21
LAPORAN DAN REKOMENDASI TEMU NASIONAL PENGELOLA PENGADAAN TAHUN 2015 “Panik Anggaran VS Panik Pengadaan” Formulasi Solusi Percepatan Penyerapan Anggaran Melalui Perbaikan Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Hotel Santika Premiere Jakarta, 29-30 Oktober 2015

Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

LAPORAN DAN REKOMENDASI TEMU NASIONAL PENGELOLA PENGADAAN TAHUN 2015

“Panik Anggaran VS Panik Pengadaan”

Formulasi Solusi Percepatan Penyerapan Anggaran

Melalui Perbaikan Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah

Hotel Santika Premiere

Jakarta, 29-30 Oktober 2015

Page 2: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

1

LAPORAN PELAKSANAAN

Page 3: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

2

A. LATAR BELAKANG

Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro mengungkapkan bahwa

banyak pejabat di daerah takut dikriminalisasi terjerat korupsi karena

banyak aturan yang tak jelas. Akibatnya, uang Rp 255 triliun

mengendap di daerah dan tak dipergunakan seperti selayaknya

(Menkeu Kompas.com senin 13/07/2015 “Pemerintah Bakal Buat

Peraturan agar Dana Rp 255 Triliun Tak Menganggur”) ketakutan para

pejabat ini membuat anggaran yang sudah diproyeksikan untuk

pembangunan justru terbengkalai atau tidak terpakai. Yang paling

dirugikan adalah Rakyat dan daerah yang harusnya maju

pembangunannya, semakin tertinggal akibat sejumlah pembangunan

infrastruktur di daerah menjadi mandek. Tentunya hal ini tidak sejalan

dengan keinginan pemerintah pusat yang menginginkan percepatan

pembangunan infrastruktur demi percepatan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu tidak terserapnya anggaran ini juga berimplikasi pada jatuhnya

sanksi kepada daerah yang lamban dalam menyerap anggaran. Hal

tersebut telah ditegaskan oleh Menteri Keuangan pada 06/08/15

(Republika online 07/08/15 “Pemda Lamban Serap Anggaran Kena

Sanksi”)

Pemerintah saat ini tengah berupaya agar anggaran dapat terserap

dengan baik di daerah, demi mendukung kebijakan percepatan

pembangunan infrastruktur yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

Berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan

dan daya serap anggaran, namun tidak menjadi sebuah jebakan

kriminalisasi terhadap pengelolanya, merupakan salah satu terobosan yang

dibuat oleh pemerintah pusat. Tujuannya untuk menciptakan rasa aman

kepada Para pengelola pengadaan dari tindak kriminalisasi karena

menggunakan dana percepatan pembangunan di daerah.

Bukan cuma dana dari pusat yang tersendat penyerapannya. Anggaran

daerah juga tidak terserap secara maksimal. Data Kementerian Dalam

Negeri menunjukkan realisasi belanja APBD hingga 31 Juli 2015 rata-

rata cuma 36,5%, dengan perincian APBD Provinsi 39,2% dan

kabupaten/kota 24,29%. Padahal, dana sebesar itu akan menjadi amunisi

Page 4: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

3

yang sangat hebat bagi bertumbuhnya perekonomian nasional yang

sedang dilanda kelesuan, bila bisa dipercepat penyerapannya.

Penerbitan berbagai aturan ini demi untuk mempertegas jaminan

pelaksanaan percepatan pembangunan infrastruktur di daerah. Kebijakan

ini adalah terobosan penting bagi keberlangsungan proyek kebijakan

pembangunan infrastruktur pemerintah dan kepastian hukum di

Indonesia. Kebijakan ini akan membuat proyek percepatan pembangunan

merata dan pejabat pemerintah tak perlu takut lagi menjalankan proyek

pembangunan infrastruktur. Kebijakan ini juga bisa menutup peluang

oknum penegak hukum untuk bermain-main kasus atau digunakan

sebagai alat menjatuhkan jabatan yang dengan adanya berbagai kebijakan

ini diharapkan pejabat tidak ragu dan takut lagi untuk melaksanakan

pembangunan dan para penegak hukum juga tidak boleh gegabah dalam

menangani dugaan korupsi. Apalagi Wakil Presiden Republik Indonesia

Jusuf Kalla telah menegaskan mengenai pentingnya perlindungan terhadap

pejabat dan kepala daerah dalam melaksanakan proyek-proyek

pemerintah.

Karena itu, kita perlu mengapresiasi seluruh upaya yang dilakukan

untuk memotong mata rantai kelambanan penyerapan anggaran. Kita

juga mengapresiasi daerah-daerah yang mampu menyerap anggaran lebih

dari 50% hingga kini.

Kepanikan penyerapan anggaran yang terjadi secara masif ini

kemudian bermuara juga pada proses pengadaan Barang/Jasa. Salah satu

ketakutan Pengguna Anggaran dalam membelanjakan anggaran adalah

tidak amannya proses pengadaan barang/jasa dari tindakan kriminalisasi.

Ketakutan ini tak urung menimbulkan kepanikan dalam sistem pengadaan

barang/jasa yang sekarang ini dinaungi oleh Perpres 54 Tahun 2010 dan

perubahannya.

Salah satu langkah defensive yang diciptakan pemerintah adalah

dengan dibentuknya Tim Pengawalan Pengamanan Pemerintahan dan

Pembangunan (TP4) oleh Kejaksaan Agung RI untuk mendampingi

penggunaan anggaran di daerah yang diharapkan bisa menghapus alasan

ketakutan untuk dikriminalisasi.

Page 5: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

4

Pertanyaan mendasarnya adalah apakah benar pengadaan barang/jasa

pemerintah yang ada sekarang ini menghambat penyerapan anggaran?

Sejurus dengan itu Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah yang baru, Agus Prabowo, dalam berbagai

kesempatan mengungkapkan bahwa perbaikan pengadaan tidak akan

terlepas dari kondisi ekosistem pengadaan. Percepatan Pengadaan

barang/jasa pemerintah tidak bisa berdiri sendiri harus juga didukung oleh

ekosistem lain diwilayah perencanaan, penganggaran, perbendaharaan,

perpajakan, dunia usaha, pemeriksaan, pengawasan bahkan hukum.

Paradigma percepatan ini menunjukkan kepanikan sistem

penganggaran yang ujungnya berdampak pada kepanikan proses

pengadaan barang/jasa. Tema inilah yang kemudian diangkat dalam kajian

Pusat Pengkajian Pengadaan Indonesia (P3I).

Tema kajian ini pula yang coba diangkat ketataran nasional sebagai

salah satu upaya memberikan masukan solusi konstruktif dalam mengatasi

kepanikan, bahkan mungkin bisa lebih jauh yaitu memberikan solusi

jangka panjang dalam kerangka percepatan pembangunan dan

pertumbuhan perekonomian Indonesia.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mensosialisasikan Kebijakan Pemerintah Dalam Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran.

2. Mensosialisasikan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa terhadap Isu Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran.

3. Mengidentifikasi Titik Kritis dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dikaitkan dengan upaya percepatan.

4. Menangkap pandangan para pemangku kepentingan terhadap paradigma percepatan daya serap anggaran dan pengadaan.

5. Mengupas aspek penanganan hukum pada wilayah pengadaan barang/jasa.

Page 6: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

5

C. TARGET KEGIATAN

1. Memahami kebijakan pemerintah berkaitan dengan percepatan

pembangunan, daya serap anggaran dan pengadaan barang/jasa.

2. Memahami aspek-aspek kritis dalam pengadaan barang dan jasa

pemerintah.

3. Memahami prosedur dan aspek penanganan hukum pada

wilayah pengadaan barang/jasa.

4. Mencari solusi obyektif percepatan pembangunan melalui perbaikan

manajemen pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Kamis – Jumat, 29 – 30 Oktober 2015

Bertempat di Hotel Santika Premiere, Jl. Hayam Wuruk, Jakarta

Page 7: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

6

E. SUSUNAN ACARA:

HARI I (PERTAMA)

Keynote Speaker Menteri PPN/Kepala BAPPENAS (Diwakili oleh

Perencana Muda Aparatur Negara) Kebijakan Pemerintah dalam Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran

Keynote Speaker Kepala LKPP RI : DR. IR. AGUS PRABOWO, M.ENG Peran LKPP dalam Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran

Diskusi Panel

1. Direktur Kebijakan Umum LKPP (Titik Kritis dalam Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah)

2. Bupati Tapin (Pandangan Pemerintah Daerah terhadap Percepatan

Daya Serap Anggaran dan Pengadaan)

3. BPKP (Peranan BPKP dalam Proses Pendampingan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah)

4. Tim Pengawalan Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan (TP4)

Kejaksaan Agung (Peranan Kejaksaan dalam Proses Pendampingan

Percepatan Daya Serap Anggaran)

Page 8: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

7

HARI II (KEDUA)

Diskusi Panel 1

1. Prof Dr. Krisna Harahap

SH,MH (hakum Agung

Tipikor) (Membedakan

Kesalahan Administrasi

dan Pidana dalam

pengadaan barang/jasa

Pemerintah)

2. Dr. Sabela Gayo (Ketua

Asosiasi Pengacara

Pengadaan Barang /Jasa

Pemerintah (APPBJI))

(Kapan memerlukan

pengacara dalam

pengadaan barang/jasa)

Diskusi Panel 2

1. Samsul Ramli (Pendiri P3I)

(Berselancar di balik aturan yang

berkaitan dengan Pengadaan

barang dan jasa)

2. Agus Kuncoro (Pendiri P3I –

Mantan Terpidana Tipikor)

(Sekilas Pesan dari Balik Terali

Besi)

3. Tama S. Langkun (ICW) (Peran

masyarakat dalam memonitoring

Pengadaan barang dan jasa)

4. Dr Ibrahim SH MH LLM (Komisi

Yudisial) (Prinsip Kecermatan

dalam Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah)

Page 9: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

8

REKOMENDASI

Page 10: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

9

Rekomendasi Temu Nasional Ahli Pengadaan Tahun 2015

Tema : Panik Anggaran versus Panik Pengadaan

Pembangunan bergerak diatas dua komponen yang terpadu dalam

rantai pasokan yang tidak terputus yaitu Pendapatan dan Belanja. Ujung

tombak serapan anggaran disisi belanja adalah pengadaan barang/jasa.

Sayangnya selama ini upaya perbaikan hanya ditujukan pada mengasah

ujung tombak tapi tidak melakukan re-engineering dan re-analysis

terhadap komponen lain yang mempengaruhi kinerja pengadaan dapat

mencapai tujuan pembangunan secara menyeluruh. Untuk itu merangkum

gelaran diskusi, debat, tanya jawab, usulan dan curahan hati lebih dari 300

pelaku pengadaan barang/jasa yang hadir pada even nasional ini, Pusat

Pengkajian Pengadaan Indonesia (P3I), menyampaikan hasil Temu

Nasional Ahli Pengadaan Tahun 2015 dalam bentuk rekomendasi sebagai

berikut:

Perbaikan serapan anggaran melalui perbaikan sistem pengadaan

barang/jasa tidak hanya dapat dicapai dengan memperbaiki peraturan

pengadaan barang/jasa saja namun perbaikan seluruh ekosistem yang

mempengaruhi pengadaan barang/jasa baik eksternal maupun internal.

1. Ekosistem Eksternal Pengadaan Barang/Jasa yang perlu dilakukan

perubahan dalam rangka mendukung perbaikan pengadaan barang/jasa

adalah:

a. Sistem Perencanaan Pembangunan. Dibutuhkan Sistem

Perencanaan Pembangunan yang berbasiskan pengadaan

barang/jasa yaitu menempatkan proses perencanaan umum

pengadaan barang/jasa secara tegas dan jelas dalam tata urutan

Pelaksanaan Teknis Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan

demikian Rencana Kerja Anggaran (RKA) sebagai output

Perencanaan Pembangunan telah mencakup pembiayaan atas

keseluruhan biaya perolehan pengadaan barang/jasa (Total Cost of

Ownership).

Page 11: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

10

b. Sistem Penganggaran Pembangunan. Dibutuhkan sistem

penganggaran yang lebih fleksibel mengikuti pola belanja yang

semakin berkembang. Pola penganggaran tidak boleh mengikat pola

belanja. Jika semangatnya adalah Anggaran berbasis kinerja maka

kinerja yang memimpin anggaran. Kinerja adalah belanja dan

belanja adalah pengadaan barang/jasa. Untuk itu fleksibilitas

anggaran untuk mengakomodir belanja-belanja strategis

pembangunan perlu dituangkan dalam regulasi yang jelas dan tegas.

Fleksibilitas tersebut utamanya mengakomodir hal-hal sebagai

berikut:

i. Fleksibilitas ijin belanja multiyear untuk karakteristik

pengadaan barang/jasa yang bersifat rutin, kritikal strategik,

khusus dan/atau keadaan tertentu.

ii. Fleksibilitas penggunaan Sisa Anggaran dalam rangka

optimalisasi pencapaian target pembangunan.

c. Sistem Pembayaran. Dibutuhkan sistem pembayaran yang update

dan fleksibel untuk mendorong dunia usaha yang sehat bersedia

mendekati sistem pengadaan barang/jasa pemerintah. Untuk itu

sistem pembayaran belanja pemerintah sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

harus mengakomodir fleksibilitas pola pembayaran sebagai berikut:

i. Pola Pembayaran Mendahului Progres Fisik Pekerjaan seperti

pembayaran Kontrak Sewa dan pembelian barang/jasa secara

elektronik.

ii. Memperluas jangkauan Jaminan Pembayaran hingga melewati

tahun anggaran tanpa mengurangi prinsip akuntabilitas

pengadaan barang/jasa misal untuk memfasilitasi pelaksanaan

pekerjaan tahun tunggal di akhir tahun.

iii. Menyederhanakan dan mempertegas administrasi pembayaran

hanya sebatas unsur administratif pekerjaan. Sedangkan unsur

teknis dan kualitas pekerjaan diserahkan kepada pelaksana

pengadaan barang/jasa.

Page 12: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

11

d. Sistem Perpajakan. Kewajiban perpajakan yang dibebankan dalam

proses pengadaan barang/jasa tidak memberikan nilai tambah bagi

percepatan proses pengadaan barang/jasa bahkan cenderung

menghambat. Disisi lain peranan sektor belanja dalam upaya disiplin

perpajakan hanya meringankan risiko dan beban kerja sektor

pendapatan dalam hal ini perpajakan. Kondisi beban kerja

perpajakan di pengadaan barang/jasa ini berbanding terbalik dengan

reward yang didapatkan jika dibandingkan dengan sektor

perpajakan. Untuk itu kewajiban pemungutan PPN dan PPh

direkomendasikan untuk dilakukan langsung kepada penyedia

barang/jasa dan tidak membebani proses pengadaan barang/jasa.

e. Sistem Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan Pemerintah.

Sistem pengawasan dan pemeriksaan selama ini memandang proses

pengadaan hanya terkait kepatuhan pada tata cara administratif

namun tidak mempertimbangkan asas kinerja. Meski telah diatur

secara tegas dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Keuangan Negara bahwa unsur penting adalah

Pemeriksaan Kinerja realisasinya jauh lebih dominan pemeriksaan

administratif keuangan. Untuk itu disampaikan beberapa

rekomendasi sebagai berikut :

i. Mempertegas ruang lingkup kewenangan pemeriksaan keuangan

pemerintah terkait kasus hukum pengadaan barang/jasa.

ii. Perlu dipertegas dari sisi aturan tentang mekanisme pemeriksaan

kinerja dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

iii. Merubah atau mempertegas aturan tentang indikator kinerja

pemeriksa/pemeriksaan atas dasar kuantitas temuan

pelanggaran kearah kualitas temuan pemeriksaan sehingga

temuan adanya prestasi dari terperiksa juga dapat dijadikan

indikator kinerja pemeriksa/pemeriksaan.

iv. Mendorong penyamaan persepsi pemeriksa/pengawas dengan

pelaksana pengadaan barang/jasa dalam kerangka pencegahan

dan penindakan.

v. Mendorong peningkatan kompetensi auditor dalam mendukung

kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah pengadaan dengan

mewajibkan auditor minimal memiliki sertifikasi ahli pengadaan.

Page 13: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

12

f. Sistem Hukum. Sistem penegakan hukum disisi pengadaan

barang/jasa selama ini menafikan kedudukan hukum proses

pengadaan barang/jasa berada diwilayah Hukum Administrasi dan

Hukum Perdata. Semua permasalahan pengadaan barang/jasa

dijustifikasi sebagai persoalan pidana. Kondisi ini menjadi hambatan

besar dalam percepatan proses pengadaan barang/jasa. Untuk itu

direkomendasikan agar :

i. Kedudukan Hukum Administrasi dan Hukum Perdata proses

pengadaan barang/jasa pemerintah ditegaskan dalam bentuk

peraturan.

1) Mempercepat terbitnya Peraturan Pelaksanaan Teknis

Undang-Undang 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan.

2) Mendorong percepatan penyusunan Undang-Undang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menegaskan ruang

lingkup hukum proses pengadaan barang/jasa pemerintah.

ii. Mengaktifkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dibidang

Pengadaan Barang/Jasa untuk menjamin penyidik kasus

pengadaan barang/jasa mengerti ruang lingkup hukum

pengadaan barang/jasa.

iii. Merubah indikator kinerja aparat penegak hukum dari atas dasar

kuantitas kejahatan (Kerugian Negara) kearah kualitas penegakan

hukum. Sehingga tidak dapat dibuktikannya kejahatan atas

laporan/pengaduan/ temuan kejahatan juga dapat dijadikan

indikator kinerja aparat penegak hukum.

iv. Mendorong penyamaan persepsi pemeriksa/pengawas, aparat

hukum dengan pelaksana pengadaan barang/jasa dalam kerangka

pencegahan dan penindakan.

v. Mendorong peningkatan kompetensi aparat hukum, khususnya

dalam mendukung kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah

dengan mewajibkan APH yang memeriksa kasus pengadaan wajib

minimal memiliki sertifikasi ahli pengadaan.

vi. Menyelenggarakan rapat koordinasi rutin pada tingkat nasional

anatara APH, LKPP, BPKP dan BPK untuk menyelaraskan

pencegahan dan penanganan kasus-kasus pengadaan barang.jasa

secara nasional

Page 14: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

13

2. Ekosistem Internal Pengadaan Barang/Jasa yang perlu dilakukan

perubahan dalam rangka mendukung perbaikan pengadaan barang/jasa

adalah:

a. Memperkuat kedudukan hukum kelembagaan Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

b. Memperkuat kelembagaan Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah sebagai motor penggerak perbaikan pengadaan

barang/jasa, melalui penegasan bentuk kelembagaan baik tingkat

pusat maupun daerah salah satunya dengan merubah Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah yang memberi ruang ULP menjadi permanen dan berdiri

sendiri.

c. Memperkuat organisasi pengadaan barang/jasa melalui pembagian

kewenangan yang jelas, tegas dan berimbang diantaranya dengan:

i. Membagi kewenangan yang sedemikian besar oleh PPK, dalam

lingkup pengambilan kebijakan kepada Pengguna Anggaran.

ii. Segera menyusun aturan yang menjamin karir, kesejahteraan dan

sallary yang memadai untuk fungsional pengadaan barang/jasa.

iii. Memberi ruang kesempatan dan kewajiban peningkatan

kompetensi kepada seluruh pelaksana pengadaan barang/jasa

baik disisi manajerial kegiatan hingga teknis pekerjaan.

iv. Memberikan reward yang sesuai dengan beban kerja dan risiko

terhadap seluruh pelaksana pengadaan barang/jasa pemerintah

melalui penetapan tunjangan dan remunerasi setara dengan

sektor pendapatan misal sektor perpajakan.

d. Revisi Peraturan Pengadaan Barang/Jasa ditingkat teknis yang secara

penuh mendukung langkah-langkah strategis percepatan pengadaan

barang/jasa seperti mendukung :

i. Konsolidasi pengadaan barang/jasa seperti Lelang Itemized,

Kontrak Bersama, Performance Base Contract untuk project

strategis, lelang cepat, dan e-Purchasing melalui katalog.

Page 15: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

14

ii. Melepaskan larangan memecah paket pengadaan untuk 1 kode

rekening belanja atau menggabungkan paket pengadaan yang

terdiri dari beberapa rekening belanja bahkan lintas dokumen

anggaran.

iii. Melepaskan aturan pengadaan diatas 100 Milyar wajib

menggunakan prakualifikasi.

iv. Mempertegas tentang mekanisme perubahan kontrak pada jenis

kontrak lumpsum.

v. Sinkronisasi aturan pengadaan barang/jasa secara umum dengan

aturan pengadaan teknis jasa konstruksi.

e. Revisi peraturan terkait pengadaan barang/jasa agar membuka

ruang bagi banyak pihak untuk memberikan koreksi, kritisi, masukan

dan perbaikan sehingga peraturan yang diterbitkan benar-benar

menggambarkan kondisi riil dilapangan.

f. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Kepala Daerah

dan Kementrian/Lembaga/Instansi untuk membuat aturan rinci

pengadaan barang/jasa yang konsisten dengan tujuan kinerja

pengadaan namun memenuhi kekhususan di masing-masing

daerah/kementrian/lembaga/ instansi.

Demikian Rekomendasi ini disampaikan untuk dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam kerangka perbaikan sistem pengadaan barang/jasa

yang pada akhirnya juga berujung pada peningkatan kesejahteraan

Masyarakat dan Bangsa. Atas perhatian kami ucapkan terimakasih.

________________

Page 16: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

15

FOTO KEGIATAN

Page 17: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

16

1-Suasana Ruangan

2-Suasana Ruangan

Page 18: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

17

3-Menyanyikan lagu Indonesia Raya

4-Menyanyikan lagu Indonesia Raya

Page 19: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

18

5-Sambutan Ketua Umum P3I

6-Sambutan Bappenas

Page 20: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

19

7-Sambutan Kepala LKPP

8-Panel LKPP-Bupati Tapin- TP4 Kejaksaan Agung-BPKP

Page 21: Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015

20

9-Panel Hakim Agung-APPBJI

10-Panel P3I-KY-ICW