28
Penelitian Ilmu Kebahasaan(Proses Morfologi Dalam Muna) Penelitian Ilmu kebahasaan(Bahasa Daerah Muna) BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang dan Pendahuluan Latar Belakang Pengembangan kebudayaan nasional diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap dimensi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa. Bahasa daerah sebagai bagian dari kebudayaan sangat bermanfaat bagi masyarakat pemakainya, terutama sebagai alat komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya saling pengertian, saling sepakat dan saling membutuhkan dalam kehidupan. Disamping itu, melalui suatu bahasa daerah akan memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara warga pemakainya. Bahasa Muna sangat penting keberadaanya dalam kehidupan masyarakat. Seseorang yang lahir dari masyarakat tersebut, menjadi suatu keharusan untuk

Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

Penelitian Ilmu Kebahasaan(Proses Morfologi Dalam Muna)

Penelitian Ilmu kebahasaan(Bahasa Daerah Muna)

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Pendahuluan

Latar Belakang

Pengembangan kebudayaan nasional diarahkan untuk memberikan wawasan

budaya dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap dimensi

kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta ditujukan untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri

dan kepribadian bangsa.

Bahasa daerah sebagai bagian dari kebudayaan sangat bermanfaat bagi

masyarakat pemakainya, terutama sebagai alat komunikasi sehingga

memungkinkan terjadinya saling pengertian, saling sepakat dan saling

membutuhkan dalam kehidupan. Disamping itu, melalui suatu bahasa daerah

akan memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara warga pemakainya.

Bahasa Muna sangat penting keberadaanya dalam kehidupan masyarakat.

Seseorang yang lahir dari masyarakat tersebut, menjadi suatu keharusan untuk

mengetahui, memahami dan mampu menggunakan bahasa tersebut supaya Ia

tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengintegrasikan diri

dalam masyarakat yang bersangkutan karena bahasa merupakan sesuatu yang

tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Secara umum, bahasa Muna berfungsi sebagai alat komunikasi dan penghubung

diantara mereka (masyarakat Muna). Selain fungsinya secara umum sebagai alat

komunikasi, bahasa tersebut juga memiliki fungsi khusus, yaitu fungsi persona

dan interpersona, fungsi direksi, fungsi referensial, dan fungsi imajinatif.

Dengan adanya bahasa dan fungsi-fungsi ini, seorang individu mempunyai

Page 2: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

sarana untuk mengungkapkan diri, membina hubungan sosial, menyuruh orang

lain melakukan sesuatu tindakan, menampilkan sesuatu dengan bahasa dan juga

memiliki kemampuan untuk mencipta, mengungkapkan ide, gagasan dan

sebagainya.

Dalam hubungan dengan bahasa indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai(1)

pendukung bahasa nasional (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah

tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pelajaran bahasa indonesia

dan mata pelajaran lain, dan(3)alat pengembangan dan pendukung kebudayaan

daerah ( Amrun Halim dalam Fachrudin 1983 : 4-5).

Selanjutnya Prof.Dr. Slametmuljana mengatakan “ Antara bahasa Indonesia dan

bahasa daerah telah terjadi kontak sosial dan budaya yang aktif. Jiwa bahasa

Indonesia dan bahasa daerah telah bertemu. Kedua bahasa yang bersangkutan

mulai saling memperhatikan, akhirnya saling mempengaruhi( Badudu, 1987 :

13)”.

Mengingat pentingnya fungsi dan kedudukan bahasa daerah dalam kaitanya

dengan pertumbuhan, perkembangan dan pembakuan bahasa nasional serta

kepentingan pembinaan dan pembakuan bahasa nasional serta kepentingan

pembinaan dan pengembangan bahasa daerah sebagai salah satu unsur

kebudayaan, maka bahasa-bahasa daerah perlu dipelihara, dibina dan

dikembangkan sebagai upaya untuk memperkaya perbendaharaan kata bahasa

Indonesia. Hal ini sejalan dengan ketetapan MPR NO. 11/ MPR/ 1993, tentang

Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) antara lain menyebutkan sebagai

berikut:

Pembinaan bahasa daerah perlu terus dilanjutkan dalam rangka pengembangan

serta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan

nasional sebagai salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa. Perlu

ditingkatkan penelitian, pengkajian dan pengembangan bahasa dan sastra daerah

serta penyebarannya melalui berbagai media.

Pengenalan bahasa-bahasa daerah melalui berbagai upaya penelitian sangat

Page 3: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

penting artinya dalam masa pembangunan dewasa ini, karena selain untuk

memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia juga merupakan salah satu

peletak dasar bagi kesatuan dan persatuan bangsa serta dapat menanamkan rasa

saling menghargai diantara sesama warga negara.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Gorys Keraf, yakni :

Dalam masa perkembangan dan pembangunan ini bahasa-bahasa daerah masih

amat diperlukan untuk:

Memperkaya bahasa indonesia terutama dalam memperkaya perbendaharaan

kata-kata dan bentuk kata.

Dengan mengenala bahasa daerah kita bisa mengenal pelbagai macam faktor

penting yang menentukan corak dan struktur masyarakat indonesia.

Dengan mengenal berbagai aspek bahasa-bahasa daerah, kita dapat melihat

adanya kesamaan tema, gaya bahasa dan ragam kesusastraanya (1984:20).

Pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah dengan melalui berbagai

upaya penelitian sangat perlu dilakukan.

Bahasa Muna sebagai salah satu bahasa daerah di Sulawesi Tenggara,

diwariskan dan dipelihara secara turun temurun oleh pendudk Kabupaten

Muna .

Dalam laporan penelitian yang dilakukan oleh Syahrudin Kaseng (1983) yang

berjudul , “Pemetaan Bahasa- Bahasa di Sulawesi Tenggara” mengiventarisasi

20 bahasa di sulaweai tenggara menurut penamaan masyarakat pemakainya. Di

antara20 bahasa yang terinventarisasi itu, selanjut nya beliau mengkategorikan

kedalam 11 bahasa yakni (1) Tolaki, (2) Muna, (3) Masiri, (4) Bosoa, (5)

Wakatobi, (6) Wolio Kamaru, (7) cia-cia Wabula, (8) Mornene-Kabaena, (9)

Kulisusu- Wawonii, (10) Lawelu- Kakenauwe- Kambowa, dan (11)

Mawasangka- Siompu- Laompo- Katobengke. Pengkategorian tersebut

didasarakan pada 200 kata dasar yang dikemukakan oleh Swadesh. Adanya

penamaan bahasa Mawasangka yang dirangkaikan bersama- sama dengan

Siompu, Laompo dan Katobengke didasarkan atas penamaan yang diberikan

Page 4: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

informan di tempat mereka bermukim.

Dalam pergaulan antarwarga pendukung bahasa Muna, bahasa ini memegang

peranan penting. Peranan ini dapat dilihat baik sebagai alat komunikasi utama

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam upacara – upacara adat dan

kesenian. Di samping itu, bahasa Muna berperan sebagai bahasa pengantar di

Lembaga Pendidikan, baik informal maupun pendidikan formal khususnya pada

kelas-kelas permulaan Sekolah Dasar.

Melihat peranan bahasa Muna yang cukup besar , maka salah satu usaha untuk

membina dan memelihara bahasa tersebut adalah dengan penelitian.

penelitian ini diharapakan akan sangat bermanfaat dalam rangka usaha

pembinaan dan pengembangan bahasa Muna dan merupakan pengejawantahan

makna pernyataan Undang –Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Di pihak

lain. Di pihak lain penelitian ini diharapkan pula mengemukakan deskripsi

tentang proses morfologi nomina dalam bahasa daerah muna yang selanjutnya

akan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber dalam pembinaan dan

pengembangan bahasa nasional, bahasa Indonesia, seperti yang diperankan oleh

bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Masalah

Masalah dalam kebahasaan sebenarnya masih cukup banyak belum digarap.

Dalam bidang morfologi saja masih banyak permasalahan bahasa Muna yang

perlu segera diselesaikan. Namun, tentu saja tidak akan sekaligus dapat kita

selesaikan semua masalah itu karena berbagai hambatan dan keterbatasan yang

kita miliki. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya digarap sebuah aspek

kecil saja dari bidang morfologi itu, yakni yang berkaitan dengan nomina

bahasa Muna.

Berdasarkan uraian di atas maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah

bagaimana proses morfologi nomina dqalam Bahasa Muna?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Page 5: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

1.2.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh data deskriptif yang lengkap tentang proses

morfologi nomina bahasa Muna.

1.2.2 manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sebagai sumbangan dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa, baik

untuk bahasa Muna itu sendiri maupun untuk bahasa Nasional, bahasa

Indonesia.

Sebagai bahan perbandingan bagi mereka yang berminat untuk mengadakan

penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

Membantu siswa dwibahasawan Muna – Indonesia dalam memahami struktur

bahasa Muna sehingga dapat mengatasi kemungkinan terjadinya interferensi

bahasa Muna terhadap bahasa Indonesia.

1.3 Ruang Lingkup

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian di atas maka ruang lingkup

penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut (1) ciri nomina bahasa Muna yang

terdiri atas ciri morfologis, ciri sintaksis dan ciri semantis, (2) bentuk nomina;

(3) fungsi dan makna nomina dalam hubungannya dengan afiksasi, reduplikasi

dan pemajemukan.

1.4 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk deskripsi sehingga secara keseluruhan

diklarifikasikan menjadi lima bagian utama atau bab, yakni sebagai berikut:

Pendahuluan, yakni uraian mengemukakan tentang masalah dan tujuan

penelitian. Dengan demikian pokok-pokok yang dikembangkan adalah (1) latar

belakang dan masalah (2) tujuan dan manfaat penelitian, (3) ruang lingkup

penelitian, (4) sistematika penulisan.

Landasan teori, yakni uraian yang mengemukakan tentang teori –teori yang

mendasari penelitian ini. Dengan demikian, pokok-pokok yang dikembangkan

adalah: (1) morfologi , (2)morfem dan kata, (3) proses morfologi ,(4)

Page 6: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

morfofonemik, (5) batasan dan ciri nomina.

Metode dan prosedur penelitian yakni uraian mengemukakan tentang cara kerja

dalam penelitian. Dengan demikian pokok-pokok yang dikembangkan adalah : :

(1) sumber data, (2) metode dan teknik pengumpulan data, (3) prosedur

penelitian, (4) Teknik analisis data.

Data dan analisis data yakni bagian yang menguraikan tentang hasil penelitian.

Dengan demikian pokok-pokok yang dikembangkan adalah (1) ciori nomina

baik ciri morfologis, ciri sintaksis maupun ciri semantisnya, (2) bentuk nomina,

(3) fungsi dan makna nomina.

Simpulan dan saran yakni uraian yang mengemukakan penemuan hal-hal

penting serta langkah-langkah yang dianjurkan untuk penerapan hasil

penelitian. Dengan demikian pokok-pokok yang dikembangakan adalah (1)

simpulan, dan (2) saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

Page 7: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

Dalam penelitian ini diterapakan teori linguistik struktural dengan berpedoman

pada buku –buku linguistik yang relevan. Pemilihan teori ini sebagai acuan

berdasarkan alasan bahwa analisis proses morfologi nomina termasuk ke dalam

analisis struktural bahasa dan penelitian ini bersifat deskripsi.

Teori yang dikemukakan pada tulisan-tulisan itu terutama bagian-bagian yang

diterapkan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

2.1 Morfologi

Pengertian morfologi yang dijadikan acuan adalah pendapatan para ahli bahasa

sebagai berikut:

Morfologi is the study of morphemes and their arrangements in forming words.

Morphemes and the minimal meaningflunits which my contute words or partt of

woeds, c.q.re-, -un, ish, -ly, -coive, demand, untie, boyish, likely. The

morphemes arrangements wich are treated, under, the morfologi of a language

include all combinations that form words or part of words(Nida dalam Mursalin,

1992:4).

Morfologi adalah studi tentang morfem dan prosesnya dalam pembentukan kata.

Morfem adalah satuan –satuan terkecil yang mengandung makna yang dapat

berupa kata atau bagian kata, seperti re-, de-, un-, -ish, -ly, -coive,-mand, tie,

boy, and like dalam gabungan receive, demand, untie, boyish, likely. Susunan

morfem yang dibicarakan suatu bahasa termasuk semua gabungan yang

membentuk kata atau bagian kata.

Ramlan (1987:21) mengemukakan ,” Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa

yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta

pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata”.

Harimurti Kridalaksana dalam kamus Linguistik, membatasi pengertian

morfologi sebagai, “ Bidang linguistik yang mempelajari morfem dan

kombinasi –kombinasinya”. Atau “ Bagian dari struktur bahasa yang

mencangkup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem”, (1984:129).

Dari defenisi-defenisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa morfologi adalah

Page 8: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

salah satu cabang dari ilmu bahasa atau linguistik yang secara khusus

mempelajari seluk-beluk morfem serta gabungan antara morfem-morfem.

Sebagai ilustrasi akan dikemukakan proses pembentukan kata dasar mate

menjadi kafekamate. Kata dasar mate ‘mati’ diberi awalan kan- menjadi kamate

‘yang mati’. Awalan kan- pada kata kamate dapat menerima awalan fe-

sehingga terbentuk kata fekamate ‘matikan’. Awalan fe- masih dapat pula

menerima awalan ka- berikutnya sehingga terbentuklah kata kafekamate ‘alat

untuk mematikan’.

2.2 Morfem dan Kata

2.2.1 Morfem

Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang tidak

mempunyai satuan lain sebagai unsurnya( Ramlan,1987:32). Harimurti

Kridalaksana(1984:128) menyebutkan bahwa “ Morfem adalah satuan bahas

terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas

bagian yang bermakna yang lebih kecil , misalnya ter-, di-, pensil dan

sebagainya adalah morfem”. Sedangkan Samsuri (1982:170) menyebutkan

bahwa “ Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama

atau mirip yang berulang”.

Bentuk rumah adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi menjadi bentuk

terkecil yang mengandung makna. Bentuk meN- juga sebuah morfem karena

tidak dapat dibagi menjadi beberapa bentuk terkecil yang mengandung makna.

Dalam pemakaianya, baik bentuk rumah maupun bentuk meN- selalu berulang,

baik untuk yang sama maupun mirip seperti dalam pemakaian pada rumahnya,

perumahan, berumah, menulis, membaca, mengarang, dan sebagainya.

Bentuk linguistik itu ada yang merupakan bentuk bebas dan ada pula yang

merupakan bentuk terikat. Setiap bentuk linguistik yang berupa bentuk tunggal,

baik itu berupa bentuk bebas maupun bentuk terikat, merupakan sebuah

morfem. Oleh karena itu, morfem ada yang merupakan morfem bebas dan ada

pula yang morfem terikat. Morfem bebas ialah morfem yang berupa bentuk

Page 9: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

tunggal bentuk bebas, misalnya lari, duduk,makan, meja, kursi, kamar; dan

morfem terikat adalah semua bentuk tunggal bentuk terikat, misalnya di-, ke-,

dari, ber-, pen-, ter_.

2.2.2 Kata

Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah

kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan yang mengandung suatu ide ( Gorys

Keraf,1984:53). Sedangkan Ramlan (1987:33) mengatakan, “Kata ialahsatuan

bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan

kata”. Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan, negara,

negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan, ruang, ruangan, buku,

ketidakadilan, mencampuradukan, mempertanggungjawabkan, dan sebagainya,

masing-masing merupakan kata karena masing-masing merupakan satuan

bebas.

Dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa:

Kata adalah (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap

sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas: (2)

satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal (mis: batu,

rumah, datang dsb.) atau gabungan morfem (mis: pejuang, mengikuti, pancasila,

mahakuasa dsb.) ( Harimurti Kridalaksana,1984:89).

2.3 Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang

merupakan bentuk dasarnya,(Ramlan,1987:51) atau cara pembentukan kata-kata

dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang

lain( Samsuri,1987:55). Proses pembentukan kata itu ada bermacam-macam

diantaranya afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.

2.3.1 Afiksasi

Afiksasi adalah pembentukan kata dengan jalan pembubuhan afiks pada suatu

Page 10: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

bentuk. Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata

merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki

kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau

pokok kata baru(Ramlan, 1987:55).

Dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa” Afiksasi adalah proses atau hasil

penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas( Harimurti Kridalaksana,1984:24).

Ramlan (1987:54), menjelaskan bahwa” Proses pembubuhan afiks ialah afiks

pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk

kompleks, untuk membentuk kata”. Misalnya pembubuhan kata afiks ber- pada

jalan menjadi berjalan, pada sepeda menjadi bersepeda, pada gerilya menjadi

bergerilya; pembubuhan afiks meN- pada tulis menjadi menulis, pada cuci

menjadi mencuci, pada baca manjadi membaca.

2.3.2 Reduplikasi

Reduplikasi atau pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan jalan

pengulangan bentuk, baik seluruhnya ataupun sebagian, baik dengan fariasi

fonem atau tidak. Hasil reduplikasi ini disebut kata ulang, sedangkan bentuk

yang diulang itu merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah

dari bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dibentuk dari

bentuk dasar perumahan, kata ulang berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar

berjalan, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik.

2.3.3 Pemajemukan

Kata majemuk adalah kata yang terdiri atas dua kata atau lebih sebagai

unsurnya (Ramlan,1987:76). Sedangkan Samsuri (1987:199) mengemukakan

bahwa” Kata majemuk ialah konstruksi yang terdiri atas dua morfem atau lebih

atau dua kata atau lebih: konstruksi ini bisa berupa akar + akar, pokok+pokok,

atau akar + pokok (pokok + akar), yang mempunyai suatu pengertian.”

Akhirnya berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dikemukakan ciri-ciri kata

majemuk sebagai berikut:

Page 11: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

Gabungan itu membentuk suatu arti baru.

Gabungan itu dalam hubungannya keluar membentuk satu pusat yang menarik

keteramgan-keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.

Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.

Frekuensi pemakaiannya tinggi.

Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris terbentuk menurut

hukum DM (Diterangkan mendahului menerangkan), (Gorys Keraf,1984:126).

Apabila dua morfem berhubungan atau diucapakan yang satu sesudah yang lain,

sering terjadi perubahan fonem yang bersinggungan. “ Studi tentang perubahan-

parubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih itu serta

pemberian tanda-tandanya disebut morfofonemik”(Samsuri,1987:201).

Sedangkan Ramlan( 1987:35) menyebutkan “ Morfofonemik mempelajari

perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem

yang satu dengan morfem yang lain”.

Misalnya pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk

mengajar. pada proses morfologis ini telah terjadi perubahan fonem pada

morfem ber-, yakni fonem /r/ berubah menjadi/l/. Pertemuan morfem meN-

dengan morfem lihat menghasilkan kata. Di sini telah terjadi perubahan fonem

dari morfem meN- menjadi me-. Perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan

dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf kapital

(seperti pada meN-) yang pada realitas fonemis biasa berupa beberapa macam

fonem disebut morfofonem.

Proses morfofonemik bahasa Muna sulit di jumpai. Satu-satunya prefiks yang

mengalami proses morfofonemik ialah prefiks kaN-. Hal ini dapat dilihat dalam

contoh berikut:

kaN- +/tofa/ ‘cuci’ /katofa/ ‘cucian’

kaN- + /tunu/ ‘bakar kantunu/ ‘yang dibakar’

kaN- + /tisa/ ‘tanam’ /kantisa/ ‘yang ditanam’

kaN- + /tolau/ ‘terlanjur’ /kantolau/ ‘nazar’

Page 12: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

kaN- +/kuni/’ kuning’ /kangkuni/ ‘yang kuning’

kaN- + /pooli/ ‘dapat’ /kampooli// ‘yang didapat’

kaN- + /tapu/ ‘ikat’ /katapu/ ‘ikatan’

2.5 Batasan dan Ciri Nomina

Nomina sebagai salah satu kelas kata dapat dapat diidentifikasi berdasarakan

ciri-ciri yang membedakannya dengan kelas kata yang lain. Batasan mengenai

nomina telah diberikan oleh para pakar bahasa dengan dasar ciri tertentu yang

menggunakan istilah yang bervariasi.

Gorys Keraf(1984:86) mengemukakan ,“Segala macam kata yang dapat

diterangkan atau diperluas dengan yangt + kata sifet adalah kata benda”.

Sedangkan Ramlan mengemukaksn, “Nomina dalah semua kata yang dapat

tempat objek dan apabila Ia dinegatifkan, maka dinegatifkan dengan kata

bukan”(dalam Prawirasumantri,1986:74). Harimurti Kridalaksana (1990:66)

mengemukakan, “Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak

mempunyai potensi untuk (1)bergabung dengan partikel tidak, (2)mempunyai

potensi untuk didahului oleh partikel dari’.

Sejalan dengan definisi terebut di atas, dalam Tata Bahasa Baku Indonesia

(1988:152) dijelaskan sebgai berikut:

Nomina yang serimg juga disebut kata benda dapat dilihat dari dua segi, yakni

segi semantis dan segi sintaksis.dari segi semantis kita dapat mengatakan bahwa

nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep

atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing,meja dan

kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri

tertentu: (1)Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung

menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap. Kata pemerintah dan

perkembangan dalam kalimat. Pemerintah akan memantapkan perkembangan

dalam nomia. Kata pekerjaan dalam kalimat, Ayah mencarikan saya pekerjaan

adalah nomina. (2)Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar dan tindak. Kata

Page 13: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

pengingkarnya ialah bukan tidak pernah berkontras dengan tidak. (3)Nomina

lazimnya dapat diikuti oleh adjektiva baik secara langsung maupun dengan

perantaraan kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah adalah nomina

karena dapat bergabung menjadi buku baru, rumah mewah atau buku yang baru,

dan rumah yang mewah.

BAB III

METODE dan PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Objek penelitian ini adalah bahasa Muna yang di pakai di daratan Pulau Muna

oleh masyarakat Desa Lalemba di Kecamatan Lawa.

Sumber data yang menjadi sasaran penelitian ini adalah pemakai Bahasa Muna

Page 14: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

pada umumnya yang berdomisili di kecamatan Lawa khususnya Desa Lalemba.

Penentuan penutur sebagai informan dilakukan secara khusus sesuai denganj

sifat dan tujuan penelitian ini. Oleh karena penelitian ini bertujuan memberikan

analisis dekriptif struktur bahasa, informan dianggap tidak perlu diambil dalam

jumlah yang besar dan tidak diperlukan lebih dari satu informan yang baik atau

representatif(Samarin, dalam Kadir Mulya, 1990: 7). Namun, untuk lebih aman

dan kesahihan maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa informan di

samping peneliti sendiri sebagai penutur sendiri bahasa Muna.

Untuk mendapat data yang representatif penentuan informan dalam penelitian

ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

Informan adalah penutur asli bahasa Muna yang ucapannya jelas dan fasih.

Informan sudah dewasa (30-50).

Memiliki organ artikulasi yang masih utuh.

Informan tidak meiliki cacat bicara seperti gagap, cadel, dan sebagainya.

Informansi bersedia diwawancarai dan mempunyai waktu yang cukup.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan

dan keputusan dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Elisitasi

Teknik ini menggunakan pertanyaan langsung dan terarah yang ditujukan

kepada informan untuk memperoleh ujaran atau kalimat yang bertalian dengan

masalah yang diteliti.

Perekaman

Teknik perekaman digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul melalui

teknik eliitasi. Rekaman dapat dilakukan dengan rekaman pilihan dan rekaman

spontan. Rekaman spontan ialah rekaman yang diambil dengan tidak

mementingkan masalah yang dibicarakan seperti pembicaraan atau obrolan

Page 15: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

spontan. Sedangkan rekaman pilihan ialah rekaman yang dilakukan dengan

memprsiapkan terlebih dahulu masalah yang akan dibicarakan untuk direkam.

Pengumpulan Bahan Tertulis

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan tertulis mengenai

bahasa daerah Muna, seperti naskah-naskah hasil penelitian tentang bahasa

Muna khusnya pada penutur asli yang berdomisili di Kecamatan Lawa

Kabupaten Muna.

3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam empat tahap, yakni tahap

persiapan, tahap pengumpulan data, tahap koreksi dan seleksi data dan tahap

analisis data.

3.3.1 Tahapan Persiapan

Sebelum pengumpulan data dilaksanakan, ada beberapa persiapan yang telah

dilakukan. Persiapan tersebut meliputi uasaha pengurusan surat izin

(rekomendasi) penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Haluoleo Kendari. Rekomendasi tersebut kemudian dilangsungkan

pada Kantor Direktorat Sosial Politik Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, dan

selanjutnya pada Kantor Sosial Politik Daerah Tingkat I Kabupaten Muna.

Kemudian dilangsungkan kepada Kepala Wilayah Kecamatan Lawa selaku

penanggungjawab terhadap lokasi yang menjadi sasaran penelitian.

3.3.2 Tahap Pengumpulan Data

Setelah izin penelitian diperoleh dan persiapan lainnya sudah siap, maka

pengumpulan data akan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2011 – 20 Juli 2011.

Pengumpulan data dilakukan dengan jalan memberikan pertanyaan langsung

dan terarah yang ditujukan kepada informan sehingga memperoleh data yang

diinginkan.

3.3.3 Tahap Koreksi dan Seleksi Data

Page 16: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

Setelah semua data yang diperlukan sudah terkumpul, maka tahap selanjutnya

adalah tahap koreksi dan seleksi data. Pada tahap ini, semua data mentah

dikoreksi dan diseleksi untuk menentukan mana yang dapat dijadikan sebagai

data dan mana yang tidak dapat dijadikan sebagai data.3.3.4 Tahap

Analisis Data

Pada tahap ini data yang diperoleh di lapangan dianalisis secara teliti dan

cermat. Setiap ujaran yang terekam dan kata-kata yang tertulis diklasifikasikan

berdasarkan ruang lingkup masalah penelitian. Klasifikasi tersebut meliputi:

Analisis data untuk menentukan ciri-ciri nomina bahasa Muna.

Analisis data untuk menentukan bentuk-bentuk nomina,

Analisis data untuk menentukan fungsi dan makna nomina.

3.4 Teknik Analisis Data

Oleh karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah linguistik

struktural, maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analaisis yang

biasa digunakan dalam linguistik deskriptif struktural.

Adapun pendekatan yang dipakai dalam menganalisis data dalam penelitian ini

adalah didasarkan pada prinsip-prinsip analisis deskriptif seperti dikemukakan

oleh Nida, yakni

Analisis deskriptif didasarkan pada apa yang diujarkan orang. Implikasi prinsip

ini adalah bahwa data yang dianalisis berupa data lisan, sedangkan data tertulis

dipandang sebagai data pelengkap.

Bentuk (form) adalah primer, sedangkan pemakaian adalah sekunder. Prinsip ini

digunakan untuk menetapkan tahap analisis terutama dalam menetapkan

imbuhan.

Tidak ada bagian ujaran yang dapat diberikan secara tuntas tanpa

mengaitkannya dengan bagian-bagian ujaran lainnya. Prinsip ini dapat

digunakan untuk membenarkan adanya konstruksi morfologis yang demi

Page 17: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

ketuntasan perlu dikaitkan dengan konsrtruksi di atasnya, yakni konstruksi

sintaksis.

Bahasa itu terus-menerus mengalami perubahan. Prinsip ini dipergunakan untuk

membenarkan fluktuasi bentuk-bentuk kata atas pengaruh idiolek. Dengan

demikian bentuk-bentuk yang berfluktuasi itu dapat dipandang sebagai leksikon

yang sama(dalam Muthalib, 1993:8-9).

TUGAS

Page 18: Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna

PROPOSAL PENELITIAN BAHASA

PROSES MORFOLOGIS NOMINA DALAM BAHASA DAERAH MUNA

OLEH

WA KULIA

A1D1 08 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN

DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011