54

Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7 Desember 2004

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Majalah ini merupakan media komunikasi diantara pemangku kepentingan dan dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian. Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian PU. Terdapat dua versi yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Citation preview

Page 1: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004
Page 2: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan

Perdesaan, DEPKIMPRASWIL

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Perkotaan dan PerdesaanWilayah Timur, DEPKIMPRASWIL

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Hartoyo, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Poedjastanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Anggie Rifki

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]

[email protected]@bappenas.go.id

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitandengan air minum dan penyehatan

lingkungan dan belum pernahdipublikasikan. Panjang naskah tak

dibatasi. Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

Silahkan kirim ke alamat di atas.

cover : RUDI KOSASIH

Dari Redaksi 1Suara Anda 2Laporan Utama

Kisruh TPA Bantar Gebang Mencuat 3Banjir Landa Wilayah Indonesia 4Meminta Pertanggungjawaban Pemerintah 5Masyarakat Kekurangan Air Bersih 6Mencari Sumber Air Alternatif 7Air Minum Isi Ulang Jadi Sorotan 8Air Comberan dan Kubangan pun Dikonsumsi 9Gejolak di TPST Bojong 10Telur yang akan Menetas 112004, Tahun Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat 13Sekilas Kegiatan WASPOLA 2004 15Program Penyediaan Air dan sanitasi Perdesaan (ProAir) di NTT 17WSLIC 2 18CWSH 18

Seputar WASPOLAPelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Nopember 2004 19Peningkatan Kapasitas Kelompok Kerja AMPL Daerah 21Konsinyasi Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL 21Lokakarya Kajian Pelaksanaan Diseminassi Kebijakan NasionalPembangunan AMPL 21Lokakarya Penyedia Air Skala Kecil 21

Seputar AMPLLokakarya Proyek CWSH 22Penyusunan RPP tentang Pengembangan Sistem PenyediaanAir Minum dan Sanitasi 22 Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat 23Presentasi Kandidat Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah 23Lokakarya Konsolidasi Project Management Report WSLIC 2 24Peresmian Proyek WSLIC 2 di Kabupaten Lumajang 24

ReportaseBila Dolbun Dipermalukan 25

Wawancara''Infrastruktur Sebagai Pemersatu Bangsa'' 29

WawasanKualitas Manusia Indonesia dan Pembangunan Prasarana Sanitasi 31Institusi RT-RW Sebagai Koordinator Pengelolaan AMPL Berbasis Masyarakat 34Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat 38Sekali Lagi tentang Privatisasi 42Permasalahan AMPL di Kabupaten Lombok Barat 46

DataPeringkat Cakupan Layanan Sanitasi Per Kabupaten/Kota Tahun 2002 47

Info Buku 49Info Situs 50Pustaka AMPL 51Agenda 52

Page 3: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Pembaca, tanpa terasa waktuterus berlalu. Kini kitamemasuki penghujung ta-

hun 2004. Biasanya, banyak orangmenggunakan masa akhir tahunMasehi ini untuk membuat laporantahunan sekaligus membuat evalu-asi sejauh mana berbagai kegiatanpada tahun ini berlangsung. Apa-kah sukses, setengah sukses, ataugagal.

Percik kali ini pun tampil agakbeda dari biasanya. Kami inginmengajak para pembaca melihatkembali berbagai peristiwa yangterjadi pada tahun ini menyangkutair minum dan penyehatan ling-kungan (AMPL) secara umum dankegiatan kelompok kerja AMPLpada khususnya. Kami berharapakan ada perubahan pada tahunmendatang berkaitan dengan haltersebut. Tentu perubahan yanglebih baik. Jangan sampai setiapperistiwa yang terjadi pada kurunwaktu yang sama pada tahun iniberulang pada tahun mendatang.Kalau seperti ini, kita termasukorang-orang yang celaka.

Pembaca, potret peristiwa seta-hun ini kami muat secara khususdalam laporan utama. Namanyakaleidoskop AMPL 2004. Selainitu, kami ingin menyajikan sejauhmana perjalanan Kebijakan Na-sional Pembangunan AMPL berba-sis masyarakat pada tahun ini danbagaimana perkembangan penyu-sunan Kebijakan Nasional Pem-bangunan AMPL berbasis lembaga.Kedua kebijakan ini merupakan halvital bagi bidang AMPL karenaselama kemerdekaan, kita tak me-miliki kebijakan nasional soal ini.

Kami juga ingin melihat sekilassejauh mana proyek-proyek AMPLyakni ProAir, WSLIC 2, dan CWSHberjalan selama setahun.

Tak lupa, Percik mengadakanwawancara dengan Suyono Dikun,Deputi Sarana dan Prasarana,Bappenas, perihal infrastruktur Indo-nesia. Kita tahu, persoalan AMPLpun terkait dengan kondisi infra-struktur yang ada. Lebih dari itu, Ja-nuari 2005 Indonesia menyeleng-garakan Infrastructure Summit.Tentu kita ingin tahu apa yang bisadiperoleh Indonesia dengan adanyapenyelenggaraan acara tersebut.

Yang agak lain dari biasanya

adalah reportase. Rubrik tersebutpada edisi ini berisikan laporankunjungan rombongan KelompokKerja AMPL ke Bangladesh dan In-dia. Bahasanya agak lain dari bia-sanya, termasuk panjangnya. Kamiberharap, dengan membaca repor-tase kali ini, pembaca paling tidakbisa merasakan denyut perjalanantersebut.

Kami juga memuat hasil lombakarya tulis ilmiah mulai edisi ini.Selain itu, tulisan yang layak muatdan sangat bermanfaat bagi parapembaca, meskipun tidak menjadijuara, rencananya akan dimuatpula pada edisi-edisi berikutnya.

A R I R E D A K S ID

Segenap Redaksi Majalah Percik mengucapkanSelamat Hari Natal

dan Tahun Baru 2005

FOTO:FANY WEDAHUDITAMA

1PercikDesember 2004

Pokja AMPL sedang mengadakan rapat rutin

Page 4: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Percik Harus BerlanjutKami sangat setuju dan mendukung

isi Jurnal Percik, terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan penge-tahuan dan macam-macam teknologiserta kebijakan di bidang Air Minum(Bersih) dan Penyehatan Lingkungan.Percik dapat kami gunakan sebagai refe-rensi dalam rangka penyediaan, pengem-bangan, dan pengelolaan prasarana dansarana di bidang AMPL di KabupatenMalang yang saat ini membutuhkan per-hatian khusus.

Permasalahan AMPL di KabupatenMalang yang perlu mendapat pena-nganan lebih serius tersebut adalahpemerataan penyediaan air bersih diperkotaan dan perdesaan (masih banyakdaerah rawan air bersih), teknis danmanajemen pengelolaan persampahan(teknologi, terbatasnya prasarana dansarana serta pemberdayaan masyarakatdi bidang persampahan), penanganan airlimbah domestik, serta penanganandrainase perkotaan, lebih-lebih di Ka-bupaten Malang banyak terdapat 'AsetNasional' seperti Bendungan Sutami danSelorejo yang harus dijaga kualitasnyasebagai reservoar air baku untuk airbersih dari pencemaran akibat pengelo-laan sampah dan air limbah domestikyang kurang baik.

Pada dasarnya Dinas PermukimanKebersihan dan Pertamanan KabupatenMalang sangat mengharapkan terbitnyaJurnal Percik untuk edisi-edisi selanjut-nya. Di lain waktu kami akan berpartisi-pasi memberikan masukan tulisan yangberkaitan dengan kondisi pengelolaanAMPL di Kabupaten Malang.

Ir. Didik Budi Muljono, MT.Kepala Dinas Permukiman Kebersihan

dan Pertamanan Kabupaten Malang

Informasi CLTS

Setelah membaca Percik edisi Okto-ber 2004 halaman 40 tentang pemaparankonsep Community Led Total Sanitation(CLTS), kami tertarik dengan isinya yang

sangat baik dan berguna bagi kami diSubdin Penyehatan Lingkungan DinasKesehatan Kota Palembang guna menun-jang Indonesia Sehat 2010. Untuk itukami membutuhkan informasi tentangkonsep tersebut secara lengkap dan ala-mat Bapak Kamal Kar.

Dr. Hj. Gema Asiani, M.KesKasubdin Penyehatan Lingkungan

Kota Palembang

Konsep CLTS telah diterapkan dibeberapa negara antara lain Bangla-desh dan India. Kami memiliki salinanbuku yang menjelaskan mengenai kon-sep CLTS secara detil. Kami segera me-ngirimkan salinannya kepada Ibu. Se-dangkan Dr. Kamal Krishna Kar dapatdihubungi melalui Email:[email protected],[email protected], [email protected],[email protected]

Cakupan LayananPDAM Kota Palopo

Kami menyambut baik kehadiranMajalah Percik sebagai wahana interaksiantarpelaku di bidang air minum danpenyehatan lingkungan sehingga terben-tuk jaringan informasi yang relevan danup to date.

Sebagai masukan, kami informasikanbahwa jumlah pelanggan aktif PDAMKota Palopo melalui sambungan rumah(SR) per 31 Desember 2004 mencapai11.773 SR dengan rata-rata enam jiwa perSR, sehingga total jiwa yang dilayanimelalui sambungan tersebut sebesar70.638 orang. Sedangkan pelayanan airminum non-SR terdiri atas 13 MCK, 13hidran umum, 7 kran umum, dan 5 termi-nal air yang masing-masing melayanirata-rata 50 jiwa sehingga total pela-yanan air melalui SR mencapai 1.950orang. Bila dikalkulasikan antara yang SRdan non-SR maka total jiwa yang ter-layani sebanyak 72.588 jiwa.

Saat ini penduduk Kota Palopoberjumlah 106.813 jiwa. Dengan demi-kian maka persentase cakupan pelayananair minum PDAM Kota Palopo per 31

Desember 2004 terhadap total jumlahpenduduk mencapai 67,96 persen ataudibulatkan menjadi 68 persen.

Perlu kami informasikan bahwasecara de facto, PDAM Kabupaten Luwuyang berada di wilayah Palopo telahberalih status menjadi PDAM KotaPalopo sebagai konsekuensi berlakunyaUU No. 11 Tahun 2002 tanggal 10 April2002 tentang Pembentukan KabupatenMamasa dan Kota Palopo di PropinsiSulawesi Selatan.

Drs. H. Andi Nurlan Basalan, MMDirektur PDAM Kota Palopo

U A R A A N D AS

2 PercikDesember 2004

Redaksi Percik mengucapkan teri-ma kasih kepada pihak-pihak yangtelah mengirimkan surat kepada kami.Di antaranya: Bappeda Kab. BatangHari, Jurusan Planologi UniversitasTrisakti, Walikota Metro, JurusanPerencanaan Wilayah & Kota FakultasTeknik UNDIP, DPRD Nusa TenggaraTimur, Pusat Informasi dan PelayananMasyarakat Dep. Kelautan dan Per-ikanan, Jurusan Planologi FakultasTeknik Univ. Tarumanagara, JurusanTeknik Lingkungan ITS, Setda Kab.Aceh Barat, DPRD Kab. Pasaman Barat,Bappeda Kota Palembang, DPRD Prop.Sumatera Selatan, dan DPRD Kab. AcehUtara.

Pada Percik edisi Juni 2004,halaman muka tertulis ''Sanitation ismore importance than independence'',seharusnya ''Sanitation is more impor-tant than independence''.

Pada Percik edisi Oktober 2004,halaman 45 tertulis ''Seminar NasionalSosialisasi UU No. 8 Tahun 2004'',seharusnya ''Seminar Nasional Sosi-alisasi UU No. 7 Tahun 2004''.

Pada Percik edisi Oktober 2004,halaman 5 (laporan utama) tertulis,''Pada saat ini kebijakan nasional pem-bangunan air minum berbasis lembagayang merupakan payung kebijakan pe-ngelolaan PDAM masih dalam tarafpenyelesaian bahkan menjadi salah satubagian dari program 100 hari KabinetIndonesia Bersatu.'' Seharusnya tan-pa ''bahkan menjadi salah satu bagiandari program 100 hari Kabinet Indo-nesia Bersatu.''

R A L AT

Page 5: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Awal 2004 menjadi awal per-masalahan TPA Bantar Gebang.Pemerintah Propinsi DKI Ja-

karta, yang sejak 1999 mengelola TPA se-luas lebih dari 100 hektar itu, terpaksaharus rela menyerahkan pengelolaan itukepada pemerintah kota Bekasi. Ini terja-di karena secara sepihak Wakil WalikotaBekasi Mochtar Muhamad memintaPemprop. DKI membayar retribusi sebe-sar Rp. 85 ribu per ton sampah yangdibuang ke TPA tersebut setelah kontrakkedua pemerintah daerah berakhirDesember 2003. Permintaan ini jelas takbisa diterima DKI karena telah menyalahinota kesepakatan sebelumnya yangmenyatakan bahwa retribusi sampahuntuk setiap tonnya hanya Rp. 50ribu/ton.

Di luar itu, warga di tiga desa di seki-tar TPA yakni Desa Sumur Batu, Cikiwul,dan Ciketing menuntut kompensasi ataskeberadaan TPA tersebut di sekitar desamereka. Tuntutan warga ini jelas mere-potkan pemkot Bekasi, sekaligusPemprop. DKI Jakarta. Warga sempatmemblokir jalan di sekitar TPA. Aki-batnya, truk-truk sampah tak beranimasuk TPA. Warga mau membuka jalanjika pemkot Bekasi membayar kompen-sasi. Mau tidak mau pemkot akhirnyasetuju. Pemkot menjanjikan kompensasiRp. 50 ribu/bulan kepada 12 ribu keluar-ga yang tinggal di sekitar lokasi TPA. Danini, memang terbukti. Sayangnya hanyasekali. Setelah itu, pemblokiran kembaliterjadi lagi dengan tuntutan agar biayakompensasi dibayarkan sesuai janji.

Kemelut itu jelas menyulitkanPemprop. DKI Jakarta. Sementara TPABantar Gebang ditutup, DKI Jakartabelum memiliki penggantinya. Tak he-ran, begitu TPA itu tutup selama bebera-pa hari saja, sampah menggunung dimana-mana. Para pemulung di TPA punmulai mengeluh terhadap pencaharianmereka. Beberapa di antara mereka me-

milih pindah mencari 'lahan' sampah ba-ru seperti ke Cilincing. Warga Bekasisendiri menginginkan 'perang' antaraPemkot Bekasi dan Pemprop. DKI Jakar-ta berakhir damai dan mereka memintapenyelesaian persoalan pokoknya yaknipencemaran lingkungan yang diatasi.

Perdamaian pun datang. PemkotBekasi melalui walikota Akhmad Zurfaihmempersialakan DKI Jakarta kembalimengoperasikan TPA Bantar Gebang.Kebijakan walikota ini bertentangan de-ngan wakilnya. Tapi bukan berarti niatwalikota berjalan mulus. Giliran DPRDBekasi angkat suara. Mereka menilaiPemkot Bekasi menyimpang soal kebi-jakan TPA Bantar Gebang pascaberakhirnya kontrak kerja sama Bekasi-DKI. Walhasil, persoalan TPA ini takkunjung usai dalam waktu sebulan.

Selain menghadapi masalah sampah,warga DKI Jakarta dikejutkan dengannaiknya tarif air minum sebesar 30persen tepat pada 1 Januari 2004. Ke-naikan tarif ini dimaksudkan untuk me-nutup defisit mitra kerja PAM Jaya sebe-sar Rp. 990 milyar dan kewajiban PD

PAM Jaya membayar utang ke pemerin-tah pusat sebesar Rp. 1,7 trilyun.

Kenaikan itu tentu membuat parapelanggan PAM keberatan. Mereka meni-lai layanan yang diterima selama ini taksesuai harapan. Misalnya airnya bau,debitnya sangat kecil, dan air tidak lan-car. Sebagian warga menilai kenaikanini tidak transparan dan tidak masukakal karena untuk menutupi kerugian.Tapi ya itu, tak pernah kenaikan itu bisadihentikan……. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

Indeks Berita AMPL

Kisruh TPA Bantar Gebang Mencuat

Januari

Sungai Cisedane Tercemar, PDAM Ta-ngerang Bisa Berhenti Beroperasi (16/1)Warga Jakarta Minta Tangki Air MinumDiperbanyak (27/1)BPPT dan Pusri Akan Bangun PengolahSampah di Jakarta (13/1)Tangerang Jajaki Pembangkit ListrikTenaga Sampah (24/1)Kondisi Jakarta dalam Tahap Sia-ga Satu (6/1)Menkimpraswil: DKI agar SiapkanSistem Peringatan Dini Banjir (2/1)Waduk di Gadog untuk Cegah BanjirJakarta (3/1)Ciliwung Meluap, Jakarta Banjir (20/1).

FOTO: MERCYCORPS.OR.ID

Ka le idoskop

3PercikDesember 2004

Page 6: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Di awal Februari 2004, BadanMeteorologi dan Geofisikamemperingatkan masyarakat

Indonesia akan datangnya badai tropistingkat III yang terbentuk di selatan Pu-lau Jawa. Badai itu bisa memicu hujanlebat dan merata di wilayah Indonesia.Saat itu BMG memperkirakan Februarimerupakan puncak musim penghujan.

Perkiraan itu tepat. Banjir melandahampir seluruh wilayah Indonesia mulaiFebruari, dan Maret. Banjir bandangmenerjang sebagian Pulau Jawa. Selainmerusak infrastruktur, banjir di JawaTimur menyebabkan tiga orang tewasdan satu orang hilang. Banjir ini melandatujuh wilayah di Jawa Timur. DiKabupaten Mojokerto, banjir lumpurmelanda bagian selatan daerah ini.Ketinggian lumpur mencapai 1-1,5 meter.Banjir lumpur ini merupakan pertamakali dalam 100 tahun terakhir di daerahtersebut. Kerugian di Jawa Timurdiperkirakan sebesar Rp. 300 milyar.

Sedangkan di Jawa Tengah banjirmengakibatkan jalur yang menghubung-kan Semarang-Purwodadi di Kab. Gro-bogan terputus. Ratusan rumah di enamdesa di Grobogan terendam menim-bulkan pengungsian.

Di pantai utara Jawa Barat, banjirmenghambat arus lalu lintas utama pulauJawa tersebut. Banjir terbentang mulaidari Pamanukan (Subang) di bagianbarat hingga Krangkeng (Indramayu) dibagian timur. Di Indramayu kerugiandiperkirakan mencapai Rp. 1,7 milyarkarena lahan seluas 10.665 hektar teran-cam tanam ulang.

Seperti biasa, Jakarta pun mengalaminasib serupa. Ratusan penduduk disejumlah lokasi harus rela mencari tem-pat berteduh sementara. Kemacetan totalterjadi di 29 titik. Tangerang dan Bekasipun tak jauh beda kondisinya. Kondisi diwilayah ini hampir bersamaan dengan

wabah nyamuk demam berdarah.Di Kabupaten Banjar, Kalimantan

Selatan, ribuan warga terpaksa me-ngungsi karena sebagian besar wilayahtersebut terendam banjir. Di KabupatenManggarai, NTT, tiga orang tewas danenam lainnya hilang. Banjir juga terjadidi Donggala, Sulawesi Tengah menye-babkan dua orang tewas. Sumatera,Sulawesi, pun tak luput dilanda banjir.

Pemerintah dinilai lemah dalammengatasi banjir. Ini terbukti banjirselalu berulang setiap tahun. Langkah-langkah antisipasi nyaris tidak pernahterdengar, sementara penanganan pascabanjir terkesan lamban. Padahal telahbanyak pihak yang memberikan masukankepada pemerintah tentang antisipasibanjir.

Di tengah melimpahnya air bah,Pemkot Batu dan Pemkot Malang, justrukekurangan air bersih. Kedua pemerintahdaerah terpaksa menyewa puluhan unittruk tangki guna mengatasi krisis airbersih karena distribusi air bersih merekaterganggu banjir. Sebanyak 4.200pelanggan air PAM Batu terpaksa men-cari air dalam jerigen, sedangkan di KotaMalang ada 7.000 pelanggan kesulitanmendapatkan pasokan.

Sementara itu, pada bulan ini PDAMTasikmalaya menaikkan tarif sebesar 50persen. Kenaikan ini tak hanya me-nyangkut tarif dasar tapi juga klasifikasitarif terhadap tarif rumah tangga yangtelah berubah fungsi. Alasan kenaikan,biaya operasional dan harga-hargabarang keperluan PDAM meningkat.Kontan kenaikan itu mengundang reaksiwakil rakyat. Mereka keberatan dengankenaikan itu mengingat PDAM tersebutmasih untung, kendati kecil.

Di Ungaran, PDAM setempat takmampu lagi menanggung beban biayaoperasi dan utangnya. Tunggakan PDAM

ini sejak 1994 mencapai Rp. 33,8 milyar.Untuk mengatasi hal itu PDAM Ungaranmenggandeng PT Sara Tirta Ungaran(STU) untuk mengelola sumber air diNgembar, Kecamatan Jambu. Bentukkerja samanya adalah PT STU memba-ngun dan mengelola alih milik denganmasa konsesi 27 tahun. Apabila masakonsesi habis maka semua asset kembalimenjadi miliki PDAM Ungaran. Investasibaru ini besarnya Rp. 29,244 milyar ter-diri atas Rp. 23,4 milyar untuk memba-ngun instalasi pengeolahan air minumdan sisanya untuk membangun instalasidi sumber air.

·

A P O R A N U T A M AL

4 PercikDesember 2004

Banjir Landa Wilayah IndonesiaFebruari-Maret-April

Indeks Berita AMPL

Senyum Pencari Nafkah TPABantar Gebang (2/2)TPA Cipayung Jadi Proyek Per-contohan TPA se-Jabotabek (3/2)Lahan Pembuangan Akhir SampahCemari Tambak (9/2)TPS Cilincing Terbukti CemariLingkungan (10/2)BPPT Tawarkan Lima AspekTangani Sampah (16/2)Denda Buang SampahRp. 5 Juta (26/2)Proyek Optimalisasi Kali BanjirKanal Barat Selesai April (18/2)Jalan Pantura Situbondo TertutupLumpur dan Batu (16/2)31 Kelurahan di Yogya Rawan ban-jir dan Longsor (5/2)Suplai Air Baku Anjlok62 persen (5/4)Tercemar SPBU, 5 Tahun Langgan-an Air Mineral (11/4)Pemprop. Jabar Serahkan Penge-lolaan dan Aset Air Bersih kePDAM (13/4)Usulan Kenaikan Tarif PDAM(Tegal) sebesar Hampri 100 persen(20/4)Air PAM di Bangka Barat SudahLama Tercemar (27/4)Ratusan Warga Bojong Unjuk Rasake Mabes Polri (9/3).

Ka le idoskop

Page 7: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Menyusul banjir di berbagaiwilayah di Indonesia,masyarakat mulai menilai

kinerja pemerintah dalam menanganikasus ini. Umumnya mereka berpen-dapat pemerintah kurang mengantisi-pasi banjir yang terjadi dan akibatyang ditimbulkannya. Akibatnya, kor-ban baik harta maupun jiwa terus sajamuncul dan jumlahnya tak sedikit.

Pemerintah daerah seperti DKI Ja-karta, misalnya, tak mampu lagimenangani banjir ini. Pemda DKImeminta pemerintah pusat turungunung untuk ikut menyelesaikannya.Ini karena persoalan banjir bukansemata-mata persoalan propinsi tapilintas daerah.

Bupati Indramayu Irianto Syafiuddinmeminta bantuan pemerintah propinsidan pusat dalam mengatasi sedimentasidi wilayah tersebut. Tingkat sedimentasidi Indramayu tertinggi di Jawa Baratkarena wilayah ini merupakan hulu darisungai-sungai yang membawa lumpurdari arah Tasikmalaya, Garut, Sumedang,Subang, Majelengka, dan Kuningan.

Di Bekasi, warga Babelan memintaKali Rawasasak segera dinormalisasi olehpemerintah. Kali tersebut mengalamipendangkalan dan ditumbuhi beragamtanaman air sehingga kali tak mampu lagimenampung air hujan.

Di Kota Bogor, jalan-jalan banyakyang rusak karena buruknya drainase.Karena itu, beberapa pihak mengusulkanagar jalan-jalan di kota hujan tersebut taklagi dilapisi aspal tetapi dibeton. Selainitu warga meminta drainase perlu ditatadengan baik mengingat curah hujan dikota tersebut sangat tinggi. Warga jugamengharapkan pemerintah daerah mem-benahi tata laksana sampah dan peda-gang kaki lima. Mereka berharap kotawisata itu bisa bersih dan sehat.

Di Padang, warga menyesalkan

kerusakan lingkungan yang terjadi diwilayah tersebut. Beberapa kawasan yangdulunya tak pernah banjir, saat itu ikutmerasakan musibah. Warga menilaipemerintah kota kurang peduli terhadapbanjir dan persoalan lingkungan sertatata ruang kota.

Menteri Negara Lingkungan HidupNabil Makariem menyatakan sembilansitu yang telah berubah fungsi dari 198situ (alam dan buatan) yang tersebar diJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, danBekasi harus dikembalikan kepada kon-disi semula. Menurutnya, mengemba-likan konservasi situ di kawasan inimerupakan upaya mencegah banjirkhususnya di daerah resapan dan kan-tung-kantung air. Selain itu ia juga pri-hatin terhadap kerusakan 134 situ (68persen). Hanya 42 situ (20 persen) yangdinyatakan baik dan dua situ dinyatakanhilang.

Apa yang dikatakan Nabiel memangbenar. Waduk Rawa Badung di Jati-negara, Jakarta Timur misalnya, fung-sinya sebagai penampung air juga sebagaipenampung sampah. Permukaan wadukdipernuhi sampah seperti plastik-plastik,dedaunan kering, botol, kaleng-kaleng

bekas, dan lainnya. Kondisi inisangat mengganggu warga sekitarwaduk. Mereka mengharapkanpemerintah bisa memagar waduktersebut.

Sementara itu warga KotaBogor dikejutkan dengan naiknyatarif air minum PDAM TirtaPakuan Kota Bogor sebesar 150persen. Kenaikan itu didasarkanatas naiknya tarif dasar listrik(TDL) sebesar 60 persen dan BBMsebesar 50 persen serta UMRsetempat. Kenaikan yang mulaiberlaku pada bulan Juni itu jelasmembuat masyarakat keberatan.

Mereka menilai kenaikan itu terlalu ting-gi dan tidak sesuai dengan pelayananPDAM kepada para pelanggannya. Tapiya itu…..wus-wus, suara rakyat nyaris takterdengar. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

Indeks Berita AMPL

Meminta Pertanggungjawaban PemerintahMei

Pemkot Bekasi Dinilai Ingkar Janji,Warga Tutup TPA Bantar Gebang (6/5)Sampah TPA Leuwigajah untuk Listrik(8/5)Kontainer Ganti Fungsi TPS Liar (10/5)Guru Mengancam Mogok MengajarKarena Sampah (31/5)Warga Konsumsi Air Tak Layak (14/5)PDAM Bogor Naikkan Tarif 150 Persen(21/5)Tiap Tahun Penurunan Debit Air diNTB Tinggi (26/5)Seminar 'Budaya Air' (19/5)Pipa Air Minum pun Digantung diPohon (13/5)Perlu Aturan Realokasi Penggunaan Air(5/5)Pusat Diminta Bantu Atasi Soal Banjir(14/5)Debit Air Sungai Citandui TurunDrastis (8/5)Sungai di Jakarta WC Terpanjang diDunia (5/5).

FOTO: DEPKES

5PercikDesember 2004

Ka le idoskop

Page 8: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Setelah dilanda banjir di sejumlahdaerah, Indonesia kembali mene-rima 'hukum alam' akibat keru-

sakan lingkungan: kekeringan. Kondisiini tidak hanya menyengsarakan rakyatsebagai individu karena sulitnya merekamemperoleh air bersih, tapi juga penye-dia air bersih yakni PDAM. Perusahaanmilik daerah mulai mengeluh sulitnyamemperoleh air baku.

Sungai-sungai di Kalimantan Baratmenyusut airnya secara drastis. Keda-laman air yang semula sekitar 3 meterberubah menjadi 1 meter. Bahkan dibeberapa badan sungai, warga denganleluasa menyeberanginya dengan ber-jalan kaki. Kondisi itu jelas mengganggupasokan air baku di beberapa PDAMseperti PDAM Sanggau, Landak, danPontianak. Warga setempat terpaksaharus membeli air minum Rp. 70 ribu pertangki isi 4 ribu liter. Warga yang lainmembeli eceran seharga Rp. 1.000 perjerigen. Yang menyedihkan, sebagianwarga lain yang tak mampu membeli air,terpaksa mengambil air dari sungai padamalam hari untuk diendapkan dan digu-nakan keesokannya. Bahkan ada yanglangsung menggunakannya dari sungai.

Di Banjarmasin, PDAM setempat punmengalami kekurangan pasokan. Salahsatu intake bahan bakunya yang berkapa-sitas 500 liter per detik tak bisa dipergu-nakan lagi. Selain karena kekeringan,kondisi ini akibat intrusi air laut yangsudah di atas ambang normal. Sulitnyaair bersih ini menimbulkan dampakburuk bagi warga. Penyakit diare mulaimenyerang warga di sekitar sungai.Mereka yang terserang umumnya masya-rakat miskin yang tinggal di permukimanpadat.

Di Serang, Banten, sekitar 10 ribupelanggan PDAM setempat tak bisamenikmati air bersih. Direktur PDAMsetempat menyatakan pasokan itu ter-henti karena pipa induk air PDAM di

Taman sari, Kecamatan Baros, ditutupwarga karena persoalan ganti rugi yangtak kunjung usai.

Di Gunung Kidul, Yogyakarta, pemdasetempat membagi air bersih kepadawarga dengan prioritas warga kurangmampu. Sebanyak 11 kecamatan di kabu-paten ini kesulitan air bersih akibat ke-keringan. Di Kulonprogo, delapan dari 12kecamatan yang ada mengalami keke-ringan. Bahkan empat kecamatan sudahselama hampir dua bulan tak menikmatiair bersih sama sekali.

Kepala Balai Pengelolaan DaerahAliran Sungai (DAS) Pemali Jatrun Prop.Jateng Sutrisno mengatakan sebanyak428.687 hektar lahan hutan di 16 kabu-paten/kota di wilayahnya dalam kondisikritis dan harus mendapatkan perhatianserius karena dapat menimbulkan ben-cana. Dari jumlah tersebut 238.170 diantaranya berada di luar kawasan hutan.

Sementara itu di Nusa TenggaraTimur, pemerintah daerah setempatmenghentikan pasokan air ke barak-barak penampungan warga eks TimorTimur. Pemda beralasan mereka takmemiliki lagi dana operasional untuk itu.Warga eks pengungsi menanggapinyadengan keras. Mereka menyatakanpemerintah telah memperlakukan mere-ka tidak lagi sebagai manusia karena

telah menghentikan distribusi air minumke kamp mereka.

Selain di daerah, krisis air mengan-cam ibukota Jakarta. Ini adalah bencanatahunan bagi ibukota. Krisis ini akibatcurah hujan yang turun di Jakarta tidakbisa kembali menjadi air tanah karenaberkurangnya daerah resapan air.Sedangkan kondisi air tanahnya sendiriyang tersisa dalam kualitas yang buruk.Hasil pengamatan terhadap sumur wargadi lima wilayah Jakarta menunjukkanbahwa 90 persen air tanah telah tercemarbakteri coli yang berasal dari tinja. Bilakeadaan ini tak segera diubah, menurutJapan Indonesia Cooperation Agency(JICA), Jakarta akan mengalami keku-rangan air parah pada tahun 2010.

A P O R A N U T A M AL

6 PercikDesember 2004

Indeks Berita AMPL

Masyarakat Kekurangan Air BersihJuni-Juli

Tarif PDAM Indramayu Naik 66Persen (30/6)Sungai Siak Tercemar Limbah,PDAM Disarankan Tidak MengolahAir Baku (3/7)Warga 116 Desa di Demak KesulitanAir Bersih (8/7)Dinilai Cacat Hukum, 16 LSM GugatUU SDA ke MK (14/7)Resapan Air Laut Sudah ke TengahKota (20/7)Blue Oasis City Dibangun di KawasanResapan Air (28/7)PK UU SDA Diajukan ke MK (29/7)Proportional Water Sharing, UntukMencegah Absolut Sumber MataAir (22/7)Perpanjangan TPA Bantar GebangDisetujui (10/6)Warga Tetap Tolak Bojong sebagaiTempat Pembuangan Sampah OrangJakarta (23/7)TPST Bojong Dijamin Tidak CemariLingkungan (29/7)Situ di Bekasi Terus Menyusut (8/6)Rp. 100 Milyar Bebaskan Lahan BKT(24/6)Sungai Mookervaart Riwayatmu Kini(28/7).

KARIKATUR:RUDI KOSASIH

Ka le idoskop

Page 9: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Kekeringan yang melandaIndonesia mau tak maumendorong semua pi-

hak mencari alternatif sumber-sumber air atau cara untuk men-jaga agar air yang ada bisa diper-tahankan. Pemerintah melaluiMenteri Riset dan Teknologi(Menristek) Hatta Rajasa mene-gaskan tekadnya untuk mencarisumber air untuk memenuhikebutuhan air bersih. Salah satucontoh berupa pembuatan wa-duk bawah tanah di Goa Bribin,Gunung Kidul. Pemompaan airbawah tanah dari Goa Bribin itu akanmampu memenuhi kebutuhan air bersihbagi 175 ribu warga Gunung Kidul.

Pengeboran air bawah tanah jugadilakukan di Dusun Duwet Desa Suci,sekitar 40 km selatan ibukota Wonogiri,Jawa Tengah. Pengeboran air sedalam160 meter ini mampu memenuhi kebu-tuhan air bagi 500 keluarga di desa terse-but. Dengan adanya sumur itu, warga taklagi perlu berjalan 7 km ke ibukota keca-matan untuk membeli air atau menunggutruk tangki air di jalan raya yang jaraknya1 km dari kampung mereka.

Upaya mencari sumber air baru jugadilakukan melalui lomba. Peneliti dariBadan Pengkajian dan Penerapan Tek-nologi (BPPT), Arie Herlambang, berhasilmemenangkan lomba Inovasi Teknologi2004. Ia berhasil mengalahkan tujuh finalislainnya dengan temuan berjudul 'AplikasiTeknologi Pengolah Air Asin di LahanGambut Menjadi Air Minum'. Temuan initidak sekadar teori tapi telah diterapkan dikawasan transmigrasi Kalimantan Tengahyang mengalami kelangkaan air. Secaraumum, pengolah air ini terdiri atas prosesfilterisasi yang jauh lebih panjang dariperusahaan air minum di perkotaan, dandikombinasikan dengan unit desalinasi.Sistem pengolah seharga 350 juta inimampu menghasilkan 170 galon air siap

minum dalam delapan jam operasional.Warga membeli air olahan itu seharga Rp.3.000-5.000 per galon.

Sementara itu, untuk mencegah pen-dangkalan sungai, pencemaran, dan ban-jir, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso me-minta warganya untuk tidak membuangsampah ke 13 sungai yang melintas di Ja-karta. Selain itu, pemda DKI juga akanmemindahkan rumah-rumah yang ada dibantaran sungai. Pemda menjanjikanwarganya yang tinggal di areal tersebutdan memiliki KTP DKI, rumah susun de-ngan harga murah. Semuanya untuk me-nyukseskan program transportasi sungaidan wisata air di Jakarta. Salah satu sun-gai yang kondisinya sudah mulai bagusadalah Kali Angke. Hanya saja, yang men-jadi PR pemda DKI yaitu mengubahwarna air dari hitam menjadi jernih.

Sedangkan untuk mencegah banjir,pemerintah bertekad untuk meram-pungkan proyek Banjir Kanal Timur(BKT) pada 2007. Proyek ini telah men-galokasikan dana sebesar Rp. 1,938 tri-liun untuk pembangunan konstruksi.Proses yang masih alot adalah pembe-basan lahan, mengingat lahan cukup luasyakni 263 hektar dan menjadi milikmasyarakat. Dengan adanya BKT debit airdi Jakarta diharapkan dapat dikendalikandan mengurangi daerah rawan genangan

di 13 kawasan. BKT juga mencakuppembangunan tiga lokasi.

Di Sumedang, pemerintah akanmengkaji ulang desain pembangunanbendungan dan waduk Jatigede diwilayah tersebut. Departemen Per-mukiman dan Prasarana Wilayah akanmenurunkan elevasi permukaanwaduk dari desain semula sehinggawilayah genangan waduk dapat diku-rangi. Perubahan ini akan mengurangivolume air yang dapat ditampungwaduk sekaligus mengurangi luasareal pelayanan waduk tersebut.

Benih-benih ancaman warga untukmenutup Tempat Pengolahan SampahTerpadu (TPST) mulai muncul. Wargadari enam di desa di Kecamatan Kelapa-nunggal meminta DPRD Kabupaten Bo-gor mencabut SK Bupati Bogor tentangpemberian izin lokasi TPST Bojong. Per-usahaan pengelola TPTS PT. Wira GunaSejahtera meyakinkan bahwa semua per-alatan dan mesin pengolah sampah amanbagi lingkungan. (MJ)

Indeks Berita AMPL

A P O R A N U T A M A

Mencari Sumber Air Alternatif

LAgustus

Pencarian Sumber Air Terus Dila-kukan (3/8)Tidak Mampu Atasi Keluhan Pe-langgan, Palyja Terancam Terke-na Sanksi (3/8)Sumur Bor Atasi Kesulitan AirBersih (5/8)Empat Kabupaten di BanyumasKekeringan (10/8)Pengolah Air Lahan Gambut Me-nangkan Lomba Inovasi (20/8)Merdeka Ya Merdeka, Kurang AirYa Kurang Air (23/8)Debit Air di Tiga Danau Surut,Ribuan Warga Cirebon TerancamKekeringan (24/8)Tiga SDN Tercemar Sampah Be-lum Dipindah (2/8)DKI Tetap Operasikan TPST Bo-jong (10/8)Kelola Sampah Mandiri, TidakMustahil (31/8).

KARIKATUR:RUDI KOSASIH

7PercikDesember 2004

Ka le idoskop

Page 10: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Ketidakmampuan PDAM mela-yani kebutuhan masyarakat akanair minum mendorong lahirnya

bisnis air minum isi ulang. 'Perusahaan'skala rumah tangga ini berdiri di sudut-sudut jalan di Jakarta. Mereka menjualair minum dengan harga terbilangmurah. Rp. 2.500 per galon. Harga inijauh lebih murah dibandingkan harga airminum kemasan bermerek yang bisamencapai dua kali lipat. Kemunculandepot air minum isi ulang tentumengkhawatirkan perusahaan-perusa-haan bermerek. Selain itu, sebagianmasyarakat pun ada yang kurang yakindengan tingkat higienisitas air isi ulangtersebut.

Di media massa muncul pemberitaanbahwa sebagian depot air minum isiulang mengandung e-coli dan bisa me-nimbulkan penyakit ginjal bila dikon-sumsi dalam waktu lama. Jelas ini mem-buat resah para pengusaha kecil tersebut.Melalui asosiasi pengusaha, pemasok,dan distribusi air minum isi ulang(Apdamindo), mereka membantah per-nyataan itu yang dianggap terlalu tenden-sius dan menimbulkan fitnah. Merekameminta pihak-pihak yang mengelu-arkan pernyataan itu melakukan klari-fikasi karena kalau tidak maka bisnis airminum isi ulang akan terancam.

Para pengusaha kecil ini mengakuibahwa pengusaha air minum isi ulangmasih harus dibina dan diberikan penyu-luhan pentingnya higienitas. Karenanyamereka perlu dibantu, bukan malahdimatikan dengan menggiring opini ma-syarakat ke arah yang negatif.

Pemda DKI Jakarta mengeluarkan SKGubernur No 13 Tahun 2004 tentang ser-tifikat laik sehat bagi depo air minum(DAM). Sertifikat ini mengatur prosedurpemberian, rekomendasi perizinan, danpengawasan terhadap bisnis air minumisi ulang. Sertifikat ini merupakan salah

satu prasyarat untuk mendapatkan izinoperasional dari Depperindag. SK itujuga memberikan sanksi kepada peng-usaha yang melanggar dari mulaiperingatan tertulis sampai pencabutanizin operasi. Apdamindo menyambutbaik adanya SK tersebut. Mereka menya-takan adanya SK itu bisa memberikanjaminan kepada masyarakat dan peng-usaha.

PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerangmenjanjikan pasokan air bersih bagiwarga di wilayah yang kekurangan airbersih. Pihaknya telah menyiapkan enamtangki air berkapasitas 5.000 liter. Ber-dasarkan data, ada 25 desa yang meng-alami kesulitan air bersih. Namun tidakada satupun pengurus RT/RW setempatyang mengajukan permintaan air bersih.

Langkah serupa dilakukan PDAMIndramayu. Untuk mengatasi kesulitanair, PDAM membagikan air bersih gratiske desa-desa atas permintaan kuwu(kepala desa) dengan menggunakan dela-pan truk tangki. Desa tinggal memba-ngun tempat penampungan air bersih.Tiap desa dipasok air sebanyak empattruk tangki berkapasitas masing-masing4 ribu liter.

Di beberapa daerah lain kekeringanmasih terjadi. Akibatnya, masyarakatsulit memperoleh air bersih. Kejadian inibisa dilihat di Kalimantan, sebagian Ja-wa, dan Nusa Tenggara.

Sementara itu Kota Medan dan seki-tarnya dilanda banjir besar. Hujan terusmenerus turun selama beberapa hari.Ratusan rumah terendam. Banjir besarini selain karena hujan juga akibat banjirkiriman dari daerah di sekitarnya.

Kasus Bantar Gebang mencuat kem-bali setelah perjanjian kerja sama antaraPemda DKI dan Bekasi ditandatanganipada pertengahan Juli lalu. Pasalnya,TPA itu seperti ditelantarkan. Air limbahdari gunungan sampah meluap ke salur-an sampai ke permukiman warga. Per-usahaan yang ditunjuk sepertinya belummelaksanakan tugasnya. Pemda Bekasimeminta Pemda DKI membereskanpengurusan TPA tersebut. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

8 PercikDesember 2004

Air Minum Isi Ulang Jadi SorotanSeptember

Indeks Berita AMPL

Investasi Mitra PDAM Terbatas(1/9)Tarif PAM Jaya Naik OtomatisSetiap 6 Bulan (1/9)Cekungan Bandung Krisis AirAkibat Perubahan Lahan (3/9)PAM Banjarmasin AndalkanTabuk (21/9)Harga Air Bersih Rp. 2.000 perJerigen (24/9)Warga Tepi Mahakam KesulitanAir Bersih (30/9)Sumber Air Bulak SindonBerpotensi Dibisniskan (30/9)DKI Belum Serahkan Pengelo-laan TPA (7/9)2005, TPA Cikundul TakBerfungsi (14/9)Penolakan Atas TPST BojongDitunggangi LSM dengan Teror(16/9)Banjir Melanda Sumut, RatusanRumah Terendam (21/9).

KARIKATUR:RUDI KOSASIH

Ka le idoskop

Page 11: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Kemarau panjang yang melandawilayah Indonesia menyisakankepedihan bagi warga. Krisis air

bersih terjadi di beberapa tempat.Bahkan masyarakat di Wanareja, Garutterpaksa mengkonsumsi air comberan.Belakangan diketahui bahwa air tersebutmengandung bakteri dalam kadar yangtinggi. Air tak layak minum, kendatidimasak sekalipun. Air hanya cocokuntuk mencuci tangan.

Dinas kesehatan setempat pun sudahmemperingatkan warga. Namun apa hen-dak dikata, pasokan air bersih tak kun-jung tiba. Satu-satunya jalan, warga di-minta untuk melakukan kaporitisasi ter-lebih dahulu sebelum dikonsumsi.Sedangkan Pemda Garut membantu alatpenyaringan air comberan buatan ITBsenilai 40 juta dengan kontrak selamadua bulan. Sebenarnya di wilayah terse-but ada sumber air Cigaruhguy. Tapikarena ada hukum adat, sumber air ituhanya boleh dikonsumsi oleh dua kam-pung saja. Sembilan kampung lainnyahanya gigit jari.

Di Martapura, Kalimantan Selatan,warga di Kecamatan Gambut yang tinggaldi tepi handil-handil (parit buatan khasKalsel) telah empat bulan mengkonsumsiair kubangan untuk keperluan sehari-hari. Kubangan-kubangan itu dibuatwarga di sekitar handil sedalam 2 meter.Tiap kubangan menghasilkan air bebera-pa ember. Airnya berwarna kekuningandan keruh. Beberapa kubangan ada yangterletak di tepi kakus dan menimbulkanbau yang tidak sedap. Air kuning ini dien-dapkan dan disaring untuk kemudiandipergunakan.

Di Serang, Banten, puluhan warga diKelurahan Sukawana dan Trondol ter-serang diare. Penyakit ini menyerangwarga gara-gara mereka mengkonsumsi

air dari Kali Bedeng yang berfungsi seba-gai MCK (mandi, cuci, kakus) dan tempatmandi ternak.

Krisis air juga terjadi di Kupang,ibukota NTT. Sebanyak 550 ribu wargatak memperoleh air bersih. Sumur-sumurwarga mengering. Sumber air Oepura,salah satu sumber air terbesar di kota ituyang selama ini dipergunakan olehPDAM Kota Kupang untuk menyuplai airbagi warga juga mengering. Masyarakatantre air terlihat di beberapa sudut kotauntuk memperoleh air sebanyak 1 jerigenberkapasitas 5 liter. Kondisi ini semakindiperparah dengan rusaknya jaringanpipa PDAM setempat.

Nasib serupa dialami warga Cirebon.Hanya saja kondisinya lebih baik. Wargamasih bisa menikmati kucuran airkendati harus bergiliran. Ini adalahlangkah PDAM setempat untuk membagiair agar semua warga kebagian.

Pergiliran air juga terjadi di Su-medang, Jawa Barat. Sumber air Cipan-teneun Cimalaka sebagai sumber air bakuPDAM setempat mulai menyusut. Beda-nya dengan Cirebon, tidak semua pelang-gan PDAM bisa menikmati kocoran air.Sebagian harus gigit jari karena air takmenetes kecuali suara angin dari ujungkran. Kondisi seperti ini mengharuskanPDAM setempat mendrop air dengantruk tangki.

Di Cimahi, masyarakat KelurahanCibeber Kecamatan Cimahi Selatan me-nuntut Pemkot Cimahi segera menutupdan menghentikan eksploitasi air DanauCiseupan yang diperjualbelikan olehkelompok tertentu kepada industri-industri. Tuntutan ini muncul menyusulterjadinya kekeringan di kawasan Ci-beber dan sekitarnya. Air sumurmenyusut dan permukaan air danauturun 2-3 meter.

Tak jauh dari Cimahi, warga dikawasan Jl. Braga, Kota Bandung mem-protes pembangunan Braga City Walk(BCW). Warga menilai proyek itu telahmenimbulkan gangguan terhadap ling-kungan. Mereka mulai mengeluhkansumber air mereka yang berkurang.Sebelumnya perusahaan yang memba-ngun proyek itu menjanjikan kompensasiberupa pembangunan jaringan air kewarga. Tapi janji tetap janji, tak ada re-alisasi.

Di Jakarta, pengelola air bersih PT.Palyja mengeluhkan adanya defisit airbaku. Pasokan yang seharusnya 6,2 meterkubik per detik kini hanya ada 5,2 meterkubik per detik. Padahal rata-rata kebu-tuhan air baku 5,4 meter kubik per detik.Selain pasokan kurang, perusahaan mitraPAM Jaya itu mengeluhkan kualitas airbaku. Air terlalu keruh. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

9 PercikDesember 2004

Air Comberan dan Kubangan punDikonsumsi

Oktober

Indeks Berita AMPL

Krisis Air di Kupang BelumTeratasi (4/10)Untuk Mengairi Lahan Pertani-an, Pipa PDAM Kuningan Dije-bol Masyarakat (7/10)Empat Bulan Ribuan Warga diGambut Bergantung Air Ku-bangan (9/10)Hasil Penelitian Sucofindo, AirPDAM Surabaya Layak Minum(11/10)Proyek Wisata Terpadu AncamKonservasi Air (13/10)Debit Air Baku PDAM Turun200 Liter Per Detik (25/10)Warga Sukabumi Selatan Menje-rit Kekurangan Air (25/10)Warga Bekasi Utara Minta Dibu-atkan Sumur (27/10)Warga Wanaraja Masih Kon-sumsi Air Comberan (27/10)Tercemar, Air Sungai Musi TidakLayak Konsumsi (29/10).

Ka le idoskop

Page 12: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Akhir Nopember 2004 merupakanpuncak kasus Tempat Peng-olahan Sampat Terpadu (TPST)

Bojong, Kecamatan Kelapanunggal, Ka-bupaten Bogor. Warga sekitar berunjukrasa yang berbuntut bentrokan antarapengunjuk rasa dan aparat kepolisiandari Polres Bogor. Lima warga tertembakdan lainnya ada yang melarikan diri aliasmenghilang.

Aksi warga di sekitar ini sebenarnyatelah berlangsung berkali-kali. Sempatmuncul isu ada yang menunggangi aksi-aksi mereka. Namun yang jelas di per-mukaan, warga beralasan kehadiranTPST akan berdampak buruk terhadaplingkungan dan dianggap pembangunanTPST itu menyalahi rencana umum tataruang (RUTR) di kawasan tersebut yangdiperuntukkan bagi permukiman.

Setiap kali akan ada ujicoba, wargaselalu menghadang truk-truk yang akanmasuk. Bahkan warga sempat mengusirKapolres Bogor yang sedang melakukansosialisasi. Mereka juga menebang po-hon di sepanjang jalan menuju ke lokasitersebut dan memblokir jalan denganmaterial-material berat. Puncak ben-trokan tanggal 22 Nopember menjelangtengah hari. Massa menyerang TPSTBojong dan merusak serta membakaraset milik PT Wira Guna Sejahtera (pen-gelola TPST).

Menteri Negara Lingkungan Hidupyang baru Rachmat Witoelar dapatmemahami kekhawatiran masyarakat disekitar lokasi mengenai dampak negatifkeberadaan TPST tersebut. Namun iajuga menyayangkan tindakan masyarakatyang menyebabkan kerusakan karenasebenarnya masih terbuka peluang untukbernegosiasi. Menurutnya, seharusnyasosialisasi dilakukan lebih intensif kepa-da masyarakat.

Akibat kejadian itu beberapa pihakmeminta TPST Bojong ditutup semen-tara. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso

menegaskan TPST itu akan tetap ber-operasi, hanya saja menunggu kondisiyang kondusif.

Pusat Penelitian Leingkungan HidupLembaga Penelitian dan PemberdayaanMasyarakat (PPLH-LPPM) IPB melihatkasus Bojong sebagai sebuah gunung esdalam masalah pengelolaan sampah diIndonesia. Persoalan itu berakar padamasalah mendasar bahwa pengelolaansampah di DKI Jakarta, dan kota-kotabesar lainnya masih bertumpu pada pa-radigma lama. Paradigma baru dalam pe-ngelolaan sampah yakni membangunkebijakan dan praktek-praktek pengolah-an sampah yang mencerminkan peng-olahan sampah berbasis komunitas yangmelibatkan seluruh partisipasi masya-rakat, pengusaha, dan pemulung.

Kasus Bojong ini ini seakan menya-darkan pihak-pihak terkait dengan sam-pah untuk menyuarakan idenya. Bebe-rapa kalangan mengusulkan agar sampahJakarta yang jumlahnya 6 ribu ton perhari dibuat kompos. Ada juga yangberpendapat agar insinerator dibangundi masing-masing wilayah agar tak terlalumembebani TPA. Ada juga yang bersi-kukuh dengan penerapan teknologi cang-gih mengingat keterbatasan lahan yangada. Mana yang benar? Masing-masingmemiliki argumentasi. Yang pasti untukskala Indonesia, ide-idenya belum adayang terbukti 100 persen tepat. Karena-nya, saat ini perlu pemikiran yang men-dalam untuk mencari pemecahan yangtepat. Jangan sampai kasus Bojong ituterulang kembali dan jatuh korban.

Sementara itu wilayah seperti Tange-rang dengan tegas menolak rencana DKIuntuk membuang sampahnya ke daerahtersebut. Seperti diketahui, DKI sendiritak lagi memiliki lahan untuk areal pem-buangan sampah. Kasus ini pun menya-darkan bahwa persoalan sampah memer-lukan kerja sama lintas wilayah denganperhitungan yang matang dan saling

menguntungkan, termasuk pula mengun-tungkan rakyat di sekitar areal yang akanmenjadi lokasi pembuangan sampah.Dan yang lebih penting, analisa mengenaidampak lingkungan tak boleh diabaikan.Kalau tidak, rakyat yang akan menjadikorban.

Akhir tahun 2004 ini juga diwarnaidengan hujan deras yang mengguyurbeberapa wilayah di Tanah Air. Drainaseyang buruk menyebabkan banyak daerahmulai kebanjiran kendati tidak dalamjangka waktu lama. Jakarta pun telahbersiap diri untuk menghadapi kondisiitu termasuk upaya mencegah penyakitdiare yang biasa terjadi pada musimhujan. Tapi karena pembangunan drai-nase yang buruk, beberapa jalan tampakrusak tergerus air hujan.

A P O R A N U T A M AL

10 PercikDesember 2004

Gejolak di TPST BojongNopember-Desember

Indeks Berita AMPL

Distamben Jabar MembangunSumur Artesis di Leulosa (1/11)Sumber Air Minum Jangan dariSungai yang Tercemar (5/11)Krisis Air Bersih Ancam Jakarta(22/11)PDAM Harus Beri KompensasiSelama Air Tidak Mengalir(23/11)Tarif Otomatis Air Bersih akanDikaji Ulang (29/11)Warga Dukung KeberadaanTPST Bojong (1/11)Sampah Untuk Kompos (4/11)Investor Incar Pengelolaan Sam-pah Surabaya (9/11)Sampah Bertumpuk di Tepi Ja-lan DKI Jakarta dan Tangerang(18/11)Rusuh di TPST Bojong, LimaPengunjuk Rasa Tertembak(23/11)Kanal Masih Jadi TempatSampah (21/11)Pemkot Jaktim Takut Pembe-basan Lahan BKT Diambil Alih(10/11)Waspadai Penyakit di MusimHujan (12/11).

Ka le idoskop

Page 13: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Kebijakan Nasional PembangunanAir Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) menggu-

nakan dua pendekatan yakni berbasismasyarakat dan berbasis lembaga.Kebijakan berbasis masyarakat memasu-ki tahap implementasi pada tahun 2004.Saudara kandungnya, kebijakan berbasislembaga kini masih dalam tahap peng-godogan. Awal tahun 2005, kebijakan itusudah jadi dan siap untuk didisemi-nasikan.

Bila menengok proses penyusunannya,kebijakan pembangunan berbasis lembagaini lebih cepat dari proses penyusunankebijakan AMPL berbasis masyarakat.Lokakarya mengenai draft kebijakan iniberlangsung pada September 2004 danproses penulisan diselesaikan pada akhirDesember ini. Keberadaan kebijakan inimerupakan momentum yang penting,karena diharapkan akan memberikan kon-sistensi dan kepastian bagi pelaksanaanpembangunan AMPL secara menyeluruh.

Proses penyusunan kebijakan dilak-sanakan dengan membentuk tim kerjayang terdiri dari 4 tim, yaitu:

Tim Air MinumTim Air LimbahTim PersampahanTim Drainase

Selain itu dibentuk juga tim lintassektor yang bertanggung jawab terhadapaspek teknis, lingkungan, pembiayaan,kelembagaan, dan sosial. Tim kerja terse-but merupakan tim inti dalam penyusun-an kebijakan berbasis lembaga. Tim itubertanggung jawab dalam proses per-baikan dokumen serta memperkaya porsipenyehatan lingkungan agar terjadi kese-imbangan dalam porsi pembahasan danpenulisannya.

Sejak lokakarya September 2004 diBogor, kelompok kerja nasional secarasimultan mengadakan diskusi guna me-nyempurnakan draft Kebijakan Lembaga.Diskusi-diskusi dilakukan baik dalam timsektor, maupun secara pleno.

Selama masa itu pula terjadi prosessinkronisasi kebijakan dengan produkperencanaan lain yang telah dihasilkanoleh Departemen PU dan KementerianLingkungan Hidup (KLH). Sinkronisasidengan Dep. PU menyangkut National

Action Plan (NAP) sektor air minum, airlimbah, dan persampahan. Sedangkandengan KLH berkaitan dengan kebijakannasional pengelolaan limbah padat.

Lokakarya I dan II berlangsung

A P O R A N U T A M A

Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga,

Telur yang akan Menetas

L

Mengutamakan masyarakat miskin da-lam peningkatan pelayanan AMPL (propoor)Menjaga keseimbangan antara kebu-tuhan penyelenggaraan AMPL dengandaya dukung lingkungan (eko-ling)Meningkatkan keterlibatan semuapihak dalam penyelenggaraan AMPL(all out)Mengoptimalkan penerapan prinsipkepengusahaan yang benar dan prinsippemulihan biaya dalam penyeleng-garaan AMPL (good coorporate gover-nance)Mengefektifkan penegakan hukum(law enforcement)Mengembangkan mekanisme kerjasama antardaerah dan antarsektordalam penyelenggaraan AMPL (re-gionalisasi)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Lembaga Meningkatkan kualitas dan cakupan pe-

layanan dari air bersih menjadi air mi-num secara bertahap.Meningkatkan akses pada prasaranadan sarana air minum dengan menguta-makan masyarakat berpenghasilan ren-dah dan daerah rendah aksesMemberdayakan masyarakat dalammenentukan memanfaatan air minumsecara layakPengendalian konsumsi air minummelalui instrumen peraturan dan tarifMeningkatkan peran pemerintah, ma-syarakat, dan dunia usaha dalam pena-nganan air bakuMenerapkan prinsip kepengusahaandan pemulihan biaya dalam pengelola-an air minum dengan menjamin kebu-tuhan dasarMeningkatkan peluang investasi dalampenyediaan dan pelayanan air minum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kebijakan Sektor Air Minum

FOTO:OSWAR MUNGKASA

11PercikDesember 2004

Ka le idoskop

Page 14: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

secara berseri dan melibatkan semua sek-tor terkait. Draft kebijakan itu terusdiperbaharui oleh konsultan dengansupervisi dari Sekretariat WASPOLA danarahan Pokja hingga akhirnya draft ketigadapat diselesaikan, yang diharapkanmerupakan drat final. Draft inilah yangnantinya akan dibawa ke pertemuanCentral Project Committee (CPC).

Kendati sudah menyelesaikan draftketiga, bukan berarti kegiatan terkait de-ngan penyusunan kebijakan tersebut sele-sai. Terdapat beberapa kegiatan pen-dukung yang sampai saat ini belum ter-laksana, yaitu:

Kajian peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan sektorAMPL, seperti misalnya UU SDA, RPPAir Minum, UU Desentralisasi, UUBUMN, dan lain-lainPengayaan wawasan dalam hal kebi-

jakan publikKegiatan tersebut belum bisa terlak-

sana juga karena padatnya agenda ke-giatan kelompok kerja. Kegiatan pendu-kung ini merupakan kegiatan lepas (inde-pendent activities) yang ditujukan untukmemberikan bahan masukan dan refe-rensi bagi tim kerja, sehingga kegiatantersebut masih relevan diadakan selamaproses formulasi Kebijakan Lembaga

yang sedang berjalan. Yang pasti tak lamalagi 'Telur' Kebijakan Nasional Pem-bangunan AMPL Berbasis Lembaga akan'Menetas'. Tentu penyempurnaan takboleh diabaikan. Kita tunggu. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

12 PercikDesember 2004

Pengurangan sampah semaksimalmungkin dimulai dari sumbernyaMengedepankan peran dan partisipasiaktif masyarakat sebagai mitra dalampengelolaan sampahMemperkuat Kapasitas Lembaga Pe-ngelola PersampahanPengembangan Kemitraan denganSwastaMeningkatkan tingkat pelayanan untukmencapai sasaran nasional secarabertahapMenerapkan prinsip pemulihan biaya(cost recovery) secara bertahapPeningkatan Efektifitas PenegakanHukum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kebijakan Sektor Persampahan

Mendorong keterpaduan antara pengaturan sektor air minum dan air limbahPenyelenggaraan air limbah dilakukan untuk keperluan konservasi lingkunganMasyarakat harus mempunyai akses pada prasarana dan sarana air limbah yangmemadaiMemprioritaskan penyediaan akses pada prasarana dan sarana air limbah untukmasyarakat miskinPenyelenggaraan air limbah dilakukan oleh lembaga yang secara khusus ditunjuk untukmenangani air limbahMeningkatkan peran pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penyeleng-garaan air limbahPenerapan prinsip pemulihan biaya secara bertahap dalam penyelenggaraan air lim-bahMengektifkan penegakan hukum dalam mencegah pencemaran sumber air

Kebijakan Sektor Air limbah

Penangangan Drainase Dilakukan olehUnsur-unsur Pemerintah, Swasta, danMasyarakat Berdasarkan Hirarki Sis-tem DrainasePengembangan Drainase Dilakukanuntuk Mendukung Keseimbangan TataAirPenanganan Drainase dengan PrioritasDaerah Padat Penduduk dan Miskin

1.

2.

3.

Kebijakan Sektor Drainase

1.2.3.

4.

5.

6.

7.

8.

FOTO:OSWAR MUNGKASA

Ka le idoskop

Page 15: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Juni 2003. Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan Berbasis

Masyarakat lahir. Kebijakan itu disepa-kati oleh enam eselon 1 dari lima departe-men. Mereka yang membubuhkan tandatangan adalah Ir. E. Suyono Dikun, Ph.D,IPM (Deputi Menteri Negara PPN/-Kepala Bappenas Bidang Sarana danPrasarana), Prof. Dr. Umar Fahmi Ach-madi, MPH, Ph.D (Direktur JenderalPemberantasan Penyakit Menular danPenyehatan Lingkungan, DepartemenKesehatan), Ir. Budiman Arif (DirekturJenderal Tata Perkotaan dan TataPerdesaan, Departemen Permukimandan Prasarana Wilayah), Drs. SemanWidjojo, Msi (Direktur Jenderal BinaPembangunan Daerah, DepartemenDalam Negeri), Dr. Ardi Partadinata, Msi(Direktur Jenderal Pemberdayaan Ma-syarakat dan Desa, Departemen DalamNegeri), dan Dr. Machfud Siddik, MSc(Direktur Jenderal Perimbangan Ke-uangan Pusat dan Daerah).

Sebelum ditandatangani, kebijakanyang disusun oleh Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) ini telah melalui beberapalangkah pengujian di lapangan. Daerahyang dipilih untuk uji coba antara lainKabupaten Solok (Sumatera Barat),Kabupaten Musi Banyuasin (SumateraSelatan), Kabupaten Subang (JawaBarat), dan Kabupaten Sumba Timur(Nusa Tenggara Timur). Uji coba inimembuktikan bahwa daerah bisa meneri-ma dan mengadopsi kebijakan tersebut.

Saatnya tahun 2004 sebagai tahunoperasionalisasi kebijakan tersebut.Namun dengan keterbatasan pemerintahpusat, kebijakan itu tak bisa langsungdilaksanakan di seluruh wilayah Indo-nesia sekaligus. Perlu ada proses dantahapan-tahapan. Maka pada Januari2004 diadakan lokakarya pengembangan

strategi pelaksanaan kebijakan nasionalpembangunan AMPL berbasis ma-syarakat. Lokakarya ini menghasilkankriteria pemilihan daerah dan pirantiyang diperlukan. Selain itu peserta sepa-kat untuk membuat rencana detailkegiatan tahun 2004. Kegiatan yang di-sepakati diarahkan pada pemasaran/pro-mosi, advokasi, fasilitasi, konsultasi, danoperasionalisasi kegiatan.

Pada awal 2004, Pokja AMPL menye-barkan surat penawaran kepada peme-rintah kabupaten/kota dan propinsi. Ada14 kabupaten dan 13 propinsi yang ter-tarik. Pokja AMPL kemudian menyelek-sinya berdasarkan surat minat dan ko-mitmen daerah. Terpilihlah tujuh propin-si yakni Propinsi Sumatera Barat, BangkaBelitung, Banten, Jawa Tengah, SulawesiSelatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat,dan tujuh kabupaten yakni KabupatenSijunjung, Bangka Selatan, Lebak, Ke-bumen, Pangkajene, Gorontalo, danLombok Barat.

Sebelum kebijakan nasional inibenar-benar diaplikasikan di daerahtersebut berbagai persiapan pun diambil.Salah satunya adalah menggelar loka-karya pemahaman kebijakan nasionaldan proses fasilitasi pelaksanaan kebi-jakan di daerah pada akhir Mei 2004.Lokakarya ini dimaksudkan untuk mem-berikan pemahaman kepada para fasilita-tor yang akan diterjunkan ke daerah ten-tang kebijakan tersebut sekaligus menyu-sun rencana kerja rinci kegiatan fasilitasipenerapan kebijakan nasional tersebut didaerah. Sebelumnya para fasilitatortersebut telah pula mengikuti orientasiMethodology of Participatory Assess-ment (MPA), sebuah metode pendekatanmasyarakat berdasarkan prinsip tanggapkebutuhan. Metode ini pula yang diadop-si dalam kebijakan nasional pembangu-nan AMPL berbasis masyarakat.

Pertengahan Juni 2004, fasilitasi

kebijakan nasional tersebut mulai ber-langsung di daerah. Para fasilitator mulaiditempatkan di daerah. Di setiap propin-si terdapat satu fasilitator yang sekaligusmenjadi fasilitator di kabupaten padapropinsi tersebut. Jumlah fasilitator adatujuh orang. Mereka didukung dan diko-ordinasikan oleh sekretariat WASPOLAdan Kelompok Kerja AMPL di Jakarta.

Sampai dengan Juli 2004, kegiatanyang dilaksanakan di daerah antara lain:koordinasi persiapan pelaksanaan kebi-jakan di daerah, dan presentasi umumpemaparan program setiap propinsi dankabupaten. Kegiatan tersebut difasilitasioleh tujuh fasilitator yang ditempatkan didaerah.

Persiapan pelaksanaan kebijakan didaerah didahului koordinasi denganpimpinan dan instansi terkait di daerah-Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Kim-praswil/Kimtaru, Dinas/Badan Pember-dayaan Masyarakat-- guna memperke-nalkan dan memperjelas rencana pro-

A P O R A N U T A M A

2004, Tahun Pelaksanaan Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat

L

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNANAIR MINUM DAN PENYEHATAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

Air merupakan benda sosial danbenda ekonomiPilihan yang diinformasikan sebagaidasar dalam pendekatan tanggapkebutuhanPembangunan berwawasan ling-kunganPendidikan perilaku hidup bersihdan sehatKeberpihakan pada masyarakatmiskinPeran perempuan dalam peng-ambilan keputusanAkuntabilitas proses pembangunanPeran pemerintah sebagai fasilitatorPeran aktif masyarakatPelayanan optimal dan tepatsasaranPenerapan prinsip pemulihan biaya

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.8.9.

10.

11.

13PercikDesember 2004

Ka le idoskop

Page 16: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

gram. Secara umum semua daerah mem-berikan dukungan positif terhadap pro-gram dan menyiapkan prasarana kerjafasilitator. Seluruh fasilitator berkantor diBappeda kabupaten kecuali di KabupatenLombak Barat-berkantor di Dinas Kim-taru (PU).

Selain dukungan di atas, pemerintahdaerah juga mengalokasikan dana untukmendukung pelaksanaan kegiatan. Hanyasaja, bagi sebagian besar daerah, danatersebut belum tersedia sehingga harusdialokasikan dalam Anggaran BelanjaTahunan (ABT). Daerah yang telah meng-alokasikan dana sejak awal yakni Kabupa-ten Kebumen, Kabupaten Sijunjung, Ka-bupaten Gorontalo, Kabupaten BangkaSelatan, dan Kabupaten Lombok Barat.

Bersamaan dengan itu fasilitatormengidentifikasi dinas terkait dan pihaklain yang peduli terhadap AMPL khusus-nya dari kalangan LSM. Identifikasi itumenghasilkan nama-nama yang diikut-sertakan dalam TOT MPA dan Pelak-sanaan Kebijakan yang diselenggarakanoleh Kelompok Kerja AMPL di Cisarua,Bogor, 13-16 Juli 2004.

Fasilitator dan pemangku kepenting-an (stakeholder) di daerah juga mengum-pulkan data sarana air minum dan penye-hatan lingkungan. Data tersebut menjadibahan pembahasan pada lokakarya dae-rah dalam pengembangan rencana kerjapembangunan AMPL. Semua daerahmenyadari permasalahan mengenai ke-lengkapan data. Oleh karena itu, penyia-pan data memerlukan waktu yang cukup.

Paparan Program di daerahAgenda pemaparan program meliputi:

(i) gambaran umum program penyu-sunan kebijakan; (ii) pokok-pokok kebi-jakan nasional AMPL berbasis masya-rakat; (iii) proses fasilitasi pelaksanaankebijakan di daerah; (iv) diskusi dan kla-rifikasi; dan (v) kesepakatan rencanakegiatan jangka pendek.

Secara umum semua daerah mem-berikan respon positif terhadap rencana

kegiatan dan memahami keberlanjutanAMPL sebagai isu penting yang perlumendapatkan penanganan. Agenda jang-ka pendek yang disepakati antara lainpenyiapan kelompok kerja, penetapancalon peserta yang dikirim ke TOT MPAdan Pelaksanaan Kebijakan.

Hal lain yang perlu ditindaklanjutioleh fasilitator antara lain:

Adanya kesalahpahaman bahwa pro-gram ini dilengkapi dengan proyekfisik. Pemahaman ini berdasarkankebiasaan bahwa setiap program yangberasal dari pusat selalu identik de-ngan proyek fisik.Ketidakhadiran unsur DPRD. Padahalmereka memegang peranan pentingdalam mendukung dan menindaklan-juti pelaksanaan kegiatan AMPL.Alokasi dana yang belum jelas daribeberapa daerah seperti Jawa Tengah,Sumatera Barat, NTB, Gorontalo, danSulawesi Selatan.

Orientasi TOT MPA danPelaksanaan Kebijakan

Semua daerah mengirimkan peserta,bahkan Banten menambah satu orangdan Gorontalo menambah dua orang.Sebanyak dua orang dari Babel danBangka Selatan tidak hadir karena alasan

kesulitan transportasi.Secara umum, seluruh peserta antu-

sias mengikuti pelatihan. Mereka jugatelah membuat rencana kerja pelak-sanaan kebijakan yang akan dibicarakanlebih lanjut di daerah masing-masing.

Lokakarya di daerahLokakarya demi lokakarya terus

berlangsung di tujuh propinsi dan tujuhkabupaten tersebut. Tujuannya untukmembantu daerah dalam pengembangankerangka kebijakan daerah dan rencanakerja sektor AMPL. Kegiatan yang telahdilaksanakan mencakup:

Kaji ulang (review) kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat di daerahIdentifikasi isu dan permasalahanAMPL daerahKajian terhadap faktor keberlanjutanpembangunan AMPL di daerahDialog-dialog kebijakan dalam rangkamenumbuhkan kepedulian berbagaipihak terhadap upaya mengatasi per-masalahan AMPL.Penyusunan rencana daerah sektorAMPLDiseminasi kebijakan oleh propinsikepada semua kabupaten/kota Sampai saat ini, seluruh propinsi

dan kabupaten, lokasi fasilitasi, telahmelakukan kaji ulang pokok-pokok ke-bijakan dengan melibatkan stakeholderluas, melalui forum lokakarya daerah,dan merumuskan kesamaan persepsi,tantangan serta upaya yang perlu dilak-sanakan daerah.

Dilakukan juga kunjungan lapanganke lokasi proyek yang dianggap berhasilmaupun gagal, untuk mempelajari fak-tor penyebabnya dan mengambil pe-lajaran (lesson learned) atasnya sebagaisuatu kajian faktor keberlanjutan. Danyang lebih penting, beberapa daerahsudah mulai memikirkan untuk me-nyusun program AMPL tahun 2005.

Akankah kebijakan ini benar-benarteraplikasikan? Kita tunggu tahundepan. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

14 PercikDesember 2004

Proyek Penyusunan Kebijakandan Rencana Kegiatan Air

Minum dan Penyehatan Lingkungan(WASPOLA) dilaksanakan di bawahkoordinasi Pemerintah Indonesia,

melalui Kelompok Kerja lintasdepartemen (Bappenas, Depdagri,

Depkimpraswil, Depkes, dan Depkeu)yang diketuai oleh Bappenas,

dengan mayoritas dana hibah dariPemerintah Australia melalui AusAID,

dan dukungan langsung Water andSanitation Program for East Asia and

the Pacific (WSP-EAP) atas namaAusAID dan Bank Dunia.

Ka le idoskop

Page 17: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Pada tahun 2004, WASPOLA mela-kukan berbagai kegiatan sebagaipenjabaran rencana kerja yang

telah disepakati oleh tiga pihak yaitu: Pe-merintah Indonesia, AusAID, dan WSP-World Bank. Kegiatan tersebut dikelom-pokkan ke dalam empat kategori, yaituoperasionalisasi kebijakan, perubahankebijakan, knowledge management, danmanajemen proyek. Berikut ini ringkasankegiatan WASPOLA selama tahun 2004.

JANUARILokakarya pengembangan strategi

pelaksanaan kebijakan di daerah. Ber-langsung tanggal 14 di Hotel Mariot Ja-karta. Dihadiri oleh 27 peserta dari Ke-lompok Kerja (Pokja) WASPOLA, WSP-EAP, AusAID. Lokakarya menyepakatistrategi pelaksanaan dan rencana kerja,yang akan memberi peran kepada pro-pinsi dalam fasilitasi di kabupaten.

FEBRUARITraining of trainer untuk lokakarya

pencapaian Millennium DevelopmentGoals. Berlangsung tanggal 10-11 di HotelSheraton Bandara Jakarta. Dihadiri oleh22 peserta dari Pokja WASPOLA, WSP-EAP, dan Sekretariat WASPOLA. Loka-karya ini melatih calon fasilitator untukpenyelenggaraan lokakarya MDGs. Fasi-litator acara ini adalah anggota Pokja ser-ta WSP-EAP yang telah mengikutipelatihan serupa di Laos.

Lokakarya nasional pencapaianMillennium Development Goals melaluirencana tindak air minum dan penye-hatan lingkungan. Berlangsung di HotelSheraton Bandara tanggal 17-19. Dihadirioleh 62 peserta dari pemerintah pusat,pemerintah daerah, asosiasi profesi, per-guruan tinggi, LSM, donor, dan war-tawan. Lokakarya ini menghasilkan ke-samaan pandang para stakeholders ten-tang perlunya peningkatan pemahamanterhadap target MDG, serta upaya sinergidari semua stakeholder dalam mencapaiMDG.

MARETLokakarya nasional pelaksanaan Kebi-

jakan AMPL Berbasis Masyarakat (Pe-milihan Daerah). Dilaksanakan di HotelHyatt Yogyakarta tanggal 10-12 Maret2004. Dihadiri oleh 55 peserta daerah (14kabupaten dan 13 propinsi), 15 peserta daripusat, 8 orang calon fasilitator daerah, sertasekretariat WASPOLA dan WSP-EAP. Padalokakarya tersebut dapat disepakati kriteriapemilihan daerah, serta syarat-syarat yangwajib dipenuhi oleh daerah yang berminat.

APRILKonfirmasi minat daerah dalam

pelaksanaan kebijakan. Dilakukan mela-lui komunikasi telepon dan kunjungan kedaerah.

MEIOrientasi Methodology for Participa-

tory Assessment (MPA) untuk pemba-ngunan air minum dan penyehatan ling-kungan. Dilakukan tanggal 10-13 di LidoResort Sukabumi. Diikuti oleh 32 peser-ta terdiri atas Kelompok Kerja WASPO-LA, Pemerintah Kab. Sukabumi, fasilita-tor daerah, dan WSP-EAP. Acara ini me-rupakan acara rutin yang dilakukan tiaptahun, yang bertujuan untuk memberi-kan pemahaman tentang MPA bagianggota Kelompok Kerja WASPOLA yangbaru, dan penyegaran bagi anggota lama.Di samping itu juga untuk membekalifasilitator yang akan bertugas di daerahtentang metodologi partisipatif yangmenjadi alat dalam fasilitasi kebijakan.

Lokakarya pengembangan ren-cana kerja fasilitasi pelaksanaanKebijakan AMPL Berbasis Masyarakatdi daerah. Diselenggarakan pada tang-gal 24-27 di Hotel Plaza Purwakarta.Diikuti oleh 25 peserta terdiri atasfasilitator daerah, sekretariat, sertaKelompok Kerja WASPOLA. Lokakaryaini menghasilkan rencana kerja rincikegiatan pelaksanaan kebijakan didaerah, termasuk indikator kinerjabagi fasilitator.

JUNIMobilisasi tim fasilitator ke daerah.

Mobilisasi dilakukan secara bertahapsesuai dengan kesiapan masing-masingdaerah. Tujuh orang fasilitator ditempat-kan di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung-Sumatera Barat, Bangka Selatan-BangkaBelitung, Lebak-Banten, Kebumen-JawaTengah, Lombok Barat-NTB, Pangkep-Sulawesi Selatan, dan Gorontalo-Gorontalo. Pada bulan ini juga beberapadaerah langsung menyelenggarakan loka-karya/pertemuan untuk mensosialisasi-kan kegiatan, yang dihadiri oleh Ke-lompok Kerja WASPOLA.

JULILokakarya review rencana kerja

WASPOLA. Diselenggarakan di HotelNovus Puncak tanggal 6-8. Dihadiri oleh25 peserta dari Kelompok Kerja danSekretariat WASPOLA. Lokakarya inimengidentifikasi kegiatan yang perlumendapat prioritas, yang dapat ditunda,atau kemungkinan tidak dilakukan, bah-kan adanya usulan kegiatan baru. Ke-giatan prioritas adalah penyelesaian Ke-bijakan Nasional AMPL Berbasis Lem-baga, sedangkan yang ditunda adalahstudi kasus dan ujicoba.

Lokakarya sosialisasi KebijakanNasional AMPL Berbasis Masyarakat diPropinsi dan Kabupaten. Dilakukan diseluruh propinsi dan kabupaten terpilih.

AGUSTUSIkut serta dalam pameran Nusan-

tara Water Expo yang diselenggarakantanggal 19-20 di Jakarta Hall Conven-tion Center. Dalam kesempatan iniKelompok Kerja WASPOLA didukungoleh Sekretariat melakukan display se-mua produk baik cetak maupun elektro-nik. Dalam pameran tersebut standWASPOLA mendapat kunjungan sekitar200 pengunjung.

Lokakarya pemahaman KebijakanNasional AMPL Berbasis Masyarakat diPropinsi dan Kabupaten. Merupakan

A P O R A N U T A M A

Sekilas Kegiatan WASPOLA 2004L

15PercikDesember 2004

Ka le idoskop

Page 18: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

wahana peningkatan kepedulian stake-holders terhadap permasalahan pemba-ngunan AMPL yang dihadapi.

SEPTEMBERLokakarya pengembangan draft 2

Kebijakan AMPL Berbasis Lembaga.Diselenggarakan di Hotel Salak Bogortanggal 1-2. Dihadiri oleh 65 peserta dariKelompok Kerja, pemerintah daerah,penyedia jasa (PDAM, PDAL, PD/DinasKebersihan), swasta, LSM, perguruantinggi, dan donor. Pertemuan tersebutmenyepakati beberapa konsensus dalammerestrukturisasi draft yang sudah ada.Di samping itu juga dapat teridentifikasikebijakan umum dan subsektor, sertastrategi indikatif.

Kegiatan pendalaman kebijakanAMPL di Daerah melalui serangkaian ke-giatan seperti studi kasus, diskusi bestpractices, dan dialog. Kegiatan ini di-selenggarakan oleh kelompok kerjaAMPL daerah di masing-masing kabupa-ten dan propinsi.

OKTOBERPenyusunan rencana kerja WASPOLA

tahun 2005. Diselenggarakan di HotelMariott Jakarta tanggal 20-21. Dihadirioleh 25 orang anggota Kelompok KerjaWASPOLA. Pertemuan tersebut meng-hasilkan draft rencana kerja WASPOLAyang dirinci ke dalam masing-masingkomponen kegiatan. Pada dasarnya ren-cana kerja tahun 2005 merupakan kelan-jutan dari kegiatan tahun 2004, akanfokus kepada pelaksanaan Kebijakan Na-sional AMPL Berbasis Masyarakat di dae-rah, diseminasi, serta penyelesaian draftKebijakan Nasional AMPL BerbasisLembaga.

Koordinasi pelaku pembangunanAMPL di Indonesia. Diselenggarakan diHotel Borobudur Jakarta tanggal 21 Ok-tober dilanjutkan dengan buka bersama.Diikuti oleh 62 peserta terdiri dariBappenas, Departemen PU, DepartemenKesehatan, LSM International, asosiasi

pemerintah daerah, Perpamsi, asosiasiDPRD, proyek terkait, media massa, danWSP-EAP. Dalam kesempatan tersebutKelompok Kerja WASPOLA mempresen-tasikan Kebijakan Nasional AMPL Ber-basis Masyarakat, serta mendorong untukmelakukan kegiatan lanjutan untuk me-ningkatkan koordinasi guna efisiensi pem-bangunan prasarana dan sarana AMPL.

Kegiatan pendalaman kebijakanAMPL di Daerah melalui serangkaiankegiatan seperti studi kasus, diskusi bestpractices, dan dialog. Kegiatan ini dila-kukan di beberapa daerah kabupaten danpropinsi yang diselenggarakan sendirioleh kelompok kerjanya masing-masing.

NOVEMBERKajian pelaksanaan diseminasi kebi-

jakan. Selengkapnya lihat Seputar Was-pola

Diseminasi Kebijakan Nasional AMPLoleh Propinsi. Propinsi Sulawesi Selatanmenyelenggarakan diseminasi di tiga wila-

yah, sedangkan Propinsi Sumatera Barat,Jawa Tengah, Bangka Belitung, dan NTBmelakukannya sekaligus di propinsi.

DESEMBERLokakarya pengembangan draft 3 Ke-

bijakan Nasional AMPL Berbasis Lem-baga. Diselenggarakan di Hotel SheratonBandara Jakarta tanggal 1-3. dihadiri oleh35 orang peserta yang terdiri dari pemerin-tah daerah, penyedia jasa (PDAM, PDAL,PD/Dinas Kebersihan), swasta, LSM, danWSP-EAP. Pada lokakarya ini pesertadiberi pemahaman terhadap tujuan kebi-jakan, dan beberapa terminologi yang pen-ting serta pengayaan strategi masing-ma-sing sub sektor

Lokakarya akhir di kabupaten danpropinsi dalam pelaksanaan KebijakanNasional AMPL Berbasis Masyarakat.Lokakarya ini mengkaji kegiatan selamakurun waktu dampingan dari SekretariatWASPOLA, dan rencana tindak setelahperiode dampingan.

A P O R A N U T A M AL

16 PercikDesember 2004

Kegiatan yang Tertunda Tahun 2004

Mempertimbangkan padatnya jad-wal pekerjaan maka terdapat beberapakegiatan yang dialihkan pelaksana-annya, yaitu:1. Ujicoba dengan proyek KfW/GTZ.Kegiatan ini ditunda sampai bataswaktu yang tidak ditentukan. Ujicobadengan UNICEF-Jawa Barat diba-talkan karena tidak ada lagi proyekyang relevan untuk kerjasama. Uji cobadengan proyek WSLIC2 ditunda ketahun 2005 dan berubah menjadi studipendanaan sanitasi. 2. Studi verifikasi dan manajemen dataditunda pelaksanaannya ke tahun2005.3. Pertemuan tim pengarah atauCentral Project Committee yang dijad-walkan Desember 2004, ditunda keawal tahun 2005 .

Rencana Kegiatan Tahun 2005Kegiatan WASPOLA difokuskan pa-

da diseminasi Kebijakan Nasional AMPLbaik berbasis masyarakat maupun ber-basis lembaga. Penyebarluasan KebijakanNasional AMPL mengikuti pola yang ada,dengan menempatkan propinsi sebagaifasilitator dalam kegiatan di kabupaten.

WASPOLA akan mengembangkanstrategi komunikasi yang dapat menja-di payung seluruh kegiatan komunikasiyang diselenggarakan dalam konteksAMPL, khususnya terkait denganKebijakan Nasional AMPL.

Untuk meningkatkan percepatanadopsi kebijakan, kegiatan ujicobaakan dilaksanakan dengan melibatkanpihak yang relevan. Sedangkan ke-giatan studi dilaksanakan guna men-dapatkan pembelajaran dan input bagiperbaikan pembangunan AMPL diIndonesia.

Ka le idoskop

Page 19: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Tujuan dari program ini adalahagar masyarakat mampu meng-operasikan dan memelihara sis-

tem penyediaan air mereka sendiri.ProAir-proyek kerjasama pemerintahIndonesia dan Jerman--menggunakanpendekatan yang bersifat tanggap ter-hadap kebutuhan: kelompok-kelom-pok masyarakat dapat memintadukungan dari program untuk meng-atasi masalah-masalah yang ber-hubungan dengan air. Tugas masya-rakat dan tim ProAir adalah bersama-sama menciptakan struktur pengelo-laan yang tepat, dan menjaminpengelolaan yang berkelanjutan darisistem penyediaan air yang merekaimpikan. Setelah melaksanakan ana-lisa bersama terhadap keadaan ma-syarakat, baik secara teknis [sumberair, daerah pelayanan, dll.] maupunsosial-ekonomi, kemudian masyara-kat dibantu untuk merencanakan danmenjalankan sebuah sistem penyedia-an air yang tepat.

Masyarakat mendapat penjelasanmengenai beberapa pilihan untuktingkat pelayanan sarana air bersih[seperti kran-kran umum, sambung-an ke rumah] dan pengaruh dari pilih-an yang mereka ambil, khususnyayang berkaitan dengan persyaratandan biaya operasional dari beberapatingkat pelayanan yang berbeda.Proyek ini melibatkan masyarakatsecara luas mulai dari persiapan, suatuhal yang tidak biasa bagi mereka. Takheran masyarakat merasa tak siap danakhirnya pelaksanaan pada tahun 2004tertunda.

Strategi yang diterapkan ProAir: 1. Penetapan unit-unit daerah [zoning]pelayanan dan pengelolaan.

Meskipun ukuran kebanyakan ma-syarakat pemohon cukup kecil [500 sam-pai 1000 orang], jumlah ini masih terlalubesar - dalam kaitannya dengan hubung-

an saling percaya diantara mereka --kare-na kadangkala susunan anggota ma-syarakatnya tidak serba-sama. Oleh kare-na itu, ProAir memperkenalkan zona-zona dalam pra-desain sistem penyedi-aan air. Daerah-daerah yang berukuranlebih kecil ini biasanya terdiri dari satu

sampai dua RT yang terletak berdekatan.Biasanya, setiap zona sudah memilikitokoh-tokoh masyarakat tersendiri, yangtelah menciptakan saluran komunikasidan akses terhadap para anggota didalammasyarakatnya.

2. Pendirian Kelompok-kelompok IndukSetelah masyarakat mengajukan per-

mohonan kepada ProAir, mereka memilikistatus sebagai kelompok yang berkepen-tingan. Sayangnya kelompok ini tidakmemiliki struktur organisasi yang jelas dan

anggotanya sering berganti sehinggamenyulitkan program. 3. Demokrasi dan Transparansi

Dalam membentuk kelompok-kelom-pok induk, ProAir menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dan transparansi. Parawakil kelompok induk, termasuk perwa-

kilan dari zona-zona, telah dipilihmelalui suatu proses yang demo-kratis. Selama berlangsungnya pe-milihan, tingkat keikutsertaan tinggi[sering melebihi 75% dari jumlahpenduduk]. Sekarang, kelompok-kelompok induk juga sedang mem-persiapkan anggaran rumah tangga,anggaran dasar, dan peraturan, agarkelompok-kelompok tersebut dapatberubah secara hukum menjadiperkumpulan pemakai air dan men-dapat kepemilikan serta tanggung-jawab atas sistem jaringan penyedi-aan air mereka.

Salah satu dari tantangan terbe-rat dalam pendekatan yang dilaku-kan oleh ProAir adalah pengumpul-an kontribusi dana dimuka dari ma-syarakat, sebagai dana untuk opera-sional dan pemeliharaan mereka.Selain itu, ProAir telah menyediakansistem pembukuan dan dokumentasiyang transparan untuk mengumpul-kan dana, serta melatih pemegangjabatan dalam tugas khusus ini.

Tantangan Di Masa DepanDiakhir tahun 2004, beberapa kelom-

pok telah secara nyata mencapai tahap-tahap keikutsertaan masyarakat yangtersebut di atas, dan sebentar lagi tahappembangunan/konstruksi akan dimulai.Rancangan-rancangan teknis terperincitelah dibuat dan, sekarang, para kontrak-tor sedang mengikuti tender pembangun-an di beberapa desa awal.

Joerg Lieberei, Advisor ProAirGTZ/AHT di dalam Komponen

Pemberdayaan Masyarakat.

A P O R A N U T A M A

Program Penyediaan Air dan SanitasiPerdesaan [ProAir] di Nusa Tenggara Timur

L

FOTO:DOK.PROAIR

17PercikDesember 2004

Ka le idoskop

Page 20: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Proyek ini dilaksanakan di tujuhpropinsi yakni Jawa Timur, NusaTenggara Barat (NTB), Sumatera

Barat, Sumatera Selatan, Bangka-Be-litung, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.Propinsi ini dipilih berdasarkan kriteriatingkat terjangkitnya penyakit diare,tingkat kemiskinan, dan tingkat pela-yanan air bersih dan sanitasi. WSLIC 2memiliki empat komponen utama yaknipeningkatan kapasitas kelembagaanmasyarakat, peningkatan kesehatan dansanitasi melalui pelayanan kesehatan danperubahan perilaku, penyediaan saranaair minum dan sanitasi, serta pengelola-an/manajemen proyek. Proyek ini mene-rapkan metode pendekatan yang tanggapterhadap kebutuhan masyarakat.

Sampai tahun 2004, 489 desa (21 %dari target) telah menyelesaikan kon-struksi (sarana AMPL berfungsi dan telahdiserahkan kepada masyarakat), danpenduduk yang terlayani mencapai1.132.089 jiwa (28,3%).

Pada tahun 2005, direncanakan 369desa yang akan menyelesaikan pemba-ngunan, yang berarti terdapat tambahansekitar 185.000 jiwa yang akan terlayani.

Kegiatan proyek WSLIC 2 antara

lain:Pengumpulan kontribusi tunai ma-syarakat (4 persen dari biaya kon-stribusi).Dana yang harus dikumpulkan rata-rata mencapai Rp. 8 juta. Pengum-pulan ini butuh waktu rata-rata 10 bu-lan. Malah ada yang sudah dua tahunbelum terkumpul. Ini disebabkan ma-syarakat tidak memahami kewajibanuntuk kontribusi, keyakinan masya-rakat pada masa lalu bahwa proyekpemerintah selalu gratis, masyarakatmerasa terlalu miskin dan tidak layakuntuk dibebani kontribusi tunai, danada anggapan air adalah benda publikdan sosial sehingga pemerintahlahyang bertanggung jawab memenuhi-nya bagi rakyat miskin.Pembangunan jamban keluarga (Ja-ga) dengan dana bergulirKegiatan yang dilaksanakan denganmodel arisan ini sebagian besar macet(hanya 3-5 putaran dari 10-15 pu-taran). Faktor penyebabnya antara la-in masyarakat belum merasa butuhjamban untuk buang air besar (BAB),dan pilihan opsi Jaga yang dita-warkan kepada masyarakat terbatas

pada leher angsa dengan tangki septikyang harganya relatif mahal bagi ma-syarakat miskin.Pembuatan informasi pilihan saranaAM dan Jaga untuk fasilitator ma-syarakat.Pelaksanaan PHBS di masyarakatdan SD.Kegiatan ini sudah terlaksana tapibelum optimal. Ini disebabkan peri-laku yang diubah kurang terfokuspada perilaku yang mudah dilak-sanakan dan mempunyai daya ung-kit besar pada pencegahan penyakityang menular melalui air dankurang memanfaatkan anak sekolahsebagai change agent dalam ke-luarga.Perbaikan pedoman/manual pelak-sanaan proyek.Pedoman terlalu banyak sehinggamenjadikan pelaksanaan di lapang-an kurang luwes/fleksibel. Oleh ka-rena itu diharapkan pedoman daripusat hanya memuat hal-hal pokoksedangkan pedoman di lapanganbisa dikembangkan sendiri olehkonsultan kabupaten dan fasilitatormasyarakat.

Proyek ini bertujuan untukmeningkatkan kualitas hidup danderajat kesehatan masyarakat

perdesaan dan pinggir perkotaan yangberpenghasilan rendah melalui per-baikan higienitas dan perilaku sehat kelu-arga yang berkaitan dengan air didukungoleh perbaikan akses terhadap air minumdan sanitasi.

Pada tanggal 15 Desember telah ber-langsung kegiatan negosiasi antara pe-merintah Republik Indonesia denganADB. Bersamaan dengan itu jadwal pe-

laksanaan kegiatan untuk tahun 2005pun telah disusun, termasuk membuatkesepakatan mengenai komitmen penye-diaan dana pendamping dan kewajibanpemerintah pusat, propinsi, dan daerahdalam pengelolaan dana.

Akhir tahun ini CWSH mengadakanlokakarya. Lokakarya ini untuk menya-makan pemahaman dan persepsi pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunanproposal proyek, menyusun kegiatanyang perlu dilakukan dalam proyek, danmencari masukan dan saran guna mem-

perbaiki persiapan pelaksanaan proyekCWSH. Lokakarya ini melibatkan daerah(propinsi:Bappeda, Dinkes; kabupaten:Bupati, DPRD, Dinkes, dan Bappeda).

CWSH juga telah mengadakan perte-muan penyusunan perencanaan proyektahun 2005. Pertemuan itu dilangsungkanuntuk memahami pendekatan proyekCWSH termasuk sistem manajemen,organisasi penyaluran keuangan, peng-adaan dan pelaporan serta menyepakatisumber dana yang dapat digunakan untukmenunjang kegiatan 2005. (MJ)

Community Water Services and Health Project (CWSH)Memasuki Tahapan Persiapan Pelaksanaan

A P O R A N U T A M A

Water and Sanitation for Low IncomeCommunities Project (WSLIC) 2

L

18 PercikDesember 2004

1.

2.

3.

4.

5.

Ka le idoskop

Page 21: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Fasilitasi operasionalisasi Kebi-jakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan Ling-

kungan Berbasis Masyarakat (selanjut-nya disebut KEBIJAKAN), secara umumdimaksudkan untuk membantu daerahdalam pengembangan kerangka kebi-jakan daerah dan rencana kerja sektorAMPL. Pelaksanaan kegiatan selamaNopember 2004 dipengaruhi oleh kesi-bukan daerah dalam rangka penyusunanrencana pembangunan 2005 dan penye-suaian waktu bulan puasa menjelang danpasca lebaran.

Kegiatan-kegiatan yang berhasildilaksanakan di daerah dan propinsiantara lain;

Pelaksanaan lokakarya II di Kabu-paten Sawalunto Sijunjung, Goronta-lo dan Lombok Barat.Penyelenggaraan dialog kebijakanbersama pemegang andil (stake-holder) kunci dan masyarakat. Kegi-atan dilaksanakan di Propinsi NusaTenggara Barat (NTB), Bangka Be-litung dan Jawa Tengah, serta Kabu-paten Lombok Barat. Bentuk kegiat-an antara lain: pertemuan koordi-nasi tim kerja Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan (AMPL) dae-rah untuk mempersiapkan programkerja tahun 2005, dan rencanakegiatan penyusunan hasil/ rencanakerja pembangunan AMPL daerah.Diseminasi KEBIJAKAN oleh pro-pinsi ke kabupaten, dilakukan diPropinsi Sumatera Barat dan Su-lawesi Selatan. Fasilitasi pertemuan koordinasi timkerja AMPL di propinsi dan kabu-patenKajian faktor keberlanjutan pemba-ngunan AMPL di Kabupaten Sawa-lunto Sijunjung. Penyiapan best practice pelaksanaan-pembangunan AMPL di daerah.

Dialog KebijakanDialog kebijakan dimaksudkan untuk

mengembangkan wawasan dan mening-katkan kepedulian stakeholder daerahmengenai masalah pembangunan AMPLdan upaya tindak lanjutnya. Dialog kebi-jakan telah diselenggarakan di Ka-bupaten Lombok Barat, Kebumen danPropinsi Jawa Tengah serta Bangka Beli-tung. Kegiatan ini dihadiri oleh pe-mangku kepentingan di daerah, tokohmasyarakat, dan pihak yang berkepen-tingan dengan AMPL. Pada dialog terse-but beberapa pelaku proyek AMPL berke-sempatan untuk menyampaikan danberbagi pengalamannya dan dilanjutkandengan diskusi mengenai permasalahandan kunci keberhasilan. Hasilnya beruparekomendasi dan kesepakatan-kesepa-katan yang perlu ditindaklanjuti.

Hasil dialog di Propinsi NTB danKabupaten Lombok Barat, berupa kese-pakatan penyelenggaraan dialog secaraperiodik dan melibatkan stakeholderyang lebih luas. Selain itu disepakatibahwa isu AMPL akan diangkat ke level

yang lebih luas, dan akan difasilitasi olehForum NTB bekerjasama dengan sekre-tariat propinsi. Gambaran penyeleng-garaan dialog Kebijakan ditampilkanpada tabel 1.

Diseminasi Kebijakan oleh Propinsi Diseminasi KEBIJAKAN dilak-

sanakan di Propinsi Sulawesi Selatanpada tanggal 23-25 Nopember dan Pro-pinsi Sumatera Barat tanggal 27 No-pember. Tujuannya adalah memperke-nalkan KEBIJAKAN kepada seluruhkabupaten dan menggali isu dan per-masalahan AMPL tingkat propinsiberdasarkan masukan dari peserta kabu-paten. Masukan ini sebagai tambahan isuAMPL di tingkat propinsi yang telahdiperoleh dari "hasil identifikasi" padalokakarya di tingkat propinsi.

Diseminasi di Propinsi SulawesiSelatan dihadiri oleh 28 kabupaten yangpelaksanaannya dilakukan di tiga wilayah(region). Region 1 dilaksanakan di Ka-bupaten Bulukumba, region 2 diKabupaten Bone dan region 3 di Kota

E P U T A R W A S P O L A

Pelaksanaan Kebijakan NasionalPembangunan AMPL Nopember 2004

S

LOKASI

Propinsi Jawa Tengah

Kab. Lombok Barat

Propinsi Nusa

Tenggara Barat

Propinsi Bangka

Belitung

TANGGAL

4 Nov

5 Nov

6 Nov

6 Nov

PESERTA HADIR

50 orang

40 orang

30 orang

32 orang

NARA SUMBER

Dinas Kesehatan

Bapermas

Dinas Kimtaru

DPMU WSLIC2

Konsepsi

PPMU WSLIC-2

PSPSDM

YSLPP

Kadis Kimpraswil

Kabid Fisra

AGENDA DISKUSI

Realisasi cakupan pelayanan

AMPL

Pemberdayaan masyarakat

Pengalaman WSLIC

Konservasi Sumber Air Baku

Pengalaman WSLIC

Pengalaman pembangunan

AMPL berbasis masyarakat

oleh LSM

Sosialisasi AMPL

Koordinasi antar proyek

Pembangunan AMPL

Tabel 1. Pelaksanaan Dialog Kebijakan di Daerah

19PercikDesember 2004

Page 22: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Makasar, yang masing-masing regiondihadiri oleh kabupaten sekitarnya.Sedangkan di Propinsi Sumatera Baratdiseminasi dilaksanakan di Padang,dihadiri oleh perwakilan masing-masingkabupaten. Pada diseminasi di masing-masing propinsi tersebut, disampaikanjuga proses pelaksanaan fasilitasi KEBI-JAKAN yang sedang dilaksanakan diKabupaten Pangkep (Sulawesi Selatan)dan Kab. Sijunjung (Sumatera Barat).

Beberapa catatan penting dari hasilpelaksanaan diseminasi di propinsi terse-but adalah sebagai berikut:Sulawesi Selatan:

Peserta mendiskusikan dan mema-hami bahwa kegagalan pembangunanprasarana disebabkan oleh pende-katan yang tidak komprehensif, yanghanya mengutamakan output/aspekfisik semata. Umumnya peserta sudah menyadaridan mengemukakan bahwa seharus-nya orientasi pembangunan lebihkepada outcome (dampak) kegiatandalam jangka waktu tertentu.Pendekatan partisipasi masyarakatmerupakan kebutuhan yang pentingdilakukan saat ini.Adanya minat yang tinggi dari daerahuntuk mengembangkan kebijakan didaerahnya.

Sumatera Barat:Pengalaman dan informasi tindak lan-jut fasilitasi AMPL di KabupatenSolok, pemda setempat akan mela-kukan updating data sarana dan pe-ngelolaan AMPL daerah. Pemda me-minta dukungan peningkatan kemam-puan tim (capacity building) dariWASPOLA.Propinsi akan mengalokasikan danauntuk penguatan sumber daya manu-sia sebagai fasilitatior di tingkatpropinsi dan kabupaten, tetapi masihterbatas.Propinsi akan melakukan fasilitasipelaksanaan KEBIJAKAN di 2 kabu-paten/kota pada tahun 2005. Untuk

itu, propinsi berharap agar dapat dili-batkan dalam proses seleksi daerah,khususnya untuk Propinsi SumateraBarat.

Pertemuan Koordinasi KelompokKerja AMPL Daerah

Seluruh daerah (propinsi dan kabu-paten) telah menyelenggarakan perte-muan koordinasi khususnya untuk mem-bahas rencana kegiatan tahun 2005 danpersiapan keikutsertaan daerah dalampelatihan penyusunan program AMPLdaerah.

Catatan dari pertemuan koordinasitim propinsi adalah adanya keinginanuntuk menindaklanjuti program pelak-sanaan kebijakan pada tahun 2005,sedangkan di tingkat kabupaten perludirumuskan lebih jelas serta diberi do-rongan untuk menindaklanjuti rencanakerja yang telah disusun, baik untukkegiatan fasilitasi maupun kegiatan fisik,dengan mengacu pada prinsip-prinsipkebijakan.

Pertemuan di Propinsi Gorontalo,tanggal 24 Nopember 2004, meng-hasilkan kesepakatan:

Pentingnya penguatan kapasitas timpropinsi dalam rangka fasilitasi kebi-jakan untuk kabupaten lain.Kerjasama sinergis antara PokjaAMPL propinsi dan lembaga CAREInternasional dalam pelaksanaanproyek AMPL, sekaligus dalam ke-rangka implementasi kebijakan.Dalam pelaksanaan programnya timkerja proyek CARE adalah tim pokjaAMPL sekarang. Pertemuan Kelompok Kerja Kabupa-

ten Gorontalo, di Limboto tanggal 24 No-pember 2004, menghasilkan kesepakatansebagai berikut:

Pengelolaan basis data AMPL perluditingkatkan dan setiap stakeholdersperlu melengkapi datanya. Menindaklanjuti hasil fasilitasi ke dalamrencana kerja sebagai acuan semua dinasdalam pembangunan AMPL.

Pencapaian Kegiatan Bulan No-vember 2004

Kegiatan bulan Nopember 2004 men-cakup:

Diseminasi KEBIJAKAN tingkat pro-pinsi ke kabupaten telah dilaksanakanoleh Propinsi Sulawesi Selatan danSumatera Barat.Adanya minat yang tinggi dari stake-holder untuk pelaksanaan dialog ke-berlanjutan AMPL daerah, dan diha-rapkan agar dialog dilaksanakan seca-ra berkelanjutan. Kesediaan beberapa daerah untukmengikuti pelatihan penyusunan ren-cana strategis AMPL. Lokakarya II di beberapa kabupatenbelum dapat dilaksanakan sesuai jad-wal disebabkan padatnya agenda ke-lompok kerja daerah dalam prosespenyusuan rencana kerja di masing-masing dinas/sektor.

Beberapa Isu PentingPelaksanaan fasilitasi pelaksanaan

KEBIJAKAN tahun 2004, direncanakanakan berakhir pada tanggal 20 Desember2004. Beberapa hal penting yang perluditindak lanjuti adalah:

Formulasi hasil kegiatan tingkatkabupaten dan propinsi ke dalamrencana kerja. Sekretariat WASPOLAtelah menyiapkan arahan formulasihasil kegiatan dirangkai denganpelatihan penyusunan rencana stra-tegis AMPL daerah pada tanggal 30Nopember s/d 3 Desember 2004 diJakarta.Formulasi laporan pendampinganfasilitator yang menggambarkan selu-ruh proses, hasil, pembelajaran danrekomendasi tindak lanjut. Sekre-tariat WASPOLA telah menyiapkanarahan penyiapan laporan bagi fasili-tator.Menyepakati strategi pelaksanaankebijakan tahun 2005 mencakup lo-kasi, sasaran, target hasil dan kriteriapemilihannya.

E P U T A R W A S P O L AS

20 PercikDesember 2004

Page 23: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Sekretariat WASPOLA bekerja sa-ma dengan pemerintah daerahyang menjadi lokasi implementasi

kebijakan nasional pembangunan AMPLberbasis masyarakat menggelar lokakar-ya penyusunan rencana strategi AMPL 30Nopember-3 Desember lalu di Jakarta.

Lokakarya ini bertujuan untuk mem-

bantu kelompok kerja AMPL daerahdalam meningkatkan kemampuannyadalam Penyusunan Rencana StrategisAMPL.

Dengan lokakarya ini diharapkanpeserta mendapatkan pemahaman bah-wa salah satu bentuk kongkrit penyelesa-ian hasil akhir operasionalisasi kebijakan

adalah renstra AMPL. Selain itu pesertadiharapkan bisa memahami pentingnyakeberlanjutan program AMPL.

Dari lokakarya ini diketahui bahwasemua peserta menyatakan komitmennyauntuk finalisasi draft Renstra AMPLdalam lokakarya akhir mereka di masing-masing daerah asalnya (FW)

E P U T A R W A S P O L ASPeningkatan Kapasitas Kelompok Kerja AMPL Daerah

dan Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL

Setelah melalui rangkaian kegi-atan lokakarya dan rapat pem-bahasan penyusunan kebijakan

nasional AMPL berbasis lembaga yangtelah berlangsung dalam kurun waktusekitar 2 tahun, maka pada tanggal 21-22 Desember 2004 dilaksanakan kegi-atan konsinyasi penyelesaian dokumen

kebijakan nasional pembangunanAMPL berbasis lembaga di Jakarta. Ke-giatan ini merupakan pembahasan ter-akhir draft yang ada sebelum diajukanpada eselon I instansi terkait untukmendapat persetujuan. Ditargetkan pa-da akhir tahun 2004, kebijakan nasio-nal ini telah dapat disepakati. (OM)

Konsinyasi Penyusunan Kebijakan NasionalPembangunan AMPL

Guna menjelaskan hal-hal me-ngenai penyediaan air skala ke-cil (Small Scale Water Pro-

vider) dan menyerap berbagai pendapatdan pemikiran pihak-pihak yang terlibatdan peduli pada masalah AMPL, sekre-tariat WASPOLA menyelenggarakanlokakarya di Jakarta, 7 Desember lalu.

Lokakarya itu dihadiri 15 pesertaberasal dari Pokja AMPL, PDAM, danLSM. Acara dibuka oleh Nugroho Utomodari Bappenas. Ia menyatakan saat inicakupan pelayanan AMPL masih sangatterbatas. Lembaga-lembaga yang adabelum mampu memenuhi kebutuhan danpermintaan masyarakat. Oleh karena itu,lanjutnya, penyedia air skala kecil bisamenjadi alternatif pelayanan mengingatpotensinya cukup besar dan mengun-tungkan. Pemahaman yang mendalamterhadap hal ini menjadi sangat penting.

Lokakarya diisi pemaparan tentangpenyedia air skala kecil oleh Bernard,dari Hydrocounseil, sebagai konsultanpelaksana terpilih untuk penyusunanstudi tersebut. Ia menjelaskan lingkupstudi dan pengalaman di beberapa ne-gara mengenai penyedia air skala kecil.

Menurutnya, setiap negara memilikikekhasan, termasuk di Indonesia. Olehkarena itu, dengan studi ini diharapkanterbentuk sebuah pemahaman tentangpenyedia air skala kecil di Indonesiaserta peluangnya ke depan. Berbagaimasukan diberikan oleh para peserta da-lam forum diskusi. (FW)

Lokakarya PenyediaAir Skala Kecil

Guna mengkaji strategi komu-nikasi yang telah dilakukandan menyusun strategi komu-

nikasi ke depan, sekretariat WASPOLAmenyelenggarakan Lokakarya KajianPelaksanaan Diseminasi Kebijakan Na-sional Pembangunan AMPL di Jakarta,30 Nopember lalu.

Lokakarya ini diikuti oleh 20 peser-ta. Acara dibuka oleh Oswar Mungkasadari Bappenas. Ia menyampaikan ke-khawatirannya akan kemungkinan ke-bijakan nasional pembangunan AMPLhanya sekadar menjadi dokumen. Ke-bijakan ini, menurutnya, harus dikenalsecara luas dan dapat dilaksanakanoleh seluruh pemerintah daerah.

Dijelaskannya, selama ini fokusdari WASPOLA dan Pokja AMPL barupada proses penyusunan kebijakan.Oleh karena itu diperlukan suatustrategi komunikasi dalam rangkamendukung implementasi kebijakan

di daerah. Strategi komunikasi ini,lanjutnya, membantu kelompok kerjayang ada untuk menentukan tar-get/sasaran kebijakan, dan kemudianmenyampaikan pesan dengan jelas.

Dari lokakarya ini terungkap, terda-pat beberapa kegiatan di tahun 2004yang belum terlaksanakan denganoptimal. Kurang fokusnya strategikomunikasi yang diterapkan pada ta-hun 2004 menjadi salah satu penye-bab kurang optimalnya pelaksanaankegiatan sosialisasi kebijakan na-sional pembangunan AMPL berbasismasyarakat. Oleh karena itu pe-nyusunan strategi komunikasi iniperlu dilakukan dengan cermat danmemperhatikan kapasitas kerja yangdimiliki.

Hasil diskusi ini akan ditindak-lanjuti dalam lokakarya pengem-bangan Strategi Komunikasi padabulan Januari 2005. (FW)

Lokakarya Kajian Pelaksanaan DiseminasiKebijakan Nasional Pembangunan AMPL

21PercikDesember 2004

Page 24: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Proyek CWSH telah me-lalui proses negosiasiantara pemerintah dan

ADB (Asian DevelopmentBank) pada minggu II De-sember 2004. Sebagai tindaklanjutnya maka dilakukan per-temuan yang bertujuan me-ningkatkan pemahaman ten-tang kebijakan nasional AMPLBerbasis Masyarakat, dan latarbelakang serta mekanisme pe-laksanaan proyek termasuk me-kanisme administrasi keuanganpinjaman/hibah.

Kegiatan ini diselenggara-kan oleh Ditjen Bina Pemba-ngunan Daerah Depdagri di Be-kasi, Jawa Barat. Nara sumber

berasal dari Direktorat Per-mukiman dan PerumahanBappenas, Direktorat Kese-hatan dan Gizi Masyarakat,Bappenas, Direktorat DanaLuar Negeri, Depkeu, dan Di-rektorat Penyehatan Air dan Sa-nitasi, Depkes. Peserta berasaldari 20 kabupaten di PropinsiJambi, Bengkulu, KalimantanTengah, dan Kalimantan Barat.

Bersamaan dengan acara ini,Pokja AMPL mengumumkanpemenang lomba karya tulis ilmi-ah penyelenggaraan air minumdan penyehatan lingkungan se-kaligus menyerahkan hadiah danpenghargaan kepada juara I, II,III, dan juara harapan. (OM)

E P U T A R A M P L

Lokakarya ProyekCommunity WaterSupply and Health

(CWSH)

S

22 PercikDesember 2004

JUARA IEddy Suntjahjo

'Institusi RT/RW sebagai koordinatorpengelolaan air minum dan penyehatan

lingkungan berbasis masyarakat'

JUARA IIHariman

'Model pemberdayaan masyarakat dalampenyelenggaraan air minum dan penyehatan

lingkungan permukiman'

JUARA IIIErick Armundito

'Partisipasi masyarakat dalam mendukungproyek penyediaan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan permukiman'

JUARA HARAPANI Gede Arya Sunantara

'Air, antara asas kelestarian dan tuntutanmasyarakat dan tuntutan kemakmurandi tengah kelangkaan dan kebutuhan,

antara hak monopoli generasi sekarang danwarisan untuk generasi mendatang'

Hasil Lomba Karya Tulis IlmiahPenyelenggaraan Air Minum dan

Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat

PENGUMUMAN

PanitiaLomba Karya Tulis Ilmiah

Penyelenggaraan Air Minum dan PenyehatanLingkungan

Berbasis Masyarakat

S ebagai kelanjutandikeluarkannya UU

No 7 Tahun 2004 ten-tang Pengelolaan Sum-ber Daya Air makadiamanatkan untukmenyusun suatu per-aturan pemerintah(PP) tentang Pengem-bangan Sistem Penye-diaan Air Minum.RPP ini disusun olehDepartemen PekerjaanUmum. Langkah selan-jutnya adalahmelakukan diskusi

interdep dan konsul-tasi publik, dan diren-canakan paling lambat15 Januari 2005 draftfinal telah dapat dise-rahkan ke Setneg. Per-temuan interdep I te-lah dilaksanakan padatanggal 21 Desember2004. Pertemuan inter-dep dihadiri olehberbagai instansi terka-it yaitu Bappenas, Dep-dagri, Kantor MenegLingkungan Hidup, Dep-kes, Depkeu. (OM)

Penyusunan RPP tentangPengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi

Page 25: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Dalam rangka menyebarluaskankebijakan nasional pembangun-an air minum dan penyehatan

lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat,Direktorat Jenderal Pembangunan Dae-rah (Bangda) Departemen Dalam Negerimenyelenggarakan diseminasi kebijakannasional pembangunan AMPL berbasismasyarakat di Jakarta, 25-26 Nopember2004.

Acara ini dihadiri oleh utusan dariBappeda propinsi, Bappeda kabupa-ten/kota, dan DPRD. Selain untuk me-mahamkan para pengambil keputusan didaerah, lokakarya ini dimaksudkan untukmendapat masukan dari daerah gunamenyempurnakan kebijakan tersebut.

Pada hari pertama, diseminasi dikhu-suskan bagi wilayah barat (Sumatera danDKI). Hadir 40 peserta dari 268 yangdiundang. Pada hari kedua, khususwilayah tengah (Jawa, Kalimantan, danNusa Tenggara). Hadir 117 orang dari 374yang diundang.

Diseminasi dibuka oleh Dirjen Bang-da, Drs. Seman Wijoyo, MSi. Dalam sam-butannya ia menegaskan betapa penting-nya keberlanjutan prasarana dan saranaAMPL. Ia berharap pemerintah daerahmenyadari hal ini.

Diseminasi diisi dengan presentasi

tentang kebijakan AMPL dan MDGs olehDirektur Permukiman dan PerumahanBappenas, Basah Hernowo. Menurutnya,berdasarkan data BPS diperkirakan 100juta lebih penduduk Indonesia belummemperoleh akses pelayanan air minumdan penyehatan lingkungan yang mema-dai, mereka umumnya masyarakat mis-kin. Jumlah tersebut cenderung me-ningkat setiap tahun.

Kondisi ini, lanjutnya, mendorongpemerintah untuk memperbaikinya.Salah satunya melalui penyusunan kebi-jakan dan rencana kegiatan air minumdan penyehatan lingkungan (AMPL) atauWater Supply and Sanitation Policy For-mulation and Action Planning (WASPO-LA). Ada tiga komponen yang ada didalamnya, yakni proses pembelajaran,penyusunan kebijakan, dan pelaksanaankegiatan.

Hingga kini pemerintah telah berhasilmenyusun kebijakan nasional pemba-ngunan AMPL, yang akan memberi arah-an terhadap pengelolaan AMPL berbasismasyarakat dan berbasis lembaga. Kebi-jakan nasional berbasis masyarakat inimenekankan peran serta masyarakat se-cara aktif dalam penyelenggaraan pela-yanan air minum dan penyehatanlingkungan mulai dari perencanaan, pe-

laksanaan, pemeliharaan dan pengelola-annya. Pemerintah bertindak sebagai fa-silitator. Kebijakan nasional pembangun-an AMPL berbasis lembaga, jelasnya, saatini dalam tahap penyusunan dan ren-cananya akan selesai pada akhir tahun2004.

Menyangkut MDGs, Basah mene-rangkan, kebijakan nasional pemban-gunan AMPL sejalan dengan tujuandan target yang ada dalam MDGs. Iamenyatakan momentum MDGs inidapat menjadi awal dari pembenahansektor air minum dan penyehatanlingkungan.

Diseminasi juga diisi presentasi me-ngenai rencana tindak nasional atauNAP yang dibawakan oleh tim dariDepartemen Pekerjaan Umum.

MakassarDiseminasi serupa juga berlangsung

di ibukota Sulawesi Selatan, Makassar.Acara ini dihadiri 60 utusan pemerin-tah daerah dan DPRD di wilayah timurIndonesia (Se-Sulawesi, Maluku, Bali,NTB dan Papua). Acara diisi denganpenjelasan Kebijakan Nasional Pem-bangunan AMPL dan MDG oleh Di-rektur SDA dan Teknologi Tepat GunaDepdagri. (MJ/FW/OM)

P ara peserta lomba karya ilmiah pe-nyelenggaraan air minum dan penye-

hatan lingkungan terpilih, Jumat (10/12)lalu diundang ke Jakarta untuk mempre-sentasikan hasil karya mereka. Mereka ada-lah lima terbaik dari 28 peserta lomba karyailmiah yang diadakan oleh Pokja AMPL.

Mereka adalah Hariman dengan makalahberjudul 'Model pemberdayaan masyarakatdalam penyelenggaraan air minum dan pe-nyehatan lingkungan permukiman'; I GedeArya Sunantara dengan makalah berjudul'Air, antara asas kelestarian dan tuntutanmasyarakat dan tuntutan kemakmuran ditengah kelangkaan dan kebutuhan, antara

hak monopoli generasi sekarang dan warisanuntuk generasi mendatang'; Erick Armundi-to dengan judul 'Partisipasi masyarakat da-lam mendukung proyek penyediaan saranaair minum dan penyehatan lingkunganpermukiman' dan Eddy Suntjahjo denganmakalah 'Institusi RT/RW sebagai koordina-tor pengelolaan air minum dan penyehatanlingkungan berbasis masyarakat'. Satu lagipeserta dari Purwokerto, Jawa Tengah takhadir.

Presentasi dilakukan di hadapan dewanjuri dan anggota Pokja AMPL, dipimpin olehketua dewan juri Prof. Tjahya Supriatnadidampingi ketua panitia lomba karya tulis Ir.

Handi Legowo, MSES. Tjahya menjelaskan presentasi ini dimak-

sudkan untuk menilai keaslian karya pesertalomba. Oleh karena itu, tidak ada tanyajawab. Yang ada hanyalah saran dan kritik.

Setiap peserta berkesempatan menyam-paikan makalahnya selama 15 menit.Setelah presentasi, juri nantinya akanmendiskusikan lagi siapa yang layak menjadijuara dalam lomba ini. Juri juga akan mene-tapkan nasib peserta yang tidak hadir dalampresentasi apakah akan didiskualifikasi atautidak. Keputusan juri akan diumumkan pada20 Desember mendatang di Hotel HorisonBekasi. (MJ)

E P U T A R A M P L

Diseminasi Kebijakan Nasional Air Minumdan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

S

Presentasi Kandidat Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah

23PercikDesember 2004

Page 26: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Lokakarya konsolidasi pro-ject management reportWSLIC 2 berlangsung

27-30 Desember 2004 di Su-rabaya. Lokakarya dihadiri olehsekitar 100 orang yang berasaldari tujuh propinsi dan 34 kabu-paten penerima bantuan, yangterdiri atas komponen ProjectManagement Unit (PMU), sekre-tariat Proyek WSLIC 2 di propin-si, konsultan kabupaten danpropinsi.

Kegiatan ini bertujuan untukmengkonsolidasikan data pencapaianproyek WSLIC 2 per Desember 2004.Selain itu, lokakarya ini dimaksudkanuntuk meningkatkan kemampuan peser-

ta dalam mengidentifikasi masalah, danmenyusun laporan. Salah satu keluaran-nya adalah kesepakatan tindak lanjutperbaikan kinerja proyek. Lokakarya

kemudian dilanjutkan denganpembahasan Juklak dan JuknisProyek WSLIC 2.

Lokakarya dibuka oleh KepalaDinas Kesehatan Jawa Timurmewakili Dirjen PemberantasanPenyakit Menular dan Pe-nyehatan Lingkungan (PPM-PL),Depkes. Pada kesempatan terse-but Arum Atmawikarta (DirekturKesehatan dan Gizi Masyarakat)berkesempatan menjelaskan Ke-bijakan Pembangunan Kese-hatan Jangka Menengah, dan

Oswar Mungkasa (staf Direktorat Per-mukiman dan Perumahan, Bappenas)menjelaskan Pembiayaan AlternatifPembangunan Sanitasi. (OM)

Peresmian proyek WSLIC 2 di Ka-bupaten Lumajang berlangsung27 Desember lalu. Acara ini dipu-

satkan di Desa Pakel Kecamatan GuciAlit, Lumajang, Jawa Timur. Peresmiandilakukan oleh Dirjen PPM-PL DepkesUmar Fahmi mewakili Menteri Kese-hatan.

Proyek WSLIC 2 di KabupatenLumajang dimulai sejak tahun2001, dan sampai tahun 2004menjangkau 24 desa. Cakupanpelayanan air minum pada seba-gian besar desa tersebut mencapai100 persen. Angka kesakitan diaredan penyakit kulit juga menun-jukkan penurunan yang signi-fikan. Pemilikan jamban keluargaterlihat masih belum menun-jukkan peningkatan yang berartikecuali pada beberapa desa sajaseperti Desa Pakel, Kertosari,Pagowan. Walaupun demikian,jumlah sekolah yang melak-sanakan UKS meningkat tajam.

Hal lain yang mengemuka daridampak proyek WSLIC 2 adalah pe-ningkatan keinginan masyarakat untukmelaksanakan pembangunan secara swa-daya. Sebagai contoh Desa Purworejoyang mengembangkan 32 unit HidranUmum (HU) dengan nilai sekitar Rp. 32juta, dan Desa Kertosari yang mampu

membangun dua sistem sarana airminum.

Kesadaran pemerintah daerah untukmelakukan promosi melalui media patutdihargai. Salah bentuknya adalah denganmenerbitkan buletin berkala yang diberinama Warta Proyek WSLIC 2 dan leafletINFO WSLIC 2. Keduanya diterbitkan oleh

Dinas Kesehatan KabupatenLumajang. Daerah lain bahkanpusat sendiri perlu belajar dariKabupaten Lumajang.

Dengan beragam upayadan kerja keras yang dilaku-kan oleh pemerintah danmasyarakat Kabupaten Luma-jang yang telah memperli-hatkan kinerja yang meng-gembirakan, maka tidakmengherankan jika kemudianKabupaten Lumajang dapatdipertimbangkan sebagai sa-lah satu daerah yang dianggapberhasil dalam melaksanakanproyek WSLIC 2. (OM)

E P U T A R A M P L

Lokakarya KonsolidasiProject Management Report WSLIC 2

S

24 PercikDesember 2004

PPeresmian Proyeresmian Proyek WSLIC 2 di Kabupaten Lumajangek WSLIC 2 di Kabupaten Lumajang

FOTO:OSWAR MUNGKASA

FOTO:OSWAR MUNGKASA

Page 27: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Pertanyaan pertama yang munculdibenak penulis saat menerimakabar mendapat kesempatan kun-

jungan muhibah sanitasi ke Bangladeshdan India adalah ''ada apa dengan sani-tasi di sana?'' dan pertanyaan ini masihterus berputar di kepala sampai pesawatSQ 436 mendarat mulus di Dhaka ibuko-ta Bangladesh di malam haritanggal 29 November yang lalu.

Rombongan 19 orang terdiridari wakil Bappenas, Depdagri,Depkes, Pemda Lamongan, Bo-gor, Lombok Barat, Muara Enim,Dep. PU dan Bank Dunia. Dengansetengah mengantuk rombonganantre di counter imigrasi untukproses administrasi. Di luar telahmenunggu Fajez Khan dari WSPBangladesh yang siap memandurombongan. Layaknya di negeriorang, setiap orang menukar be-kal dolarnya dengan Taka (matauang Bangladesh, kurs resmi 1 US$ = 59,51 Taka). Sebagian ang-gota rombongan sempat tertawamelihat lembaran Taka yang lu-suh dan kumal bahkan ada yangrobek. Namun petugas moneychanger meyakinkan bahwasemua uang tersebut dijamin ha-lal alias laku.

Perjalanan lancar menujuWhite Pearl Ltd Hotel di Plot 15,Road 42, Gulshan 2, Dhaka 1212.Sebagian lain menginap di HotelAmazon Lily yang letaknya berseberang-an dengan White Pearl.

Pagi hari setelah sarapan pagi alaAmerican atau Continental, sekitar jam 8pagi rombongan dibagi 2 ada yang keBajitpur, Khisoreganj District dan keKhansama, Dinajpur District. Penulismengikuti rombongan kedua. Begitu buskeluar dari jalan hotel masuk ke jalanraya, mulailah celoteh masing-masing

peserta melihat pemandangan di sepan-jang jalan. Ada becak yang bentuknyaseperti sepeda namun di bagian belakangdibuat tempat bagi penumpang danbarang. Becak itu ada yang dipakai meng-angkut sekolah sejumlah 10 orang anak.Untuk melindungi anak sebanyak itu, dipinggir becak dipasang jeruji besi.

Kontan seorang anggota rombonganberujar, ''Nanti mau saya tunjukkan keanak saya, bagaimana anak sekolah diBangladesh naik jemputannya biar nggakmanja.'' Taksi bermerk Santro (di siniHyundai Picanto) berseliweran di tengahpejalan kaki yang tak karuan. Yang bikinserem, tentara dan polisi mondar-mandirdi mana-mana menenteng senjata laraspanjang.

Sepanjang Dhaka-Rangpur peman-dangan cukup menarik. Rombongansempat menyaksikan dari jauh ratusanribu orang (aliran keagaman/sekte ter-tentu dari seluruh dunia) yang sedangberkumpul di luar kota Dhaka. Konon iniadalah upacara kedua terbesar setelahibadah haji di Mekah. Bus terus melaju

dengan cepat di selingi suara klak-sonnya yang nyaring sampai keJamuna Bridge (jembatan kebang-gaan rakyat Bangladesh). Kenda-raan yang lewat wajib membayar1.000 Taka (sekitar Rp. 150.000).Jembatan ini tak hanya dilewatikendaraan tapi juga kereta api.Siang hari sampai ke Food Villagedi Bogra. Kota ini terkenal produk-si yogurtnya yang ditempatkan disemacam tempayan kecil yang ter-buat dari tanah liat. Makan siangpun dimulai. Menunya nasi, roti(bahasa Bangladesh juga roti) de-ngan lauk kare ayam, kare sapi,goreng ikan salmon, dal (semacambubur kacang ijo yang lembutberair dengan rempahnya), dansalad (berupa irisan mentimun,bawang merah besar, bawang bom-bai, cabe hijau dan sekerat jeruknipis). Setelah perut kenyang, per-jalanan pun dilanjutkan.

Di sepanjang jalan banyakdijumpai embung (semacam ko-lam) untuk keperluan cuci, mandidan minum ternak. Sesekali terli-

hat ibu-ibu sedang mencetak kotoransapi yang dijemur untuk dijadikan bahanbakar bagi kebutuhan masak di dapur.Sore hari rombongan sampai di Rangpurlangsung menuju Rangpur ParjatanMotel, R.K. Road, Rangpur, rate kamar1.000 Taka/malam. Berhubung masihsore, beberapa anggota rombonganmemanfaatkan waktu untuk melihat-lihat suasana kota. Kawan dari WSP

E P O R T A S E

Dari Bangladesh ke India

Bila Dolbun Dipermalukan

R

FOTO:BAMBANG PURWANTO

25PercikDesember 2004

Page 28: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Bangladesh mencari internet, ada yangmencari wartel dan sandal. Penulis sen-diri mencari kamera kacangan berhu-bung kamera digital ngadat kepanasan.Malamnya ada brifing oleh Dishari(Decentralized Total Sanitation Project)Team Bangladesh. Mereka menjelaskantentang program "dishari" yang telahberlangsung sekitar 3 tahun ini.

Pagi hari setelah sarapan, rombongankami dengan didampingi Umme FarwaDaisy (project manager dhisari), SwarnaKazi (program asistant WB Bangladesh)dan Shafiul Azam Ahmed (WSP Bangla-desh) dan Haider W Yaqub (Plan Bangla-desh) dengan bus menuju ke DesaSubarnakholi dan Khamarpara di Khan-sama, Dinajpur District. Sebelumnya adapertemuan singkat di kantor PlanBangladesh.

Patroli Anti-Dolbundi Desa Subarnakholi danKhamarpara, Bangladesh

Perubahan perilakuTurun dari bus rombongan penulis

disambut penduduk desa Subarnakholibaik laki-laki, perempuan, tua, danmuda. Masing-masing ingin memamer-kan WC-nya. Jangan dibayangkan WCseperti di rumah Anda, tapi yangnamanya wc tak lebih adalah "cubluk"sederhana. Ada yang terbuat dari seng.Harganya tak lebih dari 15 Taka (Rp.2.250). Sedangkan yang memakai plas-tik seharga 75 Taka (Rp. 11.250) danyang beton 500 Taka (Rp. 75.000).Jadi terbayang kan bagaimana murahdan sederhananya. Sedangkan dindingpenutup hampir sebagian besar terbuatdari anyaman jerami. Pelajaran pentingyang diperoleh di sini adalah ba-gaimana mengubah perilaku, dari kebi-asaan mereka sebelumnya yang mem-buang hajat di sembarangan tempat;kebun, tanah lapang, sawah menjadimembuang hajat di "wc-nya" masing-masing.

Budaya maluKebiasaan membuang hajat di kebun

alias "dolbun" (modol di kebun/sunda,open defecation), bagi penduduk DesaSubarnakholi dan Khamarpara berlang-sung turun temurun. Tak heran adasemacam sindiran ''kalau kita berjalansudah mulai mencium bau kotoran manu-sia berarti kita sudah mendekati perkam-pungan, dan bau ini sudah bisa terciumpada jarak 300-an m. Dengan latar be-lakang kebiasaan ini mulailah babak barubagi masyarakat kedua desa tersebutuntuk menghilangkan kebiasaan dolbuntersebut.

Diperlukan waktu 6 bulan untukmelakukan mobilisasi tenaga fasilitator.Azizul Islam-lah yang menjadi fasilita-tornya. Awalnya ia gencar memberikanpenyuluhan, memobilisasi masa, danmembuat peta desa yang berisi informasirumah-rumah penduduk mana yangsudah ada WC-nya mana yang belum(komunal). Dari hasil rembug warga di-sepakati setiap rumah membangun sen-diri WC-nya disesuaikan dengan kemam-puan ekonomi yang bersangkutan. Ma-kanya ada yang sangat sederhana denganbahan seng yang dibentuk, bahan plastik,

dan campuran pasir semen. Pem-bangunan fisik tersebut memakan waktusekitar 1 bulan lamanya. Bagi warga yangmasih membuang hajat di sembarangantempat akan diperolok oleh warga dananak-anak. Ada patroli dolbun ramai-ramai. Mereka akan meniup peluit bilamelihat warga sedang dolbun.

Lagu Sanitasi Salah satu upaya warga kedua desa

untuk membuat warga tidak lagi mem-buang hajat sembarangan adalah mencip-takan lagu, tarian, dan drama sanitasi.Salah satu contoh lagu sanitasi untukanak-anak yang kalau diterjemahkansebagai berikut; Jangan buang hajat disembarang tempat, Kalau masih buanghajat sembarangan kita tidak akan maindengannya, Tidak ada seorangpun yangmau pergi bersamanya, Jika tidakberhenti buang hajat sembarangan kamuakan mendapat malu/aib, Dan akhirnyasholatmu (Namaz) tidak sempurna. Padaakhir kunjungan rombongan sempat di-suguhi tarian sanitasi oleh anak-anak.Walaupun sederhana dengan pakaianseadanya dan tabuhan panci aluminium,tarian tersebut cukup terasa sakral, apala-

E P O R T A S ER

26 PercikDesember 2004

FOTO:BAMBANG PURWANTO

Page 29: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

gi ditarikan oleh anak-anak warga desaminoritas namun dicintai oleh wargalainnya dan terlihat kehidupannyayang cukup harmonis bersama mereka.

Desa Idaman Ketika berkumpul dengan warga

desa yang terdiri atas anak sekolah,kaum lelaki, wanita, kades, fasilitator,tokoh masyarakat, dan ada voluntaire,kami memperoleh penjelasan bagai-mana proses dimulainya gerakan antidolbun tersebut. Mula-mula masya-rakat membahas semua permasalahanyang ada di desa. Setelah disaring ter-dapat empat masalah utama yaitu; sa-nitasi, kawin muda, pendidikan anakperempuan, dan air bersih. Melihatkenyataan bahwa semua wargamenganggap bahwa sanitasi adalahmasalah paling utama maka dimulailahproses pembangunan WC yang melibat-kan seluruh wakil masyarakat mulai darikaum ibu, anak sekolah, lelaki dandiarahkan oleh fasilitator. Pada kesimpul-an akhir digambarkan "desa idaman"warga, yang apabila kita cermati ternyataidaman mereka cukup sederhana yaitu;(1) semua rumah punya WC dan (2)semua anak perempuan bisa sekolah.Sekali lagi jangan membayangkan anak-anak sekolah seperti di desa kita yangsudah pakai sepatu, tas berisi buku tulisdan cetak dan berseragam bagus. Di desaini masih dijumpai anak-anak sekolahtelanjang kaki dengan dandanan yangseadanya membawa buku yang kelihatan-nya lusuh.

Dari lapangan kami langsung kembalike "markas" Plan Bangladesh dan dilan-jutkan makan sore dengan menu kareayam, goreng ikan mas, lado terong, sa-yur kol bumbu kuning, tidak ketinggalandhal yang kental dan salad mentimunplus nasi putih, waduh perut nggak tahanlagi untuk segera santap. Setelah kenyangmakan, ada acara evaluasi hasil kunjung-an lapangan yang kita sampaikan semuatanpa basa-basi. Demikian juga per-

tanyaan kita yang masih mangganjaldijawab dengan gamblang oleh Md.Liaquat Ali dkk. Acara ditutup denganminum teh dan buah. Setelah itu rom-bongan kembali ke Rangpur untuk ber-malam.

Pagi-pagi sekali, waktu sekitar pukul06.00, rombongan sudah harus be-rangkat lagi. Tak ada sarapan. Untungpenulis sempat ngopi dan menyeduh miinstan yang dibawa dari tanah air. Waktuberangkat dipilih pagi dengan harapansampai di Dhaka siang sehingga bisabelanja atau shopping. Betul juga, sianghari rombongan sampai di Dhaka danlangsung 'Brunch' alias breakfast campurlunch di Food Village di Bogra. Setelahcheck in di hotel, bus mengantarkan kamibelanja di Riffle Square (pusat belanja dikawasan tentara). Belanja pun dimulai….

Sorenya kami dijamu makan malamdi Heritage Bangla Fusion Cuisin di Ro-ad 109, House 10, Guishan-2, Dhaka 1212sambil bincang-bincang formal ala diplo-mat. Setelah acara selesai, kami langsungpulang ke hotel. Sebagian anggota rom-bongan mulai mengemas pakaian danhasil belanja. Soalnya keesokan harinya

harus meninggalkan Dhaka menujuMumbay (India) lewat Calcuta.

Esoknya rombongan bersiap ter-bang. Tapi ternyata pesawat yangditunggu-Bangladesh Airline-tak no-ngol-nongol alias telat. Akhirnya pe-nerbangan ditukar dengan Air India.Tengah malam kami sampai di Mum-bay langsung dijemput bus ke TajLandsend Hotel. Kondisinya jauh lebihbaik dari di Dhaka. Pagi hari setelahurusan barang beres, rombonganharus segera terbang ke Pune karenaC. Ajith Kumar dari WSP India telahmenunggu untuk mendampingi kamike Ahmednagar district.

Dari Pune, perjalanan dilanjutkandengan bus tanpa AC. Bisa diba-yangkan. Dengan gaya nyopir Yogyaalon-alon waton kelakon menjelangsore rombongan sampai di desa perta-

ma (Borban). Acara kunjungan berlang-sung sampai maghrib. Setelah itu lang-sung menuju ke Ahmednagar dan mengi-nap di Yash Palace Hotel. Di sinilah baruketemu makanan yang lebih nikmatsehingga membuat rombongan padatidur pulas.

Paginya kami mengunjungi desakedua. Sore hari pulang ke Mumbay.Berhubung acara ke Taj Mahal gagal rom-bongan dibawa ke Taj Mahal tiruan diAurungabad. Pukul 20.00 teng, rom-bongan menumpang Jet Air kembali keMumbay. Sampai di sana pukul 23.00.Rombongan menginap di Hotel TajMahal beralamat di Apollo BunderMumbai 400 001.

Esoknya ada acara bincang-bincangresmi dengan teman-teman India sepertibiasa. Mereka mempresentasikan kegiat-annya. Selanjutnya Pak Basah Hernowo(Direktur Permukiman dan Perumahan,Bappenas) mempresentasikan "SANI-MAS". Setelah itu rombongan kembali'shopping' di Mumbay. Selanjutnya rom-bongan kembali ke Tanah Air viaSingapura.

E P O R T A S ER

FOTO:BAMBANG PURWANTO

27PercikDesember 2004

Page 30: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Lomba Desa BersihDolbun di India

Taman Bunga MawarDesa Borban di Ahmednagar District,

India, desa pertama yang kami kunjungidi India memiliki taman yang mempu-nyai arti tersendiri bagi warga desa se-tempat. Sebelum menjadi taman bungamawar, lokasi itu adalah tempat buanghajatnya warga desa khususnya pada saatpagi hari maupun sore menjelang gelap.Sekarang setelah desa tersebut terbebasdari dolbun. Taman itu sangat harum. Disitu dipasang peringatan bahwa desatersebut telah terbebas dari dolbun dansemua rumah di desa telah memiliki WCsendiri. Pada acara kumpul barengwarga, kami diberi tanda mata masing-masing setangkai bunga mawar, yangkami balas dengan nyanyian lagu''Cucakrowo'' buat memeriahkan suasanapertemuan.

Kenali desa sendiriMemasuki Desa Wadgaon kami sedi-

kit heran. Jalan desa mulus. Konon jalanini dibangun dengan dana pemerintah 80persen, sisanya dana masyarakat. Ling-kungannya bersih. Rumah-rumah (189buah) tertata rapi dan hampir semuanyaterbuat dari tembok. Ada balai pertemuandesa, TK (40 murid) dan SD (67 murid).Penduduknya berjumlah 1.199 jiwa (665laki-laki dan 544 wanita). Sebagian besarpetani. Mereka memiliki sapi (550 ekor)dan kambing (250 ekor).

Kondisi desa ini sebelumnya samadengan desa di Bangladesh. Warganyabiasa buang hajat sembarangan. Namunkini itu tak ada lagi. Untuk memulaimembuang hajat dengan benar, wargadiajak keliling kampung oleh fasilitator.Ternyata semua yang diajak menutuphidung akibat bau kotoran manusia yangmenyebar ke mana-mana. Dari situlahfasilitator mulai memberikan penyuluhantentang pola hidup bersih dan sehat (alaPHBS). Suatu pelajaran berharga buatmereka untuk mengenali kondisi ling-kungan desa mereka, dan membiarkanmereka merasakan dan menilainya sen-

diri bagaimana "bau-nya" desa merekaakibat kebiasaan mereka sendiri yangbuang hajat sembarangan.

Pelibatan muridPembangunan WC komunal dimulai

dari sekolah secara gotong royong. Paramurid dan orang tua mengangkut batu,pasir dan mencangkul secara bersama.Jadilah WC sekolah. Kemudian dimu-lailah pendidikan bersih lingkungan darisekolah. Disediakan sabun dan kran air didekat WC. Sebelumnya guru sekolahtersebut sering mengeluh ketika sedangmengajar karena terpaksa menutuphidung akibat bau kotoran manusia yangmenyengat. Setelah pembangunan WCsekolah dan kebiasaan bersih lingkunganmulai dirasakan manfaatnya oleh paramurid. Kenyataannya banyak murid yangrumahnya tidak memiliki WC kemudianmeminta orang tua mereka membangunWC di rumah. Terpanggillah para orangtua untuk membangunnya.

Lomba SanitasiAda dua program sanitasi di India

khususnya di Maharashtra yaitu; TheTotal Sanitation Campaign dan SantGadge Baba Clean Village Sanitation(SGBCVS). SGBCVS merupakan kampa-nye untuk mendidik dan memotivasi pen-duduk perdesaan. Semua desa berkesem-patan untuk mendaftar mengikuti pro-gram ini dengan melakukan kegiatan spe-sifik yang dapat membuat desa merekabersih. Desa yang mengikuti lomba

kemudian dinilai oleh tim independenberdasarkan kriteria yang spesifik misal-nya kondisi air bersih, jumlah toliet, ino-vasi, kepemilikan dan sebagainya. Tigadesa akan ditetapkan sebagai pemenangdan berhak mendapatkan hadiah. Namunbukan hadiah yang menjadi tujuan uta-manya, tapi reputasi dan kebanggaan.Mereka akan memperoleh penghargaandan penghargaan ini bisa dicabut apabilamereka tidak bisa menjaga prestasimereka.

Semangat mandiriIndia mempunyai misi bahwa tahun

2007 semua district (setingkat kabupa-ten) sudah bebas dari buang hajat sem-barangan. Ini semua mereka wujudkanmelalui "Hagandari Mukt Gaon" (DesaBebas Buang Hajat Sembarangan) mela-lui Penyuluhan Sanitasi Total denganmembentuk kelembagaan masyarakatberdasarkan organisasi berbasis keber-lanjutan, memaksimalkan peran semuapihak termasuk para jurnalis, yang berke-liling desa membuat tulisan-tulisan ten-tang sanitasi.

Mereka juga mempunyai pengalamanseperti kita dimana prasarana dan sarana(p/s) sanitasi yang dibangun pemerintahdimasa lalu banyak yang tidak berfungsi(difungsikan oleh masyarakat), sehinggamereka mengubah pola pendekatan pem-bangunan p/s sanitasi dengan total meli-batkan seluruh pihak. Hasilnya lebihmenggembirakan. Mereka mencoba me-ngajak masyarakat berpikir bahwa mem-biayai sanitasi lebih murah daripadabiaya berobat kalau sakit akibat sanitasiyang buruk, suatu pelajaran semangatkemandirian yang begitu tinggi ditingkat masyarakat di sana. Hal inipuntercermin melalui harga BBM (bensin)yang per liternya sekitar 30 rupe(Rp. 6.000) artinya subsidi BBM tidakdiberlakukan dan masyarakat dapatmenerimanya.

(bambang purwanto,

staf ditjen.kotdes, dep.pu).

E P O R T A S ER

28 PercikDesember 2004

India mempunyai misibahwa tahun 2007

semua district (setingkatkabupaten) sudah bebas

dari buang hajatsembarangan.

Page 31: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

B agaimana kondisi infrastruk-tur Indonesia saat ini?

Tidak bagus. Ini akibat krisis ber-kepanjangan yang sudah berlangsungsekitar enam tahun. Jalan-jalan banyakyang rusak. Kereta api makin terpuruk.Listrik mulai menghadapi krisis.Cadangan yang ada mulai tidak men-cukupi lagi. Housing (perumahan) masihdefisit, masih kurang. PDAM kita jugajelek. Utangnya sudah mencapai 5,2 trili-un rupiah. Dan macam-macam lah.Secara kebijakan dan regulasi pun kitaperlu banyak pembenahan. Misalnyanational monopoly yang ada tidak bisadipertahankan lagi. Tapi kita masuk keliberalisasi total juga tak mungkin.Mungkin kita mencoba dengan semi li-beral. Tapi apakah itu bentuk yang palingtepat, kita belum tahu.

Apakah kondisi infrastrukturyang buruk tersebut semata-matadisebabkan karena krisis atau fak-tor lain?

Krisis memperburuk kondisi yangada. Sebelum krisis kita tertolong denganpertumbuhan ekonomi yang mencapaitujuh persen. Saat ini seharusnya banyakkebijakan yang harus disusun sepertiundang-undang transportasi. Terbuktim0nopoli pemerintah tidak bisa lagimemberikan pelayanan yang terbaikkepada masyarakat. Wajar kemudian bilaperlu dicari bentuk-bentuk liberalisasiagar pelayanan menjadi lebih baik.

Dari semua infrastruktur yangada, mana yang paling tertinggal?

Kereta api. Kita khawatir terhadapkondisi perusahaan ini karena tidak ada

perubahan yang signifikan. Banyak relyang rusak. Manajemennya juga buruk.Kemudian jalan. Jalan-jalan banyak yangrusak. Ini bisa kita lihat di Pantura Jawaatau pantai timur Sumatera. Kemudianlistrik. Tahun 2007 baru akan ada per-baikan. Di luar Jawa saat ini kondisinyakekurangan daya. Tak heran bila kitamelihat dan mendengar terjadi pergiliranpemadaman di beberapa daerah. Bahkandi Kalimantan kita mendengar menarategangan tinggi dipotong orang.

Benarkah kita tak punya dana,minimal untuk memperbaiki yangsudah buruk?

Dana akibat krisis menjadi cukupminim. Yang terpenting tak ada investasibaru, terutama dari investor asing. Selainitu, permasalahannya terletak pada kua-litas pembangunan infrastruktur itu sen-diri pada masa lalu. Banyak infrastrukturyang tidak dibangun dengan baik sehing-ga tidak mampu bertahan sesuai umurbangunan yang diharapkan.

Sejauh mana kondisi tersebutmempengaruhi pertumbuhan eko-nomi?

Jelas menghambat. Mana bisa ekono-mi kita tumbuh dengan kondisi infra-struktur yang buruk seperti ini. Kalaukita mau memperbaiki kondisi ekonomikita harus mulai membangun infrastruk-tur yang baru dan memperbaiki yangrusak. Kebutuhan kita meningkat karenapeningkatan populasi dan masuknyainvestasi.

Idealnya infrastruktur Indone-sia itu seperti apa?

Indonesia itu negara yang begitubesar. Infrastruktur itu sebagai pemer-satu. Makanya jaringan jalan harus baik.Kereta api harus bagus. Listrik dayanya

A W A N C A R A

Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas, Suyono Dikun:

''Infrastruktur SebagaiPemersatu Bangsa''

W

Kondisi infrastruktur Indonesia sangat tert-inggal dibandingkan dengan negara-negara diAsia Tenggara. Sebuah survei yang diadakan TheWorld Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia)pada tahun 1996 menunjukkan cakupan layananinfrastruktur Indonesia dan kualitasnya tergo-long rendah. Sebanyak 90 juta orang tak memi-liki sambungan listrik, hanya 14 persen yang ter-sambung dengan sarana air minum, dan hanya1,3 persen penduduk yang memiliki akses den-gan salurang pembuangan air limbah. Pendudukyang tersambung dengan saluran telepon hanya4 persen dan itu pun baru menjangkaumasyarakat di perkotaan. Sedangkan jaringanjalan dalam kondisi 50 persen rusak. Kondisiinfrastruktur yang ada tidak bisa mendukungkecepatan pertumbuhan urbanisasi ke kota-kotabesar di Indonesia. Padahal daerah urban memi-liki kontribusi besar dalam bidang ekonomi yaknisekitar 70 persen di luar minyak. Sedangkansaluran limbah dan penanganan sampah yangburuk menimbulkan pencemaran tanah dan airtanah serta merusak ekosistem. Karenanya mau

tidak mau Indonesia harus membangun kembaliinfrastrukturnya demi kemaslahatan rakyat.Sejauh mana kondisi infrastruktur Indonesia saatini, berikut wawancara dengan Deputi Saranadan Prasaran Bappenas, Suyono Dikun:

FOTO:MUJIYANTO

29PercikDesember 2004

Page 32: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

cukup. Telekomunikasi harus baik danbisa menjangkau rakyat di desa dan diu-tamakan menjangkau daerah-daerahyang terpencil dan terbengkalai. Trans-portasi laut di Indonesia Timur harus diu-tamakan karena wilayah ini menggu-nakan transportasi laut. Perumahanuntuk rakyat kecil harus dibangun. Padadasarnya semua kebutuhan dasar rakyatbisa terpenuhi, tentu dengan standarminimal.

Lalu adakah prioritas mana yangperlu didahulukan dibangun ataudiperbaiki?

Yang sangat krusial adalah jalan danlistrik, air minum dan sanitasi.

Berapa dana yang dibutuhkanuntuk membangun semua itu?

Antara 80-100 milyar dolar untuklima tahun ke depan. Ini untuk men-dukung pertumbuhan ekonomi 6,6 per-sen yang telah dicanangkan oleh peme-rintah.

Dari mana dana yang Anda se-butkan tadi bisa diperoleh?

Pemerintah bisa mendapatkannyadari APBN sebesar 30-40 persen. Inisumbernya bisa dari pemerintah sendiriatau utang luar negeri. Sisanya dariswasta atau domestic capital market ter-masuk investasi dalam negeri. Saat iniada tim yang sedang menjajagi kemung-kinan penggunaan domestic capital mar-ket untuk membiayai pembangunaninfrastruktur Indonesia.

Apa sebenarnya yang bisa dita-warkan kepada investor untuk me-nginvestasikan dana di infrastruk-tur?

Sebenarnya banyak yang bisa dida-patkan oleh investor. Di bidang trans-portasi, peluang cukup terbuka. Mereka bisamembangun jalan tol, juga investasi di per-keretaapian dan banyak yang lainnya.

Mengapa saat ini investor asingenggan menanamkan modalnya?

Investor tidak mau masuk kalauundang-undangnya masih undang-un-dang yang lama. Isinya misalnya adanyakeharusan investor asing bekerja samadengan BUMN. Makanya harus ada refor-masi kebijakan, kelembagaan, tarif, adabest practice, dan ada kepastian hukum-nya.

Kalau kondisi Indonesia sepertisekarang, bisakah kondisi ideal ituterwujud?

Susah. Kalau pemerintah yang barumasih berjalan alon-alon (pelan-pelan-red) seperti sekarang, tidak ada peruba-han yang radikal, susah. Perubahan harussignifikan untuk mendongkrak pertum-buhan ekonomi. Mudah-mudahan bisa,sekarang kan baru sekitar 50 hari peme-rintahan baru bekerja.

Berkaitan dengan pelaksanaanInfrastruktur Summit yang akanberlangsung di Jakarta, Januarimendatang, manfaat apa yang bisadiperoleh Indonesia dari acara itu?

Kita ingin menunjukkan kepada inter-national community seperti donor,swasta, niat pemerintah untuk memba-ngun kembali infrastruktur ke depan. Kitaberharap mendapatkan respon positifdari mereka sehingga memberi dampakyang baik bagi Indonesia. Pemerintahakan mengumumkan semacam perubah-an kebijakan, pricing, investasi dan lain-nya. Kita sedang merancang itu semua.Itu juga merupakan forum untuk menun-jukkan RPJM (Rencana PembangunanJangka Menengah) dari sisi perencanaanpembangunan nasional itu seperti apa.Pemerintah ingin memberikan sinyalyang kuat kepada investor untuk berin-vestasi di Indonesia. (MJ)

A W A N C A R AW

30 PercikDesember 2004

FOTO:DOK.ADB

MCK umum yang terbengkalai karena dibanguntidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Page 33: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Human Development Index atauHDI yang sering diterjemahkanmenjadi Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), akhir-akhir ini munculsebagai salah satu isu yang telah men-dunia, dan merupakan indikator yangdigunakan secara global dalam menun-jukkan tingkat keberhasilan (outcome)pembangunan dan kemakmuran yangdicapai oleh suatu negara. IPM diter-bitkan oleh Program Pembangunan PBB(UNDP) untuk membandingkan tingkatkeberhasilan pembangunan di 177 negaradi dunia. Indonesia pada tahun 2004 iniberada pada urutan ke-111, satu tingkat diatas Vietman, namun masih di bawahnegara-negara tetangga lainnya sepertiSingapura, Malaysia, Philipina, maupunThailand. Tabel di bawah ini menggam-barkan peringkat IPM tahun 2000-2004di beberapa negara ASEAN. Menyakitkanmemang, tetapi itulah kenyataan yangharus diterima. Menjadi negeri yang kayaakan sumberdaya alam, berpendudukbesar, dan memiliki budaya yangberagam tampaknya tidak selalu men-jamin terciptanya kemakmuran dan kese-jahteraan bagi rakyatnya.

Tulisan berikut akan menguraikanpergeseran paradigma pembangunanselama ini hingga dipilihnya IPM sebagaiindikator keberhasilan pembangunanyang memadai, serta pelajaran yangdapat diambil dari rendahnya peringkatIPM Indonesia saat ini dalamupaya mendorong pembangun-an prasarana dasar, terutamaprasarana sanitasi di Indonesia.

Pergeseran Paradigma Pem-bangunan

Perkembangan di empatdekade terakhir ini menun-jukkan ada pergeseran pemiki-ran tentang paradigma pem-bangunan di dunia. Pada deka-de 60-an, pembangunan lebihberorientasi pada produksi

(production centered development), yangmenilai hasil pembangunan dari kemaju-an fisik. Pada dekade 70-an, terjadi per-geseran yang menekankan hasil pemba-ngunan pada besarnya pertumbuhanyang dicapai (distribution growth deve-lopment) dengan menggunakan indikatormakro ekonomi seperti GNP/GDP, dankemudian diikuti oleh paradigma lainyang berorientasi pada pemenuhan kebu-tuhan dasar masyarakat (basic need de-velopment) pada dekade 80-an. Paradig-ma ini mengukur keberhasilan pemba-ngunan dengan menggunakan indeksmutu hidup (Physical Quality Life Index),yang mengacu pada 3 parameter utama,yaitu Angka Kematian Bayi, Angka Harap-an Hidup, dan Tingkat Melek Huruf.

Pada dekade 90-an, keberhasilanpembangunan tidak bisa hanya diukurdari pembangunan fisik, produksi dandistribusi, serta kebutuhan dasarmasyarakat, tetapi keberhasilan pemba-ngunan juga harus dilengkapi dan diukurdari keberhasilan pembangunan manu-sia. Istilah pembangunan manusia dipo-pulerkan oleh UNDP setiap tahun sejak1990, yang didefinisikan sebagai prosesmemperbesar pilihan bagi penduduk (aprocess of enlarging people's choices).Dalam hal ini, masyarakatlah yangmenentukan prioritas sesuai dengankebutuhannya serta menetapkan indika-tor keberhasilannya.

Dalam konteks pembangunan manu-sia, pertumbuhan ekonomi memangdiperlukan karena merupakan dasar bagipembangunan manusia. Namun demi-kian, karena secara empiris terbukti bah-wa pertumbuhan ekonomi tidak secaraotomatis meningkatkan pembangunanmanusia, maka diperlukan intervensiuntuk memperhatikan juga sektor sosial,khususnya yang berkaitan dengan upayaperbaikan kesejahteraan seperti pen-didikan, perbaikan infrastruktur kese-hatan, serta pelayanan sosial lainnya. Halini dianggap penting untuk menghindariterjadinya ketimpangan dan kesenjangansosial akibat kebijakan yang condongpada pertumbuhan ekonomi semata. Kitamemang sempat berhasil membangun

ekonomi, dengan pertumbuhanrata-rata 7 persen per tahun,namun manusia yang dihasilkanadalah manusia-manusia yangtidak memiliki nilai, egois danmenjadikan harta kekayaan seba-gai segala-galanya. Akibatnyabangsa ini manjadi bangsa yangrakus. Teori trickle-down effectyang memperkirakan bahwa kese-jahteraan akan menetes ke bawah,tidak pernah terjadi. Akibatnyaorang yang kaya akan semakinkaya, sementara yang miskin

A W A S A NW

Oleh: Dwityo A. Soeranto *)

Kualitas Manusia Indonesia dan Pembangunan Prasarana Sanitasi

NEGARA

PhilipinaSingaporeMalaysiaIndonesiaVietnamKambojaThailandMyanmar

200077246110910813676125

200185285810210112166118

200283255911011213070127

200385285811210913074131

200483255911111213076132

Peringkat IPM

Laporan UNDP Tentang Peringkat IPM di Beberapa Negara ASEAN

Sumber: HDI UNDP, 2004

31PercikDesember 2004

Page 34: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

malah semakin miskin. Disparitas kaya-miskinlah yang terjadi.

IPM dan IndikatornyaMeskipun cukup luas, pembangunan

manusia tetap dianggap paling mendasardan strategis karena menggunakanindikator yang merefleksikan aspek-aspek: a) Peluang hidup yang panjangdan sehat; b) Mempunyai kemampuanpengetahuan dan keterampilan yangmemadai; serta c) Memiliki kehidupanyang layak dan mudah dalam memper-oleh akses pada kegiatan ekonomi.

IPM merupakan indeks turunan yangmengadopsi indeks komposit HDI yangmemiliki variabel-variabel yang sangatesensial dalam pembangunan manusia,yaitu: a) Indeks Harapan Hidup (LifeExpectancy at Age) yang merupakangambaran tingkat kesehatan masyarakatyang baik; b) Indeks Pendidikan berupapaduan antara Angka Melek Huruf (AdultLiteracy Rate) dan Rata-rata LamaSekolah (Mean Years of Schooling) yangdapat mengindikasikan tingkat pen-didikan atau kemampuan akademik danketrampilan; serta c) Indeks KemampuanDaya Beli yang merupakan ukuran pen-dapatan dan telah disesuaikan denganparitas daya beli (Purchasing PowerParity). Namun demikian, kita sadaribahwa IPM adalah suatu alat bantu, dantidak ada ukuran yang baku yang benar-benar dapat mengukur tingkat kese-jahteraan suatu negara atau masyarakat.

Isu pembangunan manusia cende-rung akan semakin berkembang manjadikebutuhan yang harus diantisipasi seiringdengan semakin berkembangnya kesa-daran politik masyarakat dan terbukanyakomunikasi di era global. Dihubungkandengan pembangunan bidang sanitasi diIndonesia, sejak awal Water and Sanita-tion Decade tahun 1980-an, kita selaluterbentur pada minimnya pendapatanmasyarakat, yang berdampak pada mi-nimnya kesadaran mereka akan sanitasi,karena prioritas mereka lebih kepada

kebutuhan hidup yang mendasar lainnya.Sanitasi belum menjadi prioritas merekayang mendesak.

Pembangunan sanitasi hingga saat iniselalu diartikan sebagai pembangunanbidang persampahan, air limbah dandrainase. Pembangunan ketiga bidang initidak terlepas dari upaya untuk mening-katkan kesehatan masyarakat dan ling-kungan, yang indikator keberhasilannyaselalu diukur dari indeks Tingkat Harap-an Hidup, Tingkat Kematian Bayi, danAngka Penyakit yang Disebabkan oleh Air(Water-Borne Disease), seperti DemamBerdarah, Muntaber, Tifus dan Diarea.

Dari angka IPM yang ada dari tahunke tahun, masalah penanganan kesehatanmasyarakat dan lingkungan kelihatannyatidak tumbuh secara signifikan, padahalperbaikan kualitas manusia erat kaitan-nya dengan akses terhadap kesehatan, disamping tentunya akses-akses lainnya.Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudho-yono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla da-lam Visi, Misi dan Program Pemba-ngunan Indonesia 2004-2009, telahmenetapkan satu dari beberapa sasaran

pembangunan ekonomi dan kesejahtera-an, untuk meningkatkan kualitas ma-syarakat Indonesia yang terlihat darimembaiknya IPM dari peringkat 111 saatini menjadi lebih baik dari peringkat 91,pada tahun 2009 yang akan datang.

Oleh karena itu, salah satu upaya untukturut memperbaiki peringkat IPM kita dimata dunia, adalah melalui upaya untukmenurunkan Tingkat Kematian Bayi, danmenurunkan Tingkat Penyakit yang dise-babkan oleh Air (Water-Borne Disease),yang akhirnya akan meningkatkan TingkatHarapan Hidup. Jangan sampai DemamBerdarah, Muntaber, Tifus dan Diareamewabah dimana-mana, baru semua pihakseperti "kebakaran jenggot".

Isu Politik dan Komitmen DalamPembangunan Sanitasi

Saat ini sekitar 100 juta orang diIndonesia belum memperoleh pelayanansanitasi yang memadai, dan menurutpenelitian ADB, Indonesia memilikitingkat pelayanan sanitasi yang palingburuk di Asia. Setiap rumah tangga diIndonesia rata-rata harus mengeluarkan

A W A S A NW

32 PercikDesember 2004

Sumber: Bank Dunia

Kondisi Sanitasi Dasar Indonesiahanya lebih baik dari Vietnam,

Laos dan Kamboja.

Page 35: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

US$ 12.00 setiap bulan untukmembiayai kerugian ekonomiakibat buruknya sanitasi. Buruk-nya pelayanan sanitasi tersebutmerupakan kendala dalam me-ningkatkan kesehatan masya-rakat dan kesehatan lingkungan.Hingga saat ini hanya 63 persenpenduduk (77 persen di perko-taan dan 52 persen di perdesaan)yang memiliki akses terhadapsarana sanitasi dasar. Angka itupun perlu dicermati lagi meng-ingat kualitas sarana yang belumdan tidak memenuhi persyaratanteknis yang ditetapkan.

Di bidang persampahan, ha-nya 41 persen penduduk yangbaru terlayani saat ini, sedangkan51 persen luas wilayah perkotaanmasih dipengaruhi genangan,baik oleh air hujan maupunpasang air laut/sungai, yang me-nyebabkan buruknya kualitaskesehatan masyarakat dan ling-kungan, karena umumnya kualitas airhujan yang dialirkan juga tercampur olehair limbah rumah tangga. Dengan kondisiseperti ini, sudah saatnya kita men-jadikan bidang sanitasi sebagai prasaranalingkungan, yang sejajar dengan airbersih, yang merupakan kebutuhan uta-ma masyarakat. Penanganan sanitasi jugaharus dilakukan secara terpadu denganbidang air bersih.

Untuk mencapai hal tersebut, palingtidak ada tiga hal yang harus dilakukan,yaitu pertama, melibatkan kepedulianmasyarakat untuk mendesak agar sani-tasi manjadi kebutuhan masyarakat yangpokok dan mengangkat sanitasi sebagaiisu politik, serta menjadikannya komit-men bersama bagi para penyelenggarapembangunan dalam pengambilan kepu-tusan di bidang kesehatan; kedua, berka-itan dengan peringkat IPM, ini berartibahwa pemerintah harus mengeluarkananggaran yang lebih banyak untukmenyediakan pelayanan publik yang

berhubungan dengan sanitasi; ketiga,mengelola anggaran yang disediakanuntuk pembangunan manusia, dan dite-rapkan dengan prinsip transparansipengelolaan anggaran.

Dalam konteks perencanaan pemba-ngunan, isu IPM sudah barang tentu ti-dak cukup hanya disajikan dalam bentukpernyataan politik saja, tetapi juga harusmampu dijabarkan dalam program-pro-gram nyata, seperti dikaitkan denganpencapaian target Millennium Develop-ment Goals, tahun 2015. Pertanyaannya,apakah mungkin dengan kondisi keuang-an negara seperti saat ini, Indonesiamampu menyediakan lebih banyakanggaran untuk kebutuhan pelayananpublik (keamanan, pangan, kesehatan,pendidikan) yang mencapai angka 3-6persen dari PDB.

UNDP melaporkan bahwa sejak awal1990 hingga tahun 2003, porsi anggarandi bidang kesehatan tidak mengalamiperubahan, tetap saja berkisar 0,6 persen

dari PDB. Dalam RAPBNtahun 2005 yang akan da-tang, anggaran untuk mem-bayar hutang saja (dalam danluar negeri) dan bunganyasebesar Rp. 143 trilyun daritotal anggaran Rp. 378 tri-liun. Penambahan anggarandan penetapan program-pro-gram investasi yang nyatatidak akan dapat bermanfaatbila tidak diikuti oleh inves-tasi terhadap kualitas manu-sianya. Manusia dengan ka-pabilitas, kemerdekaan, danakses terhadap hak-hak sosi-al, ekonomi dan politiklahyang dapat melakukan evalu-asi terhadap pilihan kebi-jakan dan perubahan politik.Kualitas manusia yang sepertiinilah yang perlu mendapatperhatian.

Walaupun IPM bukanlahsuatu ukuran yang sempurna

untuk mengukur kualitas pembangunanmanusia, tapi setidaknya telah mem-berikan sinyalemen bahwa kita masihharus berjuang untuk memperbaiki diridalam berbagai hal. Peningkatan per-baikan kualitas manusia erat kaitannyadengan akses terhadap kebutuhan pokokseperti makanan, pekerjaan, kesehatandan pendidikan. Kita memiliki pekerjaanyang berat untuk memacu diri dalammeningkatkan peringkat IPM kita agarmenjadi manusia yang memiliki kualitasyang lebih baik, tidak saja melalui penye-diaan dana pembangunan tetapi khusus-nya untuk bidang sanitasi, dengan meng-ubah kebiasaan (habit dan culture) untukmemanfaatkan prasarana sanitasi denganbenar. Dengan kualitas individu yangbaik itulah bangsa ini bisa menjadi majudan kuat.

*) Staf pada Direktorat Perkotaandan Perdesaan Wilayah Tengah,Ditjen Tata Perkotaan dan Tata

Perdesaan, Dep. Pekerjaan Umum

A W A S A NW

Sumber: BPS

Hanya 63 persen penduduk(77 persen di perkotaan dan 52 persen

di perdesaan) yang memiliki aksesterhadap sarana sanitasi dasar.

33PercikDesember 2004

Page 36: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Pendahuluan

Sangat menarik bila memperhati-kan pernyataan Gubernur DKI Ja-karta (th.1998) bahwa setelah 9

tahun pelaksanaan program kali bersih(PROKASIH), kondisi mutu air sungai-sungai di Jakarta belum juga menjadilebih baik bahkan cenderung menurun.

Berdasarkan hasil penelitian Univer-sitas Indonesia, penyebab utama bu-ruknya mutu air sungai-sungai diJakarta, Ciliwung misalnya, adalah aku-mulasi limbah domestik (air limbah dansampah) yang berasal dari aktivitas kese-harian rumah-rumah tangga. Pemerintahdaerah (melalui Dinas Kebersihan danPerusahaan Pengelola Air Limbah, PAL)telah berusaha mengatasi dan mengan-tisipasi berbagai persoalan pelayanan dilapangan, namun terbentur berbagaikendala dan keterbatasan, sehingga sam-pai saat ini baru sebagian kecil yang ter-layani dengan baik.

Sementara itu, dalam kaitan peng-adaan air minum, berbagai media masajuga mengabarkan, bahwa setelah sekianlama merdeka, negara kita (terutamamelalui jasa Perusahaan Daerah AirMinum, PDAM) ternyata baru mampumemenuhi kebutuhan air minum sekitar30 - 45% masyarakatnya (khususnya diperkotaan), itu pun dengan kuantitas dankualitas produk yang seringkali masihfluktuatif.

Menyadari keterbatasannya, meski-pun dengan format yang mungkin belumpas benar pada zamannya, pemerintahpada masa-masa sebelumnya juga sudahmengupayakan berbagai penggalanganpartisipasi masyarakat. Sehingga peli-batan partisipasi masyarakat padakegiatan pengelolaan air minum danpenyehatan lingkungan, samasekali bu-kanlah gagasan baru. Namun, pengga-gasan kembali dengan format dan pen-

dekatan yang lebih baik, melalui upayaterus menerus tanpa kenal lelah untuksenantiasa menggali, mengevaluasi danmengembangkan, sedemikian rupa hing-ga solusi-solusi alternatif dan kreatifdapat tercipta, harus diacungi jempol.Bila hanya mengandalkan model pe-ngembangan konvensional, pemerintah

pada masa depan akan menghadapi tan-tangan semakin berat untuk secepatnyamengejar ketertinggalan penyeleng-garaan pengelolaan air minum dan/ataukegiatan sanitasi untuk masyarakat terse-but, baik di perkotaan yang relatif ter-pusat, apalagi di pedesaan yang menye-bar. Munculnya gagasan perlunya kelem-bagaan pengelolaan air minum dan pe-nyehatan lingkungan berbasiskan masya-rakat sesuai dengan kenyataan dan adaargumentasinya. Masyarakat sebenarnyamampu menyelenggarahkan kedua ke-giatan tersebut.

FaktaPada dasarnya, masyarakat bersedia

membayar terhadap pelayanan air mi-num dan penyehatan lingkungan yangmereka dapatkan, terlebih bila kualitas-nya baik. Bahkan, pada kasus-kasus ter-tentu (contoh : air minum di perkotaan),ketika sistem jaringan pelayanan masihburuk, masyarakat lapisan bawah justrusering terpaksa membayar lebih mahaldibanding lapisan atas dan/atau menen-gah. Ringkasnya, sepanjang kualitaspelayanannya baik dan harganya masukakal (reasonable) masyarakat pasti ber-sedia membayar (willingness to pay), ka-rena air minum (kalau boleh diibaratkan)adalah kebutuhan pokok nomor urut nol(paling awal) dari deretan sembilanbahan pokok (sembako) yang sudah dike-nal masyarakat selama ini.

Sementara itu, kebutuhan padapenyehatan lingkungan dasar (yakni, ke-beradaan jamban rumah tangga), peng-olahan air limbah septic tank (blackwater), air limbah dapur/kamar man-di/cuci (grey water), serta penanganansampah, sifatnya variatif. Konon, kevari-atifan ini disebabkan banyak hal yaknibudaya, pendidikan, kondisi sosial,tingkat ekonomi, lemahnya kelembagaan(pemerintah, swasta atau masyarakat),dan sebagainya.

Betulkah karena itu semua? Untukmenjawab itu semua perlu kita per-hatikan dan renungkan fakta-faktaberikut:1. Bukti sejarah

Secara tradisional, sejarah partisipasimasyarakat Indonesia di bidang pengelo-laan air (terutama untuk irigasi) danlingkungan hidup (secara umum), telahmemiliki catatan panjang. Pada masalalu, masyarakat tradisional di kawasanPulau Lombok misalnya, telah memilikisistem dan lembaga-lembaga pengelola

A W A S A NW

34 PercikDesember 2004

Institusi RT-RW Sebagai KoordinatorPengelolaan Air Minum Dan Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat

Juara Pertama Lomba Karya IlmiahPenyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat

Eddy Soentjahjo *)

Sepanjang kualitaspelayanannya baik danharganya masuk akal

(reasonable) masyarakatpasti bersedia membayar

(willingness to pay), karenaair minum (kalau boleh

diibaratkan) adalah kebu-tuhan pokok nomor urut nol(paling awal) dari deretan

sembilan bahan pokok(sembako) yang sudah dike-nal masyarakat selama ini.

Page 37: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

air irigasi dan pertanahan yang cukupbaik, antara lain : sedahan, pembekel, pe-kasih dan klian subak. Dengan sistem dankelembagaan ini, terbukti masyarakatmampu menghimpun dana secara swa-daya, yang bermanfaat untuk memeliharasarana irigasi, sehingga pemakaian airdan pengelolaan tanah bisa dilakukansecara optimal.

Contoh lain yang sangat populeradalah keberadaan organisasi pengelolapengairan untuk pertanian di Pulau Bali,yang dikenal sebagai subak, diperkirakansudah ada sejak abad ke-9, sebagaimanatersurat dalam prasasti Raja Purana yangberangka tahun saka 994 atau 1072Masehi. Bagi masyarakat petani Bali,menjaga kelestarian dan keharmonisanlingkungan bukan lagi sebuah beban,tetapi sebuah swadharma, kewajibanprofesi, yang utuh-bulat terangkumdalam filosofi hidup tri hita karana.

Sementara, masyarakat Kimaam,penghuni Pulau Kimaam Selatan, Malu-ku, yang berawa-rawa, telah mengem-bangkan sistem pertanian yang sangatunik untuk menghasilkan ubi, makananpokok mereka. Penanaman ubi harusdilakukan dengan cara menyiasati kondisidataran rendah yang selalu berair ataulahan kebun yang terbenam air ketikapasang air laut datang.

Masyarakat Desa Haruku di PulauHaruku, Maluku Tengah, memiliki per-aturan hukum adat yang dinamakan sasi,yang bisa diartikan sebagai laranganmengambil hasil alam tertentu, sebagaiupaya pelestarian mutu dan populasisumber daya alam hayati. Dalam kon-teks yang lebih luas, sasi menjadi suatupengaturan hubungan manusia denganalamnya berupa sasi laut, sasi hutanatau darat, sasi sungai dan juga hubun-gan antara manusia di dalam wilayahsasi.

Di Lembah Baliem, Pegunungan Jaya-wijaya, Irian Jaya, suku Dani mengolahtanah pertanian garapannya denganmenggunakan tongkat sederhana sebagai

cangkul untuk ditanami ubi. Sadar atautidak sadar, disain dan penggunaan alatsederhana semacam itu ternyata meru-pakan solusi yang baik bagi konservasitanah kebun di lereng-lereng perbukitanyang sangat sensitif terhadap bahayaerosi dan longsor.

Dahulu, ketika kawasan Gunung Kidulmasih sangat gersang dan minus air,orang malu menyebutkan diri berasal daridaerah tersebut, tetapi kini, dengansemakin baiknya upaya-upaya penghi-jauan dan pengadaan air minum di dae-rah tersebut, kepercayaan diri masya-rakatnya berangsur-angsur tumbuh.

Menurut kesenian/teater rakyat dikawasan Jawa Timur (KENTRUNG danLUDRUK), pada masa lampau, namadaerah atau desa tempat tinggal bahkansering menjadi bagian tak terpisahkandari nama seseorang yang ditokohkan.Sehingga, menyebut nama tokoh tersebut,terasa kurang pas bila tidak menyertakannama desa/dusun/dukuh asal usul sitokoh misalnya Sarip Tambak Oso. Faktatersebut menunjukkan bahwa dalam per-gaulan masyarakat Jawa, keberadaanlingkungan tempat tinggal yang baik danasri menjadi begitu penting, yakni sebagaisuatu kebanggaan bersama dan sekaligusidentitas diri.

2. Kondisi dan peran kelembagaanmasa kini di bidang pengelolaanlingkungan hidupa) Data berasal dari kliping koran :

Kasus pengaduan masyarakat Ran-taubais terhadap pencemaran ling-kungan yang diduga dilakukan olehPT. Caltex Pasifik Indonesia ( PT.CPI ) Kasus pembakaran peternakanayam, karena pengaduan pence-maran yang kurang ditanggapi olehpihak perusahaan PT. Wira LuckySakti ( PT. WLS ) maupun pihakMuspika Karangploso.Kasus pencemaran Sungai Ciujung,Pemda Tingkat II Serang tempatkan

diri berhadapan dengan masya-rakat.Kasus penonaktifan Ketua RT olehWalikota, karena melaporkan ada-nya pencemaran lingkungan sebagaiekses keberadaan TPA sampah Pencemaran di Pekayon terhenti,karena protes masyarakat di kawas-an RW 07

b) Data berasal dari Kementerian Ling- kungan Hidup (KLH)Beberapa waktu lalu di KLH/Bapedal

terdapat Unit Kasus Jaganusa (dibentukpada tahun 1993 hingga 1999/2000),yang diproyeksikan bekerja cepat dalammerespon dan memproses laporan/peng-aduan masyarakat, menyebar-luaskaninformasi dan menerbitkan buletin. Unitini berada di bawah taktis langsungDeputi II Bapedal, dan di'back-up' olehtiap direktorat di bawah deputi tersebut.Tugas yang dilakukan unit ini, antara lain: inspeksi lapangan, dan membantu ins-tansi teknis menangani pencemaran air,udara dan tanah.

Berikut ini adalah jumlah kasus yangdikumpulkan oleh Unit Kasus Jaganusa,Bapedal, berdasarkan laporan masya-rakat tentang telah terjadinya pencemar-an, perusakan dan pelanggaran ling-kungan hidup di berbagai daerah, selamakurun waktu 1996-1999, yakni :

Jumlah pelaporan kasus pence-maran yang menurun, sebagaimanatersaji pada tabel di atas, bisa jadi be-lum menggambarkan bahwa jumlahtindak pencemaran/perusakan/pelang-garan lingkungan hidup telah menu-

A W A S A NW

4)

5)

1)

2)

3)

Periode TahunAnggaran

1996 - 19971997 - 19981998 - 1999(sementara)

Via Surat

123548

Media

Cetak &

Elektronik

159

141

-

Langsung

6

2

2

35PercikDesember 2004

Page 38: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

run. Situasi politik, kondisi sosial danekonomi yang memprihatinkan semen-jak akhir tahun 1997 hingga awal 1999ini, barangkali menjadikan masyarakatsemakin enggan melapor. Keengganansemacam ini, juga bisa dialami PetugasUnit Kasus Jaganusa dalam mengum-pulkan dan memasukkan data ( 'dataentry' ).

Namun, bila berbagai data klipingkoran dan pelaporan Unit Kasus Ja-ganusa tersebut ditelusuri jejak perankelembagaannya dan kemudian disu-sun menjadi diagram alir berikut, in-formasinya menjadi sangat-sangat me-narik dan berharga : (lihat diagramdi samping)

Tampak, bahwa masyarakat kita(masa kini) lebih percaya diri untukberhimpun dalam memperjuangkan isu-isu dan masalah pencemaran/perusakanlingkungan hidup. Dalam beberapakasus, himpunan tersebut ternyata miripatau bahkan betul-betul terdiri atasanggota masyarakat dalam satu wilayahinstitusi RT-RW (rukun tetangga-rukunwarga).

PembahasanMerancang kelembagaan yang ideal

seputar pengelolaan air minum danpenyehatan lingkungan perlu memper-hatikan sejarah panjang kegiatan partisi-patif masyarakat Indonesia dan kondisinyata pengelolaan lingkungan hidup yanglebih luas dan nyata terjadi masa kini.Beberapa contoh kasus pencemaran yangdisajikan tentu saja tidak menggam-barkan kondisi keseluruhan kinerjakelembagaan (pemerintah, swasta danmasyarakat) di Indonesia, bahkan padacontoh kasus no. 5 kita sungguh bisaberharap bahwa koordinasi yang baikantarlembaga (masyarakat RT-RW,pemda dan swasta) memberikan hasilsolusi penanganan pencemaran yangbaik. Padahal, lokasi pabrik pencemar(berada di Kab. Bogor) dan pemukimanpenduduk yang tercemar (di DKI Jakarta)

terletak di wilayah pemerintahan daerahyang berbeda, dan itu bukan menjadihalangan.

Beberapa contoh sejarah partisipatif,menunjukkan bahwa secara kultural,masyarakat Indonesia sebenarnya sangatpeduli dengan kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup, termasuk pengeloaanair minum dan penyehatan lingkungan.Kepedulian itu bahkan tampak munculdari masyarakat-masyarakat pedalamandan pesisir yang sederhana dengantingkat ekonomi, pendidikan dan aksesinformasi yang juga masih rendah. Maka,

A W A S A NW

36 PercikDesember 2004

KETERANGAN :Garis utuh tebal, merupakan jalur pelaporan ter-

pendek, dari masyarakat (individu atau himpunan) keKLH/Bapedal. Saat ini Bapedal telah ditiadakan,Bapedalda berubah menjadi BPLHD dan beberapa lainnyadengan nama yang berbeda.

Garis utuh tipis, merupakan jalur pelaporan yanginformasi/laporan awalnya bersumber dari bagiansebelumnya, atau berasal dari inisiatif bagian/institusi itusendiri.

Garis putus-putus, menunjukkan bahwa laporanatau informasi yang diperoleh berasal dari media masa ( si-fatnya tidak langsung dari masyarakat ).

Blok garis putus-putus pada Bapedalwil, dimaksud-kan bahwa institusi ini sifatnya membantu tugas Bapedalpusat di wilayah, mungkin sampai terbentuknya BapedaldaI/II secara keseluruhan.

SINGKATAN :BPLHD = Badan Pengendali Dampak Lingkungan

Hidup DaerahTKP2LH = Tim Khusus Pemantau dan Peneliti

Lingkungan Hidup.PPLH = Pusat Penelitian Lingkungan HidupBLH = Biro Lingkungan HidupBKP = Badan Kerjasama PembangunanLSM = Lembaga Swadaya MasyarakatPSLU = Pusat Studi Lingkungan UniversitasWALHI = Wahana Lingkungan HidupESP = Ecological Studies ProgrammeLBH = Lembaga Bantuan HukumBUMN = Badan Usaha Milik Negara

Page 39: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

beberapa pertanyaan di depan, tentangkepastian hubungan antara tingkat pen-didikan dan ekonomi masyarakat dengankepedulian terhadap lingkungan hidupterjawab sudah.

Selanjutnya, kelembagaan seperti apayang sebaiknya dipakai? Bila mengikutikecenderungan masyarakat untuk lebihsuka berhimpun di kalangannya sendiri(masalah representasi dan kepercayaan),organisasi tradisional yang sudah ada se-macam RT-RW di perkotaan (termasuk diantaranya : dusun, banjar, nagari, kelom-pok suku, himpunan para petani, nelayanatau pengrajin, dsb.), bisa dipercaya se-bagai pengelola atau minimal koordinatorpengelolaan. Sebagai koordinator! Ya,karena pada akhirnya keahlian teknis,manajemen dan terutama ketersediaanwaktu, harus tetap dipandang penting,sehingga pengelolaannya mungkin harusdiserahkan kepada pihak lain.

Kesuksesan pengelolaan kegiatan (ber-biaya) berbasis masyarakat ini sangatditentukan oleh kemampuan menghimpundan mengalokasikan dana langsung daridan/atau ke masyarakat. Institusi semacamRT-RW sangat memiliki pengalaman danjam terbang tinggi tentang itu (misal:menghimpun iuran sampah dan keaman-an, zakat, dana sosial, dsb.). Tentu saja,kelembagaan dan jaringan organisasinyatidak selalu sederhana dan tunggal, bisasaja karena alasan tertentu (misal : demimengejar kapasitas skala ekonomi suatuinstalasi pengolah air bersih/minum, ataulokasi kawasan pelayanan yang kebetulanberdekatan), terpaksa atau sebaiknyakelembagaannya diperluas menjadi ga-bungan dari beberapa RT-RW dan/ataubekerja sama dengan lembaga lainnya,yakni pemerintah atau swasta. Lembagabaru, menurut hemat kami, tidak selaluperlu dibentuk, kita gunakan dan berda-yakan saja yang ada. Karena 'ecomanage-ment' secara nasional yang kita miliki sebe-narnya sudah berjalan cukup baik, hanyamembutuhkan waktu dan juga gagasan-gagasan dan terobosan kreatif.

KesimpulanPengelolaan air minum dan penye-hatan lingkungan berbasis masya-rakat sangat mungkin bisa dihadirkandi lingkungan perkotaan maupun pe-desaan.Kelembagaan pengelolaannya harusdikoordinasi oleh himpunan/repre-sentasi yang berasal dari masyarakatitu sendiri (semacam institusi RT-RWsaat ini), sifatnya fleksibel dan sesuaikebutuhan masyarakat setempat.Salah satu contoh standar :

Pengelola profesional, bisa merupakanbagian anggota masyarakat tersebut(misal: kelompok pemuda karang ta-runa), bisa berasal dari luar masyarakat. Sepanjang bermanfaat, tidak menu-tup kemungkinan lembaga masya-rakat tersebut bekerja sama denganlembaga pemerintah dan/atau swasta.

SaranSegala sesuatu menyangkut pilihanteknologi, biaya investasi, harga pro-duk akhir, kewenangan pengelolaan,harus diputuskan secara musyawarahantara internal masyarakat dan pihakpemerintah dan/atau swasta. Karena menyangkut kemungkinan ada-nya perbedaan kemampuan daya belisetiap anggota masyarakat, konsep se-macam subsidi silang bisa diterapkan.Melalui kelembagaan pula, tidak menu-tup kemungkinan masyarakat bisa men-dapatkan dana dari hasil kegiatan unitusaha bersama lainnya (misal: penge-lolaan air minum/bersih), untuk mem-biaya (setidaknya mensubsidi) kegiatanpengelolaan air limbah dan penyehatanlingkungan lainnya.

*) Aliansi Studi Pembangunan, ASP-ITB

(Bidang Lingkungan & Pemukiman)

A W A S A NW

Kesuksesan pengelolaankegiatan (berbiaya)

berbasis masyarakat inisangat ditentukan oleh

kemampuan menghimpundan mengalokasikan dana

langsung dari dan/atauke masyarakat. Institusisemacam RT-RW sangat

memiliki pengalaman danjam terbang tinggi

tentang itu.

37PercikDesember 2004

Page 40: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Badan Pemerintahan dan Pemu-ka MasyarakatTugas pengembangan KKA akan lebih

mudah jika dikerjakan bersama-samaoleh beberapa badan pemerintah danorganisasi masyarakat. Pemerintah Dae-rah dan pemuka masyarakat, jika diberiinformasi dan dimotivasi, dapat berperanpenting dalam penyampaian pesan KKAkepada masyarakat setempat. Sebuahcontoh adalah negara Thailand, di manaselama musim kemarau 1998, Otorita pe-kerja air propinsi telah melakukan kam-panye untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat akan konservasi air denganmenghubungkan kekurangan air bersihdengan penebangan pohon dan pence-maran industri. Unit-unit keliling me-ngunjungi daerah-daerah pelayanan sup-lai air di seluruh negeri untuk melakukanperbaikan pipa air, keran-keran yang bo-cor dan meteran air secara cuma-cuma.

Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)LSM biasanya merupakan organisasi

yang tidak mengejar keuntungan dengantingkat partisipasi sukarela yang tinggi;memberikan sumbangan sangat pentingdalam bidang pengairan di kawasan Asiadan Pasifk dan keikutsertaannya perludicatat dalam mensosialisasikan KKA.Dalam kenyataan, banyak LSM yang terli-bat dalam proyek air perdesaan yangberskala kecil dan kunci kesuksesanmereka adalah kemampuan untuk meng-ikutsertakan masyarakat setempat untukaktif berpartisipasi dalam program mere-ka. Keikutsertaan LSM cenderung me-ningkat untuk menjadi mitra kerja dalampelaksanaan proyek pengairan nasionaldan daerah.

Guru dan PendidikUntuk menimbulkan kesadaran ma-

syarakat mengenai masalah konservasiair merupakan suatu proses yang pan-

jang. Proses ini harus dimulai dengananak-anak, segera setelah mereka masuksekolah dan masalah air harus dibahaspada kurikulum pendidikan dasar, SLTPdan SMU. Oleh karena itu guru dan pen-didik merupakan mitra penting dalampenyampaian strategi KKA. Para pendidikdiminta untuk memasukkan topik keairandalam kurikulum nasional maupun dae-rah. Materi mengajar untuk guru harusmenekankan pada pentingnya air dalamsetiap aspek kehidupan, dalam pelajaransains, sastra, seni dan drama. Pelajarantentang KKA yang menarik dan informatifuntuk guru maupun murid harus menjadiprioritas utama dalam strategi pengem-bangan KKA.

ParamedisAktivitas harian paramedis-dokter,

perawat dan paramedis lainnya ber-hubungan dengan setiap lapisan masya-rakat. Pengalaman mereka yang luas ten-tang sosialisasi pesan-pesan kesehatan,khususnya mengenai kebersihan, sanitasidan bahaya pemakaian air kotor, menja-

dikan mereka mitra kerja yang berhargauntuk penyampaian pesan KKA.

Media MassaTelevisi, radio, film, koran, majalah, pa-

pan reklame, dan di antara masyarakat ter-tentu-Internet, mempunyai kekuatan besaruntuk menyampaikan informasi dan mem-beri pendidikan. Setelah mempertim-bangkan tingkat akses masyarakat setempatke setiap media massa ini, maka strategi pe-ngembangan KKA disusun dengan menge-mukakan cara terbaik memanfaatkan mediamassa supaya dapat menjangkau pemakaiair dengan pesan-pesan mengenai konser-vasi. Harus direncanakan bagaimana dapatterjalin suatu kerjasama antara para pakarpengairan dan media massa, termasukpelatihan para pakar dalam hubungan mediamassa dan mendidik para pakar dalammedia tentang konservasi air.

Artis dan Pekerja SeniPada prinsipnya, komunikasi media

adalah komunikasi satu arah akan tetapipengalaman menunjukkan bahwa sikapmasyarakat cenderung berubah jika terja-di komunikasi dua arah atau timbal balik.Untuk kelompok yang lebih kecil, diskusidan umpan balik dapat distimulasikanmelalui drama yang menggambarkansituasi setempat dengan keterlibatanaktor, teater rakyat, wayang, dongeng danmusik. Cara ini akan sangat efektif untukpenonton yang lebih muda dan dapatmerupakan bagian dari gerakan pen-didikan untuk menunjang pembangunan.Kelompok sasaran disini adalah penye-lenggara pameran, lomba, festival dramadan seni dalam masyarakat setempatyang perlu diinformasikan tentangmasalah air dan distimulasikan agar men-jadi kreatif dalam menyampaikan KKA.

Para Pemuka AgamaAir secara nyata dijelaskan dalam

ajaran agama sebagai bagian yang penting

A W A S A NW

38 PercikDesember 2004

Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat(Dengan Rujukan Khusus Terhadap: "Kampanye Kepedulian Masyarakat mengenai

Konservasi Air di Kawasan Asia Pasifik" - Di bawah Koordinasi UN-ESCAP)

Oleh: A. Hafied A. Gany, PhD *)

Tulisan Kedua dari Dua Tulisan4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 41: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

dalam kehidupan, atau untuk kebersihanpribadi dan sebagai pembersih simbolikdari perbuatan jahat. Para pemuka aga-ma dijadikan kelompok sasaran untukdua alasan yaitu pesan-pesan mengenaiKKA dapat disisipkan ke dalam penga-jaran mereka dan mendorong pengikut-nya untuk berpartisipasi dalam kampa-nye tentang air.

Menjangkau Pemakai AirJika kelompok sasaran di atas telah

memahami dan menjalankan pesan KKA,maka kelompok tersebut menjadi mitrakerja dalam penyampaian pesan konser-vasi pemakai air. Teknik yang berbedadiperlukan untuk memperkenalkan kon-servasi sumber daya air dan suplai air,maupun dalam penyampaian pesan kon-servasi di daerah pedesaan dan perko-taan. Pengalaman setiap kelompoksasaran dapat membantu KomisiPelaksana untuk menentukan cara danbentuk aktivitas pengembangan KKA.

Langkah Keenam:Identifikasi Mitra Kerja dan Sponsor1. Kemitraan yang Strategis

Kemitraan yang strategis pentinguntuk memperkenalkan strategi KKA

adalah: kepada tingkat pemerintahan; diantara departemen yang bertanggungjawab terhadap berbagai aspek yang ber-beda dalam bidang pengairan, kesehatanmasyarakat, lingkungan, irigasi dan per-tanian, maupun perencanaan kota danpedesaan.

Di luar pemerintahan, kemitraanyang strategis dapat mencakup LSM,perusahaan air dan listrik swasta, orga-nisasi wanita dan kemasyarakatan lain-nya, perusahaan dagang yang menawar-kan bantuan sebagai sponsor, dan mediamassa. Sebagai contoh, misalnya, kelom-pok kemitraan dan hubungan kerja yangdidirikan di Republik Korea untuk me-mudahkan kampanye tentang konservasiair nasional.2. Mitra kerja dan sponsor yangpotensial

Penyampaian ke masyarakat akanefektif jika Komisi Pelaksana memilihmitra kerja dan sponsor yang bertang-gung jawab untuk membantu pelaksa-naan pengembangan KKA. Di bawah initerdapat sembilan contoh kelompok mi-tra kerja dan beberapa di antaranya telahdisebut sebagai sasaran awal penyampai-an pesan KKA.

(a) Pemerintah Pusat. Kementerian

dan badan yang dapat bertindak sebagaimitra kerja adalah mereka yang bertang-gung jawab pada: perencanaan sumberdaya air, pengembangan dan pengelo-laan, penyediaan air perkotaan dan pe-desaan maupun sanitasi, kesehatan ma-syarakat, pertanian dan irigasi, ling-kungan, perencanaan dan pengembang-an sosial dan ekonomi, perumahan, danpendidikan.

(b) Pemerintah Propinsi dan Daerah.Jika bentuk tanggung jawab untukmasalah-masalah seperti pelayanan air,kesehatan masyarakat, lingkungan danpendidikan dipindahkan ke tingkat kabu-paten dan kecamatan, sedangkan un-dang-undang tambahan maupun per-aturan-peraturan mengenai hal tersebutdikeluarkan oleh pemerintah pusat , ma-ka lembaga pemerintah propinsi dan kotaharus dianggap sebagai mitra.

(c) Perusahaan suplai air bersih,dan sanitasi.

(d) Badan multilateral. Kira-kiraterdapat dua puluh badan dalam Perse-rikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusisektor pengairan, demikian juga denganBank Pembangunan Asia. Badan multi-lateral dapat mendukung strategi ke-sadaran konservasi air nasional berupa(i) Pendanaan proyek-proyek KKA, atauproyek-proyek suplai air bersih dan sani-tasi; (ii) Penyediaan pelatihan dan pe-ngembangan; dan (iii) Penyediaan pusatsumber pengetahuan dan jaringan kerjainformasi melalui publikasi.

(e) Perusahaan pemakai air besar.Perusahaan pemakai air besar dalam sek-tor pertanian, industri dan komersial da-pat menjadi mitra yang berpotensi khu-susnya pada tingkat daerah/lokal.

(f) Asosiasi para pakar. Beberapaasosiasi para pakar telah memperke-nalkan konservasi air kepada anggotanya.Asosiasi para pakar ini dapat menjadisumber pengetahuan untuk meningkat-kan kesadaran masyarakat di berbagai bi-dang maupun dapat menjadi kerangkakerja yang berharga bagi mitra dari para

A W A S A NW

FOTO: WCA-ESCAP

11.

39PercikDesember 2004

Page 42: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

pakar dalam bidang konservasi air.(g) Penyelenggara kampanye

kesehatan masyarakat. (h) Penyelenggara kampanye

lingkungan. Juru kampanye untukmasalah lingkungan dengan satu topik,seperti pencemaran sungai atau dampakpembangunan bendungan baru akhirnyamenyadari perlunya lingkup permasalah-an yang lebih luas, mencakup pemakaiandan konservasi air.

Langkah Ketujuh:Menyepakati Tujuan dan PesanUtama

Komisi Pelaksana pada saat ini telahmengidentifikasi stakeholders, masalahkebijakan, kelompok sasaran awal danmitra maupun sponsor yang berpotensi.Langkah berikut adalah penentuan kam-panye dengan menyetujui tujuan danpesan utama untuk mengembangkan KKAdengan memperhatikan masalah kebijakandan kepentingan stakeholders maupunmitra kerja. Dalam hal ini, Komisi Pe-laksana harus membuat konsep berisi tu-juan dan pesan untuk dikaji dan dikonsul-tasikan dengan semua pihak yang berminat.

Dengan memakai cara pendekatanyang biasa digunakan dalam pemasaransektor komersial, maka tujuan dan pesandalam pengembangan KKA mengikutiproses yang terdiri atas dua. Tahap 1,pemakai air akan menyadari masalahpenyediaan air bersih dengan biaya ren-dah, dampak pengambilan air yang tidakterkendali terhadap lingkungan danhubungan antara pemakaian air yangefisien, sanitasi dan kesehatan yang baik.Tahap I dapat merupakan proses yangpanjang dan dapat berlangsung selamabeberapa tahun dan keuntungannyatidak mudah dihitung. Tahapan ini dapatmenimbulkan kesadaran dan minatsecara umum, terhadap masalah yangdihadapi dan hal ini diperlukan sebagailandasan tahap 2.

Tahap 2, biasanya berjangka pendek(1-2 tahun), dan menyelenggarakan kam-panye untuk menggerakan aksi perubah-

an dalam perilaku dan sikap. Kampanyeuntuk mengubah perilaku akan lebihefektif jika terdapat alasan eksternal yangjelas bagi masyarakat untuk memberitanggapan, misalnya kelangkaan sumberair selama bertahun-tahun.

Langkah Kedelapan:Identifikasi Kegiatan untuk Pe-ngembangan KKA

1. Identifikasi kegiatanKadang-kadang keinginan berbuat

sesuatu mengenai konservasi air dengancara melakukan kegiatan tersendiri yangmurah dan mudah dilaksanakan sepertimencetak dan membagikan selebarantentang penghematan air, timbul akibatmeningkatnya beban/tekanan terhadapsumber daya air. Akan tetapi, jikakegiatan ini tidak menjadi bagian daristrategi yang telah direncanakan denganbaik, maka sudah pasti bahwa kegiatantersebut tidak akan efisien dan hanyamembuang waktu dan uang. Kegiatanpengenalan KKA yang ditujukan padamasyarakat, umumnya memiliki 6(enam) bagian utama berikut ini.(1). Pemerintahan -- pimpinan tertinggi,

pembuat kebijakan, dan menge-nalkan undang-undang.

(2). Sosialisasi -- pemberitaan dan kam-panye kesadaran.

(3). Media komunikasi -- melalui TV,radio, koran, majalah dan internet.

(4). Pendidikan -- di sekolah, akademi,

universitas, dan perkumpulan aga-ma.

(5). Pertemuan umum --rapat, konferen-si, pameran, festival, seni dan dra-ma.

(6). Penyebarluasan informasi --denganbuklet, leaflet dan poster.

Suatu kerangka kerja perencanaandiperlukan dalam menyusun strategisupaya terbentuk hubungan di antara ke-enam bagian utama tersebut untuk pe-ngembangan KKA yang berupa: (i) ma-salah; (ii) peserta; (iii) mitra; (iv) tujuandan pesan; dan (v) kegiatan. Kegiatan-kegiatan harus dibagi secara luas kedalam kegiatan yang akan dilaksanakanpada tiga tingkatan pemerintahan yaknipusat, propinsi, dan kabupaten/kota.

Langkah Kesembilan:Penyusunan Jadwal dan TargetKomunikasi

Tujuan Strategi dan Target TaktisPada tahap perencanaan strategi se-

perti mengurangi ketidaktahuan, men-ciptakan kesadaran dan mendorong mi-nat dalam penyelesaian, adalah sangatsulit untuk mengukur keberhasilan ke-giatan komunikasi KKA. Oleh sebab itu,perlu membuat rencana kerja pemantau-an kegiatan terhadap tujuan strategi dantarget taktis yang telah ditentukan se-belumnya.

Program dan Kampanye: JangkaPanjang dan Jangka PendekPelaksanaan strategi KKA secara me-

nyeluruh harus direncanakan untuk jang-ka waktu lima tahun. Jangka waktu ini di-anggap cukup panjang untuk melakukanperubahan dalam kesadaran tentang kon-servasi air yang mencukupi dan jugameliputi beberapa kampanye jangka pen-dek.

Beberapa program konservasi airyang berubah sesuai keadaan akan ber-langsung terus menerus selama waktupelaksanaan misalnya pengembanganbahan pengajaran untuk sekolah dan pe-ningkatan program untuk mengurangilimbah. Program-program KKA yang

A W A S A NW

40 PercikDesember 2004

1.

2.

FOTO: WCA-ESCAP

Page 43: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

lebih umum oleh pemerintah kota meli-puti kampanye penghematan air jangkapendek yang dilaksanakan secara terusmenerus selama musim kemarau.

Langkah Kesepuluh:Penyusunan Anggaran dan Pencari-an Dana

1. Menghitung AnggaranKomisi Pelaksana harus menghitung

anggaran yang diperlukan untuk membi-ayai program pengembangan KKAberdasarkan kegiatan yang diusulkan,personil dan bahan yang diperlukan danpengeluaran-pengeluaran yang dibu-tuhkan. Kemudian mereka perlu menyi-apkan rancangan kegiatan yang jelas danringkas untuk mendapatkan dana, me-nyusun strategi program dan keuntunganyang potensil dan rancangan keuangandengan menyatakan dari mana sumberdana dan pemakaian dana tersebut.

Pertimbangan-pertimbangan perlu di-berikan kepada bentuk pendanaan baiksecara tunai atau natura dari "stakehol-ders and partners" termasuk sponsor ko-mersial dan LSM. Selanjutnya, KomisiPelaksana harus mempertahankan usul-an dan rencana keuangannya dalamdiskusi dengan Departemen atau BadanPemerintah sebagai langkah awal pen-carian dana.

2. Sumber danaPendanaan program KKA dapat

berasal dari satu sumber atau lebih seba-gai berikut: (i) Alokasi anggaran pemerintahpusat atau dari sub alokasi kepada departe-men kementerian dan badan; (ii) Pen-dapatan pemerintah propinsi dan daerahatau anggaran yang dialokasikan daripemerintah pusat; (iii) Pendapatan perusa-haan suplai air; (iv) Sponsor komersial; (v)LSM; (vi) Badan pendanaan multilateral;dan (vii) Donor bilateral.

Jika pemerintah mencari pendanaaneksternal melalui kemitraan dengan LSMdan sponsor komersial, maka sangat pen-ting untuk menjaga keterbukaan danakuntabilitas.

Langkah Kesebelas:Pembentukan Tim Pelaksana

Jika dana telah disetujui, KomisiPelaksana dapat membentuk tim proyekuntuk melaksanakan kegiatan khususprogram pengembangan KKA. Pimpinanproyek pelaksana harus dipilih atas dasarkemampuannya mengelola kampanye disamping itu juga harus memiliki penge-tahuan teknik secara rinci tentang kon-servasi air. Tim proyek pelaksana harusterdiri atas ahli-ahli dalam bidang sepertipenyediaan air, pengelolaan lingkungan,pendidikan, pemasaran dan hubunganmasyarakat.

Tenaga ahli tersebut dapat diambildari beberapa lembaga maupun konsul-tan ahli eksternal jika diperlukan. Tenagapendukung setiap bidang harus dialo-kasikan kepada setiap tim untuk pelak-sanaan tugas logistik yang tidak memer-lukan keahlian. Jumlah anggota tim yangoptimum umumnya terdiri atas empatsampai delapan orang.

Pada tingkat Pemerintah Pusat: (1)Mengembangkan peraturan perpipaannasional dan standar-standar untuk alatdan perabot rumah tangga; (2) Me-rancang undang-undang tentang konser-vasi air; (3) Memperkenalkan HariKonservasi Air; (4) Menyiapkan kuriku-lum tentang air untuk anak-anak sekolah;(5) Menyiapkan buku panduan tentangair untuk sekolah; (6) Membina hubung-an dengan pimpinan media massa danmenyelenggarakan jumpa pers dan

siaran; (7) Mengemb situs Internet ten-tang konservasi air

Pada tingkat Pemerintah Propinsi:(1) Membina hubungan dengan pejabatpemerintah propinsi untuk memperke-nalkan aspek regional suatu kampanye;(2) Membantu merancang undang-undang tambahan dan peraturan-per-aturan; (3) Mengadakan perlombaanuntuk pelaksanaan konservasi yang baik;dan (4) Memudahkan penyampaian pro-gram melalui media regional dan iklan.

Pada tingkat pemerintah Kabupa-ten/Kota: (1) Membentuk tim untuk men-datangi sekolah-sekolah; (2) Menjadi peng-ajar tamu di sekolah, akademi dan uni-versitas; (3) Mengatur rapat-rapat umumdan diskusi; (4) Membentuk dan me-nyelenggarakan kampanye hemat air jang-ka pendek; dan (5) Mengatur penyeleng-garaan peristiwa budaya dan pameran.

PenutupSecara keseluruhan, kesuksesan pene-

rapan dan pelaksanaan strategi peningkatankesadaran masyarakat sangat ditentukanoleh adanya "Komitmen Politis Pemerintah"yang selanjutnya diimplementasikan olehsemua pihak secara sinergi melalui tigapemeran utama, khususnya bertanggung-jawab dalam mengambil prakarsa dan tin-dakan untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat akan perlunya konservasi airyakni: (1) Pemerintah sendiri, di TingkatPusat, Propinsi, dan Daerah; (2) Organisasi-organisasi sumber daya air dan suplai airbersih; (3) Masyarakat setempat, dibantuoleh LSM. Sementara Kelompok Eksternal,yakni badan-badan multi lateral juga tetap di-perlukan dalam memberikan dukungan baikberupa komunikasi, bantuan teknik dansemacamnya mengingat kepentingan KKAmerupakan tuntutan kepedulian semuapihak secara lokal, regional, nasional maupuninternasional tanpa kecuali (KepedulianKonservasi Air buat kepentingan semua).

Widya Iswara Utama

Departemen Pekerjaan Umum

A W A S A NW

Beberapa programkonservasi air yang berubah

sesuai keadaan,akan berlangsung terus menerus

selama waktu pelaksanaanmisalnya pengembangan bahanpengajaran untuk sekolah dan

peningkatan programuntuk mengurangi limbah.

41PercikDesember 2004

Page 44: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Keunikan Privatisasi Air Minumdan Sanitasi

Dibandingkan dengan sektor lain se-perti listrik dan telekomunikasi, makapembiayaan swasta dalam sektor air mi-num dan sanitasi relatif lebih sedikit yangberhasil (Haarmeyer, 1998). Hal inimungkin disebabkan oleh sifat dari sek-tor air minum dan sanitasi yang berbeda,yaitu (i) air minum dan sanitasi ditandaidengan tingkat monopoli alamiah yangtinggi. Meskipun kompetisi dimungkin-kan pada kegiatan terbatas seperti pe-ningkatan kapasitas dan penyediaanlayanan 'plumbing', tapi sulit untuk jugamelakukan hal yang sama untuk dis-tribusi yang merupakan bisnis inti airminum dan sanitasi; (ii) air merupakankebutuhan dasar manusia dan akses ter-hadap air harus diberikan pada semuaorang; (iii) air minum dan sanitasi lebihcocok dikelola oleh pemerintah daerah.Akibatnya, issue antardaerah harus lebihdahulu diselesaikan sebelum penanammodal masuk; (iv) sebagian terbesar assetberada dibawah tanah yang mengaki-batkan besarnya biaya untuk menilainyasehingga menambah biaya persiapan par-tisipasi swasta; (v) penyediaan yangkurang memadai dapat mengakibatkanmasalah kesehatan dan lingkungan, se-hingga pemerintah mempunyai minatyang kuat dalam meningkatkan akses pe-layanan tanpa memperhitungkan ke-mampuan membayar; (vi) risiko nyatadari perbedaan kurs sebab konsumenmembayar dalam mata uang lokal semen-tara pinjaman dalam mata uang asing(Penelope, 1997).

Dampak PrivatisasiSecara umum, menurut Andic (1990),

selain perubahan kinerja perusahaan itusendiri, maka terdapat beberapa dampakprivatisasi yang dikenali sebagai dampakekonomi makro antaranya yaitu (a) pe-ngaruh privatisasi terhadap nilai tambahagregat baik langsung maupun tidak

langsung, (b) dampak pada tenaga kerjayang berupa dampak langsung yaitupenambahan/pengurangan pegawai per-usahaan bersangkutan atau dampaktidak langsung yaitu penambahan/pe-ngurangan tenaga kerja pada sektor lain,(c) dampak pada penghasilan pegawaiyang berupa dampak langsung terhadappenghasilan pegawai BUMN dan dam-pak tidak langsung terhadap penghasil-an pegawai pemerintah lainnya, (d)dampak terhadap surplus sosial yaituberupa dividen, laba ditahan, sum-bangan sosial; (e) dampak pada ang-garan pemerintah berupa penambah-an/pengurangan besar subsidi, pinjam-an, dan pajak; serta (f) dampak padatabungan dan konsumsi.

Selain itu, beragam manfaat privati-sasi antara lain (i) kultur sektor swastaakan mulai mempengaruhi perusahaansehingga diharapkan efisiensi dapat di-tingkatkan. Selanjutnya keuntungan me-ningkat sehingga harga saham akan me-

ningkat (jika pemerintah masih meme-gang sebagian saham, maka pemerintahjuga akan menikmati keuntungan darikenaikan nilai saham). (ii) penjualan sa-ham melalui pasar modal mengakibatkanberlakunya ketentuan pasar modal terutamamenyangkut transparansi perusahaan ; (iii)keterlibatan pegawai yang lebih jauh dalampengendalian perusahaan yang dimung-kinkan oleh pemilikan saham oleh pegawai(Gayle, 1990); (iv) Shirley dan Neils (1992)menekankan lebih berperannya mekanismekontrol pasar, dan berkurangnya tekanandan campur tangan yang bersifat politis (Si-ahaan, 2000); (v) meredam pertumbuhanpembelanjaan pemerintah; (vi) mempromo-sikan inisiatif individual untuk melakukanusaha; (vii) memperluas kepemilikan danpartisipasi masyarakat dalam perekonomi-an nasional (Todaro, 1989)

Hambatan PrivatisasiBerg (1987) mengemukakan masalah

yang dihadapi khususnya di negaraberkembang yaitu (i) tujuan utama pri-vatisasi di negara berkembang berbedadengan negara maju yaitu mengurangijumlah BUMN yang merugi. Kondisi inimenyulitkan untuk menjual pada swasta;(ii) tidak terdapat perusahaan swastanasional yang mempunyai modal yangmemadai untuk membeli BUMN, semen-tara perusahaan asing dengan modalyang cukup masih mendapat hambatanmembeli BUMN; (iii) kondisi peraturanyang kurang mendukung. Misal proteksiindustri, akses kredit; (iv) parlemenkurang memberi dukungan karena diang-gap sebagai menjual aset nasional.Termasuk juga banyaknya penolakandari militer yang banyak bergantungpada BUMN.

Sementara di Indonesia, beberapafaktor ditengarai menjadi kendala pro-gram privatisasi antaranya (i) ideologis,yang menyatakan bahwa privatisasi ber-tentangan dengan jiwa Undang-undangDasar 1945 khususnya Pasal 37 ayat 2; (ii)

Sekali Lagi tentang PrivatisasiTulisan Kedua dari Dua Tulisan

Oleh: Oswar Mungkasa*)

42 PercikDesember 2004

A W A S A NW

Model privatisasisangat beragam

dengan kemungkinansukses/gagal yang sama.

Walaupun tidak adamodel yang berlaku

untuk semuasituasi, tetapi dapat

dikatakan bahwaprospek privatisasiterbaik pada negara

yang mempunyaimekanisme finansial

yang mendukungprivatisasi.

Page 45: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

politis, yang berkaitan dengan kemung-kinan berkurangnya secara signifikanperan pemerintah dalam perekonomiannasional; (iii) penolakan internal, khusus-nya dari pihak manajemen dan karyawanterkait dengan kemungkinan terjadinyaperubahan manajemen dan pemutusanhubungan kerja setelah privatisasi; (iv)finansial, terkait dengan hilangnya sumberpendapatan pemerintah di masa datang;(v) otonomi daerah, yang berujung padapenolakan pemerintah daerah terhadapprivatisasi BUMN di daerahnya; (vi)persepsi masyarakat bahwa privatisasihanya menjual aset untuk menutup defisitanggaran pemerintah; (vii) kurangnyaketerbukaan dan sosialisasi tentang ren-cana privatisasi; (viii) belum adanya buktibahwa privatisasi dapat mendatangkanmanfaat bagi masyarakat; (ix) belumadanya dasar hukum yang kuat paling tidaksetingkat undang-undang bagi privatisasiBUMN;

Prawiro (1989) mengemukakan ma-salah yang lebih terkait pada kinerja BUMNdan ideologi yaitu (i) kinerja BUMN yangkurang baik mengakibatkan nilai jualBUMN yang relatif rendah; (ii) kinerja yangkurang baik juga menjadi hambatan untukmemenuhi persyaratan masuk pasar mo-dal; (iii) salah satu tugas BUMN adalahmendidik tenaga Indonesia, dan denganprivatisasi menjadi tidak tertangani; (iv)BUMN diberi hak monopoli karenabeban sosial yang ditanggungnyatetapi dengan privatisasi makabeban tersebut tidak ada lagi sehing-ga seharusnya hak monopoli dihi-langkan. Tetapi hak monopoli inilahyang sebenarnya menarik minatswasta membeli BUMN

Kritik terhadap PrivatisasiKhusus di negara berkembang,

Shirley dan Neils (1992) menge-mukakan beberapa kelemahan pri-vatisasi yaitu (i) kurang mampunyapemerintah melakukan proses pri-vatisasi secara transparan; (ii) ter-

jadinya peralihan monopoli ke tangan swas-ta yang tidak mempunyai kepedulian padakesejahteraan masyarakat (Siahaan, 2000).Sementara Kagami (1999) mengemukakankelemahan privatisasi adalah (i) timbulnyapengangguran dan berkurangnya peranserikat pekerja; (ii) dominasi modal asing(disebut juga 'efek Wimbledon'); (iii) per-saingan keras ('survival of the fittest') men-ciptakan kondisi semakin dominannyaperusahaan besar dan terciptanya oligopoli.

Faktor Kunci dalam MemilihPemerintah mempunyai beberapa sasa-

ran dalam melibatkan swasta yaitu (i) mem-perkenalkan teknologi dan keahlian mana-jerial baru; (ii) meningkatkan efisiensi; (iii)membangun proyek skala besar; (iv) mengu-rangi biaya subsidi; (v) menghalangi inter-vensi politis jangka pendek; (vi) membuatperusahaan lebih tanggap terhadap kon-sumen. Selain itu pemerintah juga memper-timbangkan konsekuensi terhadap pegawai,kendali sektor strategis, peningkatan tarif,dan dampak terhadap masyarakat miskin.

Dalam mencapai sasaran tersebut makapemerintah harus menentukan pilihan pri-vatisasi yang optimal melalui serangkaiananalisis berupa (i) analisis kondisi perusa-haan; (ii) analisis kerangka regulasi saat ini;(iii) analisis dukungan pemangku ke-pentingan; (iv) analisis keberlangsungankeuangan.

Dengan cara yang sederhana (tabel 2),maka hasil analisis dapat mengarahkanpemerintah pada pilihan yang optimal.Misalnya, jika kapasitas regulasi lemahdan komitmen politik rendah, makapilihan konsesi akan sulit dilaksanakan.

Kunci Kesuksesan Privatisasi Kehadiran Undang-Undang Privati-

sasi penting untuk menjamin privatisasiberada pada jalur yang benar. Keber-adaan UU tersebut paling tidak bisamenghadirkan tiga prasyarat keberhasil-an program privatisasi. Pertama, persya-ratan kredibilitas dan akuntabilitas. Jikaini tidak terjadi, maka privatisasi hanyamenghasilkan pengalihan inefisiensi darisektor publik ke sektor swasta. Strukturpasar tak berubah sehingga tak ada per-baikan dalam iklim persaingan. Kedua,persyaratan kecepatan. Proses yang lamaakan mengundang free rider dan pembu-ru rente. Ketiga, persyaratan organisasi.Pembentukan komisi privatisasi yang meng-awasi jalannya privatisasi, menetapkankeputusan strategis seperti harga minimumsaham jika ditempuh langkah Initial PublicOffering (IPO) (Basri, 2002).

Sementara Sumarlin (1996) mene-kankan prinsip persamaan, transparansidan obyektif yang dituangkan dalam 4(empat) prinsip dasar bagi keberhasilanprivatisasi yaitu (i) pihak swasta yang

membeli saham BUMN tidakdiberi hak monopoli maupun hakprivilege lainnya seperti proteksi,kredit bunga rendah. Merekadiperlakukan sama dengan pihakswasta lainnya; (ii) privatisasi ti-dak berarti menomorduakankepentingan masyarakat luas; (iii)kesempatan yang sama bagi ma-syarakat berpartisipasi; (iv) pene-tapan harga harus yang palingmenguntungkan dengan memper-hatikan harga pasar dan dilakukandengan transparan.

Veljanovsky (1990) menekan-kan beragam hal sebagai per-

A W A S A NW

ANALISISKondisi Perusahaan

Kerangka regulasi

Dukungan pemangkukepentingan

Keberlangsungan keuangan

PERTANYAAN KUNCIStandar pelayananKondisi assetSumber daya manusiaKinerja keuanganDukungan regulasi yang adaKemungkinan perubahan regulasiKelemahan regulasiIdentifikasi kepentingan pemangku kepentinganMinimisasi resiko politisApakah tarif memadai?Meningkatkan efisiensi tanpa kenaikan tarifApakah konsumen tidakmenolak kenaikan tarifApakah dimungkinkan subsidi

Tabel 1 : Rangkaian Analisis

43PercikDesember 2004

Page 46: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

syaratan keberhasilan kebijakan privati-sasi, diantaranya adalah (i) pemerintahharus mempunyai komitmen kuat; (ii)privatisasi harus dibuat menjadi isu non-politis dengan menekankan efisiensi danaspek kebebasan. Berarti juga proses pri-vatisasi harus didepolitisasi; (iii) diper-lukan dukungan dari kelompokberpengaruh/terkait; (iv) harus adakomitmen kuat untuk melaksanakanperaturan untuk memastikan pihakketiga mempunyai akses yang sama; (v)

harga mencerminkan biaya, dan jasatidak di subsidi silang; (vi) peraturanharus efektif dan minimal serta harusditinjau setiap periode tertentu; (vii)perhatian khusus diberikan pada regu-lasi, dan memastikan bahwa intervensihanya dilakukan jika menyangkut prak-tek anti-kompetisi; (viii) pembatasanpemilikan saham sebaiknya dihindari.

Sutojo (1995) menyimpulkan bah-wa terdapat 5 (lima) faktor yang me-nentukan yaitu (i) perekonomian ne-

gara yang kuat dan sehat; (ii) sektorswasta yang dapat diandalkan; (iii) me-tode privatisasi yang tepat; (iv) hukumdan perundang-undangan serta ke-lembagaan yang menunjang; (v) pasarmodal dan pasar uang yang efisien.

Bagaimana dengan sektor air mi-num dan sanitasi?

Berdasar pengalaman yang disa-rikan dari 10 studi kasus di negaraberkembang dan negara maju (Kitano,

A W A S A N

44 PercikDesember 2004

W

POTENSI

KEUNTUNGAN

DARI PILIHAN

RENDAH

TINGGI

Tabel 2 : Prasyarat Keberhasilan Beragam Pilihan Privatisasi

PILIHAN

KontrakJasa

KontrakManajemen

Lease

Build-Operate-Transfer(BOT)

Konsesi

Divestiture

DUKUNGAN

PEMANGKU

KEPENTINGAN DAN

KOMITMEN POLITIK

TidakPenting

rendah-moderat

moderat-tinggi

moderat-tinggi

tinggi

tinggi

TARIF

BERDASAR

PEMULIHAN

BIAYA

Tidak dibu-tuhkan dalamjangkapendek

Sebaiknya adatetapi tidakperlu dalamjangkapendek

Perlu

Sebaiknya ada

Perlu

Perlu

KETERSEDIAAN

INFORMASI

Dapat terlaksanadengan informasiterbatas

Informasimemadaidibutuhkan

Informasimemadaidibutuhkan

Informasimemadaidibutuhkan

Informasimemadaidibutuhkan

Informasimemadaidibutuhkan

KERANGKA

REGULASI

TERSEDIA

kapasitaspemantauanminimal

kapasitas pemantauanmoderat

Kapasitas kuatuntuk regulasi dankoordinasi

Kapasitas kuatuntuk regulasi dankoordinasi

Kapasiatasregulasikuat

Kapasitasregulasikuat

PERINGKAT

KREDIT

BAIK

Tidak Perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Peringkat tinggimengurangibiaya

Peringkat tinggimengurangibiaya

Peringkat tinggimengurangibiaya

Catatan: gradasi warna menunjukkan tingkat kepentingan Tidak signifikan rendah/moderat tinggi

Sumber: Penelope, 1997.

Page 47: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

2000), maka dapat disimpulkan bebe-rapa faktor yang berpengaruh terhadapkesuksesan privatisasi yaitu (i) pe-ngembangan basis legal dan dukungan

pemerintah lainnya; (ii) rencana imple-mentasi yang realistis; (iii) sasaranyang jelas; (iv) kemitraan jangka pan-jang antara operator dan pemerintah

daerah. Faktor yang disebutkan di atas

bukan merupakan jaminan sepenuhnyaakan keberhasilan sebuah privatisasi.Namun ketika faktor tersebut tidak ter-penuhi maka kemungkinan masalahyang timbul telah dapat diperkirakan.Penjelasan faktor selengkapnya padatabel 3.

PenutupDari beberapa pengalaman pelak-

sanaan privatisasi di manca negara,maka dapat dikemukakan beberapafakta yang penting yaitu: Pertama.Privatisasi berjalan lebih lancar jikapemimpin pemerintahan mempunyaikomitmen politis yang kuat terhadapreformasi ekonomi; Kedua. Privatisasitidak mudah. Tantangan dari berbagaipihak yang mempunyai 'vested in-terest', BUMN yang tidak layak jual dantidak menarik bagi investor; ketakutaninvestor asing terhadap keamanannegara merupakan beberapa peng-hambat privatisasi; Ketiga. Model pri-vatisasi tidak hanya satu, tetapiberagam dengan kemungkinan suk-ses/gagal yang sama. Walaupun tidakada model yang berlaku untuk semuasituasi, tetapi dapat dikatakan bahwaprospek privatisasi terbaik pada negarayang mempunyai mekanisme finansialyang mendukung privatisasi; Keempat.Bahkan negara maju tetap ber-eksperimen dengan privatisasi. Contoh-nya Inggris yang telah melakukan pri-vatisasi 40 persen dari BUMN-nya,namun debat tentang privatisasi tetaphangat; Kelima. Privatisasi tidak hanyasekedar menjual aset ke sektor swasta.Tetapi juga berarti meningkatkan ke-bebasan pasar, dan mengurangi re-gulasi pemerintah, serta kebijakanmakro lainnya.

*) Staf Direktorat Permukiman

dan Perumahan Bappenas

Anggota Pokja AMPL

A W A S A NW

FAKTOR KESUKSESAN

(1) Dukunganpemerintah

(2) Stabilitaspolitik

(3) Saran professional terinformasikan

(4) Rencanaimplementasirealistis

(5) Sasaran yang jelas

(6) Penawaran yang dapat diandalkan

(7) Kemitraanjangka panjang

(8) Berbagi resiko

KUNCI

Dukungan diharapkan akan menjadi(i) dasar hukum bagi pengaturanketerlibatan swasta; (ii) komitmenterhadap independensi swasta dariintervensi politik; (iii) regulasi yangmemadai; (iv) tarif realistik untukmemastikan pendapatan yangmemadai

Dibutuhkan untuk menarik modalswasta dalam jangka panjang

Dalam proses persiapan dan imple-mentasi, pemerintah, masyarakatdan swasta harus mempunyai aksesyang sama terhadap informasi

Penting untuk memastikan bahwaproses implementasi dapat dicapaidalam jangka waktu yang realistis,serta komitmen penuh pemerintah

Merupakan hal mendasar bagi pen-gukuran kinerja swasta oleh badanregulasi, dan bagi pencapaian kiner-ja oleh operator

Pelayanan harus dapat dilaksanakansesuai dengan harga penawaran.Harus dihindari biaya murah dengankonsekuensi tingkat pelayanan yangtidak memadai

Keseluruhan proses harus didisainsebagai dasar bagi kemitraan jangkapanjang antara operator dan peme-rintah daerah

Strategi kunci adalah memastikanresiko telah teridentifikasi sejakawal, dan dialokasikan pada masing-masing pihak dalam kontrak

CONTOH

Di Chili, peraturan diimplemen-tasikan untuk menerapkan tarifDi Buesnos Aires, dibawahkepemimpinan kuat dari pusat,komite privatisasi melibatkanberbagai pihakInggris memiliki badan pengaturyang independenDi Jakarta (Timur), kontrak meng-haruskan review tarif untukmemastikan keuntungan bagiswasta

Di Jakarta, setelah penyerahan daripemerintah, kedua konsesi di-nyatakan batal (null).

Proyek di Buesnos Aires, Manilamenerima bantuan dari Bank Dunia

Di Perancis, pemerintah daerahdapat memilih jenis kontrak, danberagam pilihan tersedia

Sasaran yang jelas ada pada selu-ruh studi kasus

Di Manila Timur, kekhawatiran tim-bul karena rendahnya tingkatpenawaran

Di Perancis, pemerintah dan swastatelah membangun saling keper-cayaan melalui kesepakatan ker-jasamaDi Polandia, kontrak kompleks danmemancing kekisruhan pada awal-nya. Kontrak kemudian direvisi danhubungan membaik

Di Turki, resiko dialokasikan padamasing-masing pihak dalam kontrak

Tabel 3 : Kunci Kesuksesan Privatisasi Sektor Air Minum dan Sanitasi

Sumber: Kitano, 2000

45PercikDesember 2004

Page 48: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Keberlanjutan pembangunan danpelayanan masyarakat dalamsektor air minum dan penye-

hatan lingkungan merupakan isu bersa-ma dalam upaya peningkatan kesejah-teraan masyarakat di Indonesia, tak ter-kecuali di Kabupaten Lombok Barat, Pro-pinsi Nusa Tenggara Barat.

Salah satu strategi nasional yang telahdilaksanakan yakni penyusunan Kebijak-an Nasional Pembangunan Nasional danPenyehatan Lingkungan Berbasis Masya-rakat yang pada tahun ini telah diopera-sionalisasikan di Propinsi Nusa TenggaraBarat, serta Kabupaten Lombok Barat.

Dalam upaya pemantapan pelaksana-an operasionalisasi kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat pada tahun2005 dan seterusnya, pemerintah daerahPropinsi Nusa Tenggara Barat sertaKabupaten Lombok Barat membentukKelompok Kerja AMPL Daerah, yang ber-anggotakan unsur Bappeda, BPM/-BPMD, PU Kimpraswil-Cipta Karya, Ba-pedalda /Lingkungan, Dinkes, serta dinasterkait.

Pokja AMPL daerah selama ini telahmenyelenggarakan serangkaian perte-muan koordinasi untuk melakukan pe-mahaman bersama mengenai pelaksa-naan kebijakan dan penyusunan langkah-langkah operasionalisasi pelaksanaankebijakan di daerah.

Salah satu hasil khusus dari perte-muan pokja AMPL Kabupaten LombokBarat adalah catatan permasalahan pem-bangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan sebagai berikut :

Aspek LingkunganPermasalahan lingkungan yang pen-

ting di Kabupaten Lombok Barat yaitu ti-dak dilibatkannya lembaga adat dalamikut serta menjaga kelestarian hutan se-hingga berdampak banyaknya terjadi pe-nebangan hutan secara liar.

Penebangan liar ini pada akhirnyaakan berpengaruh pada menurunnya

curah hujan serta rendahnya resapan air.Kondisi ini bila dibiarkan akan menu-runkan debit air/mata air dan mening-katkan jumlah sumber mata air yanghilang atau mengering.

Selain itu, penghargaan atas jasapelestari lingkungan sangat rendah, ter-batasnya lahan untuk Tempat Pembu-angan Akhir Sampah (TPA) serta lemah-nya penegakan hukum dan aturan terkaitaspek lingkungan.

Aspek SosialKeterlibatan masyarakat kurang opti-

mal. Ini berdampak pada rendahnya go-tong royong, sulitnya mengubah budayadalam Buang Air Besar (BAB) di semba-rang tempat, dan tidak dimanfaatkannyafasilitas Jamban Keluarga (JAGA). Di sisilain, ada persoalan kurangnya konsepdan materi penyuluhan serta kemiskinanmasyarakat.

Aspek KelembagaanPeran pemerintah sebagai fasilitator

belum efektif. Hal ini menyebabkan le-mahnya koordinasi antardinas instansiterkait, program AMPL menjadi tumpangtindih dan belum menjadi prioritas, pe-rencanaan belum disusun secara menye-luruh dan terpadu, manajemen dataAMPL belum akurat karena masing-ma-sing dinas berbeda, belum disediakannyaPERDA tentang penguatan kapasitas ke-lembagaan AMPL, inkonsistensi dalammenegakkan aturan, serta petugas la-pangan pemberdaya kapasitas kelem-bagaan masyarakat pengguna sarana danprasarana AMPL belum optimal.

Implikasinya, partisipasi masyarakatutamanya kaum perempuan dalam pe-rencanaan, pelaksanaan dan pengawasanprogram sangat rendah, Unit PengelolaSarana (UPS) dan Kelompok Masyarakat

Pemakai Air (Pokmair) belum kuat kapa-sitasnya, serta pengelolaan air minumoleh desa (BUMDes) belum menjadi pro-gram prioritas.

Aspek TeknologiPembangunan prasarana dan sarana

AMPL tidak sesuai dengan bestek (ren-cana kerja dan syarat-syarat) serta prin-sip pemulihan biaya yang belum menjadidasar pertimbangan dalam pemba-ngunan fisik AMPL, mengakibatkan pela-yanan AMPL menjadi kurang efisien danefektif.

Aspek KeuanganInvestasi di bidang AMPL masih ren-

dah. Selain itu pembiayaan pembangun-an AMPL dalam APBD sangat terbatas,serta sulitnya menggali kontribusi darimasyarakat pengguna, mengakibatkancakupan AMPL perdesaan masih rendah.Di sisi lain, kesadaran masyarakat peng-guna dalam pemeliharaan prasarana dansarana AMPL masih sangat minim, ter-masuk dalam pemulihan biaya.

PenutupPermasalahan tersebut jika tidak

diantisipasi dan dicarikan jalan penyele-saiannya oleh semua pihak yang peduli,maka target MDGs pada tahun 2015 tidakakan tercapai.

Pokja AMPL Kabupaten Lombok yangdidampingi oleh Pokja AMPL PropinsiNusa Tenggara Barat, dalam kegiatankoordinasi dan pertemuan serial berikut-nya akan mencoba menawarkan berbagaialternatif pendekatan guna mengantisi-pasi berbagai permasalahan tersebut.Alternatif itu akan dituangkan dalamsuatu kerangka kebijakan pembangunanAMPL di Kabupaten Lombok Barat,tahun 2005-2015.

1) Kabid Fispra Bappeda KabupatenLombok Barat

2) Konsultan WASPOLA.

Permasalahan Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan di Kabupaten Lombok Barat

Ir. H. Dahrun, MM. 1) dan Purnomo 2)

A W A S A NW

46 PercikDesember 2004

Page 49: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Peringkat Cakupan Layanan Sanitasi Per Kabupaten/Kota Tahun 2002

No.

123456789101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960

KABUPATEN / KOTA

Jakarta TimurKota BatamKota Pekan BaruRokan HilirKota KupangJakarta SelatanJakarta PusatKota MetroSiakJakarta BaratKota Banjar BaruKota SurakartaTimur Tengah SelatanKota Pematang SiantarKota ManadoKota Bukit TinggiKota KediriKota YogyakartaKota DenpasarKota PontianakKota MedanTulang BawangKota CirebonKota JambiBengkalisKota DepokKota BandungKota BengkuluLampung TimurKota SemarangKota Ujung PandangKota SurabayaKota BalikpapanGunung KidulKota PalembangLampung TengahKota DumaiKota SukabumiKota BinjaiKota Tebing TinggiKota TangerangKota SalatigaKota SamarindaKota JayapuraKota Padang PanjangKota MadiunJakarta UtaraKota PalangkarayaBadungPacitanKota MagelangKota BontangGresikTana TorajaKota MalangKota BekasiKota PayakumbuhKota TarakanKulon ProgoAsahan

Kondisi ( % )

99.999.899.899.899.799.699.599.499.399.299.199.098.998.898.798.798.498.498.398.298.298.198.098.098.097.997.997.897.797.697.497.497.397.397.397.297.196.996.696.696.496.496.296.096.095.695.695.595.595.495.495.395.394.894.594.494.494.093.793.5

A T AD

No.

616263646566676869707172737475767778798081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120

KABUPATEN / KOTA

Tanjung Jabung BaratKota Tanjung BalaiKota PangkalpinangDeli SerdangKota Bandar LampungKotawaringin BaratKota BitungKota SibolgaKota TegalMinahasaPelalawanTimur Tengah UtaraKutaiBandungLampung UtaraKota KendariKota BanjarmasinTanah LautTanjung Jabung TimurKota PadangTasikmalayaLabuhan BatuWonogiriMalangNatunaAceh TengahSoppengBekasiGianyarKota BlitarLangkatKota MojokertoWay KananMuaro JambiBatanghariKarimunKota SolokLima Puluh KotaKota BogorPurwakartaKota CilegonIndragiri HilirMusi BanyuasinCianjurTulungagungAceh TimurSlemanBangkalanKota SorongKota Pare-PareKota Banda AcehGarutPatiAgamKota AmbonBogorKepulauan RiauMajalengkaBantulSumedang

Kondisi ( % )

93.493.493.293.293.193.092.892.892.692.592.392.191.991.991.691.391.391.391.391.090.289.889.789.689.589.188.888.888.688.588.288.087.987.887.587.387.387.287.187.187.087.086.886.286.085.885.685.485.385.185.184.984.884.584.484.284.184.083.983.9

No.

121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149150151152153154155156157158159160161162163164165166167168169170171172173174175176177178179180

KABUPATEN / KOTA

TapinKota PekalonganKota TernateBerauNgadaSukoharjoJeparaBloraKota BaruTangerangKamparWonosoboKota PaluTabananKediriKota Sawah LuntoBanjarKuninganBireuenPontianakCiamisPasirKota MataramKota GorontaloBlitarTemanggungSemarangGowaMeranginKendariBulunganAceh UtaraKaroBiak NumforSidoarjoSragenKutai TimurMandailing NatalSindenreng RappangCilacapNganjukPurworejoSukabumiMagetanGroboganBoyolaliOgan Komering HilirKota BulelengLamonganHulu Sungai UtaraPonorogoOgan Komering UluMadiunJayapuraBanjarnegaraTeboAlorTabalongMagelangPinrang

Kondisi ( % )

83.483.383.283.083.082.982.682.582.481.881.881.681.281.281.181.080.880.880.880.780.580.380.280.179.279.078.778.678.578.077.977.777.477.077.076.976.876.776.676.376.176.175.875.775.675.675.575.175.074.574.274.273.873.773.773.773.673.573.372.7

47PercikDesember 2004

Page 50: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

A T AD

48 PercikDesember 2004

Peringkat Cakupan Layanan Sanitasi Per Kabupaten/Kota Tahun 2002

No.

181182183184185186187188189190191192193194195196197198199200201202203204205206207208209210211212213214215216217218219220221222223224225226227228229230231232233234235236237238239240

KABUPATEN / KOTA

Hulu Sungai TengahLuwu UtaraKota PasuruanLampung SelatanTenggamusTrenggalekKuantan SengingiLembataKutai BaratAceh SingkilHalmahera PusatWajoSubangKupangKaranganyarTapanuli SelatanTanah DatarMuara Enim (Liot)Sanghite TalaudAceh TenggaraIndragiri HuluKotawaringin TimurKudusManggaraiNgawiKlungkungLampung BaratKota ProbolinggoBengkulu UtaraNunukanEndeSoralangunKapuasSinjaiKebumenMusi RawasJombangRokan HuluIndramayuSimalungunJembranaPamekasanCirebonMalinauBungoKolakaPosoSambasKerinciKlatenKota SabangFlores TimurBeluKetapangMojokertoRejang LebongKarawangMorowaliPadang PariamanBarito Selatan

Kondisi ( % )

72.672.472.472.372.172.071.971.871.771.271.171.171.171.071.070.870.670.570.470.370.270.169.769.469.269.168.868.668.668.567.567.567.166.566.366.365.465.365.265.164.964.864.664.364.163.863.263.062.962.862.862.762.462.362.262.261.761.661.160.9

No.

241242243244245246247248249250251252253254255256257258259260261262263264265266267268269270271272273274275276277278279280281282283284285286287288289290291292293294295296297298299300

KABUPATEN / KOTA

Aceh BesarMaluku Tenggara BaratBanggaiHulu Sungai SelatanKapuas HuluPasamanDairiDemakSumba TimurBanyumasSikkaBarito KualaBengkayangBangliBarruEnrekangBangkaSumbawaLumajangLuwuSawah Lunto / SijunjungTakalarPasuruanSintangBengkulu SelatanSorongSerangBolaang MongondowMaluku UtaraPaniaiToli-ToliTegalSumenepBelitungTapanuli UtaraLahatMaluku TengahJemberSanggauMaluku TenggaraKendalButonBojonegoroTapanuli TengahPidieFak FakPuncak JayaBatangMunaToba SamosirAceh SelatanSolokBoneAceh BaratBulukumbaBuoiBimaNabireGorontaloMaros

Kondisi ( % )

60.960.760.460.460.159.759.759.458.858.858.658.357.957.757.657.557.355.955.955.755.555.455.355.155.154.554.554.454.253.853.653.453.253.052.852.752.652.251.951.851.251.151.150.950.450.350.350.350.249.949.949.149.048.948.848.548.147.847.347.0

No.

301302303304305306307308309310311312313314315316317318319320321322323324325326327328329330331332333334335336337338339340341

KABUPATEN / KOTA

Barito UtaraBanyuwangiBantaengSumba BaratPangkajene KepulauanBanggai KepulauanDompuPurbalinggaSampangMeraukePandeglangRembangMimikaManokwariTubanLebakPemalangDonggalaPekalonganBrebesPesisir SelatanKarangasemLandakNiasLombok BaratMamujuLombok TimurProbolinggoLombok TengahBoalemoJenepontoPolewali MamasaMajeneYapen MaropenBuruSitubondoBondowosoJayawijayaSelayarKepulauan MentawaiSimeuleu

Kondisi ( % )

47.046.946.746.546.446.346.246.145.645.045.044.944.544.244.143.843.642.542.541.841.841.440.840.838.736.836.835.835.435.134.933.433.132.631.830.829.828.225.623.519.0

INDONESIA 75.0

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia 2004Bappenas - BPS - UNDP

Page 51: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Air, manusia, dan vegetasi meru-pakan satu kesatuan, yang satusama lain membentuk hubungan

timbal balik dalam sistem hidrologi.Kegiatan manusia membabat hutan,menebangi pohon pelindung, merusakdanau, waduk, sempadan sungai, pantaiserta membuang sampah sembarangan,menyebabkan berkurangnya daya du-kung lahan untuk menyerap air hujan.

Potensi air di Indonesia sangat me-limpah karena posisi geografisnya. Siklushidrologi menghasilkan keanekaragamancurah hujan dari 4.000 mm/tahun diwilayah barat sampai dengan kruang dari800 mm/tahun di wilayah timur. Jikapotensi air ini berjalan dengan siklusalamnya yang normal, tanpa ada gang-guan dan kerusakan, seluruh curah hujanpotensial di wilayah Indonesia meng-hasilkan total air 3.085 milyar meterkubik per tahun. Dari jumlah ini, secarapotensial Pulau Jawa mendapat bagian195 miliar meter kubik air atau seki-tar 6,3 persen.

Akan tetapi potensi air ini dapat men-

jadi ancaman yang serius bagi keselamat-an jiwa manusia jika kapasitas serap la-han sangat terbatas. Dan kenyataannyaitu terjadi saat ini. Air hujan telah menye-babkan banjir di mana-mana. Tingkatkesadaran kita terhadap fungsi vegetasi,sungai, waduk, danau sangat rendah.Hutan-hutan terus dieksploitasi kayunya.Kawasan konservasi alam banyak yang

dirusak dan dijarah. Wajar pula bila ban-jir kini melanda hampir semua bagianwilayah Indonesia.

Salah satu bab dari buku ini mengajakpembaca merenungkan kondisi tersebut.Sudah bernarkah perilaku kita terhadapalam? Ini memang perenungan yang seriusmengingat dampaknya menimpa rakyatbanyak. Dan kuncinya, mau tidak mau, jikakita mau selamat semuanya, tata ruangdaerah perkotaan harus dievaluasi denganmemasukkan parameter daerah resapan airdan banjir. Manajemen perkotaan haruspula memasukkan pertimbangan satuandaerah aliran sungai.

Buku ini memberikan banyak halyang menarik tentang penanganan ban-jir. Tapi soal banjir ini hanya merupakanbagian kecilnya. Bagian terbesarnyaadalah persoalan hutan dan konservasialam. Tak kalah menariknya, pada be-berapa bab dibeberkan tentang kaitankerusakan hutan dan pengaruh lembaga-lembaga asing di era kapitalisme sepertisekarang. Makanya buku ini patut untukdibaca. (MJ)

P royek pembangunan pada era inimengharuskan adanya evaluasi yang

lebih lengkap mengenai manfaat danbiaya proyek. Evaluasi yang menyeluruhtersebut tidak cukup hanya berkaitandengan dampak lingkungan, tetapi ter-masuk juga di dalamnya mengenai aspeksosial seperti kemiskinan, permukiman,jender, pemerintahan dan isu-isu lain-nya. Proyek tradisional seringkalimengabaikan isu-isu tersebut, termasukimplikasi lingkungan. Proyek-proyek ba-ru kini menawarkan kesempatan untukmengembangkan kualitas lingkungandan kondisi sosial di perdesaan dan per-kotaan negara berkembang.

Buku ini mencoba melengkapi hal-halyang sudah diuraikan di dalam buku ker-ja (Workbook) dengan mencoba meng-

ungkap isu-isu yang berkaitan dengananalisis ekonomi lingkungan. Buku ini

juga mencantumkan diskusi-diskusi me-ngenai rasionalitas dalam menerapkananalisis ekonomi lingkungan, metodealternatif untuk evaluasi ekonomi ling-kungan dan kerangka kerja evaluasi eko-nomi dampak lingkungan.

Buku ini menerangkan sepuluh kasusdimana ekonomi lingkungan dipergu-nakan untuk mengevaluasi proyek pem-bangunan. Kesepuluh kasus tersebutmemberikan pemahaman mengenai pen-dekatan-pendekatan praktis dimanainformasi, dan waktu untuk evaluasi ter-batas dan mahal. Buku ini merupakansumber pustaka yang dapat menolongdalam mengembangkan peningkatanlingkungan dalam proyek pembangunandengan memperhatikan hambatan wak-tu, anggaran dan keahlian. (FW)

N F O B U K U

Bumi Makin Panas, Banjir Makin Luas

Environmental and Economics in Project Preparation

I

Judul

Bumi MakinPanas,BanjirMakin Luas.MenyibakTragedi

KehancuranHutan

PenulisProf. Dr. Hadi S. Ali Kodra dan

Drs. Syaukani HR, MMPenerbit

Penerbit NuansaTebal

244 halaman

Judul

Environmentand

Economicsin Project

Preparation

PenulisP.Abeygunawardena, Bindu N.Lohani,

Daniel W.Bromley,Ricardo Carlos V.Barba

PenerbitAsian Development Bank

Tebal394 halaman + xiv

49PercikDesember 2004

Page 52: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Konferensi-konferensiAir di dunia

http://www.conferencealerts.com/water/htm

SSitus ini berisikan jadwal acara kon-ferensi air dan bidang-bidangterkait yang berlangsung selama

tahun 2005 di seluruh dunia. Bahkan jad-wal tahun 2006 pun ada, kendati cumasedikit. Data pelaksanaan di dalamnyacukup lengkap mulai dari tanggal pelak-sanaan, tema kegiatan, dan tempat pelak-sanaan. Masing-masing jadwal itu punbisa di-klik untuk mengetahui isinyalebih lengkap.

Konferensi Airdan Air Limbah Eropa

http://wwe05.events.pennet.com

SS ebuah konferensi mengenai air danair limbah (Water and Waswa-

ter/WWE 2005) akan diselenggarakan diMilan, Italia pada 28-30 Juni 2005.Konferensi dan ekshibisi ini diharapkanmenjadi ajang pertemuan pelaku-pelakuindustri dan para pakar dari seluruhdunia.

Topik-topik yang akan dibahas dalamkonferensi ini antara lain manajemenaset, manajemen sumberdaya air, pro-duksi air dan kualitasnya, desalinasi,reklamasi air, operasi dan pelaksanaan,privatisasi, sistem rehabilitasi, perlakuanair limbah dan manajemen limbah. Adasekitar 45 makalah yang siap untuk di-presentasikan dalam konferensi tersebut.

Sedangkan acara ekshibisi akan di-ikuti berbagai perusahaan besar dariseluruh dunia. Pameran itu menampilkanindustri perpipaan, air minum, drainase,penyaringan, pengolah limbah, desali-nasi, manajemen sumberdaya, software,sinar ultraviolet, dan lain-lain.

Pan-African Water

http://www.terrapinn.com/2005/waterza/

K onferensi dan ekshibisi air ke-8 se-Afrika akan berlangsung di Afrika

Selatan 15-18 Nopember 2005. Konfe-rensi ini memfokuskan pada sumberdayaair di Afrika bagi pengembangan ekono-mi kawasan tersebut.

Hingga kini, lebih dari 300 juta dari700 juta penduduk benua hitam tersebuttak memiliki akses pelayanan air minum.Kekurangan air itu berdampak langsungpada meningkatnya kemiskinan dan me-nimbulkan konflik. Oleh karena itu, paraahli mengatakan Afrika membutuhkanbantuan untuk meningkatkan investasidalam rangka memperbaiki sistem airdan meminimalisasikan krisis air. Konfe-rensi ini dimaksudkan untuk menyedia-kan informasi dan strategi untuk mem-perbaiki penyediaan air di Afrika.

Manajemen Produksi Air Asia

http://www.iqpc.com/iowarobot/document.html?topic=229&event=636&document=49671

K onferensi mengenai produksi airakan berlangsung 17-18 Mei 2005 di

Kuala Lumpur, Malaysia. Konferensi iniakan membahas beberapa tema di an-taranya mengenai strategi pengembang-an manajemen air secara menyeluruhuntuk meningkatkan keuntungan ekono-mi, bagaimana dan di mana solusi kimiabisa digunakan secara sukses, bagaimanameningkatkan kepedulian terhadap ling-kungan, pengendalian perlakuan air se-hingga efektif mengurangi kebocoran,dan meningkatkan kualitas dan perla-kuan terhadap air.

KonferensiAir Minum dan Sanitasi

Via Internet

http://www.irc.nl/page/15140

K onferensi ini agak lain dari biasanyayang mempertemukan para pakar

atau praktisi air minum dan sanitasi padasebuah tempat. Konferensi yang dise-lenggarakan oleh Water, Engineering &Development Centre (WEDC) ini ber-langsung melalui internet, atau e-confer-ence. Acara ini berlangsung 24 Nopem-ber-17 Desember 2005. Konferensi ini di-maksudkan untuk berbagi pengalamanantar praktisi, pembuat kebijakan dan pi-hak-pihak yang terkait dalam penyediaanair minum perkotaan dan sanitasi.

Ada empat topik yang akan dibahasyakni manajemen (22-26 Nopember),desain dan keuangan (29 Nopember-6Desember), dukungan dan kontrak pro-fessional (6-10 Desember), rencana bis-nis (13-17 Desember). Peserta bisa men-daftar sebelumnya melalui email.

N F O S I T U SI

50 PercikDesember 2004

Page 53: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

U S T A K A A M P LP

PERATURAN

Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 82 Tahun 2001Tentang PengelolaanKualitas Air dan PengendalianPencemaran Air.Sekretariat Tim Koordinasi PengelolaanSumberdaya Air, Direktorat Pengairan dan Irigasi,Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas).

M A J A L A H

HABITAT DEBAT.September 2004Vol. 10. No.3.

PROYEK WSLIC IIEdisi 3Tahun 2004.

B U K U

THE MILLENNIUM DEVELOPMENTGOALS FOR HEALTH: A REVIEW OFTHE INDICATORS.World Health Organization, Indonesia

PDAM BANGKRUT? AWAS PERANGAIR.Gede H. Cahyana. Sahara GoldenPress.

POVERTY AND WATER SECURITY. UNDERSTANDING HOWWATER AFFECTS THE POOR. John Soussan and WaouterLinckaen Arriens.Asian Development Bank (ADB).

WATER AND POVERTY:THE REALITIES.EXPERIENCES FROM THE FIELD.Asian Development Bank (ADB).

WATER AND POVERTYIN THE 3RD WORLDWATER FORUM.John Soussan.Asian DevelopmentBank (ADB).

P R O S I D I N GP R O S I D I N G

REGULATORY SYSTEMS ANDNETWORKING.Water Utilities andRegulatory Bodies.Asian Development Bank(ADB).

PP A N D U A NA N D U A N

HANDBOOK FOR INTEGRATING RISK ANALYSISIN THE ECONOMIC ANALYSIS OF PROJECT.

Asian DevelopmentBank (ADB).

HANDBOOK FORHANDBOOK FORINTEGRAINTEGRATING POVERTING POVERTYTYIMPIMPACTACT ASSESSMENTASSESSMENT ININTHE ECONOMICTHE ECONOMICANALANALYSIS OF PROJECTYSIS OF PROJECT..Asian Development Bank(ADB).

51PercikDesember 2004

Page 54: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 7  Desember 2004

Tanggal Bulan Kegiatan

1-3 Desember Lokakarya Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

Lokakarya Penyusunan Renstra (Rencana Strategi) AMPL

7 Desember Lokakarya Penyempurnaan Proposal SSIP (Small Scale International Provider)

8 Desember Rapat Pokja AMPL

10 Desember Presentasi Lomba Karya Tulis Ilmiah

13 Desember Diseminasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL (se-Sulawesi, Maluku, NTB, Bali dan

Papua) di Makassar

14-17 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis

Masyarakat di Kab. Kebumen

15 Desember Negosiasi Proyek CWSH

Lokakarya Regulatory Reform and Potential Private Investment in Infrastructure

Industry di Bappenas

15-16 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis

Masyarakat di Kab. Sijunjung, Kab. Lebak, dan Kab. Gorontalo.

16 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis

Masyarakat di Kab. Bangka Selatan

17 Desember Presentasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga kepada Eselon II

18 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis

Masyarakat di Prop. Sumatera Barat dan Prop. Bangka Belitung.

20 Desember Lokakarya CWSH-ADB Tingkat Pusat

21-23 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis

Masyarakat di Prop. Gorontalo

21-22 Desember Konsinyasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

22 Desember Lokakarya Scaling Up Infrastructure Private Investment by a Better Framework Risk

Management and Prudent Financing di Bappenas

23 Desember Pembahasan Rencana Kerja WASPOLA 2005

23-24 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Kab. Pangkep

24 Desember Pembahasan RPP Air Minum

27 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Kab. Lombok Barat

27-30 Desember Lokakarya proyek WSLIC-2 dan penyusunan Project Management Report

Konsolidasi proyek WSLIC-2 tahun 2004

28-29 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Prop. Banten

28 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Prop. NTB

Peresmian proyek WSLIC-2 Kab. Lumajang

29 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Kab. Lombok Barat dan Prop. Jawa Tengah

Peresmian proyek WSLIC-2 Kab. Jember

29-30 Desember Pelaksanaan Lokakarya Akhir Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Prop. Sulawesi Selatan

17-18 Januari Seminar Infrastruktur: 'Solution to Infrastructure Development in Indonesia: Regulatory

Reform & Investment Opportunities''

G E N D AA

52 PercikDesember 2004