Transformasi citra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Transformasi citra

Citation preview

  • 1. TRANSFORMASI CITRA: PROSES KONVOLUSI TRANSFORMASI CITRA: PROSES KONVOLUSI Bertalya Universitas Gunadarma

2. PROSES KONVOLUSIPROSES KONVOLUSI 2 Formula Konvolusi: = dummy variable of integration Mekanisme konvolusi dalam bentuk integral ini tidak mudah untuk digambarkan (Gonzales and Woods, 1992) 3. Konvolusi pada Domain KontinueKonvolusi pada Domain Kontinue 3 4. Konvolusi dan Transformasi FourierKonvolusi dan Transformasi Fourier Konvolusi merupakan proses penting pada analisis domain frekwensi karena f(x)*g(x) dan F(u)G(u) membentuk suatu pasangan transformasi Fourier (Fourier transform pair) Teori konvolusi: f(x)*g(x) F(u)G(u) f(x)g(x) F(u)*G(u) 4 5. Konvolusi pada Domain Diskrit (1)Konvolusi pada Domain Diskrit (1) 5 Bila A adalah periode dalam diskritisasi f(x) dan B adalah periode dalam diskritisasi g(x), maka hasil konvolusi akan mempunyai periode M dimana M=A+B Periode f(x) dan g(x) masing-masing dibesarkan menjadi M dengan menyisipkan 0 f(x) = f(x) bila dan f(x) = 0 bila g(x) = g(x) bila dan g(x) = 0 bila Konvolusi diskrit: (dilakukan melalui proses flip and shift terhadap fungsi g(x)) 6. Konvolusi pada Domain Diskrit (2): pendekatan shift kernel operator Konvolusi pada Domain Diskrit (2): pendekatan shift kernel operator f(x) = [0 0 1 2 3 4 0] [ 0 0 1 2 3 4 0 0 0] g(x) = [-1 4 1] karena simetri di-flip tetap [-1 4 1] [-1 4 1 0 0 0 0 0 0] maka f(x)*g(x) = 0x-1 + 0x4 + 1x-1 + 2x0 + 3x0 + 4x0 + 0x0 + 0x0 + 0x0 = -1 0x0 + 0x-1 + 1x4 + 2X-1 + 3x0 + 4x0 + 0x0 + 0x0 +0x0 = 2 0x0 + 0x0 + 1x-1 + 2x4 + 3x-1 + 4x0 + 0x0 + 0x0 + 0x0 = 4 0x0 + 0x0 + 1x0 + 2x-1 + 3x4 + 4x-1 + 0x0 + 0x0 + 0x0 = 6 0x0 +0x0 + 1x0 + 2x0 + 3x-1 + 4x4 + 0x-1 + 0x0 + 0x0 = 13 0x0 + 0x0 + 1x0 + 2x0 + 3x0 + 4x-1 + 0x0 + 0x0 + 0x0 = -4 0x0 + 0x0 + 1x0 + 2x0 + 3x0 + 4x0 + 0x-1 + 0x4 + 0x-1 = 0 0x0 + 0x0 + 1x0 + 2x0 + 3x0 + 4x0 + 0x0 + 0x-1 + 0x4 = 0 0x0 + 0x0 + 1x0 + 2x0 + 3x0 + 4x0 + 0x0 + 0x0 + 0x-1 = 0 f(x)*g(x) = [ -1 2 4 6 13 4 0 0 0] 6 7. Konvolusi pada Domain Diskrit (3): Pendekatan Rumus Konvolusi Konvolusi pada Domain Diskrit (3): Pendekatan Rumus Konvolusi 7 Kita lihat kembali rumusan konvolusi: f(0) =0; f(1)=0; f(2)=1; f(3)=2; f(4)=3; f(5)=4; f(6)=0; f(9)=0 g(7)=0; g(1)=0; g(0)=-1; g(-1)=4; g(-2)=-1; f(0)*g(0) = f(0)g(0) + f(1)g(-1) + f(2)g(-2) + dst = -1 f(1)*g(1) = f(0)g(1) + f(1)g(0 ) + f(2)g(-1) + dst = 2 f(2)*g(2) = f(0)g(2) + f(1)g(1) + f(2)g(0) + dst = 4 dst.nya hasil yang diperoleh sama dengan cara sebelumnya ! 8. Proses Konvolusi pada Citra 2-DProses Konvolusi pada Citra 2-D Bentuk Kontinue dan Diskrit: 8 9. Ilustrasi konvolusi 9 10. Contoh : citra f(x,y) berukuran 5 X 5 dengan kernel atau mask 3 X 3 f(x,y) * g(x,y) Operasinya : Tempatkan kernel pada sudut kiri atas kemudian hitung nilai piksel pada posisi (0,0) dari kernel Geser kernel satu piksel ke kanan kemudian hitung nilai piksel pada posisi (0,0) kernel, begitu seterusnya hingga geser satu piksel ke bawah, lalu mulai lagi melakukan konvolusi dari sisi kiri citra. 10 11. Dengan cara yang sama, setiap baris piksel dikovolusi 11 12. Hasil konvolusi : Jika nilai piksel (-), nilai tsb dijadikan 0, jika nilai > nilai max gray level maka dilakukan clipping Untuk masalah piksel pinggir, solusi untuk masalah ini adalah : Piksel pinggir diabaikan, tidak dikonvolusi Duplikasi elemen citra, elemen kolom ke-1 disalin ke kolom M+1, begitu juga sebaliknya lalu konvolusikan. Elemen yang ditandai dengan (?) diasumsikan bernilai 0 atau konstanta yang lain sehingga konvolusi piksel pinggir dapat dilakukan. Konvolusi piksel pinggir tidak memperlihatkan efek yang kasat mata. 12 13. Proses Konvolusi dan Dekonvolusi (1)Proses Konvolusi dan Dekonvolusi (1) Blurring merupakan efek pemerataan (integrasi), sedangkan deblurring / sharpening / outlining merupakan efek differensiasi Proses blurring dapat diperoleh dengan mengaplikasikan low pass filter dan sebaliknya, proses sharpening dapat diperoleh dengan mengaplikasikan high pass filter Filtering akan dipelajari pada proses peningkatan mutu citra (image enhancement) 13 14. Proses Konvolusi dan Dekonvolusi (2)Proses Konvolusi dan Dekonvolusi (2) Contoh efek blurring (bayangkan bila terjadi pada piksel citra 2-dimensi) point response function ideal response (averaging) deconvolution function (filtering) 14 15. Filter/ mask/ kernel gaussian 15 16. TRANSFORMASI CITRA Mengapa perlu transformasi ? Setiap orang pada suatu saat pernah menggunakan suatu teknik analisis dengan transformasi untuk menyederhanakan penyelesaian suatu masalah [Brigham,1974] Contoh: penyelesaian fungsi y = x/z Analisa konvensional : pembagian secara manual Analisa transformasi : melakukan transformasi log(y) = log(x) log(z) look-up table pengurangan look-up table Transformasi juga diperlukan bila kita ingin mengetahui suatu informasi tertentu yang tidak tersedia sebelumnya 16 17. Transformasi Citra Contoh : jika ingin mengetahui informasi frekuensi kita memerlukan transformasi Fourier Jika ingin mengetahui informasi tentang kombinasi skala dan frekuensi kita memerlukan transformasi wavelet Transformasi citra, sesuai namanya, merupakan proses perubahan bentuk citra untuk mendapatkan suatu informasi tertentu Transformasi bisa dibagi menjadi 2 : Transformasi piksel/transformasi geometris Transformasi ruang/domain/space 17 18. Transformasi Piksel dan Ruang Transformasi piksel masih bermain di ruang/domain yang sama (domain spasial), hanya posisi piksel yang kadang diubah Contoh: rotasi, translasi, scaling, invers, shear, dll. Transformasi jenis ini relatif mudah diimplementasikan dan banyak aplikasi yang dapat melakukannya (Paint, ACDSee, dll) Transformasi ruang merupakan proses perubahan citra dari suatu ruang/domain ke ruang/domain lainnya, contoh: dari ruang spasial ke ruang frekuensi Ada beberapa transformasi ruang yaitu : Transformasi Fourier (basis: cos-sin) Transformasi Hadamard/Walsh (basis: kolom dan baris yang ortogonal) Transformasi DCT (basis: cos) 18 19. 19 20. Transformasi Fourier (FT) Pada tahun 1822, Joseph Fourier, ahli matematika dari Prancis menemukan bahwa: setiap fungsi periodik (sinyal) dapat dibentuk dari penjumlahan gelombang-gelombang sinus/cosinus. Contoh : Sinyal kotak merupakan penjumlahan dari fungsi- fungsi sinus berikut f(x) = sin(x) + sin(3x)/3 + sin(5x)/5 + sin(7x)/7 + sin(9x)/9 20 21. Fungsi kotak sebagai penjumlahan fungsi-fungsi sinus Cobakan juga program matlab berikut untuk melihat sampai batas n berapa fungsi yang dihasilkan sudah berbentuk fungsi kotak. function kotak(n) t = 0:pi/200:8*pi; kot = sin(t); for i = 3 : 2: n kot = kot + (sin(i*t))/i; end plot(kot) 21 22. 22 Gambar a) n = 1, b) n =3, c) n = 7, d) n = 99 (a) (c) (d) (b) 23. FT - Motivasi Jika semua sinyal periodik dapat dinyatakan dalam penjumlahan fungsi-fungsi sinus-cosinus, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah: Jika saya memiliki sebuah sinyal sembarang, bagaimana saya tahu fungsi-fungsi cos sin apa yang membentuknya ? Atau dengan kata lain Berapakah frekuensi yang dominan di sinyal tersebut ? Pertanyaan di atas dapat dijawab dengan menghitung nilai F(u) dari sinyal tersebut. Dari nilai F(u) kemudian dapat diperoleh kembali sinyal awal dengan menghitung f(x), menggunakan rumus: 23 24. Rumus FT 1 D Rumus FT kontinu 1 dimensi uxjuxuxj duuxjuFxf dxuxjxfuF 2sin2cos]2exp[:formulasEuler' ]2exp[)()( ]2exp[)()( = = = Rumus FT diskret 1 dimensi = = = = 1 0 1 0 ]/2exp[)( 1 )( ]/2exp[)( 1 )( N x N x NuxjuF N xf Nuxjxf N uF 24 25. Contoh FT 1 D Contoh berikut diambil dari Polikar (http://engineering.rowan.edu/~polikar/WAVELETS/WTtutorial.html) Misalkan kita memiliki sinyal x(t) dengan rumus sbb: x(t) = cos(2*pi*5*t) + cos(2*pi*10*t) + cos(2*pi*20*t) + cos(2*pi*50*t) Sinyal ini memiliki empat komponen frekuensi yaitu 5,10,20,50 25 26. Contoh sinyal 1 Dimensi x(t) Gambar sinyal satu dimensi dengan rumus x(t)= cos(2*pi*5*t) + cos(2*pi*10*t) + cos(2*pi*20*t) + cos(2*pi*50*t) (Sumber: Polikar) 26 27. FT dari sinyal tersebut FT dari sinyal tersebut. Terlihat bahwa FT dapat menangkap frekuensi- frekuensi yang dominan dalam sinyal tersebut, yaitu 5,10, 20, 50 (nilai maksimum F(u) berada pada angka 5,10, 20, 50) 27 28. Contoh Penghitungan FT 1 dimensi (Gonzalez hlm 90-92) 28 jjFF jjjj jj xjxxfF ffff NxjNxxf N F ffffcontoh NuxjNuxxf N Nuxjxf N uF x N x N x N x 25.05.0]2[ 4 1 )3(25.0]1[ 4 1 )2( 25.05.0)2( 4 1 )4432( 4 1 )0(4)01(4)0(3)01(2[ 4 1 ))]4/2sin()4/2)(cos(( 4 1 )1( 25.3)]3()2()1()0([ 4 1 ))]/02sin()/02)(cos(( 1 )0( 4)3(,4)2(,3)1(,2)0(: ))]/2sin()/2)(cos(( 1 ]/2exp[)( 1 )( 3 0 1 0 1 0 1 0 =+=== +=+=+= ++++= = =+++= = ==== == = = = = 29. Contoh Penghitungan FT Hasil penghitungan FT biasanya mengandung bilangan real dan imajiner Fourier Spectrum didapatkan dari magnitude kedua bilangan tersebut shg|F(u)| = [R 2(u) + I 2(u)]1/2 Untuk contoh di halaman sebelumnya, Fourier Spectrumnya adalah sebagai berikut: |F(0)| = 3.25 |F(1)| = [(-0.5)2+(0.25)2]1/2 = 0.5590 |F(2)| = 0.25 |F(3)| = [(0.5)2+(0.25)2]1/2 = 0.5590 29 30. Rumus FT 2 D Rumus FT 2 dimensi kolom)(jumlahcitralebarN baris)(jumlahcitratinggiM )]//(2exp[),(),(: )]//(2exp[),( 1 ),(: 1 0 1 0 1 0 1 0 = = += += = = = = M u N v M x N y NvyMuxjvuFyxfInversFT NvyMuxjyxf MN vuFFT 30 31. Contoh FT 2 Dimensi Sumber: http://www.icaen.uiowa.edu/~dip/LECTURE/LinTransforms.html 31 Untuk menampilkan nilai FT suatu citra, karena keterbatasan display, seringkali digunakan nilai D(u,v)= c log [1 + |F(u,v)|] 32. Sifat-sifat FT 2 dimensi Separable : Pemrosesan FT 2 dimensi dapat dilakukan dengan melakukan FT 1 dimensi terhadap kolom, kemudian dilanjutkan dengan FT 1 dimensi terhadap baris Translasi : ]/)(2exp[),(),( ),(]/)(2exp[),( 00 0000 NvyuxjvuFyyxxf vvuuFNyvxujyxf + + 32 33. Sifat-sifat FT 2 dimensi Periodik FT dan IFT bersifat periodik dengan periode N (N adalah jumlah titik) Rotasi Jika kita merotasikan f(x,y) sebanyak 0. maka F(u,x) juga akan berotasi sebanyak 0, demikian pula sebaliknya. Distributif FT dan IFT bersifat distributif terhadap penjumlahan tapi tidak terhadap perkalian 33 34. Sifat-sifat FT 2 dimensi Penskalaan )/,/( 1 ),( ),(),( bvauF ab byaxf vuaFyxaf Nilai rata-rata = = == 1 0 1 0 2 )0,0( 1 ),( 1 ),( N x N y F N yxf N yxf 34 35. Fast Fourier Transform (FFT) Merupakan algoritma penghitungan yang mengurangi kompleksitas FT biasa dari N2 menjadi N log2N saja Pada implementasinya, FFT merupakan cara yang umum digunakan untuk menghitung FT diskret InversFT juga dapat dihitung dengan kompleksitas N log2N (IFFT) Di Matlab : fft(x) atau fft2(X) untuk FT dan ifft(x) atau ifft2(X) untuk invers FT 35