Upload
mataram-indonesia
View
237
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakokimia adalah terjemahan harfiah ”farmacochemie”
(Belanda). Dalam kepustakaan Anglo-Saxon tidak disebut farmakokimia
(Pharmaco-chemistry) tetapi disebut sebagai Kimia Medisinal (Medicinal
Chemistry), atau ”Kimia Farmasi” (Pharmaceutical Chemistry) sebagai
istilah lama yang masih digunakan. Terminologi farmakokimia
mempunyai keuntungan tambahan karena meliputi bidang-bidang
penelitian yang sebenarnya tidak dimasukkan dalam kimia medisinal.
Farmakokimia dideskripsikan dengan baik sebagai sains inter
disipliner dimana sains-sains dasar seperti ilmu kimia, biologi, juga ilmu
kedokteran bertemu dan berjalan terpadu. Berdasarkan keterpaduan
ini, farmakokimia meliputi riset atas semua aspek senyawa-senyawa
biologis aktif mulai dari tingkat pembuatan senyawa (isolasi, sintesis,
elusidasi struktur, uji biologis) sampai dengan interpretasi aksi obat
tingkat molekular.
Awalnya farmakokimia/kimia medisinal merupakan ilmu yang
mempelajari struktur kimia senyawa alam, kemudian dilakukan sintesis
efisien dan efektif. Proses selanjutnya berkembang ke arah hubungan
antara struktur kimia dan aktivitas biologis atau menggunakan
pendekatan biokimia. Hal ini bertujuan agar dapat ditemukan obat baru
yang lebih efektif aman dan spesifik serta minimumkan efek samping
dan toksisitas.
1
Dulu orang menemukan obat dengan pendekatan mencoba-coba.
Cara ini dirasa kurang menguntungkan, sebab itu kegiatan ini segera
ditinggalkan dalam bidang rancangan/disain obat dan diusahakan
penggunaan pendekatan penalaran rasional. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah penyederhanaan langkah melalui proses sintesis-
ujisintesis- uji, yang dapat memberi informasi tentang turunan struktur
molekul senyawa yang dapat mengubah hasil uji eksperimental.
Informasi ini menguraikan hubungan antara struktur dan aktivitas
biologis. Studi hubungan antara struktur dan aktivitas biologis
menghasilkan dua segi penting, yaitu: pertama, hubungan dapat
ditemukan antara sistematik perubahan struktural dalam seri molekul
dan pengamatan perubahan aktivitas biologis seri senyawa tersebut.
Hal ini secara langsung menjelaskan perubahan aktivitas biologis dalam
seri senyawa, yang dinyatakan dalam struktur kimia. Kedua, studi
hubungan antara struktur dan aktivitas dapat digunakan sebagai pola
penalaran dalam rancangan molekul baru yang lebih efektif. Penalaran
ini dikembangkan dari informasi tentang hubungan antara struktur dan
aktivitas.
Istilah obat dalam disain/rancangan obat tidak hanya meliputi
senyawa yang digunakan dalam diagnostika dan terapetika, tetapi
meliputi semua senyawa kimia yang dapat menimbulkan efek tertentu
pada sistem biologis. Obat meliputi racun pada umumnya dan senyawa
seperti insektisida, herbisida, fungisida, flavoran dan odoran, penarik
dan pengusir serangga, dan senyawa yang digunakan sebagai sarana
uji farmakologi dan fisiologi. Kadang-kadang digunakan istilah dadah
2
untuk mengganti istilah obat, karena mengandung pengertian yang
luas, atau menggunakan istilah farmaka, suatu istilah yang berasal dari
kata yunani pharmacon, yang berarti racun atau bahan aktif. Tetapi
banyak orang lebih senang menggunakan istilah obat, karena usaha
utamanya menemukan senyawa baru yang digunakan dalam
pengobatan (medicine).
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan sistematika modifikasi struktur molekul obat?
2. Bagaimana cara modifikasi struktur secara peragaman substitusi, pemsukan ikatan
rangkap, peragman struktur cincin, dan pemangkasan enambahan ukuran molekul?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adaah untuk mengetahui:
1. Tujuan sistematika modifikasi struktur molekul obat, dan
2. Bagaimana cara modifikasi struktur secara peragaman substitusi, pemasukan ikatan
rangkap, peragman struktur cincin, dan pemangkasan/penambahan ukuran molekul.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Sistematika Modifiksi Strukur Molekul Obat
Modifikasi struktur merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan obat
baru dengan aktifitas yang dikehendaki, antara lain yaitu meningkatkan aktivitas obat,
menurunkan efek samping atau toksisitas, meningkatkan selektivitas obat, meningkatkan
aspek ekonomis obat. Modifikasi molekul pada umumnya dilakukan dengan cara seleksi
atau sintesis “ obat lunak”, pembuatan pra-obat dan “obat target”, dan modifikasi molekul
obat yang telah diketahui aktivitas bologisnya.
4
Dari penelitian produk alam dan turunannya serta sejenis sintetiknya, dapat
dirumuskan suatu hipotesis tentang kemungkinan adanya hubungan antara struktur kimia
dan efek biologis seri senyawa tersebut. Pengamatan ini digunakan sebagai petunjuk
pemikiran dalam perencanaan struktur sebagai upaya menemukan obat baru yang lebih
poten, lebih spesifik, dan kurang toksis.
Variasi struktur mengakibatkan perubahan sifat fisika dan reaktivitas kimia, yang
mungkin menyebabkan perubahan distribusi dalam sel dan jaringan, perjalanan sampai ke
lokasi aktif dari enzim dan reseptor, laju reaksi dengan lokasi aktif, serta pola metabolism
dan ekskresi senyawa tersebut. Perubahan struktur kimia yang sangat kecil mungkin
menemukan efek biologis yang semula tersembunyi atau tertutup oleh efek yang lain.
Modifikasi mungkin menemukan efek samping yang semula tidak terduga, yang kemudian
efek samping tersebut dapat digunakan sebagai penuntun dalam disain/rancangan obat.
Modifikasi struktur diarahkan pada eksplorasi dan eksploitasi senyawa penuntun dengan
tujuan utama yaitu:
1. Usaha mengembangkan senyawa pengganti bagi senyawa yang telah ada, misalnya
produk alam seperti vitamin, hormon, neurotransmitor, dan lain-lain. Senyawa
pengganti harus lebih poten, aman, dan spesifik, serta efek samping lebih kecil.
2. Usaha mengubah spektrum senyawa penuntun. Usaha ini diarahkan untuk
mengubah agonis menjadi antagonis, seperti: hormon menjadi anti hormon,
kolinergik menjadi anti kolinergik,dan lain-lain. Usaha ini meliputi pula
menemukan spektrum baru, usaha memisahkan efek samping dan dikembangkan
menjadi efek terapetik, menggabungkan aksi obat yang berbeda dan mendapatkan
aksi selektif pada jenis atau organ organisme.
3. Usaha mengatur farmakokinetik senyawa. Usaha ini mengatur ketersediaan
biologis dengan cara memodifikasi molekul, meliputi usaha untuk mengatur
5
hubungan antara dosis dan efek, hubungan antara kadar dan waktu, distribusi obat
pada pelbagai kompartemen, usaha menimbulkan efek yang cepat pada pemberian
intravenus.
4. Menemukan gugus farmakoporin.
5. Menurunkan toksisitas dan efek samping obat, atau dengan kata lain mendapatkan
obat dengan indeks terapetik atau batas keamanan yang besar. Salah satu cara yang
digunakan untuk mendapatkan itu adalah dengan seleksi atau sintesis “obat lunak”.
Adanya variasi struktur dapat mengakibatkan perubahan pada:
1. Sifat fisika kimia, misalnya suatu senyawa dengan gugus karboksilat, kemudian
diubah mnjadi gugus ester, pastinya terkait sifat fisika kimia
2. Reaktivitas kimia, yang termasuk kedalam hal ini yang mengalami perubahan
antara lain distribusi dlm sel jaringn, perjalann sampai ke lokasi aksi, laju reaksi
dengan lokasi aksi, pola metabolisme dan sekresi
Modifiksi struktur mengakibatkan munculnya efek samping yang semula tidak
terduga. Akibatnya bisah dijadikan senyawa penuntun dalam perancangan obat. Dengan
demikian aktifitas biologisnya menjadi lebih nyata.
Ada beberapa hal yang termasuk dalam mengubah spectrum senyawa:
1. Agonis menjadi antagonis (awalnya stimulant menjadi inhibitor),
2. Efek samping menjadi efek terapi,
3. Peningkatan spectrum aktivitas,
4. Penggabungan aksi obat yang berbedah, dan
5. Peningkatan selektifitas pada jenis/organ organisme.
a. Seleksi obat lunak
6
Obat lunak adalah senyawa kimi ayang aktif secara biologis, dengan karakteristik
sesudah menimbulkan efek terapetik dirancang untuk pecah dalam tubuh, melalui
proses metabolisme dan dapat dikontrol dan diramalkan, menjadi senyawa non toksik,
yang secara biologis tidak aktif. Yang ideal adalah “obat lunak” tersebut dapat
diinaktifkan dalam satu tahap proses metabolisme. Menurut Bodor, keuntungan
penggunaan “obat lunak” antara lain:
- Meningkatkan bata keamanan obat,dengan cara menghilangkan pembentukan
senyawa antara yang reaktif atau toksik.
- Menghindari pembentukan metabolit aktif atau senyawa sekunder yang aktif.
- Menghilangkan kemungkinan terjadinya interaksi obat.
- Menyederhanakan sejumlah masalah farmakokinetik yang disebabkan oleh system
multi-komponen.
Penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa absorbs oral obat-obat basah
tertentu kemungkinan dapat ditingkatkan dengan membuatnya menjadi garam-garam
kuartener “lunak”, dengan cara mereaksikan ester α-klorometil dengan gugus aminoh
dan ikatan penghubung, melepaskan molekul aktif obat. Garam yang terbentuk tidak
seperti garam kuartener normal yang lain, misalnya R-N+ (CH3)3, dapat melepaskan
obat basah aktif setelah mengalami hidrolisis.
b. Pembuatan pra obat dan “obat target”
Pra obat adalah senyawa yang tidak aktif, dan bersifat labil, didalam tubuh akan
mengalami perubahn, melalui proses kimia atau enzimatik, menjadi senyawa induk
aktif dan kemudian bernteraksi dengan reseptor, menghasilan efek farmakologis. Pada
umumnya pra obat adalah molekul aktif ang digabungkan dengan gugus pembawa,
melalui reaksi esterifikasi, amidifikasi atau dihubungkan dengan suatu polimer,
menghasilkan senyawa dengan sifat lipofilik yang lebih besar. Di tubuh pra-obat
7
mengalami metabolism (hidrolisis), terjadi pemecahan ikatan penghubung, melepaskan
molekul aktif dengan gugus pembawa. Dalam pembuatan pra-obat harus diperhatikan
factor-faktor berikut:
- Hubungan antara molekul obat aktif dengan gugus pembawa pada umumnya
melalui ikatan kovalen.
- Pra- obat bersifat tidak aktif atau kurang aktif disbanding senyaa induk.
- Sintesis pra-obat harus mudah dilakukan, lebih baik bila hanya satu tahap sintesis,
dengan biaya yang murah.
- Hubungan antara senyawa induk dengan gugus pembawa harus dapat di pecah in
vivo, yang berarti pra-obat merupakan turunan obat yang bersifat bioreversibel.
- Gugus pembawa yang dilepaskan bersifat tidak toksik dan lebih baik secara
farmakologis tidak aktif.
- Pelepasa senyawa induk aktif harus dengan kinetika yang tepat untuk menjamin
kadar obat efektif pada reseptor dan memperkecil proses inaktivasi obat.
Tujuan utama pembuatan pra-obat adalah:
- mengubah sifat farmakokinetika obat pada in vivo, untuk meningkatkan absorbsi,
distribusi, metabolism, dan ekskresi obat, atau dengan kata lain untuk
meningkatkan ketersediaan biologis obat
- Meningkatkan sifat kelarutan dan kestabilan obat
- Meningkatkan kenyamanan pemakaian obat, misalnya menghilangkan bau atau
rasa yang tidak menyenangkan
- Menurunkan toksisitas dan efek samping obat
- Meningkatkan keselektifan obat atau meningkatkan kespesifikan reseptor obat
- Memperpanjang masa kerja obat.
8
B. Modifikasi Struktur Secara Peragaman Substituan, Pemasukan Ikatan Rangkap,
Peragaman Struktur Cincin, Dan Pemangkasan Penambahan Ukuran Molekul
1. Pemasukan ikatan rangkap
Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga karbon-karbon pada rantai alkil, menambah
ketegaran rantai alkil, menambah ketegaran rantai karbon, mengurangi kelenturan
rantai, dan terbentuk isomer cis-trans. Perubahan ini menyebabkan perubahan
aktivitas obat, karena terjadinya perubahan pada pusat aktif. Ikatan asetilena jauh
lebih pendek dibandingkan ikatan tunggal atau rangkap dua.
2. Perubahan cincin rantai
Perubahan cincin rantai tidak selalu menghasilkan senyawa dengan aktivitas yang
mirip. Misalnya antara amfetamin dengan tranilsipromina, ternyata amfetamin
menunjukkan aktivitas biologis yang berbeda dengan tranilsipromina.
Tranilsipromina menghambat enzim monoamin oksidase yang kuat, sedangkan
amfetamin merangsang susunan syaraf pusat dan penghambat monoamine
oksidasenya hanya 1/5000 kali tranilsipromina.
3. Pemasukan ikatan rangkap
Pemasukan ikatan rangkap dua atau tigaakan menambah kekauan atau mengurangi
kelenturan rantai C. bias juga akan membentuk isomerisme Cis-trans. Ikatan C
rangkp tiga lebih pendek dari yang rangkap dua dan ikatan tunggal sehingg
perubahan ini juga dapat merubah aktivitasnya. Contohnya saja efek hipotensif
yang dihasilkan dari heksametonium dengan adanya perubahan jenis ikatan.
4. Pemangkasan/penambahan ukuran molekul
Dalam metode pamangkasan dilakukan pemecahan, penyisipan atau pemotongan
bagian dari struktur molekul yang besar, melalui proses sintesis yang sistemik, dan
9
dievaluasi bagian struktur atau prototype analognya. Pada umumnya dilakukan
pada senyawa-senyawa produk alam, seperti kokain, tubokurarin, morfin, dan
kuanin. Contohnya penyederhanaan molekul kokain menjai benzokokain, prokain,
tetrakain, butetamin, amilokain, piperokain, dan miprilkain.
Pada metode adisi (penambahan), replikasi atau hibridisasi molekul senyawa
induk, mellui proses sintesi dan kemudian dievaluasi protitipe analog yang lebih
kompleks.
- Adisi molekul
Pada proses ini dilakukan penggabungan dua molekul senyawa dengan gugus
berbedah melalui ikatan yang relative lemah, seperti ikatan ion dan ikatan
hydrogen. Contohnya metenamin mendelat (gabungan metenamin dan asam
mandelat), dimenhidrinat (difenhidramin dan asam 8-kloroteofilinat), guatifilin
(gliserilguaiakolat dan teofilin), dan merkurifolin (merkuri organic dn teofilin).
- Replikasi molekul
Pda proses ini dilakukan penggabungan gugus ataumolekul yang identik,
melalui pembentukan ikatan kovalen atau jembatan gugus tertentu.
Penggabungan dua molekul identik disebut duplikasi, tiga molekul
identik :triplikasi, 4 molekul identik: tetraplikasi dan n-plikasi. Contoh
duplikasi molekul: dari sumber alam (dikumarol, β-karoten, spartein dan
xantosilin), dari proses sintesis (alverin, demekarium, suksinilkolin,
dekualinium klorida, diklorofen, disulfiram, fentiklor,
heksaklorofen,heksaflurenium bromide, heksoprenalin, pentamidin, stilbamidin
isetionat dan tiafibrat). Triplikasi molekul : pentrinitil dan tribenosid.
10
Tetraplikasi: pentaeritritol tetranitrat dan nikofurat. n-plikasi: simeticon dan
resin kolestriamin.
- Hibridisasi molekul
Pada proses ini dilakukan pengabungan gugus atau molekul yang berbeda
melalui pembentukan ikatan kovalen. Contohnya asetaminosalol (asetosal dan
asetaminofenum), febarbital (fenobarbital dan meprobamat), estramustin
(estradiol dan nitrogen mustar), piroksisilin (sulfasalazin dan amoksisilin),
prednimustin (prednisone dan klorambusil), sulfasalazin (sulfapiridin dan asam
aminosalisilat) dan sultamisilin (sulbaktam dan ampisilin.
BAB III
PENUTUP
Modifikasi struktur molekul obat bertujuan untuk usaha mengembangkan senyawa
pengganti bagi senyawa yang telah ada, usaha mengubah spektrum senyawa penuntun, dan
usaha mengatur farmakokinetik senyawa, dan menemukan gugus farmakoporin.
11
Modifikasi struktur dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu: peragaman substitusi,
pemasukan ikatan rangkap, peragaman struktur cincin, dan pemangkasan penambahan
ukuran molekul.
12