Upload
pausil-abu
View
2.526
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
SIRAH NABI MUHAMMAD
PROGRAM STUDI
TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN
ILMU AL
MAKALAH
SIRAH NABAWIYAH
Tentang
SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN 9 DAN 10 HIJRIYAH
Disusun oleh:
Nada Juwita : 20141886
Novita Mandasari : 20141904
Elvi Susanti : 20141909
Dosen Pembimbing:
Drs. H. SUHEFRI, M.Ag
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN
TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN
ILMU AL-QURAN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT
2014 M/ 1435 H
TAHUN 9 DAN 10 HIJRIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN
TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN
PIQ) SUMATERA BARAT
1
PEMBAHASAN
SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN 9 DAN 10 HIJRIYAH
A. PERISTIWA PASCA PENAKLUKAN MEKKAH
1. Para pegawai pemungutan sedekah (zakat)
a. Uyainah bin Hishn diutus ke Bani Tamim
b. Yazid bin al-Hushain, diutus ke Bani Aslam dan Bani Ghifar
c. Abbad bin Bisyr al-Asyhali, diutus ke Bani Sulaim dan Muzainah
d. Rafi’ bin Mukayyits, diutus ke Juhainah
e. Amr bin al-Ash, diutus ke Bani Fuzarah
f. Basyir bin Sufyan diutus ke Bani Ka’b
g. Ibn al-Lutbiyyah al-Azdi, diutus ke Bani Dzubyan
h. Al-Muhajir bin Abu Umayah, diutus ke Shan’a
i. Ziyad bin Labib, diutus ke Hadhramaut
j. ‘Adi bin Hatim, diutus ke kabilah Thayyi’ dan Bani Asad
k. Malik bin Nuwairah, diutus ke Hanzhalah
l. Az-Zabarqan bin Badr, diutus ke sebagian Bani Sa’d
m. Qais bin Ashim, diutus ke sebagian Bani Sa’d yang lain
n. Al-A’la’ bin al-Hadhrami, diutus ke kawasan al-Bahrain
o. Ali bin Abi Thalib, diutus ke Najran
2. Pengiriman Pasukan Khusus
a. Pasukan khusus ke Bani Tamim di bawah komando Uyainah bin Hishn
al-Fazari. Pasukan ini berjumlah lima puluh pasukan berkuda. Karena
Bani Tamim telah memprovokasi beberapa kabilah dan mencegah
mereka untuk membayar jizyah (upeti).
b. Pasukan khusus di bawah komando Quthbah bin Amir ke
perkampungan Khats’am di pojok Tubalah pada bulan Shafar.
c. Pasukan khusus di bawah komando adh-Dhahaq bin Sufyan al-Kilabi
ke Bani Kilab pada bulan Rabi’ul Awal dengan tujuan menyuruh
mereka masuk Islam. Namun mereka enggan dan mengajak berperang.
2
d. Pasukan khusus di bawah komando Alqamah bin Mujazziz al-Mudlijiy
menuju pesisir Jeddah pada bulan Rabi’ul Akhir. Jumlah pasukan 300
prajurit.
e. Pasukan khusus di bawah komando Ali bin Abi Thalib pada bulan
Rabi’ul Awwal untuk menghancurkan salah satu berhala al-Qalas di
daerah Thayyi’.1
B. PERANG TABUK
1. Latar belakang terjadinya perang Tabuk
Sebabnya, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dan lainnya,
karena kaum Muslimin mendapat berita dari para pedagang yang kembali
dari negeri Syam bahwa orang-orang Romawi telah menghimpun kekuatan
besar dengan dukungan orang-orang Arab Nasrani dari suku Luhkam,
Judzam, dan lainnya yang berada di bawah kekuasaan Romawi. Setelah
pasukan perintis mereka sampai di Balqa’, Rasulullah saw., memobilisasi
kaum Muslimin untuk mengahadapi mereka. Thabrani meriwayatkan dari
hadits Ibnu Hushain bahwa jumlah tentara Romawi sebanyak 40.000
personil.2
Perang ini terjadi pada Bulan Rajab Tahun Kesembilan Hijriyah.
Yakni peperangan membuka kota Makkah untuk menentukan di antara al-
Haq dan al-Batil, kebenaran dan kepalsuan, hingga dengannya tiada ruang
lagi untuk kesangsian dan keraguan tentang kebenaran risalah yang dibawa
oleh Muhammad saw. dikalangan orang-orang Arab. Pada peristiwa ini
sangat banyak orang-orang Arab memeluk agama Islam.
Perang ini merupakan perseteruan melawan kekuatan terbesar dan
negara terkuat pada masa itu, dengan persenjataan yang sangat kuat,
sesuatu yang menakutkan bagi orang-orang Arab.3 Permulaan tentangan
1 Shafiyyurrahman al-Mubarakfuriy, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad
saw. dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Cet. XIV, hal. 631-634
2 Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press. 2009) Cet. XV. Hal.437
3Abul Hasan ‘Ali al-Hasany An-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw., (Jokjakarta: Mardhiyah Press, 2007) Cet. III, hal. 439
3
mereka ialah pembunuhan yang mereka lakukan ke atas duta Rasulullah
saw. al-Harith bin Amir al-Uzdi oleh Syurahbil bin Amru al-Ghassani
ketika dia di utus untuk membawa risalahnya untuk diserahkan kepada
penguasa Basra. Peristiwa tersebut memaksa Rasulullah saw. untuk
mengirim pasukan khusus yang dikomandani oleh Zaid bin Haritsa
sehingga terjadilah pertempuran yang cukup sengit di Mu’tah. Walaupun
pada pertempuran tersebut tidak berhasil membalas dendam terhadap
orang-orang zhalim, namun menyisakan rasa takut yang cukup besar bagi
orang-orang Arab yang berada di daerah yang jauh maupun dekat.
Kaisar Romawi tidak pernah menganggap remeh dampak perang
Mu’tah yang begitu besar bagi kepentingan kaum Muslimin, demikian
juga dengan banyaknya kabilah-kabilah Arab yang berambisi melepaskan
diri dari kekuasaan Kaisar setelah itu dan bergabung dengan kaum
Muslimin. Mengingat betapa pentingnya hal ini, maka belum sampai satu
tahun pasca perang Mu’tah, kaisar sudah mulai menyiapkan pasukan dan
juga mulai menyiapkan suatu peperangan berdarah yang amat
menentukan.4
2. Informasi Umum Mengenai Persiapan Romawi dan Ghassan
Kabar mengenai persiapan Romawi dan Ghassan untuk melakukan
perang penetuan terhadap kaum Muslimin sudah tersebar di Madinah
sehingga rasa takut dan khawatir menyelimuti mereka setiap saat. Sampai-
sampai setiap kali mendengar suara-suara yang aneh selalu diasumsikan
sebagai pasukan Romawi yang datang menyerang.
Semua itu mengindikasikan betapa kritisnya keadaan yang
dirasakan kaum Muslimin dalam mengahadapi pasukan Romawi.
Ditambah lagi dengan sikap orang-orang munafik yang tidak ketinggalan
menyebarkan kabar tentang segala persiapan pasukan Romawi. Orang-
orang munafik sangat berharap terjadinya hal-hal yang buruk terhadap
Islam dan pemeluknya.5
4 Shofiyurrahman, Op. Cit., hal. 638-639 5 Ibid. Hal.639-640
4
3. Informasi Khusus seputar persiapan Romawi dan Ghassan
Demikianlah situasi dan kondisi yang dihadapi kaum muslimin
dan berita yang diterima mereka tatkala disampaikan oleh orang-orang
dari suku Nabath yang datang membawa minyak dari Syam menuju
Madinah bahwa Heraclius telah menyiapkan tentara yang amat besar
berkekuatan 40 ribu pasukan ahli perang.
Sebuah pasukan tentara yang hendak menyerang perbatasan tanah
Arab sebelah utara, dengan suatu serangan yang akan membuat orang lupa
akan penarikan mundur yang secara cerdik dilakukan pihak Arab di Mu’ta
dulu itu. Juga akan membuat orang lupa akan pengaruh Muslimin yang
deras maju ke segenap penjuru yang hendak membendung kekuasaan
Rumawi di Syam dan kekuasaan Persia di Hira.6
4. Suasana Bahaya Semakin Meruncing
Faktor yang membawa suasana lebih merbahaya ialah masa, kerana
ketika ini ialah musim kemarau yang teruk melanda al-Madinah, semua
orang mengalami kesusahan hidup, kawasan tanaman kekeringan air dan
binatang tunganggan berkurangan, cuma buah-buahan sahaja yang nampak
menjadi dan matang, apa lagi tuannya berasa segan untuk bergerak keluar
meninggal dusun, tambahan pula jarak yang jauh dan jalan pun sukar
dilalui.7
5. Tentera Islam Bergerak Ke Tabuk
Rasulullah mulai bergerak pada hari Kamis ke arah selatan menuju
Tabuk dengan membawa pasukan yang besar jumlah mencapai 30.000
prajurit. Sebelumnya, pasukan muslimin tidak pernah pergi berperang
dengan jumlah sebesar ini. Oleh karena itu mereka tidak mampu untuk
mempersiapkan segala kebutuhan secara maksimal. Sehingga satu
kendaraan unta harus dinaiki delapan belas prajurit secara bergantian.
Kadang mereka terpaksa memakan dedaunan hingga bibir mereka menjadi
6 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa,
1993) Cet. XVI, hal. 386 7 Shafiyurrahman al-Mubarakfuriy, ar-Rahiq al-Makhtum, (India: Darussalam, 2008) hal,
431
5
bengkak. Mereka juga terpaksa harus menyembelih unta untuk mengambil
air dari kantong air di dalam perutnya. Padahal jumlah unta yang dibawa
sangat minim. Pasukan dinamakan Jaisy al-‘Usrah (Pasukan dalam masa
kesulitan).
Tentara Islam bergerak ke Tabuk melalui kawasan al-Hijr
perkampungan Tsamud, suku kaum yang telah memotong batu-batu bukit,
di lembah "Wadi al-Qura". Tentara Islam mengambil air di lembah
tersebut.
Pasukan Islam tiba di Tabuk dan berkubu di sana. Rasulullah sudah
siap menghadapi musuh, beliau menganjurkan untuk meraih keutamaan
dunia dan akhirat. Memberi peringatan dan ancaman, memberi kabar
gembira sehingga semangat pasukan bergelora dan dapat membayar
kekurangan dan ketimpangan.
Di sisi lain orang-orang Romawi dan sekutunya terlihat gentar saat
mendengar pasukan Rasulullah saw. Mereka tidak memiliki nyali untuk
memulai maju dan berhadapan langsung. Sehingga orang-orang Romawi
berpencar-pencar di setiap perbatasan negeri mereka.
Yahnah bin Rubah pemimpin kabilah Aylah, datang mengajak
berdamai dengan Rasulullah saw., lalu memberika upeti. Selanjutnya,
datang juga penduduk Jarba’ dan Adzruh, mereka juga menyerahkan upeti.
Lalu Rasulullah mengutus Khalid bin al-Walid bersama 420
pasukan penunggang kuda kepada raja di Dumatul Jandal bernama Ukaidir
bin Abdul Malik. Beliau berkata kepada Khalid, “Sesungguhnya kamu
akan mendapatinya (Ukaidir) sedang berburu sapi.” Lalu Khalid
berangkat dan menemukan Ukaidir sedang memburu sapi, lalu ia
menangkap Ukaidir dan membawa kepada Rasulullah. Beliau menjamin
keamana Ukaidir dan menawarkan untuk berdamai dengan syarat
menyerahkan upeti sebesar 2000 ekor unta, 800 orang tawanan, 400 buah
baju besi, dan 400 buah tombak. Dia berseia untuk menyerahkan jizyah
(upeti).
6
Kabilah-kabilah yang dahulu mengabdi kepada kekaisaran Romawi
merasa yakin bahwa ketergantungan mereka terhadap tuan-tuan mereka
terdahulu sudah berakhir dan berpindah tangan kepada kaum muslimin.
Dengan begitu, wilayah Daulah Islamiyah bertambah luas sehingga
menjadi berbatasan langsung dengan wilayah kekuasan Romawi.8
6. Kembali ke Madinah
Pasukan Islam kembali dari Tabuk dengan meraih kemenangan,
tanpa melakukan peperangan. Dan Allah pun telah mencukupkan
peperangan ini atas orang-orang beriman.
Ketika sampai di jalan berbukit dalam sebuah perjalanan pulang,
ada dua belas orang munafik yang mencoba membunuh Rasulullah saw.
peristiwa ini terjadi ketika beliau berjalan di suatu bukit bersama Ammar
yang bertugas memegang tali kekang unta beliau dan Hudzaifah bin al-
Yaman yang berjalan menggiringnya. Tiba-tiba datang orang-orang
munafik dengan menutup kepala dengan kain. Rasulullah memukul wajah
tunggangan-tunggangan mereka dengan tongkat yang sedang dipegangnya
sehingga membuat mereka jadi takut. Akhirnya mereka kembali
bergabung dengan pasukan yang lain. Rasulullah menyebutkan nama-
nama mereka kepada Hudzaifah sekaligus niat buruk mereka terhadap
beliau. Karena itulah Hudzaifah dijuluki pemegang rahasia Rasulullah
saw. peristiwa ini lalu diabadikan lewat firman-Nya:
Artinya: “Dan mereka menginginkan apa yang tidak mereka capai.” (QS. At-Taubah: 74)
Kepulangan Nabi saw. dari Tabuk dan sampainya kembali ke
Madinah terjadi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriyah. Peperangan ini
memakan waktu 50 hari, selama 20 hari beliau menetap di Tabuk, dan
selebihnya dihabiskan untuk perjalananberangkat dan pulang. Dan
peperangan tersebut merupakan peperangan terakhir yang belaiu ikuti. 9
8 Shafiyurrahman, Op. Cit, Hal. 645-648 9 Ibid
7
7. Orang-orang yang tidak ikut serta
Karena kondisinya yang khusus, peperangan ini merupakan
cobaan yang berat dari Allah di mana diketahui perbeaan antara orang-
orang yang benar-benar beriman dan orang-orang selain mereka,
sebagaiman dalam firman Allah:
Artinya: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mukmin). (QS. Ali Imran: 179)
Orang-orang munafik yang tidak ikut dalam perang ini berjumlah
sekitar 80 orang. mereka mengemukakan alas an mereka masing-masing
yang kebanyakan dibuat-buat dan diada-adakan. Sedangkan tiga orang dari
golongan orang-orang mukmin yang lurus, yaitu Ka’b bin Malik, Murarah
bin Rabi’, dan Hilal bin Umayyah. Mereka berkata apa adanya mengapa
tidak ikut serta dalam peperangan ini. Sebagai hukumannya Rasulullah
melarang para sahabat berbicara dengan mereka bertiga dan mereka juga
harus menjalani pengucilan secara total dengan orang-orang mukmin.
Mereka benar-benar merasakan tekanan yang amat berat, terlebih lagi
mereka juga harus berjauhan dengan istri mereka selama empat puluh hari,
hingga pengucilan ini berlangsung selama lima puluh hari. Kemudiam
Allah menurunkan ampunan-Nya kepada mereka:
Artinya: “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari siksa Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 118)
8. Pengaruh Peperangan
Perang Tabuk merupakan peperangan terakhir ketika zaman
Rasulullah dan membawa pengaruh yang besar bagi kaum Muslimin.
Kedudukan mereka semakin kuat di Jazirah Arab dan pengaruh Islam
8
semakin kuat di kalangan mereka dengan banyaknya orang yang
berbondong-bondong masuk Islam.
a. Sirnanya harapan orang-orang jahiliyah dan kaum munafiq yang
selalu menantikan kebinasaan kaum muslimin.
b. Allah memerintahkan untuk berbuat keras terhadap orang-orang
munafiq, hingga melarang untuk menerima shadaqah mereka,
menshalatkan jenazah, memohonkan ampun untuk mereka dan
memohonkan ampun (berdo’a) di kuburan mereka.
c. Allah memerintahkan untuk menghancurkan masjid dhirar.
d. Tersingkapnya kedok orang munafiq dengan turunnya wahyu,
sehingga tak ada sesuatupun yang tersembunyi.
9. Beberapa Peristiwa Penting Pada Tahun 9 Hijriyah
a. Setelah Rasulullah pulang dari Tabuk, terjadi Li’an antara Uwaimir Al
Ajlany dan istrinya.
b. Seorang wanita Ghamidiyah dirajam, setelah mengakui telah berbuat
zina, dan dirajam setelah menyapih anak hasil perzinahan tersebut.
c. Raja Najasyi Ash Hamah meninggal dunia dan Rasulullah `
melaksanakan shalat ghaib.
d. Putri Rasulullah Ummu Kultsum meninggal dunia.
e. Setelah Rasulullah kembali dari Tabuk, Abdullah bin Ubay bin Salul
gembong orang munafiq meninggal dunia.
C. ABU BAKAR MENUNAIKAN HAJI
Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah saw. ingin melaksanakan ibadah
Haji, kemudian bersabda:
Artinya: “Tetapi orang-orang musyrik masih hadir melakukan thawaf dengan telanjang. Aku tidak ingin melaksanakan ibadah haji sebelum hal itu dihapuskan.”
9
Pada bulan Dzul-Qa’idah atau Dzul-Hijjah tahun 9 H., Rasulullah saw.
mengutus Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. agar menjadi pemimpin pelaksanaan
manasik haji bagi orang-orang muslim.10
Peristiwa haji ini dapat dikatakan sebagai persiapan menghadapi haji
akbar, yaitu haji wada’. Pada haji Abu Bakr ini, diumumkan batalnya semua
perjanjian yang ada dengan kaum musyrikin dan dimulainya tahapan baru
kehidupan di jazirah Arab. Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi manusia
selain menerima syariat Allah swt. Setelah ultimatum ini tersebar, kabilah-
kabilah Arab mulai yakin urusan ini bukan main-main. Paganisme sudah
hancur. Mulailah mereka mengirim utusan menyatakan terang-terangan
keislaman mereka.
Abu Bakr radhiyallahu anhu bertolak dari Madinah bersama tiga ratus
orang menuju Tanah Haram yang sudah dibersihkan oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala dari berhala dan tempat-tempat pemujaan. Abu Bakr radhiyallahu anhu
berangkat membawa lima ekor unta untuk korban, sedangkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim pula dua puluh lima ekor
yang beliau tandai sendiri.
1. Orang-orang Musyrik dan Tradisi Mereka dalam Haji
Seperti telah diketahui bahwa menunaikan ibadah haji ke Baitullah
al-Haram adalah termasuk warisan yang diterima oleh orang-orang Arab
dari Ibrahim a.s. Ia termasuk sisa-sisa ajaran Hanafiyah yang masih
mereka pelihara, tetapi sudah banyak kemasukan karat-karat jahiliyah dan
kebathilan ajaran kemusyrikan. Sehingga warna kemusyrikan lebih
dominan daripada yang seharusnya dilakukan berdasarkan aqidah tauhid.
Ibnu A‘idz berkata bahwa kaum musyriin sebelum tahun ini menunaikan
ibadah haji bersama kaum Muslimin. Mereka mengganggu kaum
Muslimin dengan mengeraskan ucapan “talbiah” mereka yang artinya:
“Tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang pantas bagi-Mu dan
baginya.”
10 Shafiyurrahman al-Mubarakfuriy, Op. Cit., hal. 579
10
Beberapa orang di antara mereka melakukan thawaf dengan
telanjang, tanpa pakaian sama sekali. Perbuatan ini mereka anggap
sebagap penghormatan kepada Ka‘bah. Kata salah seorang di antara
mereka: “Aku Thawaf di Ka‘bah sebagaimana saat aku dilahirkan oleh
ibuku, tidak ada kotoran benda dunia yang melekat ditubuhkku.”
Kotoran-kotoran jahiliyah ini habis pada tahun ke-9 Hijriyah, tahun
dimana Abu Bakar memimpin rombongan haji dan disampaikannya
peringatan kepada semua orang musyrik bahwa Masjidil Haram harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran kemusyrikan untuk selama-lamanya.
2. Berakhirnya perjanjian dengan Diumumkannya Peperangan.
Perlu anda ketahui bahwa kaum Musyrikin pada waktu itu,
sebagiamana dikatakan oleh Muhammad bin Ishaq dan lainnya, ada dua
kategori. Pertama, mereka yang punya perjanjian dengan Rasulullah saw
tetapi masa berakhirnya perjanjian tersebut kurang dari empat bulan.
Kepada mereka ini diberi tempo sampai berakhirnya masa pernjanjian
tersebut. Kedua, mereka ynag punya perjanjian dengan Rasulullah saw
tanpa batas. Kepada mereka ini al-Quran di dalam surat Bara‘ah membatasi
masa berakhirnya dengan empat bulan, kemudian setelah itu merka berada
dalam keadaan perang dengan kaum Muslimin, Mereka boleh dibunuh
dimana saja ditemukan, kecuali jika masuk Islam dan menyatakan taubat.
Permulaan batas waktu ini adalah har Arafah, pada tahun ke-9 Hijriah
sampai tanggal bulan Rabi’ul Akhir.
Dikatakan yaitu pendapat Al Kalbi bahwa empat bulan tersebut
adalah tempo yang diberikan kepada orang musyrik yang punya perjanjian
kurang dari empat bulan dengan Rasulullah saw. Sedangkan ornag musyrik
yang punya perjanjian dengan Rasululah saw lebih dari empat bulan maka
Allah telah memerintahkan agar disempurnakan sampai berakhir batas
waktunya. Inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah :
Artinya: Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengdakana perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian)mu dan tidak pula mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap
11
mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.“ (QS At-Taubah : 4)
Tetapi pendapat yang pertama lebih benar dan tepat, karena Surat
Bara‘ah tidak menegaskan sesuatu yang baru sebagaimana pendapat al-
Kalbi di atasnya. Ia hanyalah merupakan penegasan terhadap perjanjian-
perjanjian ynag sudah disetujui antara Rasulullah saw dan kaum musyrikin,
Ia tidak mengubah sedikit pun dari perjanjianperjanjian itu ataupun
mengemukakan hal yang baru. Seandainya demikian, lantas apaartinya Ali
ra membacakan surat tersebut di hadapan khalayak kaum musyrikin
sebagai peringatan bagi mereka?
3. Penegasan Tentang Hakekat Makna Jihad.
Di dalam surat ini terdapat penegasan baru bahwa jihad di dalam
syar‘i Islam bukan perang defensif sebagaimana diinginkan oleh para
orientalis. Perhatikanlah firman Allah yang memperingatkan sisa-sisa kaum
Musyrikin di sekitar Mekkah dari penduduk Nejd dan lainnya.
Artinya: Inilah pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya yang ditujukan kepada orang-orang musyrik yang kaum Muslimin telah mengadakan perjanjian dengan mereka. Maka berjalanlah kamu (kaum Musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Dan (inilah) pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umamt manusia pada haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri daro orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum Musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritahukanlah kepada orangorang kafir (bahwa merkea akan) mendapat siksa yang pedih. Kecuali orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengulangi sesuatupun (dari sisi perjanjian) mu dan tidak (pula) merkea membantu seseorang ynag memusuhi kamu, maka terhadap merka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. Apabila telah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang Musyrikin itu di masa saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika merka bertaubat
12
dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat , maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS At-Taubat : 1-5)
Ayat-ayat ini sangat jelas dan tegas sehingga tidak ada alasan lagi
untuk memahami perang defensif sebagai asas jihad dalam Islam. Andapun
tahu bahwa surat Bara‘ah ini termasuk bagian al-Quran yang diturunkan
pada periode akhir, sehingga huum-hukumnya ynag sebagian besar
dariapdana berkaitan dengan jihad permanen dan abadi. Saya tidak melihat
adanya alasan yangkuat untuk mengatakan bahwa ayat-ayat ii
menghapuskan ayat-ayat sebelumnya yang menetapkan jihad defensif,
seperti firman Allah:
Artinya: “Telah diijinkan (berperang) bagi roang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka.” (QS Al-Hajj : 39)
Hal ini karena dasar disyariatkannya jihad itu tidak memandang
kepada faktor penyerbuan atau pembelaan. Jihad disyariatkan hanyalah
untuk menegakkan Kalimat Alah, membangun masyarakat Islam dan
mendirikan negara islam di muka bumi. Sarana apa saja (selama
dibenarkan dan diperlukan) maka harus dilakukan. Dalam kondisi tertentu
mungkin sarana yang diperlukan adalah perdamaian, memberikan nasehat,
pengajraan dan bimbingan. Pada saat seperti ini jihad tidak dapat
ditafsirkan kecuali dengan hal tersebut. Dalam kondisi yang lain mungkin
sarana ynag diperlukan adalah perang ofensif yang notabene merupakan
puncak jihad.
Kondisi dan sarana ini penentuan dan penilaiannya dilakukan oleh
penguasa Muslim ynag menguasai permasalahan dan ikhlas kepada Allah
dan Rasul-Nya dan seluruh kaum Muslimin. Ini berarti bahwa sarana
tersebut dia tas dibenarkan untuk merealisasikan jihad. Masing-masing dari
sarana-sarana tersebut tidak boleh diterapkan kecuali sesuai dengan
tuntutan kemaslhatannya. Pergantian sarana, atas dari tuntutan
kemashlahatan, tidak berarti penghapusan sarana tersebut. Selain itu, haji
13
Abu bakar ini merupkan pengajaran kepada kaum Muslimin tentang tata
cara pelaksanaan ibadah haji di samping merupakan pendahuluan bagi haji
Islam dan haji wada‘ yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw.
PENUTUP
Pada tahun kesembilan dan kesepuluh Hijriyah, peristiwa penting dan
besar yang terjadi ialah perang Tabuk. Yakni peperangan melawan Romawi di
negeri Syam. Peperangan ini diikuti oleh 30.000 kaum muslimin. Dalam
peperangan ini ada tiga orang sahabat Nabi yang tidak ikut, yang kemudian
disanksi oleh Rasulullah dengan mengucilkan mereka. Mereka ialah Ka’b bin
Malik, Murrah bin Rabi’, dan Hilal bin Umayyah.
Setelah peperangan Tabuk, rasulullah mengutus Abu Bakar ash-Shiddiq
untuk menunaikan ibadah haji. Ibadah haji ini merupakan haji persiapan untuk
haji akbar, yakni haji Wadha’ yang dilaksanakan pada tahun kesebelas Hijriyah.
Pemakalah menyadari uraian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan banyak kekurangan. Untuk itu, pemakalah berharap kritikan dan masukan dari
pembaca yang mendukung makalah ini. Pemakalah juga menyarankan kepada
pembaca agar membaca kembali buku-buku ulama tentang sirah nabawiyah
terkhusus tentang perang Tabuk dan Haji persiapan yang dipimpin oleh Abu
Bakar ash-Shiddiq.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Mubarakfuriy, Shafiyyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Cet. XIV
Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press. 2009) Cet. XV
An-Nadwi, Abul Hasan ‘Ali al-Hasany, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw., (Jokjakarta: Mardhiyah Press, 2007) Cet. III
Fatmawati, Sejarah Peradaban Islam, (Batusngkar: STAIN Batusangkar Press, 2010)
14
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1993) Cet. XVI