16
Teknik Lobi, Diplomasi & Negosiasi Isu Lingkungan di Mata Media Massa Ujian Akhir Semester Dra. Helena Olii, MM Disusun oleh: Siska Doviana NIM 44205120085 Mahasiswa Angkatan 8 Program Kelas Karyawan Jurusan Hubungan Masyarakat Fakultas Komunikasi Universitas Mercubuana Universitas Mercubuana 2009

UAS Lobi dan Negosiasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ESP

Citation preview

Page 1: UAS Lobi dan Negosiasi

TeknikLobi,Diplomasi&NegosiasiIsuLingkungandiMataMediaMassa

UjianAkhirSemesterDra.HelenaOlii,MMDisusunoleh:SiskaDovianaNIM44205120085MahasiswaAngkatan8ProgramKelasKaryawanJurusanHubunganMasyarakatFakultasKomunikasiUniversitasMercubuana

U n i v e r s i t a s M e r c u b u a n a 2 0 0 9

Page 2: UAS Lobi dan Negosiasi

2

Kata Pengantar

Tulisan tentang “Teknik Lobi, Diplomasi, dan Negosiasi: Isu

Lingkungan di Mata Media Massa” merupakan kumpulan jawaban yang

disusun secara sistematis dari empat soal Ujian Akhir Semester mata kuliah

Teknik Lobi, Diplomasi, dan Negosiasi. Makalah ini disusun sebagai syarat

kelulusan mata kuliah yang dibimbing oleh Ibu Helena Olii selama satu

semester. Selama kuliah saya mengikuti banyak cerita-cerita menarik,

praktek, dan simulasi tentang bagaimana melakukan teknik lobi dan negosiasi

serta bagaimana bahasa tubu tercermin dalam pertemuan untuk melakukan

lobi dan negosiasi.

Makalah ini terdiri dari empat bagian, bagian pertama memperkenalkan

tentang organisasi dan perusahaan tempat saya bekerja, bagian kedua

memaparkan tentang masalah-masalah yang pernah saya hadapi ditempat

saya bekerja dan bagaimana saya menanganinya sebagai professional

melalui teknik-teknik lobi dan negosiasi, disertai dengan ilustrasi diagram

negosiasi.

Sebagai penutup, saya berterima kasih atas kesediaan Ibu Helena Olii

untuk meluangkan waktunya dan mengevaluasi makalah ini.

Hormat saya,

Siska Doviana Penulis

Page 3: UAS Lobi dan Negosiasi

3

Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................2 Daftar Isi.................................................................................................3 Bagian I USAID Environment Services Program (Program Jasa Lingkungan).................................................................4

Sejarah Singkat ..................................................................................4 Bagian II Tantangan Menciptakan Perubahan Perilaku di Masyarakat Terkait Isu Lingkungan ....................................................6

1. Pendekatan Humas Melalui Media Massa .................................6 2. Diagram Pendekatan Terpadu untuk menjalin kemitraan......10

Bagian III Hambatan Komunikasi ......................................................11 Bagian IV Negosiasi Melalui Surat Elektronik (e-mail) ....................14 Daftar Pustaka .....................................................................................16

Page 4: UAS Lobi dan Negosiasi

4

Bagian I USAID Environment Services Program

(Program Jasa Lingkungan)

SejarahSingkat

Program Jasa Lingkungan atau sering disebut juga ESP adalah

program lima tahun yang dikembangkan oleh USAID/ Indonesia

sebagai tanggapan dari Inisiatif Presiden pada 2002 untuk memperbaiki

manajemen sumber daya air yang berkelanjutan. Inisiatif ini mendukung

kegiatan di tiga bidang utama berikut:

• Akses kepada air bersih dan layanan sanitasi

• Manajemen Daerah Aliran Sungai yang lebih baik

• Meningkatkan produktivitas air

Program ESP dikembangkan sebagai bagian strategi negara pada

Tahun Fiskal 2004-2008 dengan tujuan pelayanan kebutuhan dasar

manusia yang lebih berkualitas (Basic Human Services – BHS). Bidang

– bidang terkait dalam hal ini adalah kesehatan dan lingkungan serta

dampaknya pada status kesehatan. Untuk mencapai tujuan ini, USAID

memfokuskan diri untuk meningkatkan akses dan penggunaan layanan

kesehatan dan lingkungan terpenting, khususnya untuk masyarakat

kurang mampu melalui pembangunan kapasitas pemerintah lokal untuk

memberikan layanan yang lebih baik sehingga menjamin

kesinambungan bantua. Layanan yang penting bagi tujuan di atas

adalah bidang air, pangan/nutrisi dan layanan kesehatan.

Tiga tujuan jangka pendek yang mendukung tercapainya tujuan utama:

• Pemerintah, komunitas dan sektor swasta dikerahkan untuk

melakukan advokasi untuk memperbaiki kesehatan, air dan layanan

sanitasi

Page 5: UAS Lobi dan Negosiasi

5

• Layanan penting disampaikan secara efektif pada tingkat lokal

• Praktek yang lebih baik dan perubahan perilaku yang mendukung

dilaksanakan pada tingkat komunitas dan rumah tangga. Untuk mencapai target perubahan perilaku ESP mengadakan

pendekatan komunikasi terpadu menggunakan divisi Komunikasi

Strategis untuk Perubahan Perilaku. Komunikasi Penyuluhan

Masyarakat menargetkan perubahan perilaku pada skala pembuat

keputusan melalui media dengan menyediakan informasi dan

memberikan inspirasi akan permintaan masyarakat akan layanan yang

lebih baik melalui Kampanye.

Page 6: UAS Lobi dan Negosiasi

6

Bagian II

Tantangan Menciptakan Perubahan Perilaku di

Masyarakat Terkait Isu Lingkungan

1. PendekatanHumasMelaluiMediaMassaDi ESP, peran humas terletak pada divisi komunikasi yang

berhubungan dengan masyarakat. Pada tingkat tatap muka

dilakukan penyuluhan (below the line) dan pada tingkat yang lebih

besar lagi jangkauan dilakukan melalui media massa (above the

line). Media telah menjadi pendukung ESP dalam mempromosikan

dan berkomitmen untuk isyu-isyu yang dihadapi oleh program, dan

berfungsi sebagai jaminan jangkauan yang lebih luas akan lingkup

proyek individual. Media membangun jembatan penghubung yang

menimbulkan dialog antar publik untuk pelayanan yang lebih baik.

Namun kampanye media membutuhkan pesan-pesan yang tepat,

peralatan, saluran dan target sasaran, serta keseimbangan antara

konteks global dan kepentingan lokal tertentu. Hubungan dengan

media juga membutuhkan berbagai tingkatan dan pendekatan

(secara formal dan informal)

Tantangan yang dihadapi oleh humas adalah:

1. Bagaimana media massa tertarik untuk meliput isu kesehatan

yang tidak “menjual”.

Isu dimana penduduk Indonesia masih buang air besar

sembarangan, tidak mencuci tangannya dengan sabun, tidak

mengelola limbah rumah tangganya, tidak peduli dengan

sampahnya sehingga mengakibatkan banjir – selalu kalah

dengan berita kriminal, kebakaran, bom, korupsi, atau seks.

Penyelesaian:

Page 7: UAS Lobi dan Negosiasi

7

• Melakukan pendekatan dan lobi pada redaksi-redaksi media

melalui road show, para pimpinan redaksi didatangi, diberi

penjelasan, diminta bantuan karena isu kesehatan ini penting.

Tunjukkan angka-angka statistik, isu sanitasi bila tidak

ditangani merugikan negara 58 triliun, potensi yang hilang dari

lingkungan kotor dan masyarakat yang tidak peduli bisa berarti

penurunan kualitas hidup, dan potensi konflik karena bencana

banjir dan yang lainnya.

• Tawarkan pembangunan kualitas untuk wartawan-wartawan

penulisnya dengan mengadakan pelatihan gratis menulis

tentang isu kesehatan agar menjual.

• Membuat kompetisi jurnalistik untuk liputan kesehatan.

2. Masyarakat miskin yang berpikir bahwa kesulitan hidup itu

lumrah, sanitasi buruk juga lumrah, tidak ada yang perlu dirubah

karena itulah hidup

Page 8: UAS Lobi dan Negosiasi

8

Penyelesaian:

• Masyarakat yang berpikir bahwa perawatan WC umum yang

buruk, atau hidup sekenanya seperti membuang sampah

sembarangan, lingkungan yang kotor dan panas itu bagian

dari diri mereka perlahan-lahan diajak untuk berubah dengan

melobi pemimpinnya dan memberi contoh-contoh nyata

dengan membiayai kunjungan komunitas satu ke komunitas

yang berhasil sehingga terinspirasi.

• Dari sisi kepemimpinan, dilakukan pendekatan pada ketua

RW. Diberitahu keuntungan dari kerjasama antar warga untuk

perawatan fasilitas publik itu akan menguntungkan bersama,

lingkungan asri tidak harus mewah, dan pencapaian di

dokumentasikan dengan mengajak wartawan berkunjung ke

tempat-tempat yang berhasil berubah. Hasilnya ketua RW

yang dijanjikan bahwa apabila dan hanya apabila mereka mau

merawat dengan biaya sendiri, maka infrastruktur baru akan

dibangun. Setelah ketua RW menyanggupi maka dibangunlah

MCK++ (Mandi Cuci Kakus) yang menggunakan tabung

biogester, dimana hasil buangan tinja dapat dirubah menjadi

gas untuk memasak bagi dapur umum. Masyarakat

penggunanya merawat bersama, daerah ini pun menerima

banyak kunjungan sebagai daerah percontohan. Apabila

pendekatan melalui lobi dan pertemuan pada teladan lokal

sudah berhasil, tahap selanjutnya adalah melobi media agar

mengadakan peliputan.

Page 9: UAS Lobi dan Negosiasi

9

Page 10: UAS Lobi dan Negosiasi

10

2. DiagramPendekatanTerpaduuntukmenjalinkemitraan

Page 11: UAS Lobi dan Negosiasi

11

Bagian III

Hambatan Komunikasi

Pertanyaan: mengapa hambatan komunikasi dalam berlobi, diplomasi,

dan negosiasi harus mendapat perhatian komunikator?

Lobi, diplomasi dan negosiasi adalah pengambilan keputusan bersama

yang dilandasi tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi

dalam melobi memerlukan ketrampilan, tidak hanya berkomunikasi,

tetapi juga mendengar dan menyimak – ini penting karena para pihak

yang bernegosiasi harus merasa kepentingannya terwakili oleh pihak

lain.

Komunikator harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan

hambatan komunikasi karena keberhasilan komunikasi bergantung

pada faktor-faktor apakah hambatan-hambatan ini timbul saat

berdiplomasi, melobi, dan negosiasi.

Menurut Curtis, Floid & Winsor ada tiga hambatan komunikasi, yaitu

hambatan fisik, psikologis, dan semantik.

1. Hambatan fisik meliputi: suasana bising, penyimpangan proses

transmisi melalui media lain (telpon yang tidak mendapat sinyal),

melakukan lobi melalui TV di daerah yang tidak memiliki TV. Bill

Scott menyatakan bahwa hambatan ini menjadikan pesan tidak

didengar.

Cara-cara untuk mengatasi hambatan ini:

Menggunakan beberapa saluran untuk berkomunikasi: apabila

melalui telpon terganggu, dicoba SMS, atau mengatur pertemuan

untuk bertemu. Apabila pertemuan kurang memuaskan, kirimkan

Page 12: UAS Lobi dan Negosiasi

12

ucapan terimakasih melalui kartu atau surat dengan menyertai

tanda mata perusahaan dan mengatur pertemuan lainnya.

Apabila menggunakan media, apabila media satu dirasakan kurang

efektif, gunakan media lain, seperti apabila digunakan media TV,

maka gunakan juga media cetak dan radio.

2. Hambatan psikologis meliputi daya tarik fisik ataupun mental seperti

pihak-pihak yang melobi atau bernegosiasi memiliki resistensi akan

penampilan yang mereka lihat. Bisa jadi penggunaan pakaian yang

tidak sesuai seperti aliran Islam ekstrim yang menutup seluruh

badan dan hanya terlihat mata, atau pelobi perempuan

menggunakan rok terlalu pendek sehingga yang dilobi memandang

rendah, atau pelobi memiliki bau nafas yang tidak sedap atau bau

badan. Hal ini menyebabkan prasangka dan bisa menghambat

proses komunikasi.

Hambatan psikologis lainnya adalah sikap yang sudah terbentuk

terhadap organisasi tertentu, pengalaman buruk sebelumnya,

ataupun bertemu pada waktu yang tidak tepat sehingga komunikasi

yang diusahakan untuk dijalin tidak maksimal.

Cara-cara untuk mengatasi hambatan ini:

Paling tidak pelobi meyakinkan bahwa penampilannya professional,

nyaman, tidak berlebihan. Perkecualian bisa dilakukan apabila telah

dilakukan riset terlebih dulu, sebagai contoh Jackie Kennedy untuk

memikat hati penduduk di negara India menggunakan kain sari yang

sudah dimodifikasi pada saat pesawat kepresidenan Amerika

Serikat mendarat di India. Amerika langsung mendapatkan citra

positif dimata India melalui ibu negaranya yang sensitive dan pintar

mengambil hati. Hal lain adalah yakinkan bahwa waktu untuk

bertemu sudah tepat, pelobi datang tepat waktu, jangan biarkan

pihak yang diundang menunggu.

Page 13: UAS Lobi dan Negosiasi

13

Apabila sebelumnya pihak yang dilobi memiliki pengalaman buruk,

luangkan waktu pra-pertemuan untuk meminta maaf dan

menjelaskan masalahnya, dan jadwalkan pertemuan lanjutan untuk

mulai melobi dengan jangka waktu beberapa lama. Apabila

dirasakan pertemuan kurang memuaskan karena waktu yang tidak

tepat atau hambatan fisik, bisa dijadwalkan pertemuan ulang.

Hambatan semantik adalah kesalahan dalam menafsirkan pesan.

Ada ketidak sesuaian antara pesan yang dikirimkan komunikator

dengan pesan yang ditangkap komunikan. Kata-kata yang

dipergunakan terlalu sukar dimengerti atau dipahami komunikan,

seperti:

• Perbedaan dalam memberikan arti kata denotatif pada kata-kata

yang dipergunakan saat berkomunikasi.

• Perbedaan dalam memberikan arti kata konotatif pada kata-kata

yang dipergunakan saat berkomunikasi.

• Pola kalimat yang digunakan komunikator membingunkan

komunikan.

• Terdapat perbedaan budaya antara komunikator dengan

komunikan.

Cara-cara untuk mengatasi hambatan ini:

Untuk mengatasinya pelobi harus meluangkan kemungkinan bahwa

apa yang mereka sampaikan kemungkinan tidak dimengerti dan

dengan halus melakukan pengulangan pesan dan konfirmasi tanpa

terkesan merendahkan. Juga disarankan untuk menggunakan lebih

dari satu saluran, seperti setelah dilakukan percakapan, konfirmasi

melalui telpon dan dilanjutkan dengan mengirim dokumen tertulis.

Dengan demikian paling tidak kedua belah pihak yakin akan apa

yang sampai pada pihak lain dan bagaimana pihak lain

menanggapinya.

Page 14: UAS Lobi dan Negosiasi

14

Bagian IV

Negosiasi Melalui Surat Elektronik (e-mail)

Pertanyaan: Apakah organisasi anda melakukan korespondensi melalui

email?

Jawaban: Ya, sebagai organisasi internasional, surat elektronik atau

dikenal juga dengan email menjadi salah satu media komunikasi yang

paling banyak digunakan untuk berkomunikasi. Dalam satu hari,

tergantung posisi pekerjaan orang tersebut dalam organisasi,

penggunaan email berkisar sekitar 70 hingga 80 persen untuk

melakukan pekerjaan. Seluruh konfirmasi, informasi, undangan rapat,

pernyataan pendapat, delegasi pekerjaan, maupun pengumuman

remeh-temeh seperti ada kue yang dibagikan untuk email dilakukan

melalui email. Manfaat email dalam pekerjaan sehari-hari terkait

kekuatannya untuk melobi, bernegosiasi, dan berdiplomasi adalah

sifatnya yang hitam diatas putih. Dalam komunikasi verbal orang bisa

mengelak akan apa yang ia katakana, namun konfirmasi melalui email

dapat dicetak dan dijadikan bukti persetujuan atau ketidak setujuan.

Namun harus saya akui, penggunaan email sebagai alat komunikasi

memerlukan keterampilan khusus dan jam terbang (pengalaman) dalam

menggunakan email untuk komukasi professional. Seperti:

• Apa yang sebaiknya ditaruh di judul email sehingga mencerminkan

isinya.

• Tanda baca yang tepat, menulis dengan ringkas dan pada intinya

(tidak berpanjang-panjang), berlatih menulis email netral dan tidak

emosional.

Penggunaan email pada budaya yang berbeda menurut hemat saya

sangat membantu dalam berkomunikasi. Budaya, bahasa, dan

Page 15: UAS Lobi dan Negosiasi

15

kebiasaan yang berbeda membuat komunikasi verbal biasanya lebih

mudah untuk disalah-tafsirkan dan email biasanya dapat melancarkan

dan mengkonfirmasi dengan lebih jelas terhadap keputusan dan

percakapan-percakapan yang sebelumnya dilakukan.

Email juga berguna untuk komunikasi efektif lintas batas negara, dan

lintas waktu karena sifatnya yang tidak langsung.

Page 16: UAS Lobi dan Negosiasi

16

Daftar Pustaka

1. SituswebUSAID‐ESP:www.esp.or.id

2. Modul14:NegosiasiLewatEmailDariBudayaYangBerbeda.TeknikLobidanNegosiasi.Dra.HelenaOliiMM

3. Modul12:HambatanKomunikasidalamLobi,Negosiasi,danDilpomasi.Dra.HelenaOliiMM.

4. ArsipberitaUSAID‐ESP

• TabloidNyata:MCKPlusPlusSolusiJitudariKampungKumis,Mei2008.Hal36

• Liputan6:KomunitasPetojoSuksesJagaLingkungan