41
PANCASILA EKSEKUTIF DALAM UUD 1945 DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 AGRIBISNIS B KETUA : NAOMI SUZETTE (B-128) SEKRETARIS : FIKIA D. M. (B-134) PENYAJI : 1. IQBAL MUSTHOFA (B-136) 2. WIDAD UMAIMAH (B-126) 3. WIDYA ARISTA A. (B-133) MODERATOR : DEVA FIRSTIAN (B-144) OPERATOR : NADHILA CHAIRUNISA (B-127) JURI : 1. AMELIA DEWI U. (B-142) 2. FARRAS AULIA (B-131) NOTULIS : SOVERANI O. (B-143) KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Eksekutif dalam UUD 1945

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Eksekutif dalam UUD 1945

PANCASILA

EKSEKUTIF DALAM UUD 1945

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 AGRIBISNIS B

KETUA : NAOMI SUZETTE (B-128)

SEKRETARIS : FIKIA D. M. (B-134)

PENYAJI : 1. IQBAL MUSTHOFA (B-136)

2. WIDAD UMAIMAH (B-126)

3. WIDYA ARISTA A. (B-133)

MODERATOR : DEVA FIRSTIAN (B-144)

OPERATOR : NADHILA CHAIRUNISA (B-127)

JURI : 1. AMELIA DEWI U. (B-142)

2. FARRAS AULIA (B-131)

NOTULIS : SOVERANI O. (B-143)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

SUMEDANG 2014

Page 2: Eksekutif dalam UUD 1945

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Eksekutif dalam UUD 1945

ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila pada tahun ajaran 2014.

Terima kasih kepada Bapak Selamet selaku dosen mata kuliah Pancasila atas

bimbingannya dalam menyusun makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada

rekan-rekan yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini hingga dapat

diselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami

mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini

dapat memberikan informasi serta dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan

peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penyusun

Page 3: Eksekutif dalam UUD 1945

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR …………………………………………………………………………..………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………………………………………………… 1

1.3 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………….. 2

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ………………........3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 LEMBAGA EKSEKUTIF …………………………..………………………………………………………….... 4

3.2 FUNGSI BADAN EKSEKUTIF ………………………………………………………………………………… 8

3.3. PERKEMBANGAN KEKUASAAN EKSEKUTIF DI INDONESIA …………………………………….12

3.4. KLASIFIKASI PASAL UUD 1945 YANG MEMUAT TENTANG BADAN EKSEKUTIF ………16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……..………………………………………………………………………….....26

BAB V DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…….....................................….27

Page 4: Eksekutif dalam UUD 1945

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, sistem kenegaraan mengikuti pola pembagian kekuasaan dalam

pemerintahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Montesquieu dengan teori Trias

Politika yang merupakan pengembangan dari doktrin awalnya oleh John Locke.

Menurutnya, pada setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif,

eksekutif, dan yudikatif. Ketiga jenis kekuatan tersebut terpisah satu sama lainnya, baik

mengenai tugas maupun mengenai alat perlengkapan yang melakukannya.

Dalam perjalananya, sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami

perubahan yang sangat mendasar terutama sejak adanya amandemen UUD 1945 yang

dilakukan MPR pasca Orde Baru. Sejak lengsernya Orde Baru, telah terjadi empat kali

amandemen UUD 1945. Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan negara

dalam UUD 1945 adalah Lembaga Kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK, dan Kekuasaan

Kehakiman. Setelah amandemen keseluruhan terhadap UUD 1945, alat kelengkapan

negara yang disebut dengan lembaga tinggi negara menjadi delapan lembaga, yakni

MPR, DPR, DPD, dan Presiden, MA, MK, KY, dan BPK. Posisi masing-masing lembaga

setara, yaitu sebagai lembaga tinggi negara yang memiliki korelasi satu sama lain dalam

menjalankan fungsi check and balance antar lembaga tinggi tersebut. Tugas pokok,

wewenang, fungsi, dan hak lembaga tinggi negara Indonesia yang dikelompokkan dalam

lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dapat kita temukan dalam UUD 1945 yang

telah diamandemen sebanyak empat kali tersebut.

1.2. Identifikasi Makalah

1. Apa itu Trias Politica?

2. Bagaimana pengklasifikasian isi UUD 1945 tentang kelembagaan Eksekutif di Indonesia?

Page 5: Eksekutif dalam UUD 1945

3. Apa yang dimaksud Lembaga Eksekutif?

4. Apa fungsi Lembaga Eksekutif?

5. Bagaimana perkembangan kekuasaan eksekutif di Indonesia?

1.3. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui bagaimana

pengklasifikasian kekuasaan di Indonesia. Untuk mengetahui apa itu lembaga eksekutif. Untuk

mendeskripsikan pengklasifikasian isi UUD 1945 tentang kelembagaan Eksekutif di Indonesia.

Page 6: Eksekutif dalam UUD 1945

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. SISTIM PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT UUD 1945

Pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis besarnya dalam

susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah bersumber

kepada susunan ketatanegaraan Indonesia asliyang dipengaruhi besar oleh pikiran-

pikiran falsafah negara Inggris, Perancis, Arab, Amerika Serikat dan Rusia. Aliran pikiran

itu oleh Indonesia dan yang datang dari luar, diperhatikan sungguh-sungguh dalam

pengupasan ketatanegaraan ini, semata-mata untuk menjelaskan pembagian kekuasaan

pemerintahan menurut konstitusi proklamasi.

Ajaran Trias Politica diluar negeri pada hakikatnya mendahulukan dasar

pembagian kekuasaan dan pembagian atas tiga cabang kekuasaan (Trias Politica) adalah

hanya akibat dari pemikiran ketatanegaraan untuk memberantas tindakan sewenang-

wenang pemerintah dan untuk menjamin kebebasan rakyat yang terperintah.

Ajaran Trias Politika dilahirkan oleh pemikir Inggris Jhon Locke dan oleh pemikir

Perancis de Montesquieu dijabarkan dalam bukunya “L’Espris des Lois”, yang

mengandung maksud bahwa kekuasaan masing-masing alat perlengkapan negara atau

lembaga negara yang menurut ajaran tersebut adalah :

a. Badan Legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk undang-undang.

b. Badan Eksekutif, yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang.

c. Badan Yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan undang-

undang, memeriksa dan megadilinya.

Page 7: Eksekutif dalam UUD 1945

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. LEMBAGA EKSEKUTIF

Eksekutif berasal dari kata eksekusi (execution) yang berarti pelaksana. Lembaga

eksekutif adalah lembaga yang ditetapkan untuk menjadi pelaksana dari peraturan

perundang-undangan yang telah dibuat oleh badan legislatif. Eksekutif dalam arti sempit

merupakan pelaksana pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan haluan negarauntuk mencapai tujuan negara yang

telah ditetapkan sebelumnya. Organisasinya adalah kabinet atau dewan menteri dimana

masing-masing menteri memimpin departemen dalam melaksanakan tugas, wewenang,

dan tanggung jawabnya.

Menurut tafsiran tradisional azas Trias Politica yang dicetuskan oleh

Montesquieu, tugas badan eksekutif hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang

telah ditetapkan oleh badan legislatif serta menyelenggarakan undang-undang yang

dibuat oleh badan legislatif. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya badan eksekutif leluasa

sekali ruang-geraknya. Zaman modern telah menimbulkan paradoks bahwa lebih banyak

undang-undang yang diterima oleh badan legislatif dan yang harus dilaksanakan oleh

badan eksekutif, lebih luas pula ruang lingkup kekuasaan badan eskekutifnya.

Dalam ketatanegaraan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945,

bahwa kekuasaan eksekusif dilakukan oleh Presiden yang dibantu oleh Wakil Presiden

dalam menjalankan tugasnya. Setelah amandemen presiden tidak lagi bertanggung

jawab kepada MPR, dan kedudukan antara presiden dan MPR adalah setara. Sebagai

kepala negara presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia, sebagai kepala

pemerintah presiden dibantu oleh para menteri dalam kabinet.

Page 8: Eksekutif dalam UUD 1945

Sedangkan kewajiban, wewenang, dan hak presiden ialah sebagai berikut:

1. Memegang kekuasaan pemerintahaan menurut UUD.

2. Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut, dan udara.

3. Mengajukan rancangan UU kepada DPR, melakukan pembahasan dan memberikan

persetujuan atas RUU bersama DPR, serta mengesahkan RUU menjadi UU.

4. Menetapkan peraturan pemerintah.

5. Mengangkat dan memberhentikan menteri.

6. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.

7. Mengangkat duta dan konsul, serta menerima penempatan duta negara lain dengan

memperhatikan pertimbangan DPR.

8. Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi.

9. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.

Kekuasaan Eksekusif dimaknai sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan kemauan negara dan pelaksanaan UU. Dalam negara demokrasi

kemauan negara dinyatakan melalui undang-undang. Tugas utama lembaga Eksekusif

adalah menjalankan undang-undang. Kekuasaan eksekusif mencakup beberapa bidang

sebagai berikut:

1. Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara

lain.

2. Administratif, yakni melaksanakan UU serta peraturan-peratuiran lain, dan

menyelenggarakan administrasi negara.

3. Militer, yakni mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang,

4. Yudikatif, yakni memberi grasi, amnesti, dan sebagainya.

5. Legislatif, yakni membuat rancangan UU yang diajukan kelembaga legislatif, dan

membuat peraturan.

Presiden merupakan kepala eksekutif, namun juga melaksanakan tugas legislatif

bersama DPR, antara lain dalam hal sebagai berikut :

a. Membentuk undang-undang (Pasal 5 Ayat 1)

Page 9: Eksekutif dalam UUD 1945

b. Menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang bila keadaan

memaksa (Pasal 22)

c. Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang-

undang (Pasal 5 ayat 2).

Dalam negara-negara demokratis terdapat dua macam badan eksekutif yakni :

Sistem Parlementer dengan parliamentary executive

Dalam sistem ini terdapat ketergantungan antara badan eksekutif dan badan

legislatif. Karena hidup mati kabinet atau menteri-menteri tergantung pada dukungan

anggota parlemen atau badan legislatif. Oleh karena itu, sistem ini disebut dengan

sistem parlementer. Contoh negara yang menganut sistem ini adalh Inggris dan India.

Sistem Presidensial dengan fixed executife atau non-parliamentary executife

Dalam sistem ini, kelangsungan hidup badan ekskutif tidak tergantung pada

badan legislatif, sehingga kadang-kadang kedudukan badan legislatif jauh lebih kuat

dibandingkan dengan badan eksekutif. Lagi pula menteri-menteri yang duduk dalam

badan eksekutif dipilih berdaarkan kehendak presiden, sehingga menteri-menteri bisa

diambilkan dari orang-orang yang bukan cerminan parpol yang ada di badan legislatif,

atau dengan kata lain presiden dapat mengambil menteri-menteri dari orang-orang

yang punya keahlian dalam bidangnya. Contoh dari penganut sistem ini adalah Amerika

Serikat.

Tipe Lembaga eksekutif terbagi menjadi dua, yakni:

1. Hareditary Monarch yakni pemerintahan yang kepala negaranya dipilih

berdasarkan keturunan. Contohnya adalah Inggris dengan dipilihnya kepala negara dari

keluarga kerajaan.

2. Elected Monarch adalah kepala negara biasanya president yang dipilih oleh

badan legislatif ataupun lembaga pemilihan.

Page 10: Eksekutif dalam UUD 1945

Kekuasaan eksekutif dipengaruhi oleh:

1. Sistem pemerintahan

a. Presidensiil

Hubungan di dalam sebuah trias politika tidak dapat saling menjatuhkan.

Contoh: Indonesia 2004- sekarang.

b. Parlementer

Ada bagian di dalam sebuah trias politika yang dapat menjatuhkan bagian

lain, yaitu legislatif terhadap eksekutif riil. Contoh: Indonesia pada era

parlementer.

c. Presidensiil semu

Eksekutif tidak dapat di jatuhkan oleh pengemban kekuasaan legislatif.

Namun ironisnya, ada lembaga tertinggi negara yang notabene adalah bagian

dari legislatif dan dapat menjatuhkan eksekutif. Contoh: Indonesia pada masa

Orde Baru.

d. Parlementer semu

Eksekutif riil merupakan bagian dari legislatif karena ia dipilih oleh

legislatif (parlemen) dan konsekuensinya ia dapat dijatuhkan parlemen. Namun,

parlemen ternyata dapat juga dibubarkan oleh eksekutif, tepatnya eksekutif

nominal. Contoh: Perancis, dimana PM dapat dipecat parlemen, dan parlemen

dapat dibubarkan presiden sekaligus mempercepat pemilu legislatif.

2. Jenis eksekutif

a. Eksekutif riil adalah bagian dari eksekutif yang menjalankan roda

pemerintahan.

b. Eksekutif nominal adalah bagian dari eksekutif yang menjalankan

kekuasaan simbolik dan seremonial.

Page 11: Eksekutif dalam UUD 1945

3. Fungsi dasar eksekutif

a. Kepala negara. Tugas utama: menjadi simbol negara dan memimpin

kegiatan seremonial kenegaraan.

b. Kepala pemerintahan. Tugas utama: memimpin kabinet (menjalankan

pemerintahan).

4. Konsekuensi dari implementasi prinsip kekuasaan yang mempengaruhi pola

hubungan dalam trias politika.

a. Pemisahan kekuasaan.

b. Pembagian kekuasaan.

c. Asas pemerintahan yang diaplikasikan eksekutif

d. Sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi, medebewind.

3.3. FUNGSI BADAN EKSEKUTIF

Fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif ini garis besarnya adalah : Chief of state, Head of

government, Party chief, Commander in chief, Dispenser of appointments, dan Chief

legislators.

1. Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana

Menteri. Chief of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana

Menteri merupakan kepada suatu negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan

seorang Presiden atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang

bersangkutan. Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan dengan

memimpin upacara, peresmian suatu kegiatan, penerimaan duta besar, penyelesaian

konflik, dan sejenisnya.

2. Head of Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden atau Perdana

Menteri yang melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari. Misalnya mengangkat

menteri-menteri, menjalin perjanjian dengan negara lain, terlibat dalam keanggotaan

suatu lembaga internasional, menandatangi surat hutang dan pembayarannya dari

lembaga donor, dan sejenisnya. Di dalam tiap negara, terkadang terjadi pemisahaan

Page 12: Eksekutif dalam UUD 1945

fungsi antara kepala negara dengan kepala pemerintahan.

3. Party Chief berarti seorang kepala eksekutif sekaligus juga merupakan kepala dari

suatu partai yang menang pemilu. Fungsi sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di

suatu negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Di dalam sistem

parlementer, kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri yang berasal dari

partai yang menang pemilu.

4. Commander in Chief adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata. Presiden atau

perdana menteri adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata. Seorang presiden

atau perdana menteri, meskipun tidak memiliki latar belakang militer memiliki peran

ini. Namun, terkadang terdapat pergesekan dengan pihak militer jika yang menjadi

presiden ataupun perdana menteri adalah orang bukan kalangan militer.

5. Dispenser of Appointment merupakan fungsi eksekutif untuk menandatangani

perjanjian dengan negara lain atau lembaga internasional. Dalam fungsi ini,

penandatangan dilakukan oleh presiden, menteri luar negeri, ataupun anggota-

anggota kabinet yang lain, yang diangkat oleh presiden atau perdana menteri.

6. Chief Legislation, adalah fungsi eksekutif untuk mempromosikan diterbitkannya suatu

undang-undang. Meskipun kekuasaan membuat undang-undang berada di tangan

DPR, tetapi di dalam sistem tata negara dimungkinkan lembaga eksekutif

mempromosikan diterbitkannya suatu undang-undang oleh sebab tantangan riil

dalam implementasi suatu undang-undang banyak ditemui oleh pihak yang sehari-

hari melaksanakan undang-undang tersebut.

Fungsi-fungsi eksekutif adalah sebagai berikut :

Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana

Menteri.Chief of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana

Menteri merupakan kepala suatu negara, simbol suatu negara.Di Indonesia sendiri

lembaga eksekutif dipegang penuh oleh seorang presiden.

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu

presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.Presiden

mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala

Page 13: Eksekutif dalam UUD 1945

negara.Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih

oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden dan wakil presiden dipilih

secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden

memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya

untuk satu kali masa jabatan. Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan

tugasnya bersumpah atau mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang

MPR.Setelah dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai

dengan program yang telah ditetapkan sendiri.Dalam menjalankan pemerintahan,

presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.Presiden dan

wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945.

Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat.

b. mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di negara

sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota negara sahabat

itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili negara Indonesia di kota tertentu

di bawah kedutaan besar kita.

c. menerima duta dari negara lain

d. memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga negara

Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama baik

Indonesia.

Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan tertinggi

untuk menyelenggarakan pemerintahan negara Indonesia. Wewenang, hak dan

kewajiban Presiden sebagai kepala pemerintahan, diantaranya:

Page 14: Eksekutif dalam UUD 1945

a. memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar

b. berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR

c. menetapkan peraturan pemerintah

d. memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang- Undang

dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa

e. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah

Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang yang

dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau kehormatan

seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar kehormatannya.

f. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Amnesti

adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh negara kepada

tahanan-tahanan, terutama tahanan politik.Sedangkan abolisi adalah pembatalan

tuntutan pidana.

Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden juga

merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Dalam kedudukannya seperti ini, presiden

mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain

dengan persetujuan DPR

b. membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

c. menyatakan keadaan bahaya.

Page 15: Eksekutif dalam UUD 1945

3.3. PERKEMBANGAN KEKUASAAN EKSEKUTIF DI INDONESIA

Masa Orde Lama

Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen yang ditandai dengan

diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan Soekarno. Presiden Soekarno

sebagai tokoh sentral orde lama adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, bahkan ia

bertindak sebagai pemimpin besar revolusi.

Kekuasaan Eksekutif Masa Demokrasi Kontitusional (1945-1959)

Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan

dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 ,dan1950, ternyata kurang cocok

untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa negara Asia lain.

Persatuan yang dapat digalang untuk salalu menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan

tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan

tercapai.Karena lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk

dominasi partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer di mana badan

eksekutif yang terdiri atas presiden sebagai kepala negara konstitusional dan mentri-mentrinya

mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik setiap kabinet

berdasarkan koalisi yang berkisar pada pada satu atau dua partai besar dengan beberapa partai

kecil.

Koalisi ternyata kurang mantap dan partai-partai dalam koalisi sewaktu-waktu tidak

segan menarik dukungannya. Di lain phak partai oposisi, tidak mampu berperan sebagai oposisi

yang kontruktif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi negatif dari tugas oposisi.

Umumnya kabinet dalam masa pra pemilu yang diadakan pada tahun 1955 tidak dapat

bertahan lebih lama dari rata-rata delapan bulan, dan hal ini menghambat perkembangan

ekonomi dan politik oleh karena pemerintah tidak mendapat kesempatan untuk menjalankan

Page 16: Eksekutif dalam UUD 1945

programnya. Pun pemilu tahun 1955 tidak membawa stabilitas yang diharapakan, bahkan tidak

dapat menghindarkan perpecahan yang paling gawat antara pemerintah pusat dan beberapa

daerah.

Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak adanya anggota-anggota partai-

partai yang tidak tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar

negara untuk Undang-undang Dasar baru, mendorong Ir. Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit

Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini

menjadi awal dari masa demokrasi terpimpin yang menggantikan masa demokrasi

kontitusional.

Kekuasaan Eksekutif Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dengan dalih deadlock dan oleh sebab itu kembali ke UUD 1945 yang yang dianggap

satu-satunya jalan keluar, maka kepemimpinan soekarno sebagai kepala negara tidak terbatas,

apalagi MPRS tidak berfungsi, kecuali dalam melegalisasi "kebijakan" yang diambil presiden,

bahkan telah mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup, sedangkan DPR produk

Pemilu I dibubarkan melalui Dekrit presiden 5 Juli 1959. Dekrit presiden 5 Juli 1959 dapat

dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui

pembentukan kepemimpinan yang kuat.

Mulai Juni 1959 UUD 1945, berlaku kembali dan menurut ketentuan UUD 1945 itu

badan eksekutif terdiri atas seorang presiden,wakil presiden beserta mentri-mentri. Kekuasaan

eksekutif diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab III pasal 4 samapai dengan 15.

Mentri-mentri membantu presiden dan diangkat serta dihentikan olehnya.Presiden dan

wakil presiden dipilih oleh MPR dan presiden merupakan “Mandataris” MPR.Ia bertanggung

jawab kepada MPR dan kedudukannya untergeordnet kepada MPR.

Presiden memegang kekuasaan pemerintah selama lima tahun yang hanya dibatasi oleh

peraturan-peraturan dalam UUD 1945 dimana sesuatu hal diperlukan adanya suatu undang-

Page 17: Eksekutif dalam UUD 1945

undang. Selama masa itu presiden tidak boleh dijatuhkan oleh DPR, sebaliknya presiden tidak

mempunyai wewenang untuk membubarkan DPR.

Presiden memerlukan persetujuan dari DPR untuk membentuk Undang-Undang dan

utuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian-perjanjian dengan negara lain.

Dalam keadaan memaksa presiden menetapakan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti

Undang-undang, maka peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujauan DPR.

Selain itu presiden berwenang menetapakan Peraturan Pemerintah untuk menalankan

Undang-Undang sebagaiman mestinya dan presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas

angkata darat, angaktan laut, dan udara.

Pada masa demokrasi terpimpin terjadi dominasi dari presiden, terbatasnya peranan

partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur

sosial politik.Dalam masa demokrasi terpimpin tidak ada wakil presiden.Sesuai dengan

keinginannya untuk memperkuat kedudukannya oleh MPRS ditetapkan sebagai presiden

seumur hidup.Begitu pula dengan pejabat teras dari Legislatif (yaitu pimpinan MPRS dan DPR

Gotong Royong) dan dari badan Yudikatif (yaitu ketua Mahkamah Agung) diberi status

mentri.Dengan demikian jumlah mentri lebih dari seratus.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang mengganti Dewan Perwakilan Rakyat

pilihan rakyat ditonjolkan peranannya sebagai pembantu pemerintah, sedangkan fungsi kontrol

ditiadakan.Bahkan pemimpin DPR dijadikan mentri dan dengan demikian ditekankan fungsi

pembantu presiden, di samping fungsi sebagai wakil rakyat.Hal terakhir ini mencerminkan telah

ditinggalkannya doktrin Trias Politika.

Penyimpangan lain dalam demokrasi terpimpin adalah campur tangan presiden dalamm

bidang Yudikatif seperti presiden diberi wewenang untuk melakukan intervensi di bidang

yudikatif berdasarkan UUD No.19 tahun 1964 yang jelas bertentangan dengan Undang-Undang

Dasar 1945 dan di bidang Legislatif berdasarkan Peraturan Presiden No.14 tahun 1960 dalam

hal anggota DPR tidak mencapai mufakat mengenai suatu hal atau sesuatu rancangan Undang-

Undang.

Page 18: Eksekutif dalam UUD 1945

Selain itu terjadi penyelewengan di bidang perundang-undangan di mana pelbagai

tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Panpres) yang memakai Dekrit

5 Juli 1959 sebagai sumber hukum. Tambahan pula didirikan badan-badan ektra kontitusional

seperti front nasional yang ternyata dipakai oleh pihak komunis sebagai arena kegiatan, sesuai

denga taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan front nasional sebagai

persiapan ke arah terbentuknya demokrasi rakyat.

Partai politik dan pers dianggap menyimpang dari rel revolusi ditutup, tidak dibenarkan,

dan ditutup, sedangkan politik mercusuar di bidang hubungan luar negeri dan ekonomi dalam

negeri telah menyebabkan keadaan ekonomi menjadi bertambah suram.Pada masa orde lama

terjadi persaingan antara Angkatan Darat, Presiden, dan PKI.Persaingan ini mencapai klimaks

dengan meletusnya perisiwa Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI.Ketika itu

bangsa Indonesia didominasi oleh partai komunis yang sangat kuat.

Awal Orde Baru

Peristiwa Gerakan 30 September PKI mengakhiri masa Demorasi Tepimpin yang dengan

demikian masa orde lama pun berakhir.Malalui ketetapan MPRS No.II tahun 1667, jabatan

Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan negara dicabut dari tangan Bung

Karno.Dengan ketetapan MPRS No.XXXXIV tahun 1968, Jendral Soeharto dipilih MPRS sebagai

presiden.Dengan demikian, masa orde lama berganti dengan masa orde baru dengan Soeharto

sebagai aktor utamanya.

Page 19: Eksekutif dalam UUD 1945

3.4. KLASIFIKASI PASAL UUD 1945 YANG MEMUAT TENTANG BADAN EKSEKUTIF

a. Pasal tentang Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD dan

dibantu oleh Wakil Presiden.

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-

Undang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

b. Pasal tentang syarat menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden.

Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak

kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri,

tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.***)

(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan

undang-undang.***

c. Pasal tentang Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih melalui Pemilu.

Pasal 22E

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan PerwakilanRakyat, Dewan

PerwakilanDaerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.*** )

d. Pasal tentang tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. ***)

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan

Page 20: Eksekutif dalam UUD 1945

partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.***)

(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh

persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara

disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik

menjadi Presiden dan Wakil Presiden.***)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan

calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih

oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik

sebagai Presiden dan Wakil Presiden.****)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam

undang-undang.***)

e. Pasal tentang kewajiban Presiden dan Wakil Presiden bersumpah dan berjanji sebelum

memangku jabatannya.

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama,

atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau

Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut :

Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :

“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil

Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh

Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan

selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”

Janji Presiden (Wakil Presiden) :

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik

Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik – baiknya dan seadil –

Page 21: Eksekutif dalam UUD 1945

adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang

dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.*)

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat

mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji

dengan sungguh-sungsguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan

disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.*)

f. Pasal tentang ketentuan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat

dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*)

g. Pasal tentang jabatan Presiden dan/ atau Wakil Presiden jika tidak dapat melakukan

tugasnya misalnya jika mangkat, berhenti, dan diberhentikan.

Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya

dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** )

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam

puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil

Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.*** )

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat

melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas

Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan

secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis

Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil

Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang diusulkan oleh partai

politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya

Page 22: Eksekutif dalam UUD 1945

meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai

berakhir masa jabatannya.****)

h. Pasal tentang pemberhentian Presiden dan/ Wakil Presiden.

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu

mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan

memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan

pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana

berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah

melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan

Perwakilan Rakyat.***)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya

dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan

Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya

2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya

Page 23: Eksekutif dalam UUD 1945

terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah

permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***)

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,

penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa

Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan

usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan

Rakyat.*** )

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul

Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis

Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. ***)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau

Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan yang dihadiri

oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari

jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan

menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.***)

i. Pasal tentang hak Presiden dalam mengajukan RUU dan menetapkan peraturan

pemerintahan.

Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan

Rakyat.*)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang

sebagaimana mestinya.

Page 24: Eksekutif dalam UUD 1945

j. Pasal tentang ketidakwenangan Presiden dalam membekukan dan/atau membubarkan

DPR

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.*** )

k. Pasal tentang kekuasaan Presidensebagai pemeganag kekuasaan tertinggi AD, AL, dan

AU.

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan

Angkatan Udara.

l. Pasal tentang wewenang Presiden dalam menyatakan perang, membuat perdamaian,

membuat perjanjian internasional dengan meminta persetujuan DPR.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat

perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.****)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang

luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,

dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.***)

m. Pasal tentang wewenang Presiden dalam menyatakan keadaan bahaya.

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya.Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan

dengan undang-undang.

Page 25: Eksekutif dalam UUD 1945

n. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengangkat duta dan konsul, serta menerima

penempatan duta negara dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Rakyat.*

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan

Dewan Perwakilan Rakyat.*)

o. Pasal tentang wewenang Presiden dalammemberikan grasi, rehabilitasi, amnesti,

abolisi, gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah

agung.*)

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Rakyat.*)

Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan

undang-undang.*)

p. Pasal tentang wewenang Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang diatur

dalam undang-undang.

Pasal l6

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan

pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.****)

Page 26: Eksekutif dalam UUD 1945

q. Pasal tentang Presiden yang dibantu para menteri.

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

r. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengangkat dan memberhentikan menteri.

Pasal 17

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)

(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.*)

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-

undang.***)

s. Pasal tentang wewenangPresiden dalam mengajukan rancangan UU kepada DPR,

melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta

mengesahkannya.

Pasal 20

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden

untuk mendapat persetujuan bersama.* )

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk

menjadi undang-undang.* )

t. Pasal tentang hak Presiden menetapkan peraturan pemerintahan pengganti undang-

undang jika terpaksa.

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan

pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

u. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengajukan RUU APBN

Page 27: Eksekutif dalam UUD 1945

Pasal 23

(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh

Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***)

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan

belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara tahun yang lalu.***)

v. Pasal tentang wewenang Presiden dalam meresmikan anggota BPK.

Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.***)

w. Pasal tentang wewenang Presiden dalam menyetujui dan menetapkan hakim agung yang

diusulkan Komisi Yudisial kepasa DPR

Pasal 24A

(3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk

mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )

x. Pasal tentang wewenang Presiden untuk mengangkat dan memberhentikan anggota

Yudisial dengan persetujuan DPR

Pasal 24 B

(3) Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat.*** )

y. Pasal tentang wewenang Presiden dalam mengajukan tiga anggota hakim konstitusi dan

Page 28: Eksekutif dalam UUD 1945

menetapkan anggota hakim MK

Pasal 24C***

(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang

ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga

orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)

BAB IV

Page 29: Eksekutif dalam UUD 1945

PENUTUP

IV.I Kesimpulan

Negara Republik Indonesia mengenal adanya lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan

yudikatif dalam UUD 1945 dengan melaksanakan pembagian kekuasaan (distribution of power)

antara lembaga-lembaga negara. Kekuasaan lembaga-llembaga negara tidaklah di adakan

pemisahan yang kaku dan tajam , tetapi ada koordinasi yang satu dengan yang lainnya.

Menurut UUD 1945, untuk menjalankan mekanismepemerintahan di negara Republik

Indonesia, maka di dirikan satu lembaga tertinggi negara dan Lima lembaga tertinggi negara

yang merupakan komponen yang melaksanakan atau meyelenggarakan kehidupan negara.

Posisi antara legislatif (MPR/DPR) dan eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dalam

konstitusi pasca-amandemen adalah sejajar. Berbeda dengan konstitusi pra-amandemen,

legislatif (MPR) berada diatas ekeskutif (Presiden), walau pada kenyataannya eksekutiflah yang

sebenarnya berada diatas dan mengendalikan legislatif. Posisi yang sejajar dalam konstitusi

pasca-amandemen juga menimbulkan hubungan baru antara lembaga legislatif dengan

lembaga eksekutif, berbeda dengan hubungan antar-keduanya dalam konstitusi pra-

amandemen.

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: Eksekutif dalam UUD 1945

Budiardjo, Miriam.2009.Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kansil, C.S.T.1981.Sitem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Aksara Baru

Saleh, Hassan.2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Audi Grafika

Tamin, Azian dan Azran Jalal, et. al.2005. Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Pusat

Studi Politik Madani Institute

http://akatsukipeinarief.blogspot.com/2012/11/lembaga-lembaga-negara-sesuai-dengan.html

http://putrapemerintahan.blogspot.com/2012/05/lembaga-eksekutif-sistem-politik.html

http://alaric-one.blogspot.com/2013/02/badan-eksekutif-legislatif-yudikatif.html

http://politicalphotography.blogspot.com/2012/11/lembaga-eksekutif.html

http://revliemrt.blogspot.com/2013/06/tugas-pokok-dan-fungsi-eksekutif.html

http://wulanbanyu.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-isi-uud-45-eksekutif.html

http://andukot.wordpress.com/2010/05/03/sistim-pembagian-kekuasaan-negara-republik-

indonesia-menurut-uud-1945/

http://pelitarezza.blogspot.com/2013/12/tugas-pokok-dan-fungsi-eksekutif.html