11

Click here to load reader

Simbolisme Dan Pluralisme

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Agama Kristen Kelas XII

Citation preview

Page 1: Simbolisme Dan Pluralisme

Simbolisme dan Pluralisme

NAMA : RIKY TRI HARTAGUNGKELAS : XII IPA 1

Page 2: Simbolisme Dan Pluralisme

Kata ”Simbol” berasal dari bahasa Yunani yakni sumbolon yang berarti ”Tanda pengingat” (benda ingat-ingatan). Dimana bila dua orang pernah berkenalan, lalu salah seorang dari mereka memberi suatu benda atau kata sandi sebagai kenang-kenangan kepada yang lain ketika hendak berpisah. kemudian ketika mereka bertemu lagi maka benda atau kata sandi itu dapat ditunjukkan sebagai tanda pengenal. Contoh lainnya, ketika kita hendak bepergian dalam waktu yang lama atau meninggalkan kampung halaman kita untuk merantau ke kampung atau tempat lain, biasanya orang tua kita sering memberikan sesuatu yang berupa benda seperti kalung, cincin, baju, selendang dan sejenisnya, agar kita dapat mengingat orang tua kita ketika berada di tempat perantauan. Misalnya juga seorang bayi ketika baru lahir di Rumah Sakit biasanya langsung diberikan tanda agar tidak tertukar. Jadi simbolisme adalah hal menggunakan simbol atau lambang tertentu untuk ,mengekspresikan gagasan tertentu.

Simbolisme di dalam Agama

Page 3: Simbolisme Dan Pluralisme

Dalam agama, simbol keagamaan juga memiliki fungsi sebagai tanda, pengingat, pelambang dari hal-hal yang agung ataupun menggambarkan peristiwa-peristiwa keagamaan yang terjadi. Dengan kata lain, simbol juga dapat dipahami sebagai sarana umat untuk mengerti agamanya.

Agama Kristen sendiri memiliki sejumlah simbol. Dan yang sangat populer adalah Salib. Namun pada masa awal Kekristenan, umat sering menggunakan dua simbol, yaitu sebagai berikut :1)   Ayam jago (Matius 26 : 74-75)2)   Ikan sebagai Simbol ;

-Dalam bahasa Yunani ikan ditulis dengan huruf ; I-KH-TH-U-S dan ditafsirkan sebagai akronim dari Iesous (YESUS) Khristos (KRISTUS), Theou (ALLAH), hUios (ANAK) Soter (JURUSELAMAT) yakni Kristus Anak Allah Juruselamat.

-Ikan juga melambangkan kisah Yunus, yang selama tiga hari berada dalam perut ikan. Dan peristiwa ini menunjuk pada

Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.(Mat 12:40;bnd Yunus

Page 4: Simbolisme Dan Pluralisme

JENIS UNGKAPAN BENTUK

Kata Haleluyah, Syalom

Objek Yerusalem, Sion, Pohon Anggur

Barang / Benda

Salib, Patung Bunda Maria / Yesus, Rosario, Jubah Pendeta, Minyak Urapan

Tindakan Menutup mata dan melipat tangan, Mengangkat tangan untuk memberkati, Berlutut, Sakramen

Peristiwa Natal, Paskah

Beberapa contoh simbol Kekristenan

Page 5: Simbolisme Dan Pluralisme

Simbol atau tanda bukanlah suatu Keselamatan, melainkan hanya sebuah alat (Sakramentalia) untuk menuju kepada keselamatan yang sesungguhnya (Sakramen Sejati yaitu Allah). Jadi, kita tidak perlu untuk mengagung-agungkan suatu simbol keagamaan dengan berbagai tujuan. Karna hal ini dapat menyebabkan kita lebih melihat simbol tersebut dari pada apa yang disimbolkan. Sikap seperti ini sangat berbahaya dan menimbulkan Kesombongan Rohani.

Page 6: Simbolisme Dan Pluralisme

Berdasarkan Kamus Kata-kata Asing dalam Bahasa Indonesia, Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berdasarkan sudut pandang sosial. Khususnya dalam kondisi masyarakat ber-Agama di Indonesia yang majemuk (Lebih dari satu atau beraneka ragam). Pluralisme agama bisa dipahami dalam minimum tiga kategori.

a)      Kategori Sosial, dalam pengertian ini, pluralisme agama berarti ”semua agama berhak untuk ada dan hidup”. Secara sosial, kita harus belajar untuk toleran dan bahkan menghormati iman atau kepercayaan dari penganut agama lainnya.

b)      Kategori Etika dan Moral, dalam hal ini pluralisme agama berarti bahwa ”semua pandangan moral dari masing-masing agama bersifat relatif dan sah”. Jika kita menganut pluralisme agama dalam nuansa etis, kita didorong untuk tidak menghakimi penganut agama lain yang memiliki pandangan moral berbeda, misalnya terhadap isu pernikahan, aborsi, hukuman gantung, eutanasia, dll.

c)      Kategori Teologi-Filosofi. Secara sederhana berarti ”agama-agama pada hakekatnya setara, sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan”. Mungkin kalimat yang lebih umum adalah ”banyak jalan menuju Roma”. Semua agama menuju pada Allah, hanya jalannya yang berbeda-beda.

 Pluralisme Agama

Page 7: Simbolisme Dan Pluralisme

Faktor-faktor Pendorong Pluralisme Agama :Ada banyak faktor yang mendorong orang untuk

mengadopsi pluralisme agama. Beberapa faktor yang signifikan adalah:1)   Iklim Demokrasi : Dalam iklim demokrasi, kata toleransi memegang peranan penting. Sejak kecil dinegara ini kita diajar untuk saling menghormati kemajemukan suku, bahasa dan agama. Berbeda-beda tetapi satu jua. Begitulah motto yang mendorong banyak orang untuk berpikir bahwa semua perbedaan yang ada pada dasarnya bersifat tidak hakiki. Beranjak dari sini, kemudian toleransi terhadap keberadaan penganut agama lain dan agama-agama lain mulai berkembang menjadi penyamarataan semua agama. Bukankah semua agama mengajarkan kebaikan? Jadi, tidak masalah Anda menganut yang mana!

Page 8: Simbolisme Dan Pluralisme

2)   Pragmatisme : Dalam konteks Indonesia maupun dunia yang penuh dengan konflik horisontal antar pemeluk agama, keharmonisan merupakan tema yang digemakan dimana-mana. Aksi-aksi ”fanatik” dari pemeluk agama yang bersifat destruktif dan tidak berguna bagi nilai-nilai kemanusiaan membuat banyak orang menjadi muak. Dalam konteks ini, pragmatisme bertumbuh subur. Banyak orang mulai tertarik pada ide bahwa menganut pluralisme agama (menjadi pluralis) akan lebih baik daripada seorang penganut agama tertentu yang ”fanatik”. Akhirnya, orang-orang ini terdorong untuk meyakini bahwa keharmonisan dan kerukunan lebih mungkin dicapai dengan mempercayai pluralisme agama daripada percaya bahwa hanya agama tertentu yang benar. Yang terakhir ini tentu berbahaya bagi keharmonisan masyarakat. Begitulah pola pikir kaum pragmatis.

Page 9: Simbolisme Dan Pluralisme

3)   Relativisme : Kebenaran itu relatif, tergantung siapa yang melihatnya. Ini adalah pandangan yang populer, sehingga seorang tukang sapu pun memahaminya. Dalam era postmodern ini penganut relativisme percaya bahwa agama-agama yang ada juga bersifat relatif. Masing-masing agama benar menurut penganutnya-komunitasnya. Kita tidak berhak menghakimi iman orang lain. Akhirnya, kita selayaknya berkata ”agamamu benar menurutmu, agamaku benar menurutku. Kita sama-sama benar”. Relativisme agama seolah-olah ingin membawa prinsip win-win solution ke dalam area kebenaran.

4)   Perenialisme : Filsafat perennial adalah kepercayaan bahwa Kebenaran Mutlak (The Truth) hanyalah satu, tidak terbagi, tetapi dari Yang Satu ini memancar berbagai “kebenaran” (truths). Sederhananya, Allah itu satu, tetapi masing-masing agama meresponinya dan membahasakannya secara berbeda-beda, maka muncullah banyak agama. Hakekat dari semua agama adalah sama, hanya tampilan luarnya yang berbeda.

Page 10: Simbolisme Dan Pluralisme

Tentang kemajemukan Agama, terdapat 3 (Tiga) sikap dalam komunitas Kristen yang perlu di waspadai agar tidak terjadi perselisihan antar umat beragama, yakni sebagai berikut :1)      Eksklusif (Kebenaran dan Keselamatan hanya ada melalui jalan Kristus). Dibeberapa tempat, orang-orang Kristen merasa terancam dan oleh karena itu mereka menunjukan sikap bermusuhan terhadap sesama mereka yang berkepercayaan lain. Ada juga sikap orang-orang Kristen yang kelihatannya saja toleran, namun sebenarnya acuh tak acuh.2)      Inklusif (Kristus juga hadir serta bekerja dikalangan mereka yang tidak mengenal Kristus). Didalam pandangan ini, orang-orang dari kepercayaan lain, melalui anugerah Kristus, diikutsertakan di dalam rencana keselamatan Allah.3)      Pluralis (Allah dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan). Bahwa Allah, atau yang oleh penganut-penganut agama lain disebut “Kenyataan”, dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan. Mereka yang ikuti paham ini melihat kegiatan Allah Pecipta itu didalam kerangka pluralitas dunia ini. Mereka berusaha untuk melihat kegiatan Roh Kudus bahkan diluar tembok-tembok gereja. Mereka menegaskan bahwa kegiatan penyelamatan Allah itu terjadi di banyak tempat, didalam banyak tradisi dan melalui banyak jalan.Jadi, pluralisme harus dipahami sebagai semngat untuk menghargai keyakinan agama sendiri dan berbarengan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh, lawan, atau saingan. Sebaliknya, mereka adalah kawan sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allh.

Page 11: Simbolisme Dan Pluralisme

Jadi, pluralisme harus dipahami sebagai semngat untuk menghargai keyakinan agama sendiri dan berbarengan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh, lawan, atau saingan. Sebaliknya, mereka adalah kawan sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allh.