Upload
mutiara-azizah
View
86
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem control utama
tubuh, selain sistem endokrin. Sistem saraf dibentuk oleh jaringan
interaktif kompleks dari tiga jenis darah sel saraf yaitu neurin aferen,
neuron eferen, maupun antarneuron. Susunan sistem saraf pusat
terdiri dari otak dan medulla spinalis yang menerima masukan
mengenai lingkungan internal dan eksternal dari neuron aferen.
Sistem saraf menyortir dan mengolah masukan ini kemudian
memulai pengaruh yang sesuai di neuron-neuron eferen yang
membawa instruksi ke kelenjar atau otot untuk melaksanakan
respons yang diinginkan beberapa jenis sekresi atau gerakan.
Banyak aktvitas yang dikontrol oleh sistem saraf diarahkan untuk
mempertahankan homestatis.
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat dibagi menjadi
beberapa golongan besar, yakni psikotropika, jenis obat untuk
gangguan neurologis, seperti antieleptika, MS, penyakit parkinson,
dan demensia, jenis obat yang menghalau atau memblokir perasaan
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
sakit : analgetika, antiradang/rematik dan narkotika, anastetik umum
dan lokal, dan jenis obat vertigo dan obat migrain.
Untuk mengetahui efek-efek yang bekerja pada sistem saraf
pusat ini maka dilakukanlah percobaan pada kali ini dengan sampel
dari antiiflamsi, antipiretik, dan analgetik yang diuji cobakan pada
hewan coba.
B. Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan adalah mengetahui dan
memahami efek yang ditimbulkan dari antiinflamsi, antipiretik, dan
analgetik pada hewan coba mencit dan kelinci.
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui efek
farmakodinamik yang ditimbulkan dari antiinflamasi dan analgetik
pada hewan coba mencit, serta antipiretik pada hewan coba kelinci.
D. Prinsip Percobaan
Memberikan obat-obat dari sistem saraf pusat, yakni
antiinflamasi dan analgetik kepada mencit (Mus musculus) serta
antipiretik kepada hewan coba (Oryctolagus cuniculus) kemudian
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
mengamati efek farmakodinamik yang ditimbulkan pada menit ke 0,
15, 30, 45, dan 60.
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Saraf yang mengontrol dan mengoordinasikan fungsi fisiologis tubuh
manusia dibedakan atas 2 divisi utama (Staf Pengajar 2008 : 327) :
1. Sistem saraf pusat (SSP)
2. Sistem saraf perifer
(Stringer 2008 : 37)
Sistem saraf pusat berfungsi untuk menerima, memproses,
menginterpretasikan, dan menyimpan informasi sensoris yang dating
seperti informasi mengenai rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit,
kondisi organ internal, dan lain-lain. Sistem saraf pusat juga mengirimkan
pesan untuk otot, kelenjar, dan organ internal. Secara konseptual, sistem
Sistem Saraf Pusat
Otak Medula Spinalis
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
saraf pusat dapat dikatakan memiliki dua komponen: otak (sebagaimana
yang akan diskusikan lebih rinci) dan saraf tulang belakang (spinal cord).
Sebenarnya saraf tulang belakang merupakan perpanjangan dari otak.
Saraf tulang belakang bermula dari dasar otak, kemudian menjulur di
sepanjang bagian tengah punggung dan dilindungi oleh tulang punggung.
Saraf tulang belakang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
otak dengan bagian-bagian lain dari tubuh yang terletak di bawah leher
(Carole 2008 : 112).
Saraf tulang belakang sendiri dapat menghasilkan beberapa
perilaku, tanpa bantuan apa pun dari otak. Refleks saraf tulang belakang
atau refleks spinal ini bekerja secara otomatis, tanpa melibatkan usaha
yang disadari. Sebagai contoh, seandainya Anda secara tiba-tiba
menyentuh setrika panas, dengan segera Anda akan menarik tangan dari
setrika tersebut, bahkan sebelum otak Anda sempat memproses peristiwa
yang telah terjadi. Impuls saraf membawa pesan ke saraf tulang belakang
(panas!), dan saraf tulang belakang mengirimkan perintah berupa impuls
saraf ke otot tangan Anda untuk menarik tangan agar menjauh dari setrika.
(Refleks di bagian atas leher seperti bersin dan mengedipkan mata, lebih
melibatkan bagian bawah otak daripada saraf tulang belakang) (Carole
2008 : 113).
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
Jaringan saraf yang melandasi berbagai refleks tulang belakang
berhubungan dengan jalur-jalur saraf yang terbentang ked an dari saraf
tulang belakang, ked an dari otak. Karena hubungan inilah refleks
terkadang dapat dipengaruhi oleh pikiran dan emosi kita. Contohnya adalah
ereksi pada pria., di mana refleks tulanh belakang dapat dihambat oleh
kecemasan atau pikiran yang mengganggu dan dipicu oleh pikiran erotis.
Beberapa refleks dapat dikendalikan secara sadar. Jika berkonsentrasi,
Anda mungkin dapat mengusahakan agar lutut Anda tidak tertarik ketika
diketuk, seperti yang biasanya akan terjadi secara normal. Demikian pula,
sebagian besar pria dapat belajar menunda ejakulasi. Ini merupakan bentuk
refleks tulang belakang lainnya. ( Ya ada banyak pria yang bisa
melakukannya) (Carole 2008 : 133).
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa
golongan besar, yakni (Tjay 2007 : 311) :
1. Psikotropika, yang meliputi :
a. Psikoleptika : jenis obat yang pada umumnya menekan dan/
menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP, yakni hipnotika,
sedative dan tranquilizers, dan antipsikotika.
b. Psiko-analeptika : jenis obat yang menstimulasi seluruh SSP,
yakni antidepresive dan psikostimulansia
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
2. Jenis obat untuk gangguan neurologis, seperti antieleptika, MS,
penyakit parkinson, dan demensia.
3. Jenis obat yang menghalau atau memblokir perasaan sakit :
analgetika, antiradang/rematik dan narkotika, anastetik umum dan
local
4. Jenis obat vertigo dan obat migraine
Analgetika
Analgetika adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa mwnghilangkan kesadaran (Tjay 2007 : 312).
Penggolongan (Tjay 2007 : 313)
a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang
tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika
antiradang termasuk kelompok ini
b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fractura dan kanker.
Secara kimia, analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, yakni (Tjay 2007 :314) :
a. Parasetamol
b. Salisilat : asetasol, salisilamida, dan benorilat
c. Penghambat prostaglandin : ibuprofen, dll
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
d. Derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
e. Derivat-pirozolinon : propifenazon, isoprpilaminofenazon, dan
metamizol
f. Lainnya : benzidamin
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa memengaruhi SSP atau kesadaran, juga menimbulkan ketagihan.
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan antiradang. Oleh karena itu
tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam
dan peradangan seperti rema dan encok (Tjay 2007 : 314).
Ibuprofen
Nonopiat (analgesik non narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin
dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan bekerja di ujung saraf
perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang
dihasilkan di daerah yang luka (Berman 2009 : 427).
Antipiretik
Antipiretik ialah obat yang berkhasiat menurunkan suhu tubuh yang
tinggi kembali ke normal (Sumardjo 2008 : 33).
Parasetamol
Memblok pembentukan mediator nyeri khususnya PG, yaitu dengan
pemberian analgetik steroid maupun nonsteroid (parasetamol). Analgetik
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
steroid (NSAID) ini lebih menonjol adalah sifat antiinflamasinya, sementara
nonsteroid sebagian besar selain bersifat analgetik antipeiretik juga
beberapa memilki sifat antiinflamasi (Puspitasari 2006 : 23).
B. Uraian Obat
1. Asam Mefenamat (Mefinal) (Theodorus 1996 : 17-18)
Nama Dagang : Alpain, Bonapons, Mefantan,
Pistan, Ponstan, Dolfenal,
Dolodon, Ponalar, Pehastan, dsb.
Sediaan : Tablet, kapsul, kaplet, sirup,
suspense
Kelompok Obat : Antireumatik (analgesi anti-
inflamasi nonsteroid)
Mekanisme Kerja : Menghambat enzim siklo-
oksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu
Indikasi : Analgesik-antipiretik, demam
reumatik akut, artritis rheumatoid,
dismenorea.
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
Kontraindikssi : Ulkus peptikum, penyakit gagal
hati dan ginjal serta wanita hamil
Efek Samping : Iritasi lambung, dyspepsia, reaksi
alergi
Interkasi Obat : Memperpanjang waktu
protrombin bila diberikan bersama
antikoagulan
Dosis : Dewasa = 3 x 250-500 mh/hari
2. Ibuprofen (Tim Penyusun 2013 : 128)
Indikasi : Menurunkan demam pada anak,
meredakan nyeri dengan
intensitas ringan sampai dengan
sedang.
Dosis : Suspensi anak 8-12 tahun 10 mL,
3-7 tahun 5 mL, 1-2 tahun 2,5 mL.
Dosis diberikan 3-4 kali/hari
Kontraindikasi : Tukak lambung atau duodenum
berat dan aktif, hipersensitif
terhadap OAINS lain, riwayat
asma, rhinitis, atau urtikaria
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
sesudah menggunakan asam
asetil salisilat atau OAINS lainnya
Efek Samping : Gangguan GI termasuk mual,
muntah, diare, konstipasti, nyeri
lambung, kuam kulit, kontriksi
bronkus, trombositopenia,
limfopenia. Penurunan ketajaman
penglihatan, gangguan dalam
mebedakan warna (sangat jarang)
Interkasi Obat : Asam asetil salisilat, ibuprofen,
antikoagulan warfarin
3. Parasetamol (Tim Penyusun 2013 : 129)
Indikasi : Menghilangkan demam dan nyeri
Dosis : Dewasa 1-2 tablet 3-4 x/hari ,
anak-anak 6-12 tahun 1/2-1 tablet
tiap 4-6 jam; 2-5 tahun 1/4-1/2
tablet tiap 4-6 jam
Kontraindikasi : Penyakit hati dan ginjal
Efek Samping : Reaksi hematologi, erupsi kulit,
mual, muntal, nekrosis tubulus
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
ginjal, hiperglikemia, Dosis besar
mengakibatkan kerusakan ginjal.
Interkasi Obat : Antikoagulan, antihipertensi,
aminopirin, phenobarb,
vasophesin
4. Piroxicam (Tim Penyusun 2013 : 145)
Indikasi : Lihat dosis
Kontraindikasi : Ulkus peptikum, riwayat
serangan asma, rhinitis,
angioedema, urtikaria, aspirin,
polip nasal
Efek Samping : Gangguan GI, sakit kepala, iritasi
dan ulkus gaster
Interaksi Obat : Antikoagulan
C. Uraian Hewan
1. Kelinci
a. Klasifikasi (Jasin , 1991)
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Sub Phylum : Vertebrata
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Ordo : Cogomorpha
Family : Oryctolagidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
b. Karakteristik (Ningsih , 2011)
Berat badan dewasa - jantan : 2,0-5,0 kg
Luas permukaan tubuh : 2,5 kg : 1270,0 cm2
Temperatur tubuh : 38,0-39,6°C
Mulai dikawinkan : - jantan : 6 -10 bulan
- betina : 5-9 hari
Lamanya siklus : tidak ada siklus (ovulasi
sesudah kawin)
Jumlah anak/kelahiran : 4-10
Produksi anak : 4-6/bulan
Jumlah pernafasan : 32-60/menit
Volume tidal : 4,6 ml/kg
Volume darah : 57-65 ml/kg
Tekanan darah : 90-130/60-90 mmHg
Glukosa serum : 75-150 mg/dL
Cholesterol : 35-53 mg/dL
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
2. Mencit
a. Klasifikasi (Maskoeri , 1987)
Mencit (Mus musculus)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
b. Karakteristik (Malole , 1989)
Hewan penggerak yang cepat berniak, mudah
dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetik cukup besar.
Denyut jantung 600/menit. Berat lahit 0,5 – 1, 5 g berat jantan
dewasa yaitu 20-40 gr adalah 25 – 40 gr. Luas permukaan
tubuh 20 g adpalah 36 cm2. Dan siklus birahi 19 – 21 hari.
Jumlah anak perkelahiran 10-12. Mus musculus digunakan
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
dilaboratorium, umumnya ditempatkan dikotak dan plastic
diberi alas kandang.
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah benang godam, kanula,
lap kasar, penggaris, plat panas, spoit, stopwatch, dan termometer.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah ibuprofen, karagen
1%, mefinal, Na-CMC, parasetamol, pepton 1%, piroxicam, dan
renadinal.
C. Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus
musculus) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus).
D. Cara Kerja
a. Penyiapan Hewan Coba
1. Dipilih hewan coba yang sehat
2. Ditimbang beratnya
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
3. Dicatat beratnya, jika berat hewan coba melebihi dari
ketentuan yang ditetapkan maka hewan coba dipuasakan
sebelum percobaan dilakukan
b. Penyiapan Bahan
1. Pembuatan mefinal
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang mefinal 0,071292 gram kemudian masukkan ke
dalam labu takar 10 mL
- Ditambahkan dengan Na-CMC hingga batas 10 mL
2. Pembuatan ibuprofen
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang mefinal 0,044928 gram kemudian masukkan ke
dalam labu takar 10 mL
- Ditambahkan dengan Na-CMC hingga batas 10 mL
3. Pembuatan piroxicam
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang mefinal 0,01951 gram kemudian masukkan ke
dalam labu takar 10 mL
- Ditambahkan dengan Na-CMC hingga batas 10 mL
4. Pembuatan parasetamol
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang mefinal 0,0277725 gram kemudian masukkan
ke dalam labu takar 10 mL
- Ditambahkan dengan Na-CMC hingga batas 10 mL
5. Pembuatan renadinal
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang mefinal 0,02164 gram kemudian masukkan ke
dalam labu takar 10 mL
- Ditambahkan dengan Na-CMC hingga batas 10 mL
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
BAB IV
DATA PENGATAMAN
Analgetik
Obat Sebelum
Pemberian Setelah Pemberian
0’ 15’ 30’ 45’ 60’
Mefinal 18 12 8 6 3 1
Ibuprofen 7 3 6 3 2 1
Antiinflamasi
Obat Sebelum
Pemberian Diinduksi
Karogen 1% Setelah Pemberian
0’ 15’ 30’ 45’
Renadinal 0,5 1,7 2 0,9 0,8 0,6
Piroxicam 0,4 1,4 1,9 1 0,7 0,5
Antipiretik
Obat Sebelum
Pemberian
Diinduksi Pepton
1%
Setelah Pemberian
15’ 30’ 45’ 60’
Parasetamol 38℃ 38,5 ℃ 39 ℃ 38,2 ℃ 38 ℃ 37,5 ℃
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
BAB V
PEMBAHASAN
Sistem saraf pusat merupakan sistem saraf yang mampu menerima
dan memproses semua informasi dari seluruh tubuh. Sistem saraf ini terdiri
atas otak dan medulla spinalis. Dimana obat-obat yang akan diberikan akan
merangsang otak dan medulla spinalis.
Pada sistem saraf pusat sendiri terdiri atas beberapa golongan,
namun pada percobaan kali ini dilakukan pengetahuan dan pemahaman
mengenai obat-obat sistem saraf pusat, yakni antiiflamasi (renadinal dan
piroxicam) dan analgetk (mefinal dan ibuprofen) pada hewan coba mencit
serta antipiretik (parasetamol) pada hewan coba kelinci.
Adapun hasil yang didapatkan adalah untuk analgetik yakni gerakan
kaki pada mefinal 18 dan ibuprofen 7 kali, pada menit ke 0 mefinal 12 dan
ibuprofen 3 kali, pada menit ke 15 mefinal 8 dan ibuprofen 6 kali, pada
menit ke 30 mefinal 6 dan ibuprofen 3 kali, pada menit ke 45 mefinal 3 dan
ibuprofen 2 kali, pada menit ke 60 mefinal 1 dan ibuprofen 1 kali.
Antiinflamasi yakni volume telapak kaki pada renadinal sebelum pemberian
0,5 cm dan piroxicam 0,4 cm; setelah diinduksi karogen 1% pada renadinal
1,7 cm dan piroxicam 1,4 cm; setelah pemberian obat pada menit ke 0
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
renadinal 2 cm dan piroxicam 1,9 cm; setelah pemberian obat pada menit
ke 15 renadinal 0,9 cm dan piroxicam 1 cm; setelah pemberian obat pada
menit ke 30 renadinal 0,8 cm dan piroxicam 0,7 cm; dan setelah pemberian
obat pada menit ke 45 renadinal 0,6 cm dan piroxicam 0,5 cm. Serta
antipiretik dengan pemberian obat parasetamol yakni suhu sebelum
pemberian obat 38℃; setelah pemberian pepton 1% suhunya 38,5 ℃;
setelah pemberian obat pada menit ke 15 suhunya 39 ℃; pada menit ke 30
suhunya 38,2 ℃; pada menit ke 45 suhunya 38 ℃; dan pada menit ke 60
suhunya 37,5 ℃.
Pada percobaan antiinflamasi mencit diinduksi dengan karogen 1 %
guna memberikan efek pembengkakan pada kaki mencit.
Pada percobaan antipiretik kelinci diberikan pepton 1 % diberikan
pepton 1 % guna meningktakan suhu tubuh.
Hasil yang didapatkan tentunya sesuai dengan literatur dimana
analgetik pada mencit memberikan efek yang mengurangi nyeri pada
telapak kaki, antiiflamasi pada telapak kaki mencit volumenya berkurang
setelah pemberian obat dan antipiretik pada kelinci suhu tubuhnya juga
menurun setelah pemberian obat parasetamol.
Mekanisme karja untuk obat analgetik, yaitu dangan cara merintangi
terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer. Baik analgetik
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
maupun antipiretik pada dasarnya melakukan fungsi yang sama yaitu
menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor. Hanya saja,
analgetik menghalangi terbentuknya rangsangan nyeri, sedangkan
antipiretik menghalangi terbentuknya rangsangan pada panas. Namun,
kedua rangsangan itu di atur oleh hipotalamus.
Mekanisme kerja analgetik nonsteroid memilki kerja yang sama baik
dalam bentuk paten maupun generik, yaitu bahan aktifnya mempenetrasi
ke dalam kulit, ke daerah yang mengalami inflamasi seperti peradangan
akibat trauma dan rematik dan menghambat enzim siklooksigenase 2 untuk
mengubah asam arakidonat menjadi zat –zat prostaglandin.
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah
a. Analgetik memberikan efek untuk mengurangi nyeri pada mencit
b. Antiiflamasi memberikan efek untuk mengurangi peradangan
pada mencit
c. Antipiretik memberikan efek untuk menurunkan suhu tubuh pada
kelinci
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar praktikan
lebih memahami lagi mekanisme kerja dari obat juga mengetahui
cara perhitungan dosis yang benar.
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
DAFTAR PUSTAKA
Berman , Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.
Diterjemahkan OLeh : Eny Meiliya, dkk. Jakarta : EGC.
Carole , Wade. 2008. Psikologi Edisi IX. Jakarta : EGC. Jasin , Maskuri Drs. 1991. Zoologi Vertebrata. Surabaya : Sriwijaya.
Malole, M.BM. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan Percobaan Di
Labaoratorium . Bogor Maskoeri. 1987. Sistematika Hewan. Surabaya : Sinar Wijaya.
Puspitasari , Ika. 2006. Cerdas Mengenali Penyakit & Obat. Yogyakarta :
PT. Mirzan Publika. Sumardjo , Damin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC.
Stringer , Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi Edisi 3. Diterjemahkan Oleh : Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC.
Theodorus, Dr. 1996. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.
Tim Penyusun. 2013. MIMS Edisi XIII. Jakarta : PT. Medidata Indonesia.
Tjay , Drs. Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
LAMPIRAN
A. Daftar obat yang digunakan
Adapun obat-obat yang digunakan yaitu:
1. Mefinal
2. Ibuprofen
3. Piroxicam
4. Renadinal
5. Parasetamol
B. Perhitungan dosis
Mefinal
Dik :
Dosis : 500 mg
Berat Etiket : 500 mg
Larutan stok : 10 mL
Berat rata-rata : 914
Dosis mencit
Untuk mencit 20 g = faktor konversi x dosis obat
= 0,0026 x 500
= 1,3 mg
Untuk mencit 30 g = 30 x 1,3
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
20
= 1,95 mg
Larutan Stok = Jumlah larutan stok x Dosis max.
Volume pemberian max.
= 10 x 1,95
0,5
= 39 mg
Byd = berat dari larutan stok x berat rata-rata
Berat etiket
= 39 x 914
500
= 71,292 mg
= 0,071292 g
Ibuprofen
Dik :
Dosis : 400 mg
Berat Etiket : 400 mg
Larutan stok : 10 mL
Berat rata-rata : 576
Dosis mencit
Untuk mencit 20 g = faktor konversi x dosis obat
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
= 0,0026 x 400
= 1,04 mg
Untuk mencit 30 g = 30 x 1,04
20
= 1,56 mg
Larutan Stok = Jumlah larutan stok x Dosis max. Volume pemberian max.
= 10 x 1,56
0,5
= 31,2 mg
Byd = berat dari larutan stok x berat rata-rata
Berat etiket
= 31,2 x 576 400
= 44,928 mg
= 0,044928 g
Piroxicam
Dik :
Dosis : 20 mg
Berat Etiket : 20 mg
Larutan stok : 10 mL
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
Berat rata-rata : 250,13
Dosis mencit
Untuk mencit 20 g = faktor konversi x dosis obat
= 0,0026 x 20
= 0,052 mg
Untuk mencit 30 g = 30 x 0,052
20
= 0,078 mg
Larutan Stok = Jumlah larutan stok x Dosis max.
Volume pemberian max.
= 10 x 0,078
0,5
= 1,56 mg
Byd = berat dari larutan stok x berat rata-rata
Berat etiket
= 1,56 x 250,13
40
= 19,510 mg
= 0,01951 g
Parasetamol
Dik :
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
Dosis : 500 mg
Berat Etiket : 500 mg
Larutan stok : 10 mL
Berat rata-rata : 592
Dosis mencit
Untuk kelinci 20 g = faktor konversi x dosis obat
= 0,07 x 500
= 35 mg
Untuk kelinci 30 g = 30 x 35
20
= 52,5 mg
Larutan Stok = Jumlah larutan stok x Dosis max. Volume pemberian max.
= 10 mL x 52,5 mg
20mL
= 26,25 mg
Byd = berat dari larutan stok x berat rata-rata
Berat etiket
= 26,25 x 592 mg 500
= 27,7725 mg
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
= 0,0277725 g
Renadinal
Dik :
Dosis : 50 mg
Berat Etiket : 50 mg
Larutan stok : 10 mL
Berat rata-rata : 271,3
Dosis mencit
Untuk mencit 20 g = faktor konversi x dosis obat
= 0,0026 x 50
= 0,13 mg
Untuk mencit 30 g = 30 x 0,13
20
= 0,195 mg
Larutan Stok = Jumlah larutan stok x Dosis max. Volume pemberian max.
= 10 x 0,195
0,5
= 3,9 mg
Byd = berat dari larutan stok x berat rata-rata
Sistem Saraf II
St. Mutiara Nur Azizah Muh. Khamil Amirullah
15020130364
Berat etiket
= 3,9 x 271,3
50
= 21,164 mg
= 0,02164 g
C. Brosur obat yang digunakan