Upload
awanda-gita
View
520
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ZAMAN MEGALITHIKUM
Anggota Kelompok Fanny Ardianti A Ulfia Munta ati Rifqi Muhlis sa’idi Reno Maulana A. M. Muklasin Vienneta Aulia
MENU Megalithikum
Ciri ciri
Kepercayaan
Artefak
Sosial
politik
Budaya
Ekonomi
Apa itu zaman Megalithikum? Kata Megalithikum berasal dari Megalitik
yang berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu.
Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar.
Ciri-ciri - Manusia sudah dapat menghasilkan
kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar
- Manusia sudah mengenal kepercayaan utamanya yaitu animisme
Kepercayaan yang dianut pada zaman Megalithikum
Kepercayaan masyarakat semakin bertambah mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal
Kepercayaan masyarakat pada masa ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi Megalitikum/upacara-upacara keagamaan, persembahan kepada dewa dan upacara penguburan mayat yang dibekali dengan benda milik pribadi ke kuburnya.
Anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada pada suatu tempat yang lebih tinggi. Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan berupa tugu-tugu batu/ bangunan megalitikum yang letaknya di puncak bukit, di lereng gunung/ tempat yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya
DinamismeKepercayaan kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat.
AnimismeKepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur. Mereka percaya, manusia setelah meninggal rohnya tetap ada dan tinggal ditempat-tempat tertentu dan harus diberi sesajen pada waktu-waktu tertentu.
Contoh dinamisme : Menyembah batu
Contoh Animisme : ritual memanggil roh
Artefak peninggalan zaman megalithikum1.Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia :
Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Fungsi Menhir adalah sebagai berikut : Sarana pemujaan terhadap arwah nenek
moyang Tempat memperingati seseorang (kepala suku)
yang telah meninggal Tempat menampung kedatangan roh
2. Punden Berundak-undakPunden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur
Punden Berundak
3.DolmenDolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
Dolmen
4.SarkofagusSarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali.
Proses penguburan di zaman Megalithikum
5.Peti kuburPeti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).
Peti Kubur
6.Arca batu Arca / patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Fungsi untuk Penghormatan terhadap tokoh yang disukai.
Daerah-daerah sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Arca batu juga di temukan di Sumatra Selatan dan di teliti oleh Von Heine Geldern.
Arca Batu
7.Waruga Waruga adalah peti jenazah kecil yg berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yg berbentuk atap rumah dan merupakan peninggalan budaya minahasa. Banyak ditemukan di Minahasa.
Fungsi utama waruga adalah sebagai kuburan. Di samping tulang belulang atau mayat, alat-alat perang seperti wengkow (tombak), kelung (parang dan perisai) disimpan juga di dalam waruga.
Yang menempati waruga biasanya adalah tokoh, panglima perang atau para dotu-dotu, pemimpin (yang merintis pemukiman baru). Jadi mereka yang dituakan atau dihormati sebagai tokoh di negeri tersebut. Jadi tidak semua orang bisa dikuburkan di dalam waruga. Menurut sejarah Minahasa, diperkirakan bahwa waruga-waruga ini telah ada sejak abad ke 4 sampai abad ke 6.
Waruga
Sosial Mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada
tanah-tanah persawahan kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya
Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
BUDAYA Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia
telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik
Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam: Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
Budaya megalitikum di Indonesia Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi
Sumatera Selatan. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat.
Nias. Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Contohnya Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias.
Sumba. Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
EKONOMI Mereka telah mengenal sistem barter, dimana terjadi
pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/ sistem ekonomi dalam masyarakat.
Hubungan antar anggota masyarakat semakin erat baik itu di lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah
Sistem perdagangan semakin berkembang seiring dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat.
Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi sebuah kebutuhan hidupnya.
POLITIK Diangkat seorang pemimpin
yang: 1. berwibawa, 2. kuat, dan 3. disegani untuk mengatur para
masyarakatnya.4. Yang paling tua dan di tuakan
Matur nuwun