendekatan problem solving

10

Clarity (kejelasan) yaitu memberikan contoh masalah atau soal yang serupa

dengan yang sudah ada.

f. Overview (pemeriksaan atau tinjauan)

Overview (pemeriksaan atau tinjauan)yaitu memeriksa kebenaran jawaban

2. Pendekatan Problem Solving

Pendekatan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013 Nomor 65 tentang standar

proses, mengungkapkan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus

dalam pembelajaran matematika. Pendekatan pemecahan masalah mengacu pada

pengalaman yang berbeda bahwa guru memilih untuk melibatkan siswa

memecahkan masalah dalam belajar matematika(Martyanti, 2013)

Taplin (Martyanti,2013) mengungkapkan bahwa pendekatan problem solving

adalah suatu pendekatan yang mendorong fleksibilitas, kemampuan untuk

menanggapi situasi tak terduga yang tidak memiliki solusi yang segera, dan

membantu untuk mengembangkan ketekunan dalam mengahadapi kegagalan.

Pendekatan pemecahan masalah dapat menyediakan kendaraan bagi siswa untuk

membangun ide mereka sendiri tentang matematika dan mengambil tanggung

jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Terdapat hal positif yang diperoleh

siswa baik ketika menyelesaikan masalah maupun setelah berhasil menyelesaikan

masalah. Ketika menyelesaikan masalah siswa memperoleh kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir realistis dan rasional. Sedangkan hal positif

lain yang diperoleh ketika siswa berhasil menyelesaikan masalah adalah

timbulnya rasa puas dan senang dalam diri siswa. Hal ini akan memberikan

Page 11: Proposal skripsi pendekatan problem solving

11

kontribusi terhadap sikap positif siswa terhadap matematika dan akan menambah

kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika.(Haylock & Tangata,

dalam martyanti 2013).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Problem

Solving adalah suatu pendekatan yang membagi siswa kedalam kelompok kecil,

siswa diberikan soal-soal yang berisi permasalahan yang harus dipecahkan, siswa

dituntut secara aktif mencari cara memecahkan masalah baik dari buku ataupun

diskusi kelompok, kemudian siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan dari

pemecahan masalah serta siswa diarahkan untuk mempresentasikan jawaban dari

persoalan yang telah diberikan.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang

berorientasi pada masalah. Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah

kontekstual dan bermakna, mamahami masalah untuk memulai mancari

penyelesaian masalah, proses penyelidikan individu maupun kelompok, analisis

hasil yang diperoleh, dan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Dengan tahapan

PBL, siswa dituntut menghasilkan gagasan baru serta dapat mengaitkan konsep

yang telah dimiliki sebelumnya dalam meyelesaikan masalah yang diberikan.

Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan memalui

model PBL( Khairuntika, 2015)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan model pembelajaran yang

dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih bermakna, tanpa

harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Diharapkan siswa akan menjadi

Page 12: Proposal skripsi pendekatan problem solving

12

lebih aktif dan senang dalam pembelajaran matematika sehingga akan berdampak

pada hasil belajar siswa. Menurut Amir(liyandari, et al) karakteristik model

pembelajaran berbasis masalah yaitu:

a. masalah digunakan sebagai awal pembelajaran,

b. masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara

mengambang

c. masalah biasanya menuntut perspektif majemuk,

d. masalah membuat pemelajar tertantang akan pengetahuan baru,

e. mengutamakan belajar mandiri,

f. memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi,

g. pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif

G. Studi Literatur

1. Kemampuan Berfikir Kritis Matematis

Menurut Fisher (Noordyana,2013) berpikir kritis adalah menjelaskan apa

yang dipikirkan. Belajar untuk berpikir kritis berarti: belajar bagaimana bertanya,

kapan bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana nalarnya, kapan menggunakan

penalaran, dan metode penalaran apa yang dipakai

Menurut Ennis (dalam Supriyono, 2011), berpikir kritis adalah berpikir secara

beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang

apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan

berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :

a. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.

Page 13: Proposal skripsi pendekatan problem solving

13

b. Mencari alasan.

c. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.

d. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.

e. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

f. Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

h. Mencari alternatif.

i. Bersikap dan berpikir terbuka.

j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.

k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

l. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan

masalah.

Menurut Ennis (Supriyono,2011) Indikator kemampuan berpikir kritis yang

diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok

permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah

mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah.

Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu

memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari

aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bisa berdasarkan

pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis

no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil

sebagai suatu keputusan.

Page 14: Proposal skripsi pendekatan problem solving

14

Beyer (Supriyono, 2014) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis

meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :

a. Menentukan kredibilitas suatu sumber.

b. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.

c. Membedakan fakta dari penilaian.

d. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.

e. Mengidentifikasi bias yang ada.

f. Mengidentifikasi sudut pandang.

g. Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Sementara itu Ellis (Supriyono, 2004) mengemukakan bahwa keterampilan

berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

a. Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan

nilai.

b. Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang

relevan dengan yang tidak relevan.

c. Mampu menetapkan fakta yang akurat.

d. Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.

e. Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.

f. Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.

g. Mampu menditeksi biasa.

h. Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.

i. Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.

j. Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.

Page 15: Proposal skripsi pendekatan problem solving

15

Sedangkan menurut Ennis(Sunaryo, 2014) menyatakan bahwa dalam berpikir

kritis terdapat enam indikator yaitu Fokus (fokus), Reason (alasan), Inference

(menyimpulkan), Situasion (situasi), Clarity (kejelasan), and Overview

(pandangan menyeluruh). Penjelasannya menurut Ennis yaitu:

a. Fokus

Dalam memahami masalah adalah menentukan hal yang menjadi fokus

(Fokus) dalam masalah tersebut. Hal ini dilakukan agar pekerjaan menjadi lebih

efektif, karena tanpa mengetahui fokus permasalahan, kita akan membuang

banyak waktu.

b. Reason (alasan)

Reason (alasan) yaitu memberikan alasan terhadap jawaban atau simpulan.

c. Inference (simpulan)

Inference (simpulan) yaitu memperkirakan simpulan yang akan didapat.

d. Situation (situasi)

Situation (situasi) yaitu menerapkan konsep pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya untuk menyelesaikan masalah pada situasi lain.

e. Clarity (kejelasan)

Clarity (kejelasan) yaitu memberikan contoh masalah atau soal yang serupa

dengan yang sudah ada.

f. Overview (pemeriksaan atau tinjauan)

Overview (pemeriksaan atau tinjauan) yaitu memeriksa kebenaran jawaban.

Page 16: Proposal skripsi pendekatan problem solving

16

2. Pendekatan Problem Solving

Menurut Suryadi et al (Benny, 2009) dalam surveynya tentang “current

situation on mathematics and science education in Bandung” yang disponsori

oleh JICA, antara lain menemukan bahwa pemecahan masalah merupakan salah

satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik olek para guru maupun

siswa di semua tingkatan mulai dari Sekolah Dasar sampai SMU. Akan tetapi, hal

tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik

bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan

diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan

keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar

pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Hal ini jelas

merupakan tuntutan sangat tinggi yang tidak mungkin bisa dicapai melalui

hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran

biasa. Untuk menjawab tuntutan tujuan yang demikian tinggi, maka perlu

dikembangkan materi serta proses pembelajarannya yang sesuai.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika, yang menyangkut masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal,

terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Depdiknas 2006

(Amilafizone, 2012).

Branca (Amilafizone, 2012) menegaskan bahwa dalam pembelajaran

matematika problem solving merupakan tujuan(goal), proses dan keterampilan

dasar(basic skill). Adapun langkah-langkah pendekatan problem solving dalam

Page 17: Proposal skripsi pendekatan problem solving

17

pembelajaran matematika, menurut Polya (Yuliana, 2015), dalam pemecahan

suatu masalah terdapat empat langkah, yaitu :

1.   Memahami masalah

Dalam hal ini, siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan untuk memecahkan suatu masalah. Jika ada hal-hal

penting hendaknya di catat di dalam buku untuk mengantisipasi jikalau suatu saat

lupa.

2.   Merencanakan masalah

Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki

pengalaman menerapkan berbagai macam setrategi atau metode pemecahan

masalah. Strategi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah matematika

cukup banyak dan bervariasi seperti diantaranya : membuat gambar atau diagram,

menentukan pola, melakukan eksperimen, coba-coba, menyederhanakan masalah

dan lain.

3.    Menyelesaikan masalah

Sesuai rencana langkah ke-dua proses inti dari pemecahan masalah adalah

melaksanakan rencana pemecahan yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa perlu:

a. Mengecek langkah proses pemecahan masalah, apakah masing-masing

langkah sudah benar.

b. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh setelah mendapatkan jawaban

dari suatu masalah, pengecekan atau melihat kembali jawaban adalah

Page 18: Proposal skripsi pendekatan problem solving

18

sesuatu yang sangat penting. Apakah penyelesaiannya sudah benar?

Apakah sudah lengkap? Apakah sudah sesuai denga langkah-langkah

yang seharusnya.

Penyelesaian masalah menurut J.Dewey (Yuliana, 2015) dapat dilakukan

melalui enam tahap yaitu :

Tabel 1. Tahap – Tahap Penyelesaian Masalah

Tahap-Tahap Kemampuan yang diperlukan

a. Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah

secara jelas

b. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk

memperinci menganalisa masalah dari

berbagai sudut

c. Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang

lingkup, sebab – akibat dan alternative

penyelesaian

d. Mengumpulkan dan

mengelompokkan data sebagai

bahan pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data

menyajikan data dalam bentuk

diagram,gambar dan tabel

e. Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas

data, kecakapan menghubung –

hubungkan dan menghitung

Ketrampilan mengambil keputusan dan

kesimpulan

Page 19: Proposal skripsi pendekatan problem solving

19

f. Menentukan pilihan penyelesaian Kecakapan membuat altenatif

penyelesaian kecakapan dengan

memperhitungkan akibat yang terjadi

pada setiap pilihan

Menurut Wina Sanjaya (Kurnianingsih, 2014) dijelaskan bahwa pembelajaran

pemecahan masalah (problem solving) memiliki keunggulan dan kelemahan.

Berikut ini akan diuraikan masing-masing keunggulan dan kelemahannya :

1. Keunggulan pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)

a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus

untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa

serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

siswa.

c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuannya untuk meahami masalah dalam kehidupan

nyata.

e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang dilakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga

Page 20: Proposal skripsi pendekatan problem solving

20

dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil

maupun proses belajarnya.

f. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada

siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir,

dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya seedar belajar

dari guru atau dari buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan

disukai siswa.

h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam

dunia nyata.

j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa

untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir.

2. Kelemahan pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahnkan, maka siswa akan

merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan

cukup waktu untuk persiapan.

Page 21: Proposal skripsi pendekatan problem solving

21

c. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin

dipelajari.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran problem solving ini

memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan pendekatan problem

solving diantaranya yaitu:

a.  Pendekatan problem solving membuat pembelajaran disekolah lebih relevan

dengan kehidupan atau realistis

b.  Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat melatih siswa

menghadapi masalah secara terampil, baik permasalahan didalam kehidupan

seperti dalam keluarga, bermasyarakat, dan dalam dunia kerja

c.  Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa secara kreatif karena siswa

dapat mencari pemecahan masalah dari setia masalah yang dihadapi.

Adapun kekurangan metode problem solving :

a.  Mencari pemecahan masalah yang harus sesuai dengan tingkat berfikir siswa

membutuhkan keterampilan guru dalam membimbing

b.  Proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan problem solving

dengan jumlah siswa yang banayak membutuhkan waktu yang cukup lama

karena menuntut siswa memecahkan masalah.

c.  Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang tadinya pasif hanya

mendengarkan ceramah dari guru menjadi beajar berfikir mandiri untuk

Page 22: Proposal skripsi pendekatan problem solving

22

memecahkan masalah individu ataupun kelompok yang dapat menjadi beban

masalah tersendiri bagi siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Problem

Solving adalah suatu pendekatan yang membagi siswa kedalam kelompok kecil,

siswa diberikan soal-soal yang berisi permasalahan yang harus dipecahkan, siswa

dituntut secara aktif mencari cara memecahkan masalah baik dari buku ataupun

diskusi kelompok, kemudian siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan dari

pemecahan masalah serta siswa diarahkan untuk mempresentasikan jawaban dari

persoalan yang telah diberikan.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Finkle dan Torp (Khairuntika, 2015) menyatakan bahwa Pembelajaran PBL

atau PBM merupakan pengembangan kurikulum dan system pengajaran yang

mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar

pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan peserta didik dalam peran

aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan

baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Barrows (Khairuntika, 2015) bahwa

pembelajaran berbasis masalah adalah metode yang melibatkan sekelompok kecil

orang yang bekerja bersama-sama pada tugas sebagai perwakilan fenomena

kehidupan nyata. Sedangkan Menurut Arends (Khairuntika, 2015) pembelajaran

berbasis masalah adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi

masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai

batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Sedangkan Sanjaya

Page 23: Proposal skripsi pendekatan problem solving

23

(Khairuntika, 2015) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masaah dapat

diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses

penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran berbasis

masalah telah mempengaruhi dunia penelitian dan dalam beberapa kasus

dinyatakan dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa, motivasi, dan minat

dalam materi pelajaran.

Langkah-langkah PBL menurut Amir (Khairuntika 2015) adalah:

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

2. Merumuskan masalah

3. Menganalisis masalah

4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisinya secara dalam

5. Memformulasikan tujuan pembelajaran

6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar diskusi kelompok)

7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru.

Adapun tahap-tahap PBL menurut Mariani, Wardono, dan kusumawardani

(khairuntika, 2015) dapat diartikan sebagai berikut:

1. Tahap 1 untuk memberi orientasi tentang masalah kepada para siswa

2. Tahap 2 untuk mengorganisir para siswa untuk melakukan riset.

3. Tahap 3 untuk membantu penyelidikan/investigasi secara individu dan

kelompok

4. Tahap 4 untuk meningkatkan dan untuk mempresentasikan hasil diskusi

Page 24: Proposal skripsi pendekatan problem solving

24

5. Tahap untuk meneliti dan untuk mengevaluasi kemajuan memecahkan masalah.

Dalam buku Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Matematika SMP/MTs yang dikeluarkan BSDM P dan K dan PMP, 2013: 229

(wijaya, 2014) diuraikan dua definisi PBL sebagai berikut.

1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik

untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,

peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real

world).

2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang

menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah

yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin

tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta

didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan

dengan masalah yang harus dipecahkan.

Selanjutnya, masih dalam buku Materi Pelatihan Guru Implementasi

Kurikulum 2013 Matematika SMP/MTs (Wijaya,2014), dalam penerapannya

pembelajaran berbasis masalah dikelompokkan kedalam 5 tahap. Kelima tahap

tersebut diuraikan dalam tabel sebagai berikut :

Page 25: Proposal skripsi pendekatan problem solving

25

Tahapan-Tahapan Model PBM FASE-

FASE

PERILAKU GURU

Fase 1

Orientasi peserta didik kepada masalah. Menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik

yg dibutuhkan.

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat aktif dalam pemecahan

masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasikan peserta didik.

Membantu peserta didik

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Fase 3

Membimbing penyelidikan individu dan

kelompok.

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya.

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan,

Page 26: Proposal skripsi pendekatan problem solving

26

model dan berbagi tugas dengan

teman.

Fase 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari

/meminta kelompok presentasi

hasil kerja.

PBL sebagai suatu model pembelajaran yang memiliki kelebihan dan

kekurangan, karena tidak ada lembaga yang dapat menjamin suatu model

pembelajaran mutlak memiliki kelebihan, pasti ada suatu kekurangan terhadap

model pembelajaran itu. Menurut Amir (Khairuntika,2015) pembelajaran berbasis

masalah, memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1. Punya keaslian seperti didunia kerja, karena masalah yang disajikan sedapat

mungkin memang merupakan cerminan masalah yang dihadapi di dunia kerja.

2. Dibangun dengan mempertahankan pengetahuan sebelumnya, karena masalah

yang dirancang dapat membangun kembali pemhaman pembelajar diatas

pengetahuan yang telah didapat sebelumnya.

3. Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif, karena masalah

dalam PBL akan membuat pembelajar terdorong melakukan pemikiran yang

metakognitif.

4. Meningkatkan minat dan motivasi pembelajar, karena dengan rancangan

masalah yang menarik dan menantang, pembelajar akan tergugah untuk

belajar.

Page 27: Proposal skripsi pendekatan problem solving

27

5. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) yang seharusnya menjadi sasaran mata

pelajaran tetap dapat terliputi dengan baik. Sasaran itu didapat pembelajar

dengan peliputan materi yang dilakukan sendiri oleh pembelajar.

Sedangkan kelemahan PBL menurut Shoimi (Khoiruntika,2015) yaitu:

1. tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan

aktif dalam menyajikan materi; serta

2. dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan

terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. Dari keunggulan dan kelemahan yang

telah dikemukakan, guru, sebagai seorang pendidik hendaknya dapat

memaksimalkan keunggulan dari model PBL ini untuk meminimalisir

kelemahan pada model PBL.

H. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan studi literatur diatas hipotesis penelitian

ini yaitu:

1. Pencapaian kemampuan berfikir kritis siswa SMP yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan problem solving dengan model pembelajaran

berbasis masalah lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.

2. Peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa SMP yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan problem solving dengan model pembelajaran

berbasis masalah lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.

Page 28: Proposal skripsi pendekatan problem solving

28

I. Metodologi dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dapat dilakukan guru setiap

saat sesuai dengan keadaan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini peneliti

menggunakan metode kuasi eksperimen. Dalam metode eksperimen ini peneliti

menggunakan dua kelompok yakni kelompok pertama yang memperoleh

perlakuan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving disebut

kelompok eksperimen, dan kelompok kedua yang memperoleh perlakuan

pembelajaran biasa disebut kelompok kontrol. Adapun desain penelitian yang

digunakan akan digambarkan seperti dibawah ini (Russeffendi, 2010:53)

O X O

----------------------------------

O O

Keterangan:

O : Postes = pretest

X : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving

------ : Subjek diambil secara tidak acak

J. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kabupaten

Bandung dengan subjek sampelnya adalah kelas VIII disalah satu SMP swasta di

Kabupaten Bandung. Alasan pemilihan subjek sampel adalah karena karakteristik

sampel mewakili karakteristik populasi.

Page 29: Proposal skripsi pendekatan problem solving

29

K. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan matematik. Soal-soal

untuk pretest dan soal untuk postes adalah sama dan sebelumnya akan

diujicobakan terlebih dahulu dikelas – kelas setingkat di SMP yang serupa.

Setelah diperoleh hasil dari uji coba instrument kemudian akan dihitung validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari butir soal.

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah tingkat ketepatan soal dalam mengukur apa yang seharusnya

diukur. Dalam penelitian ini yang dilihat adalah validitas isi. Rumus yang

digunakan untuk menguji setiap butir soal adalah rumus korelasional product

moment (Ruseffendi, 2010:106)

r xy=N . ƩXY−(ƩX )(ƩY )

√ {N . Ʃ X2− (ƩX )2 }{N .Ʃ Y 2−( ƩY )2}

Keterangan:

r xy : koefisien validitas tes

X : nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan

ƩX : jumlah nilai-nilai X

ƩX² : jumlah kuadrat nilai-nilai X

Y : nilai rata-rata soal-soal tes kedua perorangan

ƩY : jumlah nilai-nilai Y

ƩY² : jumlah kuadrat niali-nilai Y

XY : perkalian nilai X dan Y perorangan

ƩXY : jumlah perkalian nilai X dan Y perorangan

Page 30: Proposal skripsi pendekatan problem solving

30

N : banyaknya pasangan nilai

Klasifikasi validitas instrumen menurut Suherman dan Sukjaya (Haq,

2014:16) adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < r xy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < r xy ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < r xy ≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < r xy ≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < r xy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

r xy < 0,00 Tidak valid

Selanjutnya dilakukan uji signifikan nilai r xy, adapun rumus untuk

menghitung uji nilai signifikan menurut Sugiyono (Haq, 2014:16)

t hit = r √ N−21−r xy ²

t tab=t (1−α ) ;(N−2)

Keterangan :

r : koefisien validitas tiap butir soal

N : jumlah peserta tes

Kriteria : Jika t hit ≥ t tab maka validitasnya signifikan.

2. Reabilitas Instrumen

Page 31: Proposal skripsi pendekatan problem solving

31

Reabilitas instrumen adalah ketetapan instrumen dalam mengukur atau

ketetapan siswa dalam menjawab instrumen tersebut. Untuk mengetahui reabilitas

tes tipe uraian digunakan rumus Croanbach Alpha (Ruseffendi, 2010:172),

r p=b

b−1x

DB j ²−Ʃ DBi ²DB j²

Keterangan :

b : banyaknya soal

DB j ² : variansi skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan

DBi² : variansi skor soal tertentu (soal ke-i)

ƩDBi ² : jumlah variansi seluruh skor soal tertentu

Klasifikasi reliabilitas menurut Arikunto(),sebagai berikut :

Tabel 3. Klasifikasi Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas Tingkat reliabilitas

0,00 <r11≤0,20 Sangat rendah

0,20<r11≤ 0,40 Rendah

0,40<r11≤ 0,60 Sedang

0,60<r11≤ 0,80 Tinggi

0,80 <r11≤1,00 Sangat Tinggi

Adapun untuk Menghitung uji nilai signifikan menurut Sugiyono (Haq,

2014:16) digunakan rumus sebagai berikut :

t hit = r √ N−21−r xy ²

Page 32: Proposal skripsi pendekatan problem solving

32

t tab=t (1−α ) ;(N−2)

Keterangan:

r : koefisien validitas tiap butir soal

N : jumlah peserta tes

Kriteria : Jika t hit ≥ t tab maka validitasnya signifikan

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Arikunto, 1999: 211).

Dalam Arikunto (1999:213) daya pembeda butir soal dihitung dengan

menggunakan persamaan

DP =BAJA –

BBJB

Keterangan:

DP = Indeks daya pembeda

BA = Banyaknya pesrta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Dalam Arikunto (1999 : 213) kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai

berikut :

Page 33: Proposal skripsi pendekatan problem solving

33

Tabel 4. Kriteria Indeks Daya Pembeda

DP Kualifikasi

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

4. Indeks Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal

tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang

menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal. (Arikunto, 1999: 207). Untuk

menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan :

P = BJX

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Jx = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran dalam Arikunto (1999, 210) diklasifikasikan seperti tabel

berikut :

Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran

P – P Klasifikasi

Page 34: Proposal skripsi pendekatan problem solving

34

0,00 – 0,29 Soal Sukar

0,30 – 0,69 Soal Sedang

0,70 – 1,00 Soal Mudah

L. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan ialah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan memilih objek penelitian

b. Melakukan uji coba tes untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan indeks kesukaran

2. Tahap Pelaksanaan

Melakukan uji coba untuk mengetahui kemampuan siswa, Apabila

kemampuan siswa rata maka kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dipilih

secara acak. Tetapi apabila kemampuan siswa tiap kelas berbeda maka siswa akan

dipindahkelaskan, itupun apabila pihak sekolah mengijinkan tetapi bila tidak

diperbolehkan penelitian dipindahkan ke smp lain.

3. Tahap Evaluasi

Dalam tahap evaluasi akan disimpulkan mana yang lebih baik dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis yang menggunakan

pendekatan problem solving dan yang menggunakan pendekatan biasa.

M. Prosedur Pengolahan Data

Page 35: Proposal skripsi pendekatan problem solving

35

Data dari hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi

SPSS 16, dimana langkah awal dari pengolahan data ini adalah data yang didapat

dilakukan uji normalitas terlebih dahulu, kemudian apabila data terbukti

berdistribusi normal maka dilanjutkan ke uji homogenitas, kemudian melakukan

uji signifikasi perbedaan dua raat-rata.

1. Melakukan Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian

berdistribusi normal atau tidak.

Jika P-Value > 0,05 maka data berdistribusi normal

2. Melakukan Uji Homogenitas

Data bersifat homogen jika P-Value > 0,05 dan irisan tidak kosong

3. Uji Signifikasi Perbedaan Dua Rata-Rata

Jika P-Value > 0,05 maka data memiliki kesamaan rata-rata

N. Jadwal Penelitian

Penelitian untuk pembuatan skripsi dilakukan selama kurang lebih sembilan

bulan dimulai dari tahap penyusunan proposal, persiapan sampai dengan

penyusunan laporan hasil penelitian.

Tabel 6. Jadwal Penelitian

Page 36: Proposal skripsi pendekatan problem solving

36

No Jenis Kegiatan Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 Penyusunan

Proposal

2Penyusunan

Instrumen

Penelitian

3Uji Coba

Instrumen

Penelitian

4 Penelitian di

Lapangan

5 Pengolahan Data

6 Penulisan Bab I-

III

7 Penulisan Bab IV-

V

Page 37: Proposal skripsi pendekatan problem solving

37

DAFTAR PUSTAKA

Amilafizone. (2012). Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika.Tersedia:

[Online]. https://amilafi226.wordpress.com/2012/01/11/problem-solving-

dalam-pembelajaran-matematika/.(23 Agustus 2016)

Liyandari, et al. 2012. Penggunaan Model PBM dalam peningkatan pembelajaran

Matematika Tentang Pecahan Siswa Kelas IV SD. Tersedia:[online]:

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. ed. Rev. IV.

Yogyakarta. Rineka Cipta.

Benny, A dkk. (2009). Pendekatan Problem Solving. Tersedia: [Online].

http://www.matematics.blogspot.com/2009/03/pendekatan-problem-

solving.html.(23 Agustus 2016)

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas RI.

Depdiknas. (2004). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas RI.

Haq, S. A. (2014). Pengaruh Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Negeri di Kota Cimahi. Skripsi STKIP Siliwangi. Bandung: Tidak

diterbitkan.

Page 38: Proposal skripsi pendekatan problem solving

38

Kesumawati, N. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan

Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik. Tersedia: [Online]. http://repository.

upi.edu/id/eprint/7975(28 Agustus 2016)

Khairuntika, Tina Yunarti. 2015. Implementasi Model Problem Based Learning

dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Seminar

nasional matematika dan pendidikan matematika uny 2015.

Kompas. (2012). Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Tersedia:

[Online] http://edukasi.ko2/12/14/09005434/ prestasi.Sains.dan. Mate

matika.Indonesia.Menurun (29 Agustus 2016)

Kurnianingsih, Erni. 2014. Pengembangan lembar kegiatan siswa pada materi

Peluang dengan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) untuk

siswa smk. Skripsi universitas negeri Yogyakarta.tidak diterbitkan

Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun self-cofidence siswa dalam pembelajaran

matematika dengan pendekatan problem solving. Prosiding Seminar

Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Noer, sri hastuti. 2009. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

smp melalui Pembelajaran berbasis masalah. Prosiding Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika

FMIPA UNY, 5 Desember 2009. Hlm 473-480. Tersedia [online] (24

oktober 2016)

Noordyana, Mega Achdisty. 2016. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa melalui Pendekatan Metacognitive Instruction. Jurnal

Page 39: Proposal skripsi pendekatan problem solving

39

“Mosharafa”, Volume 8, Nomor 2, April 2016. Tersedia:[online](24

oktober 2016)

Normaya, Karim. 2015. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran

matematika Dengan menggunakan model jucama di sekolah menengah

pertama. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1,

April 2015, hlm 92 – 104

Ruseffendi. E.T. (2010) Dasar – Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-

Eksanta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sunaryo, Yoni. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa SMA di Kota

Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, artikel

5

Wijaya, Adi. 2014. Contoh penerapan model pembelajaran berbasis masalah

matematika smp kelas VII. Artikel pusat pengembangan dan

pemberdayaan pendidik dan Tenaga kependidikan (pppptk) matematika

Yogyakarta, 9 November 2013 .

Yuliana,Y. (2015). Pendekatan Problem Solving. Tersedia: [Online]. http://

yhunhayuliana.blogspot.com/2015/01/pendekatan-problem-solving.htm.

(26 Agustus 2016)

Page 40: Proposal skripsi pendekatan problem solving

40