22
Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 1 BAB 2 URAIAN PENDEKATAN, METODE STUDI DAN PROGRAM KERJA 2.1. Landasan Hukum Kajian Lingkungan Hidup Strategis Landasan hukum KLHS adalah Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengertian yang berkaitan dengan KLHS seperti tercantum pada Pasal 1 adalah sebagai berikut: a. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. b. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. c. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Pasal 15 memberikan amanah kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk melaksanakan KLHS sebagaimana tercantum pada Gambar2.1, dimana; (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan atau program. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan atau evaluasi; a. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan pencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; b. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

Bab 2-metode-studi-

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 1

BAB 2 URAIAN PENDEKATAN, METODE STUDI

DAN PROGRAM KERJA 2.1. Landasan Hukum Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Landasan hukum KLHS adalah Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengertian yang berkaitan dengan

KLHS seperti tercantum pada Pasal 1 adalah sebagai berikut:

a. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan

antar keduanya.

b. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke

dalamnya.

c. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah

rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan

terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,

dan/atau program.

Pasal 15 memberikan amanah kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk

melaksanakan KLHS sebagaimana tercantum pada Gambar2.1, dimana;

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa

prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan atau program.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan

atau evaluasi;

a. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana

pembangunan jangka panjang (RPJP), dan pencana pembangunan jangka

menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

b. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak

dan/atau risiko lingkungan hidup.

Page 2: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 2

(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme :

a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi

lingkungan hidup di suatu wilayah;

b. Perumusan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program;

dan

c. Rekomendasi perbaikanuntuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan Pasal 19 diketahui, bahwa tujuan KLHS adalah untuk memastikan

bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. Sedangkan

manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan KLHS ini adalah :

a. Memperkuat proses pengambilan keputusan, baik berdasarkan informasi hasil

kajian, kondisi riil, maupun masukan dari para pemangku kepentingan.

b. Menjadi bahan akuntabilitas publik mengenai diintegrasikannya prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan/rencana/ program.

c. Mengurangi implikasi negatif pada tingkat kegiatan usaha/proyek melalui

perbaikan arahan pada tingkat kebijakan/rencana/program.

d. Lebih memberikan kepastian bagi investasi pembangunan.

Pasal 16 menyebutkan, bahwaKLHS akan memuat kajian antara lain :

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan;

b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c. kinerja layanan/jasa ekosistem;

d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan

f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Dengan demikian, KLHS akan menghasilkan rekomendasi dalam memenuhi

ketentuan pada Pasal 17, yaitu menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan dalam suatu wilayah.

Page 3: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 3

Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah

terlampaui, maka:

a. kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki

sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan

b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

Selain Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, peraturan yang melandasi

pelaksanaan KLHS adalah Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

terutama dari beberapa pasal berikut :

a. Rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota harus

memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (Pasal 19, 22,

25 dan 28).

b. Pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan

sesuai dengan standar kualitas lingkungan dan daya dukung dan daya tampung

lingkungan (Pasal 34).

c. Penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup

(Penjelasan Pasal 25)

2.2. Pedoman Teknis Penyusunan KLHS: PERMEN LH No.9 Tahun 2011

Pelaksanaan teknis penyusunan KLHS berpedoman pada Peraturan Menteri

(PERMEN) Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011, tentang Pedoman Umum Kajian

Lingkungan Strategis.

Merujuk pada pedoman umum tersebut, diketahui bahwa tahapan pelaksanaan

KLHS diawali dengan mengidentifikasi apakah perlu dilakukan KLHS terhadap suatu

kebijakan, rencana, dan/atau program. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang wajib

KLHS tanpa proses penapisan adalah RTRW dan rencana rincinya, serta RPJP dan RPJM

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.Mekanisme pelaksanaan KLHS seperti tercantum

pada Gambar 2.1.

Sesuai dengan tujuan KLHS yaitu untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

Page 4: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 4

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program, maka dalam rangka revisi

rencana tata ruang wilayah, KLHS menjadi salah satu instrumen untuk melakukan

perbaikan atau penyesuaian terhadap permasalahan atau issue lingkungan hidup.

Kerangka kerja penyusunan KLHS secara umum merupakan hubungan antara komponen

kerja KLHS, sesuai dengan tahapan kerja pada Gambar 2.2.

Uraian kerangka kerja KLHS secara umum adalah sebagai berikut;

a. Penapisan

Kegiatan penapisan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan KLHS terhadap

sebuah konsep/muatan rencana tata ruang.

b. Pelingkupan

Pelingkupan merupakan prosesyang sistematisdan terbuka untuk

mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul

berkenaan dengan rencana KRP-RTR Wilayah dan Kawasan.

c. Telaah dan Analisis Teknis

Telaah dan analisis teknis adalah proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi

mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat diterapkannya RTRW; serta pengujian

efektivitas RTRW dalam menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.

d. Pengembangan Alternatif

Alternatif yang dikembangkan dapat mencakup: a) substansi pokok/dasar RTRW,

b) program atau kegiatan penerapan muatan RTRW, c) kegiatan-kegiatan operasional

pengelolaan efek lingkungan hidup.

e. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan untuk memilih alternatif terbaik yang bisa

dilaksanakan, yang dipercaya dapat mewujudkan tujuan penataan ruang dalam kurun

waktu yang ditetapkan.

f. Pemantauan dan Tindak Lanjut

Pada dasarnya efektivitas penerapan rekomendasi KLHS berkaitan langsung

dengan efektivitas RTRW bagi wilayah rencananya, sehingga tata laksananya bisa

mengikuti aturan pemantauan efektivitas RTRW.

g. Partisipasi dan Konsultasi Masyarakat

Seluruh rangkaian KLHS bersifat partisipatif, yaitu semua dalam bentuk

partisipasi dan konsultasi masyarakat. Bila KLHS diaplikasikan untuk tingkat kabupaten,

kota, atau kawasan, maka proses pelibatan masyarakat atau konsultasi publik harus

Page 5: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 5

dilakukan sedini dan seefektif mungkin. Hal ini disebabkan cakupan muatan RTRW yang

bersifat operasional memiliki ragam penerapan yang variatif dan bersinggungan langsung

dengan kegiatan masyarakat. Secara spesifik, harus ada ketersediaan waktu yang cukup

bagi masyarakat untuk menelaah, memberikan masukan, dan mendapatkan tanggapan

dalam proses KLHS. Kegiatan ini juga mensyaratkan adanya tata laksana penyaluran

aspirasi masyarakat, termasuk pada tahap pengambilan keputusan.

h. Internalisasi KLHS dalam Proses Penyusunan RTRW

KLHS bisa dijadikan bagian yang tak terpisahkan dari langkah-langkah pekerjaan

penyusunan RTRW, yaitu untuk mendukung proses pengambilan keputusan di tahap

akhir proses perencanaan dan proses kerjanya bisa terpisah (stand alone).

Gambar 2.1. Mekanisme Pelaksanaan KLHS

Page 6: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 6

Gambar 2.2. Kerangka Kerja KLHS

Sumber : Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis sebagai Kerangka berfikir dalam Perencanaan Tata Ruang, Ir. Bambang Setyabudi, MURP

2.3. Rencana Tata Ruang Wilayah

Pasal 29 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

menyatakan bahwa :

(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari

ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas

wilayah kota.

(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari

luas wilayah kota.

Sedangkan menurut Pasal 18 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman diketahui, bahwa menyusun dan menyediakan

Page 7: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 7

basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota adalah

kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup

dan sumber daya, oleh karenanya alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan

kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air

di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit lahan dan air yang mendukung

kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan

acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung

lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, maka

penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis,

efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan

kerjasama antar daerah.

2.4. Baku Mutu Lingkungan Hidup

Berdasarkan Pasal 20, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 antara lain diketahui

bahwa penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu

lingkungan hidup dan kegiatan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup

harus memenuhi persyaratan :

a. baku mutu lingkungan hidup; dan

b. izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Baku mutu lingkungan hidup yang akan menjadi acuan antara lain:

a. Baku mutu air

b. Baku mutu air limbah

Selain itu, kegiatan yang dilakukan tidak boleh menyebabkan kerusakan

lingkungan yang disyaratkan dengan kriteria baku kerusakan ekosistem sebagaimana

ditentukan pada Pasal 21, antara lain:

a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa;

b. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Baku mutu air diatur dalam Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan tersebut memuat

kelas air yang dapat digunakan untuk penetapan baku mutu air sesuai dengan

Page 8: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 8

peruntukannya. Selain itu telah ditetapkan berbagai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

tentang Baku Mutu Air Limbah.

Skema pada Gambar 2.3 berikut, menunjukkan kaitan antara Kelas Air dan Baku

Mutu Air serta Daya Tampung Beban Pencemaran Air, yang digunakan untuk keperluan

perizinan, seperti izin lokasi dan izin pembuangan limbah.

Gambar 2.3. Skema Alur Peraturan Perundang- Undangan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Page 9: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 9

2.5. Daya Dukung Lahan dan Sumber Daya Air: PERMEN Lingkungan

Hidup No. 17 Tahun 2009

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009 tentang

Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penentuan Ruang Wilayah

menyebutkan, bahwa Penataan Ruang Wilayah mengatur daya dukung dan daya

tampung lahan (Gambar 2.4 dan Gambar 2.5). Selanjutnya, menurut peraturan menteri

tersebut, daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu:

a. kapasitas penyediaan (supportive capacity)

b. kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).

Sesuai dengan definisi, daya dukung lahan adalah maksimum jumlah penduduk

yang didukung oleh sumberdaya pada suatu wilayah tanpa menimbulkan degradasi

sumberdaya tersebut. Perhitungan daya dukung yang menyangkut aspek penduduk

merupakan hal yang sangat kompleks, karena tidak hanya menyangkut aspek fisik tetapi

juga berkaitan dengan aspek lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.

Berdasarkan PERMEN tersebut di atas pada Lampiran Bab IV, cara mengetahui

daya dukung lahan, yaitu melalui perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan

bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah (Lampiran 1). Dengan metode ini dapat

diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan

surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di

suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah

tersebut,sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat

sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut. Hasil

perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan masukan/pertimbangan dalam

penyusunanrencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan

penyediaan produk hayati secara berkelanjutan melalui upaya pemanfaatan ruang yang

menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pada Lampiran Bab IV PERMEN tersebut juga diketahui, cara menentukan daya

dukung sumber daya air adalah melalui perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan

air bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah (Lampiran 1).

Ketersediaan dan produktivitas lahan dikonversikan dengan beras, dimana

besarnya konsumsi beras yang diekivalensikan dengan besarnya jumlah penduduk

merupakan cara untuk mengetahui daya dukung. Hal ini juga dilakukan terhadap

Page 10: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 10

air,dimana air dibutuhkan untuk jasa (transportasi, ruang kerja, perdagangan), tempat

tinggal, industri, penampungan limbah dan tempat rekreasi. Teknologi dan manajemen

yang menentukan produksi dan produktivitas dapat digunakan untuk meningkatkan daya

dukung dan daya tampung lingkungan. Dengan metode ini dapat diketahui secara umum

apakah sumber daya air di suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan

surplus menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan

keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan

akan air. Guna memenuhi kebutuhan air, fungsi lingkungan yang terkait dengan sistem

tata air harus dilestarikan. Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan

masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan

ruang dalam rangka penyediaan sumber daya air yang berkelanjutan.

Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan

berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan. Sementara itu,

kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup layak.

Gambar 2.4. Skema Penentuan Daya Dukung Lahan

Page 11: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 11

Gambar 2.5. Daya Dukung Lingkungan Sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan

(Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009)

Dengan demikian, kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan,

ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, sehingga penentuan daya dukung

lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 pendekatan, yaitu :

a. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.

b. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.

c. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

2.6. Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air: KEPMEN LH

No. 110 Tahun 2003

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2010 menetapkan

sebuah metodologi perkiraan beban pencemaran untuk sumber titik dan sumber tersebar

(diffuse source). Pedoman teknis tersebut menunjukkan garis besar prosedur dan

metodologi sesuai dengan peraturan di atas dan memberikan tambahan penjelasan

seperti pada Lampiran 2. Perhitungan DTBP sungai mengacu pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No.110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung

Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air. Perhitungan tersebut didasarkan pada debit air

sungai dan baku mutu air sungai/anak sungai atau mutu air sasarannya atau kriteria

kualitas air sesuai dengan pemanfaatan air sungai, dengan beberapa acuan sebagai

berikut:

Page 12: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 12

a. Perhitungan daya tampung beban pencemaran air sungai juga mengacu pada

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2010 tentang Pengendalian

Pencemaran Air, dimana dalam lampirannya memuat cara perhitungan daya

tampung beban pencemaran air sungai. Debit sungai musim kemarau diperoleh

dari data pemantauan Provinsi Jawa Barat;

b. RTRW serta kebijakan lainnya untuk pembangunan Provinsi Jawa Barat.

c. Daya dukung dan daya tampung Ekoregion Jawa Barat.

Gambar 2.6. Skema Metode Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai

2.7. Pelaksanaan Kajian KLHS Provinsi Jawa Barat

Pengkajian pengaruh RTRW, RPJP, RPJM dan KRP terhadap sumber daya alam

dan lingkungan hidup di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan melalui tahapan berikut

(Gambar2.7 dan Gambar 2.8):

REKOMENDASI ALOKASI BEBAN PENCEMARAN

SUNGAI Segmen: Kecamatan

Ruas: Sungai &Anak Sungai Sektor: Industri, penduduk,dll

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER KARAKTERISTIK

SUNGAI Debit Air

Kualitas Air Pemanfaatan Air

PENGOLAHAN DATA PERHITUNGAN DEBIT AIR

PERENCANAAN Debit Minimal Periodik

PENGUMPULAN DATA SUMBER DAN BEBAN

PENCEMARAN AIR Point Source

Non Point Source (DAS)

PERSYARATAN KUALITAS AIR

KELAS AIR BAKUMUTU AIR

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG SUNGAI

Berdasar Ruas Sungai Point Source

Non Point Source (DAS)

PENGOLAHAN DATA PERHITUNGAN BEBAN

PENCEMARAN AIR Beban Pencemaran Sungai

PENGUKURAN LAPANGAN

Debit Air Sungai Kualitas Air

KoefisienPenguraianZatPencemaran Air

Page 13: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 13

(1). Identifikasi kondisi lingkungan hidup dan permasalahannya, dengan melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya serta instansi terkait:

a. Identifikasi isu permasalahan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan

kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.

b. Identifikasi peraturan, program dan kebijakan yang ada untuk dievaluasi dan

direvisi.

c. Evaluasi atau telaah peraturan, program dan kebijakan tersebut terhadap

sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan menggunakan hasil kajian daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

(2). Perumusan alternatif penyempurnaan peraturan, program dan kebijakan.

(3). Rekomendasi revisi RTRW, RPJP, RPJM dan KRP, termasuk pengendalian beban

pencemaran lingkungan, terutama dari sektor industri dan penduduk.

Page 14: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 14

Gambar 2.7. Skema Pelaksanaan Kajian KLHS RTRW Provinsi Jawa Barat

Kajian Lingkungan

Hidup Strategis KLHS

Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW)

Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP)

Rencana Pembangunan

Jangka Menengah

(RPJM)

Kebijakan, Rencana, dan Program yang

berpotensi menimbulkan

Dampak dan Risiko Lingkungan hidup

Sesuai Daya Dukung

Lingkungan ?

Sesuai Daya Tampung Beban

Pencemaran?

Perubahan/ Revisi Rencana dan Program

Laksanakan Rencana dan

Program

BML, BKL Kapasitas

Lingkungan

Penduduk, Lahan, Air, Sumber Daya

Alam, Beban Lingkungan

UU 32/2009 PEMANFAATAN PENGENDALIAN

RPPLH, KLHS Pasal

12,13,14,15,16,17

Page 15: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II- 15

Gambar 2.8. Skema Penyusunan Rekomendasi KLHS RTRW Provinsi Jawa Barat

KEBIJAKAN PROVINSI JAWA BARAT

RTRW

BEBAN LINGKUNGAN

PENGENDALIAN BEBAN LINGKUNGAN a. IPAL individual dan

komunal permukiman b. IPAL individual dan

komunal pusat perdagangan

c. IPAL industri dan daur ulang limbah

d. Izin lokasi sesuai BPL dan DTBPL

e. Revitalisasi TPA sampah dan IPAL leachate

PENINGKATAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

a. Pengembangan rasarana jaringan drainage dan air limbah

b. Penetapan ruas sungai tertentu untuk penampung limbah

c. Penetapan ruas sungai tertentu untuk konservasi dan penyediaan air baku

d. Zonasi lahan industri sesuai BPL dan DTBL

e. Imbuhan air tanah

REVISI KEBIJAKAN, RENCANA DAN PROGRAM pada

RTRW

a. Zonasi pemanfaatan lahan sesusi DDL, DTBPL

b. Zonasi jenis kegiatan sesuai DDL, DTBPL

c. Pengendalian konversi lahan pertanian dan RTH

BAKU MUTU & SYARAT

LINGKUNGAN

REKOMENDASI KONSERVASI LINGKUNGAN

DAYA DUKUNG & DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN

Page 16: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 16

2.7. Program Kerja

Program kerjakajian KLHS Provinsi Jawa Baratselamaenam

bulanterdiridarikegiatan berikut:

a. Persiapan;

Persiapan yang dilakukan adalah perumusan strategi rencana kerja dan menetapkan

metode studi yang akan dilakukan, serta koordinasi pekerjaan yang dilakukan oleh

tim agar terjadi sinergi sistem kerja.

b. Pengumpulan dokumen tata ruang, perencanaan pembangunan, dan dokumen lain

yang relevan;

Pengumpulan dokumen tata ruang mencakup naskah akademis RTRW Provinsi Jawa

Barat yang dilengkapi dengan peta-peta spatial, peta spatial merupakan aktualisasi

dari RTRW. Rencana pembangunan dan dokumen lainnya yang menunjang studi

KLHS RTRW Provinsi Jawa Barat.

c. Survey lapangan yang diperlukan;

Survey lapangan diperlukan dalam rangka melakukan pengamatan dilapangan

sehingga akan dapat diketahui potensi dan permasalahan yang ada di Provinsi Jawa

Barat.

d. Penyusunan dan Pembahasan Laporan Pendahuluan;

Laporan pendahuluan berisikan mengenai latar belakang masalah, maksud dan tujuan

studi, metode studi yang digunakan untuk KLHS evaluasi RTRW Provinsi Jawa Barat,

selain itu menjelaskan gambaran umum wilayah studi, serta ulasan singkat mengenai

RTRW Provinsi Jawa Barat.

e. Pelaksanaan sekurang - kurangnya 2 kali dialog partisipatif dengan para pemangku

kepentingan (FGD), yaitu pada:

(i) penghimpunan isu pembangunan berkelanjutan dan penetapan isu strategis;

(ii) penyepakatan rekomendasi perbaikan KRP;

f. Pelaksanaan kajian :

(i) Pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup dilakukan melalui 4

(empat) tahapan:

Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang mewakili:

pembuat keputusan, penyusun KRP, instansi terkait, masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian, dan masyarakat yang terkena dampak.

Page 17: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 17

Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,

ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitannya dan terfokus pada isu

utama.

Secara umum isu pembangunan berkelanjutan sangat beragam dan kompleks,

namun secara khusus beberapa isu utama diantaranya adalah masalah

masalah kawasan industri (terkait IPAL), pesisir (terutama terkait terminal

khusus pertambangan pasir besi di pantai selatan), pembangunan infrastruktur

strategis yang berindikasi berdampak besar terhadap daya dukung dan

tampung lingkungan, seperti infrastruktur permukiman (perumahan skala

besar, TPPAS),infrastruktur perhubungan (pembangunan bandara udara,

pelabuhan, KA), infrastruktur transportasi (jalan tol) dan infrastruktur lainnya

berskala regional maupun nasional yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat.

Identifikasi KRP yang akan disusun maupun yang akan dievaluasi.

Identifikasi kebijakan, rencana, dan/atau program baik yang akan disusun

maupun yang akan dievaluasi.Tujuan identifikasi kebijakan, rencana, dan/atau

program yang akan disusun adalah mengetahui dan menentukan muatan dan

substansi rancangan kebijakan, rencana, dan/atau program yang perlu ditelaah

pengaruhnya terhadap lingkungan hidup dan diberi muatan pertimbangan

aspek pembangunan berkelanjutan. Sedangkan tujuan identifikasi kebijakan,

rencana, dan/atau program pada saat evaluasi adalah mengevaluasi muatan

dan substansi kebijakan, rencana,dan/atau program yang telah

diimplementasikan yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup.

Setiap kebijakan, rencana, dan/atau program memiliki unsur korelasi satu sama

lain yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dipahami unsur korelasi

tersebut, serta pada tingkatan apa (apakah pada tingkatan kebijakan, rencana,

atau program) pengaruh terhadap isu pembangunan berkelanjutan dapat

terjadi. Contoh kekhasan unsur korelasi tersebut adalah pada rencana tata

ruang wilayah, dimana di dalamnya terdapat kebijakan, rencana, maupun

program, dan korelasi satu sama lain adalah bahwa kebijakan menjadi arahan

bagi rencana, serta rencana (yang berupa rencana pola ruang dan rencana

struktur ruang)menjadi arahan bagi indikasi program.

Telaah pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup di Provinsi Jawa Barat

menggunakan salah satu atau kombinasi dari kajian kapasitas daya dukung dan

Page 18: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 18

daya tampung lingkungan hidup, perkiraan dampak dan resiko lingkungan

hidup, kinerja/layanan ekosistem, efisiensi pemanfaatan SDA, tingkat

kerentanan dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dan tingkat ketahanan dan

potensi keanekaragaman hayati.

Tujuan telaahan pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap

kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah untuk mengetahui kemungkinan

dampak kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap isu pembangunan

berkelanjutan di satu wilayah. Pada tahap ini, dilakukan telaahan terhadap isu

pembangunan berkelanjutan dan atau kondisi lingkungan di suatu wilayah yang

sudah diidentifikasikan pada tahap sebelumnya. Telaahan pengaruh ini diawali

melakukan identifikasi dan memahami komponen apa saja dalam kebijakan,

rencana, dan/atau program yang potensial berpengaruh terhadap isu

pembangunan berkelanjutan.

Telaahan komponen kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi

memberikan pengaruh pada lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan

sebagaimana contoh berikut:

No Komponen Kebijakan,

Rencana dan/atau Program

Potensi Pengaruh pada Pembangunan Berkelanjutan

1 Penetapan struktur ruang, misalnyapenetapan susunan pusat permukiman

Dapat berakibat pada perubahan daya dukung lingkungan hidup,yaitu berkurangnya kawasan lindung

2 Penetapan sistem jaringan jalan,

Dapat berakibat pada perubahan daya dukung lingkungan hidup yaitu berkurangnya kawasan resapan air, dan lain-lain

3 PenetapanKawasan Strategis Provinsi

Dapat berakibat pada perubahan daya dukung lingkungan hidup yaitu berkurangnya berkurangnya kawasan lindung, dan lain-lain.

Sumber: Pedoman KLH tentang KLHS

(ii) Perumusan alternatif penyempurnaan KRP.

(iii) Rekomendasi perbaikan KRP dan pengintegrasian hasil KLHS, dengan kriteria:

bermanfaat bagi keberlanjutan pembangunan, sesuai dengan urgensi, konteks,

dan situasi KRP, rasional dan dapat dilaksanakan dengan ketersediaan SDA, dan

disusun secara jelas.

(iv) Pembuatan peta geospasial mengenai isu utama dan alternatif penyempurnaan

KRP.

Page 19: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 19

Tabel 2.1. Alternatif Penyempurnaan KRP

No

Kebijakan, Rencana dan/atau

Program yang Prioritas

untuk Diperbaiki

Pengaruh terhadap

Lingkungan Hidup

Alternatif Penyempurnaan/Perbaikan Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Perbaikan Rumusan Kebijakan

Perbaikan Muatan Rencana

Perbaikan Materi

Program

1 2 3 4 5 1 Pembanguna

n Jalan Tol Mengurangi

jasa ekosistem: penyediaan

produksi pangan

Alternatif jalan kereta

api

Pengalihan jalur jalan tol pada wilayah yang tidak terdapat

sawah produktif

Kajian program

2

Contoh lain......

Tabel 2.2. Rekomendasi Perbaikan KRP

No

Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau

Program yang Prioritas

untuk Diperbaiki

Isu Strategis yang prioritas

Mitigasi yang diperlukan

Alternatif Penyempurnaan

KRP Rekomendasi

1 2 3 4 5 1 Pembangunan

Jalan Tol Kecukupan air Keanekaragaman hayati Alih fungsi lahan

Jalu jalan tol diupayakan tidak memanfaatkan resapan air

Pengalihan jalur jalan tol

Pengalihan jalur jalan tol untuk tidak menempati area konservasi

2

Contoh lain......

g. Penyusunan dan Pembahasan Laporan Kemajuan

h. Penyusunan dan Pembahasan Konsep Laporan Akhir

i. Penyusunan Laporan Akhir

Page 20: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 20

1. Tenaga Ahli

No Nama Personil Perusahaan Tenaga Ahli Lokal/Asing

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah Orang Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 1 DR. Ir. Badruddin Machbub,

Dipl, SE PT. Ecoterra

Multiplan Lokal Ahli Lingkungan Ketua Tim

• Mengkoordinasikan Kegiatan • Melaksanakan Diskusi Internal • Melaksanakan Pembahasan / Rapat • Melakukan Evaluasi Data Primer • Melakukan Evaluasi Data Sekunder • Membuat dan Koordinasi Laporan-Laporan • Menyusun identifikasi potensi masalah isu

berkelanjutan • Analisa daya dukung lingkungan dan daya

tampung lingkungan • Menyusun rekomendasi, perbaikan rencana dan

program serta mitigasi pada KLHS RTRW Provinsi Jawa Barat.

• Mengkoordinir tim • Melaksanakan diskusi dengan pengguna jasa • Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

yang dilaksanakan

6

2 Ir. Runtiarko, MT PT. Ecoterra Multiplan

Lokal Ahli Geologi/GIS Tenaga Ahli Geologi dan

GIS

• Melaksanakan evaluasi kondisi geologi • Melaksanakan evaluasi geologis berkaitan

dengan KLHS • Melaksanakan pengumpulan data dan informasi

tentang KLHS • Menyusun evaluasi penilaian kriteria Proper-

aspek teknik geologi • Penyusunan peta spatial dengan menggunakan

program GIS termasuk permasalahan kondisi lahan di Provinsi Jawa Barat

6

Page 21: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 21

No Nama Personil Perusahaan Tenaga Ahli Lokal/Asing

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah Orang Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 • Membantu ketua tim dalam mengkaji terhadap

daya dukung lahan terhadap aspek lingkungan • Membantu ketua tim dalam menyusun

rekomendasi mitigasi, perbaikan muatan rencana dan program pada KLHS RTRW Provinsi Jawa Barat

• Menyusun bahan pembahasan dan laporan kegiatan

3 Afi Yusuf Azhari, ST PT. Ecoterra Multiplan

Lokal Ahli Planologi Tenaga Ahli Planologi

• Melaksanakan evaluasi kondisi tata ruang wilayah

• Menyusun evaluasi kebijakan tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat

• Menyusun laporan mengenai dampak lingkungan terhadap aspek tata ruang wilayah

• Membantu ketua tim dalam menyusun rekomendasi, mitigasi, perbaikan muatan rencana dan program pada KLHS RTRW Provinsi Jawa Barat

6

Page 22: Bab 2-metode-studi-

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan II - 22

2. Tenaga Pendukung

No Nama Personil Perusahaan

Tenaga Ahli

Lokal/Asing

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah Orang Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Nesya Asmasari PT. Ecoterra

Multiplan Lokal Administrasi/

Keuangan Tenaga

Pendukung • Melaksanakan tugas administrasi teknis dan

administrasi keuangan. • Melaksanakan tugas kesektariatan. • Melaksanakan tugas penyusunan pengetikan

bahan laporan. • Membantu tugas kompilasi data lapangan. • Melaksanakan tugas pengetikan bahan laporan

kegiatan.

6

2 Meldini Riandani PT. Ecoterra Multiplan

Lokal Operator Komputer

Tenaga Pendukung

Menginput data dan membantu tim untuk mengedit laporan

6