22
RANGKUMAN ANDRAGOGI OLEH: FERNANDUS SINAGA AFD 113 034 UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pembelajaran Orang Dewasa (Androgogi)

Citation preview

Page 1: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

RANGKUMAN

ANDRAGOGI

OLEH:

FERNANDUS SINAGA AFD 113 034

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2014

Page 2: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

BAB  I

PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI

DASAR ANDRAGOGI ( PENDIDIKAN ORANG DEWASA )

Page 3: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

A.    Pengertian Andragogi ( pendidikan rang Dewasa )

Teori mengenai proses belajar mengajar  didasarkan kepada rumusan pendidikan sebagai suatu proses transmisi budaya.  Maka dari teori inilah paedagogi yang asalnya berasal dari bahasa yunani, yaitu paid berarti anak dan agogos yang berarti memimpim atau membimbing, secara khusus , selanjutnya paedagogi diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Istilah paedagogi tersebut berubah artinya menjadi ilmu dan seni menajar.

Suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa untuk membedakan  dengan paedagogi, maka teori baru tersebut dikenal sebagai nama andragogi yag berasal dari kata bahasa yunani yaitu andar yng berarti orang dewasa dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Maka dengan demikian,  andragogi  dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.

B.     Beberapa Ansumsi dan Implikasinya

Ada perbedaan yang mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan paedagogi pada dasrnya mengunakan asumsi-asumsi sebagai berkut :

a)      Konsep Diri

b)      Pengalaman

c)      Kesiapan untuk belajar

d)     Orientasi  terhadap belajar

e)      Kondisi belajar dan prinsip-prinsip belajar

BAB  II

MENILAI KEUTUHAN DAN MINAT DALAM

PERENCANAN PROGRAM

Page 4: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

A.    Langkah Penting yang Rawan

Para pendidik yang berorientasi kepada padegogi, kan mengalami kesulitan memahami kenyataan dalam kehidupan orang dewasa yang harus diharuskan belajar agar mereka tetap hidup, tetap sehat. Maka dalam andaragogi. Titik berangkat dalam perencanaan program adlah mint dan kebutuhan warga belajar, walaupun pada akhir tujuannya untuk memenuhi kebutuhan lembaganya dan masarakatnya.

B.     Hakikat  Kebutuhan

Banyak orang yang menyamakan mengenai pegertian antara kebutuhan (needs) dan keinginan (want). Demikian pula mengenai perbedaanantara keduanya .tetapi yang utama adalah memberikan rumusan operasional yang akan bermanfaat dlam perencanaan program belajar.

Pengertin kebutuhan dalam pengembangan program pendidikan dibedakan atas kebutuhn dasar dan kebutuhan pendidikan.

Kebutuhan Dasar Kebutuhan Pendidikan

C.      Hakikat Minat

Minat dirumuskan dalam “Encyklopedia of Psyholog” adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan   ia tertarik atau menolak terhadap objek,orang dan kegiatan dalam lingkungannya”.

1.      Minat umum

Hakikat minat adalah sangat bersifat pribadi, dan oleh karena minat sangat berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.

2.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat

3.      Perubahan Minat Dalam Daur Kehidupan

4.      Menilai Kebutuhan dan Minat

D.    Menilai Kebutuhan Dan Minat

1.      Kebutuhan dan minat individu

2.      Kebutuhan organisasi

Page 5: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Suatu organisasi atau lembaga adalah organisme yang hidup yang mempunyai kebutuhan juga.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan latihan adalah :

a)      Wawancara

b)      Angket

c)      Laporan dan catatan manejemen

d)     Test

e)      Analisis masalah

f)     Analisis pekerjaan yang dikombinasikan dengan penilaian terhadap penampilan

g)      Teknik insiden kritis

h)      Panel penilaian

3.      Kebutuhan Masarakat

Ada beberapa langkah dalam melaksanakan survei masyrakat :

a)      Merumuskan tujuan

b)      Membentuk team pelaksana

c)      Menentukan ruang lingkup masalah yang akan disuvei

d)     Merekrut dan melatih tenaga sukarela

e)      Mengindentifikasi sumber informasi yang diperlukan

f)       Mengorganisir informasi

g)      Menafsirkan informasi

BAB  III

BELAJAR BAGI ORANG DEWASA

Page 6: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Periaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya  serta dalam hal tertentu oleh marerial yang tersedia, maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan sikap baru, dan memberikannya pengetahuan baru.

Dengan kata lain, pendidikan orang dewasa hanya menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan perilaku, apabila isi dan cara pendidikannya sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya. Akan tetapi, walaupun kebutuhan untuk menambah pengetahuan dan merubah sikap agar tercapai suatu prubahan perilaku sesesungguhnya dibutuhkan, manusia seringkali tidak selalu merasakan kebutuhan dan juga di perluka awal untuk menumbuhkan rasa membutuhkan.

1.      Mengapa Orang Dewasa Belajar

Banyak pendidikan yang berpendapat mengenai alasan mengapa    orang dewasa  belajar. Pakar pendidikan yang telah melakukan penelitin mengenai orang dewasa perlu belajaratau ambil bagian dalam kegiatan belajar adalah tought, sheilfeld,  Morstain dan smart.

Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar pendidikan tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi dan saling memperkuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alsan orang dewasa mengikuti kegiatan belajar ada lima yaitu :

a.       Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b.      Untuk meningkatkan produktivtas

c.       Untuk meningkatkan efesiensi kerja

d.      Untuk mengetahui kebutuhan ingin tahu (Curiosity)

e.       Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam melakukan pekerjaaan atau peranannya di dalam keluarga atau masyarakat.

BAB  IV

ORANG DEWASA SEBAGAI PELAJAR

Page 7: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

A.    Hambatan Fisiologik

Menurut  Venier  dan Davidson ada enam faktor  yang secara fisiologikdapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam mempengaruhi pendidikan :

 Dengan bertambahnya usia, titik-dekat penglihtan, atau titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas, mulai bergerak dengan jauh.

 Dengan bertambahnya usia, titik-jauh penglihatan, tau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas, mulai berkurang.

Makin bertambah usia, makin besar pula jumlh penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar.

Makin bertambah usia, persepsi kontra warna cenderung kearah merah daripada spectrum.

Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang denga bertambahnya usia. Perbedaan bunyi, atau kemapuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan

melanjutkan usia.

B.     Psikologik

Dari segi psikologik orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu, maka perlu diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :

·         Belajar adalah suatu pengalaman yang diingikan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajar.

·         Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dari melihat seseuatu dan mempunyai hubu gan dengan kebutuhannya.

Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses menyakitkan . Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu. Bagi orang dewasa proes belajar adalah khas dan bersifai individual. Sumber terkaya untuk belajar terdapat didalam diri orang dewasa itu sendiri. Belajar adaah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Belajar adalah hasil kerja sama antara manusia. Belajar adalah suatu proses evolusi.

C.    Sumber Belajar

Page 8: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Dengan adanya faktor-faktor fisiologik dan fsikologik yang mempengaruhi efektivitas belajar  orang dewasa. Maka para sarjana mencurahkan suasana dalam situasi beajar  yang paling dapat diharapkan membawa hasil bagi proses belajar mengajar sebagai berikut :     

a)      Kumpulan-kumpulan aktif

b)      Suasana hormat-menghormati

c)      Suasana harga-menghargai

d)     Suasana percaya

e)      Suasana penemuan diri

f)       Suasana tak mengacam

g)      Suasana keterbukaan

h)      Suasana mengakui kekhasan pribadi

i)        Suasana membenarkan pribadi

j)        Susana mengakui hak untuk berbuat salah

k)      Suasana membolehkan keraguan

l)        Evalausi bersama dan evalusi sendiri

BAB  V

PEMBIMBING ORANG DEWASA

Page 9: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

A.    Fungsi Pembimbing

Belajar bagi orang menghasilkan perubahan perilaku, dan perubahan perilaku bergantung dari perubahan sikap dan penambahan pengatahuan serta ketrampilan, maka dapat dikatakan bahwa fungsi seorang pembimbing mencakup sebagai :

Penyebar pengetahuan Pelatih keterampilan Perencanaan pengalaman belajar kreatif

B.     Sikap Pembimbing

Sikap seorang sebagai pembimbing belajar bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sebab orang dewasa lebih kritis daripada anak-anak, sebab orang dewasa mepunyai perbandingan untuk menilai sikap pembimbing, sebab orang dewasa berpegang pad norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau lingkungannya.

Sikap mental dan sikap tubuh saling mempengaruhi. Sikap mental seseorang tercermin pada sikap tubuhnya. Orang yang sikap mentalnya sombong biasanya Nampak pada sikap dan gerak tubuhnya.

C.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi sikap dan Peran Pembimbing

Pendidikan orang dewasa meyebar dari mulai kursus pemberantasan buta huruf  sampai proses belajar kreatif.pola kursus pemberantasan buta huruf peserta sama sekali tidak dapat membaca, maka pembimbing membawakan pengetahuan , yakni bagaimana membaca pada latihan kepekaan (sensitivity training). Misalnya, para peserta sudah memilih setumpukan pengalamannya sendiri, maka pembimbing hanya membantu mereka untuk menata dan menafsirkan pengalaman mereka dengan cara baru. Diktat Gordon lippitt dari Th George Washington University, mengemukan beberapa faktor yang mempengarahi sikap dan peran pembimbing sebagai berikut :

a)      Tujuan dan rancangan belajar

b)      Lamanya penedidikan

c)      Komposisi peserta

d)     Harapan peserta

e)      Harapan penyelengaraan

f)       Profesi pembimbing

g)      Keadaan pembimbing

BAB  VI

METODE PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Page 10: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Banyak metode yang diterapkan orang dalam dalam program pendidikan orang dewasa.  Pemilihan metode hendaknya ditentukan oleh tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya dapat dibagi dalam 2(dua) jeins :

1.      Ada proses belajar yang dirancang untuk membantu orang menata pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru.

2.      Ada proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendorong individu meraih lebih jauh daripada yang diketahuinya.

A.   Kontinuum Proses Belajar

Posisi atau sifat pengalam belajar dalam continuum tersebut mempengarui hal-hal dibawah ini :

a.       Persipan dan orietasi bagi proses belajar

b.      Suasana dan kecepatan belajar

c.       Peran dan sikap yang mengajar

d.      Paran dan sikap yang belajar

e.       Metode yang diterapkan untuk berhasilnya usaha belajar

B.   Ceramah Dan Alat Peraga

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Dengan metode ini lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan.

Penceramah juga mempergunakan alat-alat peraga yang tersedia seefektif mungkin, sambil memberikan penjelasanya. Alat-alat peraga (Audio Visual Aids) yang sudah lazim dipergunakan diindonesia adalah sebagai berikut :

Papan tulis Kertas Koran Papan flannel Overhead projector adalah sebuah alat listrik yang dapat memproyeksikan gambar,

tulisan, gari-garis grafik pada sebuah layar atau dinding. Slide

C.   Diskusi

Berdiskusi adalah kegiatan manusia yang alamiah. Suatu kegiatan yang menarik, kreatif dan mengasikan. Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengunkapkan

Page 11: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

pikirannya sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan kawan-kawan diskusi, dan juga pada masalah yang didiskusikan.

Dalam sebuan symposium beberapa orang ahli menyampaikan prasaran singkat , diskusi atau tukar pikiran di hadapan sejumlah hadirin.

D.   Peranan (atau dalam bahasa Inggris Role Playing)

Pemeranan adalah suatu usaha untuk membantu para peserta untuk mengalihkan suatu masalah belajar ke dalam praktek. Dr. J.L Moreno memperkenalkan metode pemeranan di psychodramatic Institute di New York. Di bdakannya dua semua keterangan di pertimbangkan, maka diagnosa mungkin jenis pemeranan, yakni Psychodrama dan Sociodrama. Bagi orang dewasa, pemeranan merupakan metode belaja yang banyak manfaatnya. Ada beberapa variasi dalam pemeranan untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

1. Role Revesal : dalam bahasa indonsia di sebut peran terbalik, tujuannya agar menimbulkan kepekaan terhadap kedudukan dan keadaan pihak lain agar dapat lebih menimbulkan perasaan oang lain.

2. Alter Ego : untuk memahami masalah komunikasi, dan adanya pikiran serta perasaan yang tidak diucapkan. Pemeranan Alter Ego dapat berguna. Alter Ego boleh dikatakan berlaku sebagai “hati nurani”.

3. Keterampilan : dapat dipelajari melalui ceramah yang berupa petunjuk-petunjuk untuk dihafalkan, akan lebih mudah dipahami apaila jabatan tertentu di perankan.

E.    Structued Experiences

Metode eksperiensial (=dengan jalan mengalami) ini merupakan ciri khas dari metode belajar yang dikenal sebagai “pendekatan laboratories”. Manfaatnya sangat besar dalam pedidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan ketrampilannya dalam hubngan antar manusia (human relations skill).

Mengalami yakni ketik peserta terlibat dalam suatu kegiatan laboratories. Mengungkapkan tanggapan dan pengamatannya untuk mengetahui mengapa

masing-masing berlaku dan berkata secara tertentu. Pembimbing peserta harus mengolah segala yang timbul pada “Mengungkapkan”,

dengan mendiskusikan mengevaluasinya. Generalisasi sebagai langkah yang penting, kalau latihan ini ingin bermanfaat untuk

kehidupan sehari-hari diluar ruang belajar. Para peserta menerapkan lagi apa yang dipelajarinya itu.

BAB  VII

MERANCANG PROGRAM LATIHAN

Page 12: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Metode pendidikan bagi oran dewasa adalah program latihannya. Metode-metode akan dipakai bahkan banyak dipengarahui oleh rancangan atau design yang disusun.

1.      Langkah pertama : kebutuhan

2.      Langakah kedua  : sasaran

3.      Langkah ketiga : sumber

4.      Langkah keempat : hambatan

5.      Langkah kelima : alternatip

6.      Langkah keenam : Seleksi

Contoh Rancangan Program Latihan

            Untuk menyajikan contoh nyata suatu design program latihan, ada beberapa langkah-langkah yang diuraikan sebagai berikut :

1. Yang akan dididik adalah orang-orang dewasa yang berminat untuk membantu masyarakat dalam lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan social ekonominya.

2. Mereka diharapkan akan mempelajari falsafah kerja sama dalam kelompok, keterampilan hubungan antara manusia.

3. Menyampaikan pelajaran adalah tiga orang staf pendidikanbiro konsultasi kredit sendiri.

4. Merka akan dididik dengan metode pendidikan orang dewasa.5. Evaluasi hasil pendidikan akan di evakuasi dalam 2(dua) tahapan.

Pengaturan ruangan

            Banyak kegiatan pendidikan yang materinya baik, bahan tersedia secara berlimpah, ada pembimbing yang ahli dan terampi. Tetapi ternyata hasilnya tidak memuaskan hanya karena pengaturan ruangan telah diabaikan, karena tidak disadari pentingnya sebagai sarana belajar. Ruangan apa pun yang akan akan dipergunakan apabila tersedia ruangan yang cukup luas maka pada acara atau program pendidikan yang kegiatannya lebih banyak berupa diskusi kelompok, dengan pengatar-pengantar singkat dari pembimbing dan laporan-laporan diskusi kelompok.

            Untuk  baik yang mendidikan yng “laboratories” yang memerlukan partisipasi intesif para peserta. Sepeti dalan Human Relations Training, baik yang menggunakan Siruclured Experiences maupun yang unstructured seperti dalam latihan kepekaan (Sensitivity Training).

BAB  VIII

EVALUASI PROGRAM

Page 13: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Pada pendidikan orang dewasa cara evaluasi demikian tidak dapat dijalankan. Sebab dalam pendidikan orang dewasa evaluasi demikian tidak tepat. Bedanya pendidikan orang dewasa dengan pendidikan konvensional adalah bahwa dalam pendidikan orang dewasa tidak ada unsur paksaan. Orang dewasa belajar atas kehendaknya sendiri yang bebas. Orang dewasa dapat dipaksa untuk masuk rungan belajar, tetapi tidak dapat dipaksa untuk belajar.

Dalam pendididkan orang dewasa metode evaluasinya harus mencermikan kehendak bebas yang sama seperti proses belajarnya itu sendiri. Dengan lain kata, metode evaluasinya harus datang dari orang yang belajar, bukan dipaksakan dari luar.

Bagi penyelenggara evaluasi harian maupun evaluasi menyeluruh akan merupakan ukuran untuk menilai hasil program dengan rencana semula. Bagi para peserta itu sendiri evaluasi merupakan suatu cara untuk merenungkan proses kegiatan maupun hasilny kegiatan itu bagi dirinya, latihan mengungkapkan renungan dan analisisnya secara tertuls dan terbuka.   

Bab I

Andragogi       : Pendidikan orang dewasa

Page 14: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Paedagogi       : Ilmu dan seni dalam mengajar anak

Mobilitas         : Gerakan berpindah-pindah

Transmisi         : Pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain

Psikologis        : Bersifat kajiwaan

Implikasi         : Keterlibatan

Asumsi            : Dugaan yang diterima sebagai dasar

Konsekuensi    : Akibat dari sesuatu perbuatan

Aplikasi           : Karya hias

Simulasi           : Peragaan sesuatu dengan bentuk tiruan

Konferensi      : Rapat atau tiruan

Fase                 : Tingkatan masa

Supervisi         : Pengawasan utama

Eksekutif         : Kepengurusan atau pengelolaan

Logik               : Sesuai dengan logika

Orientasi          : Peninjauan untuk menentukan sikap yang benar

Filsafat             : Pengetahuan dengan akal budi

Perspektif        : Sudut pandang tiga dimensi

Kondusif         : Memberi peluang pada hasil yang diinginkan

Kooperatif       : Bersifat kerja sama

Homogen        : Terdiri atas jenis yang sama

Heterogen       : Terdiri atas berbagai jenis atau unsur

Bab II

Observasi        : Peninjauan secara cermat

Sensoris           : Berhubungan dengan panca indra

Transenden      : Luar biasa

Konformitas    : Persesuian

Irasional          : Tidak berdasarkan akal sehat

Page 15: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Impulsif           : Bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerakan hati

Afeksi             : Rasa kasih sayang

Ekstrim            : Sangat keras

Agresif             : Bernafsu menyerang

Spiritual           : Bersifat kejiwaan

Aspirasi           : Harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa mendatang

Krusial             : Sangat menentukan

Prestise            : Wibawa

Efisien             : Tepat atau sesuai

Kuesioner        : Alat riset atau survei

Profesional      : Bersangkutan dengan profesi

Survei              : Teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data

Responden      : Penjawab

Revisi              : Peninjauan kembali untuk perbaikan

Uniform          : Bersifat seragam

Bab III

Kolege        : Teman sejawat

Fundamental   : Bersifat dasar

Material           : Bahan yang dipakai untuk membuat barang lain

Motif               : Pola atau corak

Pola                 : Gambar yang dipakai untuk contoh

Formal             : Sesuai dengan peraturan yang sah

Kognitif          : Pengetahuan faktual yang empiris

Eksperimen     : Percobaan yang bersistem dan berencana

Alternatif        : Pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan

Otoritas           : Hak untuk bertindak

Bab IV

Page 16: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Fisioligik         : Bersifat fisiologi

Spektrum         : Rentetan warna kontinu

Kontras           : Memperlihatkan perbedaan yang nyata bila diperbandingkan

Emosional       : Penih emosi

Intelektual       : Cerdas atau pikiran dengan kecerdasan tinggi

Evolusi            : Perubahan secara perlahan-lahan

Subyektif        : Bersifat subjektif

Evaluasi           : Penilaian

Antusias          : Bersemangat

Metode            : Cara yang teratur

Bab V

Intervensi        : Campur tangan dalam perselisihan dua pihak

Kreatif             : Memiliki daya cipta

Introspeksi      : Koreksi terhadap diri sendiri

Spontanitas     : Kesertemetaan

Komitmen       : Perjanjian untuk melakukan sesuatu

Diskriminatif   : Bersifat membeda-beda

Variasi             : Hasil perubahan dari keadaan semula

Proporsi           : Perbandingan

Profesi             : Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

Bab VI

Konsultasi       : Pertukara pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang baik

Kontinum        : Rangkaian

Riset                : Penelitian suatu masalah secara bersistem, kritis dan ilmiah

Referensi         : Sumber acuan

Flanel              : Kain panel yang berkabu-kabu

Page 17: RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA

Transparan       : Tembus pandang

Simposium      : Pertemuan dengan beberapa pembicaraan

Panelis             : Peserta diskusi panel

Diagnosa         : Pemeriksaan terhadap suatu hak

Egosentris       : Berpusat pada diri sendiri

Kentara           : Tampak

Premis             : Apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan

Generalisasi     : Perihal untuk mendapat gagasan

Hipotesa          : Anggapan dasar

Argumentasi    : Pendapat

Bab VII

1.      Sistematis        : Teratur menurut sistem

2.      Produktivitas   : Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu

3.      Intuisi              : Kemampuan mengetahui sesuatu tanpa dipelajari

4.      Pesimis            : Orang yang bersifat tidak mempunyai harapan baik

5.      Komfortabel    : Nyaman

6.      Intensif            : Secara sungguh-sungguh dan terus menerus

7.      Kompartemen  : Bagian yang terpisah

8.      Komposisi       : Susunan

Bab VIII

1.      Tentramen       : Ujian mata kuliah tertentu sebelum dapat menempuh ujian akhir

2.      Konvensional  : Berdasarkan kesepakatan

3.      Refleksi           : Gerakan diluar kesadaran

4.      Faktual            : Berdasarkan kenyataan

5.      Konkret           : Nyata, benar-benar ada