73
Priyo Susilo MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH MODUL II

Modul ii manajemen keuangan daerah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul ii manajemen keuangan daerah

Priyo Susilo

MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

MODUL II

Page 2: Modul ii manajemen keuangan daerah

DASAR HUKUM

1. UUD 1945 2. UU no.17 th.2003 tentang Keuangan Negara 3. UU no.1 th.2003 tentang Perbendaharaan Negara 4. UU no.15 th.2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung jawab

Keuangan Negara 5. UU no.32 th.2004 tentang Pemerintah Daerah 6. UU no.33 th.2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah 7. PP no.58 th.2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 8. Permendagri no.13 th.2006 dan perobahannya PP no.59 th 2007 jo. No.21

th.2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 9. PP No.71 th.2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Page 3: Modul ii manajemen keuangan daerah

Bahan bacaan

• Mardiasmo (2002), Otonomi & Manajmen Keungan Daerah

• Mahmudi (2010), Manajemen Keuangan Daerah• Chabib Soleh & Heru Rochmansyah (2010),

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah• Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan

Daerah(2012) penyunting Abdul Halim & Muhammad Iqbal

Page 4: Modul ii manajemen keuangan daerah

KEKUASAAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

Page 5: Modul ii manajemen keuangan daerah

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara)

PRESIDEN

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA

(PENGGUNA ANGGARAN/BARANG)

MENTERI KEUANGAN (PENGELOLA FISKAL DAN WAKIL PEMERINTAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN

NEGARA YANG DIPISAHKAN)

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA SELAKU KEPALA PEMERINTAHAN DAERAH UNTUK MENGELOLA

KEUANGAN DAERAH DAN MEWAKILI PEMERINTAH DAERAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN DAERAH

YANG DIPISAHKAN.

(1) Presiden Selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan

Pasal 6

(2)

Chief Operational Officer (COO) Chief Financial Officer (CFO)

DIKUASAKAN (b) DIKUASAKAN (a)

DISERAHKAN (c)

Page 6: Modul ii manajemen keuangan daerah

(1) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c :

a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD;

b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

UU No.17/ 2003 ps. 10 ayat (1)

Kepala Satuan Kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD.· antara lain melaksanakan fungsi

bendahara umum daerah.

Kepala Satuan Kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.· Selaku pejabat pengguna anggaran/ barang daerah.

GUBERNUR / BUPATI / WALIKOTA

Pengurusan Bendahara Pengurusan Administratif

Page 7: Modul ii manajemen keuangan daerah

PEMERINTAHAN DAERAH

PEMDA DPRD

APBD

SETWAN

EKSEKUTIF LEGISLATIF

Page 8: Modul ii manajemen keuangan daerah

PEMDA

• Perusda (BUMD)• Badan Pengelola• Koperasi• Yayasan

1. Kepala Daerah2. Satker (Dinas/ Badan/

Kantor)3. UPT (Unit Pelaksana Teknis)4. Badan Layanan Umum5. Bendahara Daerah

DPRD

1. Alat Kelengkapan DPRD

2. Fraksi

PEMERINTAHAN DAERAH

TIDAK DIPISAHKAN

PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH

DIPISAHKAN

Sekretariat

DPRD adalah Lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. (UU No.32 /2004 ps.1)

Penyelenggara pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah dan DPRD ( ps.19)

Page 9: Modul ii manajemen keuangan daerah

Ruang lingkup keuangan daerah• Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta

melakukan pinjaman• Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah

dan membayar tagihan pihak ketiga• Penerimaan daerah• Pengeluaran daerah• Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah

• Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum

Page 10: Modul ii manajemen keuangan daerah

Perkembangan Peraturan Perundangan Terkait Manajemen Keuangan Daerah

Page 11: Modul ii manajemen keuangan daerah

Aspek Utama Reformasi Manajemen Keuangan Daerah

Perubahan sistem anggaran dari sistem anggaran tradisional menjadi sistem anggaran berbasis Kinerja

Perubahan kelembagaan pengelolaan keungan daerah dari sentralisasi pada bagku Setda ke SKPD

Perubahan sistem akuntansi dari single entry menjadi double entry

Perubahan basis akuntansi dari basis kas (cash basis) menjadi basis akrual (accrual basis)

Page 12: Modul ii manajemen keuangan daerah

Paket Peraturan Perundangan yang menyeluruh dan komprehensif

UU No. 17/2003

• Tentang Keuangan Negara menggantikan ICW warisan Belanda

UU No. 1/2004

• Tentang Perbendaharaan Negara

UU No. 15/2004

• Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

UU No.25/2004

• Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

PP No.8/2006

Tentang Laporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah

PP No.3/2007

Tentang Laporan Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah (LPPD) kpd Pemerintah,

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

(LKPJ) kpd DPRD, dan Informasi LPPD kpd

masyarakat.

Permendagri No.13/2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah

Permendagri No. 59/2007

Tentang Perubahan atas Permendagri No. 13/2006

UU No.32/2004• Tentang Pemerintahan

Daerah (revisi UU No. 22/1999)

UU No.33/2004• Tentang Perimbangan

Keuangan antara Permerintah dan Daerah (revisi UU No.25/1999)

PP No.24/2005 • Tentang Standar Akuntansi

Pemerintah

PP No.58/2005• Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

Page 13: Modul ii manajemen keuangan daerah

Perubahan Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Perubahan pengelolaan keuangan di Pemerintah Daerah dari Sistem Sentralisasi pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah menjadi sistem Desentralisasi ke masing-masing satuan kerja.

Konsekuensinya setiap SKPD harus menyelenggarakaan akuntansi dan menyusun laporan keuangan satuan kerja

bersangkutan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan

Bagian Keuangan (BKPD) selanjutnya mengkonsolidasikan laporan keuangan seluruh satuan kerja menjadi Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Page 14: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Sekretariat Daerah selaku Kuasa Pemegang Kekuasaan Penglola Keuangan Daerah sekaligus merupakan

Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (Biro/Bagian Keuangan) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sekaligus sbg Bendahara Umum Daerah (BUD)

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Barang

Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah

Bendahara Penerimaan/Pengeluaran SKPD

Bendahara Penerimaan/Pengeluaran Pembantu

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

Pejabat yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah meliputi :

Page 15: Modul ii manajemen keuangan daerah

Perubahan sistem akuntansi keuangan daerah

Single Entry• Single Entry pada awalnya digunakan

sebagai dasar pembukuan karena single entry cukup mudah dan praktis.

• Seiring dengan semakin tingginya tuntutan diciptakannya good governance yang mensyaratkan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik, perubahan dari sistem single entry menjadi double entry dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan. Hal ini disebabkan penggunaan single entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif dan mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Single entry juga telah ditinggalkan oleh banyak negara maju.

Double Entry• Pengaplikasian pencatatan transaksi

dengan sistem double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah untuk dilakukan audit (auditable) dan pelacakan (traceable) antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan ekuitas organisasi. Kedua hal ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan sistem double entry, maka pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensif

Page 16: Modul ii manajemen keuangan daerah

PERUBAHAN DARI CASH BASIS MENJADI ACCRUAL BASIS

Cash Basis• Basis Kas (Cash Basis) mengakui dan

mencatat transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pencatatan akuntansi Basis Kas tidak mencatat utang, piutang dan aktiva secara komprehensif

• Terkait dengan penggunaan anggaran, akuntansi basis kas digunakan untuk menunjukkan ketaatan pada anggaran belanja (spending limits).

• Kelemahan mendasar akuntansi basis kas adalah menghasilkan laporan keuangan yang kurang komprehensif untuk pengambilan keputusan serta tidak dapat menggambarkan kinerja organisasi secara lebih baik. Basis Kas tidak mampu memberikan informasi aset, utang piutang dan ekuitas secara komprehensif.

Accrual Basis• Basis Akrual (Accrual Basis)

mengakui transaksi keuangan pada saat terjadinya, yaitu ketika sudah menjadi hak atau kewajibannya meskipun belum diterima atau dikeluarkan kasnya.

• Dengan Basis akrual organisasi akan mengakui adanya utang, piutang dan aset.

• Basis akrual pada organisasi sektor publik bermanfaat untuk menentukan cost of service dan charging for service, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta menentukan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.

Page 17: Modul ii manajemen keuangan daerah

Manajemen Pendapatan Daerah

Page 18: Modul ii manajemen keuangan daerah

Siklus Manajemen Pendapatan Daerah

Page 19: Modul ii manajemen keuangan daerah

Identifikasi Sumber Pendapatan

Identifikasi Pendapatan Pemerintah meliputi:

• Pendataan obyek pajak, subyek pajak dan wajib pajak

• Pendataan obyek Retribusi, subyek retribusi dan wajib retribusi

• Pendataan sumber penerimaan bukan pajak• Pendataan lain-lain pendapatan yang sah• Pendataan potensi pendapatan untuk

masing-masing jenis pendapatan

Page 20: Modul ii manajemen keuangan daerah

Sumber Pendapatan Daerah

I. Pendapatan Asli Daerah a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Bagian Laba Aset Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah

II. Transfer Pemerintah Pusat

a. Bagi Hasil Pajak b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam c. Dana Alokasi Umum d. Dana Alokasi Khusus e. Dana Otonomi Khusus f. Dana Penyesuaian

III. Transfer Pemerintah a. Bagi Hasil Pajak b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam c. Bagi Hasil Lainnya

IV. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Page 21: Modul ii manajemen keuangan daerah

Prinsip dasar manajemen penerimaan daerah Marketing mix Deskripsi

1Perluasan basis

penerimaan

1. Mengidentifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjring wajib pajak/retribusi baru2. Mengevaluasi tarif pajak/retribusi3. Meningkatkan basis data obyek pajak/retribusi4. Melakukan penilaian kembali (appraisal) atas obyek pajak/retibusi.

2Pengendalian

atas kebocoran pendapatan

1. Melakukan audit, baik rutin maupun insidental2. Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah3. Memberikan penghargaan yang memadai bagi masyarakat yang taat pajak dan sanksi

yang beratbagi yang tidak mematuhinya4. Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan

pendapatan

3

Peningkatan efisiensi administrasi pajak

1. Memperbaiki prosedur administrasi pajak sehingga lebih mudah dan sederhana2. Mengurangi biaya pemungutan pendapatan3. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti bank, kantor pos,koperasi, dan

pihak ketiga lainnya untuk memberi kemudahan dan kenyamanan dlm membayar pajak

4Transparansi

dan akuntabilitas

1. Adanya dukungan teknologi informasi untuk membangun SIM pendapatan Daerah2. Adanya staf yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai3. Tidak adanya korupsi sistemik di lingkungan entitas pengelola pendapatan daerah.

Page 22: Modul ii manajemen keuangan daerah

Prinsip Pajak DaerahPrinsip elastisitasPajak Daerah harus memberikan pendapatan yang cukup elastis, artinya mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.

Prinsip KeadilanPajak daerah harus memberikan keadilan, adil secara vertikal dalam arti sesuai dengan tingkatan sosial masyarakat, secara horizontal artinya berlaku sama bagi setiap anggota masyarakat. Prinsip kemudahan AdministrasiPajak daerah harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung, dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak. Prinsip Keberterimaan PolitisPajak daerah harus diterima secara politis oleh masyarakat, sehingga masyarakat sadar untuk membayar pajakPrinsip non distorsi terhadap perekonomianPajak daerah tidak menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian. Pajak daerah hendaknya tidak menimbulkan beban tambahan sehingga merugikan masyarakat dan perekonomian daerah

Page 23: Modul ii manajemen keuangan daerah
Page 24: Modul ii manajemen keuangan daerah

MANAJEMEN UTANG DAN INVESTASI DAERAH

Page 25: Modul ii manajemen keuangan daerah

HUTANG JANGKA PANJANGPinjaman yang dapat digunakan

untuk membiayai proyek penghasil pendapatan

Harus dengan persetujuan DPRDMasuk kategori Kewajiban Jangka Panjang, jatuh tempo lebih dari 1

tahun

HUTANG JANGKA MENENGAH Pinjaman yang dapat digunakan untuk membiayai proyek penghasil non pendapatan

Pengembalian tidak boleh melebihi masa jabatan keepala daerah

Dalam neraca masuk kategori Kewajiban Jangka Menengah

HUTANG JANGKA PENDEKPinjaman untuk menutupi defisit dalam aliran kas dan harus dikembalikan dalam

waktu setahun.

Dalam neraca, masuk dalam kategori Kewajiban jangka Pendek

Jatuh tempo kurang dari 1 tahun

Manajemen utang daerah

Page 26: Modul ii manajemen keuangan daerah

Manfaat Utang daerah• Memperbaiki struktur neraca• Memperbaiki struktur fiskal yaitu unntuk

pembiayaan anggaran defisit• Menjaga kesinambungan fiskal• Membiayai investasi yang membutuhkan dana

besar untuk akselerasi pembangunan• Membangun prasarana publik yang dapat

menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali utang

• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi• Mengoptimalkan manajemen kas daerah

Page 27: Modul ii manajemen keuangan daerah

Resiko hutang

Hutang yang terlampau besar (over leverage) dapat melemahkan struktur fiskal.

Kegagalan membayar hutang

Kredit macet (non performing loan/NPL)

Penggelembungan hutang karena perubahan kurs mata uang

Page 28: Modul ii manajemen keuangan daerah

Jenis resiko yang perlu mendapat perhatian Pemda

•Resiko yang terjadi karena perubahan pasar, seperti perubahan tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang dan harga-harga komoditas .Resiko pasar (market risk)

•Resiko hutang yang terkait dengan diperpanjangnya hutang dengan biaya bungan yang tinggi atau tidak dapat diperpanjang sama sekali.

Resiko perpanjangan hutang (rollover risk)

•Resiko yang terkait dengan keadaan aset likuid yang tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban atau kesulitan organisasi untuk memperoleh tambahan kas.

Resiko likuiditas (liquidity risk)

•Resiko tidak terbayarnya utangResiko kredit (credit risk)

•Resiko perjanjian adalah kerugian potensial yang mungkin ditanggung pemerintah sebagai mitra jika gagal memenuhi ketentuan dalam perjanjian.

Resiko perjanjian (settlement risk)

•Resiko yang diakibatkan oleh kegagalan operasi , meliputi kesalahan transaksi, kelemahan sumber daya manusia, kegagalan sistem pengendalian internal dan bencana alam yang mempengaruhi operasional organisasi

Resiko operasional (operational risk)

•Resiko yang berkaitan dengan kesulitan akses pasar untuk memperoleh pembiayaan hutang ketika pemerintah memerlukan dana untuk pembiayaan anggaran

Resiko pendanaan (funding risk)

Page 29: Modul ii manajemen keuangan daerah

Menganalisis kondisi ekonomi makro nasional, regional dan internasional dan prediksi ke depan

Menganalisis nilai tukar (exchange rate) dan prediksi ke depan

Memprediksi dan mengantisipasi adanya kejutan eksternal (external shock) yang berpengaruh terhadap manajemen utang

Membuat schema tindakan perlindungan nilai utang (hedging)

Memprediksi dan mengantisipasi timbulnya hutang bersyarat (contingent liabilities)

Melakukan ujia kekuatan (strest test) terhadap portofolio utang yang saat ini dimilki

Analisis resiko

Page 30: Modul ii manajemen keuangan daerah

• Pinjaman diperoleh dengan biaya pinjaman yang rendah dan resiko yang dapat diterima

Efisiensi dan efektivitas biaya

• Prinsip kehati-hatian (prudence) menganjurkan agar proses pengambilan keputusan pengadaan pinjaman dengan hati-hati dan tidak spekulatif.Kehati-hatian

• Mempertimbangkan berbagai alternatif sumber dana, tingkat bunga dan jangka waktu yang berbeda-beda untuk memperoleh biaya pinjaman yang rendah.

• Memperluas basis investor dan kreditor Diversifikasi

• Dalam prinsip transparansi dan akuntabilitas masyarakat perlu mendapat informasi mengenai posisi hutang pemerintah saat ini dan proyeksi ke depan

Transparansi dan akuntabilitas

• Penerimaan hibah luar negeri tidak boleh didasari ikatan politik atau ikatan lainnya yang merugikan negaraBebas ikatan

• Pengadaan hutang harus dikaitkan dengan kemampuan membayar kembali, bersifat sementara dan tanpa ikatan apapun

Menjamin kesinambungan fiskal

• Pengadaan hutang dikelola dalam mekanisme APBD yang dalam pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk program dan proyek.Mekanisme APBD

• Kegiatan yang dibiayai dari hutang harus memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.

Menunjang pertumbuhan ekonomi

Prinsip Manajemen Hutang Daerah

Page 31: Modul ii manajemen keuangan daerah

Hutang jangka Panjang

Dalam negeri: melalui penerbitan obligasi daerah dalam mata uang Rupiah.Luar negeri: melalui perjanjian penerusan hutang (two step loan atau subsidiary loan agreement/SLA)

Hutang Jangka Pendek

Pemerintah pusat

Pemerintah daerah lain

Lembaga keuangan

dalam negeri

Sumber Hutang Daerah

Page 32: Modul ii manajemen keuangan daerah

Prosedur Hutang Daerah

Page 33: Modul ii manajemen keuangan daerah

Pros

edur

um

um

Wajib mendapatkan persetujuan DPRD kecuali pinjaman jangka

pendek dalam rangka manajemen kas

Atas dasar persetujuan DPRD diajukan kepada calon pemberi

hutang

Dituangkan dalam surat pejanjian hutang antara daerah dan pemberi hutang ditandatangani oleh Kepala

Daerah

Diumumkan dalam lembaran daerah

Page 34: Modul ii manajemen keuangan daerah

Prosedur hutang yang bersumber dari pemerintah pusat

Daerah mengajukan usulan kepada Menteri Keuangan disertai surat persetujuan DPRD, studi kelayakan dan

dokumen-dokumen lain untuk di evaluasi.

Perjanjian ditandatangani oleh Menteri Keuangan dan Kepala Daerah

Page 35: Modul ii manajemen keuangan daerah

Prosedur hutang yang bersumber dari luar negeri

Daerah mengajukan usulan hutang luar negeri kepada pemerintah pusat disertai perretujuan DPRD, studi kelayakan dan dokumen

yang diperlukan

Menteri Keuangan selanjutnya akan melakukan perjanjian

Penerusan hutang daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui perjanjian peneruan hutang antara Menteri

Keuangan dan Kepala Daerah.

Penerusan hutang dilakukan melalui lembaga keuangan independen yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Menteri

Keuangan.

Perjanjian penerusan pinjaman dapat dinytakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing

Page 36: Modul ii manajemen keuangan daerah

Pinjaman daerah

Pinjaman daerah

BUMD Sebagai

penyertaan Modal

Page 37: Modul ii manajemen keuangan daerah

PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH

Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota yang dapat dikuasakan kepada ketua PPKD selaku Bendahara Umum Daerah

Page 38: Modul ii manajemen keuangan daerah

OBLIGASI DAERAH

• Untuk pembiayaan keuangan daerah, pemerintah daerah dapat menerbitkan obligasi daerah dalam mata uang rupiah.

• Penerbitan obligasi daerah dapat dilakukan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan bagi daerah dan memberikan keuntungan bagi masyarakat.

• Obligasi daerah dapat berupa obligasi dengan sistem bunga (konvensional) dan obligasi berbasis syariah (sukuk).

Page 39: Modul ii manajemen keuangan daerah

Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko

Perencanaan dan penetapan struktur portofolio Pinjaman Daerah

Penerbitan obligasi daerah

Penjualan obligasi daerah melalui lelang dan atau tanpa lelang

Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo

Pelunasan

Aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana dan pasar sekunder obligasi daerah

Pengelolaan Obligasi Daerah meliputi :

Page 40: Modul ii manajemen keuangan daerah

SUKUK (OBLIGASI SYARIAH)

Sukuk (obligasi syariah) merupakan suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002).

Page 41: Modul ii manajemen keuangan daerah

Obligasi Mudharabah (Profit Sharing)

Obligasi Musyarakah (Profit & loss sharing)

Obligasi Ijarah (Sale & Lease Back/Head Lease & Sub Lease)

Obligasi Istishna ( Project Financing)

Obligasi Salam ( Forward Sale)

Jenis Obligasi Syariah

Page 42: Modul ii manajemen keuangan daerah

MANAJEMEN INVESTASI DAERAH

Page 43: Modul ii manajemen keuangan daerah

Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi.

Investasi daerah merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan di masa yang akan datang

Investasi Daerah

Page 44: Modul ii manajemen keuangan daerah

Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield)

Untuk keamanan aset daerah (safety)

Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas keuangan

Tujuan utama Investasi

Page 45: Modul ii manajemen keuangan daerah

Instrumen investasi apa yang akan dibeli

Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan

Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan

Seberapa besar manfaat dan resiko investasi

Kebijakan investasi

Page 46: Modul ii manajemen keuangan daerah

Investasi aset keuangan (financial assets)

deposito

saham

obligasi

sukuk

reksadana

Surat berharga lainnya

Penyertaan modal

Investasi aset non keuangan

Aset berwujud (tangible assets)• tanah dan bangunan• Jalan, irigasi dan jembatan • Infrastruktur dan jaringan• Mesin dan peralatan

Aset tidak berwujud (intangible assets)• Sumber Daya Manusia• Data base dan sistem informasi

Page 47: Modul ii manajemen keuangan daerah

RESIKO INVESTASI

Page 48: Modul ii manajemen keuangan daerah

• Resiko kegagalan peminjam untuk mengembalikan dana yang dipinjam pada saat jatuh tempo

• Resiko dapat diminimalisasi dengan analisis kredit secara cermatResiko kredit

• Kemudahan untuk menjual instrumen investasi sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian.

• Resiko dapat diperkecil dengan memilih instrumen investasi yang aktif di perdagangkan di pasar sekunder.

Resiko likuiditas

• Resiko terkait dengan penurunan nilai investasi karena terjadinya perubahan pasar keuangan

Resiko pasar dan suku bunga

• Resiko reinvestasi terjadi apabila pendapatan dari investasi tidak dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan dana pokok yang diinvestasikan .Resiko Reinvestasi

Page 49: Modul ii manajemen keuangan daerah

Legalitas• Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas (UU, PP dan Perda)

Keamanan • Investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan investasi

Likuiditas• Investasi yang likuid adalah investasi yang mudah untuk dicairkan kembali menjadi kas

Keuntungan• Investasi daerah harus memberikan keuntungan yang optimal

Kesesuaian• Tidak semua instrumen investasi cocok untuk investasi daerah

Prinsip manajemen investasi daerah

Page 50: Modul ii manajemen keuangan daerah

MANAJEMEN KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH

Kemitraan Pemerintah Daerah (local government partnership) merupakan program strategis yang penting dilakukan daerah sebab tidak mungkinseluruh permasalahan pembangunan masyarakat dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah sendiri.

Kemitraan daerah dengan berbagai pihak dapat menghemat APBD dan dapat melakukan akselerasi pembangunan

Kemitraan daerah mendorong partisipasi masyarakat dan mendorong berkembangnya sektor swasta

Page 51: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kontrak pelayanan (service contract)

Kontrak pengelol

aan (manage

ment contract)

Kontrak sewa (lease

contract)

Bangun-kelola-

alih-milik (build,

operate, and

transfer)

Bangun, kelola, miliki,

alih milik (build,

operate, own, and transfer)

Konsesi (consession)

POLA KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH

Page 52: Modul ii manajemen keuangan daerah
Page 53: Modul ii manajemen keuangan daerah

Operasi - pemeliharaan

• Bentuk kemitraan merupakan kontrak pemerintah daerah dengan swasta untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas pelayanan publik.

• Dapat dilakukan pada fasilitas layanan publik umum seperti air, pengolahan limbah, pemeliharaan jalan, arena parkir, dan beberapa

Page 54: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan

• Potensi meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan

• Penghematan biaya• Strukturisasi kontrak yang

fleksibel• Kepemilikan proyek oleh

pemda

kelemahan• Kontrak tidak bisa

dibatalkan• Adanya biaya masuk

kembali ke pasar apabila partner pailit

• Kurangnya kontrol kepemilikan dan kemampuan untuk merespon perubahan permintaan publik.

Page 55: Modul ii manajemen keuangan daerah

Desain – Bangun (Design-Build)

• Bentuk kemitraan : kontrak pemda dan swasta untuk melakukan desain dan membngun fasilitas sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan pemda, setelah jadi menjadi milik pemda.

• Pengoperasian oleh pemda• Infrastruktur publik, jalan, air, pengolahan

limbah, kolam renang dan fasilitas lainnya

Page 56: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan kelemahan

Kelebihan • Memanfaatkan pengalaman

partner swasta.• Peluang inovasi dan

penghematan biaya• Fleksibilitas dalam

penyediaan• Peluang efisiensi konstruksi• Resiko ditanggung partner

swasta• Akuntabilitas lebih baik

Kelemahan • Berkurangnya kontrol

pemda• Kompleksitas prosedur

pelaksanaan• Biaya modal yang rendah

akan menyebabkan tingginya biaya operasi dan pemeliharaan

Page 57: Modul ii manajemen keuangan daerah

Operasi turnkey (turnkey operation)

• Kerjasama antara pemda dengan swasta yang didanai oleh pemda, pihak swasta melakukan desain, konstruksi dan operasi fasilitas publik untuk jangka waktu tertentu.

• Pengelolaan air bersih, kolam renang, padang golf dan pembangunan gedung

Page 58: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Resiko konstruksi pada

partner swasta• Proposal yang diajukan bisa

sebagai alat kontrol• Meningkatkan kualitas

konstruksi• Manfaat untuk publik

karena efisiensi konstruksi dan operasi oleh swasta.

Kelemahan • Mengurangi kontrol pemda

terhadap operasi fasilitas publik

• Kompleksitas prosedur• Peningkatan biaya apabila

pihak swasta tidak dapat kerjasama dengan baik

• Pendanaan bergantung pada jenis infrastruktur.

Page 59: Modul ii manajemen keuangan daerah

Wrap around addition

• Merupakan kerjasama pemda dengan swasta yang didanai dan dibangun oleh pihak swasta.

• Pihak swasta menoperasikan sampai jangka waktu tertentu sampai modal dan keuntungan pihak swasta kembali.

• Pembangunan jalan, fasilitas air bersih, pengolahan limbah

Page 60: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Pemda tidak perlu

menyediakan modal untuk peningkatan kualitas

• Resiko finansial ditanggung pihak swasta

• Peluang untuk melakukan pembangunan secara cepat

• Fleksibilitas dalam pengadaan.

Kelemahan • Peningkatan (up grade)

fasilitas tidak termasuk dalam kontrak dengan pihk swasta

• Kehilangan pengawasan terhadap proyek

• Kontrak yang kompleks.

Page 61: Modul ii manajemen keuangan daerah

Sewa – Beli (Leasing)

• Kemitraan pemda dengan swasta untuk melakukan desain, pembiayaan, dan pembangunan fasilitas untuk layanan publik.

• Pihak swasta kemudian menyewakan kepada pemda sampai dengan kepemilikan fasilitas menjadi milik pemerintah.

• Pembangunan gedung, armada kendaraan, fasilitas air bersih dan fasilitas komputer.

Page 62: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Peningkatan efisiensi

konstruksi• Peluang untuk inovasi• Pembayaran sewa lebih rendah

daripada pembayaran hutang• Resiko ditanggung oleh pihak

swasta.• Kualitas layanan publik lebih

baik dengan biaya lebih rendah

Kelemahan • Berkurangnya pengawasan

terhadap layanan dan infrastruktur

Page 63: Modul ii manajemen keuangan daerah

Privatisasi Temporer

• Transfer kepemilikan fasilitas publik kepada pihak swasta yang melakukan peningkatan dan ekspansi terhadap fasilitas yang tersedia. Fasilitas dimiliki dan dioperasikan oleh pihak swasta sampai modal pihak swasta kembali ditambah keuntungan yang wajar.

• Pembangunan jalan, pengolahan limbah, fasilitas parkir gedung pemerintah.

Page 64: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Transfer aset oleh pemda dapat

mengurangi biaya operasi oleh pemda

• Pihak swasta dapat menyediakan peningkatan efisiensi konstruksi terhadap pemda.

• Kemudahan akses terhadap modal pihak swasta dalam konstruksi dan operasi.

• Resiko operasional ditanggung pihak swasta.

Kelemahan • Berkurangnya kontrol pemda

terhadap fasilitas publik• Kontrak harus dibuat dengan

hati2 agar tidak merugikan pemda

• Pihak swasta dapat menentukan tarif konsumen.

• Hilangnya potensi pemda untuk memperluas kembali layanan.

• Pengalihan pegawai pemda.

Page 65: Modul ii manajemen keuangan daerah

Sewa/beli-bangun-operasi

• Kemitraan dalam bentuk pihak swasta menyewa dan/atau membeli fasilitas dari pemda, melakukan ekspansi, modernisasi kemudian mengoperasikan fasilitas berdasarkan kontrak.

• Penelolaan bandar udara, fasilitas rekreasi dll

Page 66: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Pemda tidak memerlukan

modal untuk meningkatkan fasilitas.

• Pembiayaan resiko dapatbdialihkan padapihak swasta.

• Peluang peningkatan pendapatan pada pemda dan partner swasta.

Kelemahan • Berkurangnya kontrol

pemda terhadap infrastruktur dan fasilitas publik.

• Kesulitan dalam penilaian aset.

• Resiko kesalahan pemanfaatan dapat terjadi

Page 67: Modul ii manajemen keuangan daerah

Bangun-Operasi-Transfer

• BOT merupkan model kemitraan pemda dengan swasta dimana pihk swasta membiayai dan membangun fasilitas atau infrastruktur.

• Ketika selesai pihak swasta melakukan transfer kepada pemda.

• Pihak pemda menyewakan kembali kepada swasta sampai partner swasta memperoleh pengembalian investasi dan keuntungan yang wajar.

Page 68: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Pemda dapat

mempertahankan kepemilikan asetnya

• Pemda mempertahankan otoritas terhadap kualitas layanan dan pembayarannya

• Pemda memiliki kontrol terhadap kinerja operasional, standar pelayanan dan perawatannya

Kelemahan • Jika kontraktor bangkrut

maka pemda harus melanjutkan operasi proyek dan memberikan subsidi

• Lebih rawan terjadi korupsi.

Page 69: Modul ii manajemen keuangan daerah

Bangun-Milik-Operasi-Transfer (BOOT)

• Bentuk kemitraan pemda dan swasta, dimana pihak swasta mendapatkan waralabaa eksklusif untuk pembiayaan, pembangunan, operasi, perawatan, pengaturan dan pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi investasinya.

• Dapat diaplikasikan pada seluruh fasilitas publik

Page 70: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Memaksimalkan penggunaan

sumber pendanaan.• Masyarakat dapat menikmati

fasilitas tanpa mengeluarkan biaya tetap yang mahal dan tidak menanggung utang jangka panjang.

• Pembagian resiko dengan pihak swasta.

Kelemahan • Fasilitas dapat ditransfer

kembali kepada publik ketika fasilitas sedang digunakanta dapat menentukan namun biaya operasi meningkat.

• Publik kehilangan kontrol terhadap modal konstruksi dan operasi.

• Pihak swasta dapat menentukan ongkos yang dibayarkan konsumen.

Page 71: Modul ii manajemen keuangan daerah

Bangun-Miliki-Operasi (BOO)

• Kemitraan berupa transfer kepemilikan dan tanggungjawab fasilitas publik, dimana pihak swasta yang membangun kemudian memiliki dan mengoperasikan fasilitas baru dan pihak swasta juga membiayai pelaksanaan proyek.

Page 72: Modul ii manajemen keuangan daerah

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan • Tidak ada keterlibatan

pemda dalam penyediaan dana dan operasi fasilitas.

• Pemda dapat mengatur jasa layanan yang disediakan sektor swasta.

• Tidak membutuhkan pendanaan pemda.

Kelemahan • Pihak swasta tidak

membangun fasilitas tersebut sebagai barang publik.

• Pemda tidak memiliki mekanisme untuk mengatur harga yang berlaku.

• Penyediaan fasilitas dibatasi oleh perda yang berlaku.

• Tidak ada kompetisi dalam penyediaan fasilitas publik ini

Page 73: Modul ii manajemen keuangan daerah