Upload
noveldy-pitna
View
2.046
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
TRAUMA ABDOMEN
(Memenuhi Tugas Keperawatan Kegawatdaruratan I)
Dosen Pembimbing:
Ns. Ilkafah S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB
Disusun Oleh Kelompok 8:
Noveldi Pitna 143010036
Ilham M 201231000008
Syamsurya 201231000023
Andini Wulandari 201231000029
Semester 7
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
MAKASSAR
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Trauma
Abdomen” ini dapat diselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Keperawatan Kegawatdaruratan, Alhamdullilah dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ns. Ilkafah S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing
penulisan makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh teman – teman atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi
sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum . Wr. Wb
Makassar , Januari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan..............................................................................................
1.4 Manfaat penulisan............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis
2.1.1 Anatomi abdomen
2.1.2 Defenisi Trauma Abdomen ……............................................................6
2.1.3 Etiologi Trauma Abdomen......................................................................7
2.1.4 Klasifikasi Trauma Abdomen .................................................................9
2.1.5 Patofisiologi Trauma Abdomen...............................................................9
2.1.6 Manifestasi klinik Trauma Abdomen……………………………………11
2.1.7 Pemeriksaan fisik Trauma
Abdomen…………………………………………….13
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Trauma
Abdomen…………………………...............15
2.1.9 Diagnosis
Banding..........................................................................................17
2.1.10 Pentalaksanaan .............................................................................................
18
2.1.11 Komplikasi ....................................................................................................
..23
2.1.12 Prognosis .......................................................................................................
24
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen
2.2.1 Pengkajian / Riwayat
keperawatan…………………………………………....24
2.2.2 Pathway Trauma
Abdomen……………………………………………………..27
2.2.3 Diagnosa Keperawatan (NANDA II NIC NOC 2015-2017)
…………………..29
2.2.4 Intervensi (NANDA II NIC NOC 2015-2017)
…………………………………..29
2.2.5 Implentasi
………………………………………………………………………..39
2.2.6 Evaluasi .......................................................................................................
.39
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................40
4.2 Saran...................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………42
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera.Trauma
juga mempunyai dampak psikologis dan sosial.Pada kenyataannya, trauma
adalah kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya
produktivitas seseorang.
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu
hal penting dan menarik.Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus
mencakup deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang
tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma tumpul.Trauma
tajam pada dada di antara nipple dan perineum harus dianggap berpotensi
mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas
maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma,
berat dan lokasi trauma, maupun status hemodinamik penderita.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu
penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah.Sebaiknya jangan
menganggap bahwa ruptur organ berongga maupun perdarahan dari organ
padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali.Hasil pemeriksaan terhadap
abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol,
penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau medulla spinalis yang
menyertai, ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan
seperti kosta, tulang belakang, maupun pelvis.Setiap pasien yang mengalami
trauma tumpul pada dada baik karena pukulan langsung maupun deselerasi,
ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma visera atau
trauma vaskuler abdomen.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya yaitu:
1. Bagaimana Konsep Dasar Medis Trauma Abdomen ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen
( NANDA NIC-NOC 2015 – 2017 )?
3. Tujuan
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Kegawatdaruratan dan meningkatkan pemahaman penulis maupun
pembaca mengenai trauma abdomen.
4. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman mengenai trauma abdomen sehingga dapat diterapkan dalam
menangani kasus-kasus trauma abdomen di klinik sesuai kompetensi
tenaga medis terutama perawat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Trauma Abdomen
1. Anatomi Abdomen
Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak di antara toraks dan
pelvis.Rongga abdomen yang sebenarnya dipisahkan dari rongga toraks di
sebelah atas oleh diafragma dan dari rongga pelvis di sebelah bawah oleh
suatu bidang miring yang disebut pintu atas panggul.Dapat dikatakan
bahwa pelvis termasuk bagian dari abdomen, dan rongga abdomen
meliputi juga rongga pelvis.Rongga abdomen meluas ke atas sampai
mencapai rongga toraks setinggi sela iga kelima.Jadi sebagian rongga
abdomen terletak atau dilindungi oleh dinding toraks.Sebagian dari hepar,
gaster dan lien terterdapat di dalamnya.
Rongga abdomen atau cavitas abdominis berisi sebagian besar organ
sistem digestivus, sebagian organ urinarium, sistem genitalia, lien,
glandula suprarenalis, dan plexus nervorum.Juga berisi peritoneum yang
merupakan membrane serosa dari sistem digestivus.Kadang-kadang ada
organ sistem digestivus yang sebagian atau sementara terletak di dalam
rongga pelvis, misalnya ileum dan sebaliknya kadang-kadang organ
genitalia terdapat di dalam rongga abdomen, misalnya uterus yang
membesar.
Untuk menentukan lokalisasi yang lebih teliti dari rasa nyeri,
pembengkakan atau letak suatu organ, maka abdomen dibagi menjadi
sembilan region oleh dua bidang horizontal yaitu bidang subcostalis dan
bidang transtubercularis serta dua bidang vertikal yang melalui linea
midklavikularis kanan dan kiri.
Anatomi dalam dari abdomen meliputi 3 regio:
1. Rongga Peritoneal
Rongga peritoneal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Rongga Peritoneal Atas
Rongga peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari
dinding thorax yang mencakup diafragma, hepar, liean,
gaster, dan colon transversum.Bagian ini juga disebut
sebagai komponen thoracoabdominal dari abdomen.Pada
saat diafragma naik sampai sela iga IV pada waktu
ekspirasi penuh, setiap terjadi fraktur iga maupun luka
tusuk tembus di bawah garis intermammaria bisa
mencederai organ dalam abdomen.
2) Rongga Peritoneal Bawah
Rongga peritoneal bawah berisikan usus halus, bagian
colon ascendens dan colon descendens, colon sigmoid, dan
pada wanita, organ reproduksi internal.
2. Rongga Pelvis
Rongga pelvis, yang dilindungi oleh tulang-tulang pelvis,
sebenarnya merupakan bagian bawah dari rongga
intraperitoneal, sekaligus bagian bawah dari rongga
retroperitoneal.Di dalamnya terdapat rectum, vesika urinaria,
pembuluh-pembuluh iliaca, dan pada wanita, organ reproduksi
internal.Sebagaimana halnya bagian torakoabdominal,
pemeriksaan organ-organ pelvis terhalang oleh bagian-bagian
tulang di atasnya.
3. Rongga Retroperitoneal
Rongga yang potensial ini adalah rongga yang berada di
belakang dinding peritoneum yang melapisi abdomen. Di
dalamnya terdapat aorta abdominalis, vena cava inferior,
sebagian besar dari duodenum, pancreas, ginjal dan ureter,
serta sebagian posterior dari colon ascendens dan colon
descendens, dan bagian rongga pelvis yang retroperitoneal.
Cedera pada organ dalam retroperitoneal sulit dikenali karena
daerah ini jauh dari jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa,
dan juga cedera di sini pada awalnya tidak akan
memperlihatkan tanda maupun gejala peritonitis. Rongga ini
tidak termasuk dalam bagian yang diperiksa sampelnya
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL).
Gambar 2.1. Topografi Abdomen
Proyeksi letak organ dalam abdomen
Hipokondrium kanan Epigastrium Hipokondrium kiri
Lobus kanan dari
hepar
Kantung empedu
Sebagian dari
duodenum
Fleksura hepatik
dari kolon
Sebagian dari ginjal
kanan
Kelenjar suprarenal
kanan
Pilorus gaster
Duodenum
Pankreas
Sebagian dari hepar
Lambung
Limpa
Bagian kaudal dari
pankreas
Fleksura lienalis dari
kolon
Kutub atas dari ginjal
kiri
Kelenjar suprarenal
kiri
Lumbal kanan Umbilikal Lumbal kiri
Kolon asendens
Bagian bawah dari
ginjal kanan
Sebagian daru
duodenum dan
jejunum
Omentum
Mesenterium
Bagian bawah dari
duodenum
Jejunum dan ileum
Kolon desendens
Bagian bawah dari
ginjal kiri
Sebagian jejunum
dan ileum
Inguinal kanan Hipogastrium Inguinal kiri
Sekum
Apendiks
Bagian akhir dari
ileum
Ureter kanan
Ileum
Kandung kemih
Uterus (pada
kehamilan)
Kolon sigmoid
Ureter kiri
Ovarium kiri
2. Defenisi Trauma Abdomen
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (sjamsuhidayat, 2010).
Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen
yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.
Trauma abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan
karena luka penetratif atau trauma tumpul. Akibat dari trauma
abdomen dapat berupa perforasi ataupun perdarahan. Kematian pada
trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan
daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001)
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006).
Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang
menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma
dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.
Tipe cedera berdasarkan organ yang terkena yaitu :
o Pada organ padat seperti hepar, limpa, dengan gejala utama
perdarahan
o Pada organ berongga seperti usus, saluran empedu dengan
gejala utama adalah peritonitis.
3. Etiologi
Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah sebagai
berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non – penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olahraga
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul.Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
sedikit menyebabkan traumapada organ internal di abdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:
a. Jatuh
b. Kekerasan fisik atau pukulan,
c. Kecelakaan kendaraan bermotor
d. Cedera akibat berolahraga
e. Benturan
f. Ledakan
g. Deselarasi
h. Kompresi atau sabuk pengaman.
i. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum.Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan
benda tajam atau luka tembak.
4. Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma
tusuk.Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau
trauma tajam.Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya
akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.Sedangkan
trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ
multipel. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering
menciderai organ limpa (40 -55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%)
(Cho et al2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering
cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pancreas
dan ureter (Demetriades, 2000).Pada trauma tajam abdomen paling sering
mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar
(15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
5. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiridari:
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi.Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis
atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi.Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.Trauma
abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari :
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
6. Patofisiologi
Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan
tembus.Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi.
Kompresi rongga abdomen oleh benda - benda terfiksasi, seperti sabuk
pengaman atau setir kemudi akan meningkatkan tekanan intraluminal
dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau
pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan
menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan
yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada
mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti
ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati
merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka setelah trauma
tumpul abdomen terjadi (Demetriades,2000)
Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh
pengguntingan,penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan
rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat
menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen.Tembakan
menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang menyebabkan
peritonitis dan sepsis. Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan
terjadinya trauma abdomen adalah:
a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada
jaringan,kehilangan darah dan shock.
b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system
makroendokrin,mikroendokrin.
c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan
perdarahan massif dan transfuse multiple.
d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh
sekresi saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum
e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat
kerusakan integritas rongga saluran pencernaan.
f. Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan
yang diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau
perdarahan masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga
semua upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di limpa.
g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang
paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus
dan sering kali kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal
utama yang dilakukan apabila terjadi perlukaan dihati yaitu
mengontrol perdarahan dan mendrainase cairan empedu.
h. Esofagus bawah dan lambung, kadang - kadang perlukaan esofagus
bawah disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan
letaknya yang mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang
disebabkan oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka
tembus langsung.
i. Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan
duodenum jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebkan oleh
perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan karena
letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.
7. Manifestasi Klinis
Berdasarkan jenis trauma:
1.Trauma tembus abdomen
a. Potensi mematikan dan segera membahayakan jika disertai cedera
pembuluh darah besar.
b. Luas cedera intraabdominal tergantung tenaga kinetik objek
penetratif. Luka akibat peluru dibedakan menjadi low-velocity dan
high-velocity
c. Peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang
berongga intra peritoneal.
d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka
tembus abdomen karena usus mengisi sebagian besar rongga
abdomen.
e. Perforasi dibagian atas (lambung) terjadi perangsangan segera
setelah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat. Sedangkan
bagian bawah, gejala baru timbul setelah 24 jam karena
mikroorganisme membutuhkan waktu berkembang biak setelah 24
jam.
2.Trauma tumpul abdomen
a. Gejala pada trauma tumpul abdomen merupakan akibat kehilangan
darah, memar, atau kerusakan pada organ – organ atau iritasi cairan
usus yaitu nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut
(akibat hematoma).
b. Bising usus biasanya melemah atau menghilang.
c. Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih di daerah
bahu terutama di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain
atau tanda dari KEHR.
Berdasarkan tipe cedera:
1. Pada organ padat
Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang
akan menyebabkan perdarahan bervariasi dari ringan sampai sangat
berat bahkan kematian.
Gejala dan tandanya adalah:
Gejala perdarahan secara umum
Penderita tampak anemis
Bila perdarahan berat akan timbul shok hemoragik
Gejala adanya darah intraperitoneal
Nyeri abdomen dapat bervariasi dari ringan sampai hebat
Pada auskultasi bising usus menurun tapi bukan merupakan
tanda yang dapat dipercaya karena bising usus akan menurun
pada banyak keadaan lain.
Ada nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler ( kekakuan
otot) seperti pada peritonitis
Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan
hebat dan penderita tidak gemuk
Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meninggi
2. Pada organ berongga
Akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali
Penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen
Kadang – kadang ditemukan ada organ intraabdomen yang
menonjol keluar paling sering omentum,usus halus, atau colon
(pada trauma tajam)
Auskultasi bising usus menurun, dan adanya defans muskuler .
Menurut(Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala traumaabdomen, yaitu:
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.Nyeri
dapat timbul di bagianyang luka atau tersebar.Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yangdisebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
8. Pemeriksaan Fisik
Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru
palpasi.
a. Inspeksi
Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien,
ekspresi wajah, tanda-tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda
dehidrasi, perdarahan, syok, daerah lipat paha (inguinal, skrotum
bila terdapat hernia biasanya ditemukan benjolan).Pada trauma
abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi dan
echimosis.Echimosis merupakan indikasi adanya perdarahan di
intra abdomen.Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa
kitasebut ‘Cullen’s Sign’ sedangkan echimosis yang ditemukan
pada salah satu panggul disebut sebagai ‘Turner’s Sign’.Terkadang
ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ abdomen
keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada trauma tembus/tajam.
b. Auskultasi
Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di
ke empat kuadran dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan
hilangnya bunyi bising usus. Juga perlu didengarkan adanya bunyi
bruits dari arteri renalis, bunyi bruits pada umbilical merupakan
indikasi adanya trauma pada arteri renalis.
c. Perkusi
Untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu
pemeriksaan perkusi adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan
tangan kiri pada sisi dinding thoraks pertengahan antara spina
iliaka anterior superior kemudian tinju dengan tangan yang lain
sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila ada
nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik
antara hati dan diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya
bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran atas atau
bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila
ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras
pada panggul kanan ketika klien berbaring ke samping kiri
merupakan tanda adanya rupture limpe. Sedangkan bila bunyi
resonan lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas
yang masuk.
d. Palpasi
Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan
spasme hal ini dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa
atau akumulasi darah ataupun cairan. Biasanyaditemukan
defansmuscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi (colok dubur)
dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan
ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak
terdapat gas di usus besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak
tinggi menandakan patah panggul yang sginifikan dan disertai
perdarahan.Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana klien
diminta mengangkat tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa
memberi tekanan melawan gerak tungkai sehingga muskulus
iliopsoas dipaksa berkontrasi.Selain uji psoas, ada uji obturator
dimana tungkai penderita diputar dengan arah endorotasi dan
eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha.
Jika klien merasa nyeri maka menandakan adanya radang di
muskulus obturatorius.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma
abdomen, yaitu:
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus.Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit.Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak kemungkinan ruptura lienalis.Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus.Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan
perubahan gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuri.Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan
adanya trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan
usus dalam rongga perut.Hasilnya dapat amat membantu.Tetapi
DPL ini hanya alat diagnostik.Bila ada keraguan, kerjakan
laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:
Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan
sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan
gangguankesadaran (obat,alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula
spinalis (sumsum tulang belakang)
Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai
berikut:
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan.
g. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.
Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khususuntuk
trauma abdomen, yaitu:
a. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat
berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
dimasukkan 100 – 200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk
mengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.
10. Diagnosis Banding
Menurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma abdomen
dilihat dari 4 kwadran, yaitu:
1.Kwandran kanan atas :
a. Cholecystitis acute e. Perforasi tukak
duodeni
b. Pancreatitis acute f. Hepatitis acute
c. Acute congestive hepatomegaly g. Pneumonia +
pleuritis
d. Pyelonefritis acute h. Abses hepa
2. Kwandran kiri atas:
a. Ruptur lienalis e. Perforasi tukak lambung
b. Pancreatitis acute f. Ruptur aneurisma
aorta
c. Perforasi colon (tumor/corpus alineum) g. Pneumonia +
pleuritis
d. Pyelonefritis acute h. Infark miokard akut
3.Paraumbilical:
a. Trombosis A/V mesentrial e. Diverculitis
b. Hernia Inguinalis strangulate f. Ileus obstruksi
c. Pancreatitis acute g. Appendicitis
d. Aneurisma aorta yang pecah (ileum/colon)
4.Kwandran kanan bawah:
a. Appendicitis f. Salpingitis acute
b. Torsi ovarium tumor g. Diverticulitis Meckel
c. Ileus regionalis h. Psoas abses
d. Graviditas axtra uterine yang pecah i. Batu ureter (kolik)
e. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulate.
5.Kwandran kiri bawah:
a. Sigmoid diverculitis e. Torsi ovarium
tumor
b. Graviditas axtra uterine yang pecah f. Psoas abses
c. HerniInguinalis incarcerata,strangulate g. Batu ureter (kolik)
d. Salpingitis acute
e. Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum)
11. Penatalaksanaan
a. Penanganan Awal Trauma Abdomen
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika
ada indikasi, jikakorban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.
Primary Survey
a. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.Kontrol jalan nafas pada penderita
trauma abdomen yang airway terganggu karena faktor mekanik, ada
gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi
endotrakeal.Setiap penderita trauma diberikan oksigen.Bila tanpa intubasi,
sebaiknya diberikan dengan face mask.Pemakaian pulse oximeter baik
untuk menilai saturasi O2 yang adekuat.
c. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.Resusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi dimulai
segera setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan cepat. NaCl atau
Ringer Laktat dapat digunakan untuk resusitasikristaloid.Rute akses
intravena adalah penting, pasang kateter intravena perifer berukuran besar
(minimal 2) di ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang
dengan hipotensi sudah berada di kelas III syok (30-40% volume darah
yang hilang) dan harus menerima produk darah sesegera mungkin, hal
yang sama berlaku pada pasien dengan perdarahan yang signifikan jelas.
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah hipotermia, termasuk
menggunakan selimut hangat dan cairan prewarmed.
d. Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi
head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit
kepala, bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka
penting penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-
penetrasi dan trauma penetrasi, yaitu:
a. Penanganan awal trauma non-penetrasi
Stop makanan dan minuman
Imobilisasi
Kirim ke rumah sakit
Diagnostic Peritoneal Lavage
b. Penanganan awal trauma penetrasi
Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tidak boleh dicabut
kecuali oleh tim medis.Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar
tidak memperparah luka.
Bila usus atau organlain keluar maka organ tersebut tidak
boleh dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kain
bersih atau kasa steril.
Imobilisasi pasien
Tidak makan dan minum
Bila luka terbuka, balut dengan menekan
Kirim pasien ke rumah sakit
Secondary Survey
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil.Bila
sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus
kembali mengulangi PRIMARY SURVEY.Semua prosedur yang
dilakukan harus dicatat dengan baik.Pemeriksaan dari kepala sampai ke
jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan denganperhatian utama:
1. Pemeriksaan kepala
• Kelainan kulit kepala dan bola mata
• Telinga bagian luar dan membrana timpani
• Cedera jaringan lunak periorbital
2. Pemeriksaan leher
• Luka tembus leher
• Emfisema subkutan
• Deviasi trachea
• Vena leher yang mengembang
3. Pemeriksaan neurologis
• Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
• Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
• Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex
4. Pemeriksaan dada
• Clavicula dan semua tulang iga
• Suara napas dan jantung
• Pemantauan ECG (bila tersedia)
5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
• Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
• Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali
bila ada trauma wajah
• Periksa dubur (rectal toucher)
• Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
6. Pelvis dan ekstremitas
• Cari adanya fraktur (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes
gerakanapapun karena memperberat perdarahan)
• Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
• Cari luka, memar dan cedera lain
7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) :
• Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selektif.
b.Penanganan di Rumak Sakit
a. Trauma Penetrasi
Skrinnig pemeriksaan rongten
Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau
pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau
adanya udara retroperitoneum
IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.
b. Trauma non-penetrasi
Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah
khusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan
multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitoneum atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi.
Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens
atau descendens dan dubur.
Penatalaksanaan di Ruang Emergensi
a) Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas, pernapasan dan
sirkulasi).
b) Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat menyebabkan
fragmentasi bekuan pada pembuluh darah besar dan menimbulkan
hemoragi massif.
c) Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan.
d) Gunting pakaian penderita dari luka.
e) Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
f) Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahan
dilakukan.
g) Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan
bendungan pada luka dada.
h) Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan secara
cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
i) Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi; ini
sering merupakan tanda adanya perdarahan internal.
j) Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik. Prosedur ini
membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap
rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
k) Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan
pantau jumlah urine perjam.
l) Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan
dibasahi dengan salin untuk mencegah kekeringan visera
m) Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.
n) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik
dan muntah.
o) Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat
ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
p) Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan apakah terdapat
penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
q) Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
r) Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. Trauma dapat
menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri
eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan
terapeutik (infeksi nosokomial).
s) Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau
hematuria.
12. KomplikasiMenurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi
pada pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera.
Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama
trauma tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam
diagnosis, cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi
yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul kemudian (King et al,
2002;Salomone & Salomone,2011).
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul
abdomen karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang sering
muncul pada komplikasi dengan peritonitis antara lain:
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>380C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomen
Tidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok.
13. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa
data statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit,
dan jumlah pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik
prognosis untuk pasien trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk
pasien rawat inap berkisar antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pengkajian primer
1) Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin
lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’,
selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.
3) Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah.
4) Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang
dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
5) Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara
menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan
lengkap dan visualisasi head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien
dengan trauma abdomen penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian
posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang leher, dan perineum.
Setelah pakaian dibuka penting penderita diselimuti agar penderita
tidak kedinginan.
b) Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas / istirahat
Data Subyektif :Merasa lemah ,lelah, hilang keseimbangan
Data Obyektif :Perubahan Kesadaran ,masalah dalamkeseimbangan cedera
(trauma).
2) Sirkulasi
Data Obyektif : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)
Perubahan frekuensi jantung (Bradikardi,takikardi)
3) Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas , bingung ,depresi
4) Eliminasi
Data Subyektif :Inkontenensia kandung kemih/usus atu mengalami
gangguan fungsi
5) Makanan dan cairan
Data Subyektif :Mual,muntah, dan mengalami perubahan selera makan
Data Obyektif :Mengalami distensi abdomen
6) Neurosensori
Data Subyektif :Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo
Data Obyektif :Perubahan kesadaran bisa sampai koma ,perubahanstatus
mental (Orientasi , Kewaspadaan , Perhatian,konsentrasi, pemecahan
masalah ,pengaruh emosi/tingkah laku dan memori), Sangat sensitif
terhadap sentuhan dan gerakan , Kehilangan sensasi sebagai tubuh,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7) Nyeri dan Kenyamanan
Data Subyektif :Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif :Wajah menyeringai,responmenarik pada rangsangan,nyeri
yang hebat, gelisah ,tidak bias beristirahat,merintih.
8) Pernafasan
Data Subyektif :Perubahan pola nafas
9) Keamanan
Data Subyektif :Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data Obyektif :Fraktur/dislokasi, Gangguan kognitif, Gangguan rentang
gerak, Demam ,gangguan rentang dan regulasi suhu tubuh.
10) Interaksi Sosial
Data Obyektif :Gangguan motorik atau sensorik
11) Penyuluhan /Pembelajaran
Data Subyektif :Membutuhkan bantuan dalam pengobatan aktivitas
perawatan diri.
Paksaan :
Jatuh, benda tumpul, kompresi, dll
Benda tajam :
Pisau, peluru, ledakan, dll
Gaya predisposisi trauma > elastisitas & viskositas tubuh
Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi
Trauma Abdomen
Trauma Tajam Trauma Tumpul
Kerusakan jar. vaskularKerusakan jar. kulitKompresi organ abdomen
Kerusakan organ abdomen
Perdarahan intra Abdomen
Perdarahan masif
Peningkatan TIA
Luka terbuka
↑↑ Risiko Invasi bakteri patogen
Risiko Infeksi
Merangsang Free nerve
ending
Nyeri akut
Kehilangan cairan fisiologis
MK : Syok Hipovolemik
↓↓ aliran balik vena
↓ isi sekuncup jantung
↓ CO
↓↓ aliran darah ke otak
↓ Kesadaran
↓↓ suplai O2 ke jaringan
Kerusakan integritas kulit
Hipoksia
MK : Perdarahan
↓↓ aliran darah
Pathway
5
↓↓ aliran darah
Gangguan eliminasi
urine
↓↓ laju filtral glomerulus
Produksi urin ↓
Isi usus menuju rongga
peritonium
Bakteri usus bebas dalam peritonium
Risiko infeksi
Kerusakan integritas jaringan
Kontinuitas organ abdomen
terputus
Pola nafas tidak efektif
Organ inttra abd.bengkak
Kompresi diafragma
Expansi paru tidak maksimal
Mendesak organ intra abdomen
4
Menekan reseptor nyeri di abdomen
Nyeri akut
Mendesak lambung
Rasa mual di perut
Mual
Lambung distres
↑ produksi HCl
31 2
5
2. Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Trauma Abdomen adalah ( NANDA II 2015 - 2017) :
1. Nyeri Akut (00132)
2. Kekurangan Volume Cairan (00027)
3. Ketidakefektifan pola napas (00032)
4. Kerusakan Integritas Jaringan (00044)
5. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
6. Resiko Infeksi (00004)
3. Nursing care plan / Intervensi
N
o
NANDA: Nursing Diagnosis 2015-
2017
Nursing Care Plan / Intervensi
Nursing Outcomes Classification
(NOC)
Nursing Interventions Classification (NIC)
1 Nyeri Akut (00132)
Defenisi : Pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang actual atau potensial
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam
klien akan:
- 2102. Pain Level
1400. Pain management
Aktivitas keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa
(International for the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dipredisikan dan berlangsung <6
bulan.
Batasan Karakteristik
Diaphoresis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri ( mis.,
mata kurang bercahaya,
gerakan mata berpencar atau
tetap pada satu focus,
meringis)
Mengekspresikan perilaku
- 1605. Pain control
- 2101. Pain : Disruptive Effects,
yang dibuktikan dengan indikator
sebagai berikut:(1-5 = tidak pernah,
jarang, kadang-kadang, sering, atau
selalu).
Kriteria Hasil :
–Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
–Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
6. Kurangi faktor presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi.
9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
10.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
(mis : gelisah, merengek,
menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
Sikap melindungi area nyeri
Focus menyempit (mis:
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat
diamati
Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi nyeri
Focus pada diri sendiri
Faktor Yang Berhubungan :
manajemen nyeri
–Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
–Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
–Tanda vital dalam rentang normal
11.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
12.Tingkatkan istirahat
13.Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
14.Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
2210.Analgegesic Administrasion
Aktivitas keperawatan:
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Agen cedera biologis (mis.,
infeksi)
Agen cedera fisik ( mis.,
trauma)
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Kekurangan Volume Cairan
(00027)
Defenisi : Penurunan cairan
intravaskuler, intertisial, dan/atau
intraseluluer. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadar natrium
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam
klien akan:
- 0601. Fluid Balance
- 0602. Hydration
- 1008. Nutritional
4120. Fluid Management
Aktivitas keperawatan:
1. Pertahankan keseimbangan intake dan output
2. Pasang kateter urine untuk memantau output
3. Monitoring status hidrasi (kelembaban
membaran mukosa, keadekuatan pulsasi, dan
Batasan Karakteristik :
Haus , kelemahan, kulit
kering
Membrane mukosa kering
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan hematokrit
Penurunan pengisian vena
Penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan nadi
Penurnan turgor kulit
Penurnan volume nadi
Faktor Yang Berhubungan :
Kehilangan cairan secara
aktif
status :Food and Fluid
Intake yang dibuktikan
dengan indicator (1: tidak
Adekuat, 2 : sedikit
Adekuat, 3 :cukup, 4
adekuat , 5 : sangat adekuat)
Kriteria Hasil :
- Intake makanan dan cairan
via oral adekuat.
- Intake cairan parenteral
adekuat.
- Intake nutrisi parenteral
adekuat.
- Tekanan darah, pulsasi
radial, MAP ( Mean Arterial
Pressure), CVP ( Central
Venosus Pressure) dalam
tekanan darah ortostatik).
4. Monitoring tanda – tanda vital
5. Lakukan pemasangan terapi intravena dan
berikan cairan cairm sesuai kebutuhan
6. Monitoring status nutrisi.
4180. Hypovolemia Management
Aktivitas keperawatan:
1. Monitoring terjadinya dehidrasi ( turgor kulit,
capillary refill time, pulsasi, kelembaban
membrane mukosa, output urine)
2. Monitoring terjadinyan hipotensi ortostatik dan
dizziness
3. Kaji penyebab kehilangan cairan ( perdarahan,
muntah dll)
4. Monitoring ketat intake dan output
rentang norma.
- Intake outputcairan dalam
24 jam simbang
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Kadar serum elektrolit,
hematokrit normal
- Tidak ada hipotensi orstatis,
suara napas adventisius,
asites, distensi vena
jugularis, edema perifer,
konfusi, kram otot dan
menggigil.
5. Rencanakan pemberian cairan parenteral
isotonic untuk rehidrasi ekstraseluler
6. Rencanakan pemberian cairan parenteral
hipotonis untuk rehidrasi intraseluiler
7. Rencanakan pemberian ciaran koloid untuk
replacement volume intravaskuler.
3 Ketidakfektifan Pola Napas
(00032)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam
klien akan:
Airway Management
1. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan napas buatan
yang tidak member ventilasi adekua.
Batasan karakteristik :
Bradipnea , dispenea
Penggunaan otot bantu
pernapasan
Pernapasan bibir
Pola napas abnormal (mis.,
irama, frekuensi, kedalaman)
Takikpnea
Factor yang berhubunangan :
Nyeri
Keletihan otot pernapasan
Respiratory
status : Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dg
mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
2. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
3. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
4. Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan
5. Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Theraphy
Aktivitas Keperawatan :
1. Pertahankan jalan napas yang paten
2. Atur peralatan oksigenasi
3. Monitor aliran oksigen
4. Pertahankan posisi pasien
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi.
pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
Vital Sign Monitoring
Aktivitas Keperawatan:
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
5. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
6. Monitor sianosis perifer
7. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
8. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
4 Kerusakan Integritas
Jaringan(00044)
Definisi : cedera pada membrane
mukosa , kornea, system integument,
fascia muscular, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi, dan/atau
ligament.
Batasan karakteristik :
Cedera jaringan
Jaringan rusak
Factor yang berhubungan :
Factor mekanik
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam
klien akan:
Tissue integrity : skin and
mucous membranes
Wound healing : primary and
secondary intention.
Kriteria Hasil :
Perfusi jaringan normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ketebalan dan tekstur jaringan
normal
Menunjukkan pemahaman
Pressure ulcer prevention
Wound care
Aktivitas keperawatan:
1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
dua jam sekali.
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5. Monitor status nutrisi pasien
6. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
luka, karakteristik,warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,
formasi traktus
7. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril.
Hambatan mobilitas fisik
Kurang volume cairan
dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera
berulang
Menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka
8. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada
luka.
5 Resiko Infeksi (00004)
Definisi : Rentan mengalami invasi
dan multiplikasi organism patogenik
yang dapat mengganggu kesehatan.
Factor Resiko :
Pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat (trauma
jaringan, destruksi jaringan)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…x 24 jam,
klien akan :
0703. infection Severityyang
dibuktikan dengan indicator ( 1
berat sekali, 2 : berat , 3: sedang, 4:
ringan , dan 5 : tidak ada)
Kritertia Hasil :
6540. Infection Control
Aktivitas Keperawatan :
1. Jaga kebersihan lingkungan sekitar
pasien.
2. Lakukan perawatan pasien sesuai
dengan prosedur safety yang berlaku
3. Batasi pengunjung / atau keluar masuk
keluarga terhadap pasien
4. Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak / merawat pasien
Demam
Nyeri
Peningkatan leukosit
dengan menggunakan antiseptic
5. Terapkan universal precautions dalam
perawatan klien
6. Lakukan pergantian kateter secara
periodic untuk mengurangi insiden
infeksdi pada bladder
7. Lakukan ambilan urine tengah periodic
untuk urinalisis
8. Kolaborasi pemberian antibiotic dengan
medis
6550. Infection Protection
Aktivitas Keperawatan:
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
2. Monitor status kerentanan terhadap
infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Jaga teknik septic dan aseptic pada
perawat pasien yang beresiko
5. Lakukan kultur urine sesuai kebutuhan
6. Instruksikan klien untuk minum
antibiotic (sesuai advicedokter )dengan
tepat waktu sesuai dosis anjuran.
4. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan klien.Agar implementasi / pelakasanaan
ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
5. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan trauma abdomen
adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi
3. Klien bebas dari ketikdakefektifan pola napas
4. Kultur urine menunjukan tidak ada bakteri
5. Perubahan warna urine
6. Mengerti tentang kondisi ,pemeriksaan dignostik, rencana
pengobatan ,tindakan perawatan diri preventif
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen
yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.
Trauma abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan
karena luka penetratif atau trauma tumpul.Akibat dari trauma abdomen
dapat berupa perforasi ataupun perdarahan.Kematian pada trauma
abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang
terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma
tumpul.Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang
tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika
tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan traumapada organ internal di
abdomen.
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah
ABC jika ada indikasi, jikakorban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan.
a. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik
head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar,
rasakan’, selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.
c. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka
berikan bantuan pernafasan.
2. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan
tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan trauma abdomen.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons.Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter
Edisi 7. Jakarta: IKABI, 2004, Bab 5; Trauma Abdomen.
Ahmadsyah, I. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher,
2009, Bab 2; Digestive.
Diktat Kuliah.Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Secara Terpadu.
Jakarta : Ambulan Gawat Darurat 118.
Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma.in:CTof the Acute Abdomen.
London: Springer.
Heater Herdman, T. 2015. NANDA internasional Inc. nursing : definition & classification 2015-2017.Jakarta: EGC.
Musliha.(2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mochamad Aleq Sander.(2013). Kasus serial ruptur lien akibat trauma abdomen:
bagaimana pendekatandiagnosis dan
penatalaksanaannya.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/
view/2377/3216. di akses pada tanggal 12 januari 2016.
M.Soemarko. (2004).Hubungan peningkatan tekanan vesika urinaria dengan
perdarahan intraperitoneal akibat trauma tumpul
abdomen.http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/235/227. di akses
pada tanggal 12 januari 2016.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah
brunner&suddarth edisi8. Vol 1. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat.1997. Buku ajar bedah.Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan medikal-bedah brunner and suddarth
ed.8 Vol.3. EGC:Jakarta.