31
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL DUA TINGGAL DUA TAMU (Two Stay Two Stray) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMAN 1 LIMBUR LUBUK MENGKUANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 DISUSUN OLEH: NAMA : AULIA RAHMAWATI, S.Pd NIP : 199001312015032004 UNIT KERJA : SMAN 1 LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN/KOTA : BUNGO

rancangan PTK Aulia rahmawati

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: rancangan PTK Aulia rahmawati

LAPORANPENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL DUA TINGGAL DUA TAMU (Two Stay Two Stray)

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SMAN 1 LIMBUR LUBUK MENGKUANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

DISUSUN OLEH:

NAMA : AULIA RAHMAWATI, S.Pd

NIP : 199001312015032004

UNIT KERJA : SMAN 1 LIMBUR LUBUK MENGKUANG

KABUPATEN/KOTA : BUNGO

TAHUN 2016

Page 2: rancangan PTK Aulia rahmawati

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten dan berdedikasi tinggi, salah

satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan matematika. Matematika dapat

mengembangkan kreativitas, berpikir kritis, logis, sistematis, objektif, terbuka, dan kemauan

bekerjasama. Matematika memilki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, yakni sebagai

fondasi dan pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain atau yang dikenal dengan sebutan “Queen

and Servant of science”. Mengingat pentingnya matematika, pemerintah pun menetapkan

matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan

mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Adapun tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

salah satunya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,

akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Tidak terlepas dari itu, pemerintah juga telah menyediakan bantuan operasional sekolah

(BOS), BOS buku agar siswa dapat memenuhi kebutuhan buku pelajaran matematika sehingga

mereka dapat mengikuti proses pembelajaran di sekolah dengan baik, dan pemerintah juga

menyediakan dana alokasi khusus (DAK) untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana seperti

alat peraga matematika, pembangunan perpustakaan, dan labor matematika. Selain itu, pemerintah

juga menyediakan buku elektronik (e-book) yang dapat didownload siswa secara gratis untuk

menambah referensi belajar. Tetapi upaya yang telah dilakukan pemerintah ternyata hasilnya belum

optimal.

Hal ini terlihat pada pembelajaran matematika disekolah-sekolah seperti di sekolah penulis

masih memunculkan beberapa masalah seperti, Siswa beranggapan matematika adalah pelajaran

yang paling sulit, kurangnya pemahaman terhadap konsep matematika materi Pertidaksamaan Linear,

Mengerjakan tugas pelajaran lain disaat guru menerangkan pelajaran didepan kelas, Mencontek atau

meniru hasil pekerjaan teman, Tidak memiliki keberanian untuk bertanya jika masih belum paham

akan materi yang disampaikan, Sebagian siswa masih dalam kabataku terutama bilangan pecahan,

Lemah dalam mengkomunikasikan soal cerita ke dalam bentuk symbol atau bahasa matematika, dan

1

1

Page 3: rancangan PTK Aulia rahmawati

Siswa kesulitan jika diberikan soal yang berbeda dengan contoh. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

hasil belajar siswa pada pokok bahasan Pertidaksamaan Linear pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Siswa kelas XII IPA Tiga Tahun Terakhir

Tahun 2013 2014 2015

Rata-rata Nilai 50,25 63,5 66,35

Masalah diatas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, minat belajar siswa yang masih

rendah, siswa tidak memahami materi prasyarat yang membuat sulit pembelajaran. Dilain sisi guru

terlalu cepat dalam menjelaskan pembelajaran,serta sumber belajar yang masih terbatas, fasilitas

yang tidak mendukung, dan Hanya mengandalkan teman yang dianggap mampu menyelesaikan.

Di anatara permasalahan yang penulis paparkan di atas yang paling esensial adalah sulit

dalam memahami konsep matematika terutama pada materi Pertidaksamaan Linear.Masalah ini tentu

tidak dapat dibiarkan karena berdampak pada minat belajar siswa akan semakin rendah, Tidak akan

bisa melanjutkan kemateri berikutnya, dan hasil belajar yang tidak mencapai KKM, kurang terampil

dalam mengimplementasikan Peridaksamaan Linear dalam menghitung keuntungan maksimal

maupun minimal.

Sebagai guru pembimbing pelajaran matematika penulis mencoba mencarikan alternative

solusi pemecahan masalah melalui penggunaan beberapa model pembelajaran seperti model NHT,

model STAD, Model Dua Tinggal Dua Tamu, Strategi PBL, Penggunaan PPT, dan Penggunaan alat

peraga.

Pada penelitian ini penulis menggunakan model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two

Stray) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada Persamaan Linear. Adapun alasan

pengambilan model ini karena model TSTS memiliki keunggulan-keunggulan teoritis seperti dapat

diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih

berorientasi pada keaktifan, diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, menambah

kekompakan dan rasa percaya diri siswa, kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, membantu

meningkatkan minat dan prestasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan

Model Dua Tinggal Dua Tamu (TSTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

XII IPA SMAN 1 Limbur Materi Program Linear Tahun Pelajaran 2017/2018’.

Page 4: rancangan PTK Aulia rahmawati

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah

Apakah penerapan Model Dua Tinggal Dua Tamu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang pada materi pertidaksamaan linear Tahun Pelajarn

2017/2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah penerapan Model Dua Tinggal Dua Tamu

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang pada

materi Pertidaksamaan Linear Tahun Pelajaran 2017/2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara umum hasil laporan PTK ini dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia

pendidikan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembeljaran matematika.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Sebagai acuan, tambahan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman sebagai tenaga

pendidik dan pengajar

b. Bagi guru

Sebagai masukan agar dapat menjadi referensi untuk memperbaiki pembelajaran

matematika dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan pengalaman mengenai pembelajaran matematika dengan

model Dua Tinggal Dua Tamu

2) Menjadi latihan untuk siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa

3) Membantu siswa untuk meningkatkan cara belajar yang baik, efektif, dan efisien.

Page 5: rancangan PTK Aulia rahmawati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika

Belajar menurut Gagne (1984) dalam Syaiful (2003:13) adalah sebagai suatu proses

dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Kemudian

Winkel (1996: 53) menyebutkan bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”.

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu yang

ditandai dengan perubahan dalam bersikap, bertindak, dan bertingkah laku.

Belajar dan pembelajaran memiliki makna yang berbeda, tetapi dalam belajar terdapat

proses pembelajaran. Degeng dalam Muliyardi (2003: 3) mengemukakan bahwa

“Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa”. Hal ini senada dengan

yang ditulis oleh Dimyanti dan Mudjiono (dalam Syaiful, 2009 :62) bahwa “Pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruktusional, untuk membuat siswa

belajar aktif yang menekankan pada sumber belajar”. Hal ini berarti, pembelajaran

merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling

bertukar informasi. Dalam proses pembelajaran di kelas menurut (Dunkin dan Biddle dalam

Abdul Majid (2006: 111) berada pada empat variable interaksi, yaitu: 1) variable pertanda

(presage variables) berupa pendidik, 2) variable konteks (context variables) berupa peserta

didik, sekolah, dan masyarakat, 3) variable proses (process variables) berupa interaksi

peserta didik dengan pendidik, 4) variable produk (product variables) berupa perkembangan

peserta didik dalam jangka pendek maupun panjang. Hal ini meyiratkan bahwa untuk

mendapatkan hasil belajar yang maksimal seharusnya disertai dengan fasilitas pembelajaran

yang optimal.

Nikson dalam Muliyardi (2003:3) menyatakan bahwa “Pembelajaran Matematika

adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip

matematika dengan kemampuannya sendiri, melalui proses internalisasi sehingga konsep

atau prinsip itu terbangun kembali”.

10

Page 6: rancangan PTK Aulia rahmawati

Adapun tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP (Permendiknas No. 22 Tahun

2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, menyelesaikan model, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari paparan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 di atas, dapat dilihat bahwa pembelajaran

matematika di sekolah memilki peran penting dalam membangun kemampuan peserta didik, salah

satunya adalah kemampuan dalam memahami konsep matematika. Oleh karena itu, guru diharapkan

mampu menumbuh-kembangkan kemampuan konsep matematika yang merupakan konsep dasar

dalam proses pembelajaran matematika.

2.2 Materi Esensial dalam Pembelajaran

Secara sederhana yang dimaksud dengan konsep esensial adalah konsep yang dinilai dapat

memberikan kontribusi kuat terhadap tercapainya aspek – aspek tujuan pendidikan, khususnya

pendidikan matematika yang telah ditentukan. Dengan demikian topik yang esensial adalah topik

yang memuat atau dipelajari melalui konsep – konsep yang esensial. Pada dasarnya suatu konsep

matematika dapat tercakup dalam beberapa topic, sedangkan suatu topic dapat memuat beberapa

konsep.

Page 7: rancangan PTK Aulia rahmawati

Dari uaraian di atas, konsep esensial dalam matematika adalah konsep – konsep matematika

yang strategis dalam menunjang kemampuan untuk memahami konsep – konsep lainnya, banyak

digunakan bagi bidang studi lain dan kehidupan sehari – hari.

Pertidaksamaan Linear merupakan materi yang sanagt esensial dalam pembelajaran

matematika karena materi tersebut meliputi kemampuan merumuskan secara sederhana fenomena

dalam kehidupan sehari – hari dalam model matematika, atau sebaliknya.

Uraian singkat tentang pertidaksamaan Linier

Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda <, > , ≤ , ≥

Contoh:          

5 + x   >10

            x – 4  < 12

            3x – 2 ≤ 7

            2x + 6 ≥ 4

Ketidaksamaan adalah kalimat tertutup yang menggunakan tanda <, >, ≤, ≥

contoh:           

7 + 3 ≥ 15

            2 -6 < -4 + 10

            3 x 5 ≤ 5 x 6

            20 : 2 > 9 : 4

Penyelesaian Pertidaksamaan adalah konstanta pengganti variabel yang menyebabkan suatu

pertidaksamaan menjadi kalimat yang benar.

Himpunan penyelesaian pertidaksamaan adalah himpunan yang memuat semua penyelesaian

Pertidaksamaan linier.

Sifat-sifat pertidaksamaan :

Suatu pertidaksamaan tidak berubah tandanya jika kedua ruas pertidaksamaan ditambah atau

dikurangi dengan bilangan yang sama misal x > y maka x + a > y + a

Suatu pertidaksamaan tidak berubah tandanya jika kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan

positif yang sama, misalnya x ≤ y maka               a .x ≤ y. a  dengan a > 0

Suatu pertidaksamaan akan berubah tandanya jika kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan

negatif yang sama misal x ≤ y maka –x a ≥ -y a (berubah tanda karena kedua ruas dikali dengan

Page 8: rancangan PTK Aulia rahmawati

bilangan negatif yang sama) misal x ≤ y maka  (berubah tanda karena kedua ruas dibagi dengan

bilangan negatif yang sama.)

Penyelesaian pertidaksamaan

Materi himpunan penyelesaian dari suatu pertidaksamaan dapat ditunjukan dendan notasi himpunan

atau dengan garis bilangan.

Jika HP ditunjukan dengan garis bilangan , maka tanda < atau ≤ digambarkan dengan anak panah ke

kiri, sedangkan tanda > atau ≥ digambarkan dengan anak panah ke kanan.

Titik yang menyatakan bilangan tertentu , maka tanda < atau > digambarkan dengan tanda kurung

biasa, sedangkan tanda ≤  atau ≥ digambarkan dengan  tanda kurung siku

2.3 Model Pembelajaran Matematika

Cooperative learning  merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada

pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-

kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar

dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman

sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai

membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi

dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam

kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan

memberikan respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-

masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan seluruh siswa.

Bebrapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika antara lain:

1.    Student teams achievement division (STAD) 

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai.

b) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor

awal.

Page 9: rancangan PTK Aulia rahmawati

c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan

kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.

d)    Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi

dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman

materi.

e)    Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan

penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f)     Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

g)    Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil

belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)

Group investivigation go a round (infvestigasi kelompok)

Langkah-langkah: 

a)    Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari  ± 5 siswa 

b)    Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis 

c)    Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara

bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati. 

4.    Think pair and share 

Langkah-langkah: 

a)    Guru menyampaikan inti materi 

b)    Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan

guru 

c)    Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan  hasil diskusinya

d)    Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum

diungkap siswa 

e)    kesimpulan

Dari beberapa model pembelajaran yang ada, penulis memilih model Dua Tinggal Dua Tamu

(TSTS). Hal ini didasari atas, jumlah siswa yang bisa dibagi menajdi 4 orang perkelompok,

Page 10: rancangan PTK Aulia rahmawati

kemampuan siswa yang belum merata, kemampuan siswa yang belum bisa mengkomunikasikan hasil

yang diperoleh untuk di persentasikan, dan kemampuan siswa dalam memberikan pertanyaan

maupun menanggapi pertanyaan.

6. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada

umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau

mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan tipe NHT:

a)    Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai.

b)    Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor

awal.

c)    Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap

anggota kelompok diberi nomor atau nama.

d)    Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.

e)    Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota

kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil

jawaban dari kelompok.

f)     Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan

penegasan pada akhir pembelajaran.

g)    Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

h)    Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

Page 11: rancangan PTK Aulia rahmawati

Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang

diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa

untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.

Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.

Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong

dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan

mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan

dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model

pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap

anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang

ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi

satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi

yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan

menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika

siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang

dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa

yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.

Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun tidak sadar, siswa

akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu

keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu,

siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu

dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan

model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan

semangat siswa dalam belajar (aktif).

Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan

cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat

mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara

sumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan

Page 12: rancangan PTK Aulia rahmawati

penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan

menyimak siswa.

Model Dua Tinggal Dua Tamu memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari model

TSTS adalah sebagai berikut.:

a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

c. Lebih berorientasi pada keaktifan.

d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya

e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:

a. Membutuhkan waktu yang lama

b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelum

pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar

yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis

kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan

kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis

tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis

kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan

saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang

berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.

2.5 Hasil Belajar (pengertian, domain)

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar

berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap

dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa

Page 13: rancangan PTK Aulia rahmawati

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan

maupun tertulis

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis

fakta-konsep dan mengembangka prinsip-prinsip keilmuan.

d. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

e. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah

2.6 Penelitian Yang Relevan

Arif, Bahrul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)

untuk Meningkatkan Aspek Kogintif dan Aspek Aktif Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Singosari.

Model TSTS dapat meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan cara memberikan

suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif melakukan

pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman, menyampaikan gagasan kepada teman,

meyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap permaslahan diskusi, serta membutuhkan kerja sama

dalam kelompok.

Ni Wayan Sri Mahyuni, 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two

Stay Two Stray (TSTS) terhadap Hasil Belajar Kimia Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Selemadeg

ditinjau dari Gaya Berpikir. Tujuan Penelitian ini mengetahui pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap hasil belajar yang ditinjau dari gaya berpikir.

Dari dua penelitian di atas, menjadi landasan bagi penulis untuk menggunakan model TSTS

pada pembelajaran matematika untuk tingkat SMA.

Page 14: rancangan PTK Aulia rahmawati

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penlitian ini adalah kelas XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang dengan jumlah 33

orang dengan rincian laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan sebanyak 18 orang. Siswa siwa

berasal dari suku yang berbeda-beda karena kawasan SMAN 1 Limbur terletak di daerah urban.

Sehingga banyak yang berasal dari daeraah jawa dan juga ada yang pribumi. Secara umum

perekonomian daerah Limbur adalah berkebun karet dan sawit. Pendidikan orangtua siswa pada

umumnya tidak tamat SD. Sehingga dukungan dari orangtua pun masih kurang dalam meningkatkan

motivasi siswa untuk semangat belajar.

(karakteristik subjek, latar belakang ekonomi dan pendidikan orangtua subjek)

3.2 Seting Penelitian (tempat dan waktu)

3.2.1 Tempat penelitian (profil sekolah dan prestasi sekolah)

Penelitian akan dilakukan di SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang yang berlokasi di

KecamatanLimbur Lubuk Mengkuang Kabupaten Bungo. Visi yang diusung oleh SMA Negeri 1

Limbur Lubuk Mengkuang adalah ”Terwujudnya Peserta Didik yang disiplin, terdidik,

berprestasi, dan berwawasan lingkungan dilandasi dengan iman dan taqwa”.

Berdasarkan visi yang telah dikemukakan di atas, maka diuraikanlah misi SMA Negeri 1

Limbur Lubuk Mengkuang sebagai berikut:

a. Menumbuhkan semangat dan pentingnya disiplin terhadap warga sekolah.

b. Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada warga sekolah.

c. Menumbuhkan minat baca terhadap siswa.

d. Menjalankan pembelajaran dan bimbingan kepada siswa sehingga dapat secara

optimal sesuai potensi yang dimiliki.

e. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sendiri sehingga

berkembang menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

f. Menerapkan menejemen partisifatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah.

g. Memberikan layanan pendidikan yang efektif dan bermutu.

Page 15: rancangan PTK Aulia rahmawati

h. Terselenggaranya layanan pendidikan bagi siswa yang berbakat baik akademik

maupun ekstrakurikuler.

i. Meningkatkan jumlah lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi baik jalur

SNMPTN undangan, SBMPTN, UMB, jalur PKPM maupun jalur lainnya.

j. Menciptakan lingkungan sekolah yang asri dalam menunjang kegiatan proses belajar

mengajar.

Susunan Organisasi SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Januari – April 2017 dengan rincian

kegiatan sebagai berikut:

No Uraian Kegiatan Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan

Siklus 1

v v

KOMITE SEKOLAH TATA USAHAKEPALA SEKOLAH

WAKA KURIKULUMYunidan Husni, S.Pd.

GURU

SISWA

WAKA SARANA DAN PRASARANA

Edhy Suyarmo, S.Pd

WAKA KESISWAANAzwar Anas, S.Pd, M.Si.

Page 16: rancangan PTK Aulia rahmawati

2 Pelaksanaan

tindakan siklus 1

v v

3 Observasi Siklus

1

v v

4 Refleksi Siklus 1 v

5 Perencanaan

Siklus 2

v v

6 Pelaksanaan

tindakan siklus 2

v v

7 Observasi Siklus

2

v v

8 Refleksi Siklus 2 v

9 Penyusunan

Laporan

Penelitian

v v

10 Seminar hasil

PTK

v

11 Revisi Laporan

PTK

v

3.3 Prosedur Penelitian

Siklus 1

1. Perencanaan

Untuk melaksanakan peneltian ini penulis menyiapakan beberapa perencanaan sebagai berikut:

a. mengembangkan silabus

b. membuat RPP

c. menyiapkan media

d. Menyiapkan latihan soal pada materi Pertidaksamaan Linear

e. menyiapkan instrument

f. menyiapkan Jadwal

g. merencanakan pembentukan kelompok yang heterogen

Page 17: rancangan PTK Aulia rahmawati

h. Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran kooperatif untuk peserta didik.

2. Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, satu siklus dilaksanakan untuk 2 kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut.(copas RPP)

a. perencanaan

1) Menetukan jadwal penelitian

2) Menetapkan materi yang akan disampaiakn kepada siswa menguunakan pembelajaran

Kooperatif Tipe TSTS

3) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4) Mempersiapkan tes formatif hasil belajar siswa

b. Tindakan

1) Pendahuluan

a) Guru mengecek kehadiran siswa

b) Guru memotivasi agar siswa berminat belajar

c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan Inti

a) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan

memberikan motivasi belajar.

b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari peserta didik yang

memiliki kemampuan heterogen.

c) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator tentang Pertidaksamaan Linear

d) Menyampaikan materi secara singkat

e) Guru membagikan soal untuk didiskusikan oleh peserta didik.

f) Guru meminta dua orang dari tiap kelompok untuk berkunjung ke kelompok lain

untuk mencatat soal dan sisa dari anggota kelompok tetap tinggal di kelompok untuk

menerima tamu yang berkunjung.

g) Setelah mendapat soal dari kelompok lain, peserta didik kembali ke kelompoknya

untuk membahas soal tersebut

h) Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusinya.

Page 18: rancangan PTK Aulia rahmawati

i) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk melaporkan atau mempresentasikan hasil

diskusi

3) Penutup

a) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar.

b) Memberikan tes evaluasi

c) Memberikan pekerjaan rumah

3. Observasi

a) Peneliti mengawasi aktivitas peserta didik ketika diskusi kelompok dan keberhasilan

peserta didik dalam melaksanakan tugas.

b) Mengamati aktivitas peserta didik saat mengerjakan latihan soal.

c) Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif, berani bertanya kepada guru, atau

berani menjawab pertanyaan dari teman yang belum paham dan berani mengerjakan

tugas di papan tulis.

d) Pengamatan pada guru kelas dalam menjalankan RPP

4. Refleksi

a) Menganalisis hasil pengamatan untuk memberikan simpulan sementara terhadap

pelaksanaan pengajaran pada siklus I

b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan

penelitian dalam siklus II.

3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisi Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan, peneliti melakukan teknik pengumpulan

data berupa tes dan observasi. Tes dilakukan setelah materi selesai diberikan berguna untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami materiyang diajarkan dan observasi

digunakan untuk mengamati siswa dan guru secara langsung dalam interaksi pelajaran

matematika.

Page 19: rancangan PTK Aulia rahmawati

Siklus 2

Pada siklus II, topik yang dibahas adalah menentukan rumus luas dan keliling jajar

genjang. Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus II mirip dengan kegiatan siklus I,. Siklus II

merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.

1) Tahapannya tetap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

2) Materi pelajaran berkelanjutan.

3) Diharapkan, kerjasama kelompok semakin meningkat. Data hasil belajar diambil dari

nilai evaluasi akhir pada tiap siklus. Data tentang proses belajar mengajar pada saat

dilaksanakan penelitian tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Data tentang

refleksi dan perubahan – perubahan yang terjadi di kelas diambil dari jurnal, angket,

dan hasil tes akhir pembelajaran.

Nilai hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata evaluasi akhir pada

siklus II lebih besar dari siklus I.

3.4. 2 Teknik Analisis Data

Data kuantitatif (hasil belajar siswa) akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui

kualitas hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dengan cara

membandingkan skor individu dengan skor kelompok, yang diperoleh sebelum dan setelah

mengikuti pelajaran. Analisis data hasil belajar diperoleh melalui hasil tes. Pada setiap siklus

dilakukan 1 kali tes evaluasi. Skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 100, sedangkan skor

rata-rata tes siswa dapat dihitung dengan rumus :

x=∑ xN

,

x = Nilai rata – rata

∑ x = jumlah skor keseluruhan

N = Jumlah Siswa

Nilai yang diperoleh melalui perhitungan tersebut akan digunakan untuk menetapkan

kualitas hasil belajar siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Untuk memudahkan

menginterpretasikan hasil belajar siswa maka akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

Page 20: rancangan PTK Aulia rahmawati

frekuensi. Selanjutnya baru menetapkan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk

Mengkuang adalah 70,00 maka standar ketuntasan individu dan standar ketuntasan klasikal akan

diinterpretasikan sebagai berikut:

a) Standar Ketuntasan Individu Secara perorangan (individual), dianggap telah “tuntas belajar”

apabila daya serap siswa mencapai 70,00.

b) Standar Ketuntasan Klasikal Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila

mencapai 80% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 70. Sedangkan untuk

mengetahui ketuntasan belajar (KB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:

KB= Nn

x100 %

KB = Ketuntasan Belajar

N = banyak siswa memperoleh nilai diatas 70

n = banyak siswa yang mengikuti tes.

Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan

siswa terhadap materi pembelajaran matematika. Dalam hal ini materi pembelajaran yang

dilaksanakan adalah Pertidaksamaan Linear.

3.5 Indikator Keberhasilan

Analisis hasil pada penelitian ini ditekankan hasil belajar siswa. Hasil belajar ini dapat

dilihat dari ketuntasan siswa yang mencapai KKM dengan nilai lebih dari sama dengan 70,

keaktifan bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas, keberanian menanggapi

pendapat siswa lain, dan antusias siswa mengerjakan soal yang diberikan dari guru.

3.6 Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan jenis kolaborasi. Pihak yang melakukan tindakan

adalah penulis sendiri yang juga berperan sebagai guru. Dalam penelitian ini juga membutuhkan

teman sejawat yang berperan sebagai pengamat atau observer.

Desain penelitian tindakan kelas di setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi terhadap pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas terdiri dari dua

Page 21: rancangan PTK Aulia rahmawati

siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan,

dan refleksi.

Secara rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS II

PERENCANAAN

REFLEKSI Pelaksanaan 2 kali pertemuan

PENGAMATAN

PENGAMATAN

Refleksi/Analisa Data akhirPelaksanaan 2 kali

pertemuan

PERENCANAAN