Upload
ahmad-kamarudin
View
1.386
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Priyo Susilo
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
MODUL II
DASAR HUKUM
1. UUD 1945 2. UU no.17 th.2003 tentang Keuangan Negara 3. UU no.1 th.2003 tentang Perbendaharaan Negara 4. UU no.15 th.2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung jawab
Keuangan Negara 5. UU no.32 th.2004 tentang Pemerintah Daerah 6. UU no.33 th.2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah 7. PP no.58 th.2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 8. Permendagri no.13 th.2006 dan perobahannya PP no.59 th 2007 jo. No.21
th.2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 9. PP No.71 th.2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Bahan bacaan
• Mardiasmo (2002), Otonomi & Manajmen Keungan Daerah
• Mahmudi (2010), Manajemen Keuangan Daerah• Chabib Soleh & Heru Rochmansyah (2010),
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah• Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan
Daerah(2012) penyunting Abdul Halim & Muhammad Iqbal
KEKUASAAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara)
PRESIDEN
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA
(PENGGUNA ANGGARAN/BARANG)
MENTERI KEUANGAN (PENGELOLA FISKAL DAN WAKIL PEMERINTAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN
NEGARA YANG DIPISAHKAN)
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA SELAKU KEPALA PEMERINTAHAN DAERAH UNTUK MENGELOLA
KEUANGAN DAERAH DAN MEWAKILI PEMERINTAH DAERAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN DAERAH
YANG DIPISAHKAN.
(1) Presiden Selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan
Pasal 6
(2)
Chief Operational Officer (COO) Chief Financial Officer (CFO)
DIKUASAKAN (b) DIKUASAKAN (a)
DISERAHKAN (c)
(1) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c :
a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD;
b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
UU No.17/ 2003 ps. 10 ayat (1)
Kepala Satuan Kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD.· antara lain melaksanakan fungsi
bendahara umum daerah.
Kepala Satuan Kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.· Selaku pejabat pengguna anggaran/ barang daerah.
GUBERNUR / BUPATI / WALIKOTA
Pengurusan Bendahara Pengurusan Administratif
PEMERINTAHAN DAERAH
PEMDA DPRD
APBD
SETWAN
EKSEKUTIF LEGISLATIF
PEMDA
• Perusda (BUMD)• Badan Pengelola• Koperasi• Yayasan
1. Kepala Daerah2. Satker (Dinas/ Badan/
Kantor)3. UPT (Unit Pelaksana Teknis)4. Badan Layanan Umum5. Bendahara Daerah
DPRD
1. Alat Kelengkapan DPRD
2. Fraksi
PEMERINTAHAN DAERAH
TIDAK DIPISAHKAN
PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH
DIPISAHKAN
Sekretariat
DPRD adalah Lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. (UU No.32 /2004 ps.1)
Penyelenggara pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah dan DPRD ( ps.19)
Ruang lingkup keuangan daerah• Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman• Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga• Penerimaan daerah• Pengeluaran daerah• Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
• Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum
Perkembangan Peraturan Perundangan Terkait Manajemen Keuangan Daerah
Aspek Utama Reformasi Manajemen Keuangan Daerah
Perubahan sistem anggaran dari sistem anggaran tradisional menjadi sistem anggaran berbasis Kinerja
Perubahan kelembagaan pengelolaan keungan daerah dari sentralisasi pada bagku Setda ke SKPD
Perubahan sistem akuntansi dari single entry menjadi double entry
Perubahan basis akuntansi dari basis kas (cash basis) menjadi basis akrual (accrual basis)
Paket Peraturan Perundangan yang menyeluruh dan komprehensif
UU No. 17/2003
• Tentang Keuangan Negara menggantikan ICW warisan Belanda
UU No. 1/2004
• Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 15/2004
• Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
UU No.25/2004
• Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
PP No.8/2006
Tentang Laporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
PP No.3/2007
Tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (LPPD) kpd Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
(LKPJ) kpd DPRD, dan Informasi LPPD kpd
masyarakat.
Permendagri No.13/2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
Permendagri No. 59/2007
Tentang Perubahan atas Permendagri No. 13/2006
UU No.32/2004• Tentang Pemerintahan
Daerah (revisi UU No. 22/1999)
UU No.33/2004• Tentang Perimbangan
Keuangan antara Permerintah dan Daerah (revisi UU No.25/1999)
PP No.24/2005 • Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah
PP No.58/2005• Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Perubahan Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Perubahan pengelolaan keuangan di Pemerintah Daerah dari Sistem Sentralisasi pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah menjadi sistem Desentralisasi ke masing-masing satuan kerja.
Konsekuensinya setiap SKPD harus menyelenggarakaan akuntansi dan menyusun laporan keuangan satuan kerja
bersangkutan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan
Bagian Keuangan (BKPD) selanjutnya mengkonsolidasikan laporan keuangan seluruh satuan kerja menjadi Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretariat Daerah selaku Kuasa Pemegang Kekuasaan Penglola Keuangan Daerah sekaligus merupakan
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (Biro/Bagian Keuangan) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sekaligus sbg Bendahara Umum Daerah (BUD)
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Barang
Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Bendahara Penerimaan/Pengeluaran SKPD
Bendahara Penerimaan/Pengeluaran Pembantu
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Pejabat yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah meliputi :
Perubahan sistem akuntansi keuangan daerah
Single Entry• Single Entry pada awalnya digunakan
sebagai dasar pembukuan karena single entry cukup mudah dan praktis.
• Seiring dengan semakin tingginya tuntutan diciptakannya good governance yang mensyaratkan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik, perubahan dari sistem single entry menjadi double entry dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan. Hal ini disebabkan penggunaan single entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif dan mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Single entry juga telah ditinggalkan oleh banyak negara maju.
Double Entry• Pengaplikasian pencatatan transaksi
dengan sistem double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah untuk dilakukan audit (auditable) dan pelacakan (traceable) antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan ekuitas organisasi. Kedua hal ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan sistem double entry, maka pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensif
PERUBAHAN DARI CASH BASIS MENJADI ACCRUAL BASIS
Cash Basis• Basis Kas (Cash Basis) mengakui dan
mencatat transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pencatatan akuntansi Basis Kas tidak mencatat utang, piutang dan aktiva secara komprehensif
• Terkait dengan penggunaan anggaran, akuntansi basis kas digunakan untuk menunjukkan ketaatan pada anggaran belanja (spending limits).
• Kelemahan mendasar akuntansi basis kas adalah menghasilkan laporan keuangan yang kurang komprehensif untuk pengambilan keputusan serta tidak dapat menggambarkan kinerja organisasi secara lebih baik. Basis Kas tidak mampu memberikan informasi aset, utang piutang dan ekuitas secara komprehensif.
Accrual Basis• Basis Akrual (Accrual Basis)
mengakui transaksi keuangan pada saat terjadinya, yaitu ketika sudah menjadi hak atau kewajibannya meskipun belum diterima atau dikeluarkan kasnya.
• Dengan Basis akrual organisasi akan mengakui adanya utang, piutang dan aset.
• Basis akrual pada organisasi sektor publik bermanfaat untuk menentukan cost of service dan charging for service, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta menentukan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Manajemen Pendapatan Daerah
Siklus Manajemen Pendapatan Daerah
Identifikasi Sumber Pendapatan
Identifikasi Pendapatan Pemerintah meliputi:
• Pendataan obyek pajak, subyek pajak dan wajib pajak
• Pendataan obyek Retribusi, subyek retribusi dan wajib retribusi
• Pendataan sumber penerimaan bukan pajak• Pendataan lain-lain pendapatan yang sah• Pendataan potensi pendapatan untuk
masing-masing jenis pendapatan
Sumber Pendapatan Daerah
I. Pendapatan Asli Daerah a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Bagian Laba Aset Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah
II. Transfer Pemerintah Pusat
a. Bagi Hasil Pajak b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam c. Dana Alokasi Umum d. Dana Alokasi Khusus e. Dana Otonomi Khusus f. Dana Penyesuaian
III. Transfer Pemerintah a. Bagi Hasil Pajak b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam c. Bagi Hasil Lainnya
IV. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Prinsip dasar manajemen penerimaan daerah Marketing mix Deskripsi
1Perluasan basis
penerimaan
1. Mengidentifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjring wajib pajak/retribusi baru2. Mengevaluasi tarif pajak/retribusi3. Meningkatkan basis data obyek pajak/retribusi4. Melakukan penilaian kembali (appraisal) atas obyek pajak/retibusi.
2Pengendalian
atas kebocoran pendapatan
1. Melakukan audit, baik rutin maupun insidental2. Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah3. Memberikan penghargaan yang memadai bagi masyarakat yang taat pajak dan sanksi
yang beratbagi yang tidak mematuhinya4. Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan
pendapatan
3
Peningkatan efisiensi administrasi pajak
1. Memperbaiki prosedur administrasi pajak sehingga lebih mudah dan sederhana2. Mengurangi biaya pemungutan pendapatan3. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti bank, kantor pos,koperasi, dan
pihak ketiga lainnya untuk memberi kemudahan dan kenyamanan dlm membayar pajak
4Transparansi
dan akuntabilitas
1. Adanya dukungan teknologi informasi untuk membangun SIM pendapatan Daerah2. Adanya staf yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai3. Tidak adanya korupsi sistemik di lingkungan entitas pengelola pendapatan daerah.
Prinsip Pajak DaerahPrinsip elastisitasPajak Daerah harus memberikan pendapatan yang cukup elastis, artinya mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.
Prinsip KeadilanPajak daerah harus memberikan keadilan, adil secara vertikal dalam arti sesuai dengan tingkatan sosial masyarakat, secara horizontal artinya berlaku sama bagi setiap anggota masyarakat. Prinsip kemudahan AdministrasiPajak daerah harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung, dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak. Prinsip Keberterimaan PolitisPajak daerah harus diterima secara politis oleh masyarakat, sehingga masyarakat sadar untuk membayar pajakPrinsip non distorsi terhadap perekonomianPajak daerah tidak menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian. Pajak daerah hendaknya tidak menimbulkan beban tambahan sehingga merugikan masyarakat dan perekonomian daerah
MANAJEMEN UTANG DAN INVESTASI DAERAH
HUTANG JANGKA PANJANGPinjaman yang dapat digunakan
untuk membiayai proyek penghasil pendapatan
Harus dengan persetujuan DPRDMasuk kategori Kewajiban Jangka Panjang, jatuh tempo lebih dari 1
tahun
HUTANG JANGKA MENENGAH Pinjaman yang dapat digunakan untuk membiayai proyek penghasil non pendapatan
Pengembalian tidak boleh melebihi masa jabatan keepala daerah
Dalam neraca masuk kategori Kewajiban Jangka Menengah
HUTANG JANGKA PENDEKPinjaman untuk menutupi defisit dalam aliran kas dan harus dikembalikan dalam
waktu setahun.
Dalam neraca, masuk dalam kategori Kewajiban jangka Pendek
Jatuh tempo kurang dari 1 tahun
Manajemen utang daerah
Manfaat Utang daerah• Memperbaiki struktur neraca• Memperbaiki struktur fiskal yaitu unntuk
pembiayaan anggaran defisit• Menjaga kesinambungan fiskal• Membiayai investasi yang membutuhkan dana
besar untuk akselerasi pembangunan• Membangun prasarana publik yang dapat
menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali utang
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi• Mengoptimalkan manajemen kas daerah
Resiko hutang
Hutang yang terlampau besar (over leverage) dapat melemahkan struktur fiskal.
Kegagalan membayar hutang
Kredit macet (non performing loan/NPL)
Penggelembungan hutang karena perubahan kurs mata uang
Jenis resiko yang perlu mendapat perhatian Pemda
•Resiko yang terjadi karena perubahan pasar, seperti perubahan tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang dan harga-harga komoditas .Resiko pasar (market risk)
•Resiko hutang yang terkait dengan diperpanjangnya hutang dengan biaya bungan yang tinggi atau tidak dapat diperpanjang sama sekali.
Resiko perpanjangan hutang (rollover risk)
•Resiko yang terkait dengan keadaan aset likuid yang tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban atau kesulitan organisasi untuk memperoleh tambahan kas.
Resiko likuiditas (liquidity risk)
•Resiko tidak terbayarnya utangResiko kredit (credit risk)
•Resiko perjanjian adalah kerugian potensial yang mungkin ditanggung pemerintah sebagai mitra jika gagal memenuhi ketentuan dalam perjanjian.
•
Resiko perjanjian (settlement risk)
•Resiko yang diakibatkan oleh kegagalan operasi , meliputi kesalahan transaksi, kelemahan sumber daya manusia, kegagalan sistem pengendalian internal dan bencana alam yang mempengaruhi operasional organisasi
Resiko operasional (operational risk)
•Resiko yang berkaitan dengan kesulitan akses pasar untuk memperoleh pembiayaan hutang ketika pemerintah memerlukan dana untuk pembiayaan anggaran
Resiko pendanaan (funding risk)
Menganalisis kondisi ekonomi makro nasional, regional dan internasional dan prediksi ke depan
Menganalisis nilai tukar (exchange rate) dan prediksi ke depan
Memprediksi dan mengantisipasi adanya kejutan eksternal (external shock) yang berpengaruh terhadap manajemen utang
Membuat schema tindakan perlindungan nilai utang (hedging)
Memprediksi dan mengantisipasi timbulnya hutang bersyarat (contingent liabilities)
Melakukan ujia kekuatan (strest test) terhadap portofolio utang yang saat ini dimilki
Analisis resiko
• Pinjaman diperoleh dengan biaya pinjaman yang rendah dan resiko yang dapat diterima
Efisiensi dan efektivitas biaya
• Prinsip kehati-hatian (prudence) menganjurkan agar proses pengambilan keputusan pengadaan pinjaman dengan hati-hati dan tidak spekulatif.Kehati-hatian
• Mempertimbangkan berbagai alternatif sumber dana, tingkat bunga dan jangka waktu yang berbeda-beda untuk memperoleh biaya pinjaman yang rendah.
• Memperluas basis investor dan kreditor Diversifikasi
• Dalam prinsip transparansi dan akuntabilitas masyarakat perlu mendapat informasi mengenai posisi hutang pemerintah saat ini dan proyeksi ke depan
Transparansi dan akuntabilitas
• Penerimaan hibah luar negeri tidak boleh didasari ikatan politik atau ikatan lainnya yang merugikan negaraBebas ikatan
• Pengadaan hutang harus dikaitkan dengan kemampuan membayar kembali, bersifat sementara dan tanpa ikatan apapun
Menjamin kesinambungan fiskal
• Pengadaan hutang dikelola dalam mekanisme APBD yang dalam pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk program dan proyek.Mekanisme APBD
• Kegiatan yang dibiayai dari hutang harus memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.
Menunjang pertumbuhan ekonomi
Prinsip Manajemen Hutang Daerah
Hutang jangka Panjang
Dalam negeri: melalui penerbitan obligasi daerah dalam mata uang Rupiah.Luar negeri: melalui perjanjian penerusan hutang (two step loan atau subsidiary loan agreement/SLA)
Hutang Jangka Pendek
Pemerintah pusat
Pemerintah daerah lain
Lembaga keuangan
dalam negeri
Sumber Hutang Daerah
Prosedur Hutang Daerah
Pros
edur
um
um
Wajib mendapatkan persetujuan DPRD kecuali pinjaman jangka
pendek dalam rangka manajemen kas
Atas dasar persetujuan DPRD diajukan kepada calon pemberi
hutang
Dituangkan dalam surat pejanjian hutang antara daerah dan pemberi hutang ditandatangani oleh Kepala
Daerah
Diumumkan dalam lembaran daerah
Prosedur hutang yang bersumber dari pemerintah pusat
Daerah mengajukan usulan kepada Menteri Keuangan disertai surat persetujuan DPRD, studi kelayakan dan
dokumen-dokumen lain untuk di evaluasi.
Perjanjian ditandatangani oleh Menteri Keuangan dan Kepala Daerah
Prosedur hutang yang bersumber dari luar negeri
Daerah mengajukan usulan hutang luar negeri kepada pemerintah pusat disertai perretujuan DPRD, studi kelayakan dan dokumen
yang diperlukan
Menteri Keuangan selanjutnya akan melakukan perjanjian
Penerusan hutang daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui perjanjian peneruan hutang antara Menteri
Keuangan dan Kepala Daerah.
Penerusan hutang dilakukan melalui lembaga keuangan independen yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Menteri
Keuangan.
Perjanjian penerusan pinjaman dapat dinytakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing
Pinjaman daerah
Pinjaman daerah
BUMD Sebagai
penyertaan Modal
PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH
Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota yang dapat dikuasakan kepada ketua PPKD selaku Bendahara Umum Daerah
OBLIGASI DAERAH
• Untuk pembiayaan keuangan daerah, pemerintah daerah dapat menerbitkan obligasi daerah dalam mata uang rupiah.
• Penerbitan obligasi daerah dapat dilakukan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan bagi daerah dan memberikan keuntungan bagi masyarakat.
• Obligasi daerah dapat berupa obligasi dengan sistem bunga (konvensional) dan obligasi berbasis syariah (sukuk).
Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko
Perencanaan dan penetapan struktur portofolio Pinjaman Daerah
Penerbitan obligasi daerah
Penjualan obligasi daerah melalui lelang dan atau tanpa lelang
Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo
Pelunasan
Aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana dan pasar sekunder obligasi daerah
Pengelolaan Obligasi Daerah meliputi :
SUKUK (OBLIGASI SYARIAH)
Sukuk (obligasi syariah) merupakan suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002).
Obligasi Mudharabah (Profit Sharing)
Obligasi Musyarakah (Profit & loss sharing)
Obligasi Ijarah (Sale & Lease Back/Head Lease & Sub Lease)
Obligasi Istishna ( Project Financing)
Obligasi Salam ( Forward Sale)
Jenis Obligasi Syariah
MANAJEMEN INVESTASI DAERAH
Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi.
Investasi daerah merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan di masa yang akan datang
Investasi Daerah
Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield)
Untuk keamanan aset daerah (safety)
Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas keuangan
Tujuan utama Investasi
Instrumen investasi apa yang akan dibeli
Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan
Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan
Seberapa besar manfaat dan resiko investasi
Kebijakan investasi
Investasi aset keuangan (financial assets)
deposito
saham
obligasi
sukuk
reksadana
Surat berharga lainnya
Penyertaan modal
Investasi aset non keuangan
Aset berwujud (tangible assets)• tanah dan bangunan• Jalan, irigasi dan jembatan • Infrastruktur dan jaringan• Mesin dan peralatan
Aset tidak berwujud (intangible assets)• Sumber Daya Manusia• Data base dan sistem informasi
RESIKO INVESTASI
• Resiko kegagalan peminjam untuk mengembalikan dana yang dipinjam pada saat jatuh tempo
• Resiko dapat diminimalisasi dengan analisis kredit secara cermatResiko kredit
• Kemudahan untuk menjual instrumen investasi sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian.
• Resiko dapat diperkecil dengan memilih instrumen investasi yang aktif di perdagangkan di pasar sekunder.
Resiko likuiditas
• Resiko terkait dengan penurunan nilai investasi karena terjadinya perubahan pasar keuangan
Resiko pasar dan suku bunga
• Resiko reinvestasi terjadi apabila pendapatan dari investasi tidak dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan dana pokok yang diinvestasikan .Resiko Reinvestasi
Legalitas• Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas (UU, PP dan Perda)
Keamanan • Investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan investasi
Likuiditas• Investasi yang likuid adalah investasi yang mudah untuk dicairkan kembali menjadi kas
Keuntungan• Investasi daerah harus memberikan keuntungan yang optimal
Kesesuaian• Tidak semua instrumen investasi cocok untuk investasi daerah
Prinsip manajemen investasi daerah
MANAJEMEN KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH
Kemitraan Pemerintah Daerah (local government partnership) merupakan program strategis yang penting dilakukan daerah sebab tidak mungkinseluruh permasalahan pembangunan masyarakat dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah sendiri.
Kemitraan daerah dengan berbagai pihak dapat menghemat APBD dan dapat melakukan akselerasi pembangunan
Kemitraan daerah mendorong partisipasi masyarakat dan mendorong berkembangnya sektor swasta
Kontrak pelayanan (service contract)
Kontrak pengelol
aan (manage
ment contract)
Kontrak sewa (lease
contract)
Bangun-kelola-
alih-milik (build,
operate, and
transfer)
Bangun, kelola, miliki,
alih milik (build,
operate, own, and transfer)
Konsesi (consession)
POLA KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH
Operasi - pemeliharaan
• Bentuk kemitraan merupakan kontrak pemerintah daerah dengan swasta untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas pelayanan publik.
• Dapat dilakukan pada fasilitas layanan publik umum seperti air, pengolahan limbah, pemeliharaan jalan, arena parkir, dan beberapa
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan
• Potensi meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan
• Penghematan biaya• Strukturisasi kontrak yang
fleksibel• Kepemilikan proyek oleh
pemda
kelemahan• Kontrak tidak bisa
dibatalkan• Adanya biaya masuk
kembali ke pasar apabila partner pailit
• Kurangnya kontrol kepemilikan dan kemampuan untuk merespon perubahan permintaan publik.
Desain – Bangun (Design-Build)
• Bentuk kemitraan : kontrak pemda dan swasta untuk melakukan desain dan membngun fasilitas sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan pemda, setelah jadi menjadi milik pemda.
• Pengoperasian oleh pemda• Infrastruktur publik, jalan, air, pengolahan
limbah, kolam renang dan fasilitas lainnya
Kelebihan kelemahan
Kelebihan • Memanfaatkan pengalaman
partner swasta.• Peluang inovasi dan
penghematan biaya• Fleksibilitas dalam
penyediaan• Peluang efisiensi konstruksi• Resiko ditanggung partner
swasta• Akuntabilitas lebih baik
Kelemahan • Berkurangnya kontrol
pemda• Kompleksitas prosedur
pelaksanaan• Biaya modal yang rendah
akan menyebabkan tingginya biaya operasi dan pemeliharaan
Operasi turnkey (turnkey operation)
• Kerjasama antara pemda dengan swasta yang didanai oleh pemda, pihak swasta melakukan desain, konstruksi dan operasi fasilitas publik untuk jangka waktu tertentu.
• Pengelolaan air bersih, kolam renang, padang golf dan pembangunan gedung
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Resiko konstruksi pada
partner swasta• Proposal yang diajukan bisa
sebagai alat kontrol• Meningkatkan kualitas
konstruksi• Manfaat untuk publik
karena efisiensi konstruksi dan operasi oleh swasta.
Kelemahan • Mengurangi kontrol pemda
terhadap operasi fasilitas publik
• Kompleksitas prosedur• Peningkatan biaya apabila
pihak swasta tidak dapat kerjasama dengan baik
• Pendanaan bergantung pada jenis infrastruktur.
Wrap around addition
• Merupakan kerjasama pemda dengan swasta yang didanai dan dibangun oleh pihak swasta.
• Pihak swasta menoperasikan sampai jangka waktu tertentu sampai modal dan keuntungan pihak swasta kembali.
• Pembangunan jalan, fasilitas air bersih, pengolahan limbah
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Pemda tidak perlu
menyediakan modal untuk peningkatan kualitas
• Resiko finansial ditanggung pihak swasta
• Peluang untuk melakukan pembangunan secara cepat
• Fleksibilitas dalam pengadaan.
Kelemahan • Peningkatan (up grade)
fasilitas tidak termasuk dalam kontrak dengan pihk swasta
• Kehilangan pengawasan terhadap proyek
• Kontrak yang kompleks.
Sewa – Beli (Leasing)
• Kemitraan pemda dengan swasta untuk melakukan desain, pembiayaan, dan pembangunan fasilitas untuk layanan publik.
• Pihak swasta kemudian menyewakan kepada pemda sampai dengan kepemilikan fasilitas menjadi milik pemerintah.
• Pembangunan gedung, armada kendaraan, fasilitas air bersih dan fasilitas komputer.
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Peningkatan efisiensi
konstruksi• Peluang untuk inovasi• Pembayaran sewa lebih rendah
daripada pembayaran hutang• Resiko ditanggung oleh pihak
swasta.• Kualitas layanan publik lebih
baik dengan biaya lebih rendah
Kelemahan • Berkurangnya pengawasan
terhadap layanan dan infrastruktur
Privatisasi Temporer
• Transfer kepemilikan fasilitas publik kepada pihak swasta yang melakukan peningkatan dan ekspansi terhadap fasilitas yang tersedia. Fasilitas dimiliki dan dioperasikan oleh pihak swasta sampai modal pihak swasta kembali ditambah keuntungan yang wajar.
• Pembangunan jalan, pengolahan limbah, fasilitas parkir gedung pemerintah.
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Transfer aset oleh pemda dapat
mengurangi biaya operasi oleh pemda
• Pihak swasta dapat menyediakan peningkatan efisiensi konstruksi terhadap pemda.
• Kemudahan akses terhadap modal pihak swasta dalam konstruksi dan operasi.
• Resiko operasional ditanggung pihak swasta.
Kelemahan • Berkurangnya kontrol pemda
terhadap fasilitas publik• Kontrak harus dibuat dengan
hati2 agar tidak merugikan pemda
• Pihak swasta dapat menentukan tarif konsumen.
• Hilangnya potensi pemda untuk memperluas kembali layanan.
• Pengalihan pegawai pemda.
Sewa/beli-bangun-operasi
• Kemitraan dalam bentuk pihak swasta menyewa dan/atau membeli fasilitas dari pemda, melakukan ekspansi, modernisasi kemudian mengoperasikan fasilitas berdasarkan kontrak.
• Penelolaan bandar udara, fasilitas rekreasi dll
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Pemda tidak memerlukan
modal untuk meningkatkan fasilitas.
• Pembiayaan resiko dapatbdialihkan padapihak swasta.
• Peluang peningkatan pendapatan pada pemda dan partner swasta.
Kelemahan • Berkurangnya kontrol
pemda terhadap infrastruktur dan fasilitas publik.
• Kesulitan dalam penilaian aset.
• Resiko kesalahan pemanfaatan dapat terjadi
Bangun-Operasi-Transfer
• BOT merupkan model kemitraan pemda dengan swasta dimana pihk swasta membiayai dan membangun fasilitas atau infrastruktur.
• Ketika selesai pihak swasta melakukan transfer kepada pemda.
• Pihak pemda menyewakan kembali kepada swasta sampai partner swasta memperoleh pengembalian investasi dan keuntungan yang wajar.
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Pemda dapat
mempertahankan kepemilikan asetnya
• Pemda mempertahankan otoritas terhadap kualitas layanan dan pembayarannya
• Pemda memiliki kontrol terhadap kinerja operasional, standar pelayanan dan perawatannya
Kelemahan • Jika kontraktor bangkrut
maka pemda harus melanjutkan operasi proyek dan memberikan subsidi
• Lebih rawan terjadi korupsi.
Bangun-Milik-Operasi-Transfer (BOOT)
• Bentuk kemitraan pemda dan swasta, dimana pihak swasta mendapatkan waralabaa eksklusif untuk pembiayaan, pembangunan, operasi, perawatan, pengaturan dan pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi investasinya.
• Dapat diaplikasikan pada seluruh fasilitas publik
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Memaksimalkan penggunaan
sumber pendanaan.• Masyarakat dapat menikmati
fasilitas tanpa mengeluarkan biaya tetap yang mahal dan tidak menanggung utang jangka panjang.
• Pembagian resiko dengan pihak swasta.
Kelemahan • Fasilitas dapat ditransfer
kembali kepada publik ketika fasilitas sedang digunakanta dapat menentukan namun biaya operasi meningkat.
• Publik kehilangan kontrol terhadap modal konstruksi dan operasi.
• Pihak swasta dapat menentukan ongkos yang dibayarkan konsumen.
Bangun-Miliki-Operasi (BOO)
• Kemitraan berupa transfer kepemilikan dan tanggungjawab fasilitas publik, dimana pihak swasta yang membangun kemudian memiliki dan mengoperasikan fasilitas baru dan pihak swasta juga membiayai pelaksanaan proyek.
Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan • Tidak ada keterlibatan
pemda dalam penyediaan dana dan operasi fasilitas.
• Pemda dapat mengatur jasa layanan yang disediakan sektor swasta.
• Tidak membutuhkan pendanaan pemda.
Kelemahan • Pihak swasta tidak
membangun fasilitas tersebut sebagai barang publik.
• Pemda tidak memiliki mekanisme untuk mengatur harga yang berlaku.
• Penyediaan fasilitas dibatasi oleh perda yang berlaku.
• Tidak ada kompetisi dalam penyediaan fasilitas publik ini