15
SIRAH NABI M PROGRAM STU TARBIYAH SEK ILMU A MAKALAH SIRAH NABAWIYAH Tentang MUHAMMAD SAW. TAHUN 9 DAN 10 H Disusun oleh: Nada Juwita : 20141886 Novita Mandasari : 20141904 Elvi Susanti : 20141909 Dosen Pembimbing: Drs. H. SUHEFRI, M.Ag UDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI KOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGE AL-QURAN (STAI-PIQ) SUMATERA BAR 2014 M/ 1435 H HIJRIYAH I) JURUSAN EMBANGAN RAT

Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

SIRAH NABI MUHAMMAD

PROGRAM STUDI

TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

ILMU AL

MAKALAH

SIRAH NABAWIYAH

Tentang

SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN 9 DAN 10 HIJRIYAH

Disusun oleh:

Nada Juwita : 20141886

Novita Mandasari : 20141904

Elvi Susanti : 20141909

Dosen Pembimbing:

Drs. H. SUHEFRI, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN

TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

ILMU AL-QURAN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT

2014 M/ 1435 H

TAHUN 9 DAN 10 HIJRIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN

TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

PIQ) SUMATERA BARAT

Page 2: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

1

PEMBAHASAN

SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN 9 DAN 10 HIJRIYAH

A. PERISTIWA PASCA PENAKLUKAN MEKKAH

1. Para pegawai pemungutan sedekah (zakat)

a. Uyainah bin Hishn diutus ke Bani Tamim

b. Yazid bin al-Hushain, diutus ke Bani Aslam dan Bani Ghifar

c. Abbad bin Bisyr al-Asyhali, diutus ke Bani Sulaim dan Muzainah

d. Rafi’ bin Mukayyits, diutus ke Juhainah

e. Amr bin al-Ash, diutus ke Bani Fuzarah

f. Basyir bin Sufyan diutus ke Bani Ka’b

g. Ibn al-Lutbiyyah al-Azdi, diutus ke Bani Dzubyan

h. Al-Muhajir bin Abu Umayah, diutus ke Shan’a

i. Ziyad bin Labib, diutus ke Hadhramaut

j. ‘Adi bin Hatim, diutus ke kabilah Thayyi’ dan Bani Asad

k. Malik bin Nuwairah, diutus ke Hanzhalah

l. Az-Zabarqan bin Badr, diutus ke sebagian Bani Sa’d

m. Qais bin Ashim, diutus ke sebagian Bani Sa’d yang lain

n. Al-A’la’ bin al-Hadhrami, diutus ke kawasan al-Bahrain

o. Ali bin Abi Thalib, diutus ke Najran

2. Pengiriman Pasukan Khusus

a. Pasukan khusus ke Bani Tamim di bawah komando Uyainah bin Hishn

al-Fazari. Pasukan ini berjumlah lima puluh pasukan berkuda. Karena

Bani Tamim telah memprovokasi beberapa kabilah dan mencegah

mereka untuk membayar jizyah (upeti).

b. Pasukan khusus di bawah komando Quthbah bin Amir ke

perkampungan Khats’am di pojok Tubalah pada bulan Shafar.

c. Pasukan khusus di bawah komando adh-Dhahaq bin Sufyan al-Kilabi

ke Bani Kilab pada bulan Rabi’ul Awal dengan tujuan menyuruh

mereka masuk Islam. Namun mereka enggan dan mengajak berperang.

Page 3: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

2

d. Pasukan khusus di bawah komando Alqamah bin Mujazziz al-Mudlijiy

menuju pesisir Jeddah pada bulan Rabi’ul Akhir. Jumlah pasukan 300

prajurit.

e. Pasukan khusus di bawah komando Ali bin Abi Thalib pada bulan

Rabi’ul Awwal untuk menghancurkan salah satu berhala al-Qalas di

daerah Thayyi’.1

B. PERANG TABUK

1. Latar belakang terjadinya perang Tabuk

Sebabnya, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dan lainnya,

karena kaum Muslimin mendapat berita dari para pedagang yang kembali

dari negeri Syam bahwa orang-orang Romawi telah menghimpun kekuatan

besar dengan dukungan orang-orang Arab Nasrani dari suku Luhkam,

Judzam, dan lainnya yang berada di bawah kekuasaan Romawi. Setelah

pasukan perintis mereka sampai di Balqa’, Rasulullah saw., memobilisasi

kaum Muslimin untuk mengahadapi mereka. Thabrani meriwayatkan dari

hadits Ibnu Hushain bahwa jumlah tentara Romawi sebanyak 40.000

personil.2

Perang ini terjadi pada Bulan Rajab Tahun Kesembilan Hijriyah.

Yakni peperangan membuka kota Makkah untuk menentukan di antara al-

Haq dan al-Batil, kebenaran dan kepalsuan, hingga dengannya tiada ruang

lagi untuk kesangsian dan keraguan tentang kebenaran risalah yang dibawa

oleh Muhammad saw. dikalangan orang-orang Arab. Pada peristiwa ini

sangat banyak orang-orang Arab memeluk agama Islam.

Perang ini merupakan perseteruan melawan kekuatan terbesar dan

negara terkuat pada masa itu, dengan persenjataan yang sangat kuat,

sesuatu yang menakutkan bagi orang-orang Arab.3 Permulaan tentangan

1 Shafiyyurrahman al-Mubarakfuriy, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad

saw. dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Cet. XIV, hal. 631-634

2 Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press. 2009) Cet. XV. Hal.437

3Abul Hasan ‘Ali al-Hasany An-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw., (Jokjakarta: Mardhiyah Press, 2007) Cet. III, hal. 439

Page 4: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

3

mereka ialah pembunuhan yang mereka lakukan ke atas duta Rasulullah

saw. al-Harith bin Amir al-Uzdi oleh Syurahbil bin Amru al-Ghassani

ketika dia di utus untuk membawa risalahnya untuk diserahkan kepada

penguasa Basra. Peristiwa tersebut memaksa Rasulullah saw. untuk

mengirim pasukan khusus yang dikomandani oleh Zaid bin Haritsa

sehingga terjadilah pertempuran yang cukup sengit di Mu’tah. Walaupun

pada pertempuran tersebut tidak berhasil membalas dendam terhadap

orang-orang zhalim, namun menyisakan rasa takut yang cukup besar bagi

orang-orang Arab yang berada di daerah yang jauh maupun dekat.

Kaisar Romawi tidak pernah menganggap remeh dampak perang

Mu’tah yang begitu besar bagi kepentingan kaum Muslimin, demikian

juga dengan banyaknya kabilah-kabilah Arab yang berambisi melepaskan

diri dari kekuasaan Kaisar setelah itu dan bergabung dengan kaum

Muslimin. Mengingat betapa pentingnya hal ini, maka belum sampai satu

tahun pasca perang Mu’tah, kaisar sudah mulai menyiapkan pasukan dan

juga mulai menyiapkan suatu peperangan berdarah yang amat

menentukan.4

2. Informasi Umum Mengenai Persiapan Romawi dan Ghassan

Kabar mengenai persiapan Romawi dan Ghassan untuk melakukan

perang penetuan terhadap kaum Muslimin sudah tersebar di Madinah

sehingga rasa takut dan khawatir menyelimuti mereka setiap saat. Sampai-

sampai setiap kali mendengar suara-suara yang aneh selalu diasumsikan

sebagai pasukan Romawi yang datang menyerang.

Semua itu mengindikasikan betapa kritisnya keadaan yang

dirasakan kaum Muslimin dalam mengahadapi pasukan Romawi.

Ditambah lagi dengan sikap orang-orang munafik yang tidak ketinggalan

menyebarkan kabar tentang segala persiapan pasukan Romawi. Orang-

orang munafik sangat berharap terjadinya hal-hal yang buruk terhadap

Islam dan pemeluknya.5

4 Shofiyurrahman, Op. Cit., hal. 638-639 5 Ibid. Hal.639-640

Page 5: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

4

3. Informasi Khusus seputar persiapan Romawi dan Ghassan

Demikianlah situasi dan kondisi yang dihadapi kaum muslimin

dan berita yang diterima mereka tatkala disampaikan oleh orang-orang

dari suku Nabath yang datang membawa minyak dari Syam menuju

Madinah bahwa Heraclius telah menyiapkan tentara yang amat besar

berkekuatan 40 ribu pasukan ahli perang.

Sebuah pasukan tentara yang hendak menyerang perbatasan tanah

Arab sebelah utara, dengan suatu serangan yang akan membuat orang lupa

akan penarikan mundur yang secara cerdik dilakukan pihak Arab di Mu’ta

dulu itu. Juga akan membuat orang lupa akan pengaruh Muslimin yang

deras maju ke segenap penjuru yang hendak membendung kekuasaan

Rumawi di Syam dan kekuasaan Persia di Hira.6

4. Suasana Bahaya Semakin Meruncing

Faktor yang membawa suasana lebih merbahaya ialah masa, kerana

ketika ini ialah musim kemarau yang teruk melanda al-Madinah, semua

orang mengalami kesusahan hidup, kawasan tanaman kekeringan air dan

binatang tunganggan berkurangan, cuma buah-buahan sahaja yang nampak

menjadi dan matang, apa lagi tuannya berasa segan untuk bergerak keluar

meninggal dusun, tambahan pula jarak yang jauh dan jalan pun sukar

dilalui.7

5. Tentera Islam Bergerak Ke Tabuk

Rasulullah mulai bergerak pada hari Kamis ke arah selatan menuju

Tabuk dengan membawa pasukan yang besar jumlah mencapai 30.000

prajurit. Sebelumnya, pasukan muslimin tidak pernah pergi berperang

dengan jumlah sebesar ini. Oleh karena itu mereka tidak mampu untuk

mempersiapkan segala kebutuhan secara maksimal. Sehingga satu

kendaraan unta harus dinaiki delapan belas prajurit secara bergantian.

Kadang mereka terpaksa memakan dedaunan hingga bibir mereka menjadi

6 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa,

1993) Cet. XVI, hal. 386 7 Shafiyurrahman al-Mubarakfuriy, ar-Rahiq al-Makhtum, (India: Darussalam, 2008) hal,

431

Page 6: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

5

bengkak. Mereka juga terpaksa harus menyembelih unta untuk mengambil

air dari kantong air di dalam perutnya. Padahal jumlah unta yang dibawa

sangat minim. Pasukan dinamakan Jaisy al-‘Usrah (Pasukan dalam masa

kesulitan).

Tentara Islam bergerak ke Tabuk melalui kawasan al-Hijr

perkampungan Tsamud, suku kaum yang telah memotong batu-batu bukit,

di lembah "Wadi al-Qura". Tentara Islam mengambil air di lembah

tersebut.

Pasukan Islam tiba di Tabuk dan berkubu di sana. Rasulullah sudah

siap menghadapi musuh, beliau menganjurkan untuk meraih keutamaan

dunia dan akhirat. Memberi peringatan dan ancaman, memberi kabar

gembira sehingga semangat pasukan bergelora dan dapat membayar

kekurangan dan ketimpangan.

Di sisi lain orang-orang Romawi dan sekutunya terlihat gentar saat

mendengar pasukan Rasulullah saw. Mereka tidak memiliki nyali untuk

memulai maju dan berhadapan langsung. Sehingga orang-orang Romawi

berpencar-pencar di setiap perbatasan negeri mereka.

Yahnah bin Rubah pemimpin kabilah Aylah, datang mengajak

berdamai dengan Rasulullah saw., lalu memberika upeti. Selanjutnya,

datang juga penduduk Jarba’ dan Adzruh, mereka juga menyerahkan upeti.

Lalu Rasulullah mengutus Khalid bin al-Walid bersama 420

pasukan penunggang kuda kepada raja di Dumatul Jandal bernama Ukaidir

bin Abdul Malik. Beliau berkata kepada Khalid, “Sesungguhnya kamu

akan mendapatinya (Ukaidir) sedang berburu sapi.” Lalu Khalid

berangkat dan menemukan Ukaidir sedang memburu sapi, lalu ia

menangkap Ukaidir dan membawa kepada Rasulullah. Beliau menjamin

keamana Ukaidir dan menawarkan untuk berdamai dengan syarat

menyerahkan upeti sebesar 2000 ekor unta, 800 orang tawanan, 400 buah

baju besi, dan 400 buah tombak. Dia berseia untuk menyerahkan jizyah

(upeti).

Page 7: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

6

Kabilah-kabilah yang dahulu mengabdi kepada kekaisaran Romawi

merasa yakin bahwa ketergantungan mereka terhadap tuan-tuan mereka

terdahulu sudah berakhir dan berpindah tangan kepada kaum muslimin.

Dengan begitu, wilayah Daulah Islamiyah bertambah luas sehingga

menjadi berbatasan langsung dengan wilayah kekuasan Romawi.8

6. Kembali ke Madinah

Pasukan Islam kembali dari Tabuk dengan meraih kemenangan,

tanpa melakukan peperangan. Dan Allah pun telah mencukupkan

peperangan ini atas orang-orang beriman.

Ketika sampai di jalan berbukit dalam sebuah perjalanan pulang,

ada dua belas orang munafik yang mencoba membunuh Rasulullah saw.

peristiwa ini terjadi ketika beliau berjalan di suatu bukit bersama Ammar

yang bertugas memegang tali kekang unta beliau dan Hudzaifah bin al-

Yaman yang berjalan menggiringnya. Tiba-tiba datang orang-orang

munafik dengan menutup kepala dengan kain. Rasulullah memukul wajah

tunggangan-tunggangan mereka dengan tongkat yang sedang dipegangnya

sehingga membuat mereka jadi takut. Akhirnya mereka kembali

bergabung dengan pasukan yang lain. Rasulullah menyebutkan nama-

nama mereka kepada Hudzaifah sekaligus niat buruk mereka terhadap

beliau. Karena itulah Hudzaifah dijuluki pemegang rahasia Rasulullah

saw. peristiwa ini lalu diabadikan lewat firman-Nya:

Artinya: “Dan mereka menginginkan apa yang tidak mereka capai.” (QS. At-Taubah: 74)

Kepulangan Nabi saw. dari Tabuk dan sampainya kembali ke

Madinah terjadi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriyah. Peperangan ini

memakan waktu 50 hari, selama 20 hari beliau menetap di Tabuk, dan

selebihnya dihabiskan untuk perjalananberangkat dan pulang. Dan

peperangan tersebut merupakan peperangan terakhir yang belaiu ikuti. 9

8 Shafiyurrahman, Op. Cit, Hal. 645-648 9 Ibid

Page 8: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

7

7. Orang-orang yang tidak ikut serta

Karena kondisinya yang khusus, peperangan ini merupakan

cobaan yang berat dari Allah di mana diketahui perbeaan antara orang-

orang yang benar-benar beriman dan orang-orang selain mereka,

sebagaiman dalam firman Allah:

Artinya: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mukmin). (QS. Ali Imran: 179)

Orang-orang munafik yang tidak ikut dalam perang ini berjumlah

sekitar 80 orang. mereka mengemukakan alas an mereka masing-masing

yang kebanyakan dibuat-buat dan diada-adakan. Sedangkan tiga orang dari

golongan orang-orang mukmin yang lurus, yaitu Ka’b bin Malik, Murarah

bin Rabi’, dan Hilal bin Umayyah. Mereka berkata apa adanya mengapa

tidak ikut serta dalam peperangan ini. Sebagai hukumannya Rasulullah

melarang para sahabat berbicara dengan mereka bertiga dan mereka juga

harus menjalani pengucilan secara total dengan orang-orang mukmin.

Mereka benar-benar merasakan tekanan yang amat berat, terlebih lagi

mereka juga harus berjauhan dengan istri mereka selama empat puluh hari,

hingga pengucilan ini berlangsung selama lima puluh hari. Kemudiam

Allah menurunkan ampunan-Nya kepada mereka:

Artinya: “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari siksa Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 118)

8. Pengaruh Peperangan

Perang Tabuk merupakan peperangan terakhir ketika zaman

Rasulullah dan membawa pengaruh yang besar bagi kaum Muslimin.

Kedudukan mereka semakin kuat di Jazirah Arab dan pengaruh Islam

Page 9: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

8

semakin kuat di kalangan mereka dengan banyaknya orang yang

berbondong-bondong masuk Islam.

a. Sirnanya harapan orang-orang jahiliyah dan kaum munafiq yang

selalu menantikan kebinasaan kaum muslimin.

b. Allah memerintahkan untuk berbuat keras terhadap orang-orang

munafiq, hingga melarang untuk menerima shadaqah mereka,

menshalatkan jenazah, memohonkan ampun untuk mereka dan

memohonkan ampun (berdo’a) di kuburan mereka.

c. Allah memerintahkan untuk menghancurkan masjid dhirar.

d. Tersingkapnya kedok orang munafiq dengan turunnya wahyu,

sehingga tak ada sesuatupun yang tersembunyi.

9. Beberapa Peristiwa Penting Pada Tahun 9 Hijriyah

a. Setelah Rasulullah pulang dari Tabuk, terjadi Li’an antara Uwaimir Al

Ajlany dan istrinya.

b. Seorang wanita Ghamidiyah dirajam, setelah mengakui telah berbuat

zina, dan dirajam setelah menyapih anak hasil perzinahan tersebut.

c. Raja Najasyi Ash Hamah meninggal dunia dan Rasulullah `

melaksanakan shalat ghaib.

d. Putri Rasulullah Ummu Kultsum meninggal dunia.

e. Setelah Rasulullah kembali dari Tabuk, Abdullah bin Ubay bin Salul

gembong orang munafiq meninggal dunia.

C. ABU BAKAR MENUNAIKAN HAJI

Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah saw. ingin melaksanakan ibadah

Haji, kemudian bersabda:

Artinya: “Tetapi orang-orang musyrik masih hadir melakukan thawaf dengan telanjang. Aku tidak ingin melaksanakan ibadah haji sebelum hal itu dihapuskan.”

Page 10: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

9

Pada bulan Dzul-Qa’idah atau Dzul-Hijjah tahun 9 H., Rasulullah saw.

mengutus Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. agar menjadi pemimpin pelaksanaan

manasik haji bagi orang-orang muslim.10

Peristiwa haji ini dapat dikatakan sebagai persiapan menghadapi haji

akbar, yaitu haji wada’. Pada haji Abu Bakr ini, diumumkan batalnya semua

perjanjian yang ada dengan kaum musyrikin dan dimulainya tahapan baru

kehidupan di jazirah Arab. Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi manusia

selain menerima syariat Allah swt. Setelah ultimatum ini tersebar, kabilah-

kabilah Arab mulai yakin urusan ini bukan main-main. Paganisme sudah

hancur. Mulailah mereka mengirim utusan menyatakan terang-terangan

keislaman mereka.

Abu Bakr radhiyallahu anhu bertolak dari Madinah bersama tiga ratus

orang menuju Tanah Haram yang sudah dibersihkan oleh Allah Subhanahu wa

ta’ala dari berhala dan tempat-tempat pemujaan. Abu Bakr radhiyallahu anhu

berangkat membawa lima ekor unta untuk korban, sedangkan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim pula dua puluh lima ekor

yang beliau tandai sendiri.

1. Orang-orang Musyrik dan Tradisi Mereka dalam Haji

Seperti telah diketahui bahwa menunaikan ibadah haji ke Baitullah

al-Haram adalah termasuk warisan yang diterima oleh orang-orang Arab

dari Ibrahim a.s. Ia termasuk sisa-sisa ajaran Hanafiyah yang masih

mereka pelihara, tetapi sudah banyak kemasukan karat-karat jahiliyah dan

kebathilan ajaran kemusyrikan. Sehingga warna kemusyrikan lebih

dominan daripada yang seharusnya dilakukan berdasarkan aqidah tauhid.

Ibnu A‘idz berkata bahwa kaum musyriin sebelum tahun ini menunaikan

ibadah haji bersama kaum Muslimin. Mereka mengganggu kaum

Muslimin dengan mengeraskan ucapan “talbiah” mereka yang artinya:

“Tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang pantas bagi-Mu dan

baginya.”

10 Shafiyurrahman al-Mubarakfuriy, Op. Cit., hal. 579

Page 11: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

10

Beberapa orang di antara mereka melakukan thawaf dengan

telanjang, tanpa pakaian sama sekali. Perbuatan ini mereka anggap

sebagap penghormatan kepada Ka‘bah. Kata salah seorang di antara

mereka: “Aku Thawaf di Ka‘bah sebagaimana saat aku dilahirkan oleh

ibuku, tidak ada kotoran benda dunia yang melekat ditubuhkku.”

Kotoran-kotoran jahiliyah ini habis pada tahun ke-9 Hijriyah, tahun

dimana Abu Bakar memimpin rombongan haji dan disampaikannya

peringatan kepada semua orang musyrik bahwa Masjidil Haram harus

dibersihkan dari kotoran-kotoran kemusyrikan untuk selama-lamanya.

2. Berakhirnya perjanjian dengan Diumumkannya Peperangan.

Perlu anda ketahui bahwa kaum Musyrikin pada waktu itu,

sebagiamana dikatakan oleh Muhammad bin Ishaq dan lainnya, ada dua

kategori. Pertama, mereka yang punya perjanjian dengan Rasulullah saw

tetapi masa berakhirnya perjanjian tersebut kurang dari empat bulan.

Kepada mereka ini diberi tempo sampai berakhirnya masa pernjanjian

tersebut. Kedua, mereka ynag punya perjanjian dengan Rasulullah saw

tanpa batas. Kepada mereka ini al-Quran di dalam surat Bara‘ah membatasi

masa berakhirnya dengan empat bulan, kemudian setelah itu merka berada

dalam keadaan perang dengan kaum Muslimin, Mereka boleh dibunuh

dimana saja ditemukan, kecuali jika masuk Islam dan menyatakan taubat.

Permulaan batas waktu ini adalah har Arafah, pada tahun ke-9 Hijriah

sampai tanggal bulan Rabi’ul Akhir.

Dikatakan yaitu pendapat Al Kalbi bahwa empat bulan tersebut

adalah tempo yang diberikan kepada orang musyrik yang punya perjanjian

kurang dari empat bulan dengan Rasulullah saw. Sedangkan ornag musyrik

yang punya perjanjian dengan Rasululah saw lebih dari empat bulan maka

Allah telah memerintahkan agar disempurnakan sampai berakhir batas

waktunya. Inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah :

Artinya: Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengdakana perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian)mu dan tidak pula mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap

Page 12: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

11

mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.“ (QS At-Taubah : 4)

Tetapi pendapat yang pertama lebih benar dan tepat, karena Surat

Bara‘ah tidak menegaskan sesuatu yang baru sebagaimana pendapat al-

Kalbi di atasnya. Ia hanyalah merupakan penegasan terhadap perjanjian-

perjanjian ynag sudah disetujui antara Rasulullah saw dan kaum musyrikin,

Ia tidak mengubah sedikit pun dari perjanjianperjanjian itu ataupun

mengemukakan hal yang baru. Seandainya demikian, lantas apaartinya Ali

ra membacakan surat tersebut di hadapan khalayak kaum musyrikin

sebagai peringatan bagi mereka?

3. Penegasan Tentang Hakekat Makna Jihad.

Di dalam surat ini terdapat penegasan baru bahwa jihad di dalam

syar‘i Islam bukan perang defensif sebagaimana diinginkan oleh para

orientalis. Perhatikanlah firman Allah yang memperingatkan sisa-sisa kaum

Musyrikin di sekitar Mekkah dari penduduk Nejd dan lainnya.

Artinya: Inilah pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya yang ditujukan kepada orang-orang musyrik yang kaum Muslimin telah mengadakan perjanjian dengan mereka. Maka berjalanlah kamu (kaum Musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Dan (inilah) pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umamt manusia pada haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri daro orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum Musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritahukanlah kepada orangorang kafir (bahwa merkea akan) mendapat siksa yang pedih. Kecuali orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengulangi sesuatupun (dari sisi perjanjian) mu dan tidak (pula) merkea membantu seseorang ynag memusuhi kamu, maka terhadap merka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. Apabila telah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang Musyrikin itu di masa saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika merka bertaubat

Page 13: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

12

dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat , maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS At-Taubat : 1-5)

Ayat-ayat ini sangat jelas dan tegas sehingga tidak ada alasan lagi

untuk memahami perang defensif sebagai asas jihad dalam Islam. Andapun

tahu bahwa surat Bara‘ah ini termasuk bagian al-Quran yang diturunkan

pada periode akhir, sehingga huum-hukumnya ynag sebagian besar

dariapdana berkaitan dengan jihad permanen dan abadi. Saya tidak melihat

adanya alasan yangkuat untuk mengatakan bahwa ayat-ayat ii

menghapuskan ayat-ayat sebelumnya yang menetapkan jihad defensif,

seperti firman Allah:

Artinya: “Telah diijinkan (berperang) bagi roang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka.” (QS Al-Hajj : 39)

Hal ini karena dasar disyariatkannya jihad itu tidak memandang

kepada faktor penyerbuan atau pembelaan. Jihad disyariatkan hanyalah

untuk menegakkan Kalimat Alah, membangun masyarakat Islam dan

mendirikan negara islam di muka bumi. Sarana apa saja (selama

dibenarkan dan diperlukan) maka harus dilakukan. Dalam kondisi tertentu

mungkin sarana yang diperlukan adalah perdamaian, memberikan nasehat,

pengajraan dan bimbingan. Pada saat seperti ini jihad tidak dapat

ditafsirkan kecuali dengan hal tersebut. Dalam kondisi yang lain mungkin

sarana ynag diperlukan adalah perang ofensif yang notabene merupakan

puncak jihad.

Kondisi dan sarana ini penentuan dan penilaiannya dilakukan oleh

penguasa Muslim ynag menguasai permasalahan dan ikhlas kepada Allah

dan Rasul-Nya dan seluruh kaum Muslimin. Ini berarti bahwa sarana

tersebut dia tas dibenarkan untuk merealisasikan jihad. Masing-masing dari

sarana-sarana tersebut tidak boleh diterapkan kecuali sesuai dengan

tuntutan kemaslhatannya. Pergantian sarana, atas dari tuntutan

kemashlahatan, tidak berarti penghapusan sarana tersebut. Selain itu, haji

Page 14: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

13

Abu bakar ini merupkan pengajaran kepada kaum Muslimin tentang tata

cara pelaksanaan ibadah haji di samping merupakan pendahuluan bagi haji

Islam dan haji wada‘ yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw.

PENUTUP

Pada tahun kesembilan dan kesepuluh Hijriyah, peristiwa penting dan

besar yang terjadi ialah perang Tabuk. Yakni peperangan melawan Romawi di

negeri Syam. Peperangan ini diikuti oleh 30.000 kaum muslimin. Dalam

peperangan ini ada tiga orang sahabat Nabi yang tidak ikut, yang kemudian

disanksi oleh Rasulullah dengan mengucilkan mereka. Mereka ialah Ka’b bin

Malik, Murrah bin Rabi’, dan Hilal bin Umayyah.

Setelah peperangan Tabuk, rasulullah mengutus Abu Bakar ash-Shiddiq

untuk menunaikan ibadah haji. Ibadah haji ini merupakan haji persiapan untuk

haji akbar, yakni haji Wadha’ yang dilaksanakan pada tahun kesebelas Hijriyah.

Pemakalah menyadari uraian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

dan banyak kekurangan. Untuk itu, pemakalah berharap kritikan dan masukan dari

pembaca yang mendukung makalah ini. Pemakalah juga menyarankan kepada

pembaca agar membaca kembali buku-buku ulama tentang sirah nabawiyah

terkhusus tentang perang Tabuk dan Haji persiapan yang dipimpin oleh Abu

Bakar ash-Shiddiq.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Mubarakfuriy, Shafiyyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Cet. XIV

Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press. 2009) Cet. XV

An-Nadwi, Abul Hasan ‘Ali al-Hasany, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw., (Jokjakarta: Mardhiyah Press, 2007) Cet. III

Fatmawati, Sejarah Peradaban Islam, (Batusngkar: STAIN Batusangkar Press, 2010)

Page 15: Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk

14

Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1993) Cet. XVI