4
1 Menguras Bumi Mendulang Tragedi 1 KERTAS POSISI Koalisi Masyarakat Sipil Sumsel-Jambi-Babel untuk Perbaikan Tata Kelola Minerba Momentum Koordinasi dan Supervisi (Kor- sup) KPK di 12 Provinsi, hingga saat ini dianggap efektif untuk memperbaiki persoa- lan tata kelola sektor minerba. Masyarakat sipil mendukung upaya yang dilakukan KPK ini sebagai upaya “memaksa” perbaikan tata kelola minerba. Dalam konteks monitoring dan evaluasi kemajuan Korsup, Koalisi Ma- syarakat Sipil Sumsel-Jambi-Babel menyam- paikan kertas posisi percepatan perbaikan tata kelola minerba. Kertas posisi ini menyo- roti tumpang tindih izin pertambangan di kawasan hutan, pencabutan izin dan tindak lanjutnya, potensi kerugian penerimaan, bencana ekologis dan kemanusiaan. Tumpang Tindih Izin Pertambangan di Kawasan Hutan D ata Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan (2014) menyebutkan terdapat tumpang tindih izin di kawasan hutan di Sumsel, Jambi, dan Babel. Di Sumsel misalnya, sebanyak 12 izin pertambangan tumpang tindih di dalam kawasan hutan konservasi, 21 izin di kawasan hutan lindung, dan 158 di kawasan hutan produksi (selengkapnya lihat Tabel 1) Tabel 1. Jumlah Izin Pertambangan yang Tumpang Tindih di Kawasan Hutan Provinsi Kawasan Konservasi Lindung Produksi Luas (ha) Sumsel 12 21 158 801.160 Jambi 5 9 - 69.922,44 Bangka Belitung 7 44 70 158.276,67 JUMLAH 24 74 228 1.029.359,11 Sumber : Presentasi Dirjen Planologi Kemenhut, 29 April 2014, Palembang 1 Kertas Posisi koalisi masyarakat sipil yang dipersiapkan sebagai bahan dalam Rapat Koordinasi Korsup KPK sektor Mineral dan Batubara untuk wilayah Sumatra; Palembang 20 November 2014 Kondisi Tambang Emas di Solok Selatan Sumber : Sumatera Bisnis.com

Menguras bumi-mendulang-tragedi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menguras bumi-mendulang-tragedi

1

Menguras Bumi Mendulang Tragedi1

KERTAS POSISIKoalisi Masyarakat Sipil Sumsel-Jambi-Babel untuk Perbaikan Tata Kelola Minerba

Momentum Koordinasi dan Supervisi (Kor-sup) KPK di 12 Provinsi, hingga saat ini

dianggap efektif untuk memperbaiki persoa-lan tata kelola sektor minerba. Masyarakat

sipil mendukung upaya yang dilakukan KPK ini sebagai upaya “memaksa” perbaikan tata

kelola minerba. Dalam konteks monitoring dan evaluasi kemajuan Korsup, Koalisi Ma-

syarakat Sipil Sumsel-Jambi-Babel menyam-paikan kertas posisi percepatan perbaikan

tata kelola minerba. Kertas posisi ini menyo-roti tumpang tindih izin pertambangan di

kawasan hutan, pencabutan izin dan tindak lanjutnya, potensi kerugian penerimaan,

bencana ekologis dan kemanusiaan.

Tumpang Tindih Izin Pertambangan di Kawasan Hutan

Data Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan (2014) menyebutkan terdapat tumpang tindih

izin di kawasan hutan di Sumsel, Jambi, dan Babel. Di Sumsel misalnya, sebanyak 12 izin pertambangan tumpang tindih di dalam kawasan hutan konservasi, 21 izin di kawasan hutan lindung, dan 158 di kawasan hutan produksi (selengkapnya lihat Tabel 1)

Tabel 1. Jumlah Izin Pertambangan yang Tumpang Tindih di Kawasan Hutan

Provinsi Kawasan Konservasi

Lindung Produksi Luas (ha)

Sumsel 12 21 158 801.160

Jambi 5 9 - 69.922,44

Bangka Belitung 7 44 70 158.276,67

JUMLAH 24 74 228 1.029.359,11

Sumber : Presentasi Dirjen Planologi Kemenhut, 29 April 2014, Palembang

1 Kertas Posisi koalisi masyarakat sipil yang dipersiapkan sebagai bahan dalam Rapat Koordinasi Korsup KPK sektor Mineral dan Batubara untuk wilayah Sumatra; Palembang 20 November 2014

Kondisi Tambang Emas di Solok SelatanSumber : Sumatera Bisnis.com

Page 2: Menguras bumi-mendulang-tragedi

2

Di Sumsel misalnya, sebanyak 53 izin pertamban-gan telah beroperasi produksi di kawasan hutan den-gan luas total wilayah operasi mencapai 136.449 ha. Namun faktanya yang baru mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) hanya 23 perusahaan saja dengan luas hanya 6.742 ha. Ini menunjukkan bahwa diduga sebanyak 30 perusahaan yang sudah beroperasi produksi melakukan tindakan illegal di kawasan hutan

Pencabutan Ijin dan Tindak Lanjutnya

Salah satu aksi dari Korsup KPK adalah melaku-kan pencabutan izin pertambangan, khususnya yang diklasifi kasikan tidak Clean and Clear (CnC), tidak memiliki NPWP, melanggar aturan pertanahan, tata ruang dan lingkungan, termasuk tumpang tindih di kawasan hutan. Pada Korsup Minerba pada tanggal 3-5 Juni 2014 di Pangkalpinang, KPK meminta Guber-nur dan Bupati melakukan penataan izin yang salah satunya mencabut izin-izin yang bermasalah. Untuk Babel misalnya, dari total 1.085 izin pertambangan, KPK merekomendasikan mencabut 121 izin yang tumpang tindih di kawasan hutan. Namun dalam per-kembangannya hingga hari ini, yang dicabut hanya

sebanyak 8 izin (Presentasi Dirjen Minerba Kemente-rian ESDM pada Semiloka NKB, 11 November 2014, Jakarta). Data ini menunjukkan bahwa kepala-kepala daerah di Babel tidak serius dalam melakukan pena-taan izin sektor pertambangan. Untuk Sumsel , Jambi dan Babel perkembangan pencabutan izin dapat dili-hat di Tabel 2.

Hal penting yang perlu digarisbawahi adalah me-mastikan izin yang sudah dicabut tidak beroperasi lagi di lapangan dan perusahaan yang telah dicabut izinnya tetap melaksakan kewajibannya.

Potensi Kerugian Penerimaan

Berdasarkan perhitungan land rents yang mengacu pada PP No. 9 Tahun 2012 tentang Tarif dan Jenis Pene-rimaan Bukan Pajak, diperoleh selisih yang signifi kan antara potensi penerimaan daerah dan realisasinya. Selisih antara realisasi penerimaan daerah dengan potensinya kami sebut sebagai potensi kehilangan penerimaan (potential lost). Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Masyarakat Sipil Sumsel-Jambi-Babel untuk Perbaikan Tata Kelola Minerba di tiga provinsi di Sumsel, Jambi dan Babel menunjukkan bahwa se-jak tahun 2010 hingga 2013 perkiraan potensi keru-gian penerimaan mencapai Rp. 248,693 Miliar lebih di Sumsel; Rp 50,467 Miliar lebih di Jambi; dan Rp.6,596 Miliar lebih di Bangka Belitung. Dengan demikian to-tal potensi kerugian penerimaan di tiga provinsi terse-but adalah sebesar Rp. 305,757 Miliar lebih. Informasi lengkap potensi kerugian Penerimaan per kabupaten di tiga Provinsi dapat dilihat di Lampiran 1.2

Bencana Ekologis dan Kemanuasian

Dampak ekologis dan kemanusiaan dari ekspansi industri tambang juga sangat serius. Bencana ekologis

Tabel 2. Jumlah IUP yang Direkomendasikan untuk Dicabut oleh Korsup KPK

Provinsi Jumlah Izin Yang Direkomendasikan Untuk Dicabut di kawasan Hutan (Presentasi Korsup KPK

di Palembang, Jambi dan Pangkalpinang, 2014

Yang Sudah Dicabut (berdasarkan presentasi Dirjen Minerba, Kementerian ESDM, 11 Nov,

Ancol, Jakarta

Sumsel 191 17

Jambi 198 184

Bangka Belitung 121 8

2 Data ini baru sebatas perhitungan land rents, belum termasuk menghitung royalti dan pajak untuk sektor pertambangan.

Pertambangan rakyat di Musi RawasSumber : jurnal independen.com

Page 3: Menguras bumi-mendulang-tragedi

3

seperti banjir sebagai akibat dari perubahan bentang alam dan menurunnya daya dukung lingkungan yang diakibatkan oleh industri pertambangan di Babel mis-alnya bukan saja merusaka pemukiman dan pertanian masyarakat, tapi juga telah memakan korban jiwa. Pada tahun 2013 misalnya tercatat 4 orang tewas ten-ggelam akibat bencana banjir di sekitar kawasan tam-bang.

Contoh kongkrit lainnya adalah kematian akibat dari kecelakaan di lokasi tambang. Di Babel misalnya, pada tahun 20014 saja sebanyak 40 orang telah tewas di lubang galian tambang timah. Sementara pada ta-hun 2013 korbannya jauh lebih besar, yakni mencapai 72 orang.

Terkait kesejahteraan, banyaknya izin pertamban-gan tidak berbanding lurus dengan peningkatan ke-sejahteraan masyarakat. Kab. Musi Banyuasin sebagai salah satu kabupaten yang banyak menerbitkan izin tambang, yakni sebanyak 69 izin hingga 2013, ternya-ta tingkat kemiskinan pada tahun 2013 sangat tinggi, yakni mencapai 18,02% atau 34.277 jiwa dari total pen-duduk 617.000 jiwa (www.mubakab.go.id).

Industri pertambangan juga telah memicu konfl ik di banyak tempat. Sebagai contoh, di Provinsi Kepu-lauan Bangka Belitung sejak tahun 2011-2013 saja te-lah terjadi 23 konfl ik di 6 kabupaten dan 1 kota yang terkena dampak dari ekspansi pertambangan timah.

REKOMENDASI

1. Pencabutan izin tidak hanya melihat aspek admi-nistrasi perizinan dan penerimaan negara, tetapi juga melihat aspek kerusakan lingkungan, pence-maran, konfl ik perusahaan tambang dengan ma-syarakat lokal dan bencana ekologi.

2. Buruknya tata kelola Minerba diakibatkan oleh rendahnya kepatuhan pelaku industri tambang terhadap peraturan perundang-undangan dan le-mahnya penegakan hukum. Untuk itu memasti-kan izin yang sudah dicabut tidak beroperasi lagi di lapangan dan perusahaan yang telah dicabut izinnya tetap melaksakan kewajibannya

3. Mendesak aparat penegak hukum untuk memper-kuat penegakan hukum dan kepada pemerintah untuk menindak tegas perusahaan tambang yang tidak patuh pada peraturan perundang-undangan.

4. Pencabutan izin tidak menghapuskan aspek pidana yang dilakukan oleh pelaku kejahatan lingkungan di sektor tambang. Proses hukum tetap berjalan.

5. Mendesak Gubernur untuk menerbitkan kebijakan moratorium tambang dan me-review seluruh izin tambang yang ada dan menertibkannya.

6. Meminta kepala daerah (Gubernur dan Bupati) untuk mencabut seluruh perda/perbub/SK yang mengobral izin untuk industri tambang dan berpo-tensi merugikan negara dan merusak lingkungan

7. Meminta KPK untuk mengusut semua pelaku ke-jahatan tambang di Sumsel, Jambi dan Babel yang merugikan keuangan Negara.

Penambangan Batubara di dekat lokasi Taman Wisata Alam Bukit Serelo, Kabupaten Lahat.Sumber : mongabay.com

Page 4: Menguras bumi-mendulang-tragedi

4

Koalisi Masyarakat Sipil Sumsel-Jambi-Babel untuk

Perbaikan Tata Kelola Minerba

Alamat:Jalan Sumatera 1 No. 771

Kelurahan 26 Ilir Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang

Walhi Sumsel, Walhi Jambi, Walhi Babel, WBH, PINUS,Serikat Petani Sriwijaya, Serikat Nelayan Bangka,Persatuan Nelayan Belitong.

Contact person :

Direktur Walhi Sumsel Hadi Jatmiko - HP : 0812 7312 042, Anwar Sadat – HP: 08127855725, Nauli – 08127807513, Retno Budi - 08127828387

Provinsi/Kabupaten Potensi Kehilangan Penerimaan Land Rents (Rp)

Provinsi Sumatra Selatan Rp 248.693.418.245,69

Banyuasin Rp 5.409.111.052,80

Empat Lawang Rp 5.739.131.172,56

Kota Prabumulih Rp 185.015.789,08

Lahat Rp 175.514.950.979,68

Muara Enim Rp 11.844.528.020,96

Muba Rp 12.350.262.445,44

Musi Rawas Rp 9.293.900.017,00

Ogan Ilir Rp 3.277.169.769,80

Ogan Komering Ilir Rp 20.602.185.754,98

Ogan Komering Utara Rp 4.580.321.142,34

Ogan Komering Timur Rp 7.091.652.465,30

Ogan Komering Selatan Rp 3.047.509.040,28

Bagian Prov Sumatera Selatan Rp (10.242.319.404,52)*

Provinsi Jambi Rp 50.467.873.824,40

Batanghari Rp 11.486.432.210,00

Provinsi/Kabupaten Potensi Kehilangan Penerimaan Land Rents (Rp)

Bungo Rp 2.758.948.805,40

Merangin Rp 2.149.927.291,00

Muaro Jambi Rp 8.899.187.651,80

Sarolangun Rp 8.784.033.455,60

Tanjung Jabung Barat Rp 8.048.072.999,00

Tebo Rp 6.522.753.926,60

Bagian Prov Jambi Rp 1.818.481.319,00

Provinsi Bangka Belitung Rp 6.596.650.610,38

Bangka Rp (8.178.436.337,16)

Bangka Barat Rp (5.946.117.998,50)

Bangka Selatan Rp 3.809.381.100,69

Bangka Tengah Rp 5.738.721.241,48

Belitung Rp (2.454.028.858,34)

Belitung Timur Rp 1.346.931.847,09

Kep. Bangka Belitung Prov. Rp (7.292.856.841,00)

Kota Pangkalpinang Rp (183.323.396,20)

Lampiran 1Potensi Kerugian Negara dari Land Rents Per Provinsi (2010-2013)

Asumsi : Nilai tukar USD mengacu pada data LKPP/APBN/APBN-P ti ap tahun

*Tanda kurung menunjukkan nilai negati f/ minus (potensi lebih bayar)

Kondisi lahan bekas pertambangan timah di Bangka.Sumber : energytoday.com