44
1 DIKTAT STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA DISUSUN OLEH: Nama: DEA NINDRIA IMANSARI NPM: 111 300 32 KELAS: 1A- MIPA PENDIDIKAN MATEMATIKA/MIPA DOSEN PENGAMPU : HARYANTO M.Si SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG 2011

tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

1

DIKTAT

STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA

DISUSUN OLEH:

Nama: DEA NINDRIA IMANSARI

NPM: 111 300 32

KELAS: 1A- MIPA

PENDIDIKAN MATEMATIKA/MIPA

DOSEN PENGAMPU :

HARYANTO M.Si

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG

2011

Page 2: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

2

BAB 1

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan

Didalam suatu proses belajar mengajar tercangkup komponen, pendekatan, dan berbagai

metode mengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama

diselenggarakan proses belajar adalah demi terapainya tujuan pembelajaran. Dan ujuan

tersebut salah satunya adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik

dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat

didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan maka yang berperan sebagai

pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa

berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut

utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan umum maupun tujuan khusus prooses

belajar itu tercapai.

B. Pengertian

Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm

perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu

kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru

dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara

sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga

bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan

tuntas.

Page 3: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

3

C. Tujuan Pembelajaran

Umum:

Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami berbagai strategi belajar mengajar serta mampu

memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.

Khusus:

Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep strategi belajar mengajar

Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan dalam strategi belajar mengajar

Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran, teori dan fenomena

dalam interaksi belajar mengajar, serta mampu menganalisisnya.

Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam cara belajar mengajar,

dan pengembangan paradigma baru pendidikan

D. INTERAKSI DIDALAM KELAS

Pada hakekatnya belajar metematika adalah berfikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. Disinilah

makna dari strategi pembelajaran matematika adalah strategi pemblajaran aktif, yang ditandai oleh dua

faktor yaitu:

a. Interaksi optimal antara seluruh komponen dalam proses belajar mengajar, di antaranya antara

dua komponen utama yaitu guru dan siswa.

b. Berfungsi secara optimal seluruh “sense” yang meliputi indera, emosi, karsa, karya, dan nalar. Hal

itu dapat berlangsung antara lain jika proses itu melibatkan aspek visual, audio, maupun teks.

E. PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, dan MENYENANGKAN

PROSES PEMBELAJARAN

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga

seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)

pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik

Page 4: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

4

pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut adalah

penjelasannya.

1. Pendekatan Belajar

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari

metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi

pembelajaran.

Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi

dari setiap usaha, yaitu :

Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran

(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat

yang memerlukannya.

Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif

untuk mencapai sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak

titik awal sampai dengan sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)

untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan

profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan

teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria

dan ukuran baku keberhasilan.

2. Strategi Pembelajaran

Page 5: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

5

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan

siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Kemp (Wina Senjaya,

2008) . Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan

bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi

pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam

suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke

dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual

learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara

pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan

strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan

berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of

operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”

(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan

praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang

dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;

(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)

brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

3. Metode Pembelajaran

metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan

demikian,teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah

pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang

tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang

jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan

teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya

tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor

metode yang sama. Beberapa metode mengajar :

1. Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam

pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu

seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan

pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan

teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.

2. Metode Tanya Jawab

Page 6: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

6

Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang

senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup

pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa

ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :

metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu

terletakdalam :

1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.

Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui

fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin

mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin

mencari jawaban yang tepat dan faktual.

2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa

Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak

berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari

untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai

jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan

tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup

dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang

dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini

sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai

perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.

Penggunaan Metode Tanya Jawab

Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab,

berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti

dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran

penggunaan metode tanya-jawab.

Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas

1. Melanjutkan pelajaran yang lalu

2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa

Kelebihan metode tanya Jawab :

1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal

yang belum dimengerti oleh siswa.

3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu

yang diterangkan.

Kelemahan metode tanya Jawab:

1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila

dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada

Page 7: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

7

hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan

sehingga membuat persoalan baru.

2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

3. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan

pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan

jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang

disepakati bersama.

Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

a.memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

b.memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya

c.mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai

d.membantu siswa belajar berpikir secara kritis

e.membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman

f.membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun

dari pelajaran sekolah

g.mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

a.Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem

dan topik kepada kelas.

b.Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber

pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang

diajukan.

c.Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah

membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.

d.Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang

baru dikemukakan.

e.Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh

siswa atau kelompok lain.

f.Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.

Page 8: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

8

g.Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik

setuju maupun bertentangan.

h.Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.

i.Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.

j.Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari

pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.

4. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu

proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat

bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium

dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white

board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan

siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan

lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.

5. Metode karyawisata / pengalaman kerja

Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa

mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual,

siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu

yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.

6. Metode penugasan

Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi

tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat

berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode

penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih

banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan

mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi

mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri

7. Metode ekspermen laboratorium

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan

percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal

daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman,

mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan

siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

Page 9: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

9

Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. 1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-

tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab

dengan eksperimen. 2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah

yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-

bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3.

Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4. Setelah eksperimen

selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan

mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

8. Metode bermain peran / simulasi

Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara

seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu

konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih

memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.

4. teknik pembelajaran

Definis Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode

ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik

tersendiri.

Beberapa teknik pembelajaran :

a. Teknik Menjelaskan

Menjelaskan merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Karena teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa membatasi diri

agar tidak terjebak ke ceramah murni yang menghilangkan peranan siswa kecuali hanya

mendengarkan atau bahkan hanya mendengarkan yang dikemukakan guru.

b. Teknik Bertanya

Ada pepatah dalam pengajaran: “Question is the heart of the teaching”, artinya “Pertanyaan

adalah jantungnya pengajaran”. Dengan demikian, pengajaran tanpa bertanya adalah

pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya jawab, perlu diketahui tujuan

mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan.

c. Diskusi

Teknik diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang

pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemempuan umum yang harus

dimiliki setiap warga masyarakat, karena life skill itu lebih berfokus pada pengembangan

kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial, dan keterampilan-keterampilan

hidup lainnya dalam masyarakat.

d. Penemuan Terbimbing

Page 10: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

10

Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan

persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu

dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan

menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan

bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa

bahan yang ditemukan sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

e. Pemecahan Masalah

Sebagian besar ahli pendidikan matematika mengatakan bahwa masalah merupakan

pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua

pernyataan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya

jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh

suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh pelaku.

5. Taktik Pembelajaran

taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik

pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama

menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang

digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor

karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi

kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik

karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak

keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman

dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.

Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah

terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut

dengan model pembelajaran.

BAB 3

Page 11: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

11

BEBERAPA MODEL

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

1. Model penemuan terbimbing

Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental

dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut

ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).

Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam

mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu”. Dengan

demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk

menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang

tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).

Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa

dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis

sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah

disediakn guru (PPPG, 2004:4).

Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam

pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan

pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model

pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum

yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang

mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat

menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya

Dengan penjelasan diatas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan

dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan

terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model

ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika

tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri

sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan

sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang

dipelajari (Markaban, 2006:15).

Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).

Page 12: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

12

LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep

atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4).

Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya,

akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.

Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam

proses pemahaman dan ‟mengkonstuksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG,

2004:5).

Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada,

penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika

diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri,

sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan

guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang

sedang dipelajari.

Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas dan

menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya

dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan

ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan

pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas

siswa dan membantu mereka dalam „menemukan‟ pengetahuan yang baru tersebut. Metode ini

memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelak-sanaannya, akan tetapi hasil belajar yang

dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat

lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan „meng-

konstruksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Metode ini bisa dilakukan baik secara

perseorangan maupun kelompok. Beberapa materi seperti menemukan rumus luas lingkaran,

dalil Phytagoras, volume tabung, dan sebagainya sangat terbantu dalam menanamkan konsep

matematika. Dengan metode Penemuan Terbimbing guru bisa meminimalisir bentuk-bentuk ‟pe-

ngumuman‟ saja dari rumus tersebut, tetapi lebih pada upaya siswa yang diarahkan menemukan

konsep itu dibawah bimbingan guru.

Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam metode penemuan terbimbing ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa

Sedikit bimbingan -menyatakan persoalan - menemukan pemecahan

Banyak bimbingan -menyatakan persoalan

-memberikan bimbingan

- mengikuti petunjuk

- menemukan penyelesaian

Page 13: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

13

Agar pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah

yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.

Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang

ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis

data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.

Bimbingan ini sebaiknya me-ngarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju,

melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal

ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah

yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi

konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk me-nyusunnya. Di samping itu perlu diingat

pula bahwa induksi tidak menja-min 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau

soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar

Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini

berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah

sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.

Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang

ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis

data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah

kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

Page 14: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

14

d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh

guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah

yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur

sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakn soal latihan atau soal

tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.

Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat

disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya.

Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa

juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.

e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa

masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

2. Model pemecahan masalah

A. Pengertian

Strategi belajar mengajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah menekankan

pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara

bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons

yang tepat terhadap masalah yang ada.

Page 15: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

15

B. Karakteristik Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

1. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini penyelesaian

masalah kurang (tidak) rasional.

2. Penyelesaian masalah secara intuitif, masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi

berdasarkan intuisi atau firasat.

3. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan dengan

coba-coba, percobaan yang dilakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak.

4. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan

kewenangan seseorang.

5. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia

empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia

supranatural/dunia mistik/dunia gaib.

6. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui

proses deduksi dan induksi.

Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian masalah secara

ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan, materi

pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber

lingkungan yang ada. Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau kontroversial. Bahan seperti itu dapat

direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau kliping atau

disusun sendiri oleh guru.

2. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa

3. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat

4. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum

sekolah

5. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang

dikehendaki

6. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.

7.

3. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama

kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

Page 16: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

16

jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis

kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas

akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam

memahami konsep-konsep yang sulit.

Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai macam latar belakang.

Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social

siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,

memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam

kelompok.

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :

Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok

agar melakukan transisi efisien

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mengerjakan tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya

6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar

siswa baik individu maupun kelompok.

Beberapa kegiatan kelompok yang dikemukakn oleh beberap ahli antara lain

slavin(1985),lazarowitz (1988),atau sharan (1990) antar lain sbagai berikut:

1. Circle of Learning

Page 17: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

17

Belajar bersama ini dikemukaan Johnson & Johnson pada tahun 1987

(Krismanto, 2000) dengan langkah-langkah berikut.

a. Beberapa orang (5 – 6) dengan kemampuan akademik yang bervariasi

(mixed abilities group) berkumpul bersama.

b. Mereka saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan kewajiban

setiap anggota harus benar-benar memahami jawaban atau penyelesaian

tugas yang diberikan kepada kelompok tersebut.

c. Pertanyaan atau permintaan bantuan kepada guru dilakukan hanya jika

mereka sudah benar-benar kehabisan akal.

Hal yang juga dianggap penting dalam model ini adalah adanya saling

ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka di antara

anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan, dan selain

menggunakan keterampilan pribadi juga mengembangkan keterampilan

kelompok.

2. Grup Penyelidikan (Group Investigation)

Grup Penyelidikan (Group Investigation) digagas oleh Lazarowitz dkk, 1988

(Krismanto, 2000). Model ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang

luas dan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada

aktivitas positif siswa. Ada empat karakteristik pada model ini.

a. Kelas dibagi ke dalam sejumlah kelompok (grup).

b. Kelompok siswa dihadapkan pada masalah dengan berbagai aspeknya

yang dapat meningkatkan daya keingintahuan dan daya saling

ketergantungan positif di antara mereka.

c. Di dalam kelompok, siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk

meningkatkan keterampilan cara belajar.

d. Guru bertindak selaku sumber belajar dan pimpinan tak langsung,

memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan, dan menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif.

Siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan:

a. mengidentifikasi topik dan mengorganisasi diri dalam “kelompok

peneliti”,

b. merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari,

c. melaksanakan investigasi,

d. menyiapkan laporan,

e. menyampaikan laporan akhir, dan

f. mengevaluasi proses dan hasil kegiatan.

3. Co-op co-op

Kegiatan ini dikemukakan Kagan, 1985.a (Krismanto, 2000). Seperti halnya

grup penyelidikan, Co-op co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang

kompleks. Para siswa mengendalikan diri mereka sendiri tentang apa dan

Page 18: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

18

bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan. Siswa dalam suatu tim

(kelompok) menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa

mempunyai topik mini yang harus diselesaikan dan setiap tim memberikan

kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas. Struktur ini memerlukan

cara dan keterampilan bernalar yang cukup tinggi, termasuk menganalisis dan

melakukan sintesis bahan yang dipelajari. Langkahnya adalah:

a. diskusi kelas untuk seluruh siswa,

b. seleksi atau penyusunan tim siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan

tugas tertentu,

c. seleksi tim untuk memilih topik,

d. seleksi topik mini (oleh angota kelompok di dalam kelompok/timnya oleh

mereka sendiri),

e. penyiapan topik mini, presentasi topik mini, persiapan presentasi tim,

f. presentasi tim, dan

g. evaluasi oleh siswa dengan bimbingan guru.

4. Jigsaw

Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk, 1978 (Krismanto, 2000).

Langkah-langkah pada model ini adalah sebagai berikut.

a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang pada setiap

kelompok. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw

(gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap

siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut.

b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam

sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group” atau

Kelompok Ahli (KA).

c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran

dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya

kepada teman mereka sendiri.

d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka, dan

mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada temannya

dalam kelompok jigsaw tersebut. Hal ini memberikan kemungkinan

siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi baik di dalam

grup jigsaw maupun KA. Keterampilan bekerja dan belajar secara

kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis

pengelompokan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu

mengevaluasi proses pembelajaran mereka.

5. Numbered Heads Together (NHT)

NHT digagas Kagan 1985. b (Krismanto, 2000) dengan tahap kegiatan

berikut.

a. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok, masing-masing 4 orang. Setiap

Page 19: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

19

anggota diberi satu nomor 1, 2, 3, atau 4.

b. Guru menyampaikan pertanyaan atau tugas.

c. Guru memberitahu siswa untuk berembug sehingga setiap anggota tim

memahami jawaban tim. Guru menyebut salah satu nomor dari 1, 2, 3,

atau 4, dan siswa dengan nomor yang disebutkan guru yang harus

menjawab.

d. Tanggapan dari teman lainnya.

e. Kesimpulan

Setiap tim terdiri dari siswa yang berkemampuan bervariasi: satu

berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu rendah. Di sini ketergantungan

positif juga dikembangkan dan yang kurang terbantu oleh yang lebih. Yang

berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mungkin mereka tidak

dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi

tanggung jawab atau nama baik kelompok. Yang paling lemah diharapkan

sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena

mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru untuk menjawab.

6. Team Assisted/ Accelarated Instruction (TAI).

Slavin (1985) menyatakan (Krismanto, 2000) telah mengembangkan model

ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan

keampuhan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini

memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI

disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya

dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Model ini juga

merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Berikut ini

langkahnya.

a. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual.

b. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling

memeriksa jawaban teman satu tim, dan semua bertanggung jawab atas

keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab

bersama.

c. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang

dikerjakan teman satu timnya.

7.Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok –

kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam

kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada

setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota

kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang

Page 20: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

20

diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau

menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka

seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan

dibagi dalam meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang

yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan

diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan

dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu

meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan

dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta

dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan

menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya

anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim

berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap

penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams),

pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang

diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri – ciri

sebagai berikut.

a) Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil

b) Games Tournament .

Kelebihan model pembelajaran kooperatif ini adalah:

Melatih sisiwa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya

Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

Menumbuhkan rasa tanggung jawab social

Sedangkan kekurangaannya antara lain:

Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

Kendala teknis,misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung

untuk diatur kegiatan kelompok

Agak memakan banyak waktu

8.student teams-achievment division (STAD)

Page 21: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

21

Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetensi dan

kompetisi antar kelompok.Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta

„mengajar‟ temannya

4. Model pembelajaran kontekstual

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa

untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara

materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat

menerapkan dalam kehidupan.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan

CTL.

1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating

knowledge)

2. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring

knowledge)

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)

4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

Bentuk Pembelajaran dalam Metode Kontekstual

1. Mengaitkan (Relating)

Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan

sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan

informasi baru.

2. Mengalami (Experiencing)

Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan

informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman

sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan

(memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3. Menerapkan (Applying)

Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat

memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.

Page 22: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

22

4. Kerja sama (Cooperating)

Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek

dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja secara individual. Pengalaman bekerja

sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan

dunia nyata.

5. Mentransfer (Transferring)

Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman

belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan

Kelebihan dan Kelemahan

Suatu metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Demikian

pula dengan metode pembelajaran kontekstual.

1. Kelebihan:

• Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.

• Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi

• Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan

• Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan

hasil pemikiran

• Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.

2. Kelemahan:

• Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya

• Membutuhkan banyak biaya

5. Missouri mathematic project (MMP) . Metode Missouri Mathematics Project (MMP)

Sebelum melihat MMP, ada baiknya kita mengingat dahulu Struktur Pengajaran Matematika

(SPM) karena antara MMP dan SPM hampir sama.

Secara sederhana tahapan kegiatan dalam SPM adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan (7‟): apersepsi, revisi, motivasi, introduksi.

b. Pengembangan (10‟): pembelajaran konsep/prinsip.

c. Penerapan (23‟): pelatihan penggunaan konsep/prinsip, pengembangan, skill, evaluasi

d. Penutup (5‟): penyusunan rangkuman, penugaan.

Adapun Metode MMP yang secara empiris melalui penelitian, dikemas dalam struktur yang

hampir sama dengan SPM dengan urutan langkah adalah sebagai berikut (Winarno, 2000):

model Missouri Mathematics Project (MMP) memuat 5 langkah berikut.

Page 23: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

23

1. Pendahuluan atau Review

a. Membahas PR

b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru

c. Membangkitkan motivasi

2. Pengembangan

a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu

b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik

3. Latihan Dengan Bimbingan Guru

a. Siswa merespon soal

b. Guru mengamati

c. Belajar kooperatif

4. Kerja Mandiri

Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2

5. Penutup

a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah

dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan.

b. Memberi tugas PR.

Contohnya adalah sebagai berikut, yaitu untuk topik memfaktorkan persamaan kuadrat.

1. Pendahuluan atau Review

a. Membahas PR, hal ini tergantung pada ada tidaknya PR.

b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru.

Contohnya dengan meminta siswa menjabarkan: (x+2)(x+3); (x−3)(x+3); (x)(x+3). Guru

memantau pekerjaan siswa serta memperbaiki kesalahan yang ada.

c. Membangkitkan motivasi, misalnya dengan menyatakan bahwa pengetahuan memfaktorkan

ini sangat sering digunakan dalam kegiatan menggambar grafik fungsi kuadrat.

Page 24: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

24

2. Pengembangan

a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu.

b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik.

Alternatif langkahnya:

a. Minta seorang siswa menjelaskan mengapa (x + 2)(x + 3) = x2 + 5x + 6?

Ajukan pertanyaan: ”Dari mana bilangan 6 didapat?”; serta ”Dari mana bilangan 5 didapat?”

b. Guru dapat membantu dengan diagram perkalian suku dua.

c. Informasikan bahwa proses dari bentuk perkalian diubah ke bentuk penjumlahan disebut

menjabarkan; sedangkan proses kebalikannya disebut memfaktorkan.

3. Latihan dengan bimbingan guru (siswa merespon soal, guru mengamati dan membantu di

mana perlu, siswa dapat berdiskusi dengan teman lainnya).

Alternatifnya

a. Meminta siswa memfaktorkan x2+7x+10; x

2−7x+6; x

2+9x; dan x

2−25.

b. Guru berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa serta melakukan tanya jawab di mana

perlu.

4. Kerja Mandiri

Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2.

5. Penutup

a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah

dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan.

b. Memberi tugas PR.

Page 25: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

25

6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep

dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri

sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi

pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang

telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan

dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape

recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa

pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau

pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,

atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat

digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai

berikut:

Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa

jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan

disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk

mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)

mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan

mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan

digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)

menginformasikan kerangka pelajaran.

Presentasi.

Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun

keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil

sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh

konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan

langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

Latihan terstruktur

Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting

dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan

penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.

Latihan terbimbing

Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau

keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai

kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan

memberikan bimbingan jika diperlukan.

Page 26: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

26

Latihan mandiri

Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika

telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.

. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL

1. Latar belakang Filosofis

CTL banyak dipengarhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan

selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak

sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena

pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar

pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses

akomodasi.

Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur

kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model

pembelajaran kontekstual.. menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna

manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

2. Latar belakangPsikologis

Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran

ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah

peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental

yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.

Ada yang perlu dipahami tentang pbelajar dalam konteks CTL.

1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai

dengan pengalaman yang mereka miliki

2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.

3. Belajar adalah proses pemecahan masalah

4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju

yang kompleks

5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal

NO Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal

CTL Pembelajaran Konvensional

1 Siswa sebagai subjek belajar Siswa sebagai objek belajar

Page 27: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

27

2. Siswa belajar melalui kegiatan

kelompok

Siswa lebih banyak belajar secara individu

3. Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata

Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak

4 Kemampuan didasarkan atas

pengalaman

Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan

5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau angka

6 Prilaku dibangun atas kesadaran Prilaku dibangun oleh factor dari luar

7 Pengetahuan yang dimiliki

individu berkembang sesuai

dengan pengalaman yang

dialaminya

Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute

dan final, tidak mungkin berkembang.

8 Siswa bertanggungjawab dalam

memonitor dan mengembangkan

pembelajaran

Guru penentu jalannya proses pembelajaran

9 Pembelajaran bisa terjadi dimana

saja

Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas

10 Keberhasilan pembelajaran dapat

diukur dengan berbagai cara

Keberhasilan pembelajaran hanya bisa

diukur dengan tes

D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL

Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa

tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya

belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.

Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar

dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan

cara bergerak.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru

manakala menggunakan pendekatan CTL.

1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang

2. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan

Page 28: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

28

3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang

baru dengan hal-hal yang sudah diketahui

4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.

E. Asas-Asas CTL

CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi

pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

1. Konstruktivisme

Adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

2. Inkuiri

Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir

secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:

1. Merumuskan masalah

2. Mengajukan hipotesis

3. Mengumpulkan data

4. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan

5. Membuat kesimpulan

3. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang

sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a) menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran

b) membangkitkan motvasi siswa untuk belajar

c) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat

d) memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan

e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat

dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai conto yang dapat ditiru

oleh setiap siswa.

6. Refleksi (Reflection)

Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara

mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.

1. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Page 29: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

29

Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan

belajar yang dilakukan siswa.

F. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL

a. Pola Pembelajaran Konvensional

untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:

Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar

Guru menyampaikan materi pelajaran

Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya

Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan

kesimpulan

Guru melakukan post-tes

Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”

Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.

b. Pola Pembelajaran CTL

untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1. Pendahuluan

2. Inti

3. Penutup

Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung

dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima

informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada

beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai

berikut:

1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik

maupun mental.

2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam

kehidupan nyata.

3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi

sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.

Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain

BAB 4

CERAMAH

Page 30: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

30

Pengertian

Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode

yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan

ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat,

disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini

adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui

adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman

peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),

transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan

dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

DISKUSI UMUM (DISKUSI KELAS)

Pengertian

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/

pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran

(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta

dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan

pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya

digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode

lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,

permainan, dan lain-lain.

CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)

Page 31: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

31

Pengertian

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun

gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.

Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi

(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada

penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.

Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,

informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya

kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)

untuk menjadi pembelajaran bersama.

DISKUSI KELOMPOK

Pengertian

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan

cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil,

yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat

membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga

meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam

Page 32: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

32

diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan

kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik

mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan

diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi

umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan

pemaparan hasil diskusi kelompok.

BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY)

Pengertian

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peranperan

yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu „pertunjukan peran‟ di dalam

kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta

memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun

kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/

alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih

menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada

kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

SIMULASI

Page 33: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

33

Pengertian

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk

mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun

fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam

kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di

dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek

penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi

penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi

dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang

sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan

fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan

tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya

berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam

keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam

contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi

dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat

melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

SANDIWARA

Page 34: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

34

Pengertian

Metode sandiwara seperti memindahkan „sepenggal cerita‟ yang menyerupai

kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini

ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya

adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu

tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.

Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis

dikombinasikan secara seimbang.

DEMONSTRASI

Pengertian

Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta

dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah

pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada

peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi

proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk

memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah

demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,

peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,

Page 35: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

35

melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan

dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

PRAKTEK LAPANGAN

Pengertian

Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan

peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang

diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di „lapangan‟, yang bisa berarti di tempat

kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman

nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat

memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat

metode praktek adalah pengembangan keterampilan.

MPINGAN

PERMAINAN (GAMES)

Pengertian

Page 36: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

36

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan

(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah

„pemecah es‟. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi

kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk

membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan

suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh

menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai

secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal

yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses

belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.

Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian yang dialami

sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi

hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah

perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.

BAB 5

CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN

Besaran dan satuan

Kelas : X

Waktu : 45 menit

Model Pembelajaran : CTL

Metode : Eksperimen

Standar kompetensi:

Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya

Kompetensi dasar:

Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).

Page 37: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

37

Indikator:

1. Siswa membandingkan pengukuran massa dengan indera dan neraca

2. Siswa mensimulasikan cara mengukur massa suatu benda.

3. Siswa menemukan konsep massa.

4. Siswa menghitung massa jenis suatu benda.

Alat dari kit guru:

Kit neraca

Bola dan balok

Botol air

Materi:

Massa dapat dimaknai dengan berbagai definisi, bergantung pada proses pembelajarannya.

Massa dapat didefinisikan sebagai ukuran jumlah zat bila dalam proses pembelajarannya harus

menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah zat akan menambah massanya. Pendefinisian

seperti ini memberikan konsekuensi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Orang

membeli bahan bakar gas (elpiji) diukur dengan cara ditimbang. Elpiji dalam sebuah tabung

dikatakan masih penuh bila massanya besar, sedangkan jika habis massanya akan ringan. Inilah

arti pentingnya mempelajari massa agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Persiapan pembelajaran:

Sebelum masuk kelas, guru menyiapkan bola besi dan balok kayu. Balok kayu dibuat sedikit

lebih berat dibanding bola besi. Alat ini digunakan untuk membangkitkan motivasi di awal

pembelajaran.

Kegiatan Pembelajaran:

Waktu Peran Perkembangan Pembelajaran Alat bantu

5‟ MM

MM

Pendahuluan

Siswa diminta untuk mengobservasi bola

dan balok kayu.

Bola besi dan

balok kayu

Page 38: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

38

G

MM

G

MM

G

Hasil observasi dilaporkan dan ditulis di

papan tulis.

“Apakah yang anda rasakan pada tangan

kanan dan kiri sama? Apa bedanya?

Betulkah bola besi lebih berat dari pada

balok kayu?”

Siswa diminta mengamati berat kedua

benda yang dibandingkan dengan neraca.

Apakah ada pertanyaan?

Mengapa ada perbedaan antara

membandingkan massa kedua benda

menggunakan tangan dan neraca?

Manakah yang lebih tepat digunakan

sebagai alat ukur massa?

35‟ M

G

MM

MM

MM

MM

G

G

Penyusunan Opini:

Siswa diminta memberikan penjelasan

mengukur massa dengan neraca.

Kegiatan inti:

Kepada siswa diberikan kit neraca dan air

dalam botol.

1. Siswa diminta merangkai neraca.

2. Siswa diminta menimbang air yang

volumenya 50 ml.

3. Siswa diminta menimbang air yang

volumenya 100 ml.

4. Siswa diminta mencatat datanya.

5. Siswa diminta memprediksikan

massa air yang volumenya 150 ml dan

Kit neraca, air

dalam botol

Page 39: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

39

200 ml.

6. Siswa diminta mengukur massa air

yang volumenya 150ml dan 200 ml.

Diskusi:

1. Salah satu kelompok diminta

menulis data di papan tulis.

2. Berdasarkan data yang ditulis di

papan tulis, siswa diajak untuk

mendefinisikan massa.

3. Mendiskusikan pengaruh

pemanasan terhadap massa zat.

Kegiatan 2:

1. Berdasarkan tabel yang telah

diperoleh, bagaimana hubungan antara

massa dan volume air?

2. Digambar dalam bentuk grafik

(sumbu x volume, sumbu y massa),

berapa gradiennya!

3. Gradien itu apa, gradien ini

dinamakan massa jenis?

4. Siswa diminta memformulasikan

massa jenis

5. Siswa diajak mendiskusikan makna

massa jenis!

6. Siswa diajak menghitung massa

jenis suatu benda lain.

7. Massa suatu zat adalah khas untuk

zat itu, sehingga definisi massa

diperbaiki!

Siswa diajak mengenal besaran-besaran

Page 40: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

40

dasar yang lain selain massa.

Siswa diajak mengenal besaran volume,

yang diturunkan dari besaran pokok

panjang.

Pemecahan masalah:

Setiap besaran memiliki alat ukur.

Besaran terdiri atas besaran pokok dan

besaran turunan.

Penerapan konsep:

Bagaimana cara mengukur jumlah gas

dalam tabung elpiji?

5‟ G Kegiatan Pemantapan:

Siswa diminta menunjukkan alat ukur

massa selain neraca yang ada di

lingkungan mereka. Siswa diminta

mengidentifikasi alat-alat ukur besaran

pokok lain yang biasa digunakan di

lingkungannya.

Keterangan:

MM : Kegiatan utama dilakukan oleh murid-murid (diskusi murid-murid)

G : Kegiatan utama dilakukan oleh guru

M : Kegiatan dilakukan tanya jawab guru murid

Penilaian

Penugasan: Membuat deskripsi tentang kegiatan pengukuran massa yang terjadi di pasar

tradisional di lingkungannya.

Kriteria penilaian

No. Aspek Skor Bobot Skor

Maksimal

Page 41: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

41

1. Kelengkapan:

a. lengkap (data + gambar) 3

b. agak lengkap (data) 2 5 15

c. kurang lengkap (gambar) 1

2. Kesesuaian:

a. sesuai 3

b. agak lengkap 2 5 15

c. tidak lengkap 1

Skore Nilai (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 30

Skore Anak (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 10

3

Penilaian kedua aspek dilakukan melalui Evaluasi Keterampilan Proses Sains

Observasi

Tuliskan hasil pengamatan anda tentang bola besi dan balok kayu dalam percobaan ini!

Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan apa saja yang ada dalam pikiranmu saat mengamati hasil penimbangan bola besi dan

balok kayu menggunakan neraca?

Merancang percobaan

Bagaimanakah prosedur merangkai kit neraca agar siap digunakan untuk menimbang?

Mengkomunikasikan

Tuliskan data hasil pengamatanmu pada kertas yang tersedia di meja masing-masing!

Prediksi

Berapa massa air jika volume air sebanyak 150 ml?

Interpretasi data

Page 42: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

42

Apa yang terjadi bila jumlah air dalam wadah ditambah?

Inferensi (Kesimpulan sementara)

Berdasarkan data yang telah anda interpretasikan, kesimpulan apakah yang dapat kalian

temukan?

Kesimpulan

Setelah mengetahui massa jenis, apakah yang dimaksud dengan massa itu?

Penilaian aspek kognitif

Mengingat:

Faktor apakah yang mempengaruhi besar kecilnya massa air?

Memahami:

Mengapa pemanasan suatu benda dapat mengubah massa jenisnya?

Menerapkan:

Mengapa saat membeli elpiji di toko kita harus menimbangnya lebih dahulu?

Menganalisis:

Mengapa ikan di danau sekitar kutub masih tetap hidup meskipun danau tersebut tertutup oleh

es?

Menilai:

Benarkah konsep berikut ini, berikan alasan pendapat anda! Meskipun besi yang dipanaskan

akan muai, namun massa jenisnya tetap karena pertambahan volume besi diikuti dengan

pertambahan massa besi tersebut

Mencipta:

Bagaimanakah prosedur untuk menunjukkan bahwa benda yang dipanaskan massanya tidak

berubah?

Penilaian aspek psikomotorik

Page 43: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

43

Selama siswa melakukan percobaan, guru menilai keterampilan kerja siswa

Penilaian aspek apektif

Selama siswa melakukan diskusi, dinilai ketekunannya, kerjasamanya, dan kepatuhannya dalam

melaksanakan tugas.

Pembahasan

Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dirancang ini memenuhi hakekat CTL, antara lain:

1. Konstruktivisme, siswa dihadapkan pada pengalaman kongkrit membandingkan massa

dua benda yang diukur dengan tangan dan neraca. Berdasarkan hasil observasinya siswa

dapat diajak untuk mengenali faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda.

2. Tanya Jawab, kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai dengan penutup

selalu dilakukan tanya jawab antara guru dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan

untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan

mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud

keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan

siswa, siswa dengan guru.

3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula

dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori

atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan

data, analisis data, kemudian disimpulkan. Definisi massa ditemukan oleh siswa selama

proses pembelajaran melalui kegiatan ilmiah.

4. Komunitas belajar, adalah komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk

berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan

kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan

kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. Identitas

MM diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru tidak mendominasi kelas,

tetapi Tanya jawab antar siswa antar kelompok siswa dapat berjalan lancer.

5. Pemodelan, dalam pembelajaran ini, guru mendemontrasikan suatu kinerja (mengukur

massa) agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model

yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn mengukur massa air yang

volumenya sudah ditentukan lebih dahulu. Guru mengarahkan siswa supaya tidak

melakukan hal yang sebaliknya yaitu memaksakan untuk mengisi air ke dalam suatu

wadah agar massanya sebesar x gram. Ini dilakukan untuk memberikan contoh bekerja

ilmiah yang benar, membedakan antara variabel bebas (mengisi air ke dalam suatu

wadah) untuk mendaatkan variable terikat (massa air yang teramati melalui neraca.

6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman

yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum

Page 44: tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

44

diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Dalam pembelajaran ini

siswa diberi kesempatan untuk membadingkan hasil pembelajaran ini dengan fakta yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari (membeli elpiji). Siswa yang sudah memahami

konsep massa, akan meminta penjual menimbang elpiji sebelum dibawa pulang, tidak

hanya percaya dengan segel yang ada pada tabung gas.

7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,

ketrampilan sikap) siswa secara nyata. RPP ini dilengkapi dengan instrumen penilaian

yang menyeluruh, mulai dari saat melakukan kegiatan pembelajaran sampai dengan

setelah pembelajaran itu selesai.