5
Landasan Sosiologis Suatu perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis (sociologische groundslag) apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum, kesadaran hukum masyarakat., tata nilai, dan hukum yang hidup di masyarakat agar peraturan yang dibuat dapat dijalankan. Landasan sosiologis adalah yaitu suatu peraturan perundang- undangan yang dibuat harus dipahami oleh masyarakat sesuai dengan kenyataan hidup. Landasan politis adalah garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi kebijaksanaan-kebijksanaan dan pengarahan ketatalaksanaan pemerintahan Negara. Landasan Sosiologis, adalah bahwa suatu peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar perundang-undangan yang dibuat ditaati oleh masyarakat, tidak menjadi huruf-huruf mati belaka. Hukum yang dibentuk harus sesuai dengan “hukum yang hidup” (living law) dalam masyarakat. Landasan Sosiologis, suatu peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis (sociologisce gronslag) apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Meski sudah kandas di Paripurna DPR, buntut Hak Angket Mafia Perpajakan masih dirasakan sejumlah pihak, termasuk dua kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lily Wahid dan Effendy Choirie.

Landasan sosiologis studi legislasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Landasan sosiologis studi legislasi

Landasan Sosiologis          

Suatu perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis (sociologische groundslag) apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum, kesadaran hukum masyarakat., tata nilai, dan hukum yang hidup di masyarakat agar peraturan yang dibuat dapat dijalankan.

Landasan sosiologis adalah yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat harus

dipahami oleh masyarakat sesuai dengan kenyataan hidup.

Landasan politis adalah garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi

kebijaksanaan-kebijksanaan dan pengarahan ketatalaksanaan pemerintahan Negara.

Landasan Sosiologis, adalah bahwa suatu peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar perundang-undangan yang dibuat ditaati oleh masyarakat, tidak menjadi huruf-huruf mati belaka. Hukum yang dibentuk harus sesuai dengan “hukum yang hidup” (living law) dalam masyarakat.

Landasan Sosiologis, suatu peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis (sociologisce gronslag) apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat.

Meski sudah kandas di Paripurna DPR, buntut Hak Angket Mafia Perpajakan masih dirasakan sejumlah pihak, termasuk dua kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lily Wahid dan Effendy Choirie. Hari ini, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB akan membahas apakah kedua kadernya ini melakukan pelanggaran karena mendukung hak angket itu.

"Tunggu rapat Senin (hari ini). Lihat perkembangan buat verifikasi," kata Ketua DPP PKB Helmy Faishal Zaini kepada wartawan. Dia mengakui ada sejumlah usulan dari kader PKB lain agar DPP mengevaluasi kader yang tidak taat. Usulan ini ingin agar Lily dan Gus Choi diberi sanksi berat.

Namun, sambungnya, hingga kini DPP belum sepakat bentuk evaluasi ini seperti apa. Apakah teguran atau sanksi keras. "Apakah recall, lihat keputusan rapat Senin. Itu kan keputusan partai."

Sebagai bahan pembahasan, DPP PKB akan membuka catatan 'ketidaktaatan' Lily Wahid dan Gus Choi. Memang bukan kali ini saja Lily membangkang dari garis kesepakatan fraksi.

Page 2: Landasan sosiologis studi legislasi

Lily pun pernah membangkang saat Pansus Century menentukan opsi. Saat itu, Lily adalah satu-satunya politikus PKB yang mendukung Opsi C yang diusulkan Panitia Khusus Kasus Bank Century. Opsi C ini menyatakan, ada dugaan penyimpangan hukum dalam penalangan Bank Century pada 2008 lalu sehingga penegak hukum harus mengusut.

Buntutnya, dia harus menelan pil pahit karena dipecat sebagai Wakil Ketua Dewan Syuro PKB.

"Kalau pelanggaran pertama sifatnya hanya teguran saja. Kami ada arsipnya, SP2, SP3, kami akan lihat nanti," kata Helmy lagi.

Dalam Paripurna DPR Selasa pekan lalu, Lily dan Gus Choi memilih untuk mendukung Hak Angket Mafia Perpajakan. Hal ini berseberangan dengan keputusan Fraksi PKB yang menolak angket tersebut. Hak Angket Mafia Perpajakan sendiri kandas karena kalah suara tipis.

Helmy menjelaskan demokrasi tetap membutuhkan aturan dalam hal ini ditentukan oleh partai politik. Dalam menentukan sikap, sambungnya, fraksi sudah menghimpun aspirasi dari masyarakat. "Kami kan memiliki kebijakan arah politik. Antara satu partai dengan partai lain berbeda cara pandang."

Lily dan Gus Choi Siap Terima Konsekuensi

Lily Wahid ataupun Gus Choi mengaku siap menerima segala konsekuensi. Lily mengatakan kini tengah menunggu apa sanksi yang akan diberikan. "Dari kemarin saya denger mau di-recall. Saya tunggu surat yang mau dilayangkan," ujar Lily.

Namun, Lily menilai tidak ada dasar bila dia ditarik. "Tidak bisa mereka memakai UU MD3 (MPR, DPR, DPRD, dan DPD) karena sedang diuji materi di MK," kata Lily.

Demikian pula Gus Choi. Dia mengaku siap menanggung risiko berbeda sikap dengan fraksi. "Segala risiko harus saya terima," ujar Gus Choi.

Meski isu pergantian antar waktu (PAW) berhembus kencang akan menimpa Lily dan Gus Choi, namun pengamat politik asal Universitas Indonesia Arbi Sanit menampiknya. Dia menilai persoalan Lily dan Gus Choi ini masih terkait dengan konflik internal yang menimpa PKB sepeninggal Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Kemungkinan mereka berdua hanya ditegur saja karena PKB ini partai unik dan tidak mau menambah masalah," kata Arbi. Saat ini, menurut Arbi, PKB sedang mencari ruang untuk islah.

Arbi pun menilai sikap keras dan melawan arus yang datang dari Lily dan Ggus Choi ada sebabnya. "Lily beranggapan bahwa Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB) melawan Gus Dur. Begitu juga Effendy Choirie," jelasnya.

Sebelumnya, Arbi menilai konflik PKB makin mengkristal. Siapa yang rugi? "Hanya PKB saja, tak ada pihak lain." Akibat perpecahan ini, PKB akan semakin kehilangan kader termasuk kader senior. Beberapa kyai, sambungnya, sudah eksodus kembali ke partai lama, seperti PPP.

Page 3: Landasan sosiologis studi legislasi

 

Dua anggota dewan dari Fraksi PKB Lily Wahid dan Effendy Choirie menemui dua pimpinan DPR RI, yaitu Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung dan Priyo Budi Santoso. Mereka mendatangi keduanya untuk mengklarifikasi surat yang ditandatangani oleh Ketua DPR Marzuki Alie dan ditujukan kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait pemberhentian keduanya dari keanggotaan PKB dan sebagai anggota dewan.

Lily dan Choirie mempertanyakan sejumlah hal terkait surat pimpinan tersebut kepada KPU, terutama mengenai surat dari DPP PKB yang dijadikan dasar surat DPR ke KPU. Pasalnya, keduanya belum menerima sekali pun surat atau pemberitahuan terkait status keduanya sebagai anggota PKB maupun anggota dewan dari Fraksi PKB.

"Kami mendapat bocoran dari sekretariat, kalau enggak kita enggak tahu, alasan (pemberhentian) dari keanggotaan partai dan DPR. Dengan pengacara saya bahas, enggak ada yang memenuhi syarat. Saya ingin tahu lampiran DPP ke pimpinan DPR. Saya tak menerima apapun," ungkap Choirie di depan Pramono Anung, Selasa (15/3/2011).

Choirie dan Lily juga mempertanyakan kewenangan Ketua DPR Marzuki Alie yang langsung meneruskan surat dari DPP PKB tersebut ke KPU tanpa melalui pembahasan di rapat internal pimpinan. Keduanya menyesalkan proses tersebut begitu terburu-buru dan kemudian menangkap kejanggalan.

Pramono yang pertama kali ditemui Choirie dan Lily mengatakan, surat itu memang ditandatangani Marzuki kemarin, Senin (14/3/2011). Menurutnya, surat tersebut dibuat berdasarkan surat dari DPP PKB tertanggal 7 Maret 2011 lalu. Dalam surat yang ditandatangani Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Sekjen PKB Imam Nahrowi itu juga dilampirkan surat pemberhentian Lily dan Choirie dari keanggotaan PKB tertanggal 5 Maret 2011.

Menurut politisi PDI-P ini, pimpinan DPR tak akan masuk ke ranah internal partai. Namun, berdasarkan UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, pimpinan DPR selambat-lambatnya dalam tujuh hari setelah menerima surat usulan dari DPP mengenai pergantian antarwaktu (PAW) anggotanya di DPR harus mengirimkan surat ke Presiden.

"Ini kan baru ke KPU. Kita akan rapat pimpinan untuk membahas itu. Usulan dari bapak dan ibu akan saya sampaikan di rapat. Jangan sampai jadi preseden buruk keputusan yang bukan untuk kepentingan pribadi tak bisa hidup di lembaga demokrasi ini. Surat ke KPU itu secara kelembagaan belum punya arti yang kuat karena yang berhak memberhentikan anggota dewan itu Presiden berdasarkan verifikasi dari KPU. Kita anggap surat kemarin itu surat pengantar. Hal-hal yang bersifat politis supaya jangan terulang lagi, itu akan dibahas di rapim DPR," paparnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI lainnya Priyo Budi Santoso mengaku terkejut dengan surat tersebut. Politisi Golkar ini juga menegaskan, bahwa pimpinan tak akan masuk ke persoalan internal partai. Hanya saja, proses PAW harus didasarkan pada alasan-alasan jelas dan sesuai aturan yang berlaku.

Page 4: Landasan sosiologis studi legislasi

"Kita sudah selenggarakan rapim untuk membahas itu. Ini menimbulkan dampak luas. PAW biasanya itu kan ada syaratnya. Kalau melihat keduanya, orangnya baik-baik saja, maka saya tak menyangka. Patut juga ada pertanyaan-pertanyaan," tandasnya.

Editor : Latief