3
TATACARA PENGANGKATAN HAKIM DI INDONESIA Oleh: Encep Abdul Rojak, SHI Peradilan merupakan sebuah tempat mencari keadilan bagi orang yang merasa dilanggar hak-haknya oleh orang lain. Hakim merupakan sebuah jabatan yang bertugas sebagai ujung tombak dalam menegakkan keadilan. Pengangkatan hakim di Indonesia diatur dalam Peraturan Bersama Mahkamah Agung RI (MARI) dengan Komisi Yudisial Republik Indonesia (KYRI) No. 01/PB/MA/IX/2012 dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim. Peraturan ini mencakup empat bab yang terdiri dari Ketentuan Umum, Tata Cara Seleksi Hakim, Pembiayaan, dan Ketentuan Penutup, dan memiliki 9 Pasal. Dalam Pasal 2 Peraturan Bersama MARI dan KYRI dijelaskan bahwa “Proses seleksi pengangkatan hakim yang dilakukan sebelum ditetapkan peraturan hakim sebagai pejabat Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kecuali yang diatur secara khusus dalam peraturan ini” Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa calon hakim merupakan orang yang lulus terhadap hasil seleksi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Ujian tersebut mencakup materi kehakiman, kode etik dan pedoman prilaku hakim. Selain itu, ujian pun dilakukan secara tertulis dan lisan guna mengetahui kecakapan calon hakim. Kelulusan peserta pendidikan diatur sesuai dengan proporsi pembobotan nilai yang ditentukan oleh MA dan KY. Setelah calon hakim dinyatakan lulus, Mahkamah Agung melakukan penajajakan kemampuan calon hakim baru dengan mengirimnya pada Pengadilan Agama untuk melakukan Magang. Ketika calon hakim melaksanakan tugas magang, Komisi Yudisial melakukan monitoring dan menilai terhadap calon hakim yang melakukan magang tersebut. Hasil penilaian ini diserahkan kepada Panitia Pendidikan Calon Hakim dalam rangka pembinaan. 1 1 Pasal 4, Peraturan Bersama Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial No No. 01/PB/MA/IX/2012 dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim.

Tatacara pengangkatan hakim di indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

TATACARA PENGANGKATAN HAKIM DI INDONESIA

Oleh: Encep Abdul Rojak, SHI

Peradilan merupakan sebuah tempat mencari keadilan bagi orang yang merasa

dilanggar hak-haknya oleh orang lain. Hakim merupakan sebuah jabatan yang

bertugas sebagai ujung tombak dalam menegakkan keadilan.

Pengangkatan hakim di Indonesia diatur dalam Peraturan Bersama Mahkamah

Agung RI (MARI) dengan Komisi Yudisial Republik Indonesia (KYRI) No.

01/PB/MA/IX/2012 dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan

hakim. Peraturan ini mencakup empat bab yang terdiri dari Ketentuan Umum,

Tata Cara Seleksi Hakim, Pembiayaan, dan Ketentuan Penutup, dan memiliki 9

Pasal.

Dalam Pasal 2 Peraturan Bersama MARI dan KYRI dijelaskan bahwa

“Proses seleksi pengangkatan hakim yang dilakukan sebelum ditetapkan

peraturan hakim sebagai pejabat Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, kecuali yang diatur secara khusus dalam peraturan ini”

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa calon hakim merupakan orang yang lulus

terhadap hasil seleksi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial. Ujian tersebut mencakup materi kehakiman, kode etik dan pedoman

prilaku hakim. Selain itu, ujian pun dilakukan secara tertulis dan lisan guna

mengetahui kecakapan calon hakim. Kelulusan peserta pendidikan diatur sesuai

dengan proporsi pembobotan nilai yang ditentukan oleh MA dan KY.

Setelah calon hakim dinyatakan lulus, Mahkamah Agung melakukan

penajajakan kemampuan calon hakim baru dengan mengirimnya pada Pengadilan

Agama untuk melakukan Magang. Ketika calon hakim melaksanakan tugas

magang, Komisi Yudisial melakukan monitoring dan menilai terhadap calon

hakim yang melakukan magang tersebut. Hasil penilaian ini diserahkan kepada

Panitia Pendidikan Calon Hakim dalam rangka pembinaan.1

1 Pasal 4, Peraturan Bersama Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial No No. 01/PB/MA/IX/2012 dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim.

Dalam Pasal 6 Peraturan Bersama MARI dan KYRI No. 01/PB/MA/IX/2012

dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim dijelaskan

bahwa:

“Nama-nama peserta pendidikan yang dinyatakan lulus diajukan oleh panitia

pendidikan calon hakim kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari

sejak penetapan kelulusan”

Dalam pasal 7, dijelaskan pula:

“Ketua Mahkamah Agung mengusulkan peserta seleksi hakim yang telah lulus

untuk diangkat menjadi hakim kepada Presiden paling lama 30 (tiga puluh) hari

sejak pemberitahuan penetapan kelulusan.”

Berdasarkan pada dua pasal ini, calon hakim yang sudah dinyatakan lulus oleh

panitia pengangkatan hakim baru langsung diajukan kepada Mahkamah Agung

sebagai lembaga induk peradilan di Indonesia. Setelah diterima oleh MA,

kemudian MA tidak bisa mengangkat secara sendiri hakim-hakim yang sudah

dinyatakan lulus teresebut. Calon hakim yang sudah dinayatakan lulus tersebut

diajukan oleh MA kepada Presiden yang berjangka waktu 30 hari sejak

pemberitahuan kelulusan oleh panitia pengangkatan hakim.

Dari penjelasan di atas, tatacara pengangkatan hakim dilakukan oleh panitia

pengangkatan hakim yang dibentuk oleh Mahkamah Agung. Calon hakim

melakukan serangkaian seleksi yang difasilitasi oleh panitia guna menjaring

hakim-hakim yang profesional. Dengan melalui seleksi ini hakim akan teruji

kecakapan materi yang dikuasainya, sehingga hakim baru benar-benar menguasai

materi tentang kehakiman.

Setelah dinyatakan lulus dari seleksi calon hakim, calon hakim mengikuti

serangkaian pembinaan dari panitia yang dibentuk oleh Mahkamah Agung.

Pembinaan ini meliputi kode etik seorang hakim dan pedoman prilaku hakim.

Setelah selesai masa pembinaan calon hakim ini, calon hakim baru ini dikirim ke

berbagai Pengadilan untuk melakukan magang. Selama magang ini seorang calon

hakim tidak dilepas begitu saja, tetapi ada pengawasan yang dilakukan oleh

Panitia, MA ataupun KY. Hasil dari mmonitoring ini berguna untuk pembinaan

calon hakim baru.

Setelah selesai melakukan magang, selanjutnya nama-nama calon hakim baru

ini diajukan oleh panitia kepada Mahkamah Agung (MA) guna diajukan kepada

Presiden untuk dilakukan pengangkatan jabatan hakim. Setelah MA mengajukan

pengangkatan hakim kepada Presiden, kemudian Presiden siap untuk mengangkat

hakim.

Maka, setelah Presiden mengangkat hakim yang diajukan calonya oleh MA

melalui seleksi yang dilakukan oleh Panitia yang dibentuk oleh MA, maka hakim

tersebut dinyatakan sah. Dengan demikian, hakim di Indonesia diangkat oleh

Presiden melalui seleksi yang dilakukan oleh Panitia yang dibentuk oleh

Mahkamah Agung.

Akhir kata, alhamdulillah dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wallahu a’lam.