224

Buku panduan penyusunan rp2 kpkp

Embed Size (px)

Citation preview

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP i

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar dengan tepat waktu.

Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan

memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman

yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga mendorong pembangunan nasional yang mampu berdaya

saing.

Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan

dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman

kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek

permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegras i

dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua

pelaku pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus

ditopang oleh kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masing-

masing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam

kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang

berkesinambungan.

ii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan memerlukan perencanaan yang

berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus

didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan

permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada

pada arah yang tepat menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari

dokumen perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas

yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan

desain teknis kawasan. Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam

perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang

dibangun.

Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana

Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat

dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan

menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

Jakarta, April 2016

Ir. Rina Farida

Ir. Rina Farida, MT

Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP iii

APAR : Alat Pemadam Api Ringan

ASKOT : Assisten Kota Program Pemberdayaan Masyarakat

BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

CAP : Community Action Plan

DED : Detail Engineering Design

FGD : Focus Group Discussion

IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah

IPAS : Instalasi Pengelolaan Akhir Sampah

IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu

Korkot : Koordinator Kota Fasilitator P2KKP

KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

KSN : Kawasan Strategis Nasional

KSP : Kawasan Strategis Provinsi

KSK : Kawasan Strategis Kota/Kabupaten

NUAP : Neighborhood Upgrading Action Plan

NUSP : Neighborhood Upgrading Shelter Project

MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah

P2KKP : Program Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan

Pokjanis : Kelompok Kerja Teknis

RAB : Rencana Anggaran Biaya

iv PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

RKM : Rencana Kerja Masyarakat

RKP : Rencana Kawasan Permukiman

RP2KPKP : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

RP2KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

RP3KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan

Permukiman

RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

SDGs : Sustainable Development Goals

SIAP : Slum Improvement Action Plan

SKS : Survey Kampung Sendiri

SPAM : Sistem Pengelolaan Air Minum

SPM : Standar Pelayanan Minimal

SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja

SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

TAP : Tenaga Ahli Pendamping

TPS : Tempat Pengolahan Sampah

TPS 3R : Tempat Pengolahan Sampah 3R

TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP v

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... v

DATAR TABEL.................................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ix

BAB 1 – PENDAHULUAN ................................................................................................. 1-1

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1-1

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN .......................................................................... 1-3

1.2.1 MAKSUD.......................................................................................................... 1-3

1.2.2 TUJUAN........................................................................................................... 1-3

1.2.3 SASARAN ........................................................................................................ 1-3

1.3 MANFAAT PANDUAN ................................................................................................ 1-4

1.4 SISTEMATIKA PANDUAN .......................................................................................... 1-4

BAB 2 – PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP ....................................................................... 2-1

2.1 LANDASAN HUKUM .................................................................................................. 2-1

2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN

KAWASAN PERMUKIMAN................................................................................ 2-1

2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN

DAERAH .......................................................................................................... 2-4

vi PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

2.1.3 AMANAT RPJMN 2015-2019 ............................................................................. 2-6

2.1.4 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS

TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH .................... 2-10

2.1.5 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG

PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG ............................................... 2-26

2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH .......... 2-29

2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

MELALUI RP2KPKP ................................................................................................. 2-31

2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP .................................................................... 2-31

2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS

RP2KPKP....................................................................................................... 2-32

2.3.2 PENDEKATAN RP2KPKP ............................................................................... 2-34

2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN

KABUPATEN/KOTA ........................................................................................ 2-36

2.3.4 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN

PERMUKIMAN KUMUH .................................................................................. 2-41

2.3.5 PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RP2KPKP ................................. 2-42

2.3.6 LEGALISASI RP2KPKP................................................................................... 2-46

BAB 3 – KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP ................................................................. 3-1

3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP .................................................................... 3-1

3.1.1 LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP ............................................... 3-1

3.1.2 LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP ................................................. 3-4

3.1.3 KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP ............................................................... 3-9

3.2 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP .......................... 3-12

3.2.1 TAHAP PERSIAPAN ....................................................................................... 3-15

3.2.2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI 3-39

3.2.3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN ........................................... 3-99

3.2.4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS ....................................................... 3-119

3.3 KELUARAN YANG DIHASILKAN............................................................................... 3-14

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP vii

Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh........ 2-6

Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.................................. 2-25

Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub

bidang Keciptakaryaan ............................................................................... 2-27

Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh .................................... 2-32

Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh....................................... 2-33

Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan

RP2KPKP.................................................................................................. 2-43

Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan

RP2KPKP.................................................................................................... 3-1

Tabel 3.2 Contoh Form Survey ................................................................................. 3-23

Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh ............................................ 3-25

Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah ....................................... 3-33

Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh .......... 3-36

Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh ...................................... 3-44

Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan

persentase................................................................................................. 3-47

Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh 3-49

Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan............................................ 3-61

Tabel 3.10 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas ................. 3-71

viii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tabel 3.11 Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan .......... 3-77

Tabel 3.12 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter

Kekumuhan................................................................................................ 3-81

Tabel 3.13 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala

Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh.................................... 3-81

Tabel 3.14 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan ................. 3-88

Tabel 3.15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan........................... 3-89

Tabel 3.16 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota ....................................................... 3-93

Tabel 3.17 Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala

Kawasan.................................................................................................... 3-93

Tabel 3.18 Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan ......... 3-103

Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan

Permukiman Kumuh ................................................................................. 3-111

Tabel 3.20 Contoh Tabel Memorandum Program ........................................................ 3-112

Tabel 3.21 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ... 3-124

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP ix

Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut

UU No. 1/ 2011 .......................................................................................... 2-3

Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat . 2-4

Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan

Kawasan Permukiman .................................................................................. 2-5

Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan

Kabupaten/Kota ......................................................................................... 2-30

Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ............ 2-35

Gambar 2.6 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan 2-39

Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman

Kumuh Lainnya .......................................................................................... 2-42

Gambar 2.8 Keterkaitan antarstakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP .............. 2-43

Gambar 2.9 Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati

berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 ........................................ 2-47

Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan

Dokumen RP2KPKP................................................................................... 2-48

Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi

Kota ............................................................................................................ 3-5

Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi

Kabupaten ................................................................................................... 3-6

x PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK

Kumuh ......................................................................................................... 3-7

Gambar 3.4 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas ...................................... 3-8

Gambar 3.5 Contoh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1 ............................................ 3-9

Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan . 3-11

Gambar 3.7 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP ................................................ 3-13

Gambar 3.8 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Persiapan ................................ 3-16

Gambar 3.9 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh ............................................... 3-29

Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola

Ruang........................................................................................................ 3-37

Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan

Perumusan Strategi .................................................................................... 3-40

Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh ........................................ 3-59

Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator

Bangunan Gedung/Hunian .......................................................................... 3-67

Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator

Jalan Lingkungan ....................................................................................... 3-67

Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator

Drainase Lingkungan .................................................................................. 3-68

Gambar 3.16 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan................................................ 3-83

Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan

Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan ................................. 3-83

Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan

Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011

dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun

2016 .......................................................................................................... 3-92

Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Skala Kota/Perkotaan...................................................................... 3-95

Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan .................... 3-95

Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana

Penanganan ............................................................................................ 3-100

Gambar 3.22 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan............................................................ 3-104

Gambar 3.23 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh............................. 3-105

Gambar 3.24 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh............................. 3-106

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP xi

Gambar 3.25 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh .............................3-107

Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman

Kumuh......................................................................................................3-110

Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan ...........3-110

Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis ......3-120

Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1 .....3-125

Gambar 3.30 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas .............................................................3-126

Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi

eksisting) ..................................................................................................3-127

Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After)

Penanganan .............................................................................................3-128

Gambar 3.33 Contoh ilustrasi 3D Kawasan .....................................................................3-129

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-1

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi

di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber

mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat

perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahan-

lahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman

kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada

beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara

pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh

perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus

menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar

pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah

serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut

berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat

kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan

yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu

sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan

munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga

akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan

memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah

dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang

tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman

kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah,

1-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban

dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun

2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman

kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah

terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun

2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 4

(empat) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal

dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian

Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map

penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif

dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan

identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut

melalui SK Walikota/Bupati. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang-

undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII

dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan

permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh

dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan

penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah

kota/kabupaten menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Kawasan Permukiman (RP3KP), serta menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan

Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya

penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit

Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan

RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan

kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di

kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan:

1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas

bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;

2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan

permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor keciptakaryaan

melalui kegiatan reguler sektoral;

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses

penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBO’s);

dan

4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari

strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-3

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.2.1 MAKSUD

Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi

pemangku kepentingan dalam penyusunan RP2KPKP di kabupaten/kota.

1.2.2 TUJUAN

Disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memiliki tujuan:

• memberikan pemahaman dasar mengenai RP2KPKP;

• memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP baik secara

proses maupun substansi; dan

• memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.2.3 SASARAN

Sasaran disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini antara lain:

• tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan RP2KPKP;

• tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP;

• tercapainya standar baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.3 MANFAAT PANDUAN

Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

• Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam

rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP;

• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai

acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan

proses dan pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun;

• Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan

RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan

maupun substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan

• Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota

Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.

1-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

1.4 SISTEMATIKA PANDUAN

Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka

Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

BAGIAN I

Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud,

tujuan dan sasaran, serta manfaat dari Panduan RP2KPKP

BAGIAN II Pemahaman Dasar

RP2KPKP

Bagian ini membahas mengenai landasan hukum penyusunan RP2KPKP, permasalahan kawasan permukiman kumuh

perkotaan dan kebutuhan penanganannya, serta penanganan permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan melalui RP2KPKP

BAGIAN III Kegiatan Penyusunan

RP2KPKP

Bagian ini merupakan inti dari Buku Panduan Penyusunan RP2KPKP ini yang menjelaskan ruang lingkup kegiatan penyusunan RP2KPKP, proses dan prosedur penyusunan

RP2KPKP, serta keluaran yang dihasilkan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-1

2.1 LANDASAN HUKUM

Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) didasari atas amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, sedangkan upaya pencapaian kota bebas kumuh pada tahun 2019

sendiri diamanatkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019. Adapun secara teknis pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh mengacu pada PermenPUPR tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman

Kumuh serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,

penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan

perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh

guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk

mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta

untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan

dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

2-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Pencegahan

Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh

baru mencakup:

a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi; b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum; c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan

permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan

d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Pencegahan dilaksanakan melalui:

a. pengawasan dan pengendalian; dan b. pemberdayaan masyarakat

Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui

pendampingan dan pelayanan informasi.

Peningkatan Kualitas

Peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan:

a. pemugaran;

b. peremajaan; atau c. pemukiman kembali.

Penetapan Lokasi Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh

wajib memenuhi persyaratan:

a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan

rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan

lingkungan;

c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;

d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan; e. kualitas bangunan; dan f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-3

Peningkatan Kualitas

Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar

menjadi layak huni.

Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang

lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu

menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang terkena dampak.

Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan, dan

permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

Pemukiman Kembali dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi

yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang

yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah

dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran masyarakat

Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman

kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi,

pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut .

Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011

Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan

peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi

sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di

2-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana

yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat

2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan

banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam pengembangan

dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku tunggal. Perlu dipahami

bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari berbagai

pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.

Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman

dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan

peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai

pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif.

Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam

pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan

yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan

perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan,

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-5

pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun

pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan

ruang yang berlaku. Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan

pengembangan kawasan permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar

berikut ini.

Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman

Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah

pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain:

1. Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);

dan

2. Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.

Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan

permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh

NO. SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH

PROVINSI PEMERINTAH

KAB/KOTA

1. Kawasan Permukiman

a. Penetapan sistem kawasan permukiman.

b. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 (lima belas) ha atau lebih.

Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha.

a. Penerbitan izin pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman.

b. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha.

2. Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh

--- --- Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota.

Sumber: Lampiran UU No.23/2014

A. Agenda Pembangunan Nasional terkait Permukiman Kumuh

Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk ke dalam

agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional

dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar. Pembangunan

Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan dan ketenagalistrikan

dengan sasaran sebagai berikut:

1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan

rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan

perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk

514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah

tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen (pengurangan luasan

permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha).

2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui

(1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144

Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2)

Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi

optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4)

Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;

(5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394

PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-7

PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14

PDAM.

3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan

drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk

sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air

limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan

pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta

peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409

kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan

TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,

fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman

dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv)

kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507

kota/kab seluruh Indonesia.

4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan

melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9

kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan

permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar

1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman,

dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai

melalui strategi:

a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan

hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru

(sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional

yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro

perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan

sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaa n

prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan

dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang

berbasis komunitas.

b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan

pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah

daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi

yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan

(bank/non-bank ); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana

pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.

c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan

perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN),

Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal

2-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan

perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada

penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal

dengan dukungan pemerintah.

d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui

fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan

instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land

consolidation), bank tanah (land bank ing), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah

terlantar, dan tanah wakaf.

e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta

pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).

f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan

dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur

bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.

2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air

domestik melalui strategi:

a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum yang

memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta mening -

katkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.

b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya

konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,

pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum

maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan)

dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.

c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle

capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.

d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui

pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah

dipergunakan (water reclaiming).

3) Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,

penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang

sudah terbangun melalui strategi :

a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi

terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost

recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi

dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai

langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-9

b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian,

dan pemeliharaan aset infrastruktur.

c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat

ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.

4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi,

kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang

didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah

mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum;

b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan

sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;

c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui

pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;

d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air

minum dan sanitasi.

e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik

eksekutif maupun legislatif serta media.

5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui

sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai

implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi:

a. Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan

sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan

penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi.

Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan

sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah

yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan

sanitasi dilaksanakan melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana

dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik

untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan

kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa

(ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,

perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.

2-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

2.1.3 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk

menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria

perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:

A. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung

Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:

1) Ketidakteraturan Bangunan

Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan

permukiman:

a tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR),

yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada

suatu zona; dan/atau

b tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok

lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas

lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.

2) Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan

Rencana Tata Ruang

Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana

tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan:

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;

dan/atau

b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau

RTBL.

3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi

bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan

persyaratan:

a. pengendalian dampak lingkungan;

b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di

bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;

c. keselamatan bangunan gedung;

d. kesehatan bangunan gedung;

e. kenyamanan bangunan gedung; dan

f. kemudahan bangunan gedung.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-11

Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau

persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian

persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan

tersebut.

B. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan

Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:

1) Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan atau

Permukiman

Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau

permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak

terlayani dengan jalan lingkungan.

2) Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk

Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh

jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.

C. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum

Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:

1) Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum

Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak

dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa.

2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar Yang Berlaku

Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana

kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak

mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.

D. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan

1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan Sehingga

Menimbulkan Genangan

Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga

menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak

mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih

dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.

2) Ketidaktersediaan Drainase

Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran

lokal tidak tersedia.

3) Tidak Terhubung dengan Sistem Drainase Perkotaan

2-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran

lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga menyebabkan air

tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.

4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di Dalamnya

Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya

merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik

berupa:

a. pemeliharaan rutin; dan/atau

b. pemeliharaan berkala.

5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk

Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas

konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau

penutup atau telah terjadi kerusakan.

E. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah

Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:

1) Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis Yang Berlaku

Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku

merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang

terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun

terpusat.

2) Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis

Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis

merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau

permukiman dimana:

a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau

b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.

F. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan

Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:

1) Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis

Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis merupakan

kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memadai sebagai berikut:

a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-13

b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala

lingkungan;

c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan

d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.

2) Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis

Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan

kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. pewadahan dan pemilahan domestik;

b. pengumpulan lingkungan;

c. pengangkutan lingkungan; dan

d. pengolahan lingkungan.

3) Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Sehingga

Terjadi Pencemaran Lingkungan Sekitar oleh Sampah, Baik Sumber Air Bersih, Tanah

Maupun Jaringan Drainase

Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi

pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun

jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana

pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa:

a. pemeliharaan rutin; dan/atau

b. pemeliharaan berkala.

G. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran

Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan sebagai

berikut:

1) Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran

Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis

merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:

a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam)

maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran);

b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam

kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;

c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk pemberitahuan

terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam

Kebakaran; dan/atau

d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.

2-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

2) Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran

Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis

merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang meliputi:

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);

b. kendaraan pemadam kebakaran;

c. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau

d. peralatan pendukung lainnya.

H. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang

dijadikan acuan adalah sebagai berikut:

1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman)

a) Keteraturan Bangunan

Komponen keteraturan bangunan meliputi:

1. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal

GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi

jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka

bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari

bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi

sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan

tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line).

2. Tinggi Bangunan

Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur

dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai

puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi.

3. Jarak Bebas Antarbangunan

Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan-

permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang

berhadapan antara dua bangunan.

4. Tampilan Bangunan

Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan

dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan

keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya

5. Penataan Bangunan

a. pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi

blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfiguras i

tertentu.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-15

b. pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok

menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan

dan konfigurasi tertentu.

c. pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa

bangunan dalam blok/kaveling.

6. Identitas Lingkungan

a. karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik bangunan untuk

mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan,

sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.

b. penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik

bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu

bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi

tujuannya.

c. tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal

sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,

untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.

7. Orientasi Lingkungan

a. tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan

berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan

pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.

b. tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk

mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari

bangunan atau pun area tujuannya.

8. Wajah Jalan

a. penampang jalan dan bangunan

b. perabot jalan

c. jalur dan ruang bagi pejalan kaki

d. elemen papan reklame

b) Tingkat Kepadatan Bangunan

1. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar

bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.

2. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan

gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.

2-16 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

c) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Komponen persyaratan teknis bangunan

meliputi

1. Pengendalian Dampak Lingkungan Untuk Bangunan Gedung Tertentu bagi

bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,

termasuk di dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan deret. Elemen

pengendalian dampak lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkugan

(UKL/UPL)

a. AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan.

b. UKL/UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau

Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan

usaha dan/atau kegiatan.

2. Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau

prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi,

dampak bangunan terhadap lingkungan, mempertimbangkan faktor keselamatan,

kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan memiliki

perizinan.

3. Persyaratan Keselamatan

a. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan meliputi

persyaratan struktur Bangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung,

struktur atas Bangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi

langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan

persyaratan bahan.

b. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaran

meliputi sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret),

sistem proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan

jalan ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan

pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan bahaya,

persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan

bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.

c. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir meliputi

persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan.

4. Persyaratan Kesehatan

a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan

sesuai dengan fungsinya.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-17

b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau

pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya

c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam

Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor,

persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran

air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran

pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau

pengolahan sampah).

5. Persyaratan Kenyamanan

a. kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat

kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta

sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.

b. kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang

diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk

terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.

c. kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di

dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan

Gedung lain di sekitarnya.

d. kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat

kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan

pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau

kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya.

6. Persyaratan Kemudahan

a. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya

fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang

cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.

b. kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung yaitu

sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya

fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga berjalan (eskalator)

atau lantai berjalan (travelator).

2) Aspek Kondisi Jalan Lingkungan

Komponen jalan lingkungan meliputi:

1. Cakupan Pelayanan

a. Perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala

wilayah

1) Jalan lingkungan sekunder bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.

2) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor

beroda 3 (tiga) atau lebih.

2-18 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

b. Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan

1) Jalan Lingkungan I, merupakan penghubung antara pusat perumahan dengan

pusat lingkungan I, atau pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan I dan

akses menuju jalan Lokal Sekunder III.

2) Jalan Lingkungan II, merupakan penghubung antara pusat lingkungan I dengan

pusat lingkungan II, atau pusat lingkungan II dengan pusat lingkungan II dan

akses menuju jalan lingkungan I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.

2. Kualitas Permukaan Jalan, mengacu dan menyesuaikan dengan Standar Pelayanan

Minimal Jalan

a. Kualitas jalan aspal

Baik : IRI ≤ 4

Sedang : IRI > 4 dan IRI ≤ 8

b. Kualitas jalan penmac (penetrasi macadam)

Baik : IRI ≤ 8

Sedang : IRI > 8 dan IRI ≤ 10

c. Jalan tanah/diluar perkerasan

Baik : IRI ≤ 10

Sedang : IRI > 10 dan IRI ≤ 12

IRI (International Roughness Index) jalan adalah parameter kekerasan permukaan

jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profi l

memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan.

3) Aspek Kondisi Penyediaan Air Minum

Komponen penyediaan air minum meliputi:

1. Akses aman air minum

Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kesehatan

a. Persyaratan fisika: sifat fisik air seperti bau, warna, kandungan zat padat,

kekeruhan, rasa, dan suhu

b. Persyaratan mikrobiologis: kandungan bakteri dalam air yaitu bakteri E-Coli dan

bakteri koliform,

c. Persyaratan kimiawi: kandungan mineral dalam air seperti arsen, fluorida, sianida,

khlorin, alumunium, mangan dan mineral lainnya

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-19

2. Kebutuhan air minum

Kebutuhan minimal adalah 60 liter/orang/hari. Kebutuhan air minum dapat dipenuhi

dengan Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan (SPAM) maupun

Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP).

a. SPAM

SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana

dan sarana air minum yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit

pelayanannya menggunakan sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran

umum, dan hidran kebakaran. Komponen SPAM meliputi

1) Unit air baku dengan kapasitas Rencana 130% dari kebutuhan rata-rata,

dengan komponen:

mata air

air tanah

air permukaan (sungai, danau, laut)

air hujan

pipa transmisi air baku dari sumber air baku ke Instalasi Pengolahan Air

Minum (IPA)

2) Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan rata-rata,

dengan komponen

Bangunan Penangkap Mata Air

Bangunan Pengambilan Air Baku dari Air Tanah (Sumur)

Bangunan Saringan Pasir Lambat

Instalasi Pengolahan Air Minum

Pipa transmisi air minum dari IPA ke reservoir.

3) Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan rata-

rata, dengan komponen

Reservoir (penampungan air sementara sebelum didistribusikan)

Pipa distribusi dari reservoir ke unit pelayanan

4) Unit pelayanan dengan komponen

sambungan rumah

hidran umum

hidran kebakaran

b. SPAM BJP

SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari

prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun

komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan

sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi:

2-20 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

1) Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam

2) Penampungan Air Hujan (PAH)

3) Perlindungan Mata Air (PMA)

4) Saringan Rumah Tangga (Sarut)

5) Destilator Surya Atap Kaca

6) IPA sederhana

7) Terminal Air (mobil tangki / tangki air)

4) Aspek Kondisi Drainase Lingkungan

Penyediaan jaringan drainaseadalahuntuk mengelola/mengendalikan air permukaan

(limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan

kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Yang

disebut genangan adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama lebih

dari 2 jam dan lebih dari 2 kali setahun). Komponen Drainase Lingkungan meliputi:

1. Sistem Drainase yang terbentuk

a. Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder,

tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian

besar masyarakat. pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan

tanggung jawab pemerintah kota

b. Sistem sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan

kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan

komersial

2. Sarana Drainase

Sarana Drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut

mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewat i

jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut.

a. Gorong-gorong

b. Bangunan Pertemuan Air

c. Bangunan Terjunan Air

d. Siphon

e. Street Inlet

f. Pompa

g. Pintu Air

3. Prasarana Drainase

Prasarana Drainase adaalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah

tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungs i

menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.

a. Sumur Resapan

b. Kolam Tandon/kolam retensi

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-21

4. Konstruksi Drainase

a. Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai

tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.

b. Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang

terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas.

c. Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang

mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi

pergeseran (tanah bergerak).

5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Komponen Pengelolaan Air Limbah meliputi:

1. Sistem Pengelolaan Air Limbah

a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air

limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang

secara terpusat.

b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air

limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan

air Air limbah limbah setempat.

2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat

1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah

Kloset leher angsa dan kamar mandi

MCK Umum

2) Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah

Sambungan Rumah

Lubang Inspeksi

3) Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah

Pipa retikulasi

Pipa induk

Bangunan Pelengkap

4) Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL

Komunal ataupun IPAL Kota

Fasilitas Utama IPAL

Fasilitas Pendukung IPAL

Zona Penyangga

2-22 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah

Sarana pembuangan efluen

Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan

b. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Setempat

1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah

Kloset leher angsa dan kamar mandi

MCK Umum

2) Unit Pengolahan Setempat menjadi tanggung jawab pemilik rumah

Cubluk

Tangki septik dengan sistem resapan

Biofilter

Unit pengolahan air limbah fabrikasi

3) Unit Pengangkutan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah

Truk tinja

Motor roda tiga pengangkut tinja

4) Unit Pengolahan Lumpur Tinja menjadi tanggung jawab

pengembang/pemerintah

Fasilitas Utama IPLT

Fasilitas Pendukung IPLT

Zona Penyangga

5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah

Sarana pembuangan efluen

Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan

6) Aspek Kondisi Pengelolaan Persampahan Komponen dari pengelolaan

persampahan meliputi:

1. Sistem Pengolahan Sampah yang saling terintegrasi

a. Pemilahan

Sistem pemilahan adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi

paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun

serta limbah bahan berbahaya dan beracun

sampah yang mudah terurai

sampah yang dapat digunakan kembali

sampah yang dapat didaur ulang

sampah lainnya

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-23

b. Pengumpulan

Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan

sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.

c. Pengangkutan

Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber

atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan

bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.

d. Pengolahan

Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi,

dan/atau jumlah sampah.

e. Pemrosesan Akhir

Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan

secara aman.

2. Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah

a. Sarana Pemilahan

1) Kantong Sampah

2) Bak Sampah

3) Kontainer sampah

b. Sarana dan Prasarana Pengumpulan

1) Gerobak Sampah

2) Motor Sampah

3) Mobil Bak Sampah

4) Perahu / Sampan Sampah

5) Tempat Penampungan Sementara (TPS)

c. Sarana Pengangkutan

1) Dump Truck

2) Armroll Truck

3) Compactor Truck

4) Trailer Truck

d. Prasarana Pengolahan

1) Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R)

2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

2-24 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

3) Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25

km dari pusat permukiman.

e. Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill,

Controlled Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah

lingkungan.

7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran

Komponen Proteksi Kebakaran meliputi:

1. Prasarana Proteksi Kebakaran

a. Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau,

sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,

reservoir air, mobil tangki air dan hidran).

b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan

pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran

di lokasi.

c. Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain

yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik

kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran.

d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di

dalam ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah

dan mudah diakses.

2. Sarana Proteksi Kebakaran

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

b. Mobil pompa.

c. Mobil tangga sesuai kebutuhan

d. Peralatan pendukung lainnya.

2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan

kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis. Tipologi

perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman

kumuh:

a. di atas air;

b. di tepi air;

c. di dataran rendah;

d. di perbukitan; dan

e. di daerah rawan bencana.

Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat

dijelaskan sebagai berikut.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-25

Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN

1 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di atas air

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di atas air, baik daerah pasang surut, rawa, sungai ataupun laut.

2 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di tepi air

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada tepi badan air (sungai, pantai, danau, waduk dan sebagainya),

namun berada di luar Garis Sempadan Badan Air.

3 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di dataran rendah

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng < 10%.

4 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di perbukitan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah dataran

tinggi dengan kemiringan lereng > 10 % dan < 40%

2-26 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN

5 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah rawan bencana

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang terletak di daerah rawan bencana alam, khususnya bencana alam tanah longsor, gempa bumi dan banjir.

2.1.4 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan

minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah

dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas

penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Beberapa ketentuan SPM bidang

keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-27

Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan

No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target

Tahun 2019 Cara Mengukur Upaya Pencapaian

1 2 3 4 5 6 7 8

SPM Provinsi

1 Penyediaan jalan untuk

melayani kebutuhan

masyarakat

Meningkatnya kualitas

layanan jalan Provinsi

persentase tingkat kondisi jalan

provinsi baik dan sedang.

% 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai

IRI dapat dilakukan menggunakan:

1. Alat (Naasra/ Romdas/

Roughometer)

2. Metode visual dengan cara menaksir nilai Road

Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan ke nilai International Roughness Index

(IRI) yang dilakukan pada kondisi tertentu)*

Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat

pengukur (Naasra/ Romdas/

Roughometer) untuk menentukan nilai IRI

Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat:

1. Melakukan survei kondisi jalan menggunakan alat Naasra/ Romdas/Roughometer (untuk pengukuran menggunakan alat).

2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke

nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke

nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan metode visual).

Melakukan pemeliharaan rutin dan

pemeliharaan berkala untuk mencapai danmempertahankan kondisi jalan baik dan

sedang berdasarkan nilai IRI

2 Penyediaan jalan untuk

melayani kebutuhan

masyarakat

Tersedianya konektivitas

wilayah Provinsi

persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi

(konektivitas) di wilayah

provinsi

% 100 Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai

yang tercantum pada RTRW Provinsi telah

terhubung oleh jaringan jalan

Setiap Pemerintah Provinsi melakukan

pembangunan/ penambahan ruas jalan

yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi yang

masih belum terhubungkan dengan

jaringan jalan.

Percepatan penyelesaian Perda tentang

RTRW Provinsi

1 Penyediaan jalan untuk

melayani kebutuhan

masyarakat

Meningkatnya kualitas

layanan jalan Kab/Kota

persentase tingkat kondisi jalan kabupaten/kota baik dan sedang.

% 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI dapat dilakukan menggunakan:

alat (Naasra/Romdas/Roughometer) -visual dengan cara menaksir nilai Road Condition

Index (RCI) yang kemudian dikonversikan

kenilai International Roughness Index (IRI) yang

dilakukan pada kondisi tertentu)*

Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota

memiliki alat pengukur (Naasra/ Romdas/Roughometer) untuk menentukan nilai IRI

Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat:

1. Melakukan survei kondisi jalan menggunakan alat Naasra/ Romdas/

Roughometer (untuk pengukuran menggunakan alat).

2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan metode visual).

2-28 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target

Tahun 2019 Cara Mengukur Upaya Pencapaian

Melakukan pemeliharaan rutin dan

pemeliharaan berkala untuk mencapai dan mempertahankan kondisi jalan baik dan

sedang berdasarkan nilai IRI

2 Penyediaan jalan untuk

melayani kebutuhan

masyarakat

Tersedianya konektvitas

wilayah Kab/Kota

persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi di

wilayah kabupaten/ kota

% 100 Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai

yang tercantum pada RTRW Kabupaten/ Kota telah

terhubung oleh jaringan jalan.

Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota

melakukan pembangunan/ penambahan

ruas jalan yang menghubungkan pusat--pusat kegiatan dan pusat produksi yang

masih belum terhubungkan dengan

jaringan jalan.

Percepatan penyelesaian Perda tentang

RTRW Kabupaten/ Kota

1 Penyediaan air minum Meningkatnya kualitas

layanan air minum

permukiman perkotaan

persentase penduduk yang

mendapatkan akses air minum yang

aman

%

Penduduk 81,77%

Contoh survey; kuesioner; dll.

2 Penyediaan sanitasi Meningkatnya kualitas

sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase)

permukiman perkotaan

persentase penduduk yang terlayani

sistem air limbah yang memadai

%

Penduduk 60%

Contoh survey; kuesioner; dll.

persentase pengurangan sampah di

perkotaan

%

Penduduk 20%

Contoh survey; kuesioner; dll.

persentase pengangkutan sampah %

Penduduk 70%

Contoh survey; kuesioner; dll.

persentase pengoperasian TPA %

Peng-operasian

TPA

70%

Contoh survey; kuesioner; dll.

persentase penduduk yang terlayani sistem

jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih

dari 2 kali setahun

%

penduduk 50%

Contoh survey; kuesioner; dll.

%

Pe-ngurangan

genangan

50%

Contoh survey; kuesioner; dll.

3 Penataan Bangunan dan

Lingkungan

Meningkatnya tertib

pembangunan bangunan

gedung

persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) yang diterbitkan

IMB

60% pendataan

4 Penangan Pemukiman

Kumuh Perkotaan

Berkurangnya permukimankumuh di perkotaan

persentase berkurangnya luasan

permukiman kumuh di kawasan

perkotaan

Ha

10%

Contoh survey; kuesioner; dll.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-29

No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target

Tahun 2019 Cara Mengukur Upaya Pencapaian

5 PenyediaanRuang Terbuka Hijau (RTH) Publik

Meningkatnya ketersediaan RTH

persentase tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan

% 50 survey penertiban area yang direncanakan menjadi RTH; penganggaran penyediaan dan pengelolaan RTH publik

Keterangan:

1. Apabila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible (nilai count/ BI > 400) 2. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)

3. Apabila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)

2-30 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak

meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan

permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada terciptanya

permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan dari munculnya

kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal,

dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu sendiri namun

juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan infrastruktur perkotaan secara umum.

Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan)

hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:

tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur

permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan

yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;

Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan

maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala

kota;

Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota kurang memperhatikan kebutuhan

penanganan kawasan kumuh, karena pembangunan kota lebih berfokus pada upaya

peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum;

Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas

dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan

kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan

Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan

penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan

pada tahap selanjutnya.

Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa

pertimbangan, antara lain:

bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas

hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan

kabupaten/kota;

bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan pada

kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;

bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan

berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan

bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan

terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-31

permukiman kumuh yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi

sektoral yang terkait.

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah seharusnya

memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang jelas dan

komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial,

ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu,

instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program

penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarakan

mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala

prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat mendukung terwujudnya tujuan

dan kebijakan pembangunan permukiman pada kota/kabupaten yang bersangkutan secara

umum.

Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan

Kabupaten/Kota

Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan

penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas

Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah

2-32 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, telah

terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama

dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan

rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman

perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan

penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah

daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana

pembangunan (RPJP dan RPJM).

2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI RP2KPKP

2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) merupakan dokumen rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman

kumuh perkotaan yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi rumusan strategi,

kebutuhan program dan investasi untuk mewujudkan permukiman yang bebas kumuh.

Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh dokumen rencana aksi tersebut

mencakup pula rencana pengembangan lingkungan hunian yang layak dan terjangkau bagi

penduduk di perkotaan hingga tercapai target 0% kumuh.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan lingkup/skala

kota dan kawasan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan terpadu, tidak hanya berupa

rencana kegiatan penanganan bersifat fisik namun mencakup juga kegiatan-kegiatan yang

bersifat non-fisik (peningkatan kapasitas/pemberdayaan, sosial dan ekonomi).

Sebagaimana yang diamantkan dalam UU No.1/2011, bahwa upaya penanganan

permukiman kumuh harus memuat unsur-unsur pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh yang diterjemahkan dalam bentuk strategi, program, dan rencana aksi

kegiatan sesuai dengan ketentuan yang diamantkan dalam PermenPUPR No.2 tahun 2016

tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.Rencana

aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu

: (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan pemugaran,

peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii) strategi

pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh baru,

melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian.

Perumusan 2 (dua) strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan

ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan

prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum).

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) diperlukan agar Pemerintah Daerah mampu menyusun dokumen perencanaan

yang komprehensif sebagai acuan dalam pencapaian penanganan permukiman yang bebas

kumuh. Dengan adanya Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-33

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diharapkan dapat terciptanya keterpaduan

program dan pembiayaan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kewenangannya.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan penigkatan kualitas perumahan

dan permukiman kumuh dengan mengintegrasikan skala lingkungan sampai dengan skala

kawasan dan kota. Sedangkan untuk pengelolaan sarana dan prasarana yang terbangun

dengan memampukan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan

menjaga lingkungan huniannya.

2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS RP2KPKP

Secara umum muatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan

permukiman kumuh meliputi 2 (dua) tahapan, yaitu pada saat awal penanganan dan pasca

pelaksanaan pembangunan. Pada tahap awal penanganan, kegiatan pencegahan dilakukan

melalui sosialisasi dan penyuluhan (campaign) kepada pemangku kepentingan di daerah

dan masyarakat.

Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh

Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode

Kawasan Perkotaan

Permukiman kumuh/terindikasi kumuh yang berada di luar peruntukan permukiman perkotaan berdasarkan rencana tata ruang kab/kota

Permukiman kumuh yang sumber permasalahan utamanya berada di luar kawasan.

Penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang (RTRW)

Kawasan Permukiman Perkotaan

Permukiman

kumuh/terindikasi kumuh yang berada di lingkup peruntukan permukiman perkotaan

Penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis, serta dokumen perencanaan lainnya (SPPIP/RP3KP) yang terkait dengan bidang Cipta Karya

Pemerintah Daerah

Partisipatif-Fasilitatif

2-34 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode

Penyusunan action plan terkait program-program pencegahan kawasan permukiman kumuh melalui sosialisasi, public campaign, dan penyuluhan

Pemerintah Daerah

Masyarakat

Partisipatif-Fasilitatif,

Social Mapping

Pencegahan permukiman kumuh yang sudah ditangani agar tidak kembali menjadi kumuh melalui upaya:

Pada proses perencanaan/pendampingan mulai dilakukan sosialisasi/ campaign pentingnya terhadap upaya-upaya pencegahan dan pelatihan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan

Pemerintah Daerah

Masyarakat

Partisipatif-Fasilitatif,

pemberdayaan masyarakat

Pada pasca pembangunan dilakukan melalui penerapan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan

Pengawasan dan monitoring evaluasi hasil-hasil pembangunan dalam rangka keberlanjutan program

Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode

Pola Penanganan

Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni

Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta

Advokasi Pemda, Penyiapan masyarakat, Pembangunan Fisik Tersier dan Fisik Primer

Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat

Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta

Advokasi Pemda, Penyiapan masyarakat, Pembangunan Fisik Tersier dan Fisik Primer

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-35

Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode

Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa, Rumah deret)

Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta

Advokasi Pemda, Penyiapan masyarakat, Pembangunan Fisik Tersier dan Fisik Primer

2.3.2 PENDEKATAN RP2KPKP

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya

perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat

dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan

dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan

utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi

Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang

menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang mengarah pada

pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

2-36 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak memuat 4 (empat) prinsip

perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:

Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan

perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi aspek

sosial, ekonomi, fisik lingkungan;

Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan

perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan kota;

Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP

adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan

semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan

swasta;

Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana

pengelolaan paska pembangunan; dan

Pembangunan Hijau.

Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses

penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan

normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis -akademis,

dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan

atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan

yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan

ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi

ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan

dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks

pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal

peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.

Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa

proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang

terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh, baik di tingkat

kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan

dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.

Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan

menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik

itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis,

penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan

ini, proses penyusunan RP2KPKP ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi

yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja,

dan tim pokjanis daerah.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-37

2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan

pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota

diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam

rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana

rincinya. Dokumen sectoral Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

(SPPIP) yang merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok dokumen pilar

pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur dan Rencana

Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang merupakan dokumen teknis

penanganan kawasan permukiman prioritas pembangunan di suatu kabupaten/kota.

Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan

daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampu bertempat tinggal

serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman,

harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat,

provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai

kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi

penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk

kewenangan pemerintah propinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana

provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program

pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin

pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus

bencana kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena

dampak program pemerintah kabupaten/kota.

Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia

berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014 tersebut dijabarkan

pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota. Untuk menangani

perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani

penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau

lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman

kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk

pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan Penataan dan peningkatan

kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta

melakukan pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah

kabupaten/kota.

Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan

Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

2-38 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki rencana

pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Rencana

pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan

penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam

RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua) l ingkup

substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman.

UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanahkan

bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu

bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang

sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dalam mewujudkan

fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh

dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni serta

menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasarkan

pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan peraturan dan

perundangundangan. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk

mengentaskan permukiman kumuh dengan target 0 % kumuh hingga tahun 2019,

sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019. Langkah awal penanganan permukiman kumuh untuk mencapai target

0% kumuh ini sudah dimulai sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat cq Ditjen Cipta Karya melalui penyusunan Road Map penanganan

kumuh dan pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif dengan

kementerian/lembaga terkait serta dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Selanjutnya untuk menunjang pembangunan bidang permukiman khusunya dalam

penanganan dan pencegahaan kawasan permukiman kumuh sesuai amanah UU No.1

Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah kabupaten/kota

perlu menyusun dan memiliki rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman

kumuh. Untuk mewujudkan rencana aksi aksi penanganan dan pencegahan permukiman

kumuh tersebut diperlukan skenario, konsep dan strategi penaganan yang akan diisi oleh

substansi RP2KPKP.

RP2KPKP yang menjabarkan kebijakan makro terkait pencegahan perkembangan

permukiman kumuh kabupaten/kota serta konsep penanganan kawasan permukiman kumuh

prioritas, dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sector dan

rencana induk system komponen-komponen pembentuk permukiman.

Dalam konteks pembangunan permukiman, strategi sektor dan RIS yang telah disusun

secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan

memorandum program yang selanjutnya akan diterjemahkan kedalam desain teknis.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-39

Gambar 2.6 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan

UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007

TENTANG PENATAAN RUANG

PERDA RTRW PROVINSI

PERDA RTRW KABUPATEN/KOTA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2010

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

RP3KP PROVINSI

RP3KP KABUPATEN/KOTA

PERBUP/PERWAL RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN (RKP)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 88 TAHUN 2014

PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN

KAWASAN PERMUKIMAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2007

TENTANG RPJPN 2005-2025

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2015

RPJMN 2015-2019

PERDA RPJPD DAN RPJMD KABUPATEN/

KOTA

PERDA RPJPD DAN RPJMD

PROVINSI

RPI2JM KABUPATEN/KOTA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 201 TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH PUSATPenataan dan peningkatan kualitas kawasan

permukiman kumuh dengan luas 15 (lima belas) Ha atau lebih dan atau berada di

Kawasan Strategis Nasional

PROVINSIPenataan dan peningkatan kualitas kawasan

permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) Ha sampai dengan dibawah 15 (lima belas) Ha dan atau berada di Kawasan Strategis Provinsi

KABUPATEN/KOTAPenataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas dibawah 10

(sepuluh) Ha dan memenuhi Standar Pelayanan Minimal

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

SK Bupati/Walikota tentang

Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh

PERENCANAAN LINGKUNGAN HUNIAN

PERKOTAAN

PERENCANAAN LINGKUNGAN HUNIAN

PERDESAAN

PERENCANAAN TEMPAT KEGIATAN PENDUKUNG

PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Rencana Pencegahan dan Peningkatan

Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

RP2KPKP

Rencana Penanganan Permukiman

Tematik Lainnya

Rencana Penanganan Permukiman Rawan

Bencana

Rencana Penanganan Permukiman

Perbatasan Negara

Rencana Penanganan Permukiman Perdesaan

Potensial

RENCANA SEKTOR (SSK, RISPAM, RISPAH,

Masterplan Air Minum, Masterplan

Drainase, RTBL)

SPPIP/RP2KP &

RPKPP

mengamanatkan

diturunkan

diacu

Keterangan:

2-40 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

2.3.4 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 dimana penyelenggaraan kawasan permukiman

perlu didasarkan pada suatu dokumen rencana yang terpadu dan terintegrasi yaitu Rencana

Kawasan Permukiman, dapat diartikan pula bahwa dalam konteks penanganan permukiman

kumuh perlu juga memiliki suatu instrumen yang dapat menaungi upaya pencegahan dan

peningkatan permukiman kumuh yaitu RP2KPKP. Terkait hal ini RP2KPKP diharapkan dapat

menjadi:

Satu-satunya dokumen yang menjadi acuan Pemerintah Kab./Kota dalam upaya

pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Dokumen rencana yang mengintegrasikan program-program pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh (program penanganan permukiman kumuh

dari Pemerintah Kab./Kota, NUSP-SIAP, P2KKP/KOTAKU, program regular dari

APBN/Provinsi, dll)

Dalam hal ini pemerintah daerah (kabupaten/kota) menjadi aktor dan pelaku utama dalam

penanganan permukiman kumuh, mulai dari tahap perencanaan melalui fasilitasi

penyusunan RP2KPKP dari pemerintah pusat, hingga ke pelaksanaan dan pengelolaannya,

terutama terhadap kawasan permukiman kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan

yang relatif ringan, sehingga nantinya penanganannya dapat dilakukan di tingkat kelurahan.

Pemerintah daerah juga dapat mengakses kemungkinan program penanganan lainnya yang

dicanangkan oleh pemerintah pusat, terutama terhadap kawasan-kawasan permukiman

kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan yang masiv dan memerlukan

keterpaduan penanganan dari sisi pelaku serta sumber pendanaan, sebagaimana yang

dapat dijelaskan pada skema di bawah ini.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-41

Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman Kumuh

Lainnya

2.3.5 PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RP2KPKP

Kegiatan penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP) melibatkan pemangku kepentingan, baik yang berada di tingkat

pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Secara rinci peran dan bentuk keterlibatan dari

masing-masing pihak tersebut dalam kegiatan penyusunan Rencana Pencegahan dan

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat dilihat pada skema

dan tabel berikut.

2-42 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 2.8 Keterkaitan antar stakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP

Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan

RP2KPKP

PEMANGKU

KEPENTINGAN PERAN

BENTUK

KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG

TINGKAT PUSAT

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

Pembina kegiatan

penyusunan RP2KPKP

Mendorong dan

mengarahkan

penyusunan RP2KPKP

pada kabupaten/kota

melalui Pokjanis

daerah

TUGAS

melaksanakan pembinaan

kegiatan penyusunan

RP2KPKP

menyediakan pedoman

penyusunan RP2KPKP

melakukan pemantauan

dan evaluasi penyusunan

RP2KPKP

2.3.1.1.1.1 WEWENANG

mensosialisasikan

penyusunan RP2KPKP

memfasilitasi dan

mengkoordinasikan

keterpaduan program

lintas sektor, dan

melakukan penilaian dan

rekomendasi tindak lanjut

terhadap hasil penyusunan RP2KPKP

Direktorat Pengembangan Kaw asan

Permukiman

Pembina kegiatan

penyusunan RP2KPKP

Memberikan

pendampingan teknis

pelaksanaan

penyusunan RP2KPKP

Menyediakan

pedoman pelaksanaan

penyusunan RP2KPKP

(KAK, panduan)

Memantau

pelaksanaan

RP2KPKP melalui

kegiatan koordinasi di

tingkat pusat, provinsi,

dan kabupaten/kota

Menyelenggarakan

kolokium

TIM TEKNIS

TIM KONSULTAN

PENGENDALIAN

Koordinasi

&

Kolaborasi

PENGENDALIAN

PROSES

TIM PENGENDALIAN PENYUSUNAN

SATKER PKP

&

TIM TEKNIS

PROVINSI

PENGENDALIAN

PROSES

TIM PROVINSIPOKJANIS

TENAGA AHLI

PENDAMPING

Koordinasi

&

Kolaborasi

TIM PENYUSUN

Pengendalian/Monev Kegiatan

(Lingkup Substansi, Proses & Prosedur, Kualitas Produk)

MASYARAKAT

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-43

PEMANGKU

KEPENTINGAN PERAN

BENTUK

KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG

TINGKAT PROVINSI

Satuan Kerja Pengembangan Kaw asan

Permukiman

Penyelenggara kegiatan penyusunan RP2KPKP

Melakukan tertib

administrasi

penyelenggaraan

kegiatan penyusunan

RP2KPKP

Menyediakan tenaga

ahli pendamping

Berperan aktif dalam

tim teknis tingkat

provinsi

TUGAS

melaksanakan konsolidasi

pada tingkat provinsi;

melaksanakan

pendampingan dan

pengendalian kegiatan

penyusunan RP2KPKP;

dan

mendorong peningkatan

kapasitas pokjanis di

tingkat kabupaten/kota.

2.3.1.1.1.2 WEWENANG

melaksanakan koordinasi

penyusunan RP2KPKP

dalam lingkup provinsi; dan

memberikan rekomendasi

kepada pemerintah

kabupaten/kota terkait

dengan pelibatan

pemangku kepentingan.

Tim Teknis Provinsi Terdiri dari:

Ketua: Satker

Perencanaan dan Pengendalian bidang CK

Anggota: Dinas

PU/CK Provinsi, Bappeda Provinsi dan Satker Provinsi Bidang CK

*) Tim Teknis Provinsi ditetapkan melalui SK

Kepala Dinas PU/CK/Bidang Permukiman

Provinsi

Pendamping/pengendali

Kegiatan penyusunan RP2KPKP

Mendorong

peningkatan kapasitas

Pokjanis melalui

kegiatan

pelatihan/konsolidasi

tingkat provinsi

Melakukan

pendampingan

kegiatan penyusunan

RP2KPKP melalui

monitoring dan

evaluasi

Mensinergikan

kebijakan, strategi, dan program kab/kota dengan kebijakan provinsi

TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Kelompok Kerja

Teknis (Pokjanis), terdiri dari dinas/instansi terkait di lingkup

pemerintah kabupaten/kota

Perumus RP2KPKP

Merumuskan

RP2KPKP

Mengambil keputusan

dalam proses

penyusunan dokumen

RP2KPKP

Mengaw al

keberlanjutan program

RP2KPKP hingga

tahapan implementasi

TUGAS

menyediakan basis data dan informasi spasial dan sektoral;

melaksanakan penyusunan

RP2KPKP sesuai dengan pedoman;

menghasilkan RP2KPKP yang dapat

diimplementasikan; dan penyebarluasan informasi

produk RP2KPKP kepada

masyarakat

Menindaklanjuti hasil

produk RP2KPKP

Mengahasilkan produk

peraturan (Perbup/perw al)

Pembentukan Pokjanis ini dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota

2-44 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PEMANGKU

KEPENTINGAN PERAN

BENTUK

KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG

2.3.1.1.1.3 WEWENANG melaksanakan peninjauan

kembali terhadap

RP2KPKP berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam peraturan menteri ini;

melibatkan peran

masyarakat dalam proses

penyusunan RP2KPKP;

dan

menetapkan dan

melegalisasi RP2KPKP

menjadi peraturan

w alikota/bupati

Tim Ahli Pendamping yang

terdiri dari tenaga ahli beserta asisten tenaga ahli

Pendamping kegiatan penyusunan RP2KPKP

Memfasilitasi Pokjanis

dalam proses penyusunan RP2KPKP

Memberikan advis

teknis penyusunan RP2KPKP

TUGAS Memberikan

pendampingan dalam proses penyusunan RP2KPKP

Menghasilkan produk

sesuai dengan lingkup kegiatan RP2KPKP

Menyusun laporan proses penyelenggaraan kegiatan

RP2KPKP

Mengemas hasil akhir

RP2KPKP

2.3.1.1.1.4 WEWENANG

Merekomendasikan

pendekatan dan metode

secara teknis akademis dalam perumusan kebijakan RP2KPKP

Praktisi, akademisi, dan pemerhati

permukiman

Sebagai narasumber atau advisory teknis

Berpartisipasi dalam kegiatan FGD dan

Konsultasi Publik

Memberikan masukan teknis akademis terkait dengan

proses penyusunan RP2KPKP

Kelembagaan masyarakat

Sebagai mitra pokjanis dalam penyusunan RP2KPKP

Berpartisipasi dalam kegiatan FGD dan survey kampung sendiri

TUGAS Membantu pokjanis dalam

koordinasi dan sinkronisasi

data permukiman kumuh

Memberikan input dalam

pola penanganan permukiman kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-45

PEMANGKU

KEPENTINGAN PERAN

BENTUK

KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG

Melakukan perencanaan

partisipatif untuk menghasilkan RKM

WEWENANG

Memberikan masukan dan

pendapat terkait dengan komponen pembangunan

2.3.6 LEGALITAS

Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) merupakan salah satu muatan dalam dokumen Rencana Kawasan Permukiman

(RKP). Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

pasal 64, disebutkan bahwa dokumen Rencana Kawasan Permukiman (RKP) akan

ditetapkan melalui Peraturan Walikota/Bupati. Penetapan ini dimaksudkan agar dokumen

RKP memiliki kekuatan hukum yang tetap sebagai instrumen Pencegahan dan peningkatan

kualitas permukiman kumuh di tingkat kabupaten/kota.

Dalam hal ini penyusunan Peraturan Walikota/Bupati mengacu kepada peraturan menteri

dalam negeri republik Indonesia nomor 53 tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum

Daerah, dimana secara umum terdapat beberapa tahapan penyususunan produk hukum

yaitu :

- SK Walikota Pembentukan Tim Pokjanis Penyusun RP2KPKP sampai pada

Peraturan Walikota/Bupati;

- Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan dokumen RP2KPKP yang

telah disepakati oleh pemangku kepentingan;

- Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan koordinasi dgn SKPD terkait);

- Pengajuan RAPERWAL kepada Walikota/Bupati (melalui SEKDA);

- Penyempurnaan peraturan walikota oleh tim penyusun perwal;

- Penetapan peraturan Walikota/Bupati.

2-46 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 2.9 Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati

berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011

Selanjutnya dalam Permendagri 53 Tahun 2011 disebutkan pula bahwa proses penyusunan

rancangan peraturan Walikota/Bupati dilakukan oleh tim penyusun Perwal/Perbup yang

dipimpin oleh Kepala SKPD pemrakarsa. Draft hasil penyusan Perwal/Perbup kemudian

dibahas di bagian hukum sekaligus untuk harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait.

Hasil dari pembahaan di bagian Hukum tersebut kemudian dituangkan dalam Paraf

Koordinasi dari kepala bagian hukum dan pimpinan SKPD terkait. Proses selanjutnya dari

hasil pembahasan Raperwal/Raperbup dibagian hukum adalah pengajuan Rancangan

Perwal/Perbup kepada Walikota/Bupati melalui Sekda Kota/Kabupaten. Pada tahap ini

Sekda akan memberikan masukan terhadap perubahan/penyempurnaan dari Perwal/Perbup

yang diajukan tersebut. Berdasarkan catatan perubahan/penyempurnaan dari Sekda,

kemudian tim penyusun Perwal/Perbup yang dipimpin oleh Kepala SPKD pemrakarsa akan

melalukan penyempurnaan, yang kemudian dilengkapi dengan paraf koordinasi dari Bagian

Hukum dan SKPD terkait.

Hasil perbaikan kedua tersebut kemudian disampaikan kepada Sekda untuk kemudian

disampaikan kepada Walikota/Bupati untuk ditandatangi, dan kemudian oleh Bagian Hukum

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-47

dituangkan dalam berita daerah sebagai autentifikasi dari naskah produk hukum daerah yang

akan dipublikasikan.

Sebagai penjelasan lebih lanjut, pada gambar berikut dapat diilustrasikan rincian proses yang

dilakukan dalam proses penyusunan dan penetapan Peraturan Walikota/Peraturan Bupati.

Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-1

3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP

3.1.1 LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Secara garis besar lingkup kegiaatan penyusunan RP2KPKP terdiri dari 4 (empat)

tahapan, yaitu : (1) Persiapan, (2) Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi;

(3) Perumusan Rencana Penanganan dan (4) Penyusunan Desain Teknis. Secara rinci,

lingkup kegiatan dari tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RP2KPKP

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN

PERSIAPAN

Mengikuti kegiatan sosialisasi tingkat nasional Kesepahaman tahapan dan prosedur

penyusunan RKP

Melakukan persiapan dan pemantapan rencana kerja

Rencana Kerja

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan

kegiatan

Menyusun Desain Survey dan format kegiatan Desain survey dan format kegiatan

3-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN

Menyiapkan data profil permukiman kumuh yang

terdiri dari baseline data kumuh atau data statistik

terkait

Data awal profil permukiman kumuh

Bersama dengan pemangku kepentingan melakukan verifikasi readiness kriteria RP2KPKP yang meliputi

- SK dan permukiman kumuh

- SK Pokjanis

- Surat Pernyataan Minat Kabupaten/Kota

- Peta Dasar

SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat dan

Peta Dasar

Peta Dasar Skala 1 : 25.000 untuk Kota

dan 1 : 50.000 untuk Kabupaten

Peta skala 1 : 5.000 untuk skala kawasan

Peta skala 1 : 1.000 untuk skala

kawasan prioritas

Overview kebijakan daerah dan identifikasi

kesesuaian permukiman terhadap rencana tata

ruang kota

Hasil overview dokumen perencanaan

dan kebijakan daerah

Peta kesesuaian permukiman terhadap

rencana pola ruang kota/kabupaten (guna

lahan permukiman

Melakukan kegiatan Konsolidasi Tingkat Provinsi (KTP)

Berita acara hasil Konsolidasi Tingkat Provinsi (KTP)

Melakukan kegiatan penyiapan kelembagaan masyarakat di tingkat kota

Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan masyarakat (BKM/KSM)

VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

Bersama dengan pemangku kepentingan melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi data

kumuh baik data primer maupun data sekunder

hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder)

Melaksanakan survei dan mengolah data permukiman kumuh

Hasil survei berupa gambaran permukiman kumuh kabuapten/kota dan

hasil pengolahan data permukiman

kumuh

Verifikasi lokasi dan penyusunan profil permukiman kumuh

data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infras truktur)

Profil permukiman kumuh yang telah

teverifikasi

Melakukan proses pemutakhiran profil kumuh yang

dilaksanakan memalui Focus Group Discussion

(FGD) 1 untuk verifikasi lokasi permukiman kumuh

Berita acara penyelanggaraan FGD 1

(verifikasi lokasi kumuh dan kawasan

prioritas)

Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

Daftar peringkat permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan

parameter kekumuhan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-3

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN

Merumuskan arahan distribusi pola kolaborasi

penanganan permukiman kumuh

Menghasilkan arahan pola kolaborasi

dalam penanganan permukiman kumuh

Bersama dengan pemangku kepentingan mengkoordinasikan peran masyarakat dalam

penanganan permukiman kumuh

Pembagian peran dalam penanganan permukiman kumuh

Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan permukiman kumuh

Kebutuhan penanganan kawasan permukiman

Merumuskan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas kumuh

konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 2 untuk penyepakatan konsep dan strategi

Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (konsep dan strategi)

PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

Merumuskan skenario pentahapan pencapaian 0% kumuh dan desain kawasan

Desain kawasan dan skenario pentahapan pencapaian 0% kumuh

Merumuskan rencana aksi dan memorandum

keterpaduan program untuk skala kota dan skala

kawasan

Rencana aksi pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh

untuk skala kota dan skala kawasan

Rencana Investasi dan pembiayaan

permukiman kumuh prioritas

Memorandum keterpaduan program

pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh

Menentukan skala prioritas penanganan

permukiman kumuh berdasarkan readiness criteria

dan pertimbangan lain

skala prioritas penanganan permukiman

kumuh

Mermuskan konsep tematik & skenario pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan kumuh prioritas

Konsep tematik dan skenario pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan

permukiman kumuh prioritas

Menyusun Rencana Investasi & Pembiayaan

kawasan kumuh prioritas

Rencana Investasi dan pembiayaan

kawasan permukiman kumuh prioritas

Bersama Pemangku Kepentingan perencanaan partisipatif di kawasan prioritas meliputi

- Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)

- Penyepakan Komponen DED

Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan RKM dan

penyepakatan komponen DED) di

kawasan permukiman kumuh prioritas

Melaksanakan focus group discussion (FGD) 3: Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan

Berita acara FGD 3 ( rencana aksi, program dan kegiatan)

PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

Menyusun Desain Teknis, meliputi Peta rinci/ siteplan

3-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN

- Penyusunan peta rinci/siteplan

- Penyusunan visualisasi Pendukung Perancangan

Visualisasi pendukung perancangan

(dokumentasi drone, animasi 3D)

Menyusun Daftar Rencana & Pengukuran Detail

Komponen Infrastruktur

Daftar rencana komponen infrastruktur

pembangunan tahap 1

Data hasil pengukuran detail komponen

infrastruktur pembangunan tahap 1

Menyusun Detailed Engineering Design / DED

(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

DED (Gambar kerja, RAB, RKS)

komponen infrastruktur pembangunan

tahap 1

Dokumen lelang

Melaksanakan pembahasan pleno

Menyusun dokumen RP2KPKP Dokumen RP2KPKP

Melakukan legalisasi hasil RP2KPKP Draft ranperwal/ranperbup RP2KPKP

3.1.2 LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP

Kegiatan penyusunan RP2KPKP dilakukan pada lingkup wilayah kabupaten/kota.

Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

Untuk wilayah yang berstatus kota, maka lingkup wilayah penyusunan RP2KPKP

mencakup keseluruhan kawasan permukiman kumuh di wilayah administrasi kota yang

ditetapkan melalui SK Walikota dan hasil verifikasinya. Untuk wilayah yang berstatus

kabupaten, maka lingkup wilayah penyusunan RP2KPKP mencakup kawasan di dalam

wilayah administrasi kabupaten yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman

kumuh perkotaan oleh SK Bupati dan hasil verifikasinya.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-5

Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kota

3-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kabupaten

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-7

Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK Kumuh

Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas

Kawasan permukiman kumuh yang diprioritaskan untuk ditangani berdasarkan kriteria

dan indikator yang merujuk kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, yang terdiri dari tiga lokasi kawasan

kumuh. Selanjutnya akan dipilih satu kawasan yang akan ditangani pada pelaksanaan

pembangunan tahap 1 berdasarkan kesepakatan hasil diskusi dengan pemangku

kepentingan.

3-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.4 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas

Komponen Pembangunan Tahap 1

Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:

- Pembangunan berbasis kawasan pembangunan tahap pertama dilakukan pada

minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas terhadap seluruh aspek

penanganan dan seluruh komponen infrastruktur keciptakaryaan, apabila seluruh

readiness criteria (kesiapan lokasi, pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat

dipenuhi pada kawasan tersebut.

- Pembangunan berbasis komponen infrastruktur pembangunan tahap pertama

dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas, namun

hanya dilakukan terhadap beberapa komponen-komponen infrastruktur

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-9

keciptakaryaan yang dianggap telah memenuhi readiness criteria (kesiapan lahan,

pemerintah daerah, dan masyarakat) untuk diimplementasikan pada tahun

berikutnya.

Gambar 3.5 Contoh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1

3.1.3 KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP

Kedalaman substansi dari RP2KPKP sampai dengan strategi dan program pencegahan

dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota menuju 0% kumuh dalam jangka

waktu 5 tahun yang dijabarkan ke dalam rencana keterpaduan program penanganan dan

penyusunan desain teknis dalam skala kawasan. Rencana keterpaduan program

penanganan permukiman kumuh merupakan penjabaran dari strategi dan program ke

dalam skala kawasan yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun dan didetailkan pada

program tahunan/1 (satu) tahun. Untuk komponen infrastruktur bidang Cipta Karya pada

program tahun pertama di kawasan pengembangan tahap 1 dilakukan penyusunan

Rencana Detail Desain/Detailed Engineering Design (DED). Rumusan program dan

kegiatan disusun dengan mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana

Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ; Lampiran

A.VII Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No.

3-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

21 Tahun 2011, berikut penyesuaiannya di kabupaten/kota yang bersangkutan yang

ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) kabupaten/kota; serta Rencana Strategi

(Renstra) Kementerian/Lembaga lainnya. Kebutuhan program penanganan RP2KPKP

dalam skala kota, skala kawasan, dan program pembangunan pada tahun pertama disusun

dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

Kebijakan dan strategi yang terkait dengan penanganan kawasan permukiman

kumuh perkotaan;

Strategi dan program yang telah ada di berbagai dokumen perencanaan

pembangunan dan penataan ruang yang berlaku dan terkait dengan penanganan

kawasan permukiman kumuh perkotaan;

Kebutuhan penanganan permukiman kumuh perkotaan, yang didasarkan pada isu

strategis kawasan permukiman kumuh dan karakteristik permasalahan permukiman

kumuh perkotaan secara eksisting;

Target capaian dalam menuju 0% kawasan permukiman kumuh perkotaan pada

tahun 2019 sesuai dengan arahan RPJMN 2015-2019;

Readiness criteria yang dapat menjadi pembatas ataupun pendorong bagi

terwujudnya target capaian menuju 0% kawasan permukiman kumuh perkotaan pada

tahun 2019 berupa:

- sumber pendanaan yang dimiliki oleh Pemerintah dan pemerintah daerah;

- kesiapan lahan yang tersedia untuk pembangunan;

- kesiapan masyarakat dalam mendukung program penanganan kumuh;

- komitmen pemerintah kabupaten/kota;

- Kebijakaan pemerintah kabupaten/kota

- dan sebagainya

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-11

TARGET 0% KAWASAN

PERMUKIMAN

KUMUH 2019

ISU STRATEGIS

KAWASAN PERMUKIMAN

KUMUH

KEBIJAKAN DAN STRATEGIPEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN

INFRASTRUKTUR PERKOTAAN YANG TERKAIT DENGAN PENANGANAN KAWASAN

PERMUKIMAN KUMUH

KEBUTUHAN PENANGANAN

KAWASAN PERMUKIMAN

KUMUH

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENINGKATAN KUALITASPENCEGAHAN

STRATEGI PENANGANAN SKALA KAWASAN

PRIORITAS

STRATEGI PENANGANAN

SKALA KOTA

KEBUTUHAN PROGRAM DAN KEGIATAN

SKALA KAWASAN PRIORITAS

KEBUTUHAN PROGRAM DAN KEGIATAN

SKALA KOTA

PROGRAM DAN KEGIATAN

SKALA KAWASAN PRIORITAS

PROGRAM DAN KEGIATANSKALA KOTA

KONDISI EKSISTING

PERMASALAHAN PERMUKIMAN

KUMUH

PROGRAM DAN KEGIATAN

KAWASAN PENGEMBANGAN

TAHAP 1

READINESS CRITERIAPENDANAAN, KESIAPAN LAHAN, KESIAPAN

MASYARAKAT, KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH, KEBIJAKAN PEMDA, DSB

Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan

Fokus dari obyek yang diatur di dalam RP2KPKP adalah program dan kegiatan terkait

dengan infrastruktur permukiman perkotaan, yang terdiri atas:

Kondisi Fisik Bangunan Hunian;

Aksesibilitas Lingkungan;

Kondisi Drainase Lingkungan;

Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku;

Kondisi Pengeolaan Air Limbah;

Kondisi Pengelolaan Persampahan; dan

Kondisi Proteksi Kebakaran;

3-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Selain fokus pada infrastruktur permukiman kumuh perkotaan, program dan kegiatan yang

disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam

pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh seperti Ruang Terbuka Hijau

(RTH). Dan yang tidak kalah pentingnya dalam proses penilaian terhadap kawasan kumuh

ada beberapa pertimbangan lain yaitu kejelasan status lahan, kesesuaian dengan rencana

tata ruang, nilai strategis lokasi, kepadatan penduduk, dan kondisi social ekonomi budaya

masyarakat. Tentu saja beberapa fokus objek lainnya akan disesuaikan dengan kebutuhan

di masing-masing kabupaten/kota.

3.2 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP

Proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pencegahan dan

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) kabupaten/kota ini

diarahkan dengan mengacu pada rangkaian kegiatan pada Gambar 3-7. Rincian proses

dan prosedur pelaksanaan kegiatan untuk tiap sub kegiatan selama jangka waktu 6 (enam)

bulan dapat dijelaskan pada subbab berikut ini.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-13

PELAPORAN

Rencana kerja yang telah disepakati;

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan

kegiatan yang telah disepakati;

Desain survey dan format kegiatan;

Data awal profil kawasan kumuh;

Hasil overview dokumen perencanaan dan

kebijakan daerah;

SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat, dan Peta

Dasar.

Peta kesesuaian kawasan permukiman

perkotaan yang terhadap rencana tata ruang

Hasil penyiapan kelembagaan masyarakat

Data primer hasil survei dan data sekunder hasil pengolahan;

Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur)

Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder);

Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi;

Hasil penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter kekumuhan;

Pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh;

Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;

Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;

Peran masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh;

Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola kolaborasi

penanganan permukiman kumuh);

Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, dan pola penanganan

permukiman kumuh)

Daftar rencana komponen infrastruktur

pembangunan tahap 1;

Data hasil pengukuran detail komponen

infrastruktur pembangunan tahap 1:

Peta rinci/siteplan;

Visualisasi pendukung perancangan

(dokumentasi drone, ilustrasi before-after,

animasi 3D);

DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen

infrastruktur pembangunan tahap 1;

Dokumen lelang;

Dokumen RP2KPKP; dan

Draft Perwal/Perbup

BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6WAKTU

TAHAPAN

PENYELENGGARAAN KEGIATAN RP2KPKP(pendekatan fasilitasi

Pemda)

OUTPUT

TAHAP PERSIAPAN TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

PROSES PENYUSUNAN RP2KPKP

(Pendekatan Membangun Sistem)

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

B.2PENYUSUNAN DESAIN SURVEY DAN FORMAT KEGIATAN

B.3PENYIAPAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH Data kumuh Data statistik

terkait

PENDAMPINGAN & PELIBATAN MASYARAKAT(Pendekatan Peningkatan

Kapasitas)

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

C.2KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH(data primer & sekunder)

B.4OVERVIEW KEBIJAKAN DAERAH DAN IDENTIFIKASI KESESUAIAN PERMUKIMAN EKSISTING TERHADAP RENCANA TATA RUANG KAB/KOTA

B.11PERUMUSAN SKENARIO PENANGANAN DAN KONSEP DESAIN KAWASAN

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

C.4PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS: Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat Penyepakatan KOMPONEN DED

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN AKHIR

LAPORAN DRAFT AKHIR

1 2 3

4

LAPORAN ANTARA

A.1.SOSIALISASI

A.2KONSOLIDASI TK. PROVINSI

A.3FGD 1:

PENYEPAKATAN PROFIL HASIL VERIFIKASI

A.4FGD 2:

PENYEPAKATAN KONSEP, STRATEGI, POLA

PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

A.5FGD 3:

PENYEPAKATAN RENCANA AKSI, PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil

RKM)

A.6PEMBAHASAN PLENO

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

Skenario penanganan dan desain kawasan permukiman kumuh;

Rencana aksi penanganan permukiman kumuh;

Memorandum keterpaduan program penanganan skala kota dan kawasan;

Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;

Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh;

Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan rencana kerja masyarakat dan penyepakatan

komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas;

Berita acara FGD 3 (Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan hasil perencanaan di tingkat

masyarakat)

TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

B.10PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.14PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS Daftar rencana

komponen Pengukuran lapangan Visualisasi pendukung

perancangan

C.1PENYIAPAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT PADA LOKASI PERMUKIMAN KUMUH

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

B.15PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

B.8DISTRIBUSI POLA KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

C.3KOORDINASI PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

B.16PENYEMPURNAAN HASIL PLENO

B.17PENYEMPURNAAN DOKUMEN RP2KPKP Rencana Aksi 0%

Kumuh Rencana Teknis

Pembangunan tahap 1

Memorandum Program

DED Komponen Prioritas

A.7DISEMINASI

B.18FINALISASI & LEGALISASI HASIL (PERWAL/PERBUP)

Gambar 3.7 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP

3-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-15

3.2.1 TAHAP PERSIAPAN

Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis

maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan RP2KPKP secara

keseluruhan. Dalam lingkup kegiatan persiapan ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi

dalam 3 (tiga) lingkup sebagai berikut:

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP A.1 Sosialisasi Penyusunan RP2KPKP

A.2 Konsolidasi Tingkat Provinsi

Proses Perencanaan dan Penyusunan B.1 Persiapan dan pemantapan rencana

kerja

B.2 Penyusunan desain survey dan format

kegiatan

B.3 Penyiapan data profil permukiman kumuh

B.4 Overview kebijakan daerah dan

identifikasi kesesuaian permukiman

terhadap rencana tata ruang

Pendampingan pemangku kepentingan C.1 Penyiapan kelembagaan masyarakat di

tingkat kab./kota

Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan pertama pelaksanaan

kegiatan penyusunan RP2KPKP, terhitung sejak diterbitkannya SPMK. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar 3-8.

3-16 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PELAPORAN

Rencana kerja yang telah disepakati;

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan

kegiatan yang telah disepakati;

Desain survey dan format kegiatan;

Data awal profil kawasan kumuh;

Hasil overview dokumen perencanaan dan

kebijakan daerah;

SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat, dan

Peta Dasar.

Hasil identifikasi kawasan permukiman

perkotaan yang tidak sesuai rencana tata

ruang

Hasil penyiapan kelembagaan masyarakat

BULAN 1WAKTU

TAHAPAN

PENYELENGGARAAN KEGIATAN RP2KPKP(pendekatan fasilitasi

Pemda)

OUTPUT

TAHAP PERSIAPAN

PROSES PENYUSUNAN RP2KPKP

(Pendekatan Membangun Sistem)

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

B.2PENYUSUNAN DESAIN SURVEY DAN FORMAT KEGIATAN

B.3PENYIAPAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH Data kumuh Data statistik

terkait

PENDAMPINGAN & PELIBATAN MASYARAKAT(Pendekatan Peningkatan

Kapasitas)

B.4OVERVIEW KEBIJAKAN DAERAH DAN IDENTIFIKASI KESESUAIAN PERMUKIMAN EKSISTING TERHADAP RENCANA TATA RUANG KAB/KOTA

LAPORAN PENDAHULUAN

1

A.1.SOSIALISASI

A.2KONSOLIDASI TK. PROVINSI

C.1PENYIAPAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DI TINGKAT KAB/KOTA

Gambar 3.8 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Persiapan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-17

A.1 Sosialisasi Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang

diselenggarakan oleh Direk torat Pengembangan Kawasan

Permukiman, Direk torat Jendral Cipta Karya, Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada awal

pelaksanaan penyusunan RP2KPKP

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

A.1.SOSIALISASI

A.2KONSOLIDASI TK. PROVINSI

TUJUAN Melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai RP2KP KP

Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,

prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan RP2KPKP

METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiatan

Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian

kegiatan

Melaksanakan alih pengetahuan mengenai proses dan prosedur

penyusunan RP2KPKP

OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan kawasan

permukiman kumuh

Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari

penyusunan RP2KPKP

PELAKSANA Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jendral Cipta

Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

3-18 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PESERTA Pokjanis

TA Pendamping

TimTeknis di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tim Teknis / Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya

Provinsi

Narasumber

KMP

DURASI 1-2 hari *

*) Jadwal dan lokasi penyelenggaraan ditentukan oleh pihak Direk torat

PKP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;

Undangan akan disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu sebelum

penyelenggaraan kegiatan.

Pada tahap Sosialisasi ini Tim Pokjanis Kabupaten/Kota mempersiapkan sejumlah

data/dokumen sebagai berikut:

a. SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Kumuh;

b. Surat Pernyataan Minat Pendampingan Penyusunan RP2KPKP;

c. Profil Umum Permukiman Kumuh;

d. Data Base Line Kumuh dari P2KKP atau data statistik terkait ;

e. SK Walikota/Bupati tentang Pembentukan Pokjanis RP2KPKP;

f. SK Tim Teknis Provinsi;

g. Rencana Kerja Penyelenggaraan Penyusunan RP2KPKP; dan

h. Daftar Tim Tenaga Ahli Pendamping (TAP).

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-19

A.2 Konsolidasi

Tingkat Provinsi

Kegiatan ini menjadi bagian dalam proses penyamaan

pemahaman substansi dan mekanisme penyusunan RP2KPKP

diantara penyusun di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

A.1.SOSIALISASI

A.2KONSOLIDASI TK. PROVINSI

TUJUAN Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,

prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan RP2KPKP

Menyepakati rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan, serta

pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam lingkup Provinsi

Mensosialisasikan hasil Sosialisasi Nasional kepada pemangku

kepentingan di daerah

Mensinergikan arahan kebijakan pembangunan permukiman di provinsi

METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH Mengikuti kegiatan Konsolidasi Tingkat provinsi

Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian

kegiatan

OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan kawasan

permukiman kumuh

Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari

penyusunan RP2KPKP

Kesepakatan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan

Overview kebijakan sektoral ditingkat provinsi

3-20 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PELAKSANA Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi, Direktorat

Jendral Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat

PESERTA Pokjanis

TA Pendamping

Korkot P2KKP/NUSP

Kelembagaan masyarakat tingkat Kabupaten/Kota

Tim Teknis/Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Provinsi

Bappeda Provinsi

Narasumber

DURASI 1 hari *

*) Jadwal dan lokasi penyelenggaraan ditentukan oleh pihak Satker PKP

Provinsi (maksimal 1 minggu setelah penyelenggaraan sosialisasi)

B.1 Penyiapan dan

Pemantapan

Rencana Kerja

Mengkoordinasikan seluruh kegiatan RP2KPKP ini dari awal

sampai akhir antara Tim Ahli Pendamping (TAP) dan Pok janis

Kabupaten/Kota

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

A.1.SOSIALISASI

A.2KONSOLIDASI TK. PROVINSI

B.2PENYUSUNAN DESAIN SURVEY DAN FORMAT KEGIATAN

TUJUAN Koordinasi antara tim ahli pendamping dengan Pokjanis

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-21

Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan RP2KPKP

Menyediakan peta dasar skala kabupaten/kota dan kawasan kumuh

yang diperlukan dalam penyusunan RP2KPKP

Mengumpulkan data dan informasi kabupaten/kota mengenai

permukiman kumuh (baseline dan profil kumuh)

METODE Diskusi dan Koordinasi

LANGKAH Diskusi kesiapan tim ahli pendamping dalam menjalankan lingkup

pekerjaan dan kebutuhan penyiapan pekerjaan

Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim ahli pendamping dan

Pokjanis dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP

Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan metodologi yang

akan digunakan

Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan informasi terkait

dengan pembangunan

OUTPUT Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati

Data dan informasi terkait pembangunan dan pengembangan

kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman, permukiman

kumuh perkotaan dan infrastruktur permukiman perkotaan

Peta Dasar Skala 1:25.000 untuk wilayah administrasi kota dan peta

dasar skala 1:50.000 untuk wilayah administrasi kabupaten

Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan

*) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau penyediaan peta sesuai

dengan ketentuan dalam penyusunan RP2KPKP

DURASI 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak diterbitkannya

SPMK

B.2 Penyusunan

Desain Survey dan

Format Kegiatan

Penyusunan desain survey pada awal kegiatan yang

mencakup kebutuhan-kebutuhan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penyusunan RP2KPKP

3-22 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

B.2PENYUSUNAN DESAIN SURVEY DAN FORMAT KEGIATAN

B.3PENYIAPAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH Data kumuh Data statistik

terkait

TUJUAN Menyiapkan desain survey yang diperlukan untuk keperluan penyusunan

RP2KPKP

Menyusun format – format untuk kebutuhan baik dilapangan maupun

pengelohan data dan informasi terkait dengan kondisi kawasan

METODE Diskusi

LANGKAH Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah

ada

Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam penyusunan

RP2KPKP

Penyiapan desain survey

Penyiapan format untuk survey dan kegiatan

OUTPUT Data Awal (sekunder)

Desain survey

Format – format survey dan kegiatan

DURASI 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau sejak diselesaikannya

sub kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-23

Tabel 3.2 Contoh Form Survey

Provinsi : ……………………………………………………… |____|____|

Kabupaten/Kota : ……………………………………………………… |____|____|

Kecamatan : ……………………………………………………… |____|____|

Keluarhan/Desa : ……………………………………………………… |____|____|

No.

Parameter Data umum Kelurahan

1 Data Program/Kegiatan

Penanganan Kumuh Sebelumnya

No. Lokasi Penanganan

Kumuh (RW/RT/Lingkungan)

Luas Penanganan Kumuh (Ha)

Sumber Dana

Tahun Komponen

Infrastruktur

2 Data umum wilayah

Administratif Kelurahan

No. RW Jumlah

RT

Luas Wilayah RW (Ha)

Jumlah Penduduk

Jumlah Bangunan

rumah (unit)

Luas Permukiman Kumuh

KK Jiwa Kawasan Luas

(Ha)

3 Data Umum kawasan kumuh

tingkat kelurahan

No.

Kawasan

Kumuh

Luas Kawasan (Ha)

Kepemillikan lahan

Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk

Miskin

Jumlah Rumah

RT/KK

Jiwa

RTM

Jiwa

Total

Kumuh

4 Data Kependudukan

No. 0 – 5 Tahun

6 – 12 Tahun

13 – 17 Tahun

18 – 25 Tahun

26 – 40 Tahun

40 – 55 Tahun

> 55 Tahun

0 – 5 Tahun

5 Data Mata Pencaharian

Penduduk

No.

Kawasan

Kumuh

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian (orang)

PNS/TNI/Polri

Swasta

Pengrajin

Nelayan

Petani

Buruh

Tidak Bekeraj

a

3-24 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

No.

Parameter Data umum Kelurahan

6 Data Penghasilan Rata-rata Penduduk

No. Kawasan Kumuh Jumlah Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga (KK)

< Rp. 1 Juta

Rp. 1 – 2 Juta

Rp. 2 – 3 Juta

Rp. 3 – 6 Juta

>Rp. 6 Juta

7 Tingkat Kesehatan Penduduk

No. Kawasan Kumuh

Jumlah Penderita Penyakit Kronis (Jiwa)

Diare ISPA Muntaber

Demam Berdarah

Malaria TBC Lainnya

8 Peta Dasar Kelurahan yang dilengkapi dengan Delineasi Lokasi Permukiman Kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-25

Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh

I. Data umum Permukiman Kumuh

1 Nama Kawasan Permukiman Kumuh

2 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

Kawasan Pusat Kota 1

Kawasan Pinggiran Kota 2

3 Apakah Lokasi Sesuai dengan RTRW Kota

Ya 1

Tidak 2

4 Luas Kawasan Permukiman Kumuh (Ha) ……….. Ha

5 Status Kepemilikan Lahan Pada Kawasan Kumuh

Milik Pribadi 1 ……… Ha

Milik Pemda/BUMN 2 ……… Ha

Milik Pemerintah Pusat/BUMN 3 ……… Ha

Milik Swasta 4 ……… Ha

Kepemilikan Lainnya 5 ……… Ha

6 Karakteristik Kawasan Sekitar Permukiman Kumuh

Perumahan 1

Perkantoran 2

Perdagangan 3

Perindustrian 4

Pelabuhan 5

Perkebunan/pertanian 6

7 Kondisi Fisik Kawasan Permukiman Kumuh

Tepi sempadan sungai 1 Tepi saluran drainase induk/utama kota 2 Tepi jalur rel kereta api 3 Tepi sempadan jalan primer 4

Tepi pantai 5 Dibawah SUTET 6 Tepi kawasan lindung 7

8 Apakah lokasi permukiman kumuh tercantum dalam SK Kumuh

Ya 1

Tidak 2

II. Data Kependudukan pada Permukiman Kumuh

1 Jumlah penduduk pada kawasan permukiman kumuh __________ Jiwa

2 Jumlah rumah tangga/kepala keluarga total __________ KK

3 Jumlah penduduk miksin __________ Jiwa

3-26 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

4 Jumlaj rumah tangga/keluarga miskin __________ RTM

5 Jumlah keluarga yang menempati rumah sendiri __________ KK

6 Jumlah keluarga yang tidak menempati rumah sendiri __________ KK

III. Data Bangunan Rumah Kawasan Kumuh

1 Jumlah bangunan rumah tinggal menurut jenis konstruksi (unit)

Rumah permanen __________ Unit Rumah semi permanen __________ Unit Rumah nonpermanen __________ Unit

2 Kondisi kekumuhan bangunan rumah tinggal (unit)

jumlah rumah tidak kumuh 1__________ Unit jumlah rumah kumuh 2__________ Unit

3 Status pemanfaatan bangunan rumah tinggal (unit) Ditempati sendiri 1__________ Unit Dikontrakkan/disewakan 2__________ Unit

Tidak dihuni/ditempati (kosong) 3__________ Unit

4 Legalitas status lahan bangunan rumah tinggal (unit) Bersertifikat (hak milik/HGB) 1__________ Unit Perjanjian sewa lahan 2__________ Unit Tidak memiliki status legal/formal 3__________ Unit

Status lainnya 4__________ Unit

5 Jumlah penghuni rumah Kurang atau sama dnegan 5 jiwa 1__________ Rumah Antara 6 smampai 8 jiwa 2__________ Rumah Lebih besar dari 8 jiwa 3__________ Rumah

IV. Aksesibilitas Infrastrtuktur Permukiman

1 Jumlah rumah tangga yang memiliki akses ke penyediaan air minum Sambungan rumah (perpipaan PDAM) 1__________ RT

Fasil itas umum 2__________ RT Sumur pompa/sumur gali 3__________ RT Sumber air bersih lainnya yang aman 4__________ RT

2 Jumlah rumah tangga yang memiliki akses saran air l imbah (s anitasi) Toilet pribadi dilengkapi septik tank 1__________ RT

Toilet priadi dengan PAL komunal 2__________ RT MK Cumum 3__________ RT Sarana sanitasi tidak layak (cubluk, toilet apung, dll) 4__________ RT Tanpa sarana sanitasi (BABS) 5__________ RT

3 Luas genanagan yang terjadi selam lebih dari 2 ja m __________ Ha

4 Frekuensi terjadinya genangan dalam 1 tahun __________ Kali

5 Penyebab utaa terjadinya genangan Hujan 1

Luapan sungai 2

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-27

Luapan air laut (rob) 3 Lainnya 4

6 Rata-rata lamanya terjadi genangana (jam.hari/minggu/bulan)

jam hari minggu bulan

7 Frekeuensi pembersihan saluran drainase lingkungan

setiap hari 1 setiap 2 hari sekali 2 setiap 2 minggu sekali 3

tidak pernah 4 8 Cara membuang/mereduksi sampah rumah tangga

Diangkut petugas sampah 1 Dibuang di pekarangan 2 Dibuangke sungai 3

Di bakar 4 Di olah (3R) 5

9 Frekuensi pengangkutan sampah rumah tangga setiap hari 1 setuap 2 hari sekali 2

setiap 2 minggu sekali 3 tidak ada layangan pengangkatan sampah 4

10 Pengelola layangan pengangkutan dan pembuangan sampah Dinas kebersihan atau aparat Pemerintah Daerah 1 Jasa pihak ketiga (kontraktor) 2

Lembaga sosial kemaysarakatan (RT/RW) 3 Kelompok swadaya masyarakat 4 Tidak ada lembaga pengelola sampah 5

11 Prasarana jalan eksisting (m) Jalan lingkungan diperkeras (aspal/cor beton/paving blok) 1

Jalan setapak diperkeras (rabat beton/paving blok) 2 Jalan lingkungan nonperkerasn (tanah) 3 Jalan setapak nonperkerasan 4

12 Kelengkapan infrastruktur jalan

Drainase tepi jalan dengan penutup (m) 1 Jalan degan lampu penerangan (m) 2 Jalan tanpa lampu penerangan 3

Catatan :

Form Survey ini merupakan contoh minimal kelengkapan data umum kelurahan yang b isa dikembangkan

leb ih lanjut oleh Pokjanis

B.3 Penyiapan data Pengumpulan atau kompilasi data dan informasi dasar terkait

3-28 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

profil permukiman

kumuh

dengan kawasan permukiman kumuh yang nantinya digunakan

sebagai dasar dalam penyusunan RP2KPKP

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

B.2PENYUSUNAN DESAIN SURVEY DAN FORMAT KEGIATAN

B.3PENYIAPAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH Data kumuh Data statistik

terkait

TUJUAN Menyiapkan data dasar profil kawasan permukiman kumuh

METODE Diskusi dan Koordinasi

LANGKAH Koordinasi internal terkait profil permukiman kumuh yang ada di

Kabupaten/kota sesuai dengan SK penetapan lokasi permukiman kumuh

Koordinasi dengan pihak terkait (P2KKP) untuk Kabupaten/Kota yang

telah memiliki baseline

Penyamaan persepsi dan kesepatan terkait data dasar yang akan

dipakai dalam profile kawasan permukiman kumuh

OUTPUT Peta sebaran permukiman kumuh perkotaan

Profil kawasan permukiman kumuh perkotaan

DURASI 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya

sub kegiatan penyusunan desain survey dan format kegiatan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-29

Gambar 3.9 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh

3-30 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.4 Overview kebijakan

daerah dan

identifikasi

kesesuaian

permukiman eksisting

terhadap rencana tata

ruang Kab/Kota

Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan

program pembangunan daerah yang terdapat dalam

dokumen perencanaan pembangunan dan penataan

ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas,

RTRW, Rencana Sektor dan dokumen lain yang terkait

dengan kawasan permukiman kumuh)

B.1PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA

B.2PENYUSUNAN DESAIN SURVEY DAN FORMAT KEGIATAN

B.3PENYIAPAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH Data kumuh Data statistik

terkait

B.4OVERVIEW KEBIJAKAN DAERAH DAN IDENTIFIKASI KESESUAIAN PERMUKIMAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG

TUJUAN Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap kebijakan dan

strategi pembangunan, serta rencana tata ruang yang telah tersedia

maupun yang sedang disusun terkait dengan pembangunan

permukiman dan kawasan permukiman kumuh; dan

Mengidentifikasi dan melakukan kajian sinkronisasi kebijakan dan

strategi pembangunan kabupaten/kota, termasuk didalamnya kajian

terhadap dokumen-dokumen sektoral.

Mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian permukiman

(kumuh) terhadap rencana tata ruang

METODE Content Analysis (Analisis Isi), Desk Study, Overlay peta

LANGKAH Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota,

khususnya yang terkait pengembangan permukiman kumuh

perkotaan, terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD,

SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya;

Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi

pembangunan terkait penanganan kawasan permukiman kumuh

terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP,

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-31

RPI2JM, dan rencana sektor lainnya

Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategi

pembangunan yang terkait pengembangan permukiman terutamanya

terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan

rencana sektor lainnya

Melakukan superimpose/overlay peta permukiman eksisting dengan

peta rencana pola ruang kota (guna lahan permukiman)

OUTPUT Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota

Peta kesesuaian guna lahan permukiman

Peta rencana pengembangan sektor permukiman

DURASI 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu keempat bulan pertama atau sejak

diselesaikannya sub kegiatan penyiapan data profil kawasan kumuh

3-32 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-33

Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah

NO. SUMBER/ DOKUMEN VISI DAN MISI TUJUAN & SASARAN STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

1. RPJPD KOTA BONTANG 2005 –

2025

Visi: KOTA MARITIM BERKEBUDAYAAN

INDUSTRI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT

Misi: Meningkatkan kualitas sumber daya

manusia Kota Bontang yang berkebudayaan industri, berakhlak

mulia dan martabat Meningkatkan kualitas tata

kepemerintahan yang baik Meningkatkan kualitas lingkungan

hidup Kota Bontang Memperkuat struktur ekonomi kota

Bontang dengan sektor maritim

sebagai penopang pembangunan ekonomi dan tetap menjaga keseimbangan industri migas dan non migas

Strategi 1: Pembangunan perumahan dan

permukiman yang berwawasan lingkungan. Arah Kebijakan: Pembinaan dan peningkatan kualitas

lingkungan perumahan dan permukiman

disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai.

Pemenuhan kebutuhan perumahan dan

permukiman sesuai tingkat kemampuan pendapatan masyarakat

Penataan dan revitalisasi kaw asan

permukiman kumuh. Penataan dan pembatasan permukiman

di atas air dalam rangka perlindungan ekosistem pesisir dan green belt

1. Rencana Pengembangan

Perumahan Terencana Pagung, Baltim, dan

disekitar kaw asan pusat kota yaitu dikaw asan

pusat pemerintahan. 2. Rencana

Pengembangan

Perumahan Atas Rawa Perumahan ini timbul

secara spontan, proporsi distribusinya akan

menyebar pada WP I, II dan III.

3. Rencana Pengembangan Rumah

Susun Pengembangan Rumah

Susun (RUSUN) baik sew a maupun milik akan

diprioritaskan untuk menunjang kaw asan industri dan nelayan

yang membutuhkan rumah.

2 RPJMD KOTA BONTANG TAHUN 2011 – 2016

Visi: TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA BONTANG YANG BERBUDI

LUHUR, MAJU, ADIL DAN SEJAHTERA Misi:

Meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia kota Bontang yang berakhlak mulia dan profesional

Meningkatkan Kualitas Tata

Kepemerintahan yang baik

Meningkatkan Kualitas

Lingkungan Hidup Memperkuat struktur ekonomi

dan mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik, dan air bersih dan infrastruktur lainnya

Tujuan 1: MEWUJUDKAN KOTA BONTANG YANG BERSIH,

HIJAU, DAN ASRI Sasaran 1: Meningkatkan penanganan sampah menjadi 74%

Sasaran 2: Memelihara kondisi RTH eksisting dan meningkatkan luas RTH menjadi 3.330,96

Ha atau 22,5%

Tujuan 1, Sasaran 1 Strategi: Pengembangan manajemen pengelolaan

sampah Arah Kebijakan:

Peningkatan pengelolaan sampah di

TPA yang berkelanjutan Pemenuhan sarana prasarana

persampahan

Pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan sampah yang berkelnajutan dengan pemanfataan teknologi ramah lingkungan.

Tujuan 1, Sasaran 1: Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan

Tujuan 1, Sasaran 2: Strategi:

Pengembangan ruang terbuka hijau Arah Kebijakan: Gerakan “Bontang Green” dan “one

man five trees” Peningkatan peran masyarakat dalam

peningkatan kualitas dan kuantitas

RTH Pembangunan dan revitalisasi taman

kota dan RTH Penanaman pohon di “catcment area”

kota Bontang Perumusan kebijakan ruang terbuka

hijau

Tujuan 1, Sasaran 2: Program pengelolaan ruang

terbuka hijau

Program pengendalian pemanfaatan ruang

Program rehabilitasi hutan

dan lahan Program peningkatan sarana

prasarana aparatur dan administrasi pertanahan

Program perencanaan

penataan ruang Program pemanfaatan ruang

3-34 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

NO. SUMBER/ DOKUMEN VISI DAN MISI TUJUAN & SASARAN STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

7. STRATEGI SANITASI

KOTA BONTANG (SSK) 2012 – 2016

SUB SEKTOR AIR LIMBAH

Tujuan 1: Mewujudkan peran serta masyarakat

dalam pengelolaan air limbah Sasaran: Meningkatnya

jumlah kelompok sw adaya masyarakat yang menangani pengelolaan air limbah dari 5 menjadi 15 KSM

Strategi: Peningkatan peran

serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan

pengembangan sistem pengelolaan air limbah pemukiman

Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air

limbah

1. Sosialisasi kebijakan pengelolaan air limbah

2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah

3. Sanitation Aw ard bagi perusahaan

Tujuan 2: Membangun kemitraan strategis dalam pembangunan sanitasi Sasaran: Meningkatnya

jumlah perusahaan yang terlibat dalam program CSR sektor sanitasi dari 3 menjadi 6

Strategi: Membangun kemitraan dengan berbagai pihak dalam penyediaan sarana dan prasarana sanitasi

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

1. Kemitraan program CSR sektor sanitasi 2. Workshop pengelolaan oleh sw asta

Tujuan 3: Meningkatkan pengendalian pencemaran lingkungan Sasaran 1: Meningkatnya

cakupan pelayanan dan pengelolaan air limbah dari 4,8% menjadi 10%

Sasaran 2: Meningkatnya sarana prasarana sanitasi dari 0% menjadi 66,7%

Tujuan 3 Sasaran 1 Strategi: Peningkatan pengelolaan air limbah

Tujuan 3 Sasaran 2 Strategi: Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sanitasi

Tujuan 3, Sasaran 1: Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah

Tujuan 3, Sasaran 2: Program pengendalian pencemaran dan perusakan

lingkungan

Tujuan 3, Sasaran 1: 1. Pembangunan IPAL Berbas Pantai,

Loktuan, Guntung, Kanaan 2. Pembangunan IPLT

3. Pembangunan WC Umum 4. Pembangunan Sanimas 5. Penambahan jaringan pipa air limbah

Tujuan 3, Sasaran 2: Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium

SUB SEKTOR PERSAMPAHAN

Tujuan 1:

Meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan mandiri

berbasis komunitas untuk dapat mengurangi volume sampah Sasaran: Meningkatnya

jumlah Kelompok Sw adaya Masyarakat (KSM) dan sekolah yang melakukan

pengelolaan sampah 3R yang terbina dari 5 KSM/sekolah menjadi 25 KSM/sekolah

Strategi:

Mengikutsertakan masyarakat dan sw asta untuk berperan aktif dalam pengelolaan kebersihan

Program pengembangan kinerja

pengelolaan persampahan

1. Sosialisasi kebijakan pengelolaan

persampahan 2. Peningkatan peran serta masyarakat

dalam pengelolaan persampahan 3. Bimbingan teknis persampahan

Tujuan 2:

Meningkatkan cakupan layanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan Sasaran: Meningkatnya

cakupan pelayanan persampahan dari 71,08%

Strategi:

Pengembangan manajemen pengelolaan sampah

Program pengembangan kinerja

pengelolaan persampahan

1. Penyediaan sarana dan prasarana

pengelolaan persampahan 2. Pengembangan kinerja TPA 3. Peningkatan operasi dan pemeliharaan

sarana dan prasarana persampahan

4. Penyusunan dokumen perencanaan 5. Peningkatan operasi dan pemeliharaan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-35

NO. SUMBER/ DOKUMEN VISI DAN MISI TUJUAN & SASARAN STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

menjadi 74%

prasarana dan sarana TPA

SUB SEKTOR DRAINASE

Tujuan: Meningkatkan

sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir Sasaran 1: Meningkatnya kondisi drainase/saluran

pembuangan air sepanjang jalan dengan kondisi baik dari 13,77% menjadi 38, 62%

Sasaran 2: Menurunnya kondisi drainase tersumbat dari 6% menjadi 3%

Strategi:

Peningkatan penanganan sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir

Program pengembangan,

pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya

1. Normalisasi sungai- sungai di Kota

Bontang 2. Peningkatan Waduk Kanaan 3. Pembangunan Bendungan Suka

Rahmat

4. Pembangunan folder Tanjung Laut dan KCY

5. Pembangunan folder Kel. Tanjung Laut

Program pembangunan turap/talud/bronjong

Pembangunan dan rehabilitasi turap sungai dan saluran air

Program pembangunan saluran

drainase/gorong - gorong

Pembangunan dan rehabilitasi saluran

drainase / gorong-gorong di Kota Bontang

SUB SEKTOR AIR BERSIH

Tujuan: Meningkatkan produksi air bersih Sasaran: Meningkatnya

cakupan layanan air bersih PDAM dari 52,3% menjadi 80%

Strategi 1: Peningkatan pelayanan air bersih

Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah

1. Pembangunan WTP Berbas Tengah, Gunung Elai, Loktuan dan Kanaan

2. Optimalisasi WTP eksisting

3. Pengadaan dan peremajaan jaringan pipa air bersih Kota Bontang

Strategi 2:

Penyediaan alternative sumber air baku baru

Program pengembangan,

pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya

1. Dokumen perencanaan pipanisasi air

baku dari Bendungan Marangkayu ke Kota Bontang

2. Pipanisasi pipa air baku dari Waduk Marangkayu ke Kota Bontang

3. Pipanisasi air baku permukaan (Folder)

ASPEK PHBS/ HIGIENE

Tujuan: Membangun perilaku hidup bersih dan sehat Sasaran: Meningkatnya

perilaku hidup bersih dan sehat dari 36% menjadi 75%

Strategi 1: Kampanye dan sosialisasi PHBS

Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

1. Upaya promosi kesehatan Puskesmas 2. Pengembangan media promosi dan

informasi sadar hidup sehat 3. Penyuluhan masyarakat tentang pola

hidup sehat 4. Pembinaan posyandu 5. Pengembangan dan pembinaan

kelurahan sehat

Strategi 2:

Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui penerapan perilaku hidup bersih, sehat dan pengembangan lingkungan sehat

Program

pengembanagan lingkungan sehat

1. Penyehatan lingkungan permukiman

2. Pengaw asan sarana air bersih 3. Pembinaan tempat pengolahan

makanan dan minuman 4. Pembinaan tempattempat umum

5. Upaya penyehatan lingkungan puskesmas

6. Pengembangan pasar sehat 7. Pengembangan kaw asan kota sehat

Overview kebijakan daerah

3-36 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh

No Program/

Kegiatan Sektoral *

Lokasi Kumuh

(Kelurahan)

Lokasi dan Luas Penanganan

(Cakupan Pelayanan)

Skala Penanganan

(Kawasan/Lingkungan) ** Sumber dana Tahun

Komponen

Infrastruktur

1

2

3

4

5

Dst.

Catatan

*) - Overview yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta

- Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana

**) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruk tur tersebut.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-37

Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang

Catatan:

Proses superimpose kondisi dan peta permukiman kumuh eksisting berlaku juga untuk rencana

sektoral

3-38 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

C.1 Penyiapan

kelembagaan

masyarakat pada

lokasi permukiman

kumuh

Dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP, peran masyarakat

dalam penanganan kawasan permukiman kumuh sangat

penting sebagai salah satu pelaku utama. Dalam hal ini

kelembagaan masyarakat di tingkat kawasan perlu disiapkan

agar pembagian peran masing-masing pemangku kepentingan

di daerah menjadi lebih efek tif dan jelas.

C.2KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH(data primer & sekunder)

C.1PENYIAPAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT PADA LOKASI PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Menyiapkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai mitra penggerak

kegiatan sekaligus mengawal dan mengupayakan keberlanjutan program

penanganan permukiman kumuh di tingkat masyarakat.

METODE Sosialisasi, diskusi

LANGKAH Identifikasi kelembagaan masyarakat eksisting dalam konteks

pembangunan permukiman

Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan kelembagaan lokal

masyarakat eksisting

Menyiapkan lembaga masyarakat/BKM/KSM eksisting agar siap

mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP

OUTPUT Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan masyarakat (BKM/KSM)

PELAKSANA

UTAMA

Pokjanis kabupaten/kota

PELAKSANA

PENDUKUNG

Korkot/Askot/Fasilitator pendamping masyarakat

Tokoh/unsur masyarakat

DURASI 2 (dua) minggu *

*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya

sub kegiatan penyiapan data profil permukiman kumuh

3.2.2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

Tahap verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi merupakan tahapan proses

pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan informasi permukiman kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-39

yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep serta strategi pencegahan

dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan lokasi permukiman

kumuh.Tahapan ini terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta

penyepakatan terhadap proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh perkotaan. Lingkup kegiatan verifikasi serta perumusan konsep dan strategi ini meliputi

5 (lima) sub kegiatan proses penyusunan dan 4 (empat) sub kegiatan diskusi dan

penyepakatan, yaitu sebagai berikut.

Penyelenggaraan Kegiatan

RP2KPKP (pendekatan fasilitasi

Pemda)

A.3 FGD 1 : verifikasi lokasi permukiman kumuh dan

A.4 FGD 2 : penyepakatan konsep dan strategi

pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman

Proses Penyusunan RP2KPKP

(Pendekatan Membangun Sistem)

B.5 Survey dan Pengolahan data permukiman kumuh

B.6 Verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil

permukiman kumuh

B.7 Penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator

dan parameter kekumuhan

B.8 Distribusi pola kolaborasi penanganan

permukiman kumuh

B.9 Perumusan kebutuhan pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh

B.10 Perumusan konsep serta strategi pencegahan

dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Pendampingan pemangku

kepentingan (Pendekatan

Peningkatan Kapasitas)

C.2 Koordinasi dan sinkronisasi data kumuh (data

primer dan sekunder)

C.3 Distribusi pola penanganan berdasarkan

kompleksitas permasalahan

Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka waktu

2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.

3-40 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PELAPORAN

Hasil pengolahan data permukiman kumuh;

Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur)

Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder);

Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi;

Daftar kawsan permukiman kumuh prioritas penanganan;

Daftar kebutuhan penanganan permukiman kumuh;

Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;

Kawasan kumuh prioritas penanganan

Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola kolaborasi

penanganan permukiman kumuh);

Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, pola penanganan, dan

kawasan prioritas)

BULAN 2 BULAN 3WAKTU

TAHAPAN

PENYELENGGARAAN KEGIATAN RP2KPKP(pendekatan fasilitasi

Pemda)

OUTPUT

TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

PROSES PENYUSUNAN RP2KPKP

(Pendekatan Membangun Sistem)

PENDAMPINGAN & PELIBATAN MASYARAKAT(Pendekatan Peningkatan

Kapasitas)

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

C.2KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH(data primer & sekunder)

2

LAPORAN ANTARA

A.3FGD 1:

PENYEPAKATAN PROFIL PERMUKIMAN HASIL VERIFIKAS

A.4FGD 2:

PENYEPAKATAN KONSEP, STRATEGI, POLA

PENANGANAN SKALA KOTA, DAN KAWASAN PRIORITAS

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

B.10PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.11PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

B.8DISTRIBUSI POLA KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

C.3KOORDINASI PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-41

Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan Perumusan

Strategi

B.5 SURVEY DAN

PENGOLAHAN DATA

PERMUKIMAN KUMUH

Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi

permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya

terhadap ruang kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi

permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang

terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan

kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai dasar

verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil permukiman kumuh

yang telah ditetapkan di dalam SK Walikota/Bupati.

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

C.2KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH(data primer & sekunder)

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

TUJUAN Untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi,

konstelasinya terhadap ruang skala kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi

permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan

karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan.

Hasil dari kegiatan survey dan pengolahan data kumuh ini akan menjadi

basis informasi awal untuk verifikasi permukiman kumuh yang telah

ditetapkan didalam SK Walikota/Bupati.

METODA Survey dan Observasi

Konsolidasi dan Analisis data

3-42 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Pemetaan isu strategis, potensi, dan permasalahan

Diskusi

LANGKAH Mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan

(termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK)

Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang

kota/perkotaan.

Mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh kota/perkotaan untuk

mendapatkan pola penanganan yang tepat

Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman kumuh

Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial,

ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan)

Mengolah basis data permukiman yang ada di Kabupaten/Kota menjadi

profil permukiman kumuh kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang

bisa dimanfaatkan diantaranya adalah baseline)

OUTPUT Daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan

(termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK)

Matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan permukiman kumuh

perkotaan.

Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang didalamnya

memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik, sosial budaya, ekonomi,

kelembagaan, konstelasi terhadap ruang kota/perkotaan;

Kesesuaian SK dengan profil kumuh hasil survey dan pengolahan data

kumuh

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

Dalam pengolahan data permukiman kumuh, data baseline bisa dimanfaatkan sebagai

basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi. Bagi kabupaten/kota yang

belum memilik i data baseline, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap data rujukan

permukiman kumuh yang ada di Kabupaten/Kota serta melakukan survey secara

menyeluruh di seluruh lokasi permukiman kumuh untuk mendapatkan basis data

permukiman kumuh.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-43

Catatan :

Data numerik baseline yang ada di Kabupaten/kota pada umumnya masih berupa data profil

permukiman, sehingga parameter datanya perlu dikonversi menjadi data permasalahan

permukiman kumuh. Sebagai contoh data keteraturan bangunan hunian perlu dikonversi

menjadi data ketetidakaturan bangunan hunian pada lokasi permukiman. Sebagai ilustrasi, bisa

dilihat pada tabel berikut.

Data Permukiman Baseline

Data/Profil Permukiman Kumuh berdasarkan hasil olahan

No KRITERIA /

INDIKATOR PARAMETER NILAI SATUAN

A FISIK

1 Keteraturan

Bangunan Hunian

Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian 304 unit rumah tangga

Persentase Keteraturan Bangunan Hunian 10% persentase

2 Kepadatan

Bangunan Hunian

Luas permukiman ….Ha 90,80 Ha

Jumlah total bangunan ……unit 3.027 Unit

Tingkat kepadatan bangunan …..unit/Ha 33 Unit/Ha

3 Kelayakan

Bangunan Hunian

Jumlah Bangunan hunian memiliki luas lantai ≥ 7,2

m2 per orang 2539 unit rumah tangga

Persentase Bangunan hunian memiliki luas lantai ≥

7,2 m2 per orang 84% persentase

Jumlah Bangunan hunian memiliki kondisi Atap,

Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis 2.399 unit rumah tangga

Persentase Bangunan hunian memiliki kondisi Atap,

Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis 79% persentase

ASPEK KRITERIA PARAMETER

KONDISI

NUMERIK SATUAN PROSEN

1. KONDISI

BANGUNAN

GEDUNG

Ketidakteraturan

Bangunan

bangunan pada lokasi

tidak memiliki keteraturan 2723 Unit 90%

Tingkat Kepadatan

Bangunan

bangunan memiliki

kepadatan tidak sesuai

ketentuan

16 Ha 16%

Ketidaksesuaian dengan

Persyaratan Teknis

Bangunan

bangunan pada lokasi

tidak memenuhi

persyaratan teknis

628 Unit 21%

3-44 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh

FORM ISIAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH DARI HASIL SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA BASELINE Keperluan

1. Database permukiman kumuh 2. Baseline data kawasan kumuh (T0)

3. Monitoring dan Evaluasi outcome penanganan kumuh

TANGGAL SURVEY :

A. INFORMASI LOKASI DAN TIPOLOGI

Propinsi

:

Luas kawasan : Hektar

Kab/Kota

:

Jumlah penduduk : Jiwa

Kecamatan :

Jumlah KK : KK

Kelurahan

:

Jumlah bangunan : Unit

Kawasan

:

Koordinat : E

RT/RW

:

S

Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Unit

Panjang Jalan Lingkungan

m

Panjang Saluran Drainase

m

Batas-batas kawasan Utara

Selatan

Timur

Barat

Nama Lokasi Kumuh

Luas Lokasi Kumuh berdasarkan SK Ha

Luas Lokasi Kumuh berdasarkan Profil Ha

Legalitas Lokasi

Ya, tercantum dalam SK Walikota/Bupati

No. SK Walikota/Bupati

Tidak tercantum dalam SK walikota/Bupati

Tipologi Lokasi Kumuh

Di atas air

Di tepi air

Di Dataran Rendah

Di perbukitan

Di daerah rawan bencana

B. KARAKTERISTIK

Karakteristik kawasan

Sekitar pusat kota/kws perkotaan

Bantaran sungai

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-45

Permukiman Nelayan

Sekitar kawasan industri

Sekitar permukiman baru

C. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN

Kejelasan Status tanah

jelas

sebagian/seluruh

Kesesuaian dengan Peruntukan RTRW sesuai

tidak sesuai

Persyaratan adm. bangunan

Memiliki IMB

Unit

Tidak memiliki IMB

Unit

D. IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN

1 Kondisi bangunan gedung

a. Ketidakteraturan bangunan

Jumlah bangunan/rumah yang tidak memiliki keteraturan

Unit

b. Tingkat kepadatan bangunan

Luas kawasan dengan kepadatan ≥250 unit/Ha (Untuk Kota Besar dan Metropolitan)

Unit

Luas kawasan dengan kepadatan ≥200 unit/Ha (Untuk Kota Sedang dan Kota kecil)

Unit

c. Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis

Jumlah bangunan yang tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan,

kesehatan, kemudahan) Unit

2 Kondisi jalan lingkungan

a. Cakupan layanan jalan lingkungan

Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan lingkungan atau gang dngan struktur

beton/paving/aspal) Ha

b. Kualitas jalan lingkungan

Total panjang jalan lingkungan yang sudah terstruktur (aspal/paving block/beton rabat)

meter

Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton)

meter

3 Kondisi penyediaan air minum

a. Akses penduduk terhadap air minum yang aman

Jumlah penduduk yang tidak terakses air minum yang berkualitas (bersih, tidak berbau dan tercemar)

jiwa

b. Kecukupan kuantitas air minum

Jumlah penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara kuantitas (60 liter/hari)

jiwa

4 Kondisi drainase lingkungan

a. Genangan dengan >30cm, >2 jam , > 2x per tahun

Luas area yang terkena genangan

Ha

b. Ketidaktersediaan prasarana drainase lingkungan

Luas area yang tidak terlayani prasarana drainase lingkungan

Ha

Panjang saluran drainase yang tidak tersedia

m

c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase kota

Luas area dengan sistem drainase tidak terhubung ke sistem kota

Ha

Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem drainase kota m

d. Tidak terpeliharanya sistem drainase

Luas area yang sistem drainasenya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala

Ha

3-46 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

panjang saluran drainase yang tidak dipelihara

m

e. Kualitas konstruksi sistem drainase

Luas area yang konstruksi prasarana drainasenya buruk, baik karena belum di-struktur atau karena mengalami

kerusakan berat struktur Ha

panjang saluran drainase dengan kualitas konstruksi buruk

m

5 Kondisi pemeliharaan air limbah

a. Sistem pengolahan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku

luas area

Ha

b. Prasarana dan sarana pengolaha air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis

Luas area yang sistem air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

Ha

6 Kondisi pengolahan persampahan

a. Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis

Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis dengan pendekatan 3R (Reuse, Reduce,

Recyclcle )

Ha

(Bin sampah dg pemilahan, gerobak sampah, TPS 3R, TPST)

b. Sistem pengolahan sampah tidak sesuai persyaratan teknis

Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar (pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan)

Ha

c. Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan

Luas area yang sarana dan prasarana pengolahan sampahnya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin

maupun berkala Ha

7 Kondisi proteksi kebakaran

a. Tidak tersedia sistem pengamanan secara aktif dan pasif

Luas area yang tidak memiliki sistem pengamanan secara aktif dan pasif

Ha

b. tidak tersedia pasokan air untuk pemadaman yang memenuhi persyaratan teknis

Luas area yang tidak memiliki pasokan air

Ha

c. Kondisi lebar jalan tidak memadai untuk dilalui sarana pemadam kebakaran

panjang jalan

m

E. PERTIMBANGAN LAINNYA

1

Nilai strategis lokal

ya, fungsi strategis kabupaten/kota

bukan fungsi strategis kabupaten/kota

2

Kependudukan

Rendah < 150 jt jiwa

sedang, 151 - 200 jt jiwa

tinggi, 201 - 400 jt jiwa

sangat padat, . 400 jt jiwa

3

Tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan

tinggi

sedang

rendah

4

Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi dan budaya untuk dikembangkan/dipelihara ya

tidak

H. DATA PENDUKUNG

1 Peta orientasi lokasi

2 Peta delineasi kawasan

3 SHP koordinat data kawasan

4 Foto situasi kawasan

5 Foto nol pembangunan infastruktur

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-47

Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan persentase

No KRITERIA / INDIKATOR

PARAMETER NILAI SATUAN

A FISIK

1 Keteraturan Bangunan Hunian

Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian 304 unit rumah tangga

Persentase Keteraturan Bangunan Hunian 10% persentase

2

Kepadatan

Bangunan Hunian

Luas permukiman ….Ha 90,80 Ha

Jumlah total bangunan ……unit 3.027 Unit

Tingkat kepadatan bangunan …..unit/Ha 33 Unit/Ha

3

Kelayakan

Bangunan Hunian

Jumlah Bangunan hunian memiliki luas lantai ≥ 7,2 m2 per

orang 2539 unit rumah tangga

Persentase Bangunan hunian memiliki luas lantai ≥ 7,2 m2 per orang

84% persentase

Jumlah Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding

sesuai persyaratan teknis 2.399 unit rumah tangga

Persentase Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis

79% persentase

4 Aksesibilitas

Lingkungan

Panjang Total Jaringan Jalan Lingkungan yg ada 22.875 meter

Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1,5 meter 12.815 meter

Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1.5 meter yang permukaannya diperkeras

10.300 meter

Jangkauan Jaringan Jalan Lingkungan yang layak 45% persentase

Panjang jalan lingkungan dgn lebar ≥ 1,5 meter yang permukaannya diperkeras dan tidak rusak

7.900 meter

Panjang jalan lingkungan dgn lebar ≥ 1,5 meter yang dilengkapi

sal. samping jalan 8.505 meter

Jalan Sesuai Persyaratan Teknis 37% persentase

5 Drainase Lingkungan

Luas Area permukiman tidak terjadi genangan air/banjir 84,67 ha

Persentase Kaw asan permukiman tidak terjadi genangan

air/banjir 93% persentase

Panjang Total Drainase 14.855 meter

Panjang Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman memiliki kualitas tidak rusak/berfungsi baik

7.421 meter

Persentase Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman memiliki kualitas minimum memadai

50% persentase

6 Pelayanan Air Minum

Jumlah Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum, mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang

layak)

457 unit rumah tangga

Persentase Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum, mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak)

16% persentase

Jumlah Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci (minimal 60liter/org/hari)

2.479 unit rumah tangga

Persentase Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi,

cuci (minimal 60liter/org/hari)

86% persentase

7 Pengelolaan Air Limbah

Jumlah Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban bersama (5 KK/jamban)

2.670 unit rumah tangga

Persentase Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban bersama (5 KK/jamban)

93% persentase

Jumlah Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan

septic-tank)

2.565 unit rumah tangga

Persentase Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septic-tank)

89% persentase

3-48 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

No KRITERIA /

INDIKATOR PARAMETER NILAI SATUAN

Saluran pembuangan air limbah rumah tangga terpisah dengan saluran drainase lingkungan

45% persentase

8 Pengelolaan Persampahan

Jumlah Sampah domestik rumah tangga di kaw asan permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu

1.397 unit rumah tangga

Persentase Sampah domestik rumah tangga di kaw asan permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu

49% persentase

9 Pengamanan Bahaya

Kebakaran

Persentase Kaw asan permukiman memiliki prasarana/sarana

proteksi kebakaran 0% persentase

B NON FISIK

1 Legalitas pendirian

bangunan

Jumlah Bangunan hunian memiliki IMB 2.007 unit rumah tangga

Persentase Bangunan hunian memiliki IMB 66% persentase

Jumlah Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat yang diakui pemerintah

2.284 unit rumah tangga

Persentase Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat

yang diakui pemerintah 75% persentase

2 Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk …..jiw a/Ha (=jumlah penduduk dibagi luas w ilayah RT)

78 jiw a/Ha

Jumlah penduduk 11.933 jiw a

Luas w ilayah RT 153,81 Ha

3 Mata pencarian penduduk

Pertanian,perkebunan, kehutanan, peternakan 2

rumah tangga

Perikanan/nelayan 0

Pertambangan/galian 0

Industri/pabrik 395

Konstruksi/bangunan 70

Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) 2.152

Pegaw ai pemerintah 235

4 Penggunaan Daya Listrik

<450 Watt 1.034

rumah tangga

900 Watt 1.553

1300 Watt 211

≥ 2200 Watt 26

Menumpang/tidak punya meteran sendiri/dll 26

5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit 63

rumah tangga

Praktik dokter/poliklinik 349

Puskesmas/Pustu 2.431

Dukun/Pengobatan tradisional 0

Bidan/mantri 0

Tidak pernah 0

6 Fasilitas Pelayanan Pendidikan

Dalam kelurahan/kecamatan yang sama 2.739

rumah tangga

Luar kecamatan 0

Di kota lain 0

Tidak sekolah 18

Tidak ada anggota rumah tangga usia w ajib belajar 89

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-49

Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh

Nama

Kws

Informasi Lokasi

Aspek Parameter Data

Kondisi

Luas

(Ha) Koordinat RT/RW Kel. Kec. Jml Sat %

Gayam 39

117° 30' 18.226" E

- 2° 9' 16.625" N

RW 07/ RT 1, 2,

3, dan RT 4

Gayam Tanjung

redeb

Bangunan Gedung

Bangunan/rumah yang tidak memiliki keteraturan

2723 Unit 90%

Bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan (Luas kaw asan

dengan kepadatan ≥ 250 unit/Ha untuk kota besar dan ≥200 unit/Ha untuk kota sedang/kecil)

16 Ha 16%

Bangunan yang tidak memenuhi

syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, kemudahan)

628 Unit 21%

Jalan Lingkungan

Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan lingkungan atau gang dngan struktur beton/paving/aspal)

55,9 meter 55%

Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton)

63,88 meter 63%

Penyediaa

n air minum

Penduduk yang tidak terakses air

minum yang berkualitas (bersih, tidak berbau dan tercemar)

10039

Jiw a 84%

Penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara

kuantitas (60 liter/hari)

1658 Jiw a 14%

Drainase Lingkunga

n

Luas area yang terkena genangan (Genangan dengan >30cm, >2 jam

, > 2x per tahun)

6,87 meter 7%

Luas area yang tidak terlayani/tidak tersedia saluran/drainase lingkungan

22,3 Ha 57%

Panjang saluran drainase yang tidak tersedia

57,74 meter 57%

Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem

drainase kota

86,44 meter 85%

Panjang saluran drainase yang tidak dipelihara (drainase lingkungan kotor dan berbau)

79,32 meter 78%

Panjang saluran drainase dengan kualitas konstruksi buruk

66,1 meter 65%

Pengelolaan Air

Limbah

Luas area yang sistem pengolahan air limbahnya tidak sesuai dengan

standar teknis yang berlaku

7,38 Ha 7%

Luas area yang prasarana dan sarana pengolahan air limbahnya

tidak memenuhi persyaratan teknis

11,09 Ha 11%

Pengelolaan Persampah

an

Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis dengan pendekatan 3R (Reuse,

Reduce, Recyclcle )

52,35 Ha 51%

Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar (pew adahan,

52,35 Ha 51%

3-50 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Nama

Kws

Informasi Lokasi

Aspek Parameter Data

Kondisi

Luas

(Ha) Koordinat RT/RW Kel. Kec. Jml Sat %

pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan)

Luas area yang sarana dan

prasarana pengolahan sampahnya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala

81,35 Ha 80%

Proteksi

Kebakaran

Luas area yang tidak memiliki

sistem pengamanan secara aktif dan pasif

101,6

9 Ha 100%

Luas area yang tidak memiliki pasokan air untuk kebutuhan

proteksi kebakaran

101,6

9 Ha 100%

Karang Ambun

Samba liung

Dst.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-51

3-52 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-53

3-54 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-55

C.2 KOORDINASI DAN

SINKRONISASI DATA

KUMUH

Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka

mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil

permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey

sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data

permukiman yang diperoleh dari data baseline maupun data

statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman

kumuh.

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

C.2KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH(data primer & sekunder)

TUJUAN Untuk mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil

permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey sekunder

maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh

dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan

data permukiman kumuh.

METODA Diskusi

LANGKAH Mengidentifikasi unsur-unsur terkait dalam proses identifikasi

permukiman kumuh di Kabupaten/Kota, baik di tingkat Pemerintah Kota,

Korkot/Askot P2KKP, Masyarakat/BKM, akademisi.

Melakukan koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh, baik itu

data hasil olahan maupun data hasil survey

OUTPUT Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh

Basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi

permukiman kumuh

DURASI 1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

3-56 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.6 VERIFIKASI LOKASI

DAN PEMUTAKHIRAN

PROFIL

PERMUKIMAN

KUMUH

Merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil

permukiman kumuh untuk memperoleh data dan informasi

permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur

sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan

dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang

sesuai dengan kebutuhan penanganan.

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

C.2KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH(data primer & sekunder)

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

TUJUAN Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman kumuh

berdasarkan hasil survey dan pengolahan data permukiman

kumuh.

Untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini

secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan

konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan

penanganan.

METODA Survey - observasi lapangan

Cek silang dengan hasil identifikasi awal

FGD

LANGKAH

Verifikasi data terhadap profil yang telah ada

Pemutakhiran SK berdasarkan hasil penilaian yang telah

dilakukan

Penyusunan dan pendetailan profil permukiman kumuh

Verifikasi peta permukiman kumuh dengan melakukan

pembuatan peta mutakhir profil permukiman kumuh :

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-57

- Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Kota/Perkotaan

(skala 1: 25.000).

- Peta Profil (skala 1:5000) yang menggambarkan kondisi

eksisting permukiman kumuh berserta sarana dan

prasarananya

Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh

permukiman kumuh perkotaan

OUTPUT Data hasil pemutakhiran SK

Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi

Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara lain:

- Lokasi

- Deliniasi

- Luasan

- Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address)

Pemutakhiran profil detail permukiman kumuh yang mencakup

data fisik yang terkait dengan 7 indikator kumuh dan data non

fisik lingkungan permukiman (by name by address).

Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :

25.000 – 1 : 10.000

Peta deliniasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :

5.000 dalam bentuk peta citra dan peta garis

Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh

permukiman kumuh perkotaan

Berita Acara Verifikasi Lokasi

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

Pemutakhiran profil kumuh kota/perkotaan dilakukan untuk menyusun profil permukiman kumuh

pada kawasan perkotaan dalam bentuk :

Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan data dan peta yang perlu dilengkapi dalam

penyusunan Profil Permukiman Kumuh.

Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survey terhadap SK Penetapan lokasi

permukiman kumuh (contoh : adanya perubahan luasan, perubahan unit lingkungan RT,

ataupun redeliniasi kawasan).

Kelengkapan peta yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai berikut:

NO NAMA KEBUTUHAN PETA SKALA

3-58 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

NO NAMA KEBUTUHAN PETA SKALA

1 Peta orientasi wilayah administratif kota atau perkotaan

pada wilayah Kabupaten

1 : 25.000

2 Peta rencana tata guna lahan kota/perkotaan 1 : 25.000

3 Peta arah pengembangan wilayah kota/perkotaan 1 : 25.000

4 Peta infrastruktur eksisting pada wilayah kota/perkotaan 1 : 25.000

5 Peta sebaran lokasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1 : 25.000

6 Peta deliniasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1 : 5.000

7 Peta status legalitas lahan pada kawasan perkotaan 1 : 5.000

Catatan :

Beberapa kemungk inan hasil verifikasi lokasi diantaranya (1) luas permukiman kumuh

bertambah/berkurang; (2) letak administrasi/lokasi RT/RW dan batas-batas kawasan

(deliniasi kawasan) berubah.

Apabila dari hasil verifikasi ada ketidaksesuaian dengan SK penetapan lokasi permukiman

kumuh yang telah terbit, maka perlu disepakati ditingkat Kabupaten/Kota, data permukiman

yang disepakati untuk didayagunakan. Dari hasil kesepakatan ini, Pemerintah

Kabupaten/Kota wajib menerbitkan SK revisi penetapan lokasi permukiman kumuh yang

dilengkapi dengan profil permukiman kumuh.

Adapun penambahan/pengurangan luasan permukiman kumuh hasil verifikasi ini selanjutnya

akan dijadikan dasar bagi target penanganan jangka menengah berikutnya.

Tahap verifikasi permukiman kumuh pada prinsipnya merupakan proses konfirmasi terhadap

data yang diperoleh dari hasil komparasi data hasil survey dan pengolahan data permukiman

kumuh dengan data/profil permukiman kumuh berdasarkan SK penetapan lokasi permukiman

kumuh, sehingga dapat dipastikan akurasi informasi yang dicantumkan ataupun melengkapi

data dan informasi lain yang belum ada tetapi diperlukan terkait pemutakhiran dan pendetailan

profil permukiman kumuh. Secara skematis, kedudukan verifikasi permukiman kumuh, bisa

dilihat pada gambar berikut.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-59

DATA BASIS

PERMUKIMAN

BERDASARKAN

HASIL SURVEY DAN

DATA BASELINE

PENILAIAN

TERHADAP 7 ASPEK

DAN KRITERIA

KEKUMUHAN

DAFTAR PERMUKIMAN

KUMUH HASIL

SURVEY DAN

PENGOLAHAN DATA

KUMUH

DAFTAR

PERMUKIMAN

KUMUH DI

BERDASARKAN SK

VERIFIKASI PROFIL

DAN PETA

PEMUTAKHIRAN SK

PENDETAILAN PROFIL

PERMUKIMAN

KUMUH

COMPARE

SURVEY & PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

VERIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH

PEMBENTUKAN

KAWASAN

KESESUAIAN SK DENGAN PROFIL

KUMUH HASIL SURVEY DAN

PENGOLAHAN DATA KUMUH

Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh

Catatan:

Dalam proses verifikasi lokasi, tidak menutup kemungkinan ada proses pembentukan

kawasan (penggabungan spot-spot permukiman kumuh kedalam satu hamparan deliniasi

kawasan/clustering), dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Kesamaan karakteristik/ tipologi kumuh

2. Lokasi dengan jarak yang berdekatan

3. Pembentuk sistem/jaringan infrastruktur yang tidak dapat ditangani dalam bentuk

spot-spot kumuh

4. Pertimbangan keterpaduan penanganan kawasan dan kemudahan penanganan

kawasan

Proses penggabungan kawasan, bisa dilihat pada contoh ilustrasi peta di halaman

berikutnya.

3-60 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-61

Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan

Kabupaten/Kota :

Provinsi :

:

:

:

:

Lokasi* Luasan (Ha) Lokasi* Luasan (Ha) Ada Tidak Ringan Sedang Berat Ya Tidak Ada Tidak Sudah Belum

1

2

3

4

5

dst.

TOTAL

*) Keterangan lokasi mohon dijelaskan hingga RT dan RW

Keterangan

Hasil Penyusunan RP2KPKP 2016

Lokasi Kumuh Berdasarkan SK Kumuh Bupati/Walikota

a. Jumlah Lokasi

b. Luasan Kumuh (ha)

Lokasi Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi 2015

a. Jumlah Lokasi

b. Luasan Kumuh (ha)

Tabel Lokasi Kumuh Hasil Verifikasi

No.

Verifikasi dan Identifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan

Peta 1 : 5000

(shp)

Profil Permukiman

KumuhKategori Kumuh

Lokasi Kumuh Berdasarkan SK

Walikota/Bupati

Lokasi Kumuh Berdasarkan

Verifikasi RP2KPKP 2016Kawasan Prioritas

Berita Acara Hasil

Verifikasi

3-62 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-63

3-64 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-65

3-66 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-67

Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Bangunan

Gedung/Hunian

Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Jalan

Lingkungan

3-68 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Drainase

Lingkungan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-69

B.7 PENILAIAN LOKASI

BERDASARKAN

KRITERIA, INDIKATOR

DAN PARAMETER

KEKUMUHAN

Merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh

berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang

Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh.

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan

TUJUAN Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftar

urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil

penilaian terhadap kompleksitas permasalahan sebagai landasan

penetapan strategi dan pola penanganan.

METODA Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis peta

spasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus Group

Discussion (FGD)

LANGKAH Menentukan daftar urutan (rangking) permukiman kumuh

berdasarkan kompleksitas permasalahan

Skoring permukiman kumuh sesuai dengan kriteria dan

indikator yang telah ditetapkan didalam Permen PUPR

No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan

dan Kawasan Permukiman.

Melakukan diskusi FGD untuk menyepakati kolaborasi pola

penanganan dan kontribusi program penanganan

permukiman kumuh (RP2KPKP/P2KKP/NUSP ataupun

penanganan yang dapat ditindaklanjuti melalui program-

program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota

dalam rangka peningkatan Standar Pelayanan Minimal

(SPM).

Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan

kategorinya.

3-70 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

OUTPUT Daftar kawasan permukiman kumuh prioritas.

Peta kawasan permukiman kumuh prioritas

Profil detail permukiman kumuh prioritas

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh berdasarkan

kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh yang telah teridentifikasi

pada tahap sebelumnya.

Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:

1. Kondisi Kekumuhan

Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi:

a. Kumuh kategori ringan;

b. Kumuh kategori sedang; dan

c. Kumuh kategori berat.

2. Legalitas Lahan

Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:

a. Status lahan legal; dan

b. Status lahan tidak legal.

3. Pertimbangan Lain

Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:

a. Pertimbangan lain kategori rendah;

b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan

c. Pertimbangan lain kategori tinggi.

Hasil identifikasi terhadap kompleksitas permasalahan pada tahap ini akan menjadi rujukan

dalam menetapkan kolaborasi pola penanganan dan kontribusi program penanganan

permukiman kumuh melalui kolaborasi multisektor dan multiak tor diseluruh tahapan

pembangunan yang kemudian akan menghasilkan rekomendasi pembagian pola

penanganan permukiman kumuh, baik itu pola penanganan melalui RP2KPKP, P2KKP,

NUSP, ataupun penanganan melalui program-program regular di tingkat Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

perkotaan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-71

Tabel 3.10 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas

No.

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI

SUMBER DATA

A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan

1. KONDISI BANGUNAN GEDUNG

Ketidakteraturan Bangunan

Tidak memenuhi

ketentuan tata bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran,

perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona;

dan/atau Tidak memenuhi

ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan

dalam RTBL, meliputi pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian

dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan,

dan w ajah jalan.

76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

5

Dokumen

RDTR & RTBL, Format Isian,

Observasi

51% - 75%

bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

3

25% - 50% bangunan pada

lokasi tidak memiliki keteraturan

1

Tingkat Kepadatan Bangunan

KDB melebihi ketentuan

RDTR, dan/atau RTBL; KLB melebihi ketentuan

dalam RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau

Kepadatan bangunan

yang tinggi pada lokasi,

yaitu: untuk kota metropolitan

dan kota besar>250 unit/Ha

untuk kota sedang dan

kota kecil >200 unit/Ha

76% - 100% bangunan memiliki lepadatan tidak sesuai ketentuan

5

Dokumen

RDTR & RTBL,

Dokumen IMB,

Format Isian, Peta

Lokasi

51% - 75%

bangunan memiliki lepadatan tidak sesuai ketentuan

3

25% - 50% bangunan memiliki

lepadatan tidak sesuai ketentuan

1

Ketidaksesuaian

dengan Persyaratan Teknis Bangunan

Kondisi bangunan pada

lokasi tidak memenuhi persyaratan: pengendalian dampak

lingkungan pembangunan

bangunan gedung di

atas dan/atau di baw ah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum

keselamatan bangunan

gedung

kesehatan bangunan

gedung kenyamanan bangunan

gedung kemudahan bangunan

gedung

76% - 100%

bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

5

Waw ancara, Format

Isian, Dokumen

IMB, Observasi

51% - 75%

bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

3

25% - 50%

bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

1

3-72 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

No.

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI

SUMBER DATA

2. KONDISI JALAN LINGKUNGAN

Cakupan Playanan Jalan Lingkungan

Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak

terlayani dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis

76% - 100% area tidak terlayani oleh jaringan jalan

lingkungan

5

Waw ancar

a, Format Isian, Peta

Lokasi, Observasi

51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

3

25% - 50% area

tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

1

Kualitas Permukaan Jalan

Lingkungan

Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi

kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

76% - 100% area memiliki kualitas

permukaan jalan yang buruk

5

Waw ancara, Format Isian, Peta

Lokasi,

Observasi

51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan

yang buruk

3

25% - 50% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

1

3. KONDISI

PENYEDIAAN AIR MINUM

Ketidaktersediaan

Akses Aman Air Minum

Masyarakat pada lokasi

perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas

tidak berw arna, tidak berbau, dan tidak berasa

76% - 100% populasi

tidak dapat mengakses air minum yang aman

5

Waw ancara, Format

Isian, Observasi

51% - 75% populasi tidak dapat

mengakses air minum yang aman

3

25% - 50% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

1

Ketidakterhubung

an dengan Sistem Drainase Perkotaan

Kebutuhan air minum

masyarakat padalokasi perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal

sebanyak 60 liter/orang/hari

76% - 100% populasi

tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

5

Waw ancara, Format

Isian, Observasi

51% - 75% populasi tidak terpenuhi

kebutuhan air minum minimalnya

3

25% - 50% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum

minimalnya

1

4. KONDISI DRAINASE LINGKUNGAN

Ketidakmampuan mengalirkan Limpasan Air

Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan

genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun

76% - 100% area terjadi genangan>30cm, > 2 jam

dan > 2 x setahun

5

Waw ancara, Format

Isian,

Observasi 51% - 75% area terjadi genangan>30cm, > 2 jam dan > 2 x

setahun

3

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-73

No.

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI

SUMBER DATA

25% - 50% area terjadi genangan>30cm, > 2

jam dan > 2 x setahun

1

Ketidaktersediaan Drainase

Tidak tersedianya saluran drainase lingkungan pada

lingkungan perumahan atau permukiman, yaitu saluran tersier dan/atau saluran lokal

76% - 100% area tidak tersedia

drainase lingkungan

5

Waw ancar

a, Format Isian, Peta

RIS,

Observasi

51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan

3

25% - 50% area tidak tersedia

drainase lingkungan

1

Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Perkotaan

Saluran drainase lingkungan tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di

atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan

76% - 100% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di

atasnya

5

Waancara,

Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya

3

25% - 50% drainase

lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya

1

Tidak Terpeliharanya

Drainasee

Tidak dilaksanakannyapemeliha

raan saluran drainase lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman,baik:

1. pemeliharaan rutin;

dan/atau 2. pemeliharaan

berkala

76% - 100% area memiliki drainase

lingkungan yang kotor dan berbau

5

Waw ancara, Format Isian, Peta

RIS,

Observasi

51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

3

25% - 50% area

memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

1

Kualitas Konstruksi

Drainase

Kualitas konstruksi drainase buruk, karena

berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan

76% - 100% area memiliki kualitas

kontrsuksi drainase lingkungan buruk

5

Waw ancara, Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% area memiliki kualitas kontrsuksi drainase

lingkungan buruk

3

25% - 50% area memiliki kualitas kontrsuksi drainase lingkungan buruk

1

5 KONDISI

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Sistem

Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis

Pengelolaan air limbah

pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai,

yaitukakus/kloset yang

76% - 100% area

memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

5 Waw ancara, Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% area memiliki sistem air

3

3-74 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

No.

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI

SUMBER DATA

tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik,

komunal maupun terpusat

limbah yang tidak sesuai standar teknis

25% - 50% area memiliki sistem air

limbah yang tidak sesuai standar teknis

1

Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air

Limbah Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada lokasi

perumahan atau permukiman dimana:

kloset leher angsa tidak

terhubung dengan tangki septik;

tidak tersedianya sistem

pengolahan limbah setempat atau terpusat

76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai

persyaratan teknis

5

Waw ancar

a, Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

3

25% - 50% area

memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

1

6. KONDISI PENGELOLAA

N PERSAMPAHAN

Prasarana dan Sarana

Persampahan Tidak Sesuai dengan Persyaratan

Teknis

Prasarana dan sarana persampahan pada

lokasi perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan

teknis, yaitu: tempat sampah dengan

pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;

tempat pengumpulan

sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

gerobak sampah

dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan

tempat pengolahan

sampah terpadu (TPST)

pada skala lingkungan.

76% - 100% area memiliki sarpras

pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

5

Waw ancara, Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% area

memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi

persyaratan teknis

3

25% - 50% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang

tidak memenuhi persyaratan teknis

1

Sistem Pengelolaan Persampahan yang Tidak Sesuai

Standar Teknis

Pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. pew adahan dan

pemilahan domestik;

2. pengumpulan

lingkungan; 3. pengangkutan

lingkungan; 4. pengolahan

lingkungan

76% - 100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

5

Waw ancar

a, Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% area

memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

3

25% - 50% area memiliki sistem

persampahan tidak sesuai standar

1

Tidak terpeliharanya

Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan

76% - 100% area memiliki sarpras

5 Waw ancara, Format

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-75

No.

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI

SUMBER DATA

Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Persampahan

prasarana pengelolaan persampahan pada lokasi perumahan atau

permukiman, baik: 1. pemeliharaan rutin;

dan/atau 2. pemeliharaan

berkala

persampahan yang tidak terpelihara

Isian, Peta RIS,

Observasi 51% - 75% area memiliki sarpras

persampahan yang tidak terpelihara

3

25% - 50% area memiliki sarpras persampahan yang

tidak terpelihara

1

7. KONDISI PROTEKSI KEBAKARAN

KONDISI PROTEKSI KEBAKARAN

Tidak tersedianya prasarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu:

pasokan air;

jalan lingkungan;

sarana komunikasi;

data sistem proteksi

kebakaran lingkungan;dan

bangunan pos

kebakaran

76% - 100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

5

Waw ancar

a, Format Isian, Peta

RIS, Observasi

51% - 75% area

tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

3

25% - 50% area tidak memiliki

prasarana proteksi kebakaran

1

Ketidaktersediaan Sarana

Proteksi Kebakaran

Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada

lokasi, yaitu: 1. Alat Pemadam Api

Ringan (APAR); 2. mobil pompa;

3. mobil tangga sesuai

kebutuhan; dan 4. peralatan pendukung

lainnya

76% - 100% area tidak memiliki sarana

proteksi kebakaran

5

Waw ancara, Format

Isian, Peta RIS,

Observasi

51% - 75% area

tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

3

25% - 50% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

1

B. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN

1. LEGALITAS LAHAN

Kejelasan Status Penguasaan

Lahan

Kejelasan terhadap status penguasaan lahan

berupa: kepemilikan sendiri,

dengan bukti dokumen sertif ikat hak atas tanah atau bentuk dokumen

keterangan status tanah lainnya yang sah; atau

kepemilikan pihak lain

(termasuk milik adat/ulayat), dengan

bukti izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau

pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik

tanah

Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan

status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain

(+) Waw ancara, Format

Isian, Dokumen Pertanaha

n, Observasi

Sebagian atau

keseluruhan lokasi tidak memiliki kejelasan status penguasaan lahan,

baik milik sendiri atau milik pihak lain

(-)

Keseluruhan lokasi berada pada zona peruntukan

perumahan/permukiman sesuai RTR

(+)

Waw ancara, Format

Isian, RTRW, RDTR,

Observasi

Sebagian atau keseluruhan lokasiberada bukan

pada zona peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR

(-)

3-76 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

No.

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI

SUMBER DATA

C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN

1. PERTIMBANGAN LAIN

Nilai Strategis Lokasi

Pertimbangan letak lokasi perumahan

atau permukiman pada:

1. fungsi strategis

kabupaten/kota; atau

2. bukan fungsi

strategis kabupaten/kota

Lokasi terletak pada fungsi strategis kabupaten/kota

5

Waw ancara, Format

Isian, RTRW, RDTR,

Observasi

Lokasi tidak terletak

pada fungsi strategis Kabupaten/ kota

1

Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan atau permukiman dengan

klasif ikasi: rendah yaitu kepadatan

penduduk di baw ah 150 jiw a/ha;

sedang yaitu

kepadatan penduduk

antara 151– 200 jiw a/ha;

tinggi yaitu kepadatan

penduduk antara 201–400 jiw a/ha;

sangat padat yaitu

kepadatan penduduk di atas 400 jiw a/ha;

Untuk Metropolitan& Kota Besar

Kepadatan

Penduduk pada Lokasi sebesar

>400

Jiw a/Ha

Untuk Kota Sedang & Kota Kecil

Kepadatan

Penduduk pada Lokasi sebesar

>200 Jiw a/Ha

5

Waw ancara, Format

Isian, Statistik,

Observasi Kepadatan

Penduduk pada

Lokasi sebesar

151 - 200 Jiw a/Ha

3

Kepadatan

Penduduk pada

Lokasi sebesar

<150 Jiw a/Ha

1

Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa:

potensi sosial yaitu

tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;

potensi ekonomi yaitu

adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;

potensi budaya yaitu

adanya kegiatan atau w arisan budaya tertentu yang dimiliki

masyarakat setempat

Lokasi memiliki

potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan

atau dipelihara

5

Waw ancara, Format

Isian, Observasi

Lokasi tidak

memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya

tinggi untuk

dikembangkan

atau dipelihara

1

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas

Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-77

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di atas,

selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam

berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.11 Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan

NILAI KETERANG

AN

BERBAGAI KEMUNGKINAN KLASIFIKASI

A

1

A

2

A

3

A

4

A

5

A

6

B

1

B

2

B

3

B

4

B

5

B

6

C

1

C

2

C

3

C

4

C

5

C

6

Kondisi Kekumuhan

71 – 95

Kumuh Berat

X X X X X X

45 – 70

Kumuh Sedang

X X X X X X

19 – 44

Kumuh Ringan

X X X X X X

Legalitas Lahan

(+) Status Lahan Legal

X X X X X X X X X

(-)

Status

Lahan Tidak Legal

X X X X X X X X X

Pertimbangan Lain

7 – 9 Pertimbangan Lain Tinggi

X X X X X X

4 – 6 Pertimbangan Lain Sedang

X X X X X X

1 – 3

Pertimbanga

n Lain Rendah

X X X X X X

SKALA PRIORITAS PENANGANAN

1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa :

1. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:

a. kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;

b. kumuh sedang bila memiliki nilai 71-95;

c. kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;

2. Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:

a. pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 7-9;

b. pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 4-6;

c. pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-3;

3. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:

a. status lahan legal bila memiliki nilai positif (+);

3-78 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

b. status lahan tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).

Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18 kemungkinan klasifikasi perumahan

kumuh dan permukiman kumuh, yaitu sebagai berikut :

1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan legal;

2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak legal;

3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan

legal;

4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan tidak legal;

5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan legal;

6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan

tidak legal;

7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan legal;

8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak legal;

9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan

legal;

10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan tidak legal;

11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan legal;

12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan

tidak legal;

13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan legal;

14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak legal;

15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan

legal;

16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan tidak legal;

17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan legal;

18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan tidak legal.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-79

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan, sebagai berikut:

Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2;

Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2;

Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2;

Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4;

Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4;

Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4;

Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6;

Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6;

Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6.

3-80 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-81

Tabel 3.12 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan

Bo

nta

ng

Ku

ala

Be

rba

s P

an

tai

Be

lim

bin

g

Gu

nu

ng

Ela

i 1

Ta

nju

ng

La

ut

Ind

ah

Nye

raka

t K

iri

Pu

lau

Gu

sun

g

Lo

ktu

an

Pa

gu

ng

Pu

lau

Se

lan

ga

n

Te

luk

Ka

de

re

Bo

nta

ng

Ba

ru

Be

rba

s T

en

ga

h

Dst

.

A.

76% - 100% Bangunan Tidak Memiliki

Keteraturan5 5 5 5 5 5 5 5 5

51% - 75% Bangunan Tidak Memiliki

Keteraturan3 3 3 3 3

25% - 50% Bangunan Tidak Memiliki

Keteraturan1 1

76% - 100% Bangunan Memiliki

Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan5 5 5

51% - 75% Bangunan Memiliki

Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan3 3 3 3 3 3 3 3 3

25% - 50% Bangunan Memiliki

Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan1 1 1 1

76% - 100% Bangunan Tidak Memenuhi

Persyaratan Teknis5 5 5 5 5 5 5 5

Bangunan Tidak Memenuhi Persyaratan

Teknis3 3 3 3 3

25% - 50% Bangunan Tidak Memenuhi

Persyaratan Teknis1 1 1

76%-100% area tidak terlayani oleh

jaringan jalan lingkungan5 5 5 5

51%-75% area tidak terlayani oleh

jaringan jalan lingkungan3 3 3 3 3 3 3

25%-50% area tidak terlayani oleh

jaringan jalan lingkungan1 1 1 1 1

76% - 100% area memiliki kualitas

permukaan jalan yang buruk5 5 5 5 5 5 5

51%-75% area memiliki kualitas

permukaan jalan yang buruk3 3 3 3 3 3 3 3

25%-50% area memiliki kualitas

permukaan jalan yang buruk1

4Kondisi Penyediaan Air

Minum

4Kondisi Drainase

Lingkungan

5Kondisi Pengelolaan Air

Limbah

6Kondisi Pengelolaan

Persampahan

7Kondisi Proteksi

Kebakaran

17 21 25 25 23 11 19 17 13 15 13 13 15

B.

Lokasi terletak pada fungsi strategis

kabupaten/kota 5 5 5 5 5 5 5

Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis

kabupaten/kota 1 1 1 1 1 1 1 1

Kepadatan Penduduk pada Lokasi

sebesar > 200 Jiwa/Ha5 5

Kepadatan Penduduk pada Lokasi

sebesar 151 - 200 Jiwa/Ha3 3 3 3 3 3 3 3 3

Kepadatan Penduduk pada Lokasi

sebesar < 150 Jiwa/Ha1 1 1 1 1

8 8 8 10 8 4 4 2 2 2 2 4 8

C.

Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan

status penguasaan lahan, baik milik

sendiri atau milik pihak lain

(+ ) 1 1 1 1 1

Sebagian atau keseluruhan lokasi tidak

memiliki kejelasan status penguasaan

lahan, baik milik sendiri atau milik pihak

lain

(-) -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1

-1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 1,00 -1,00 1,00 1,00 -1,00 -1,00 1,00 1,00

Lokasi Permukiman Kumuh

1

(b) Kualitas Permukaan Jalan

Lingkungan

Kondisi Jalan

Lingkungan2

(a) Cakupan Pelayanan Jalan

Lingkungan

Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

(b) Tingkat Kepadatan

Bangunan

(c) Ketidaksesuaian dengan

Persyaratan Teknis Bangunan

Kondisi Bangunan

Gedung

(a) Ketidak-teraturan

Bangunan

SUBTOTAL

SUBTOTAL

(c) Kondisi Sosial, Ekonomi,

dan Budaya

(a) Nilai Strategis Lokasi

(b) Kependudukan

Identifikasi Legalitas Lahan

Pertimbangan Lain

SUBTOTAL

(a) Kejelasan Status

Penguasaan Lahan

8

9. Legalitas Lahan

Identifikasi Pertimbangan Lain

(b) Kesesuaian RTR

NO ASPEK KRITERIA INDIKATOR DAN PARAMETER NILAI

Tabel 3.13 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

3-82 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

KU

MU

H

BE

RA

T

KU

MU

H

SE

DA

NG

KU

MU

H

RIN

GA

N

TIN

GG

I

SE

DA

NG

RE

ND

AH

LE

GA

L

TID

AK

LE

GA

L

(71-95) (45-70) (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+ ) Nilai (-)

1 Bontang Kuala 67 x 13 x x B2 Prioritas 2

2 Berbas Pantai 87 x 13 x x A2 Prioritas 1

3 Belimbing 79 x 9 x x A4 Prioritas 4

4 Gunung Elai 1 81 x 11 x x A2 Prioritas 1

5 Tanjung Laut Indah 89 x 13 x x A2 Prioritas 1

6 Nyerakat Kiri 51 x 5 x x B5 Prioritas 8

7 Pulau Gusung 59 x 5 x x B6 Prioritas 9

8 Loktuan 57 x 3 x x B5 Prioritas 8

9 Pagung 59 x 3 x x B5 Prioritas 8

10 Pulau Selangan 57 x 3 x x B6 Prioritas 8

11 Teluk Kadere 53 x 3 x x B5 Prioritas 8

12 Bontang Baru 50 x 5 x x B5 Prioritas 8

13 Berbas Tengah 61 x 13 x x B1 Prioritas 2

14 Baltim 35 x 3 x x C5 Prioritas 9

15Sempadan Sungai

Bontang44 x 9 x x C4 Prioritas 6

16 Gunung Sari 41 x 3 x x C5 Prioritas 9

17 Guntung 37 x 3 x x C5 Prioritas 9

18 Gunung Elai 41 x 3 x x C6 Prioritas 9

19 Satimpo 37 x 3 x x C5 Prioritas 9

20 Tanjung Laut 1 43 x 3 x x C6 Prioritas 9

21 Tanjung Laut 43 x 3 x x C6 Prioritas 9

22 Kanaan 31 x 5 x x C5 Prioritas 9

23 Telihan 29 x 5 x x C5 Prioritas 9

24 Kanaan 1 27 x 3 x x C5 Prioritas 9

SKALA PRIORITAS

PERTIMBANGAN LAIN LEGALITAS LAHANTINGKAT KEKUMUHAN

NO KAWASAN

JUMLAH NILAI

PENILAIAN

KRITERIA DAN

INDIKATOR

KEKUMUHAN

JUMLAH NILAI

ASPEK

PERTIMBANGAN

LAIN

KLASIFIKASI

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-83

Gambar 3.16 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan

Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan Hasil

Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan

3-84 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

A.3. FGD 1 :

PENYEPAKATAN

PROFIL PERMUKIMAN

KUMUH HASIL

VERIFIKASI

Merupakan kegiatan diskusi, konsolidasi data, dan

penyepakatan profil permukiman kumuh berdasarkan hasil

pemutakhiran data dan verifikasi yang telah dilakukan.

B.5SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

B.6VERIFIKASI LOKASI DAN PEMUTAKHIRAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

A.3FGD 1:

PENYEPAKATAN PROFIL PERMUKIMAN KUMUH HASIL

VERIFIKASI

TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua pemangku kepentingan

mengenai profil permukiman kumuh di Kabupaten/kota berdasarkan

hasil pemutakhiran data dan verifikasi yang telah dilakukan.

PENYELENGGARA Pokjanis

PESERTA DAN

PENDUKUNG

Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi:

Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur

permukiman, permukiman, dan perencanaan

Akademisi

Tim P2KKP (Korkot/Faskel)

BKM/KSM

Tokoh Masyarakat

Pendukung meliputi:

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-85

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman

Tim Teknis Provinsi

Tenaga Ahli Pendamping

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana

kerja yang disusun

*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-2 atau sejak

diselesaikannya sub kegiatan penilaian lokasi berdasarkan kriteria,

indikator dan parameter kekumuhan

METODE Diskusi dan metaplan

TEMPAT

PELAKSANAAN

di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP

OUTPUT Berita acara kesepakatan profil permukiman kumuh hasil verifikasi

B.8 DISTRIBUSI POLA

KOLABORASI

PENANGANAN

PERMUKIMAN

KUMUH

Merupakan bagian dari proses perumusan untuk memberikan

kejelasan distribusi peran dan peluang program penanganan

permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala

penanganan permukiman kumuh

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

B.8DISTRIBUSI POLA KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

C.3KOORDINASI PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

3-86 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

TUJUAN Untuk mendapatkan kejelasan distribusi peran dan peluang program

penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan

skala penanganan permukiman kumuh. Distribusi peran

penanganan dapat dikategorikan berdasarkan penanganan kawasan

permukiman kumuh berat/masiv, kumuh sedang, dan kumuh ringan.

Penanganan kumuh berat dilakukan melalui pendekatan

keterpaduan program dan pendanaan dengan melibatkan

pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, dan pelaku lainnya.

Sedangkan penanganan kumuh sedang dan ringan (berbasis

kawasan/kelurahan) dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota atau

memanfaatkan peluang dan skema program yang telah ada

(P2KKP, NUSP-SIAP, SISHA, dan lainnya.

METODA Penetapan kategori kumuh (Kumuh Berat, Kumuh Sedang, dan

Kumuh Ringan)

FGD

LANGKAH Menetapkan kategori permukiman kumuh berdasarkan hasil

penilaian yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya (kotak

B.7)

Mengelompokkan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang akan

ditangani melalui :

− kontribusi program skala kawasan (contoh : kontribusi

program melalui dokumen RP2KKP, dokumen SIAP, dan

dokumen lainnya yang memiliki konteks penanganan skala

kawasan)

− kontribusi program skala kelurahan/lingkungan (contoh :

kontribusi program melalui dokumen NUAP, BLM, dan

dokumen lainnya yang memiliki konteks penanganan skala

lingkungan)

OUTPUT Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui

kontribusi program skala kawasan

Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui

kontribusi program skala kelurahan/lingkungan

Berita acara penyepakatan

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-87

B.9 PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN DAN

PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Merupakan proses identifikasi untuk memperk irakan kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi, permasalahan, dan

hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh.

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

B.8DISTRIBUSI POLA KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

C.3KOORDINASI PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Untuk memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada

skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi, permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh pada tahapan sebelumnya.

Kebutuhan penanganan pada skala kota/perkotaan dirumuskan berdasarkan kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan permukiman kumuh hasil overview yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.

Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan berdasarkan profil dan permasalahan permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan dan diverifikasi sesuai dengan 7 (tujuh) indikator kekumuhan.

METODE Analisis kebutuhan berdasarkan hasil verifikasi, analisis kawasan, diskusi

LANGKAH Merumuskan dan menyusun daftar kebutuhan pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh Pada : - Permukiman perkotaan yang tidak sesuai peruntukan di dalam RTRW - Permukiman kumuh yang telah diverifikasi dan dimutakhirkan.

Melakukan pemetaan kebutuhan penanganan secara spasial untuk

3-88 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

menentukan lokasi-lokasi pada permukiman kumuh perkotaan yang membutuhkan pencegahan ataupun penanganan.

OUTPUT Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman skala kota/perkotaan.

Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan.

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan ketiga

Tabel 3.14 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan

No Kondisi Faktual dan

Isu Strategis Kota/Perkotaan

Lokasi

Kebijakan Penanganan

Permukiman Kumuh Hasil Overview

Kebutuhan Penanganan

Pencegahan Peningkatan

1 Berkembangnya permukiman di lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya

Kawasan Permukiman di bantaran sungai Cimanuk

Pengendalian pembangunan permukiman pada kawasan yang tidak sesuai peruntukannya

Penegakan aturan perijinan

Pemukiman kembali

2 Alih fungsi lahan (konversi) menjadi fungsi permukiman akibat demand yang cukup tinggi cenderung berkembang pada wilayah limitasi

Membatasi perkembangan permukiman di wilayah limitasi

Pengaturan Pemanfaatan Lahan dan Pengendalian Ruang di Kawasan Lindung

Pengembalian fungsi kawasan sesuai dengan peruntukannya

3 Munculnya kantong-kantong kumuh akibat perkembangan yang tidak terkendali

Penataan kawasan permukiman perkotaan

Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan permukiman

Fasilitasi pembangunan infrastruktur dasar pemukiman berbasis masyarakat

4 ……. ……….. Penyusunan norma, standar, pedoman, dan kriteria (NSPK) Rumah Sederhana Sehat

……………..

Tabel 3.15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-89

KAWASAN KUMUH

ASPEK YANG DIAMATI PERMASALAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN

PENCEGAHAN PENINGKATAN

Kawasan Kumuh A

Bangunan Gedung Sebanyak 2.723 unit bangunan hunian tidak memiliki keteraturan dan lingkungan permukiman didominasi oleh bangunan yang berada di atas sempadan pantai

Sosialisasi dan edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis kawasan sempadan pantai

Perubahan fungsi dan massa bangunan

Meningkatkan peran serta antara pemerintah dengan pihak lain dalam pengawasan dan pengendalian pembangunan permukiman

Pemukiman kembali bangunan yang berada di atas sempadan pantai

16 Ha bangunan di dalam kawasan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

Sosialisasi dan edukasi aturan bangunan dan lingkungan

Pengendalian dan pembatasan perkembangan permukiman

Sebanyak 628 Unit bangunan berada pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

Sosialisasi, edukasi, dan promosi rumah dan lingkungan sehat

Rehabilitasi bangunan gedung sesuai dengan standar lingkungan rumah sehat

Jalan Lingkungan area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan sepanjang 55,90 meter

- Pembangunan jalan baru

area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk sepanjang 63,88 meter

- Peningkatan kualitas jaringan jalan

Air Minum

Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan Persampahan Sistem Proteksi Kebakaran

Kawasan Kumuh B

Dst.

3-90 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.10 PERUMUSAN KONSEP SERTA STRATEGI PENCEGAHAN DAN

PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Merupakan proses identifikasi terhadap konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk skala kota/perkotaan dan

skala kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh yang telah diverifikasi.

A.4FGD 2:

PENYEPAKATAN KONSEP, STRATEGI, POLA

KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.10PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Untuk memperoleh rumusan konsep serta strategi pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan kebutuhan yang telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya, baik itu skala perkotaan maupun skala kawasan pada lokasi permukiman kumuh yang telah

diverifikasi.

METODE Analisis kebijakan, Analisis SWOT, Diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

LANGKAH Mengelompokkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang (Kumuh/Slum dan Squatter)

Membuat daftar kebutuhan penanganan baik itu dalam konteks pencegahan maupun peningkatan kualitas untuk permukiman kumuh legal dan maupun permukiman kumuh ilegal.

Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan permukiman berlandasakan kondisi, potensi, dan permasalahan kota/perkotaan dan kawasan.

Merumuskan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dalam bentuk matriks.

Memetakan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-91

Melakukan diskusi FGD untuk menetapkan dan menyepakati konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.

OUTPUT Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan;

Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan.

DURASI 2 minggu pada bulan ke-3

Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi -kondisi permukiman

yang tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang. Rumusan strategi diarahkan untuk

mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya.

Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan

melalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan

standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta Karya.

Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan

melalui pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai

dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana (relokasi/resettlement).

Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman kumuh sesuai

dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta teridentifikasi kebutuhan

penanganannya.

Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.

3-92 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Penyiapan lahan Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman Rehabilitasi/perbaikan proteksi kebakaran

Penyiapan lahan Peningkatan kapasitas bangunan hunian Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

Penyiapan lahan Pembangunan kembali bangunan hunian Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEMUGARAN

PEREMAJAAN

PEMUKIMAN KEMBALI

KONSEP/POLA PENANGANAN

RUMUSAN STRATEGI KONDISI KEKUMUHAN

Ringan Legal

Sedang Legal

Berat Legal

Penegakan kesesuaian perizinan Action plan program pencegahan (sosialisasi, public campaign, penyuluhan) Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi Pendampingan dan pelayanan informasi

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Permukiman kumuh baru

PENCEGAHAN

PENINGKATAN KUALITAS

PEMUKIMAN KEMBALI Ringan Tidak legal

Penyiapan lahan Pembangunan kembali bangunan hunian Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Sedang Tidak legal

Penyiapan lahan Peningkatan kapasitas bangunan hunian Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEREMAJAAN

Berat Tidak legal

PEMUKIMAN KEMBALI Penyiapan lahan Pembangunan kembali bangunan hunian Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-93

Tabel 3.16 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota

No

Kondisi Faktual dan Isu Strategis Kota/Perkotaan

Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Hasil Overview

Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan

Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan

1

Berkembangnya permukiman di lahan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya

Pengendalian pembangunan permukiman pada kaw asan yang tidak sesuai

peruntukannya

Penegakan aturan perijinan Pemukiman kembali Pengaw asan dan pengendalian Pemukiman kembali Meningkatkan sistem regulasi terhadap kesesuaian

perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis

Menyiapkan lahan bagi masyarakat yang terkena

dampak penataan kaw asan

2

Alih fungsi lahan (konversi) menjadi

fungsi permukiman akibat demand yang cukup tinggi cenderung berkembang pada w ilayah limitasi

Membatasi perkembangan permukiman di

w ilayah limitasi

Sosialisasi dan edukasi

mengenai aturan dan ketentuan teknis pembangunan kaw asan permukiman perkotaan

Pengembalian fungsi kaw asan

sesuai dengan peruntukannya

Peremajaan Menggalakkan program

pencegahan melalui kegiatan sosialisasi, public campaign, penyuluhan.

Mengembalikan fungsi kaw asan

sesuai dengan peruntukannya

3

Munculnya kantong-kantong kumuh

akibat perkembangan yang tidak terkendali

Penataan kaw asan permukiman perkotaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman

Pemberdayaan masyarakat Pemugaran Pendampingan dan

pelayanan informasi

Meningkatkan layanan

infrastruktur dasarpermukiman sesuai dengan SPM

Pengaturan Pemanfaatan

Lahan dan Pengendalian Ruang di Kaw asan Lindung

Monitoring dan evaluasi

terhadap hasil-hasil pembangunan

4 ….

5 ….

Tabel 3.17 Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan

Kawasan Kumuh Aspek Permasalahan Konsep Penanganan Strategi

Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan

Kaw asan Tanjung Laut Indah

Bangunan Gedung

85% bangunan permukiman tidak teratur, struktur permukiman tidak jelas, dan permukiman didominasi oleh bangunan

yang berada di atas sempadan pantai

Pengaw asan dan pengendalian Pemukiman Kembali Melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai aturan

sempadan pantai

Melakukan relokasi secara bertahap dan terbatas pada unit lingkungan permukiman yang dikategorikan kumuh berat dan

cenderung merusak keseimbangan ekosistem pantai

80% Bangunan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis, berada pada kaw asan rawan gelombang pasang, dan

pemanfaatan ruang permukiman mulai mengintervensi kaw asan mangrove

Pemberdayaan masyarakat Peremajaan melalui redevelopment kaw asan

Kampanye lingkungan rumah sederhana sehat

Rehabilitasi bangunan gedung agar fungsi dan massa bangunan kembali seusai

kondisi saat aw al dibangun

Jalan Lingkungan

Air Minum

Drainase Lingkungan

Air Limbah

Persampahan Sistem proteksi kebakaran

Kaw asan Berbas Pantai

Dst.

3-94 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-95

Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala

Kota/Perkotaan

Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan

3-96 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

FGD 2 : PENYEPAKATAN KONSEP, STRATEGI, DAN POLA

KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/ pemangku kepentingan mengenai konsep

dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota serta penyepakatan pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh

A.4FGD 2:

PENYEPAKATAN KONSEP, STRATEGI, POLA

KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.10PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/pemangku kepentingan mengenai konsep dan strategi pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh serta penyepakatan pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh

PENYELENGGARA Pokjanis

PESERTA DAN

PENDUKUNG

kegiatan FGD melibatkan pelaku pembangunan di bidang perumahan dan kawasan permukiman, yang terdiri peserta dan pendukung

Peserta meliputi:

Peserta :

Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan

Akademisi

Tokoh Masyarakat

Pihak-pihak terkait (PDAM,swasta, PT.KAI, PELINDO, dll)

Pendukung meliputi:

Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan

Tim Teknis Provinsi

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-97

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman

Tenaga Ahli Pendamping

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun

*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-3 atau sejak

diselesaikannya sub kegiatan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

METODE Diskusi dan metaplan

TEMPAT PELAKSANAAN

Di Kabupaten/Kota tempat penyusunan RP2KPKP

OUTPUT Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan;

Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan.

Berita acara kesepakatan (konsep, strategi, dan pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh)

C.3 KOORDINASI PERAN

MASYARAKAT

DALAM

PENANGANAN

PERMUKIMAN KUMUH

Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka koordinasi peran

masyarakat terhadap pola kolaborasi penanganan

permukiman kumuh.

B.7PENILAIAN LOKASI BERDASARKAN KRITERIA, INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN

B.8DISTRIBUSI POLA KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

C.3KOORDINASI PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

3-98 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

TUJUAN Untuk mengkoordinasikan peran serta masyarakat dalam kontribusi

penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala

penanganan permukiman kumuh, baik itu kontribusi program untuk

pengananan permukiman kumuh yang massif ataupun kontribusi program

untuk kategori kumuh sedang dan ringan.

METODA Diskusi

LANGKAH Melakukan koordinasi peran serta masyarakat terhadap kontribusi

penanganan permukiman kumuh

OUTPUT Matriks peran serta masyarakat terhadap kontribusi penanganan

permukiman kumuh

Matriks sinkronisasi data primer/sekunder terkait peran serta masyarakat:

- Data permasalahan kekumuhan

- Data identifikasi legalitas lahan

- Data demografi

- Data karakteristik masyarakat lokal

DURASI 1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-99

3.2.3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk merumuskan skenario

dan konsep desain kawasan permukiman kumuh, merumuskan rencana aksi penanganan,

memorandum keterpaduan program skala kota dan kawasan berdasarkan pada hasil

perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Rangkaian

kegiatan yang berada dalam lingkup perumusan rencana penanganan ini akan menjadi bahan

utama untuk melakukan pendetailan pada kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh

yang dipilih untuk pengembangan tahap 1.

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan

yang bersamaan dengan kegiatan dalam Tahap Penyusunan Desain Teknis.

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP A.5 Focus Group Discussion 3

Proses Penyusunan RP2KPKP B.11 Perumusan Skenario Penanganan dan konsep Desain Kawasan Permukiman

Kumuh

B.12 Perumusan Rencana Aksi dan Memorandum Keterpaduan Program

Skala Kota dan Kawasan

B.13 Penentuan Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh

Pendampingan dan Pelibatan Masyarakat C.4 Perencanaan Partisipatif di Kawasan

Prioritas

Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan

yaitu bulan ke-4 dan ke-5 pada pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai

sejak kegiatan dalam tahap survey identifikasi dan kajian. Secara diagramatis, rangkaian

kegiatan pada lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan dapat dilihat pada Gambar 3-

16.

3-100 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PELAPORAN

Skenario penanganan dan desain kawasan permukiman kumuh;

Rencana aksi penanganan permukiman kumuh;

Memorandum keterpaduan program penanganan skala kota dan kawasan;

Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;

Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh;

Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan rencana kerja masyarakat dan penyepakatan

komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas;

Berita acara FGD 3 (Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan hasil perencanaan ditingkat

masyarakat)

BULAN 4 BULAN 5WAKTU

TAHAPAN

PENYELENGGARAAN KEGIATAN RP2KPKP(pendekatan fasilitasi

Pemda)

OUTPUT

TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

PROSES PENYUSUNAN

RP2KPKP(Pendekatan

Membangun Sistem)

PENDAMPINGAN & PELIBATAN

MASYARAKAT(Pendekatan Peningkatan

Kapasitas)

3

LAPORAN DRAFT AKHIR

B.11PERUMUSAN SKENARIO PENANGANAN & DESAIN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

A.5FGD 3:

PENYEPAKATAN RENCANA AKSI, PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil

RKM)

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

C.4PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS: Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat Penyepakatan KOMPONEN DED

Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-101

B.11 Perumusan Skenario

Penanganan dan Konsep Desain Kawasan

Merupakan kegiatan untuk menurunkan rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh ke dalam skenario pencapaian 0% kumuh dalam langkah-langkah strategis hingga tahun 2019. Konsep Desain kawasan permukiman yang didasarkan pada perumusan

kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.

B.11PERUMUSAN SKENARIO PENANGANAN & KONSEP DESAIN KAWASAN

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

B.9PERUMUSAN KEBUTUHAN PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.10PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN & PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Merumuskan skenario pentahapan pencegahan dan peningkatan

kualitas kawasan permukiman kumuh yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam skala kota dan kawasan untuk mencapai target 0% kumuh;

Menyusun konsep tematik pengembangan kawasan dan strategi

penanganan kawasan kumuh; dan

Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh.

METODE Analisis Konsep desain kawasan dan diskusi melalui Focus Group

Discussion (FGD)

LANGKAH Menggunakan matriks kebutuhan penanganan pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh (output kegiatan B.9);

Menggunakan peta dan matriks konsep, dan strategi, pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh (output kegiatan B.10);

Melakukan analisis dan kajian terkait capaian per tahun dalam

mencapai target 0% kumuh;

Merinci skema pentahapan yang dirinci ke dalam langkah-langkah yang akan dilakukan per tahun hingga tahun 2019;

Menentukan tema pengembangan pada seluruh kawasan permukiman kumuh;

Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh permukiman kumuh

3-102 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

berdasarkan analisis kebutuhan penanganan; dan

Melakukan diskusi untuk menjaring aspirasi dan penyepakatan terhadap skenario pentahapan dalam pencapaian target 0% kumuh dan konsep

desain kawasan yang dirumuskan.

OUTPUT Skema dan tabel skenario pentahapan penanganan permukiman kumuh dalam pencapaian target 0% kumuh;

Peta konsep tematik pengembangan kawasan; dan

Peta konsep desain kawasan yang berisi rencana desain 7 (tujuh)

indikator kekumuhan.

Ploting komponen infrastruktur kedalam peta tematik 2 D dan 3 D

DURASI 2 (dua) minggu *

*)Terhitung sejak minggu pertama sampai minggu kedua bulan keempat atau sejak diselesaikannya sub kegiatan perumusan konsep dan strategi

pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Catatan:

Pengertian konsep desain kawasan dalam konteks RP2KPKP adalah persepektif suasana

didukung skenario tematis pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman sesuai

dengan kebutuhan penanganan kawasan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-103

Tabel 3.18 Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan

2017

Penyiapan lahan dan hunian sementara

2018 2019

PEMUGARAN

PEREMAJAAN

PEMUKIMAN KEMBALI

KONSEP/POLA

PENANGANANKEBUTUHAN PROGRAM PENANGANAN

Multi stakeholder

Multi program

Multi penanganan

APBN

APBD

Melalui P2KKP

NUSP-SIAP

SISHA

CSR

APBD Kota/Provinsi

Program reguler

lainnya

SKEMA PROGRAMKONDISI KEKUMUHAN

KAWASAN A

Ringan

Legal

KAWASAN C

Sedang

Legal

KAWASAN E

Berat

Legal

KEBUTUHAN INVESTASI

DALAM PENANGANAN

KUMUH (Rp .)

PENGURANGAN LUAS

PERMUKIMAN KUMUH

(...Ha)

PENGURANGAN LUAS

PERMUKIMAN KUMUH

(...Ha)

Penegakan kesesuaian perizinan

PENGAWASAN DAN

PENGENDALIAN

PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

Melalui P2KKP

NUSP-SIAP

SISHA

CSR

APBD Kota

Program reguler

lainnya

Permukiman

kumuh baru

PENCEGAHAN

PENINGKATAN

KUALITAS

PEMUKIMAN KEMBALIKAWASAN B

Ringan

Tidak legal

KAWASAN D

Sedang

Tidak legal

PEREMAJAAN

KAWASAN F

Berat

Tidak legal

PEMUKIMAN KEMBALI

KEBUTUHAN INVESTASI

DALAM PENANGANAN

KUMUH (Rp .)

TOTAL KEBUTUHAN

INVESTASI DALAM

PENANGANAN KUMUH

(Rp .)

PENGURANGAN LUAS

PERMUKIMAN KUMUH

HINGGA (0 Ha)

Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian

Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman

Perbaikan proteksi kebakaran

Pembangunan kembali bangunan hunian

Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman

Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Peningkatan kapasitas bangunan hunian

Penyiapan lahan dan hunian sementara

Peningkatan kapasitas

infrastruktur permukiman

Peningkatan kapasitas

proteksi kebakaran

sosialisasi, public campaign, penyuluhan

Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi

Penyiapan lahan dan hunian sementara

Pembangunan kembali bangunan hunian

Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman

Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Peningkatan kapasitas bangunan hunian

Penyiapan lahan dan hunian sementara

Peningkatan kapasitas

infrastruktur permukiman

Peningkatan kapasitas

proteksi kebakaran

Penyiapan lahan dan hunian sementara

Pembangunan kembali bangunan hunian

Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman

Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Pendampingan dan pelayanan informasi

. Ha

. Ha

. Ha

. Ha

. Ha

. Ha

3-104 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.22 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-105

Gambar 3.23 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

3-106 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.24 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-107

Gambar 3.25 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

3-108 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.12 Perumusan Rencana Aksi dan

Memorandum Keterpaduan Program Skala

Kota dan Kawasan

Penyusunan rencana aksi program penanganan permukiman kumuh ini dilakukan dengan model pembangunan berbasis

kawasan dan lingkungan melalui pendekatan perencanaan partisipatif pada kawasan prioritas. Rencana aksi program disusun sesuai dengan indikator kekumuhan berdasarkan

strategi penanganan kumuh dan target yang ingin dicapai dari penanganan kawasan kumuh prioritas akan dibahas oleh pemangku kepentingan yang ada di daerah dan disepakati

dalam suatu memorandum keterpaduan program baik skala kota dan kawasan.

B.11PERUMUSAN SKENARIO PENANGANAN & KONSEP DESAIN KAWASAN

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

C.4PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS: Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat Penyepakatan KOMPONEN DED

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Merumuskan rencana aksi program penanganan yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas yang telah

disepakati di dalam suatu memorandum keterpaduan program meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku

Menyusun rencana investasi dan strategi pembiayaan penanganan

kawasan kumuh

METODE Analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan, pendekatan partisipatif, dan diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

LANGKAH Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;

Melakukan sinkronisasi terhadap program-program penanganan

kawasan permukiman kumuh perkotaan yang terdapat di berbagai dokumen kebijakan;

Merumuskan kebutuhan program-program penanganan kawasan

permukiman kumuh prioritas sesuai dengan strategi dan indikator kekumuhan;

Mensinkronisasikan rencana kerja masyarakat kedalam memorandum

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-109

program

Merinci program-program yang telah disusun kedalam skema pentahapan yang dirinci ke dalam program lima tahunan;

Mengidentifikasi volume dan satuan dari setiap program;

Mengidentifikasi perkiraan besarnya pembiayaan;

Mengidentifikasi penanggung jawab dari setiap program; dan

Mengidentifikasi alternatif sumber investasi dan pembiayaan; dan

Menyepakati program-program penanganan baik skala kota dan skala

kawasan prioritas.

OUTPUT Peta rencana aksi program penanganan permukiman kumuh;

Rencana investasi dan pembiayaan penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas; dan

Matriks rencana aksi program penanganan dan memorandum program skala kota dan skala kawasan.

DURASI 3 (tiga) minggu *

*)Terhitung sejak minggu ketiga bulan keempat sampai minggu pertama bulan kelima atau sejak diselesaikannya sub kegiatan perumusan skenario

penanganan dan konsep desain kawasan

3-110 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman Kumuh

Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-111

Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh

Provinsi :

Kabupaten/Kota : Sumber : Dokumen RKP-KP Kab/Kota

2016 2017 2018 2019 2020

1 74,058,501,207 1,982,125,000 40,202,151,840 28,635,729,960 1,127,144,000 2,500,000,000 473,375,000

Kawasan Gayam 38.78 55,738,464,000 1,030,000,000 33,883,375,000 20,825,089,000 - - -

RT - Sosialisasi Program LS 1 -

- Pengadaan Lahan m2 87,609 375,000 32,853,375,000 32,853,375,000

RW - Pembangunan Rumah Swadaya Unit 101 206,189,000 20,825,089,000 20,825,089,000

Kelurahan Gayam - Pembangunan Rusunawa Unit -

Kecamatan - Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Unit 206 10,000,000 2,060,000,000 1,030,000,000 1,030,000,000

- ... ... -

Titik

Koordinat

117° 30' 18.226"

E 4,650,161,800 473,375,000 3,064,724,940 1,112,061,860 - - 473,375,000

2° 9' 16.625" N - Sosialisasi Program LS 1 -

- Pengadaan Lahan m2 -

- Peningkatan kapasitas jalan lingkungan m 574 2,767,700 1,588,659,800 - 476,597,940 1,112,061,860 - -

- Peningkatan struktur jalan lingkungan m 1,438 2,129,000 3,061,502,000 473,375,000 2,588,127,000 - - - 473,375,000

- ... ... -

281,250,000 281,250,000 - - - - -

- Sosialisasi Program LS 1 -

- Pengadaan Lahan m2 -

- Sambungan Rumah unit 225 1,250,000 281,250,000 281,250,000

- Pembangunan IPA unit -

- Pembangunan Reservoir unit -

- Pembangunan Hydran Umum unit -

- Penyediaan Terminal Air (mobil tangki/tangki air) unit -

- ... ... -

12,082,131,000 - 2,917,801,900 6,664,329,100 - 2,500,000,000 -

- Sosialisasi Program LS 1 -

- Pembangunan Pintu Air m2 1 2,500,000,000 2,500,000,000 2,500,000,000

- Perbaikan Saluran Drainase m 3,079 3,042,000 9,366,318,000 - 2,809,895,400 6,556,422,600 - - -

- Pembangunan Baru Saluran Drainase m -

- Pembangunan Gorong-gorong m -

- Pembangunan Turap m -

- Bantuan Stimulan Tandon Air (detensi air hujan) unit 169 1,277,000 215,813,000 - 107,906,500 107,906,500 - -

721,000,000 197,500,000 197,500,000 - 326,000,000 - -

- Sosialisasi Program LS -

- Pembangunan Pintu Air m2 -

- Pembangunan IPAL Komunal unit -

- Perbaikan IPAL Komunal unit -

- Pembangunan MCK Komunal unit -

- Perbaikan MCK Komunal unit -

- Penyediaan Truk tinja atau motor tinja unit 1 326,000,000 326,000,000 - - - 326,000,000 -

- Bantuan Stimulan Jambanisasi (On-Site/Bio Filter); Penanganan BABS unit 158 2,500,000 395,000,000 197,500,000 197,500,000 - - -

457,000,000 - 126,750,000 26,750,000 303,500,000 - -

- Sosialisasi Program LS 1 -

- Pengadaan Lahan m2 -

- Penyediaan Bak/Kontainer Sampah unit 214 500,000 107,000,000 - 26,750,000 26,750,000 53,500,000 -

- Penyediaan Gerobak/Motor Sampah/Mobil Bak Sampah/Perahu Sampah/Dump Truck/Armroll Truck/Compactor Truck/Trailer Truckunit 1 100,000,000 100,000,000 - 100,000,000 - - -

- Pembangunan TPST unit 1 250,000,000 250,000,000 - - - 250,000,000 -

- Pembangunan TPS 3R unit -

- ... ... -

19,500,000 - 12,000,000 7,500,000 - - -

- Sosialisasi Program LS 1 -

- Pengadaan Lahan m2 -

- Rehabilitasi Hidran Pemadam Kebakaran unit 3 2,500,000 7,500,000 - - 7,500,000 - -

- Bantuan Stimulan Pompa Portabel Pemadam Kebakaran unit 1 12,000,000 12,000,000 - 12,000,000 - - -

- ... ... -

108,994,407 - - - 497,644,000 - -

- Sosialisasi Program LS -

- Pengadaan Lahan m2 -

- Pembangunan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (PJU) unit -

- Penyediaan RTH m2 15,571 7,000 108,994,407 - - - 497,644,000 -

- ... ... -

Air Minum

Drainase Lingkungan

Air Limbah

Persampahan

Pengamanan Kebakaran

FOTO LOKASI

KEGIATAN

RENCANA

LELANG 2016

PRIORITAS 1

Tanjung Redeb

Bangunan Gedung

Jalan Lingkungan

NO NAMA KAWASANLUAS

(Ha)ASPEK KEKUMUHAN / JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME

HARGA SATUAN

(Rp)TOTAL BIAYA (Rp)

TAHUN PENANGANAN

6, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13

Ruang Terbuka

SUMBER

PENDANAAN*

3-112 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tabel 3.20 Contoh Tabel Memorandum Program

2017 2018 2019 2020 2021 Rupiah PHLN

1 Pengawasan pemanfaatan ruang Sosialisasi teknis ketentuan kawasan sempadan kawasan D 1 Ls 100

Sosialisasi teknis ketentuan kawasan hutan lindung kawasan G

2 …dst

I BANGUNAN HUNIAN

1 Rehabilitasi bangunan hunian sesuai dengan fungsi Perbaikan rumah tidak layak huni kawasan A 73 unit 600 400 1,000 Direktorat Penyediaan

Perumahan

II JALAN LINGKUNGAN

1 Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh Rehabilitasi/peningkatan jalan lingkungan kawasan B 800 meter 1100 700 1200 600

Direktorat Pengembangan

Kawasan Permukiman, Dinas

PU Kota

Pembangunan jalan lingkungan kawasan C 600 meter 1200 1200

III DRAINASE LINGKUNGAN

….dst

IV PENYEDIAAN AIR MINUM

…dst

V PENGELOLAAN AIR LIMBAH

…dst

VI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

VII PROTEKSI KEBAKARAN

Volume Satuan PENANGGUNGJAWABDAK APBD PROV APBD Kota BUMD KPS/SWASTA MASYARAKAT

SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN (x juta)

APBNLAINNYA

INDIKASI KEBUTUHANBIAYA (x juta)

TahunTAHUNANGGARAN

PENINGKATAN KUALITAS

PENCEGAHAN

No. KEGIATAN LokasiPROGRAM

Catatan:

Rencana aksi program penanganan permukiman kumuh seperti pada contoh ilustrasi diatas dilakukan pada seluruh permukiman kumuh di perk otaan yang telah terverifikasi.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-113

B.13 Penentuan Kawasan Prioritas

Penanganan Permukiman Kumuh

Merupakan proses identifikasi terhadap lokasi permukiman kumuh yang dinilai memilik i kesiapan untuk implementasi

pembangunan fisik pada tahun pertama dalam rencana pentahapan pembangunan kawasan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah disepakati antar

pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan permukiman kumuh.

B.11PERUMUSAN SKENARIO PENANGANAN & DESAIN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

C.4PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS: Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat Penyepakatan KOMPONEN DED

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Untuk menentukan minimal tiga kawasan pembangunan tahap pertama yang akan direncanakan secara lebih rinci dan operasional

METODE Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, pendekatan partisipatif,

diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

LANGKAH Identifikasi tingkat kekumuhan kawasan (telah dilakukan pada tahap B.7);

Membuat daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas

permasalahan dan kategori kekumuhan;

Merumuskan dan menyepakati dasar pertimbangan penetapan tahapan penanganan permukiman kumuh prioritas (readiness criteria pembangunan tahap 1);

Menilai kembali daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan dasar pertimbangan (readiness criteria) yang telah disepakati; dan

Menetapkan dan menyepakati lokasi dan komponen pembangunan

tahap pertama.

OUTPUT Rekomendasi lokasi pembangunan tahap-1;

Peta dan delineasi lokasi pembangunan tahap-1.

3-114 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PELAKSANA BKM/KSM

Tokoh masyarakat

Tenaga ahli pendamping

DURASI 2 minggu dari minggu ke 4 di bulan ke 4 sampai minggu ke 1 di bulan ke 5

Contoh dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1

1. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota Terhadap Penanganan Kawasan

Semakin tinggi komtmen pemerintah Kabupaten/Kota maka semakin prioritas untuk

ditangani.

2. Respon dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Program Penanganan

Semakin tinggi respon dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program maka

semakin prioritas untuk ditangani.

3. Keberadaan dan Aktifitas Sistem/Kelompok Pengelola Lingkungan

Semakin baik struktur dan pola kelembagaan di dalam kawasan maka semakin prioritas

untuk ditangani.

4. Karakteristik Daerah dan Kebijakan Daerah

Adanya karakteristik khusus dan kebijakan daerah yang perlu dipertimbangkan

5. Kemampuan Pembiayaan Daerah

Adanya kontribusi kemampuan pembiayaan daerah untuk ikut serta dalam penanganan

permukiman kumuh.

Dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1, bisa tambahkan atau

dikurangi sesuai dengan kebutuhan daerah.

Catatan:

Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:

- Pembangunan berbasis kawasan pembangunan tahap pertama dilakukan pada

minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas terhadap seluruh aspek

penanganan dan seluruh komponen infrastruktur keciptakaryaan, apabila seluruh

readiness criteria (kesiapan lokasi, pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat dipenuhi

pada kawasan tersebut.

- Pembangunan berbasis komponen infrastruktur pembangunan tahap pertama

dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas, namun hanya

dilakukan terhadap beberapa komponen-komponen infrastruktur keciptakaryaan yang

dianggap telah memenuhi readiness criteria (kesiapan lahan, pemerintah daerah, dan

masyarakat) untuk diimplementasikan pada tahun berikutnya.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-115

A.5 FGD 3 Kegiatan penyepakatan terhadap perumusan rencana aksi, program, kegiatan, dan hasil Rencana Kerja Masyarakat

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

A.5FGD 3:

PENYEPAKATAN RENCANA AKSI, PROGRAM DAN KEGIATAN (hasil

RKM)

TUJUAN Menyepakati rumusan rencana aksi penanganan, program-

program dan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Menyepakati kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh

yang dipilih untuk pembangunan tahap 1

PENYELENGGARA Pokjanis

PESERTA DAN

PENDUKUNG

Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi:

Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur

permukiman, permukiman, dan perencanaan

Akademisi

Tim P2KKP (Korkot/Faskel)

BKM/KSM

Tokoh Masyarakat

Pendukung meliputi:

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman

Tim Teknis Provinsi

Tenaga Ahli Pendamping

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana

kerja yang disusun

*) Dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan ke 4 sampai dengan minggu

ke 1 bulan ke 5atau sejak diselesaikannya sub kegiatan penilaian

lokasi berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

3-116 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

METODE Diskusi

TEMPAT

PELAKSANAAN

di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP

OUTPUT Skenario penanganan dan konsep desain kawasan permukiman

kumuh;

Rencana aksi penanganan permukiman kumuh

Memorandum keterpaduan program skala kota dan skala

kawasan;

Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;

Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh; dan

Berita acara kesepakatan

C.4 Perencanaan

partisipatif di

kawasan prioritas

Melakukan perencanaan partisipatif dengan melibatkan

komponen kelembagaan kawasan permukiman prioritas yang

telah dibentuk untuk menyepakati kebutuhan penanganan

kawasan dan komponen infrastuktur pembangunan tahap-1

yang akan ditindak lanjuti dengan penyusunan desain teknis

(DED).

B.11PERUMUSAN SKENARIO PENANGANAN & DESAIN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

B.12PERUMUSAN RENCANA AKSI & MEMORANDUM KETERPADUAN PROGRAM SKALA KOTA DAN KAWASAN

C.4PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS: Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat Penyepakatan KOMPONEN DED

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Menyusun rencana aksi masyarakat/community action plan (CAP)

penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan permukiman

kumuh meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-117

METODE Analisis kebutuhan, pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan,

pendekatan partisipatif, dan FGD (rembug warga)

LANGKAH Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan di tingkat

masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;

Mengidentifikasi kebutuhan penanganan tahap pertama yang berbasis

komponen dengan melakukan diskusi partisipatif/rembug warga dengan

pemangku kepentingan dan masyarakat setempat;

Menyusun dan memilih komponen infrastruktur yang akan ditindaklanjuti

dengan penyusunan desain teknis dan diimplementasikan pada tahun

pertama melalui beberapa kriteria, yaitu:

a) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus merupakan

kebutuhan utama kawasan yang langsung dapat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat setempat.

b) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus memberikan

implikasi atau dampak nyata terhadap peningkatan kualitas

permukiman;

c) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus bersifat mudah

dilaksanakan, tidak menimbulkan friksi di masyarakat,

d) Lokasi pembangunan komponen infrastruktur bukan merupakan

lahan ilegal/disengketakan.

*) Proses pelaksanaan perencanaan partisipatif dilakukan secara informal,

sesuai dengan kebutuhan, dan disepakati dalam bentuk berita acara.

OUTPUT Kebutuhan penanganan kawasan;

Rencana Kerja Masyarakat (RKM)

Hasil perencanaan partisipatif (hasil desain masyarakat skala

lingkungan)

Komponen infrastuktur yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan

desain teknis (DED); dan

Indikasi kesiapan kawasan (readiness criteria) dari sisi masyarakat untuk

implementasi program.

PELAKSANA Koordinator Kota/Askot/Fasilitator Pendamping Masyarakat

BKM/KSM

Tim Inti Perencanaan Partisipatif

3-118 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

DURASI 6 minggu (1,5 bulan) *

*) Terhitung sejak minggu ke-2 bulan ke-4 atau sejak diselesaikannya sub

kegiatan penyiapan dan penguatan kelembagaan masyarakat

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-119

3.2.4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana penanganan kawasan

permukiman prioritas yang telah disusun pada tahap sebelumnya ke dalam bentuk

rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan pada tahun pertama. Dengan kata lain,

rancangan/desain teknis dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman

kumuh di kawasan prioritas ini disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi,

dan program) yang telah disusun dan disepakati sebelumnya. Dalam lingkup kegiatan

penyusunan desain teknis ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 2 (dua) lingkup

sebagai berikut:

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP A.6 Pembahasan Pleno

A.7 Konsultasi Publik

Proses Perencanaan & Penyusunan B.14 Penyusunan desain teknis (daftar

komponen DED, pengukuran lapangan,

dan visualisasi pendukung perancangan)

B.15 Penyusunan detailed engineering

design/DED (gambar kerja, RAB, RKS)

B.16 Penyempurnaan hasil pleno

B.17 Penyusunan dokumen RP2KPKP

B.18 Finalisasi dan legalisasi hasil

(Perwal/Perbup)

Lingkup kegiatan penyusunan desain teknis ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan terakhir

pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan dalam tahap

perumusan rencana penanganan masih berlangsung. Secara diagramatis, rangkaian kegiat an

pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar 3-18.

3-120 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

PELAPORAN

Daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan tahap 1;

Data hasil pengukuran detail komponen infrastruktur pembangunan tahap 1:

Peta rinci/siteplan;

Visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, animasi 3D);

DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen infrastruktur pembangunan tahap 1;

Dokumen lelang;

Dokumen RP2KPKP; dan

Draft Perwal/Perbup

BULAN 5 BULAN 6WAKTU

TAHAPAN

PENYELENGGARAAN KEGIATAN RP2KPKP(pendekatan fasilitasi

Pemda)

OUTPUT

PROSES PENYUSUNAN RP2KPKP

(Pendekatan Membangun Sistem)

LAPORAN AKHIR

LAPORAN DRAFT AKHIR

4

A.6PEMBAHASAN PLENO

TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

B.14PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS Daftar rencana

komponen Pengukuran lapangan Visualisasi pendukung

perancangan

B.15PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

B.16PENYEMPURNAAN HASIL PLENO

B.17PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP Rencana Aksi 0%

Kumuh Rencana Teknis

Pembangunan tahap 1

Memorandum Program

DED Komponen Prioritas

A.7KONSULTASI PUBLIK *

B.18FINALISASI & LEGALISASI HASIL (PERWAL/PERBUP)

Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-121

B.14 Penyusunan desain

teknis

Penerjemahan konsep dan desain penanganan kawasan yang

telah dirumuskan ke dalam rencana teknis penanganan yang

lebih terukur dan presisi baik secara lokasi, besaran/volume,

dan terpetakan secara visual, serta menyusun dan

menyepakati daftar komponen infrastruk tur pembangunan

tahap 1 yang akan ditindak lanjuti dengan penyusunan DED,

dilanjutkan dengan pengukuran detail terhadap komponen-

komponen tersebut.

*) Komponen infrastruk tur pembangunan tahap 1 dibatasi

hanya pada bidang keciptakaryaan

B.14PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS Daftar rencana

komponen Pengukuran lapangan Visualisasi pendukung

perancangan

B.13PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

B.15PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

TUJUAN Memperoleh list/daftar komponen infrastruktur prioritas yang akan

ditindaklanjuti dengan penyusunan gambar kerja serta

diimplementasikan pada tahun pertama penanganan

Melakukan pengukuran teknis untuk menentukan komponen-komponen

dari infrastruktur permukiman yang masih bermasalah

Menyusun peta rinci sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan di

lapangan;

Menyusun visualisasi pendukung perancangan dan pembuatan

komponen penanganan kawasan secara visual

Memperoleh gambaran visual kawasan kumuh prioritas secara

komperhensif

Memperoleh detail kebutuhan perancangan komponen infrasruktur

(volume dan dimensi) serta kondisi lapangan teraktual pada kawasan

permukiman kumuh prioritas

3-122 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

METODE Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi, observasi dan pengukuran lapangan (ground survey), teknik penelurusan lokasi (transek)

LANGKAH Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site plan

diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan

sedikitnya memuat: (1) plotting komponen rencana, (2) jenis serta

ukuran komponen rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan,

arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan

dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang dipersyaratkan skala

1:1.000 untuk penanganan tahun pertama.

Penyusunan Visualisasi Pendukung Perancangan, pembuatan

komponen kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari

kondisi kawasan semula dan kondisi kawasan setelah dibangun atau

before-after

penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan

untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat

bentuk dan komponen-komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam

penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya

belum terinci yang disepakati antara pokja kab/kota, stakeholders

kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas.

Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan

stakeholders kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas

Melakukan ground check dan pengukuran yang di sesuaikan dengan

kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan

dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya

di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui

beberapa kriteria, yaitu:

- Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi

penanganan kawasan kumuh;

- Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap

perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan

- Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada

dalam tanah/lahan yang disengketakan

OUTPUT Peta rencana rinci pembangunan tahap pertama yang disusun dengan

memperhatikan berbagai acuan yang ada (peta kebutuhan infarstruktur

skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama dan skala 1:5.000 untuk

jangka waktu tahun 2017-2019)

Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun

Animasi (video/flim yang memperlihatkan kondisi eksisting dan rencana)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-123

Kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan

tahap 1; dan

Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur pembangunan

tahap 1

DURASI 4 (empat) minggu *

*) Terhitung sejak minggu ke-1 bulan ke-5 atau sejak diselesaikannya sub

kegiatan penentuan kawasan prioritas penanganan

Survei detail permukiman kumuh prioritas dilakukan setelah ditetapkannya kawasan prioritas

pada tahapan sebelumnya. Survei ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai

permasalahan kondisi fisik dan non fisik melalui pengamatan secara langsung di kawasan

kumuh prioritas. Pengenalan akan lapangan ini penting dilaksanakan agar mampu menyusun

konsep penanganan yang sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas.

Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa data primer dan data

sekunder (by name by address), diantaranya adalah:

a. Lingkup rumah tangga

Kondisi Bangunan Hunian (Keteraturan bangunan Kelayakan Bangunan Hunian)

Kondisi Penyediaan Air Minum

Kondisi Pengelolaan Sanitasi

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

b. Lingkup Lingkungan

Kondisi Bangunan Hunian (Kepadatan Bangunan)

Kondisi Jalan Lingkungan

Kondisi Drainase Lingkungan (Kejadian Genangan)

Pengamanan Bahaya Kebakaran

Kondisi ketersediaan RTH

c. Data Nonfisik:

Data kependudukan

Data potensi ekonomi eksisting kawasan

Data potensi pengembangan kawasan

Data kebiasaan dan adat istiadat di kawasan

Data identifikasi legalitas lahan dan bangunan hunian

3-124 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Tabel 3.1 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address)

No. Nama Kegiatan Koordinat Kegiatan

Desimal Derajat

RW. 01

1 Pemasangan Box Cuvert 200 x 200 Kali Badek Gg. 8 RW. 01

-8.000959, 112.629219

8°00'03.5"S 112°37'45.2"E

2 Pengaspal Jalan Gg. 08 RW. 01 -8.001166,

112.630024 8°00'04.2"S

112°37'48.1"E

3 Pasang Paving Jalan RT. 09 RW. 01 -8.001452,

112.630665 8°00'05.2"S

112°37'50.4"E

4 Pembuatan Pagar BRC Kali Badek RW. 01 -8.001762,

112.631073 8°00'06.3"S

112°37'51.9"E

5 Pengaspalan Jl. Kolonel Sugiono X dan Jl. Perum. Kota Lama

-8.003769, 112.630384

8°00'13.6"S 112°37'49.4"E

6 Pengaspal dan Pasang Box U 50 x 40 Jl. Kolonel Sugiono XA RT. 07 RW. 01

-8.003343, 112.629358

8°00'12.0"S 112°37'45.7"E

7 Pasang Gorong- gorong D 30 dan Pasang Box U 30 x 40 Jl. Kolonel Sugiono XA RT. 07 RW.01

-8.005136, 112.629657

8°00'18.5"S 112°37'46.8"E

8 Pasang Paving Jalan RT. 14,15,16 -8.007396,

112.626472 8°00'26.6"S

112°37'35.3"E

9 Pemasangan 10 Biofil RW. 01 -8.006230,

112.628126 8°00'22.4"S

112°37'41.2"E RW. 02

10 Pasang Gorong-gorong Gg. Anggrek sampai Gg. Seruni -7.999213,

112.629139 7°59'57.2"S

112°37'44.9"E

11 Pasang Gorong-gorong Gg. Seruni -7.999015,

112.629116 7°59'56.5"S

112°37'44.8"E

12 Pasang Gorong-gorong Gg. Cilung -7.999584,

112.628670 7°59'58.5"S

112°37'43.2"E

13 Perbaikan Aspal Jalan Simpang Sonokeling -7.999551,

112.628418 7°59'58.4"S

112°37'42.3"E

14 Pasang Box U 50 x 70 Jl. Niaga -8.000240,

112.626679 8°00'00.9"S

112°37'36.0"E

15 Pembuatan MCK Komunal jl. Simpang Sonokeling -7.999601,

112.628384 7°59'58.6"S

112°37'42.2"E

16 Pembuatan MCK Komunal Gg. Matahari -7.998488,

112.629020 7°59'54.6"S

112°37'44.5"E

... RW ... ... ... ... ...

*) Daftar komponen tersebut disepakati sebelum dilakukan pendetailan dan perhitungan dengan mempertimbangkan kemungkinanpelaksanaan di lapangan dan dampak penurunan tingkat

kekumuhan dari rencana pembangunan komponen diatas.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-125

Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1

3-126 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.30 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-127

Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi eksisting)

3-128 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Penanganan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-129

Gambar 3.33 Contoh ilustrasi 3D Kawasan

3-130 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.15 Penyusunan

Detailed

Engineering Design

(Gambar kerja,

RAB, RKS)

Penyusunan rencana teknis rinci/gambar kerja (detailed

engineering design/DED) disertai dengan analisa harga

satuan, RAB, dan RKS untuk komponen infrastruk tur

pembangunan tahap 1 yang telah disepakati

A.6PEMBAHASAN PLENO

B.14PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS Daftar rencana

komponen Pengukuran lapangan Visualisasi pendukung

perancangan

B.15PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

B.16PENYEMPURNAAN HASIL PLENO

TUJUAN Menyusun rencana teknis rinci (DED) infrastruktur permukiman

perkotaan pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan

Menyusun Dokumen Lelang yang memuat Rencana Anggaran Biaya

(RAB) dan daftar kuantitas harga

METODE Desk study, studio

LANGKAH penyusunan desain teknis meliputi:

- Pembuatan keyplan dan gambar kerja sebagai pendetailan

komponen prioritas yang ditentukan sebagai acuan pelaksanaan di

lapangan;

- Pembuatan gambar kerja detail dari komponen yang direncanakan

yaitu gambar denah, tampak dan potongan dengan skala yang telah

ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksana lapangan

(skala 1:200, 1:100, 1:50, 1:20, 1:10).

Sedangkan dokumen lelang yang dipersiapkan selain site plan dan

gambar detail diatas mencakup dokumen yang akan digunakan dalam

pengadaan barang dan jasa yaitu:

- Analisa satuan pekerjaan dan RAB; yang disusun dengan

memperhatikan ketentuan yang ada (lihat box 1).

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-131

- Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta spesifikasi teknis, yang

disusun berdasarkan kebutuhan lelang

OUTPUT Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang disepakati

(skala 1:100, 1:50, 1:20, 1:10, 1:5) yang terdiri atas:

a) Peta lokasi komponen (keyplan);

b) Gambar potongan/denah/tampak 2D;

c) Gambar perspektif 3D; dan

d) Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).

Dokumen lelang meliputi:

a) Peta Rinci / Site Plan dan Gambar Detail;

b) Data Hasil Pengukuran dan Kondisi Lapangan;

c) Data survey investigasi lahan dan utilitas

d) Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

dari paket-paket pekerjaan yang disusun (OE);

e) Rincian Volume Pekerjaan (BQ);

f) Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS);

g) Dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan administrasi;

dan

h) Spesifikasi teknis dari masing-masing item komponen rencana

DURASI 8 (delapan) minggu / 2 (dua) bulan *

*) Terhitung sejak awal bulan ke-5 atau sejak diselesaikannya sub kegiatan

penyusunan daftar rencana komponen infrastruk tur

Acuan yang Digunakan dalam Penyusunan DED

Penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi:

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, atau

Standar Teknis Penyusunan Analisa Biaya Komponen DED Standar teknis bidang antara lain: SNI Tahun 2007 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan,

Pada kondisi komponen yang dibuat belum terdapat standar analisa satuan pekerjaan maka dapat digunakan metoda Analisa BOW.

3-132 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.34 Contoh Ilustrasi 3D Komponen DED

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-133

Gambar 3.35 Contoh Gambar Kerja (DED)

3-134 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Gambar 3.36 Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) Komponen

A.6 Pembahasan Pleno Pada bulan kelima/keenam penyelenggaraan kegiatan, akan

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

Nama Pekerjaan : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas (RKP-KP) Kota Malang Item Analisa : DIGESTER Lokasi Pekerjaan : Kota Malang Tahun Anggaran : 2015

No Nama Pekerjaan Vol Satuan Harga Satuan Jumlah Harga

DIGESTER

I Pekerjaan Tanah

1 Pengukuran dan Bouwplank 18,00 m 37.000,00 666.000,00

2 Galian Tanah 41,04 m3 45.900,00 1.883.632,73

3 Timbunan Tanah Kembali 12,31 m3 10.400,00 128.037,78

4 Pemadatan tanah setiap 20 cm 12,31 m3 22.900,00 281.929,34

5 Buangan tanah sisa galian 28,73 m3 13.700,00 393.552,02

6 Pasir Urug, t = 5 cm 0,89 m3 124.500,00 110.929,50

SUB TOTAL.I 3.464.081,37

II Pekerjaan Pasangan dan Beton

1 Beton lantai kerja K 100, t = 5 cm 0,89 m3 697.600,00 621.561,60

2 Beton Plat Dasar tebal = 20 cm K225 tul = 145 kg/m3 2,67 m3 2.946.100,00 7.874.925,30

3 Beton Plat Atas tebal = 12 cm K225 tul = 135 kg/m3 2,53 m3 4.245.000,00 10.745.188,09

4 Beton Tutup Manhole 0,07 m3 4.245.000,00 312.007,50

5 Pasangan Paving block tebal 6 cm 24,00 m2 119.200,00 2.860.800,00

6 Pasangan Batu belah 1Pc : 4 Ps ( penjepit paving block ) 2,16 m3 615.300,00 1.329.048,00

7 Pasangan Batu bata 1Pc : 3 Ps ( Pas 1Bt ) 35,95 m2 190.300,00 6.841.285,00

8 Pasangan Batu bata 1Pc : 3 Ps ( Pas.1/2 Bt ) 1,44 m2 91.000,00 131.040,00

9 Plesteran 1Pc : 3 Ps tebal 15 mm 37,39 m2 36.400,00 1.360.996,00

10 Acian 37,39 m2 19.200,00 717.888,00

11 Saluran drainase terbuka keliling Digester 24,00 m 292.300,00 7.015.200,00

SUB TOTAL.II 39.809.939,49

III Pekerjaan Lain- lain

1 Pipa PVC dia 3/4" AW 12,00 m1 127.800,00 1.533.600,00

2 Bend all socket PVC dia.3/4" AW 2,00 bh 24.000,00 48.000,00

3 Pipa PVC dia 4" AW 3,00 m1 185.200,00 555.600,00

4 Bend all socket PVC dia. 4" AW 2,00 bh 26.000,00 52.000,00

SUB TOTAL.III 2.189.200,00

JUMLAH 45.463.220,86

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-135

diselenggarakan kegiatan Pembahasan Pleno Penyusunan

RP2KPKP yang wajib diikuti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan

Pok janis Kabupaten/Kota.

A.5FGD 3:

PENYEPAKATAN RENCANA AKSI, PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil

RKM)

A.6PEMBAHASAN PLENO

B.15PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

B.16PENYEMPURNAAN HASIL PLENO

A.7KONSULTASI PUBLIK *

TUJUAN Memonitor pencapaian dari kegiatan penyusunan RP2KPKP yang

dilakukan di setiap kabupaten/kota

METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH Menyiapkan materi pembahasan capaian penyusunan RP2KPKP hingga

tahap penyusunan desain teknis yang meliputi bahan tayangan dan

materi visualisasi yang telah disusun;

Mengikuti kegiatan pembahasan pleno dengan memaparkan hasil-hasil

penyusunan RP2KPKP kepada para pemangku kepentingan terkait;

Memaparkan hasil dan proses penyusunan RP2KPKP oleh tim pokjanis

kabupaten/kota; dan

Merumuskan langkah perbaikan berdasarkan masukan terhadap

pencapaian kegiatan RP2KPKP dari pelaksanaan pembahasan pleno

OUTPUT Kesetaraan kualitas dan tingkat kedalaman hasil dari produk RP2KPKP

yang dihasilkan oleh tiap kabupaten/kota; dan

Hasil evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan.

DURASI 1-2 hari *

*) Minggu ke-4 pada bulan ke-5 (Jadwal dan lokasi penyelenggaraan

ditentukan oleh pihak Direk torat PKP, Ditjen Ck, Kementerian PUPR)

Secara proses, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten

penyusun telah melaksanakan kegiatan FGD 3 serta perencanaan partisipatif di kawasan

3-136 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

permukiman prioritas (pelaksanaan rencana kerja masyarakat). Secara substansi, pada saat

pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten penyusun telah memiliki

output akhir hingga tahap DED komponen pembangunan tahap 1 yang disertai dengan

visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, dan animasi

3D).

Dalam konteks administrasi, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh

kota/kabupaten penyusun telah melaksanakan pembahasan laporan akhir sementara di tingkat

provinsi.

B.16 Penyempurnaan

hasil Pleno

Perbaikan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh yang telah disusun berdasarkan hasil

masukan dari pembahasan pleno

A.6PEMBAHASAN PLENO

B.15PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

B.16PENYEMPURNAAN HASIL PLENO

B.17PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP Rencana Aksi 0% Kumuh Rencana Teknis Pembangunan tahap 1 Memorandum Program DED Komponen Prioritas

TUJUAN Menyempurnakan substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh

METODE Desk study

LANGKAH Menginventarisasi catatan masukan penyelenggaraan pembahasan

pleno;

Memperbaiki substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh; dan

Mengkonsultasikan hasil penyempurnaan substansi pasca pembahasan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-137

pleno dengan tim teknis provinsi dan koordinator pusat.

OUTPUT Rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

yang telah disempurnakan hingga ke tahap desain teknis.

DURASI 2 (dua) minggu *

*) terhitung sejak terselenggaranya kegiatan pembahasan pleno.

A.7 Diseminasi dan

Publikasi

Untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, maka

pada awal bulan keenam perlu diselenggarakan kegiatan

diseminasi dan publikasi. Kegiatan diseminasi dan publikasi

ini adalah kegiatan penyebarluasan terhadap muatan

RP2KPKP kepada pemangku kepentingan kabupaten/kota

termasuk masyarakat.

*) Diseminasi dan publikasi ini diselenggarakan melalui

pendanaan pemerintah kota/kabupaten (APBD)

A.6PEMBAHASAN PLENO

B.17PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP Rencana Aksi 0%

Kumuh Rencana Teknis

Pembangunan tahap 1

Memorandum Program

DED Komponen Prioritas

A.7DISEMINASI & PUBLIKASI

TUJUAN Untuk menyebarluaskan hasil penyusunan RP2KPKP yang telah dilakukan

kepada masyarakat

METODE Pemaparan hasil melalui sosialisasi, publikasi media (cetak/elektronik), dll

LANGKAH Menyiapkan materi pemaparan dan publikasi yang meliputi bahan

tayang dan materi visualisasi yang telah disusun

Memaparkan dan mempublikasikan seluruh capaian kegiatan RP2KPKP

3-138 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

OUTPUT Terinformasikannya hasil penyusunan RP2KPKP kepada masyarakat

DURASI 1 minggu

*) Jadwal penyelenggaraan disesuaikan dengan rencana kerja yang telah

disusun

B.17 Penyempurnaan

Dokumen

RP2KPKP

Menyempurnakan Dokumen RP2KPKP sebagai produk akhir

hasil penyusunan substansi RP2KPKP yang memuat seluruh

output kegiatan hingga ke tahap desain teknis.

B.16PENYEMPURNAAN HASIL PLENO

B.17Penyempurnaan DOKUMEN RP2KPKP Rencana Aksi 0% Kumuh Rencana Teknis Pembangunan tahap 1 Memorandum Program DED Komponen Prioritas

A.7KONSULTASI PUBLIK *

B.18FINALISASI & LEGALISASI HASIL (PERWAL/PERBUP)

TUJUAN Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen yang terpadu dan dapat

dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan

METODE Desk study, kompilasi output

LANGKAH Menginventarisasi output/keluaran utama dari kegiatan penyusunan

RP2KPKP;

Sistematisasi seluruh hasil-hasil dari rangkain proses kegiatan yang

disusun dalam dokumen perencanaan yang komprehensif seuai dengan

substansi yang diwajibkan.

Melakukan diskusi pembahasan terhadap konten dan sistematika

penyajian dokumen.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-139

OUTPUT Dokumen Rencana Pencegahan dan peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Perkotaan yang memuat:

Profil kawasan permukiman kumuh hasil verifikasi;

Potensi dan permasalahan permukiman kumuh (pemetaan 7+1

indikator).

Konsep dan Strategi penanganan permukiman kumuh (skala kota dan

skala kawasan);

Hasil penilaian tingkat kekumuhan berdasarkan kriteria dan indikator

(Permen PUPR No.2/2016);

Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

perkotaan;

Distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh;

Skenario penanganan dan desain penanganan kawasan permukiman

kumuh;

Rencana aksi dan memorandum keterpaduan program penanganan;

Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap

pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci

dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan

1:1.000);

Siteplan kawasan permukiman prioritas dan visualisasi pendukung

perancangan

a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)

b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

DURASI 2 (dua) minggu *

*) terhitung sejak minggu ke-2 bulan ke-6 atau sejak diselesaikannya sub

kegiatan penyempurnaan hasil pleno

B.18 Finalisasi dan

legalisasi hasil

Melakukan penyempurnaan Dokumen RP2KPKP serta

menyusun produk hukum (legal drafting) dari substansi

RP2KPKP yang telah disusun

3-140 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

B.17PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP Rencana Aksi 0% Kumuh Rencana Teknis Pembangunan

tahap 1 Memorandum Program DED Komponen Prioritas

B.18FINALISASI & LEGALISASI HASIL (PERWAL/PERBUP)

TUJUAN Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen yang terpadu dan dapat

dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan

METODE legal drafting, pembahasan

LANGKAH Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan dokumen

RP2KPKP yang telah disepakati oleh pemangku kepentingan;

Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan koordinasi dgn SKPD

terkait);

Pengajuan RANPERWAL/RANPERBUP kepada Walikota/Bupati

(melalui SEKDA);

Penyempurnaan perwal/perbup oleh tim penyusun perwal;

Penetapan peraturan Walikota/Bupati.

OUTPUT Berdasarkan timeline penyusunan RP2KPKP yang hanya selama 6 bulan,

output yang diharapkan yaitu tersusunnya naskah draft Peraturan

Walikota/Bupati tentang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Kota/Kabupaten

DURASI 2 (dua) minggu *

*) terhitung sejak minggu ke-3 bulan ke-6 atau sejak diselesaikannya sub

kegiatan penyusunan dokumen RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-141

3.3 KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RP2KPKP meliputi 4 (empat) dokumen,

yaitu:

1. Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP);

2. Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding)Kegiatan;

3. Dokumen/Album Detailed Engineering Design (DED); dan

4. Dokumen/Album Peta.

dengan rincian muatan tiap dokumen sebagai berikut:

1. Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP)

MUATAN Profil kawasan permukiman prioritas;

Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman

prioritas;

Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman

prioritas;

Rencana aksi program penanganan permukiman pada kawasan

prioritas selama 5 tahun;

Momerandum program penanganan kumuh.

Rencana pembangunan tahun 1

Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada

tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan

secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman

skala perencanaan 1:1.000);

Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED)

infrastruktur permukiman untuk kawasan permukiman kumuh yang

pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang

disajikan dalam bentuk 3D; dan

Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan,

rencana aksi program dalam skala :

e) 1:100 (Untuk DED kawasan prioritas)

f) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)

g) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

PENYAJIAN Dokumen ini disajikan sebagai laporan utama; dan

Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar dan peta

3-142 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

yang representatif

2. Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding)Kegiatan

MUATAN Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan

penyepakatan dan sosialisasi;

Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan

penyepakatan dan sosialisasi;

Materi yang disampaikan;

Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan

Proses diskusi

PENYAJIAN Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan

dokumen proses (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan

Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) dan dokumen RP2KPKP;

Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan Sosialisasi,

Konsolidasi Tingkat Provinsi, FGD 1, FGD 2, FGD 3, dan

Kolokium;

Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan

yang dihasilkan yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak yang

hadir dan menyetujui; dan

Tiap kegiatan yang diselenggarakan dilengkapi dengan

dokumentasi foto penyelenggaraan yang disajikan sebagai

lampiran dalam dokumen ini.

3. Dokumen/Album Detailed Engineering Design (DED)

MUATAN DED untuk komponen infrastruktur permukiman dan sektor terkait

lainnya pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

PENYAJIAN Gambar kerja yang ditampilkan dalam Dokumen/Album DED

merupakan kompilasi gambar kerja yang termuat dalam

dokumen RP2KPKP maupun dokumen proses kegiatan (Laporan

Draft Akhir dan Laporan Akhir)

Gambar kerja yang dihasilkan minimal memuat unsur-unsur

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-143

sebagai berikut (contoh terlampir):

a) Instansi yang menerbitkan gambar (pemilik kegiatan);

b) Judul kegiatan;

c) Judul gambar;

d) Pihak yang mengetahui dan menyetujui;

e) Skala gambar (baris dan angka);

f) Keterangan jumlah lembar dan nomor lembar;

g) Legenda/keterangan peta;

h) Peta orientasi/inset; dan

i) Gambar utama peta.

Gambar kerja yang secara visual memanjang dari atas ke bawah

ditampilkan dalam bentuk portrait (contoh terlampir)

Gambar kerja yang secara visual memanjang dari kiri ke kanan

ditampilkan dalam bentuk landscape (contoh terlampir)

Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan daftar isi yang

representatif.

4. Dokumen/Album Peta

MUATAN Peta kondisi eksisting;

Peta rencana

PENYAJIAN Peta yang ditampilkan dalam Album Peta merupakan kompilasi

peta yang termuat dalam dokumen RP2KPKP maupun dokumen

proses kegiatan (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan

Draft Akhir, dan Laporan Akhir)

Peta yang dihasilkan minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut

(contoh terlampir):

j) Instansi yang menerbitkan peta (pemilik kegiatan);

k) Judul kegiatan;

l) Judul peta;

m) Orientasi peta;

n) Skala peta (baris dan angka) disertai keterangan jenis

proyeksi, sistem grid, dan datum horizontal;

o) Sumber data;

p) Legenda/keterangan peta;

q) Peta orientasi/inset; dan

r) Gambar utama peta.

Peta kota/kabupaten/kawasan yang berorientasi utara-selatan

3-144 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

atau secara visual memanjang dari atas ke bawah ditampilkan

dalam bentuk portrait (contoh terlampir)

Peta kota/kabupaten/kawasan yang berorientasi barat-timur atau

secara visual memanjang dari kiri ke kanan ditampilkan dalam

bentuk landscape (contoh terlampir)

Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan daftar isi yang

representatif.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-1

LAMPIRAN 1: OUTLINE LAPORAN PENDAHULUAN

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Maksud, tujuan dan sasaran

3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota

5. Sistematika penyajian

II. KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di

masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih

L-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan

kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan

2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan

3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III. GAMBARAN PROFIL AWAL PERMUKIMAN KUMUH KOTA

Pada bagian ini berisi gambaran secara awal mengenai kondisi awal permukiman

kumuh hasil identifikasi awal.

1. Baseline data kumuh serta SK penetapan lokasi kumuh

2. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta

luasannya

3. Profil awal kawasan permukiman kumuh kota

4. Gambaran kelembagaan lokal ( BKM/KSM )

IV. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pada bagian ini diuraikan mengenai pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian

kegiatan berikut dengan metode analisis yang akan digunakan dalam tiap lingkup

kegiatannya.

1. Pendekatan pelaksanaan kegiatan

2. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

3. Pendekatan dan metode pelaksanaan kegiatan dalam rangkaian penyelesaian

pekerjaan

V. RENCANA KERJA RINCI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai uraian secara rinci dari rencana kerja

yang telah disusun dimana akan menjadi panduan dalam proses penyelesaian kegiatan

penyusunan RP2KPKP. Selain itu akan dijelaskan pula struktur organisasi dalam

pelaksanaan kegiatan RP2KPKP, komposisi tim ahli pendamping, dan jadwal

keterlibatan tenaga ahli pendamping.

1. Program Kerja Rinci

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-3

2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

3. Sistem Pelaporan

4. Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan

5. Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli

6. Jadwal penugasan tenaga ahli

VI. RENCANA TINDAK LANJUT

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai rencana tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan

yang akan dilakukan untuk penyelesaian kegiatan pada tahap selanjutnya, khususnya

sampai dengan Laporan Antara selesai disusun.

L-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

LAMPIRAN 2: OUTLINE LAPORAN ANTARA

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Maksud, tujuan dan sasaran

3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota

5. Sistematika penyajian

II. KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di

masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih

menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan

kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan

2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan

3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III. PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA

Pada bagian ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah

dilakukan sinkronisasi dan verifikasi bersama stakeholder terkait.

1. Baseline data kumuh serta SK penetapan lokasi kumuh

2. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta

luasannya hasil verifikasi

3. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masing-

masing kawasan)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-5

4. Gambaran kelembagaan lokal ( BKM/KSM )

IV. IDENTIFIKASI KEKUMUHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN

Pada bagian ini akan menjelaskan proses penilaian tingkat kekumuhan dan skala

prioritas penanganan sebagai perumusan kebutuhan penanganan sehingga dapat

diketahui kontribusi program penanganan permukiman kumuh sesuai cakupannya.

1. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi dan skala prioritas

penanganan

2. Perumusan kebutuhan penanganan berdasarkan isu dan permasalahan

permukiman kumuh

3. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai

cakupan skala kawasan dan skala lingkungan

V. KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS

PERMUKIMAN KUMUH

Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu

strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.

1. Konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota

2. Strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan

pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota

3. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

skala kawasan

VI. RENCANA TINDAK LANJUT

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai rencana tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan

yang akan dilakukan untuk penyelesaian kegiatan pada tahap selanjutnya, khususnya

sampai dengan Laporan Akhir selesai disusun.

L-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

LAMPIRAN 3: OUTLINE LAPORAN AKHIR

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Maksud, tujuan dan sasaran

3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota

5. Sistematika penyajian

II. KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di

masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih

menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan

kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan

2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan

3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III. PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA

Pada bagian ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah

dilakukan sinkronisasi dan verifikasi bersama stakeholder terkait.

1. Baseline data kumuh serta SK penetapan lokasi kumuh

2. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta

luasannya hasil verifikasi

3. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masing-

masing kawasan)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-7

4. Gambaran kelembagaan lokal ( BKM/KSM )

IV. IDENTIFIKASI KEKUMUHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN

Pada bagian ini akan menjelaskan proses penilaian tingkat kekumuhan dan skala

prioritas penanganan sebagai perumusan kebutuhan penanganan sehingga dapat

diketahui kontribusi program penanganan permukiman kumuh sesuai cakupannya.

1. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi dan skala prioritas

penanganan

2. Perumusan kebutuhan penanganan berdasarkan isu dan permasalahan

permukiman kumuh

3. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai

cakupan skala kawasan dan skala lingkungan

V. KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS

PERMUKIMAN KUMUH

Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu

strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.

1. Konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota

2. Strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan

pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota

3. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

skala kawasan

VI. PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGANAN KUMUH PERKOTAAN

Bagian ini menjelaskanturunan dari konsep dan strategi penanganan kumuh kota serta

hasil penyusunan dokumen-dokumen Memorandum Program

1. Kebutuhan program penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas sesuai

dengan konsep, strategi dan indikator kekumuhan

2. Program dan kegiatan penanganan kumuh terkait pencegahan tumbuhnya

permukiman kumuh baru

3. Program dan kegiatan penanganan kumuh terkait peningkatan kualitas

permukiman kumuh

4. Dasar pertimbangan pentapan Kawasan Pembangunan Tahap 1

L-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

5. Program Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1

VII. RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Merupakan bagian yang akan memuat Dokumen Rencana Aksi Program Penanganan

Permukiman Kumuh Perkotaan (Memorandum Program) berupa Rencana Program dan

Rencana Investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota

secara bersama oleh seluruh stakeholders.

1. Rencana aksi program pencegahan dan peningkatan permukiman kumuh skala

kota dan skala kawasan

2. Memorandum Program Pembangunan Ke-Cipta Karya-an Termasuk Rencana

Investasi

3. indikasi program dan kegiatan penanganan tahun 2017 dan indikasi penyusunan

ded kawasan prioritas tahun 2017

4. Rencana Aksi Masyarakat (CAP) dan prioritas kebutuhan

VIII. RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN KAWASAN PENANGANAN PRIORITAS

1. Rencana Pembangunanan Penanganan Permukiman Tahap I

2. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) Kawasan Penanganan

Prioritas

3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Daftar Kuantitas Harga

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-9

LAMPIRAN 4: OUTLINE DOKUMEN RP2KPKP

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Maksud, tujuan dan sasaran

3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota

5. Sistematika penyajian

II. KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di

masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih

menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan

kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan

2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan

3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III. PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA

Pada bagian ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah

dilakukan sinkronisasi dan verifikasi bersama stakeholder terkait.

1. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta

luasannya hasil verifikasi

2. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masing-

masing kawasan) dan gambaran kelembagaan lokal (BKM/KSM)

L-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

3. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi dan skala prioritas

penanganan

4. Perumusan kebutuhan penanganan berdasarkan isu dan permasalahan

permukiman kumuh

5. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai

cakupan skala kawasan dan skala lingkungan

IV. KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS

PERMUKIMAN KUMUH

Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu

strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.

1. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

sampai dengan pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota

2. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

skala kawasan

V. RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Merupakan bagian yang akan memuat Dokumen Rencana Aksi Program Penanganan

Permukiman Kumuh Perkotaan (Memorandum Program) berupa Rencana Program dan

Rencana Investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota

secara bersama oleh seluruh stakeholders.

1. Program dan kegiatan penanganan kumuh terkait pencegahan peningkatan

kualitas permukiman kumuh

2. Program Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1

3. Rencana aksi program pencegahan dan peningkatan permukiman kumuh skala

kota dan skala kawasan

4. Memorandum Program Pembangunan Ke-Cipta Karya-an Termasuk Rencana

Investasi

5. Indikasi program dan kegiatan penanganan tahun 2017 dan indikasi penyusunan

ded kawasan prioritas tahun 2017

6. Rencana Aksi Masyarakat (CAP) dan prioritas kebutuhan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-11

VI. RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN KAWASAN PENANGANAN PRIORITAS

1. Rencana Pembangunanan Penanganan Permukiman Tahap I

2. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) Kawasan Penanganan

Prioritas

3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Daftar Kuantitas Harga

Lampiran dokumen RP2KPKP :

A. Rencana Kerja Masyarakat

1. SK dan profil kumuh perkotaan

2. Berita acara setiap kesepakatan dan persetujuan hasil analisa teknis kajian

3. Dokumentasi potensi dan permasalahan kumuh (kondisi eksisting) dalam bentuk foto,

video dan tangkapan drone/film/foto udara

4. Konsep dan desain dan scenario penanganan dalam bentuk desain 3D

B. DOKUMEN DED

1. DED, RAB dan RKS (dilengkapi dengan analisa biaya dan harga satuan)

LAMPIRAN 5: OUTLINE LAPORAN BULANAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. URAIAN SINGKAT KEGIATAN RP2KPKP

1.1 Latar Belakang Kegiatan

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Maksud Pekerjaan

1.2.2 Tujuan Pekerjaan

1.2.3 Sasaran Pekerjaan

L-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

1.3.1 Ruang Lingkup Substansi

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

II. PROGRES DAN CAPAIAN KEMAJUAN PEKERJAAN PADA BULAN KE-x

2.1 Rencana kerja (keseluruhan)

2.2 Rencana dan capaian pelaksanaan kegiatan bulan 1

2.2.1 Lingkup dan rencana kegiatan bulan 1 (jelaskan sesuai poin-poin di

pedoman)

2.2.2 Progress pencapaian pelaksanaan kegiatan bulan 1 (jelaskan sesuai poin-

poin di pedoman)

2.2.3 Mobilisasi tenaga ahli pekerjaan RP2KPKP bulan 1

2.3 Rencana kegiatan bulan berikutnya

LAMPIRAN

a. Kurva S

b. Foto-foto

c. Rincian kegiatan harian per tenaga ahli (ditandatangani oleh tenaga ahli tersebut dan

direktur)

d. Daftar hadir personil

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP L-13

LAMPIRAN 6: OUTLINE PROCEEDING

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan Kegiatan Diskusi

1.2 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Kegiatan Diskusi

1.2.1 Pra FGD

1.2.2 FGD

1.3 Keluaran yang Diharapkan

1.3.1 Pra FGD

1.3.2 FGD

1.4 Kedudukan Kegiatan Diskusi

1.5 Metode dan Proses Penyelenggaraan Diskusi

1.6 Peserta Diskusi

1.7 Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Diskusi

1.7.1 Pra FGD

1.7.2 FGD

II. KESIMPULAN DAN CAPAIAN KEGIATAN

LAMPIRAN

A. Risalah Kegiatan Diskusi

B. Berita acara kegiatan diskusi

C. Dokumentasi Kegiatan Diskusi

D. Daftar Hadir Kegiatan Diskusi

E. Materi Presentasi

L-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

LAMPIRAN 7: FORMAT BERITA ACARA KESEPAKATAN FGD

BERITA ACARA KEGIATAN

FOCUS GRUP DISCUSSION (FGD) I/II/III

Pekerjaan : Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota/Kabupaten ……………. TA 2016 (APBN)

Perihal : Penyepakatan Profil Permukiman Kumuh Hasil Verifikasi

Pada hari ini, ……….., tanggal ….. bulan ……. tahun dua ribu enam belas (…-…-2016) pukul

…:.... bertempat di ………………………, Kota/kabupaten……………, telah dilaksanakan FGD I

RP2KPKP Kota/Kabupaten……………, mengenai penyepakatan profil permukiman kumuh

hasil verifikasi, yang dihadadiri oleh Satuan Kerja Pengembangan Permukiman dan Provinsi

………………….., Pokjanis Kota/Kabupaten……………, Dinas/Instansi terkait, Konsultan

Pelaksana Kegiatan serta unsur lainnya sebagaimana terlampir dalam absensi pelaksanaan

kegiatan. Adapun beberapa hal yang dihasilkan dalam FGD I ini antara lain:

……………………..

………………….....

Demikian Berita Acara FGD I Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota/Kabupaten………………..ini dibuat dan

ditanda tangani oleh Ketua Tim Konsultan Pelaksana Kegiatan, Kepala Satuan Kerja

Pengembangan Permukiman dan Perbatasan Provinsi………………. dan perwakilan dari

Pokjanis Kota/Kabupaten………………...

Kota/Kabupaten, …. …………… 2016

Nama Jabatan Tanda Tangan

Tim Teknis Provinsi

(Kepala Satker)

Pokjanis (Ketua)

Pokjanis (anggota)

TAP