75
MAKALAH TRAUMA ABDOMEN (Memenuhi Tugas Keperawatan Kegawatdaruratan I) Dosen Pembimbing: Ns. Ilkafah S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB Disusun Oleh Kelompok 8: Noveldi Pitna 143010036 Ilham M 201231000008 Syamsurya 201231000023 Andini Wulandari 201231000029 Semester 7 PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

Makalah trauma abdomen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah trauma abdomen

MAKALAH

TRAUMA ABDOMEN

(Memenuhi Tugas Keperawatan Kegawatdaruratan I)

Dosen Pembimbing:

Ns. Ilkafah S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB

Disusun Oleh Kelompok 8:

Noveldi Pitna 143010036

Ilham M 201231000008

Syamsurya 201231000023

Andini Wulandari 201231000029

Semester 7

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

MAKASSAR

2015/2016

Page 2: Makalah trauma abdomen

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Trauma

Abdomen” ini dapat diselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

memenuhi tugas Keperawatan Kegawatdaruratan, Alhamdullilah dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan

terima kasih kepada Ns. Ilkafah S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing

penulisan makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

seluruh teman – teman atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan

ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan

pengalaman penulis. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi

sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum . Wr. Wb

Makassar , Januari 2016

Penyusun

Page 3: Makalah trauma abdomen

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................2

1.3 Tujuan penulisan..............................................................................................

1.4 Manfaat penulisan............................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Anatomi abdomen

2.1.2 Defenisi Trauma Abdomen ……............................................................6

2.1.3 Etiologi Trauma Abdomen......................................................................7

2.1.4 Klasifikasi Trauma Abdomen .................................................................9

2.1.5 Patofisiologi Trauma Abdomen...............................................................9

2.1.6 Manifestasi klinik Trauma Abdomen……………………………………11

2.1.7 Pemeriksaan fisik Trauma

Abdomen…………………………………………….13

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Trauma

Abdomen…………………………...............15

2.1.9 Diagnosis

Banding..........................................................................................17

2.1.10 Pentalaksanaan .............................................................................................

18

2.1.11 Komplikasi ....................................................................................................

..23

Page 4: Makalah trauma abdomen

2.1.12 Prognosis .......................................................................................................

24

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen

2.2.1 Pengkajian / Riwayat

keperawatan…………………………………………....24

2.2.2 Pathway Trauma

Abdomen……………………………………………………..27

2.2.3 Diagnosa Keperawatan (NANDA II NIC NOC 2015-2017)

…………………..29

2.2.4 Intervensi (NANDA II NIC NOC 2015-2017)

…………………………………..29

2.2.5 Implentasi

………………………………………………………………………..39

2.2.6 Evaluasi .......................................................................................................

.39

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................40

4.2 Saran...................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………42

Page 5: Makalah trauma abdomen
Page 6: Makalah trauma abdomen

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera.Trauma

juga mempunyai dampak psikologis dan sosial.Pada kenyataannya, trauma

adalah kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya

produktivitas seseorang.

Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu

hal penting dan menarik.Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus

mencakup deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang

tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma tumpul.Trauma

tajam pada dada di antara nipple dan perineum harus dianggap berpotensi

mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas

maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma,

berat dan lokasi trauma, maupun status hemodinamik penderita.

Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu

penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah.Sebaiknya jangan

menganggap bahwa ruptur organ berongga maupun perdarahan dari organ

padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali.Hasil pemeriksaan terhadap

abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol,

penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau medulla spinalis yang

menyertai, ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan

seperti kosta, tulang belakang, maupun pelvis.Setiap pasien yang mengalami

trauma tumpul pada dada baik karena pukulan langsung maupun deselerasi,

ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma visera atau

trauma vaskuler abdomen.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa

rumusan masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya yaitu:

Page 7: Makalah trauma abdomen

1. Bagaimana Konsep Dasar Medis Trauma Abdomen ?

2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen

( NANDA NIC-NOC 2015 – 2017 )?

3. Tujuan

Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Kegawatdaruratan dan meningkatkan pemahaman penulis maupun

pembaca mengenai trauma abdomen.

4. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan

pemahaman mengenai trauma abdomen sehingga dapat diterapkan dalam

menangani kasus-kasus trauma abdomen di klinik sesuai kompetensi

tenaga medis terutama perawat.

Page 8: Makalah trauma abdomen

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Trauma Abdomen

1. Anatomi Abdomen

Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak di antara toraks dan

pelvis.Rongga abdomen yang sebenarnya dipisahkan dari rongga toraks di

sebelah atas oleh diafragma dan dari rongga pelvis di sebelah bawah oleh

suatu bidang miring yang disebut pintu atas panggul.Dapat dikatakan

bahwa pelvis termasuk bagian dari abdomen, dan rongga abdomen

meliputi juga rongga pelvis.Rongga abdomen meluas ke atas sampai

mencapai rongga toraks setinggi sela iga kelima.Jadi sebagian rongga

abdomen terletak atau dilindungi oleh dinding toraks.Sebagian dari hepar,

gaster dan lien terterdapat di dalamnya.

Rongga abdomen atau cavitas abdominis berisi sebagian besar organ

sistem digestivus, sebagian organ urinarium, sistem genitalia, lien,

glandula suprarenalis, dan plexus nervorum.Juga berisi peritoneum yang

merupakan membrane serosa dari sistem digestivus.Kadang-kadang ada

organ sistem digestivus yang sebagian atau sementara terletak di dalam

rongga pelvis, misalnya ileum dan sebaliknya kadang-kadang organ

genitalia terdapat di dalam rongga abdomen, misalnya uterus yang

membesar.

Untuk menentukan lokalisasi yang lebih teliti dari rasa nyeri,

pembengkakan atau letak suatu organ, maka abdomen dibagi menjadi

sembilan region oleh dua bidang horizontal yaitu bidang subcostalis dan

Page 9: Makalah trauma abdomen

bidang transtubercularis serta dua bidang vertikal yang melalui linea

midklavikularis kanan dan kiri.

Anatomi dalam dari abdomen meliputi 3 regio:

1. Rongga Peritoneal

Rongga peritoneal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Rongga Peritoneal Atas

Rongga peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari

dinding thorax yang mencakup diafragma, hepar, liean,

gaster, dan colon transversum.Bagian ini juga disebut

sebagai komponen thoracoabdominal dari abdomen.Pada

saat diafragma naik sampai sela iga IV pada waktu

ekspirasi penuh, setiap terjadi fraktur iga maupun luka

tusuk tembus di bawah garis intermammaria bisa

mencederai organ dalam abdomen.

2) Rongga Peritoneal Bawah

Rongga peritoneal bawah berisikan usus halus, bagian

colon ascendens dan colon descendens, colon sigmoid, dan

pada wanita, organ reproduksi internal.

2. Rongga Pelvis

Rongga pelvis, yang dilindungi oleh tulang-tulang pelvis,

sebenarnya merupakan bagian bawah dari rongga

intraperitoneal, sekaligus bagian bawah dari rongga

retroperitoneal.Di dalamnya terdapat rectum, vesika urinaria,

pembuluh-pembuluh iliaca, dan pada wanita, organ reproduksi

internal.Sebagaimana halnya bagian torakoabdominal,

pemeriksaan organ-organ pelvis terhalang oleh bagian-bagian

tulang di atasnya.

3. Rongga Retroperitoneal

Page 10: Makalah trauma abdomen

Rongga yang potensial ini adalah rongga yang berada di

belakang dinding peritoneum yang melapisi abdomen. Di

dalamnya terdapat aorta abdominalis, vena cava inferior,

sebagian besar dari duodenum, pancreas, ginjal dan ureter,

serta sebagian posterior dari colon ascendens dan colon

descendens, dan bagian rongga pelvis yang retroperitoneal.

Cedera pada organ dalam retroperitoneal sulit dikenali karena

daerah ini jauh dari jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa,

dan juga cedera di sini pada awalnya tidak akan

memperlihatkan tanda maupun gejala peritonitis. Rongga ini

tidak termasuk dalam bagian yang diperiksa sampelnya

Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL).

Gambar 2.1. Topografi Abdomen

Proyeksi letak organ dalam abdomen

Page 11: Makalah trauma abdomen

Hipokondrium kanan Epigastrium Hipokondrium kiri

Lobus kanan dari

hepar

Kantung empedu

Sebagian dari

duodenum

Fleksura hepatik

dari kolon

Sebagian dari ginjal

kanan

Kelenjar suprarenal

kanan

Pilorus gaster

Duodenum

Pankreas

Sebagian dari hepar

Lambung

Limpa

Bagian kaudal dari

pankreas

Fleksura lienalis dari

kolon

Kutub atas dari ginjal

kiri

Kelenjar suprarenal

kiri

Lumbal kanan Umbilikal Lumbal kiri

Kolon asendens

Bagian bawah dari

ginjal kanan

Sebagian daru

duodenum dan

jejunum

Omentum

Mesenterium

Bagian bawah dari

duodenum

Jejunum dan ileum

Kolon desendens

Bagian bawah dari

ginjal kiri

Sebagian jejunum

dan ileum

Inguinal kanan Hipogastrium Inguinal kiri

Sekum

Apendiks

Bagian akhir dari

ileum

Ureter kanan

Ileum

Kandung kemih

Uterus (pada

kehamilan)

Kolon sigmoid

Ureter kiri

Ovarium kiri

2. Defenisi Trauma Abdomen

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan

cedera (sjamsuhidayat, 2010).

Page 12: Makalah trauma abdomen

Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen

yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.

Trauma abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan

karena luka penetratif atau trauma tumpul. Akibat dari trauma

abdomen dapat berupa perforasi ataupun perdarahan. Kematian pada

trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.

Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan

daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma

tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja

(Smeltzer, 2001)

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ

abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga

terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal

berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur

yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka

tumpul atau yang menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006).

Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang

menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma

dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.

Tipe cedera berdasarkan organ yang terkena yaitu :

o Pada organ padat seperti hepar, limpa, dengan gejala utama

perdarahan

o Pada organ berongga seperti usus, saluran empedu dengan

gejala utama adalah peritonitis.

3. Etiologi

Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah sebagai

berikut:

1. Penyebab trauma penetrasi

Page 13: Makalah trauma abdomen

a. Luka akibat terkena tembakan

b. Luka akibat tikaman benda tajam

c. Luka akibat tusukan

2. Penyebab trauma non – penetrasi

a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

b. Hancur (tertabrak mobil)

c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut

d. Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olahraga

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada

abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul.Pada kecelakaan

kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan

kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau

benda tumpul lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang

menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,

trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk

sedikit menyebabkan traumapada organ internal di abdomen.

Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu

1. Paksaan /benda tumpul

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga

peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:

a. Jatuh

b. Kekerasan fisik atau pukulan,

c. Kecelakaan kendaraan bermotor

d. Cedera akibat berolahraga

e. Benturan

Page 14: Makalah trauma abdomen

f. Ledakan

g. Deselarasi

h. Kompresi atau sabuk pengaman.

i. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

2. Trauma tembus

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga

peritoneum.Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan

benda tajam atau luka tembak.

4. Epidemiologi

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.Mortalitas

biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma

tusuk.Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau

trauma tajam.Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya

akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.Sedangkan

trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ

multipel. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering

menciderai organ limpa (40 -55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%)

(Cho et al2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering

cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pancreas

dan ureter (Demetriades, 2000).Pada trauma tajam abdomen paling sering

mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar

(15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

5. Klasifikasi

Trauma pada dinding abdomen terdiridari:

a. Kontusio dinding abdomen

Disebabkan trauma non-penetrasi.Kontusio dinding abdomen tidak

terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis

Page 15: Makalah trauma abdomen

atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat

menyerupai tumor.

b. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga

abdomen harus di eksplorasi.Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen

yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.Trauma

abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari :

a. Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada

dinding abdomen.

b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli

bedah.

c. Cedera thorak abdomen

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,

atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

6. Patofisiologi

Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan

tembus.Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi.

Kompresi rongga abdomen oleh benda - benda terfiksasi, seperti sabuk

pengaman atau setir kemudi akan meningkatkan tekanan intraluminal

dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau

pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan

menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan

yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada

mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti

ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati

Page 16: Makalah trauma abdomen

merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka setelah trauma

tumpul abdomen terjadi (Demetriades,2000)

Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh

pengguntingan,penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan

rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat

menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen.Tembakan

menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang menyebabkan

peritonitis dan sepsis. Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan

terjadinya trauma abdomen adalah:

a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada

jaringan,kehilangan darah dan shock.

b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system

makroendokrin,mikroendokrin.

c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan

perdarahan massif dan transfuse multiple.

d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh

sekresi saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum

e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat

kerusakan integritas rongga saluran pencernaan.

f. Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan

yang diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau

perdarahan masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga

semua upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di limpa.

g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang

paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus

dan sering kali kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal

utama yang dilakukan apabila terjadi perlukaan dihati yaitu

mengontrol perdarahan dan mendrainase cairan empedu.

h. Esofagus bawah dan lambung, kadang - kadang perlukaan esofagus

bawah disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan

letaknya yang mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang

Page 17: Makalah trauma abdomen

disebabkan oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka

tembus langsung.

i. Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan

duodenum jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang

menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebkan oleh

perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan karena

letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.

7. Manifestasi Klinis

Berdasarkan jenis trauma:

1.Trauma tembus abdomen

a. Potensi mematikan dan segera membahayakan jika disertai cedera

pembuluh darah besar.

b. Luas cedera intraabdominal tergantung tenaga kinetik objek

penetratif. Luka akibat peluru dibedakan menjadi low-velocity dan

high-velocity

c. Peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang

berongga intra peritoneal.

d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka

tembus abdomen karena usus mengisi sebagian besar rongga

abdomen.

e. Perforasi dibagian atas (lambung) terjadi perangsangan segera

setelah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat. Sedangkan

bagian bawah, gejala baru timbul setelah 24 jam karena

mikroorganisme membutuhkan waktu berkembang biak setelah 24

jam.

2.Trauma tumpul abdomen

a. Gejala pada trauma tumpul abdomen merupakan akibat kehilangan

darah, memar, atau kerusakan pada organ – organ atau iritasi cairan

Page 18: Makalah trauma abdomen

usus yaitu nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut

(akibat hematoma).

b. Bising usus biasanya melemah atau menghilang.

c. Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih di daerah

bahu terutama di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain

atau tanda dari KEHR.

Berdasarkan tipe cedera:

1. Pada organ padat

Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang

akan menyebabkan perdarahan bervariasi dari ringan sampai sangat

berat bahkan kematian.

Gejala dan tandanya adalah:

Gejala perdarahan secara umum

Penderita tampak anemis

Bila perdarahan berat akan timbul shok hemoragik

Gejala adanya darah intraperitoneal

Nyeri abdomen dapat bervariasi dari ringan sampai hebat

Pada auskultasi bising usus menurun tapi bukan merupakan

tanda yang dapat dipercaya karena bising usus akan menurun

pada banyak keadaan lain.

Ada nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler ( kekakuan

otot) seperti pada peritonitis

Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan

hebat dan penderita tidak gemuk

Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meninggi

2. Pada organ berongga

Akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali

Page 19: Makalah trauma abdomen

Penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen

Kadang – kadang ditemukan ada organ intraabdomen yang

menonjol keluar paling sering omentum,usus halus, atau colon

(pada trauma tajam)

Auskultasi bising usus menurun, dan adanya defans muskuler .

Menurut(Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala traumaabdomen, yaitu:

a. Nyeri

Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.Nyeri

dapat timbul di bagianyang luka atau tersebar.Terdapat nyeri saat

ditekan dan nyeri lepas.

b. Darah dan cairan

Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang

disebabkan oleh iritasi.

c. Cairan atau udara dibawah diafragma

Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.Tanda ini

ada saat pasien dalam posisi rekumben.

d. Mual dan muntah

Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yangdisebabkan oleh

kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

8. Pemeriksaan Fisik

Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru

palpasi.

a. Inspeksi

Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien,

ekspresi wajah, tanda-tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda

dehidrasi, perdarahan, syok, daerah lipat paha (inguinal, skrotum

bila terdapat hernia biasanya ditemukan benjolan).Pada trauma

abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi dan

Page 20: Makalah trauma abdomen

echimosis.Echimosis merupakan indikasi adanya perdarahan di

intra abdomen.Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa

kitasebut ‘Cullen’s Sign’ sedangkan echimosis yang ditemukan

pada salah satu panggul disebut sebagai ‘Turner’s Sign’.Terkadang

ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ abdomen

keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada trauma tembus/tajam.

b. Auskultasi

Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di

ke empat kuadran dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan

hilangnya bunyi bising usus. Juga perlu didengarkan adanya bunyi

bruits dari arteri renalis, bunyi bruits pada umbilical merupakan

indikasi adanya trauma pada arteri renalis.

c. Perkusi

Untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu

pemeriksaan perkusi adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan

tangan kiri pada sisi dinding thoraks pertengahan antara spina

iliaka anterior superior kemudian tinju dengan tangan yang lain

sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila ada

nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik

antara hati dan diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya

bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran atas atau

bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila

ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras

pada panggul kanan ketika klien berbaring ke samping kiri

merupakan tanda adanya rupture limpe. Sedangkan bila bunyi

resonan lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas

yang masuk.

d. Palpasi

Page 21: Makalah trauma abdomen

Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan

spasme hal ini dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa

atau akumulasi darah ataupun cairan. Biasanyaditemukan

defansmuscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi (colok dubur)

dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan

ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak

terdapat gas di usus besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak

tinggi menandakan patah panggul yang sginifikan dan disertai

perdarahan.Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana klien

diminta mengangkat tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa

memberi tekanan melawan gerak tungkai sehingga muskulus

iliopsoas dipaksa berkontrasi.Selain uji psoas, ada uji obturator

dimana tungkai penderita diputar dengan arah endorotasi dan

eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha.

Jika klien merasa nyeri maka menandakan adanya radang di

muskulus obturatorius.

9. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma

abdomen, yaitu:

a. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorax.

b. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi

perdarahan terus menerus.Demikian pula dengan pemeriksaan

hematokrit.Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa

terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup

Page 22: Makalah trauma abdomen

banyak kemungkinan ruptura lienalis.Serum amilase yang

meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas

atau perforasi usus halus.Kenaikan transaminase menunjukkan

kemungkinan trauma pada hepar.

c. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,

udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan

perubahan gambaran usus.

d. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila

dijumpai hematuri.Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan

adanya trauma pada saluran urogenital.

e. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada

persangkaan trauma pada ginjal.

f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan

usus dalam rongga perut.Hasilnya dapat amat membantu.Tetapi

DPL ini hanya alat diagnostik.Bila ada keraguan, kerjakan

laparatomi (gold standard).

Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:

Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan

sebabnya

Trauma pada bagian bawah dari dada

Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

Pasien cedera abdominal dengan

gangguankesadaran (obat,alkohol, cedera otak)

Pasien cedera abdominal dan cedera medula

spinalis (sumsum tulang belakang)

Patah tulang pelvis

Page 23: Makalah trauma abdomen

Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai

berikut:

Hamil

Pernah operasi abdominal

Operator tidak berpengalaman

Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan.

g. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum

dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan

retroperitoneum.

Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khususuntuk

trauma abdomen, yaitu:

a. Abdominal paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat

berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam

rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam

larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah

dimasukkan 100 – 200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5

menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

b. Pemeriksaan laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk

mengetahui langsung sumber penyebabnya.

c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-

sigmoidoskopi.

10. Diagnosis Banding

Page 24: Makalah trauma abdomen

Menurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma abdomen

dilihat dari 4 kwadran, yaitu:

1.Kwandran kanan atas :

a. Cholecystitis acute e. Perforasi tukak

duodeni

b. Pancreatitis acute f. Hepatitis acute

c. Acute congestive hepatomegaly g. Pneumonia +

pleuritis

d. Pyelonefritis acute h. Abses hepa

2. Kwandran kiri atas:

a. Ruptur lienalis e. Perforasi tukak lambung

b. Pancreatitis acute f. Ruptur aneurisma

aorta

c. Perforasi colon (tumor/corpus alineum) g. Pneumonia +

pleuritis

d. Pyelonefritis acute h. Infark miokard akut

3.Paraumbilical:

a. Trombosis A/V mesentrial e. Diverculitis

b. Hernia Inguinalis strangulate f. Ileus obstruksi

c. Pancreatitis acute g. Appendicitis

d. Aneurisma aorta yang pecah (ileum/colon)

4.Kwandran kanan bawah:

a. Appendicitis f. Salpingitis acute

b. Torsi ovarium tumor g. Diverticulitis Meckel

c. Ileus regionalis h. Psoas abses

d. Graviditas axtra uterine yang pecah i. Batu ureter (kolik)

e. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulate.

Page 25: Makalah trauma abdomen

5.Kwandran kiri bawah:

a. Sigmoid diverculitis e. Torsi ovarium

tumor

b. Graviditas axtra uterine yang pecah f. Psoas abses

c. HerniInguinalis incarcerata,strangulate g. Batu ureter (kolik)

d. Salpingitis acute

e. Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum)

11. Penatalaksanaan

a. Penanganan Awal Trauma Abdomen

Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika

ada indikasi, jikakorban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.

Primary Survey

a. Airway

Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift

atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda

asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,

darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya

pemeriksaan status respirasi klien.Kontrol jalan nafas pada penderita

trauma abdomen yang airway terganggu karena faktor mekanik, ada

gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi

endotrakeal.Setiap penderita trauma diberikan oksigen.Bila tanpa intubasi,

sebaiknya diberikan dengan face mask.Pemakaian pulse oximeter baik

untuk menilai saturasi O2 yang adekuat.

c. Circulation

Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan

pernafasan.Resusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi dimulai

segera setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan cepat. NaCl atau

Page 26: Makalah trauma abdomen

Ringer Laktat dapat digunakan untuk resusitasikristaloid.Rute akses

intravena adalah penting, pasang kateter intravena perifer berukuran besar

(minimal 2) di ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang

dengan hipotensi sudah berada di kelas III syok (30-40% volume darah

yang hilang) dan harus menerima produk darah sesegera mungkin, hal

yang sama berlaku pada pasien dengan perdarahan yang signifikan jelas.

Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah hipotermia, termasuk

menggunakan selimut hangat dan cairan prewarmed.

d. Disability

Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang dinilai

disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.

e. Exposure

Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting

untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi

head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen

penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit

kepala, bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka

penting penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.

Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-

penetrasi dan trauma penetrasi, yaitu:

a. Penanganan awal trauma non-penetrasi

Stop makanan dan minuman

Imobilisasi

Kirim ke rumah sakit

Diagnostic Peritoneal Lavage

b. Penanganan awal trauma penetrasi

Page 27: Makalah trauma abdomen

Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tidak boleh dicabut

kecuali oleh tim medis.Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar

tidak memperparah luka.

Bila usus atau organlain keluar maka organ tersebut tidak

boleh dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kain

bersih atau kasa steril.

Imobilisasi pasien

Tidak makan dan minum

Bila luka terbuka, balut dengan menekan

Kirim pasien ke rumah sakit

Secondary Survey

Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil.Bila

sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus

kembali mengulangi PRIMARY SURVEY.Semua prosedur yang

dilakukan harus dicatat dengan baik.Pemeriksaan dari kepala sampai ke

jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan denganperhatian utama:

1. Pemeriksaan kepala

• Kelainan kulit kepala dan bola mata

• Telinga bagian luar dan membrana timpani

• Cedera jaringan lunak periorbital

2. Pemeriksaan leher

• Luka tembus leher

• Emfisema subkutan

• Deviasi trachea

• Vena leher yang mengembang

Page 28: Makalah trauma abdomen

3. Pemeriksaan neurologis

• Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

• Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik

• Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex

4. Pemeriksaan dada

• Clavicula dan semua tulang iga

• Suara napas dan jantung

• Pemantauan ECG (bila tersedia)

5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)

• Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah

• Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali

bila ada trauma wajah

• Periksa dubur (rectal toucher)

• Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus

6. Pelvis dan ekstremitas

• Cari adanya fraktur (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes

gerakanapapun karena memperberat perdarahan)

• Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma

• Cari luka, memar dan cedera lain

7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) :

• Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selektif.

b.Penanganan di Rumak Sakit

a. Trauma Penetrasi

Skrinnig pemeriksaan rongten

Page 29: Makalah trauma abdomen

Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau

pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau

adanya udara retroperitoneum

IVP atau Urogram Excretory dan CT scan

Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada

Uretrografi

Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra

Sistografi

Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung

kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.

b. Trauma non-penetrasi

Pengambilan contoh darah dan urine

Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah

khusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.

Pemeriksaan Rongent

Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis

adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan

multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di

retroperitoneum atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya

memerlukan laparotomi.

Study kontras urologi dan Gastrointestinal

Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens

atau descendens dan dubur.

Penatalaksanaan di Ruang Emergensi

a) Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas, pernapasan dan

sirkulasi).

b) Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat menyebabkan

fragmentasi bekuan pada pembuluh darah besar dan menimbulkan

hemoragi massif.

Page 30: Makalah trauma abdomen

c) Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan.

d) Gunting pakaian penderita dari luka.

e) Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

f) Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahan

dilakukan.

g) Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan

bendungan pada luka dada.

h) Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan secara

cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.

i) Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi; ini

sering merupakan tanda adanya perdarahan internal.

j) Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik. Prosedur ini

membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap

rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.

k) Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan

pantau jumlah urine perjam.

l) Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan

dibasahi dengan salin untuk mencegah kekeringan visera

m) Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.

n) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik

dan muntah.

o) Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat

ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.

p) Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan apakah terdapat

penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.

q) Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.

r) Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. Trauma dapat

menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri

eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan

terapeutik (infeksi nosokomial).

Page 31: Makalah trauma abdomen

s) Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,

kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau

hematuria.

12. KomplikasiMenurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi

pada pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera.

Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.

Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama

trauma tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam

diagnosis, cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi

yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul kemudian (King et al,

2002;Salomone & Salomone,2011).

Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul

abdomen karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang sering

muncul pada komplikasi dengan peritonitis antara lain:

Nyeri perut seperti ditusuk

Perut yang tegang (distended)

Demam (>380C)

Produksi urin berkurang

Mual dan muntah

Haus

Cairan di dalam rongga abdomen

Tidak bisa buang air besar atau kentut

Tanda-tanda syok.

13. Prognosis

Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa

data statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit,

dan jumlah pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik

Page 32: Makalah trauma abdomen

prognosis untuk pasien trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk

pasien rawat inap berkisar antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Pengkajian primer

1) Airway

Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin

lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah

benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,

makanan, darah atau benda asing lainnya.

2) Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’,

selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.

3) Circulation

Mengecek denyut nadi dan tekanan darah.

4) Disability

Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang

dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.

5) Exposure

Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara

menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan

lengkap dan visualisasi head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien

dengan trauma abdomen penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian

posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang leher, dan perineum.

Setelah pakaian dibuka penting penderita diselimuti agar penderita

tidak kedinginan.

b) Pengkajian Sekunder

1) Aktivitas / istirahat

Page 33: Makalah trauma abdomen

Data Subyektif :Merasa lemah ,lelah, hilang keseimbangan

Data Obyektif :Perubahan Kesadaran ,masalah dalamkeseimbangan cedera

(trauma).

2) Sirkulasi

Data Obyektif : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)

Perubahan frekuensi jantung (Bradikardi,takikardi)

3) Integritas ego

Data Subyektif : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau

dramatis)

Data Obyektif : Cemas , bingung ,depresi

4) Eliminasi

Data Subyektif :Inkontenensia kandung kemih/usus atu mengalami

gangguan fungsi

5) Makanan dan cairan

Data Subyektif :Mual,muntah, dan mengalami perubahan selera makan

Data Obyektif :Mengalami distensi abdomen

6) Neurosensori

Data Subyektif :Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo

Data Obyektif :Perubahan kesadaran bisa sampai koma ,perubahanstatus

mental (Orientasi , Kewaspadaan , Perhatian,konsentrasi, pemecahan

masalah ,pengaruh emosi/tingkah laku dan memori), Sangat sensitif

terhadap sentuhan dan gerakan , Kehilangan sensasi sebagai tubuh,

Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh

7) Nyeri dan Kenyamanan

Data Subyektif :Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang

berbeda, biasanya lama.

Data Obyektif :Wajah menyeringai,responmenarik pada rangsangan,nyeri

yang hebat, gelisah ,tidak bias beristirahat,merintih.

8) Pernafasan

Data Subyektif :Perubahan pola nafas

Page 34: Makalah trauma abdomen

9) Keamanan

Data Subyektif :Trauma baru/trauma karena kecelakaan

Data Obyektif :Fraktur/dislokasi, Gangguan kognitif, Gangguan rentang

gerak, Demam ,gangguan rentang dan regulasi suhu tubuh.

10) Interaksi Sosial

Data Obyektif :Gangguan motorik atau sensorik

11) Penyuluhan /Pembelajaran

Data Subyektif :Membutuhkan bantuan dalam pengobatan aktivitas

perawatan diri.

Page 35: Makalah trauma abdomen

Paksaan :

Jatuh, benda tumpul, kompresi, dll

Benda tajam :

Pisau, peluru, ledakan, dll

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan jar. vaskularKerusakan jar. kulitKompresi organ abdomen

Kerusakan organ abdomen

Perdarahan intra Abdomen

Perdarahan masif

Peningkatan TIA

Luka terbuka

↑↑ Risiko Invasi bakteri patogen

Risiko Infeksi

Merangsang Free nerve

ending

Nyeri akut

Kehilangan cairan fisiologis

MK : Syok Hipovolemik

↓↓ aliran balik vena

↓ isi sekuncup jantung

↓ CO

↓↓ aliran darah ke otak

↓ Kesadaran

↓↓ suplai O2 ke jaringan

Kerusakan integritas kulit

Hipoksia

MK : Perdarahan

↓↓ aliran darah

Pathway

5

Page 36: Makalah trauma abdomen

↓↓ aliran darah

Gangguan eliminasi

urine

↓↓ laju filtral glomerulus

Produksi urin ↓

Isi usus menuju rongga

peritonium

Bakteri usus bebas dalam peritonium

Risiko infeksi

Kerusakan integritas jaringan

Kontinuitas organ abdomen

terputus

Pola nafas tidak efektif

Organ inttra abd.bengkak

Kompresi diafragma

Expansi paru tidak maksimal

Mendesak organ intra abdomen

4

Menekan reseptor nyeri di abdomen

Nyeri akut

Mendesak lambung

Rasa mual di perut

Mual

Lambung distres

↑ produksi HCl

31 2

5

Page 37: Makalah trauma abdomen

2. Diagnose Keperawatan

Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Trauma Abdomen adalah ( NANDA II 2015 - 2017) :

1. Nyeri Akut (00132)

2. Kekurangan Volume Cairan (00027)

3. Ketidakefektifan pola napas (00032)

4. Kerusakan Integritas Jaringan (00044)

5. Kerusakan Integritas Kulit (00046)

6. Resiko Infeksi (00004)

3. Nursing care plan / Intervensi

N

o

NANDA: Nursing Diagnosis 2015-

2017

Nursing Care Plan / Intervensi

Nursing Outcomes Classification

(NOC)

Nursing Interventions Classification (NIC)

1 Nyeri Akut (00132)

Defenisi : Pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan

yang muncul akibat kerusakan

jaringan yang actual atau potensial

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam 

klien  akan:

- 2102. Pain Level

1400. Pain management

Aktivitas keperawatan:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

Page 38: Makalah trauma abdomen

atau digambarkan dalam hal

kerusakan sedemikian rupa

(International for the Study of  Pain);

awitan yang tiba-tiba atau lambat

dari intensitas ringan hingga berat

dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau dipredisikan dan berlangsung <6

bulan.

Batasan Karakteristik

Diaphoresis

Dilatasi pupil

Ekspresi wajah nyeri ( mis.,

mata kurang bercahaya,

gerakan mata berpencar atau

tetap pada satu focus,

meringis)

Mengekspresikan perilaku

- 1605. Pain control

- 2101. Pain : Disruptive Effects,

yang dibuktikan dengan indikator

sebagai berikut:(1-5 = tidak pernah,

jarang, kadang-kadang, sering, atau

selalu).

Kriteria Hasil :

–Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri, mencari bantuan)

–Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien

4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan

5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan.

6. Kurangi faktor presipitasi nyeri

7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan

interpersonal)

8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi.

9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

10.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Page 39: Makalah trauma abdomen

(mis : gelisah, merengek,

menangis, waspada,

iritabilitas, mendesah)

Sikap melindungi area nyeri

Focus menyempit (mis:

gangguan persepsi nyeri,

hambatan proses berpikir,

penurunan interaksi dengan

orang dan lingkungan)

Indikasi nyeri yang dapat

diamati

Perubahan posisi untuk

menghindari nyeri

Sikap tubuh melindungi nyeri

Focus pada diri sendiri

 

Faktor Yang Berhubungan :

manajemen nyeri

–Mampu mengenali nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

–Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang

–Tanda vital dalam rentang normal

 

11.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

12.Tingkatkan istirahat

13.Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak berhasil

14.Monitor penerimaan pasien tentang manajemen

nyeri

2210.Analgegesic Administrasion

Aktivitas keperawatan:

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan

derajat nyeri sebelum pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,

dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi

dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan

beratnya nyeri

Page 40: Makalah trauma abdomen

Agen cedera biologis (mis.,

infeksi)

Agen cedera fisik ( mis.,

trauma)

6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk

pengobatan nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat

nyeri hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

(efek samping)

 

2 Kekurangan Volume Cairan

(00027)

Defenisi : Penurunan cairan

intravaskuler, intertisial, dan/atau

intraseluluer. Ini mengacu pada

dehidrasi, kehilangan cairan saja

tanpa perubahan kadar natrium

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam 

klien  akan:

- 0601. Fluid Balance

- 0602. Hydration

- 1008. Nutritional

4120. Fluid Management

Aktivitas keperawatan:

1. Pertahankan keseimbangan intake dan output

2. Pasang kateter urine untuk memantau output

3. Monitoring status hidrasi (kelembaban

membaran mukosa, keadekuatan pulsasi, dan

Page 41: Makalah trauma abdomen

Batasan Karakteristik :

Haus , kelemahan, kulit

kering

Membrane mukosa kering

Peningkatan frekuensi nadi

Peningkatan hematokrit

Penurunan pengisian vena

Penurunan tekanan darah

Penurunan tekanan nadi

Penurnan turgor kulit

Penurnan volume nadi

 

Faktor Yang Berhubungan :

Kehilangan cairan secara

aktif

status :Food and Fluid

Intake yang dibuktikan

dengan indicator (1: tidak

Adekuat, 2 : sedikit

Adekuat, 3 :cukup, 4

adekuat , 5 : sangat adekuat)

Kriteria Hasil :

- Intake makanan dan cairan

via oral adekuat.

- Intake cairan parenteral

adekuat.

- Intake nutrisi parenteral

adekuat.

- Tekanan darah, pulsasi

radial, MAP ( Mean Arterial

Pressure), CVP ( Central

Venosus Pressure) dalam

tekanan darah ortostatik).

4. Monitoring tanda – tanda vital

5. Lakukan pemasangan terapi intravena dan

berikan cairan cairm sesuai kebutuhan

6. Monitoring status nutrisi.

 

4180. Hypovolemia Management

Aktivitas keperawatan:

1. Monitoring terjadinya dehidrasi ( turgor kulit,

capillary refill time, pulsasi, kelembaban

membrane mukosa, output urine)

2. Monitoring terjadinyan hipotensi ortostatik dan

dizziness

3. Kaji penyebab kehilangan cairan ( perdarahan,

muntah dll)

4. Monitoring ketat intake dan output

Page 42: Makalah trauma abdomen

 rentang norma.

- Intake outputcairan dalam

24 jam simbang

- Turgor kulit baik

- Membran mukosa lembab

- Kadar serum elektrolit,

hematokrit normal

- Tidak ada hipotensi orstatis,

suara napas adventisius,

asites, distensi vena

jugularis, edema perifer,

konfusi, kram otot dan

menggigil.

5. Rencanakan pemberian cairan parenteral

isotonic untuk rehidrasi ekstraseluler

6. Rencanakan pemberian cairan parenteral

hipotonis untuk rehidrasi intraseluiler

7. Rencanakan pemberian ciaran koloid untuk

replacement volume intravaskuler.

3 Ketidakfektifan Pola Napas

(00032)

Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam 

klien  akan:

Airway Management

1. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan napas buatan

Page 43: Makalah trauma abdomen

yang tidak member ventilasi adekua.

Batasan karakteristik :

Bradipnea , dispenea

Penggunaan otot bantu

pernapasan

Pernapasan bibir

Pola napas abnormal (mis.,

irama, frekuensi, kedalaman)

Takikpnea

Factor yang berhubunangan :

Nyeri

Keletihan otot pernapasan

Respiratory

status : Ventilation

Respiratory status : Airway

patency

Vital sign Status

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang

bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas dg

mudah, tidakada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekuensi

2. Lakukan fisioterapi dada bila perlu

3. Keluarkan secret dengan batuk atau suction

4. Auskultasi suara napas, catat adanya suara

tambahan

5. Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Theraphy

Aktivitas Keperawatan :

1. Pertahankan jalan napas yang paten 

2. Atur peralatan oksigenasi

3. Monitor aliran oksigen

4. Pertahankan posisi pasien

5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi.

Page 44: Makalah trauma abdomen

pernafasan dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam

rentang normal (tekanan darah,

nadi, pernafasan)

 

 

Vital Sign Monitoring

Aktivitas Keperawatan:

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor kualitas dari nadi

4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

5. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit

6. Monitor sianosis perifer

7. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

8. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

Page 45: Makalah trauma abdomen

 

4 Kerusakan Integritas

Jaringan(00044)

Definisi : cedera pada membrane

mukosa , kornea, system integument,

fascia muscular, otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi, dan/atau

ligament.

Batasan karakteristik :

Cedera jaringan

Jaringan rusak

Factor yang berhubungan :

Factor mekanik

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam 

klien  akan:

Tissue integrity : skin and

mucous membranes

Wound healing : primary and

secondary intention.

Kriteria Hasil :

Perfusi jaringan normal

Tidak ada tanda-tanda infeksi

Ketebalan dan tekstur jaringan

normal

Menunjukkan pemahaman

Pressure ulcer prevention

Wound care

Aktivitas keperawatan:

1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap

dua jam sekali.

3. Monitor kulit akan adanya kemerahan

4. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

5. Monitor status nutrisi pasien

6. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman

luka, karakteristik,warna cairan, granulasi,

jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,

formasi traktus

7. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril.

Page 46: Makalah trauma abdomen

Hambatan mobilitas fisik

Kurang volume cairan

dalam proses perbaikan kulit dan

mencegah terjadinya cidera

berulang

Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka

8. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada

luka.

5 Resiko Infeksi (00004)

Definisi : Rentan mengalami invasi

dan multiplikasi organism patogenik

yang dapat mengganggu kesehatan.

Factor Resiko :

Pertahanan tubuh primer yang

tidak adekuat (trauma

jaringan, destruksi jaringan)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama…x 24 jam,

klien akan :

0703. infection Severityyang

dibuktikan dengan indicator ( 1

berat sekali, 2 : berat , 3: sedang, 4:

ringan , dan 5 : tidak ada)

Kritertia Hasil :

6540. Infection Control

Aktivitas Keperawatan :

1. Jaga kebersihan lingkungan sekitar

pasien.

2. Lakukan perawatan pasien sesuai

dengan prosedur safety yang berlaku

3. Batasi pengunjung / atau keluar masuk

keluarga terhadap pasien

4. Lakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak / merawat pasien

Page 47: Makalah trauma abdomen

Demam

Nyeri

Peningkatan leukosit

dengan menggunakan antiseptic

5. Terapkan universal precautions dalam

perawatan klien

6. Lakukan pergantian kateter secara

periodic untuk mengurangi insiden

infeksdi pada bladder

7. Lakukan ambilan urine tengah periodic

untuk urinalisis

8. Kolaborasi pemberian antibiotic dengan

medis

6550. Infection Protection

Aktivitas Keperawatan:

1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi

sistemik dan local

2. Monitor status kerentanan terhadap

infeksi

3. Batasi pengunjung

4. Jaga teknik septic dan aseptic pada

Page 48: Makalah trauma abdomen

perawat pasien yang beresiko

5. Lakukan kultur urine sesuai kebutuhan

6. Instruksikan klien untuk minum

antibiotic (sesuai advicedokter )dengan

tepat waktu sesuai dosis anjuran.

 

Page 49: Makalah trauma abdomen

4. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang

telah dicatat dalam rencana perawatan klien.Agar implementasi / pelakasanaan

ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas

perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi

yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

5. Evaluasi

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan trauma abdomen

adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Nyeri yang menetap atau bertambah

2. Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi

3. Klien bebas dari ketikdakefektifan pola napas

4. Kultur urine menunjukan tidak ada bakteri

5. Perubahan warna urine

6. Mengerti tentang kondisi ,pemeriksaan dignostik, rencana

pengobatan ,tindakan perawatan diri preventif

Page 50: Makalah trauma abdomen

BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen

yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.

Trauma abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan

karena luka penetratif atau trauma tumpul.Akibat dari trauma abdomen

dapat berupa perforasi ataupun perdarahan.Kematian pada trauma

abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang

terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma

tumpul.Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang

tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika

tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak

yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka

tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan

tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan traumapada organ internal di

abdomen.

Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah

ABC jika ada indikasi, jikakorban tidak berespon, maka segera buka dan

bersihkan.

a. Airway

Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik

head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan

Page 51: Makalah trauma abdomen

mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang

mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,

makanan, darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar,

rasakan’, selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.

c. Circulation

Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka

berikan bantuan pernafasan.

2. Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa

keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan

tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan trauma abdomen.

Page 52: Makalah trauma abdomen

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons.Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter

Edisi 7. Jakarta: IKABI, 2004, Bab 5; Trauma Abdomen.

Ahmadsyah, I. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher,

2009, Bab 2; Digestive.

Diktat Kuliah.Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Secara Terpadu.

Jakarta : Ambulan Gawat Darurat 118.

Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma.in:CTof the Acute Abdomen.

London: Springer.

Heater Herdman, T. 2015. NANDA internasional Inc. nursing : definition & classification 2015-2017.Jakarta: EGC.

Musliha.(2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mochamad Aleq Sander.(2013). Kasus serial ruptur lien akibat trauma abdomen:

bagaimana pendekatandiagnosis dan

penatalaksanaannya.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/

view/2377/3216. di akses pada tanggal 12 januari 2016.

Page 53: Makalah trauma abdomen

M.Soemarko. (2004).Hubungan peningkatan tekanan vesika urinaria dengan

perdarahan intraperitoneal akibat trauma tumpul

abdomen.http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/235/227. di akses

pada tanggal 12 januari 2016.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah

brunner&suddarth edisi8. Vol 1. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat.1997. Buku ajar bedah.Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan medikal-bedah brunner and suddarth

ed.8 Vol.3. EGC:Jakarta.