21
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN NI WAYAN KARLINI 2011.III.2.0034

Strategi dan model pembelajaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi kuliah

Citation preview

Page 1: Strategi dan model pembelajaran

STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN

NI WAYAN KARLINI2011.III.2.0034

Page 2: Strategi dan model pembelajaran

A. STRATEGI PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran berkenaan dengan bagaimana menyajikan bahan keilmuan kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Istilah yang digunakan oleh para ahli menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran berbeda-beda dengan substansi yang hampir sama antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Pendekatan juga diartikan sebagai sebuah model pembelajaran. Begitu juga dengan pengertian strategi pembelajaran, akan selalu terkait erat dengan metode pembelajaran itu sendiri.

Page 3: Strategi dan model pembelajaran

VARIABLE-VARIABLE PEMBELAJARAN

1. Kondisi pembelajaranFaktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran

2. Metode pembelajaranCara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda

3. Hasil pembelajaranSemua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda

Page 4: Strategi dan model pembelajaran

1. KONDISI PEMBELAJARAN

Kondisi pembelajaran yaitu variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada diluar kontrol pembelajaran. Variable kondisi pembelajaran yaitu1. Tujuan dan karakteristik bidang studi;2. Kendala dan karakteristik bidang studi; dan3. Karakteristik si belajar.

Page 5: Strategi dan model pembelajaran

2. METODE PEMBELAJARAN

Variabel metode pembelajaran diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Strategi pengorganisasian (organizational strategy);

2. Strategi penyampaian (delivery strategy); dan

3. Strategi pengelolaan (management strategy).

Page 6: Strategi dan model pembelajaran

3. HASIL PEMBELAJARAN

Seperti halnya variabel kondisi dan metode pembelajaran, variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasi dengan cara yang sama. Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:

1. Keefektifan (effectiveness);2. Efeisiensi (efficiency); dan3. Daya tarik (appeal).

Page 7: Strategi dan model pembelajaran

MODEL PEMBELAJARAN1. Model pembelajaran investigasi kelompok

Pendekatan ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan dari pengalaman kelompok dalam konteks masalah sebagai titik sentral kegiatan belajar. Pendekatan investigasi kelompok dilaksanakan dengan prosedur:

Peserta didik dihadapkan pada situasi yang bermasalah Peserta didik mengeksplorasi untuk merespon situasi bermasalah yang

sedang dihadapi Peserta didik merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikannya

untuk membangun suatu proses penelitian Peserta didik melakukan kegiatan belajar individual maupun kelompok Peserta didik menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam

penelitian secara kelompok Peserta didik melakukan pengulangan kegiatan

Page 8: Strategi dan model pembelajaran

2. Model pendekatan analisis sosial

Pendekatan analisis sosial adalah suatu penyajian pembelajaran secara induktif yang berorientasi pada cara kerja keilmuan dengan pola, masalah, hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data, penarikan kesimpulan sebagai penguji hipotesis

Memberi contoh masalah/kasus yang bertentangan dengan topik

Merumuskan masalah/kasus yang akan dikaji dalam bentuk pertanyaan

Merumuskan jawaban sementara (hipotesis) sesuai dengan masalah/kasus yang bertentangan dengan topik

Mengumpulkan data Menganalisis data Menarik kesimpulan sebagai hasil pengujian hipotesis

Page 9: Strategi dan model pembelajaran

3. Model Pendekatan Analisis Nilai

Memberi contoh masalah/kasus yang bertentangan dengan topik

Mengkaji nilai yang terkait dengan esensi contoh kasus

Menguji komitmen peserta didik terhadap suatu nilai tertentu

Memberikan penguatan terhadap komitmen peserta didik

Page 10: Strategi dan model pembelajaran

4. Model Pendekatan Pencapaian Konsep

Langkah-langkah penggunaan pendekatan pencapaian konsep adalah sebagai berikut:

Tahap pertama: presentasi data dan identifikasi konsep Guru mempresentasikan/menyajikan contoh-contoh yang diberi label Peserta didik membandingkan atribut positif dan negatif dari contoh-contoh Peserta didik menyusun dan mengetes hipotesis Peserta didik membuat definisi dari atribut-atribut yang esensialTahap kedua: testing pencapaian konsep Peserta didik menjawab “ya” atau “tidak” pada contoh-contoh yang tidak

diberi label Guru menetapkan hipotesis, menamai/memberi label konsep dan

mendefinisikan kembali berdasarkan atribut-atribut esensial Peserta didik menyusun contoh-contohTahap ketiga: analisis strategi berpikir Peserta didik mengungkapkan/mendeskripsikan pemikirannya Peserta didik mendiskusikan peranan hipotesis dan atribut-atribut Peserta didik mendiskusikan tipe dan jumlah hipotesis

Page 11: Strategi dan model pembelajaran

5. Model Dialog Socrates

Metode Socrates bisa disebut sebgai metode elenchus, artinya penyelidikan atau uji silang. Melalui penyelidikan seseorang secara jujur memeriksa kesadaran yang dimilikinya dan melihat konskeunsi yang dihasilkan dari kesadaran itu. Jika ternyata konsekuensinya mengarah pada ketidakbahagiaan, keyakinan itu harus dirumuskan kembali.

Dialog Socrates meminta kita untuk secara rela memeriksa seluruh kebenaran yang selama ini kita yakini, juga segala hal-hal yang selama ini dianggap remeh.

Page 12: Strategi dan model pembelajaran

5. Model Dialog Socrates

Dialog Socrates menegaskan bahwa kearifan tidak bisa dilakukan sendirian. Dibutuhkan kawan dialog (bukan lawan) untuk setiap pencarian kebahagiaan. Kawan dialog ini secara kritis terus memberikan pandangan lain dari dalam dirinya. Pandangan lain itu bisa berbentuk hipotesis, keyakinan, dugaan atau teori-teori yang ditawarkan kawan dialog; kesemuanya menjadi cermin bagi seluruh keyakinan kita. Seluruh ketidaksetujuan dan penentangan merupakan cermin yang sangat dibutuhkan agar kita bisa berkaca dan menemukan cacat dari kesadaran yang selama ini dianggap telah sempurna.

Untuk bisa mencapai dialog model Socrates dibutuhkan kejujuran dari semua peserta dialog. Melalui kejujuran orang akan sering memeriksa keyakinannya sendiri, karena kejujuran akan mengatakan bahwa “saya tahu bahwa saya tak tahu” atau “saya sadar bahwa keyakinanku bisa salah kaprah”. Kejujuran pula yang membuat kita bisa berdialog dengan rendah hati; kita bisa menerima dengan tulus apa pun yang dikemukakan orang lain walaupun berbeda atau bertentangan dengan kepercayaan kita sendiri.

Page 13: Strategi dan model pembelajaran

6. Model Sosiodrama/Bermain Peran

Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih.

Page 14: Strategi dan model pembelajaran

6. Model Sosiodrama/Bermain Peran

Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, sehingga dapat mempertajam imajinasi, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.

Page 15: Strategi dan model pembelajaran

7. Model JIGSAW`

Model Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

Page 16: Strategi dan model pembelajaran

7. Model JIGSAW

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Kelompok cooperative (awal)

◦ Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang◦ Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan◦ Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana/tugas yang berbeda-beda dan

memhami informasi yang ada di dalamnya Kelompok ahli

◦ Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana/tugas yang telah dipersiapkan

◦ Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi asli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya

◦ Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperative

Kelompok cooperative (awal)◦ Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali

kelompok cooperative (awal)◦ Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas

di kelompok ahli◦ Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing

kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi

Page 17: Strategi dan model pembelajaran

8. Model Numbered Heads Together

Dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992), teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini juga digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Page 18: Strategi dan model pembelajaran

8. Model Numbered Heads Together

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam

setiap kelompok mendapat nomor urut; Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya; Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini; Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor panggil,

melaporkan hasil kerjasama mereka; Tanggapan dari kelompok lain; dan Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk

mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain.

Page 19: Strategi dan model pembelajaran

9. Model Think Pair Share

Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta kekerjasama dengan orang lain, keunggulan adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share: Guru membagi siswa dalam kelompok berempat, dan

memberikan tugas kepada semua kelompok; Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang diberikan

sendiri; Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dalam kelompok

dan mendiskusikan hasil yang dikerjakan; dan Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat

untuk mendiskusikan kembali hasil pekerjaannya.

Page 20: Strategi dan model pembelajaran

10. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah menurut Arnes penggunaannya di dalam pengembangan tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk pembelajaran bagaimana belajar. Model pembelajaran ini juga mengacu kepada pembelajaran-pembelajaran lain seperti pengajaran berdasar proyek (project base instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience base instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction), dan pembelajaran bermakna

Page 21: Strategi dan model pembelajaran

10. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arends*, pengelolaan pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 langkah utama. Berikut kelima langkah yang dimaksud:

Mengorientasikan pebelajar pada masalahMengorganisasikan pebelajar untuk belajarMemandu menyelidiki secara mandiri atau kelompokMengembangkan dan menyajikan hasil kerjaMenganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan

masalah