Upload
bram-santo
View
149
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
SENSOR SUHU
3.1 Tujuan Intruksional
Pada sensor suhu ini banyak berbagai jenis dari sensor suhu agar
mahasiswa bisa mengetahui berbagai sensor tersebut. Dan banyak yang digunakan
dari sensor suhu.
3.2 Pengertian Sensor Suhu
Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk merubah besaran panas
menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Cara terbaik
untuk menggunakan komponan ini adalah dengan menyambungkannya ke sebuah
rangkaian pembagi tegangan. Selanjutnya informasi mengenai suhu akan muncul
sebagai tegangan pada persambungan (junction) rangkaian pembagi tegangan.
Dengan kata lain, suhu direpresentasikan dalam bentuk sinyal tegangan yang
dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan. Dibawah ini merupakan rangkaian
pembagi tegangan untuk thermistor sebagai sensor suhu.
Gambar 3.1 rangkaian pembagi tegangan untuk thermistor sebagai sensor suhu
48
Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah
satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatannya terhadap
arus listrik sesuai dengan suhunya.
Menggunakan bahan logam
Logam akan bertambah besar hambatannya terhadap arus listrik jika
panasnya bertambah. Hal ini dapat dijelaskan dari sisi komponen
penyusun logam. Logam dapat dikakatakan sebagai muatan positif yang
berada di dalam elektron yang bergerak bebas. Jika suhu bertambah,
elektron-elektron tersebut akan bergetar dan getarannya semakin besar
seiring dengan naikknya suhu. Dengan besarnya getaran tersebut, maka
gerakan elektron akan terhambat dan menyebabkan nilai hambatan dari
logam tersebut bertambah
- Menggunakan bahan semikonduktor
Bahan semikondiktor mempunyai sifat terbalik dari logam, semakin
besar suhu, nilai hambatan akan semakin turun. Hal ini dikarenakan pada
suhu yang semakin tinggi, elektron dari semikonduktor akan berpindah
ketingkat yang paling atas dan dapat bergerak dengan bebas. Seiring
dengan kenaikan suhu, semakin banyak elektron dari semikonduktor
tersebut yang bergerak bebas, sehingga nilai hambatan tersebut berkurang.
Untuk mendapatkan sinyal listrik yang baik dengan sedikit kegaduhan,
dapat digunakan jembatan Wheatstone dan rangkaian Lock in Amplifier.
49
Ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan :
a) Thermocouple
Thermocouple pada pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang
berbeda disambung las dilebur bersama satu sisi membentuk “hot” atau
sambungan pengukuran yang ada ujung-ujung bebasnya untuk hubungan dengan
sambungan referensi. Perbedaan suhu antara sambungan pengukuranmdengan
sambungan referensi harus muncul untuk alat ini sehingga berfungsi sebagai
thermocouple.
(a) (b)
Gambar 3.2. (a)Thermocouple ; (b) Simbol thermocouple
Prinsip kerja dari termokopel adalah, adanya perbedaan panas secara gradien
akan menghasilkan tegangan listrik, hal ini disebut sebagai efek termoelektrik.
Untuk mengukur perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor sekaligus
sering dipakai pada ujung benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini
kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan
secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam
yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda,
meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan
pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar
antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan
50
kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi menjadi popular sebagai standar
industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan
kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa termokopel mengukur
perbedaantemperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Termokopel bekerja berdasarkan pembangkitan tenaga listrik pada titik
sambung dua buah logam yang tidak sama (titik pa nas/titk ukur). Ujung lain
dari logam tersebut sering disebut titik referensi (titik dingin) dimana
temperaturnya konstan, seperti pada Gambar 4.2
Gambar 3.3 Rangkaian Dasar Termokopel
Umumnya, termokopel digunakan untuk mengukur temperatur berdasarkan
perubahan temperatur menjadi sinyal listrik. Bila antara titik referensi dan
titik ukur terdapat perbedaan temperatur, maka akan timbul GGL yang
menyebabkan adanya arus pada rangkaian. Bila titik referensi ditutup dengan
cara menghubungkannya dengan sebuah alat pencatat maka penunjukan alat ukur
akan sebanding dengan selisih temperatur a ntara ujung panas (titik ukur) dan
ujung dingin (titik referensi).
51
Pada Gambar 3.4 dapat dilihat bentuk fisik dari sebuah termokopel.
Bagian luar termokopelberupa tabung logam pelindung yang berguna
untuk menjaga kondisi termokopel agar tidak terpengaruh banyak oleh
lingkungan dimana alat tersebut ditempatkan.
Fungsi Termokopel
Termokopel pada proses ini berfungsi sebagai pendeteksi temperatur pada
Holding furnace.Termokopel berupa tranducer yang mendeteksi temperatur pada
dapur dan mengubahnya ke besaran listrik yaitu tegangan. Kemudian mengirim
sinyal tersebut ke Thermocontroller menerima sinyal tersebut dalam besaran
temperatur. Termokopel ini bekerja setiap waktu selama proses berjalan, untuk
memberi tahu setiap perubahan ataupun kondisi temperature pada Holding furnace.
Termokopel pada dasarnya adalah dua logam penghantar arus listrik
dari bahan yang berbeda. Salah satu ujung-ujungnya dilas mati dan ujung yang
satunya dibiarkan terbuka untuk sambungan ke lingkaran pengukuran.
Sambungan yang di las mati disebut measuring junction sedangkan ujung
yang satunya disebut reference junction. Seperti dapat kita lihat pada Gambar
sebagai berikut :
52
Gambar 3.5 Termokopel
Tipe – tipe termokopel
Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu
−200 °C hingga +1200 °C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan
pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
3. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer
dibanding tipe K.
Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C, Tidak bisa digunakan lebih
dari +760C karena bisa rusak. Sekarang jarang digunakan.
4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas
53
1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe
K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling
stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka
biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama
pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu
50 °C.
6. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan
biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
7. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan
biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran
titik leleh emas (1064.43 °C).
8. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat
dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai
alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki
sensitifitas ~43 µV/°C
54
Penggunaan Termokopel
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 2300°C. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :
Industri besi dan baja
Pengaman pada alat-alat pemanas
Untuk termopile sensor radiasi
Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
Tabel 4.1 sifat dari beberapa tipe termokopel
Tipe Material( + dan -) Temp.Kerja(0C) Sensitivitas(µV/0C)
E Ni-Cr dan Cu-Ni -270 ~ 1000 60.9
J Fe dan Cu-Ni -210 ~ 1200 51.7
K Ni-Cr dan Ni-Al -270 ~ 1350 40.6
T Cu dan Cu-Ni -270 ~ 400 40.6
R Pt dan Pt(87%)-Rh(13%) -50 ~ 1750 6
S Pt dan Pt(90%)-Rh(10%) -50 ~ 1750 6
BPt(70%)-h(30%)dan
Pt(94%)-Rh(6%)-50 ~ 1750 6
b) Detektor Suhu Tahanan
Konsep utama dari yang mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu
tahanan (resistant temperature detector = RTD) adalah tahanan listrik dari logam
yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi
55
dan dapat diulang lagi sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang
konsisten melalui pendeteksian tahanan. Bahan yang sering digunakan RTD
adalah platina karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
(a) (b)
Gambar 3.6. (a) Detektor suhu tahanan (b) Simbol RTD
c) Thermistor
Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai
koefisien suhu negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya.
Thermistor sangat peka (perubahan tahanan sebesar 5 % per ³C) oleh karena itu
mampu mendeteksi perubahan kecil di dalam suhu.
Gambar 3.7. (a) Thermistor
d) Sensor Suhu Rangkaian Terpadu (IC)
Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon untuk elemen yang
merasakan (sensor). Memiliki konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun
terbatas dalam rentang suhu (dibawah 200 ³C), tetapi menghasilkan output yang
sangat linear di atas rentang kerja.
56
Gambar 3.8. (a) Sensor suhu IC;
3.3 Jenis-jenis Sensor suhu
Seperti yang telah kita ketahui bahwa, sensor suhu adalah alat yang
digunakan untuk mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat
dengan mudah dianalisis besarnya.Jenis-jenis sensor suhu antara lain
1. Bimetallic temperature sensor
2. Thermocouple
3. Resistance temperature detector (RTD)
4. Thermistors
5. Integrated circuit temperature sensor
57
1. Bimetalic temperature sensor
Sensor ini mengubah mampu besaran suhu menjadi gerakan. sensor ini
terbuat dari dua buah logam yang disatukan atau direkatkan menjadi satu. Cara
kerja dari sensor ini adalah setiap logam kan mempunyai koefisien muai yang
berbeda-beda maka jika dua buah logam yang memiliki koefisien muai yang
bebeda disatukan maka gabungan kedua logam itu akan melengkung jika
dipanasi. Karena sifatnya yang bisa melengkung jika terkena panas maka
bimetal ini sering dipakai sebagai saklar suhu otomatis atau sebagai alat ukur
suhu yang analog.
Salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada
setrikaan listrik pada setrika jika suhu melebihi batas yang telah ditentukan
maka setrika akan mati sendiri dan akan ada bunyi “tik”, itu sebenarnya adalah
Bimetallic temperature sensor yang sedang melengkung. Disini bimetal
berfungsi sebagai saklar suhu otomatis yang akan memutus kontak listrik jika
suhu setrika melebihi batas yang ditentukan.
2.Thermocouple
Thermcouple adalah suatu sensor suhu yang mengubah besaran suhu
menjadi besaran tegangan. Dasar pembuatan Thermocouple terinspirasi oleh
sifat logam yang jika kedua ujungnya diberi perbedaan suhu dan menghasilkan
tegangan.Thermocouple dibagi menjadi beberapa jenis, pembagian ini
didasarkan oleh logam logam penyusun termokopel. Jenis jenis Thermocouple
yaitu:
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
2. Tipe J (Iron / Constantan)
58
3. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
4. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
5. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
6. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
7. Type T (Copper / Constantan)
3. Resistance Temperature Detector (RTD)
Resistance Temperatur Detectors (RTD), seperti namanya, adalah sensor
yang mengubah mengubah data pembacaan suhu menjadi hambatan atau
resistansi. Sebagian besar terdiri dari unsur RTD panjang kawat halus
melingkar melilit sebuah keramik atau gelas inti. Unsur ini biasanya cukup
rapuh, sehingga sering ditempatkan di dalam probe berselubung untuk
melindunginya. Unsur RTD terbuat dari bahan murni yang hambatan pada
berbagai suhu telah didokumentasikan. Materi yang memiliki perubahan
diprediksi dalam perlawanan karena perubahan suhu; inilah perubahan yang
diprediksi
Jenis-jenis RTD:1. RTD elemen adalah bentuk sederhana dari RTD. Ini terdiri dari sepotong
kawat dibungkus di sekitar inti keramik atau kaca. Karena ukuran kompak,
elemen RTD biasanya digunakan bila ruang sangat terbatas.
2. RTD surface elemen adalah tipe khusus dari elemen RTD. Hal ini dirancang
untukmenjadi setipis mungkin sehingga memberikan kontak yang baik
untuk mengukur suhu permukaan datar.
59
3. RTD Probe adalah bentuk paling kasar dari RTD. probe terdiri dari unsur
RTD terpasang di dalam tabung logam, juga dikenal sebagai
selubung.sarung melindungi elemen dari lingkungan.
4.TemistorTermistor memiliki sifat yang mirip dengan RTD yaitu mampu
mendeteksi perubahan suhu menjadi perubahan hambatan (resistansi).
Termistor ditemukan oleh samuelrubenpada tahun 1930. Ada dua macam
termistor secara umum:
Posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC(Negative
Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan
suhunya naik, sementara sifat NTC justru kebalikannya.
5.Integrated Circuit Temperature SensorIC sensor suhu salah satunya adalah lm 35. Lm35 memiliki dimensi
seperti transistor ( memiliki 3 kaki). Lm35 ini memiliki 3 macam pin out yang
memiliki konfigurasi sebagai berikut:
Lm 35 memiliki keluaran berupa tegangan listrik. Biasanya tegangan ini dibaca
dengan adc mikrokontroler kemudian ditampilkan besaran suhunya melalui LCD.
sensor ini memiliki fitur sebagai berikut:
1. terkalibrasi dalam celcius
2. faktor skala linear 10mv/derajad celcius
3. mampu mengukur suhu dengan rentang -55 sampai +150 drajad celcius
4. cocok untuk aplikasi jarak jauh
5. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30V
6. Self-heating rendah, 0.08 drajad celcius
60
WORKSHOP MEKATRONIKA 1LABORATORIUM MEKATRONIKAFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESINUNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
LEMBAR ASISTENSI
NOMOR PRAKTIKUM :
NAMA PRAKTIKUM : SENSOR THERMOCOUPLE
NAMA PRAKTIKAN : ABRAO MENDONCA DO E. SANTO
NIM : 11.27.41.81.1657
FAKULTAS : TEKNIK
JURUSAN : TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS : WIDYAGAMA MALANG
TANGGAL PRAKTIKUM : 31 OKTOBER dan 7 NOVEMBER 2014
TANGGAL ASISTENSI : .............................................................
TANGGAL PENGESAHAN : .............................................................
DOSEN PEMBIMBING
(M. AGUS SAHBANA,ST.,MT.)
61
3.4 Peralatan dan Perlengkapan Pengambilan Data Sensor Thermocouple.
- Avometer.
- Lilin dan korek api.
- Penggaris.
- Boilpoint dan buku.
3.5 Tabel Pengambilan Data Sensor Thermocouple
3.5.1 Pengambilan Data Pada tanggal 31 Oktober 2014, jam 08.40 WIBa. Berjarak dengan sensor 0.5 cm
No Jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 0,5 Lilin 60 2,2 0,0122 0,5 Lilin 60 1,3 0,0153 0,5 Lilin 60 2,5 0,024 0,5 Lilin 60 2,7 0,0115 0,5 Lilin 60 4 0,014
Total 300 12,7 0,072rata-rata 60 2,54 0,0144
Grafik V out pada Jarak 05 cm dengan Kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
2.2
1.3
2.52.7
4
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 0.5 cm
voltage
Has
il P
erco
baan
( V
ou
t )
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 31 Oktober 2014
dengan jarak 0,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan tegangan sebesar 2,2 volt, percobaan kedua sebesar 1,3 volt,
percobaan ketiga 2,5 volt, percobaan keempat 2,7 volt dan pada percobaan kelima
62
sebesar 4 volt, dari data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini
disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
Grafik I out pada Jarak 05cm dengan Kalibrasi 2 mA
1 2 3 4 50
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.012
0.015
0.02
0.011
0.014
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 0.5 cm
Ampere
Hasil
Per
coba
an (
I out
)
Pembahasaan :Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 31 Oktober 2014
dengan jarak 0,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan arus sebesar 0,012 ampere, percobaan kedua sebesar 0,015 ampere,
percobaan ketiga 0,02 ampere, percobaan keempat 0,011ampere dan pada
percobaan kelima sebesar 0,014 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus
yang tidak linier hal ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-
gerak karena angin.
b. Berjarak dengan sensor 1 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 1 Lilin 60 1,2 0,0122 1 Lilin 60 0,8 0,0183 1 Lilin 60 0,4 0,0094 1 Lilin 60 1,2 0,0135 1 Lilin 60 3,9 0,011
Total 300 7,5 0,063rata-rata 60 1,5 0,0126
63
Grafik V out pada Jarak 1 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
1.20.8
0.4
1.2
3.9
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1 cm
voltage
Has
il Pe
rcob
aan
( V o
ut )
Pembahasan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 31 Oktober 2014
dengan jarak 1 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama menghasilkan
tegangan sebesar 1,2 volt, percobaan kedua sebesar 0,8 volt, percobaan ketiga 0,4
volt, percobaan keempat 1,2 volt dan pada percobaan kelima sebesar 3,9 volt, dari
data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini disebakan karena
sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
Grafik I out pada Jarak 1 cm dengan Kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
0.02
0.012
0.018
0.009
0.013
0.011
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1 cm
Ampere
Has
il Pe
rcob
aan
( I o
ut )
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 31 Oktober 2014
dengan jarak 1 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama menghasilkan
arus sebesar 0,012 ampere, percobaan kedua sebesar 0,018 ampere, percobaan
64
ketiga 0,009 ampere, percobaan keempat 0,013ampere dan pada percobaan kelima
sebesar 0,011 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus yang tidak linier hal
ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
c. Berjarak dengan sensor 1.5 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 1,5 Lilin 60 1,4 0,0062 1,5 Lilin 60 0,8 0,0043 1,5 Lilin 60 1,7 0,0054 1,5 Lilin 60 0,6 0,0055 1,5 Lilin 60 0,4 0,003
total 300 4,9 0,023rata-rata 60 0,98 0,0046
Grafik V out pada jarak 1.5 cm dengan Kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
1.4
0.8
1.7
0.600000000000001
0.4
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1.5 cm
voltage
Hasil
Per
coba
an (
V ou
t )
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 31 Oktober 2014
dengan jarak 1,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan tegangan sebesar 1,4 volt, percobaan kedua sebesar 0,8 volt,
percobaan ketiga 1,7 volt, percobaan keempat 0,6 volt dan pada percobaan kelima
sebesar 0,4 volt, dari data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini
disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
65
Grafik I out pada jarak 1.5 cm dengan Kalibrasi 2mA
1 2 3 4 50
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.00600000000000001
0.00400000000000001
0.00500000000000001
0.00500000000000001
0.00300000000000001
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1.5 cm
Ampere
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 31 Oktober 2014
dengan jarak 1,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan arus sebesar 0,006 ampere, percobaan kedua sebesar 0,004 ampere,
percobaan ketiga 0,005 ampere, percobaan keempat 0,005ampere dan pada
percobaan kelima sebesar 0,003 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus
yang tidak linier hal ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-
gerak karena angin.
d. Tabel Dan Grafik Data Rata-Rata Percobaan Sensor Thermocouple
No Jarak Waktu Voltage (200mv) Ampere (ma)1 0,5 60 2,54 0,01442 1 60 1,5 0,01263 1,5 60 0,98 0,0046
Grafik Rata-Rata Voltage
66
1 2 30
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Grafik Rata-Rata V out Pada percobaan sensor Thermocouple
voltage (200mv)
V ou
t
Pembahasan
Dari percobaan sensor thermocouple yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober
2014 dengan menggunakan sensor type J. Diperoleh data seperti yang ditunjukan
pada tabel dan grafik, dari hasil data tersebut dapat diketahui bahwa nilai tegangan
terbesar berada pada jarak 0,5 cm dengan tegangan output sebesar 2,54 volt, hal ini
karena pada jarak ini sumber panas lebih dekat dengan sensor. Dan nilai tegangan
terendah pada jarak 1,5 cm dengan tegangan ouput 0,98 votl, karena pada jarak ini
sumber panas lebih jauh dari sensor sehingga membuat sensitivitas sensor
thermocouple semakin kecil.
Grafik Rata-Rata Ampere (I out)
1 2 30
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
Grafik Rata-Rata I out Pada percobaan sensor Thermocouple
ampere (mA)
I ou
t
Pembahasan
67
Dari percobaan sensor thermocouple yang dilakukan pada tanggal 31
Oktober 2014 dengan menggunakan sensor type J. Diperoleh data seperti yang
ditunjukan pada tabel dan grafik, dari hasil data tersebut dapat diketahui bahwa
nilai arus terbesar berada pada jarak 0,5 cm dengan arus output sebesar 0,0144
ampere, hal ini karena pada jarak ini sumber panas lebih dekat dengan sensor. Dan
nilai arus terendah pada jarak 1,5 cm dengan arus ouput 0,0046 ampere, karena
pada jarak ini sumber panas lebih jauh dari sensor sehingga membuat sensitivitas
sensor thermocouple semakin kecil.
3.5.2 Pengambilan Data Pada tanggal 7 November 2014, jam 08.15 WIB.a. Berjarak dengan sensor 0.5 cm
No Jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
Voltage(200 mv)
Ampere(2 mA)
1 0,5 Lilin 60 2,7 0,0232 0,5 Lilin 60 4,9 0,0213 0,5 Lilin 60 3,5 0,0224 0,5 Lilin 60 3,3 0,025 0,5 Lilin 60 2,3 0,016
total 300 16,7 0,102rata-rata 60 3,34 0,0204
Grafik V out pada Jarak 0.5 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
1
2
3
4
5
6
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 0.5 cm
Voltage
Hasil
Per
coba
an (
V ou
t )
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 0,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
68
menghasilkan tegangan sebesar 2,7 volt, percobaan kedua sebesar 4,9 volt,
percobaan ketiga 3,5 volt, percobaan keempat 3,3 volt dan pada percobaan kelima
sebesar 2,3 volt, dari data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini
disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
Grafik I out pada Jarak 0,5 cm dengan kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 0.5 cm
Ampere
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 0,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan arus sebesar 0,023 ampere, percobaan kedua sebesar 0,021 ampere,
percobaan ketiga 0,022 ampere, percobaan keempat 0,02ampere dan pada
percobaan kelima sebesar 0,016 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus
yang tidak linier hal ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-
gerak karena angin.
b. Berjarak dengan sensor 1 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
Voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 1 Lilin 60 1,9 0,0122 1 Lilin 60 1,8 0,0143 1 Lilin 60 1,8 0,0134 1 Lilin 60 1,7 0,0175 1 Lilin 60 4,1 0,014
Total 300 11,3 0,07rata-rata 60 2,26 0,014
69
Grafik V out pada J arak 1 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1 cm
Voltage
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November 2014
dengan jarak 1 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama menghasilkan
tegangan sebesar 1,9 volt, percobaan kedua sebesar 1,8 volt, percobaan ketiga 1,8
volt, percobaan keempat 1,7 volt dan pada percobaan kelima sebesar 4,1 volt, dari
data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini disebakan karena
sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
Grafik I out pada Jarak 1 cm dengan kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1 cm
Ampere
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 1 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
70
menghasilkan arus sebesar 0,012 ampere, percobaan kedua sebesar 0,014 ampere,
percobaan ketiga 0,013 ampere, percobaan keempat 0,017ampere dan pada
percobaan kelima sebesar 0,014 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus
yang tidak linier hal ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-
gerak karena angin.
c. Berjarak dengan sensor 1.5 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
Voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 1,5 Lilin 60 0,9 0,0032 1,5 Lilin 60 0,5 0,0023 1,5 Lilin 60 0,6 0,0034 1,5 Lilin 60 0,5 0,0035 1,5 Lilin 60 0,4 0,003
Total 300 2,9 0,014rata-rata 60 0,58 0,0028
Grafik V out pada Jarak 1.5 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1.5 cm
Voltage
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 1,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan tegangan sebesar 0,9 volt, percobaan kedua sebesar 0,5 volt,
percobaan ketiga 0,6 volt, percobaan keempat 0,5 volt dan pada percobaan kelima
sebesar 0,4 volt, dari data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini
disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
71
Grafik I out pada Jarak 1.5 cm dengan kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 1.5 cm
Ampere
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 1,5 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan arus sebesar 0,003 ampere, percobaan kedua sebesar 0,002 ampere,
percobaan ketiga 0,003 ampere, percobaan keempat 0,003ampere dan pada
percobaan kelima sebesar 0,003 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus
yang tidak linier hal ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-
gerak karena angin.
d. Berjarak dengan sensor 2 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
Voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 2 Lilin 60 0,2 0,0022 2 Lilin 60 0,1 0,0023 2 Lilin 60 0,2 0,0014 2 Lilin 60 0,2 0,0015 2 Lilin 60 0,2 0,001
Total 300 0,9 0,007rata-rata 60 0,18 0,0014
72
Grafik V out pada Jarak 2 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 2 cm
Voltage
Pembahasaan :
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 2 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan tegangan sebesar 0,2 volt, percobaan kedua sebesar 0,1 volt,
percobaan ketiga 0,2 volt, percobaan keempat 0,2 volt dan pada percobaan kelima
sebesar 0,2volt, dari data tersebut menghasilkan tegangan yang tidak linier hal ini
disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-gerak karena angin.
Grafik I out pada Jarak 2 cm dengan kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
Grafik I out pada sensor Thermocouple dengan jarak 2 cm
Ampere
Pembahasaan :
73
Dari grafik percobaan sensor thermocouple pada tanggal 7 November
2014 dengan jarak 2 cm, dapat deketahui bahwa pada percobaan pertama
menghasilkan arus sebesar 0,002 ampere, percobaan kedua sebesar 0,002 ampere,
percobaan ketiga 0,001 ampere, percobaan keempat 0,001 ampere dan pada
percobaan kelima sebesar 0,001 ampere, dari data tersebut menghasilkan arus
yang tidak linier hal ini disebakan karena sumber panas (api lilin) yang bergerak-
gerak karena angin.
e. Berjarak dengan sensor 2.5 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
Voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 2,5 Lilin 60 0,1 0,0012 2,5 Lilin 60 0,1 0,0013 2,5 Lilin 60 0,1 0,0014 2,5 Lilin 60 0,1 0,0015 2,5 Lilin 60 0,1 0,001
Total 300 0,5 0,005rata-rata 60 0,1 0,001
Grafik V out pada Jarak 2.5 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 2.5 cm
Voltage
Pembahasaan :
74
Grafik I out pada Jarak 2.5 cm dengan kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 2.5 cm
Ampere
Pembahasaan :
f. Berjarak dengan sensor 3 cm
No jarak (cm)
Sumber panas
waktu (t)
voltage (200 mv)
Ampere (2 mA)
1 3 Lilin 60 0,1 0,0012 3 Lilin 60 0,1 0,0013 3 Lilin 60 0,1 0,0014 3 Lilin 60 0,1 0,0015 3 Lilin 60 0,1 0,001
Total 300 0,5 0,005rata-rata 60 0,1 0,001
Grafik V out pada Jarak 3 cm dengan kalibrasi 200mV
1 2 3 4 50
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 3 cm
Voltage
75
Pembahasaan :
Grafik I out pada Jarak 3 cm dengan kalibrasi 2mV
1 2 3 4 50
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
Grafik V out pada sensor Thermocouple dengan jarak 3 cm
Ampere
Pembahasaan :
Pada jarak 3 cm memiliki hasil Output yang sama dengan jarak 2.5 cm maka dari itu tidak perlu melakukan grafik.
g. Tabel Dan Grafik Data Rata-Rata Percobaan Sensor Thermocouple
No Jarak (cm) voltage (200 mv) Ampere (2 mA)
1 0,5 3,34 0,0204
2 1 2,26 0,014
3 1,5 0,58 0,0028
4 2 0,18 0,0014
5 2,5 0,1 0,001
6 3 0,1 0,001
76
Grafik Rata-Rata Voltage
1 2 3 4 5 60
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Grafik Rata-Rata Voltage Pada Percobaan Sensor Thermocouple
Ampere (2 mA)
V o
ut
Pembahasan
Dari percobaan sensor thermocouple yang dilakukan pada tanggal 7
November 2014 dengan menggunakan sensor type J. Diperoleh data seperti yang
ditunjukan pada tabel dan grafik, dari hasil data tersebut dapat diketahui bahwa
nilai tegangan terbesar berada pada jarak 0,5 cm dengan tegangan output sebesar
3,34 volt, hal ini karena pada jarak ini sumber panas lebih dekat dengan sensor.
Dan nilai tegangan terendah pada jarak 5 dan 6 cm dengan tegangan ouput 0,1
votl, karena pada jarak ini sumber panas lebih jauh dari sensor sehingga membuat
sensitivitas sensor thermocouple semakin kecil.
Grafik Rata-Rata Ampere (I out)
1 2 3 4 5 60
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Grafik Rata-Rata Voltage Pada Percobaan Sensor Thermocouple
Ampere (2 mA)
V o
ut
Pembahasan
77
Dari percobaan sensor thermocouple yang dilakukan pada tanggal 7November 2014
dengan menggunakan sensor type J. Diperoleh data seperti yang ditunjukan pada
tabel dan grafik, dari hasil data tersebut dapat diketahui bahwa nilai arus terbesar
berada pada jarak 0,5 cm dengan arus output sebesar 0,0204 ampere, hal ini karena
pada jarak ini sumber panas lebih dekat dengan sensor. Dan nilai arus terendah
pada jarak 2,5 dan 3 cm dengan arus ouput 0,001 ampere, karena pada jarak ini
sumber panas lebih jauh dari sensor sehingga membuat sensitivitas sensor
thermocouple semakin kecil.
Kesimpulan
Percobaan sensor thermocouple type J pada tanggal 31 Oktober 2014,
denga jarak sumber panas (0.5 cm,1 cm, 1.5 cm) dan masing-masing di lakukan 5
kali percobaab dengan sensor thermocouple tersebut, menunjukan bahwa Jarak
sumber panas (0.5 cm) terdekat dengan sensor, menghasilkan tegangan output
rata-rata yang lebih besar dibandingkan jarak lainnya yaitu sebesar 2,54volt dan
arus rata-rata 0,0144 ampere.
Percobaan sensor thermocouple type J pada tanggal 07 November 2014.
Saat melakukannya 5 kali percobaan antara jarak sumber panas (0.5 cm,1 cm, 1.5
cm, 2 cm, 2.5 cm, 3 cm) dengan sensor thermocouple tersebut. Jarak sumber
panas 0,5 cm dengan sensor, menghasilkan tegangan output rata-rata yang lebih
besar dibandingkan jarak lainnya yaitu sebesar 3,34 volt dan arus rata-rata 0,0204
ampere.
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin dekat jarak sumber
panas dari sensor thermocouple maka semakin besar juga arus dan tegangan yang
dihasilkan, serta semakin jauh jarak antara sember panas dengan sensor
thermocuople semakin kecil arus dan tegangan yang dihasilkan. Dan juga suhu
ruangan ikut mempengaruhi hasil percobaan dengan sensor thermocouple type J.
78