Upload
abdul-rojak
View
2.929
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TATACARA PENGANGKATAN HAKIM DI INDONESIA
Oleh: Encep Abdul Rojak, SHI
Peradilan merupakan sebuah tempat mencari keadilan bagi orang yang merasa
dilanggar hak-haknya oleh orang lain. Hakim merupakan sebuah jabatan yang
bertugas sebagai ujung tombak dalam menegakkan keadilan.
Pengangkatan hakim di Indonesia diatur dalam Peraturan Bersama Mahkamah
Agung RI (MARI) dengan Komisi Yudisial Republik Indonesia (KYRI) No.
01/PB/MA/IX/2012 dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan
hakim. Peraturan ini mencakup empat bab yang terdiri dari Ketentuan Umum,
Tata Cara Seleksi Hakim, Pembiayaan, dan Ketentuan Penutup, dan memiliki 9
Pasal.
Dalam Pasal 2 Peraturan Bersama MARI dan KYRI dijelaskan bahwa
“Proses seleksi pengangkatan hakim yang dilakukan sebelum ditetapkan
peraturan hakim sebagai pejabat Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, kecuali yang diatur secara khusus dalam peraturan ini”
Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa calon hakim merupakan orang yang lulus
terhadap hasil seleksi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Komisi
Yudisial. Ujian tersebut mencakup materi kehakiman, kode etik dan pedoman
prilaku hakim. Selain itu, ujian pun dilakukan secara tertulis dan lisan guna
mengetahui kecakapan calon hakim. Kelulusan peserta pendidikan diatur sesuai
dengan proporsi pembobotan nilai yang ditentukan oleh MA dan KY.
Setelah calon hakim dinyatakan lulus, Mahkamah Agung melakukan
penajajakan kemampuan calon hakim baru dengan mengirimnya pada Pengadilan
Agama untuk melakukan Magang. Ketika calon hakim melaksanakan tugas
magang, Komisi Yudisial melakukan monitoring dan menilai terhadap calon
hakim yang melakukan magang tersebut. Hasil penilaian ini diserahkan kepada
Panitia Pendidikan Calon Hakim dalam rangka pembinaan.1
1 Pasal 4, Peraturan Bersama Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial No No. 01/PB/MA/IX/2012 dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim.
Dalam Pasal 6 Peraturan Bersama MARI dan KYRI No. 01/PB/MA/IX/2012
dan No. 01/PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim dijelaskan
bahwa:
“Nama-nama peserta pendidikan yang dinyatakan lulus diajukan oleh panitia
pendidikan calon hakim kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari
sejak penetapan kelulusan”
Dalam pasal 7, dijelaskan pula:
“Ketua Mahkamah Agung mengusulkan peserta seleksi hakim yang telah lulus
untuk diangkat menjadi hakim kepada Presiden paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak pemberitahuan penetapan kelulusan.”
Berdasarkan pada dua pasal ini, calon hakim yang sudah dinyatakan lulus oleh
panitia pengangkatan hakim baru langsung diajukan kepada Mahkamah Agung
sebagai lembaga induk peradilan di Indonesia. Setelah diterima oleh MA,
kemudian MA tidak bisa mengangkat secara sendiri hakim-hakim yang sudah
dinyatakan lulus teresebut. Calon hakim yang sudah dinayatakan lulus tersebut
diajukan oleh MA kepada Presiden yang berjangka waktu 30 hari sejak
pemberitahuan kelulusan oleh panitia pengangkatan hakim.
Dari penjelasan di atas, tatacara pengangkatan hakim dilakukan oleh panitia
pengangkatan hakim yang dibentuk oleh Mahkamah Agung. Calon hakim
melakukan serangkaian seleksi yang difasilitasi oleh panitia guna menjaring
hakim-hakim yang profesional. Dengan melalui seleksi ini hakim akan teruji
kecakapan materi yang dikuasainya, sehingga hakim baru benar-benar menguasai
materi tentang kehakiman.
Setelah dinyatakan lulus dari seleksi calon hakim, calon hakim mengikuti
serangkaian pembinaan dari panitia yang dibentuk oleh Mahkamah Agung.
Pembinaan ini meliputi kode etik seorang hakim dan pedoman prilaku hakim.
Setelah selesai masa pembinaan calon hakim ini, calon hakim baru ini dikirim ke
berbagai Pengadilan untuk melakukan magang. Selama magang ini seorang calon
hakim tidak dilepas begitu saja, tetapi ada pengawasan yang dilakukan oleh
Panitia, MA ataupun KY. Hasil dari mmonitoring ini berguna untuk pembinaan
calon hakim baru.
Setelah selesai melakukan magang, selanjutnya nama-nama calon hakim baru
ini diajukan oleh panitia kepada Mahkamah Agung (MA) guna diajukan kepada
Presiden untuk dilakukan pengangkatan jabatan hakim. Setelah MA mengajukan
pengangkatan hakim kepada Presiden, kemudian Presiden siap untuk mengangkat
hakim.
Maka, setelah Presiden mengangkat hakim yang diajukan calonya oleh MA
melalui seleksi yang dilakukan oleh Panitia yang dibentuk oleh MA, maka hakim
tersebut dinyatakan sah. Dengan demikian, hakim di Indonesia diangkat oleh
Presiden melalui seleksi yang dilakukan oleh Panitia yang dibentuk oleh
Mahkamah Agung.
Akhir kata, alhamdulillah dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wallahu a’lam.