Upload
bahtiarl
View
1.456
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kajian:
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT GLAUKOMA DI BKMM MAKASSAR
TAHUN 2011
OLEH:
ANDI FATMAWATI, SKM,.M.Kes
BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) MAKASSAR DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, dan salah
satu bidang yang tak kalah pentingnya dari bidang lain adalah bidang
kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Indera penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan
besar pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan
produktifitas kerja manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kualitas harapan hidup,
meningkatkan kesejahtraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Mata merupakan bagian dari panca indera yang sangat penting
dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan,jalur utama informasi 81 %
melalui mata. Maka dari itu mata seringkali disebut jendela karena bisa
menyerap semua yang memantulkan. Akibatnya, cahaya yang masuk justru
bisa menjadi faktor penyebab kebutaan (Gemari,2112).
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini
diseluruh dunia , ada sekitar 135 jutra penduduk dunia memiliki penglihatan
lemah dan 45 juta orang (3 %) menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut 91
3
% diataranya berada di Negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia
Tenggara (Germani,2112)
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari seluruh
kebutaan didunia, terbanyak adalah mereka yang tinggal di negara
berkembang. Sampai saat ini Indonesia belum terlepas dari masalah
kesehatan mata masyarakat hal ini terlihat dari tingginya angka kebutaan dua
mata. Berdasarkan hasil survey indera penglihatan tahun 1993-1996 hasilnya
menunjukkan angka kebutaan 1,5 %, Angka kebutaan yang tinggi di
Indonesia disebabkan tingginya insidens glaukoma dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup masyarakat. Selain kebutaan glaukoma
adalah kelainan refraksi yang merupakan prevalensi morbiditas mata tertinggi
yaitu 22,1%, dan penyakit mata lainnya yang cukup banyak ditemukan
adalah pterigium, konyuctivitis, glaucoma, hordeolum dan blefaritis.
Prevalensi glaukoma tahun 1996 dibeberapa Negara, seperti di
Amerika Serikat 1,27% hingga 5,6 %, Swedia 1,86 % dan Jamaika 1,4 %.
Sedangkan di Indonesia berdasarkan survey Departemen Kesehatan tahun
1996 sebanyak 1,2 % kebutaan akibat glakuoma, terdapat 1,16 % kebutaan
kedua mata, 1,14 % kebutaan pada satu mata.
Berdasarkan data kunjungan di bagian rekam medis Balai Kesehatan
Mata (BKMM) Makassar tahun 2010 tercatat 1785 penderita glaukoma,
sedangkan untuk tahun 2011 tercatat 1584 penderita.
4
Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang
karakteristik penderita glaukoma yang berkunjung di BKMM Makassar tahun
2011.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik penderita glaukoma di Balai Kesehatan Mata
(BKMM) Makassar Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita glaukoma di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar Tahun 2011
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 3
Januari – 30 Juni berdasarkan usia di BKMM Makassar Tahun
2011.
b. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 3
Januari – 30 Juni berdasarkan jenis kelamin di BKMM
Makassar Tahun 2011.
c. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1
Januari – 30 Juni berdasarkan aktifitas/ jenis pekerjaan di
BKMM Makassar Tahun 2011.
d. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1
Januari – 30 Juni berdasarkan Riwayat Alamiah Penyakit di
BKMM Makassar Tahun 2011.
5
e. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1
Januari – 30 Juni berdasarkan kejadian Diabetes Mellitus di
BKMM Makassar Tahun 2011.
f. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1
Januari – 30 Juni berdasarkan kejadian Hipertensi di BKMM
Makassar Tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi Balai Kesehatan Mata
Masyarakat (BKMM) Makassar tentang penderita glaucoma
dalam upaya perencanaan pencegahan kebutaan dengan
mengenal secara dini karakteristik penderita glaukoma.
b. Sebagai bahan informasi / masukan bagi peneliti lain yang akan
melakukan/melanjutkan penelitian tentang glaukoma.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan cairan di dalam mata. Glaukoma akut terjadi secara tiba-tiba. Kondisi
ini harus segera diatasi untuk menyelamatkan penglihatan. Pada glaukoma
kronis peningkatan tekanan di dalam mata terjadi dalam masa beberapa
bulan atau tahun tanpa terjadi gejala apa-apa. Kalau tidak diobati, glaukoma
kronis akhirnya mengakibatkan kebutaan total. Glaukoma dapat juga
disebabkan oleh penyakit mata lainnya. Mereka yang berusia 41 tahun
keatas, kemungkinan bisa mengidap penyakit Glaukoma. Namun demikian,
tidak dipungkiri bisa juga menyerang semua umur dan tanpa batasan jenis
kelamin. Penyakit ini timbul pada orang-orang yang mempunyai bakat
glaukoma atau diakibatkan penyakit mata lain.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak didunia,
dan merupakan penyebab utama kebutaan yang bersifat ireversibel. Risiko
untuk mendapat glaucoma meningkat bersama dengan bertambahnya umur,
tetapi penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur, baik neonatonus
dan fetus. Pada 11.111 bayi baru lahir terdapat 1 bayi yang glaucoma
congenital.
Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intra
okuler (TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus, atropi papil saraf
optic, dan menciutnya lapangan pandang. Hampir 81.111 ribu penduduk
7
Amerika Serikat buta akibat glaucoma, sehingga penyakit ini menjadi
penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Di
Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta penderita glaucoma.
B. Pengertian Glaukoma
Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan mata
seseorang demikian tinggi atau tidak normal. Sehingga mengakibatkan
kerusakan pada saraf optic dan mengakibatkan gangguan pada sebagian
atau seluruh lapang pandang atau buta. Tekanan mata yang normal
dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-21 mmHg.
Di dalam mata terdapat cairan mata yang terdiri dari 99,9 % air murni
(akuos humor) bening yang mengalir terus. Pengaliran cairan ini didalam bola
mata seperti air yang berada di dalam kolam tertutup yang bertukar dan
mengalir terus. Demikian pula jika cairan mata tidak dapat keluar maka
tekanan di dalam bola mata akan naik dan merusak saraf penglihatan.
C. Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Glaukoma Primer
Pada Glakoma primer, penyebab timbulnya glaucoma tidak diketahui.
Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaucoma sudut tertutup atau
glaucoma sudut sempit dan glaucoma sudut terbuka, yang disebut juga
sebagai glaucoma simpleks atau glaucoma kronik.
2. Glaukoma Sekunder
8
Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang diketahui penyebab
timbulnya. Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan
kelainan-kelainan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada
saat itu, seperti : kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan
lain-lain.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya tekanan
bola mata akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik segmen
depan bola mata. Gangguan perkembangan embriologik dapat brupa
kelainan akibat terdapatnya membran congenital yang menutupi sudut bilik
mata depan pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan
kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak sempurnanya pembentukan
pembuluh darah bilik yang menampung cairan bilik mata.
Akibat pembendungan cairan mata, tekanan bola mata meninggi pada
saat bola mata sedang dalam perkembangan sehingga terjadi pembesaran
bola mata yang disebut sebagai buftalmos.
Gejala-gejala glaucoma congenital biasanya sudah dapat terlihat pada
bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan pada glaucoma
congenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada
bayi yang menderita glaucoma kengenital, hal ini terlihat pada suatu sikap
seakan-akan ingin menghindari sinar sehingga bayi tersebut akan selalu
menyembunyikan kepala dan matanya.
4. Glaukoma Absolut
9
Glaukoma absolut adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaucoma
dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah t6erjadi kebutaan
total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.
Pada glaucoma absolute, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,
mata keras seperti batu dan disertai dengan rasa sakit.
D. Epidemiologi Glaukoma
1. Distribusi Frekuensi
Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat diobati, akan tetapi
bila diketahui sejak dini dan segera dilakukan tindakan medis maka glaucoma
dapat dikontrol untuk mencegah kerusakan lanjut atau kebutaan pada mata.
Berdasarkan penelitian saaddine dkk (2112) di Amerika serikat, angka
prevalensi glaucoma lebih tinggi pada usia > 65 tahun (11,7%) disbanding
dengan usia 51-64 tahun (4,9%).
Taber (2113) di Rumah Sakit haji Adam Malik Medan, dari 21
penderita glaucoma simpleks terdapat rata-rata tekanan intraokuler (TIO)
atau tekanan di dalam bola mata sebesar 26,1 mmHg, dengan rata-rata umur
42,8 tahun, usia termuda 16 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil
penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (71%).
2. Determinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi glaucoma antara lain adalah:
a. Usia
Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya
menyerang orang berusia diatas 41 tahun. Risiko terkena glaucoma akan
10
meningkat pada umur 41-64 tahun sebesar 1 % dan pada umur 65 tahun
keatas sebesar 5 %.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Magdalena (2116) di RSU
Dr.Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita hipertensi yang telah
berumur ≥ 61 tahun berisiko mengalami glaucoma sebesar 6 kali lebih besar.
b. Jenis kelamin
Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit
putih ditemukan bahwa pria berisiko daripada wanita, sedangkan pada orang
kulit hitam, penderita pria sama risikonya dengan wanita.
c. Ras
Risiko terserang glaucoma sangat tinggi pada ras Afrika.
Berdasarkan ras orang kulit hitam mempunyai risiko 7 kali lebih besar
terserang glaucoma dibandingkan orang kulit putih.
Pada orang kulit putih ditemukan bahwa glaucoma primer sudut
terbuka, berisiko 4 kali lebih besar daripada glaucoma primer sudut tertutup,
sedangkan pada orang Indonesia glaucoma primer sudut tertutup berisiko
lebih besar daripada glaucoma sudut tertutup.
d. Riwayat Keluarga
Apabila dalam keluarga ada yang terkenan glaucoma disarankan
agar anggota keluarga yang lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin
apabila umur telah lebih dari 41 tahun.
Mereka yang memiliki riwayat glaucoma pada anggota keluarga
berisiko 4-8 kali lebih besar untuk terserang glaucoma. Risiko terbesar
11
terdapat pada hubungan kaka-beradik kemudian hubungan orang tua dengan
anak-anak.
e. Diabetes mellitus
Penyakit Diabetes mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya
risiko terkena glaucoma. Penderita Diabetes mellitus (DM) berisiko 2 kali
lebih sering terkena glaucoma sebesar 51 % dari penderita Diabetes
mengalami penyakit mata dengan risiko kebutaan 25 kali lebih besar.
f. Hipertensi
Penderita hipertensi pun berisiko lebih tinggi terserang glaucoma
daripada yang tidak mengidfap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi
berisiko 6 kali lebih sering terkena glaucoma.
g. Trauma
Kelainan mata seperti kelainan lensa, kelainan uvea, trauma,
pembedahan glaukoma atau radang mata dan lain-lain, dapat menyebabkan
terjadinya glaucoma.yang disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan
mata yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu.
h. Miopi
Bentuk anatomi dari mata merupakan factor kunci untuk
berkembangnya glaucoma. Bentuk anatomi mata orang yang dengan miop
(berkaca mata minus) biasanya yang lebih besar terkena glaucoma.
i. Obat-obatan
Salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya glaucoma adalah
pemakaian obat-obatan yang mengandung steroid secara rutin dalam jangka
12
waktu yang lama misalnya: pemakaian obat tetes mata yang mengandung
steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma
dan pemakai obat steroid secara rutin lainnya. Pemakai obat-obatan steroid
secara rutin, sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis
mata untuk pendeteksian glaucoma.
E. Gejala-Gejala dan Keluhan penderita Glaukoma
Gejala dini glaucoma tidak ada yang menunjukkan gejala yang
berarti, karena sebagian orang hanya merasakan gejala yang hampir sama
dengan penyakit mata lainnya, seperti mata buram, sakit mata, atau timbul
pelangi jika melihat sorot lampu, yang terjadi karena adanya tekanan yang
tinggi pada mata sehingga membuat mata menjadi bengkak, akibatnya
pembiasan cahaya menjadi terganggu.
Penderita dapat mengalami glaucoma dalam stadium dini dan
menengah selama bertahun-tahun tanpa merasakan gejala awal. Sebagian
besar penderita glaucoma datang kedokter spesialis mata setelah keluhan
dirasakan pada stadium lanjut dan sudah mengalami kebutaan.
Ada dua keluhan pasien glaucoma yang pertama adalah pada
glaucoma akut (mendadak) yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh
tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan didalam bola mata yang tinggi secara
mendadak. Kedaan tersebut dapat menyebabkan kebutaan dalam waktyu
realtif cepat yaitu dalam hitungan hari. Gejalanya adalah mendadak nyeri
pada mata, sakit kepala, kelopak mata bengkak, mata merah, melihat pelangi
disekitar sumber cahaya atau lampu ( adanya halo), dan mual sampai
13
muntah. Yang kedua adalah pada glaucoma kronis (menahun) yaitu penyakit
mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan itraokuler (TIO) atau
tekanan didalam bola mata secara perlahan-lahan. Biasanya muncul diusia
41 tahun keatas pada glaucoma kronis (menahun) saraf mata mengalami
kerusakan dan kematian yang spesifik, sehingga mengakibatkan kehilangan
lapang pandangan sesuai dengan beratnya glaucoma. Namun terkadang
glaucoma kronis (menahun) terjadi tanpa keluhan.
F. Diagnosis
Setiap orang perlu melakukan pemeriksaan matanya secara teratur.
Apabila seseorang mengetahui mempunyai factor risiko untuk terserang
glaucoma, maka sebaiknya memerlukan pemeriksaan yang teratur.
Pemeriksaan mata pada umumnya sebainya dilakukan setiap 3-5 tahun
sekali, namun bila usia telah mencapai lebih dari 41 tahun maka pemeriksaan
mata dilakukan setiap 1-2 tahun sekali. Pemeriksaan mata dilakukan setiap
tahun sangat penting bagi orang yang memiliki factor risiko.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya glaucoma maka dokter mata
akan melakukan pemeriksaan dasar glaucoma seperti pemeriksaaan saraf
optic, tekanan bola mata, dan lapang pandangan. Bila dua dari tiga
pemeriksaan diatas tidak normal maka diagnosis glaucoma sudah dapat
dibuat.
Beberapa uji yang sering dilakukan pada mata untuk membuat
diagnosis antara lain:
14
a). Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga. Dokter mata
akan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
glaucoma. Dalam anamnesis dibutuhkan pula riwayat medis dan
pribadi.
b). Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer atau
dengan alat pengukur tekanan bola mata lainnya.
c). Dokter mata akan melakukan pemeriksaan dan melihat kerusakan
yang terjadi pada saraf optik dengan menggunakan oftalmoskopi.
Oftalmoskopi adalah alat untuk memeriksa mata bagian dalam
terutama saraf mata, dengan cara mengeluarkan sinar untuk
menyinari bagian dalam mata, sehingga bentuk dan syaraf optic
dapat dilihat.
d). Untuk melihat keadaan lapang pandangan, maka dilakukan uji dengan
cara membuat peta lengkap lapang panglihatan dan gangguan
penglihatan pada daerah penglihatan.
e). Pemeriksaan genioskopi, yaitu pemeriksaan sudut bilik mata dengan
menggunakan lensa gonioskopi yang disebut geniolens.
G. Penatalaksanaan Medis Terhadap Penanggulangan Glaukoma
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaucoma,
namun pada kebanyakan kasus glaucoma dapat dikendalikan. Penderita
glaucoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, operasi laser dan
pembedahan. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan
penglihatan yang lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaucoma
15
maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan
penglihatan. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan untuk
penanggulangan terhadap glukoma antara lain adalah:
1). Non Operasi dengan menggunakan tetes mata, dan dengan Laser
trabecculospaty, ini dilakukan jika obat tetes mata tidak
menghentikan kerusakan penglihatan.
2). Operasi
16
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diamati
Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah
glaukoma,glaucoma,kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan
dengan degenerative.Saat ini kasus kebutaan akibat glaukoma menjadi
masalah yang perlu mendapat prhatian serius,karena insiden glaukoma
mencapai 211 ribu orang pertahun (Gemari 2114).
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak didunia,
dan merupakan penyebab utama kebutaan yang bersifat ireversibel. Risiko
untuk mendapat glaucoma meningkat bersama dengan bertambahnya umur,
tetapi penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur, baik neonatonus
dan fetus. Pada 11.111 bayi baru lahir terdapat 1 bayi yang glaucoma
congenital.
.Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
intra okuler (TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus, atropi papil
saraf optic, dan menciutnya lapangan pandang. Hampir 81.111 ribu
penduduk Amerika Serikat buta akibat glaucoma, sehingga penyakit ini
menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta penderita glaucoma.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan dari penulisan,perlunya di
lakukan kajian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Glaukoma
17
yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan mata,khususnya penyakit
glaukoma,maka dalam penulisan ini variable yang akan di amati antara lain:
1. Usia Pasien
Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya
menyerang orang berusia diatas 41 tahun. Risiko terkena glaucoma
akan meningkat pada umur 41-64 tahun sebesar 1 % dan pada umur
65 tahun keatas sebesar 5 %.
2. Jenis kelamin
Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit putih
ditemukan bahwa pria berisiko daripada wanita, sedangkan pada orang
kulit hitam, penderita pria sama risikonya dengan wanita.
3. Riwayat Keluarga
Apabila dalam keluarga ada yang terkenan glaucoma disarankan agar
anggota keluarga yang lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin
apabila umur telah lebih dari 41 tahun.
Mereka yang memiliki riwayat glaucoma pada anggota keluarga
berisiko 4-8 kali lebih besar untuk terserang glaucoma. Risiko terbesar
terdapat pada hubungan kaka-beradik kemudian hubungan orang tua
dengan anak-anak.
4. Diabetes Mellitus (DM)
Penyakit Diabetes mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya
risiko terkena glaucoma. Penderita Diabetes mellitus (DM) berisiko 2
kali lebih sering terkena glaucoma sebesar 51 % dari penderita
Diabetes mengalami penyakit mata dengan risiko kebutaan 25 kali lebih
besar.
5. Hipertensi
18
Penderita Hipertensi berisiko lebih tinggi terserang glaucoma daripada
yang tidak mengidap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi berisiko
6 kali lebih sering terkena glaucoma.
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Glaukoma
Keterangan :
: Variabel Yang Diteliti
: Variabel Yang Tidak Diteliti
Usia Pasien
Obat-Obatan
Jenis Kelamin
Riwayat Keluarga
Kejadian Diabetes
mellitus
Hipertensi
Trauma
Miopi
Ras / Suku
Miopi
KEJADIAN
GLAUKOMA
19
B.Variabel Penulisan
1. Variabel Dependen : Kejadian Glaukoma
2. Variabel Independen :
a). Usia Pasien
b). Jenis Kelamin
c).Jenis Aktifitas/Pekerjaan
d). Riwayat Keluarga
d). Kejadian Diabetes Mellitus
e). Hipertensi
C. Defenisi operasional dan Kriteria Objektif
1. Kejadian Glukoma
Yang dimaksud dengan kejadian glaucoma pada makalah ini adalah kondisi kerusakan mata yang dialami oleh pasien rawat jalan yang didiagnosis menderita glaucoma berdasarkan hasil diagnosis dokter berdasarkan kartu rekam medik.
2. Usia
Yang dimaksud dengan usia adalah usia pasien yang diukur berdasarkan tanggal, bulan, tahun kelahiran yang dinyatakan dalam tahun dan tercatat dalam kartu status. Kriteria objektifnya adalah:
1. 5 – 14 Tahun 2. 25 - 44 Tahun 3. 45 - 59 Tahun 4. 60 – 64 Tahun 5. ≥ 65 Tahun
3. Jenis kelamin
Yang dimaksud dengan jenis kelaimn adalah jenis kelamin penderita glaucoma seperti yang tertera dalam kartu rekam medik yang dikategorikan atas:
20
1. Perempuan 2. Laki-Laki
6. Jenis Pekerjaan/Aktifitas
Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan/aktifitas pada makalah ini
adalah suatu pekerjaan/aktifitas yang menghasilkan pendapatan
sesuai dengan yang tercatat dalam kartu rekam medik. Jenis
pekerjaan dibagi atas:
a. Pekerjaan dalam gedung
b. Pekerjaan luar gedung
5. Riwayat Keluarga
Yang dimaksud dengan riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh penderita glaucoma selama ini yang berisiko untuk menimbulkan glaucoma . Kritria objektifnya adalah:
1. Tidak Ada 2. Ada
6. Kejadian Diabetes Mellitus Yang dimaksud dengan kejadian diabetes mellitus adalah pasien
memiliki riwayat menderita penyakit diabetes mellitus,dengan kriteria objektif adalah:
1. Menderita Diabetes Mellitus 2. Tidak menderita Diabetes Mellitus
5.Hipertensi
Yang dimaksud dengan kejadian hipertensi adalah pasien memiliki riwayat menderita penyakit hipertensi,dengan kriteria objektif adalah:
1. Menderita Hipertensi 2. Tidak menderita Hipertensi
21
BAB IV
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
dimaksudkan untuk memaparkan karakteristik penderita glaukoma secara
objektif berdasarkan fakta yang tercatat dalam rekam medik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
Makassar Tahun 2011.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita glaukoma
yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata (BKMM) Makassar dari tanggal 3
Januari sampai 30Juni 2011.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah adalah seluruh penderita glaukoma
yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata (BKMM) Makassar dari tanggal 1
Januari sampai 30 Juni 2011. Dimana teknik pengumpulan sampel yang
digunakan adalah total sampling yaitu dengan mengambil semua penderita
glaukoma periode 1 januari sampai dengan 30 Juni 2011.
22
D. Metode pengumpulan Sampel
Data yang dikumpulkan adalah data yang diambil dari petugas rekam
medik Balai Kesehatan Mata (BKMM) Makassar dengan system Total
sampling.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan computer program excel.
Penyajian data secara deksriptif dalam bentuk tabel dan grafik disertai narasi.
23
BAB V
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penulis dalam penelitian memperoleh data sekunder yang tercatat
pada kartu status penderita dan buku laporan penderita penyakit mata,
kemudian dicocokan dengan buku laporan operasi tahunan serta buku
laporan hasil pemeriksaan laboratorium.
Makalah tentang kejadian glaukoma yang merupakan variable
dengan hasil sebagai berikut:
B. Distribusi Umum Penderita Penyakit Mata
Penyakit mata seperti layaknya penyakit-penyakit lain disebabkan
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa karakteristik umum
maupun karakteristik khusus. Penelitian tentang kejadian Glaukoma ini
menggunakan 3 karakteristik umum yaitu usia pasien, riwayat alamiah, dan
jenis kelamin. Karakteristik khusus yang diambil adalah kejadian diabetes
mellitus .
1. Distribusi Menurut Usia
Penderita penyakit mata yang melakukan pemeriksaan di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat cukup bervariasi. Dilihat dari segi usia pasien,
umumnya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Distribusi frekuensinya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit
No Kategori Usia (tahun)1.
2.
3.
4.
5.
6.
5 – 14
15 - 24
25 – 44
45 – 59
60 – 64
≥ 65
Jumlah Sumber: Data Sekunder
Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit
0
50
100
150
200
5-14
2
Tabel.1
Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit Glaukoma
Berdasarkan Usia di BKMM Makassar
Tahun 2011
Kategori Usia (tahun) Jumlah Persen (%)
2
7
56
173
66
22
0,6
2,1
17,2
53,0
20,3
6,8
326 100Sumber: Data Sekunder
Grafik.1
Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit Glaukoma
Berdasarkan Usia di BKMM MakassarTahun 2010
14 15 - 24 25 - 44 45 - 59 60 – 64 >65
2 7
56
173
66
24
Glaukoma
kassar
Persen (%) 0,6
2,1
17,2
53,0
20,3
6,8
100
Glaukoma
Berdasarkan Usia di BKMM Makassar
>65
22
25
Berdasarkan tabel dan grafik 1dapat dilihat bahwa jumlah penderita
penyakit Glaukoma pada kelompok usia > 65 tahun yang terbanyak menderta
Glaukoma dan kelompok terendah pada usia 5-14 tahun.
2. Distribusi Menurut Usia Pasien Berisiko
Penderita penyakit mata yang melakukan pemeriksaan di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat Makassar cukup tinggi. Dilihat dari usia pasien,
umumnya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Distribusi frekuensinya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penderita Glaukoma berdasarkan
Usia berisiko di BKMM Makassar Tahun 2011
No Kategori Usia (tahun) Jumlah Persentasi (%) 1.
2.
≥ 40
≤ 40
43
283
13,2
86,8
Jumlah 326 100 Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah penderita penyakit
glaukoma lebih banyak pada usia ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 283 orang (86,8
%) sedangkan ≤ 40 tahun sebanyak 43 orang (13,2 %).
3. Distribusi Menurut Jenis kelamin
Penderita penyakit glaukoma menurut jenis kelamin berdasarkan
data kunjungan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar lebih
banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan daripada jenis kelamin laki-laki.
Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
26
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Jenis kelamin Di BKMM Makassar
Tahun 2011
No Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%) 1.
2.
Perempuan
Laki- laki
203
123
62,3
37,7
Jumlah 326 100
Sumber: Data Sekunder
Grafik 2
Distribusi Frekuensi Penyakit Glaukoma Berdasarkan Jenis kelamin Di BKMM Makassar
Tahun 2010
Berdasarkan tabel 3 dan grafik 2 dapat dilihat bahwa jumlah
penderita glaukoma menurut jenis kelamin lebih banyak pada jenis kelamin
203
123
Perempuan
Laki- laki
27
perempuan yaitu sebanyak 203 orang (62,3 %) sedangkan pada jenis
kelamin laki-laki penderita glaukoma 123 orang (37,7 %).
4. Distribusi Menurut Pekerjaan/Aktifitas
Penderita penyakit Glaukoma menurut jenis pekerjaan /aktifitas
berdasarkan data kunjungan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat lebih
banyak terjadi pada mereka yang bekerja dalam gedung daripada yang
bekerja diluar gedung. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel .4
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Jenis Pekerjaan/Aktifitas Di BKMM Makassar
Tahun 2011
No Jenis Pekerjaan/Aktifitas Jumlah Persentasi (%)
1.
2.
Pekerjaan Dalam Gedung
Pekerjaan Diluar gedung
215
111
65,9
34,1
Jumlah 326 100
Sumber: Data Sekunder
28
Grafik.3
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Jenis Pekerjaan/Aktifitas Di BKMM Makassar
Tahun 2011
Berdasarkan data tabel 4 terlihat bahwa jenis aktifitas pasien
penderita glaukoma yang berkunjung di Balai Kesehatan Mata Masyarakat
(BKMM) Makassar terbanyak pada jenis aktifitas didalam gedung ( PNS,
Pensiunan, karyawan swasta, IRT , pelajar ) yaitu sebanyak 215 orang atau
65,9 % sedangkan aktifitas diluar gedung (Buruh, Tukang becak, sopir,
petani, nelayan) sebanyak 111 orang atau 34,1 %.
5. Distribusi Menurut Riwayat Alamiah
Penderita penyakit Glaukoma menurut riwayat alamiah penyakit
berdasarkan data kunjungan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat lebih
banyak terjadi pada mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit glaucoma
215
111
Pekerjaan Dalam Gedung
Pekerjaan Diluar gedung
29
pada keluarga sebelumnya daripada yang memiliki riwayat penyakit
glaucoma pada keluarganya. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel .5
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Di BKMM Makassar
Tahun 2011
No Jenis Pekerjaan/Aktifitas Jumlah Persentasi (%)
1.
2.
Ada Riwayat Alamiah
Tidak Ada Riwayat
27
299
8,3
91,7
Jumlah 326 100
Sumber: Data Sekunde
Grafik.4
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Di BKMM Makassar
Tahun 2011
27
299
Ada Riwayat Alamiah
Tidak Ada Riwayat
30
6. Distribusi Menurut Kejadian Diabetes Mellitus
Penderita penyakit Glaukoma berdasarkan hasil pemeriksaan Gula
Darah Sewaktu (GDS) di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar Tahun
2010, lebih banyak menunjukkan hasil normal (bukan diabetes mellitus) dari
pada penderita Diabetes Mellitus. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel. 6
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Kejadian Diabetes Mellitus di BKMM
Tahun 2011
No Kejadian Diabetes Mellitus
Jumlah Persentasi (%)
1.
2.
Diabetes Mellitus
Bukan Diabetes Mellitus
15
311
4,6
95,4
Jumlah 326 100 Sumber: Data Sekunder
Grafik. 5
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Kejadian Diabetes Mellitus di BKMM
Tahun 2011
15
311
Diabetes Mellitus
Bukan Diabetes Mellitus
31
Berdasarkan data tabel 6 dan grafik 5 terlihat bahwa penderita
Glaukoma yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yang berkunjung
di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) tahun 2011 lebih sedikit yaitu
89 orang atau 5,84 % bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun
tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 1435 orang
atau 94,16 %.
7. Distribusi Menurut Kejadian Hipertensi
Penderita penyakit Glaukoma berdasarkan hasil pemeriksaan
pengukuran tekanan darah dan tercatat pada rekam medik di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat Makassar Tahun 2011, dari hasil tersebut
didapatkan lebih banyak menunjukkan hasil normal (bukan Hipertensi) dari
pada penderita Hipertensi. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel. 7
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Kejadian Hipertensi di BKMM
Tahun 2011
No Kejadian Diabetes Mellitus
Jumlah Persentasi (%)
1.
2.
Hipertensi
Bukan Hipertensi
55
271
4,6
95,4
Jumlah 326 100 Sumber: Data Sekunder
32
Grafik. 6
Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan
Kejadian Hipertensi di BKMM
Tahun 2011
Berdasarkan data tabel 7 dan grafik 5 terlihat bahwa penderita
Glaukoma yang memiliki riwayat penyakit hipertensi yang berkunjung di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) tahun 2011 lebih sedikit yaitu 55 orang
atau 4,6 % bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu sebanyak 271 orang atau 95,4 %.
C. Pembahasan
Pembahasan pada penulisan ini merupakan pemaparan dari hasil
penelitian yang telah diuji dengan uji statistic yang berdasarkan pada teori-
teori sebelumnya menyatakan bahwa usia pasien, jenis kelamin, jenis
pekerjaan/aktifitas,riwayat alamiah penyakit, kejadian diabetes mellitus dan
kejadian Hipertensi berhubungan dengan kejadian Glaukoma.
55
271
Hipertensi
Bukan Hipertensi
33
1. Usia Pasien
Peningkatan usia dari tahun ketahun meningkatkan kemungkinan
mengidap penyakit degenerative, salah satunya adalah penyakit Glaukoma.
Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya
menyerang orang berusia diatas 41 tahun. Risiko terkena glaucoma akan
meningkat pada umur 41-64 tahun sebesar 1 % dan pada umur 65 tahun
keatas sebesar 5 %.
Glaukoma pada usia ≥ 40 tahun yang dominan menjadi sampel pada
penelitian ini ( 261 dari 326 penderita), disebabkan karena factor
keterlambatan dan kurangnya kesadaran mereka melakukan pemeriksaan
penyakit mata yang sebenarnya dialami sejak beberapa tahun sebelumnya.
2. Jenis kelamin
Hasil penelitian ini menemukan kejadian Glaukoma berdasarkan jenis
kelamin lebih tinggi terjadi pada jenis kelamin perempuan, dari pada jenis
kelamin laki-laki. Meskipun penyakit Glaukoma tidak memandang perbedaan
jenis kelamin, namun hal ini disebabkan karena perempuan berisiko
mengalami hipertensi pada saat kehamilan, terutama tiga bulan sebelum
melahirkan dan pada saat mengkomsumsi pil kontrasepsi, serta pada saat
terjadinya menopause, dimana hipertensi merupakan salah satu factor risiko
terkena glaucoma.
Hasil ini sejalan dengan data Departemen Kesehatan RI (2004) yang
mencatat penderita glaucoma pada pasien rawat inap paling banyak pada
jenis kelamin perempuan (55,8%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki
34
(44,2%) sedangkan pada pasien rawat jalan didapatkan jenis kelamin
perempuan sebanyak (57%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak (43%).
3. Jenis Pekerjaan/Aktifitas
Meskipun kejadian glaucoma tidak dipengaruhi oleh jenis aktifitas
atau pekerjaan dari seseorang namun penulis mencoba melihat jumlah
kunjungan penderita glaucoma yang melakukan pengobatan pada Balai
Kesehatan Mata Makassar dari data rekam medik ditemukan bahwa
penderita glaucoma yang datang berobat di BKMM Makassar lebih banyak
ditemukan pada orang yang memiliki aktifitas/pekerjaan didalam gedung
pada jenis aktifitas didalam gedung ( PNS, Pensiunan, karyawan swasta, IRT
, pelajar ) yaitu sebanyak 215 orang atau 65,9 % sedangkan aktifitas diluar
gedung (Buruh, Tukang becak, sopir, petani, nelayan) sebanyak 111 orang
atau 34,1 %.
Penderita Glaukoma yang bekerja/beraktifitas di temukan lebih tinggi
di dalam gedung lebih tinggi daripada yang bekerja/beraktifitasdi luar gedung.
Hal ini dapat disebabkan beberapa hal diantaranya :
1. Penderita Glaukoma umumnya adalah perempuan yang
memiliki kesadaran dan waktu luang untuk memeriksakan diri
ke Pusat Kesehatan.
2. Penderita Glaukoma juga adalah Pegawai Negeri Sipil dan atau
pensiunan yang notabene lebih mengerti dan mampu untuk
memeriksa diri ke Balai Kesehatan mata Makassar
35
4. Kejadian Diabetes Mellitus
Variabel ke-4 yang digunakan untuk melihat hubungannya dengan
kejadian Glaukoma adalah kejadian Diabetes mellitus. Diabetes mellitus
adalah suatu penyakit yang ditunjukkan dengan meningkatnya Gula Darah
Sewaktu melebihi batas normal, yaitu > 70-115 mg %. Diabetes mellitus
menimbulkan kelainan pada pembuluh darah termasuk pembuluh darah pada
mata. Daerah yang dialiri akan kekurangan nutrisi. Akibatnya pada retina
akan terjadi kebocoran pembuluh darah berupa eksudat, pendarahan,
pembentukan pembuluh darah baru, hal ini mengakibatkan gangguan
penglihatan yang disebut Retinopati Diabetik (RD).
Penyakit Diabetes mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya
risiko terkena glaucoma. Penderita Diabetes mellitus (DM) berisiko 2 kali
lebih sering terkena glaucoma sebesar 51 % dari penderita Diabetes
mengalami penyakit mata dengan risiko kebutaan 25 kali lebih besar.
Berdasarkan data tabel 6 dan grafik 5 terlihat bahwa penderita
Glaukoma yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yang berkunjung
di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) tahun 2011 lebih sedikit yaitu
89 orang atau 5,84 % bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun
tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 1435 orang
atau 94,16 %.
5. Kejadian Hipertensi
Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa penderita
hipertensi berisiko lebih tinggi terserang glaucoma daripada yang tidak
36
mengidfap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi berisiko 6 kali lebih
sering terkena glaucoma. Data yang ada pada rekam medik Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM) Makassar periode 3 Januari sampai 30 Juni Tahun
2011 ditemukan bahwa, jumlah pasien yang datang memeriksakan mata dan
terdiagnosa sebagai penderita glaucoma adalah sebanyak 326 orang dari
jumlah tersebut 55 orang atau 4,6 % memiliki riwayat hipertensi lebih sedikit
bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi yaitu sebanyak 271 orang atau 95,4 %.
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Balai Kesehatan Mata
Masyarakat (BKMM) Makassar dengan menggunakan data rekam medik
tanggal 3 Januari sampai dengan 30 Juni 2011 dengan judul “Karakteristik
penderita Glaukoma di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar
Tahun 2011” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pasien yang berkunjung di BKMM Makassar dan menderita
Glaukoma yaitu jenis kelamin perempuan lebih banyak
menderita Glaukoma yaitu sebanyak 203 orang atau 62,3 % bila
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu dengan
jumlah penderita Glaukoma sebanyak 123 orang atau 37,7 %.
b. Umur penderita Glaukoma yang paling banyak ditemukan pada
kategori umur 45 – 59 tahun dengan jumlah penderita 173
orang (53,1 %) dan yang paling sedikit pada kategori umur 5 –
14 tahun dengan jumlah penderita 1 orang (0,6 %).
c. Jenis Aktifitas/ Pekerjaan pasien Glaukoma di BKMM lebih
banyak pada pekerjaan dalam gedung dengan jumlah penderita
sebanyak 215 orang (66,0 %), bila dibandingkan dengan jenis
aktifitas/pekerjaan diluar gedung dengan jumlah penderita
sebanyak 111 orang (34,0 %).
38
d. Penderita Glaukoma lebih banyak dengan tanpa riwayat
alamiah penyakit yaitu 299 orang atau (91.7%) dari pada yang
memiliki riwayat alamiah penyakit yaitu sebanyak 27 orang
atau (8,3%).
e. Penderita Glaukoma dengan riwayat tidak menderita penyakit
Diabetes mellitus lebih banyak dengan jumlah penderita
sebanyak 311 orang (5,4%) bila dibandingkan dengan yang
memiliki riwayat diabetes mellitus dengan jumlah penderita
sebanyak 15 orang (4,6 %).
f. Penderita Glaukoma dengan riwayat tidak menderita penyakit
Hipertensi lebih banyak dengan jumlah penderita sebanyak 271
orang (83,1%) bila dibandingkan dengan yang memiliki riwayat
Hipertensi dengan jumlah penderita sebanyak 55 orang (16,9
%).
2. Saran
a. Perlunya perbaikan dalam system pengisian kartu status
penderita agar data rekam medik lebih lengkap dan akurat.
b. Perlu penelitian lebih lanjut tentang factor-faktor yang
mempengaruhi kejadian Glaukoma yang dapat digunakan untuk
bahan informasi dalam mencegah terjadinya penyakit Glaukoma