17
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif diri langsung mencakup setiap aktivitas bunuh diri (stuart, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, oranglain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai. Kami mengangkat terapi aktivitas kelompok dengan penyaluran energi bertujuan agar pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat memanfaatkan kegiatan yang positif. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Klien dapat menyalurkan energinya secara konstrukti f dan memberikan stimulasi pada klien agar mampu mengekspresikan perasaannya melalui gerakan badan dalam aktivitas. 2. Tujuan Khusus : 1

Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat

mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif diri langsung mencakup setiap aktivitas

bunuh diri (stuart, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan

yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat

membahayakan atau mencederai diri sendiri, oranglain bahkan dapat merusak

lingkungan.

Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan

yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang

bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai. Kami mengangkat terapi aktivitas kelompok

dengan penyaluran energi bertujuan agar pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat

memanfaatkan kegiatan yang positif.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Klien  dapat  menyalurkan  energinya  secara  konstruktif  dan  memberikan

stimulasi pada klien agar mampu mengekspresikan perasaannya melalui gerakan

badan dalam aktivitas.

2. Tujuan Khusus :

Mencegah pasien mencederai diri dan oranglain.

3. Kriteria hasil : 

Klien dengan resiko perilaku kekerasan yang berjumlah 8 orang. Dengan

kriteria :

1. Pasien kooperatif

2. Pasien dapat diajak berkomunikasi

3. Pasien dapat melakukan aktivitas

4. Pasien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif

atau mengamuk, dalam keadaan tenang.

1

Page 2: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau

marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

1. Penyebab

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku

kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri

adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh

perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan

sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal

mencapai keinginan.

2. Gejala klinis :

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan

didapatkan melalui pengkajian, meliputi :

a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah

yang diserasakan oleh klien.

b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,

berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak, merampas

makanan, memukul jika tidak senang.

Gejala klinis secara umum :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap

penyakit (rambut botak karena terapi).

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik atau menyalahkan diri sendiri).

c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).

d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).

e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.( Budiana Keliat, 1999).

2

Page 3: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

3. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang

lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

B. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling

bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu

dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.

Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota

kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi

sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan

sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai

Terapi Aktivitas Kelompok.

Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai

dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan

distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi

menggunaksan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas

Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi

kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa

dimasyarakat.

Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok

pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah

perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk

kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat

berlangsung selama 60-120 menit ( Budi Ana Keliat, 2007 ).

Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi 4, yaitu terapi aktivitas kelompok

stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas

stimulasi realita, dan terapi aktivitasi kelompok sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang

pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam pada

tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus

dalam kehidupan menjadi adaptif.

3

Page 4: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang disediakan: baca

artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang

disediakan), stimlulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi

klien yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus

hubungan, pandangan negatif pada orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih

persepsi klien terhadap stimulus.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori klien. Kemudian

diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi

perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah dan gerakan tubuh). Biasanya klien yang

tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan

perasaannya, serta menampilkan respon. Aktivitas yang digunakan sebagai stimlus

adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya dapat

dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai

stimulus.

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri

dan orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan

lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. demikian pula dengan

orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan. Aktivitas dapat

berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi

nyata.

4

Page 5: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

BAB III

PELAKSANAAN

I. Tujuan

Klien  dapat  menyalurkan  energinya  secara  konstruktif  dan  memberikan stimulasi pada

klien agar mampu mengekspresikan perasaannya melalui gerakan badan dalam aktifitas

yang meliputi :

1. Melatih kesabaran untuk pasien resiko perilaku kekerasan

2. Melatih konsentrasi pada pasien

3. Melibatkan pasien dalam kegiatan sehari-hari

4. Melatih kebersamaan pasien dengan pasien lain

Kriteria Anggota :

Klien dengan resiko perilaku kekerasan yang berjumlah 8 orang. Dengan kriteria :

1. Pasien kooperatif

2. Pasien dapat diajak berkomunikasi

3. Pasien dapat melakukan aktifitas

4. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif atau

mengamuk, dalam keadaan tenang.

I. Waktu Pelaksanaan

Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Kamis, 04 Agustus 2016

Waktu : 08.00 – Selesai

Tempat : Halaman depan ruang III RSJD Dr. Amino GondoHutomo

Semarang.

II. Nama Klien

Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 18 orang. Adapun

nama - nama klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah:

1. Sdr. Y

2. Sdr. S

3. Sdr. N

4. Sdr. S

5. Sdr. M

6. Sdr. K

5

Page 6: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

III. Susunan pelaksanaan

1. Leader : Wiwin Lidya Sari

2. Fasilitator I : Yusuf Saktian

3. Fasilitator II : Rino Perdana Putra

4. Observer : Ratih Tri Yulita

IV. Uraian Tugas pelaksanaan

1. Tugas Leader

a. Memimpin berlangsungnya TAK

b. Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK

c. Menyampaikan materi sesuai TAK

d. Memimpin diskusi kelompok.

2. Tugas Fasilitator

a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok

b. Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk aktif

mengikuti berlangsungnya TAK.

3. Tugas Observer

a. Mencatat serta mengamati respon klien  (dicatat pada format yang tersedia).

b. Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga penutupan

V. Setting

Tempat : Di halaman depan Ruang III RSJD Dr. Amino GondoHutomo Semarang.

6

Page 7: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

VI. Denah Pelaksanaan TAK

Metode

1. Demonstrasi

2. Pijat punggung

Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien dengan riwayat resiko perilaku kekerasan

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan:

a. Memberi salam terapeutik : salam dari terapis (memperkenalkan leader, fasilitator dan

observer)

b. Evaluasi validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini.

c. Kontrak:

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.

2) Menjelaskan aturan main berikut.

Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus

meminta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 30 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Tempatkan pasien sesuai dengan denah pelaksanaan TAK

b. Jelaskan peraturan TAK

c. Demonstrasikan tentang cara permainan TAK

7

Keterangan :

: Leader

: Fasilitator

: Peserta

Page 8: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

d. Laksanakan TAK yaitu:

1. Pasien berbaris seperti denah yang telah dibuat, kemudian melakukan

kegiatan tarik napas dalam selama tiga kali dengan posisi duduk bersila dan

posisi tangan seperti orang bermeditasi.

2. Selesai tarik napas dalam, melakukan terapi refleksi punggung dengan cara

klien diposisikan menghadap kearah kanan kemudian lakukan pemijatan

pada punggung.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana Tindak Lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih penyaluran energi dengan aktivitas

sehari-hari yang positif .

2) Memasukkan kegiatan penyaluran energi pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu melatih penyaluran energi dengan cara fisik

yaitu memukul bantal dan kasur.

2) Menyepakati waktu dan tempat.

8

Page 9: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

VII. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja yang menilai kemampuan klien

melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

1. Kemampuan verbal

No: Aspek yang DinilaiNama Klien

1. Menyebutkan Nama

2. Menyebutkan Penyebab Marah

3. Menyebutkan Tanda dan Gejala

4. Menyebutkan Perilaku Kekerasan

5. Menyebutkan Akibat Perilaku Kekerasan

6. Mempraktekkan Cara Mengontrol PK dengan Menarik Napas Dalam

Jumlah

9

Page 10: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

2. Kemampuan Nonverbal

No: Aspek yang DinilaiNama Klien

1. Paling semangat dalam mengikuti senam

2. Kooperatif

4. Mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

Jumlah

10

Page 11: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi

psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara

kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan

pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok ; tujuan

ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian

besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas

kolektif.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan

kesal atau marah yang tidak konstruktif.

11

Page 12: Proporsal JIwa - Terapi Aktifitas Kelompok

DAFTAR PUSTAKA

DepKes (2000). Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKes

Nurhasanah. J. dkk, (2006). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan.

Jakarta: TBK

Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. Dkk, (2007). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta:

EGC

Keliat, Akemat, (2004). Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok. Jakarta:

EGC

12