7
JIKA KAU SAHABAT ^_^ Oleh : Nama : Nur Widdya Kurniati Kelas : XII IPA 6 No Abs. : 24 SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG 2014/2015

CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

JIKA KAU SAHABAT ^_^

Oleh :Nama : Nur Widdya KurniatiKelas : XII IPA 6No Abs. : 24

SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG 2014/2015

Page 2: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

JIKA KAU SAHABAT ^^

Kriiiing!!!

Bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Ada

yang menuju kantin, ada yang menuju perpustakaan, ada pula yang menuju

musola. Amel hendak menuju ke luar kelas ketika seseorang menarik tangannya.

Amel menoleh, dilihatnya Nayla yang kini ada di hadapannya. “Ada apa Nay?”

“Mau kemana kamu? Sini aja, temani kita di kelas” Kata Nayla.

“Lho, gak ke kantin?” tanya Amel.

“Lagi mual. Sini, kita kumpul aja. Temani aku, bareng Desi dan Gina juga.”

Nayla menggandeng Amel. Menariknya agar ikut Nayla menuju bangku

tempat meraka berkumpul. Sudah ada Gina dan Desi disana. Seperti biasa, Desi

sibuk dengan handphonenya. Pasti sedang facebook-an atau chatting dengan

pacarnya. Sedangkan Gina juga seperti biasa, membaca buku pelajaran dan

memberi garis dengan stabilo warna kuning di setiap kosakata yang dianggapnya

penting.

Nayla duduk di sebelah Gina. Amel menuju bangku yang ada di sebelah

Desi. Mereka sengaja mengatur bangku agar dapat duduk berhadapan berempat.

“Gak ada yang laper ya? Gak ada cemilan gak seru nih” kata Gina sambil

membalik lembaran bukunya.

Gina memang rajin. Di antara mereka berempat, Gina pula yang paling

pintar. Berulang kali kami selamat dari ujian yang mengerikan. Di balik itu semua

Gina-lah penyelamat mereka. Gina yang selalu gigih mengajari walaupun kami

enggan.

“Ini ceritanya, kita diminta menghormati Nayla yang lagi mual. Kenapa sih kamu?

Telat makan? Maag-mu kambuh?” seloroh Desi.

Mata Desi tetap memandangi layar handphone-nya. Seolah-olah ia bisa

ketinggalan berita penting jika pandangannya beralih ke tempat lain. Di antara

mereka berempat, Desi yang paling ‘canggih’ dan ‘update’. Desi yang paling keren

dan gaul.

“Lagi badmood nih. Ah, sebel banget hari ini” kata Nayla.

Nayla adalah cewek paling cantik di antara mereka. Matanya yang

berbinar-binar, kulitnya yang bersih, senyumannya yang manis, menjadi daya tarik

Page 3: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

tersendiri bagi kaum adam di sekolah ini. dan di antara mereka berempat, Amel

hanya bisa merendahkan diri. Amel bukan siapa-siapa tanpa mereka. Amel sangat

menyayangi teman-temannya, terutama Nayla. Nayla yang selalu baik padanya

dan yang paling baik di antara semuanya.

“Ada masalah apa memangnya, Nay?” tanya Amel penasaran.

“Ah, nggak ada apa-apa kok. Cuma lagi sebel kalau ada penghianat” sahut Nayla.

“Apa maksudnya Nay? Cerita dong” kata Desi sambil memainkan kedua alisnya.

Gina melihat kami berempat. Lalu menutup bukunya. Ia menyandarkan

diri di kursinya lalu bersedekap. Seakan tahu, ada sesuatu yang serius. Sesuatu yang

tidak biasa.

“Hahaha. Gimana kalau langsung aja cerita ya? To the point, gitu?” kata Nayla

dengan mimik muka tidak enak.

Dari awal, Amel sudah merasa. Ada yang tidak beres. Ada yang tidak biasa.

“Ada apa sih? Langsung cerita aja Nayla” kata Amel

“Oke, langsung aja ya” Kata Nayla sambil tersenyum. “Kamu kenal mas David

kan? Pacarku. Kakak kelas kita di XII IPA 3?” tanyanya pada Amel.

“Iya, tahu. Terus kenapa? Dan kenapa kamu hanya tanya padaku?” Amel tak

mengerti.

“Ngapain kemarin kamu ketemuan dengan mas David? Diam-diam di

belakangku?”

Jlebb. Darimana Nayla tahu? David memang meminta Amel untuk

bertemu. Tapi itu pun tidak ada maksud apa-apa. Toh, yang mereka

perbincangkan adalah sesuatu yang tidak penting.

“Nggak ada apa-apa Nayla. Dia yang minta aku ketemuan” Amel mulai gugup.

“Kamu itu sahabatku Mel. Teganya kamu berbuat seperti ini?”

“Tapi Nay. Beneran gak ada apa-apa!” kata Amel bersungguh-sungguh.

“Harusnya nih Mel, meskipun kamu diajak ya jangan mau. Gimana sih kamu ini”

kata Desi sambil tersenyum sinis.

Amel berbisik lirih dalam hati. Seperti inikah yang mereka sebut sahabat?

Tahu kan mereka rasanya terpojok seperti ini? Saat perkataan apapun tak sanggup

menjelaskan kebenaran yang ada?

“Sudah biasa buatku, kalau pacarku diambil orang. Tapi aku gak nyangka Mel.

Kenapa harus kamu? Orang yang paling kupercaya?” kata Nayla sambil mengusap

air matanya yang menetes membasahi pipinya.

Page 4: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

“Maafin aku Nay, karena memang kemarin aku bertemu dengan mas David. Tapi

sungguh Nay, aku gak bermaksud seperti itu. Mana mungkin aku mengambil pacar

sahabatku Nay? Kamu salah faham Nay.” Amel berbicara sambil sesenggukan.

“Ah sudahlah. Kalau gak salah, ngapain minta maaf?” kata Nayla sambil bangkit

dari tempat duduknya.

Nayla pergi meninggalkan kelas. Hanya tersisa Gina, Amel, dan Desi di

ruangan itu. Amel menangis sesenggukan. Sungguh, Amel tidak mau kehilangan

sahabatnya hanya karena kesalahfahaman ini. David memang mengajaknya

bertemu. David langsung menuju rumah Amel kemarin. Tapi hanya bertamu biasa.

Tak ada apa-apa. Amel juga tidak mengerti mengapa kemarin David ingin sekali

bertemu dengannya dan membicarakan hal-hal yang tidak penting. “Dasar

penghianat” Kata Desi sambil bangkit dari tempat duduknya. Desi menatap benci

kepada Amel. Lalu pergi meninggalkan kelas, mengejar Nayla yang terlebih dahulu

pergi. Amel hanya tertunduk lesu, sambil mengusap air matanya yang tak mau

berhenti menetes. Tak lama kemudian Gina berdiri dari kursinya.

“Na, kamu juga mau pergi?” tanya Amel.

Gina tersenyum. Lalu mendekati Amel dan duduk di sampingnya. Gina lalu

memeluk Amel.

“Mel, kamu kan kenal baik dengan Nayla. Kamu tahu orang seperti apa Nayla.

Nayla paling gak suka kalau ada yang dekat dengan dengan pacarnya, seujung

kuku pun. Nayla itu mudah cemburu. Ngerti kan?” kata Gina sambil mengelus

kepala Amel.

“Iya Na, aku ngerti. Tapi aku gak tahu kalau sampai seperti ini akibatnya. Padahal

aku beneran gak ada apa-apa dengan mas David, Na. Sungguh.”

“Aku tahu Mel. Aku ngerti, kamu gak ngelakuin apa-apa. Tapi memang seperti

itulah Nayla. Kamu sudah minta maaf kan? Sekarang kamu tenangin diri kamu ya.

Sebentar lagi bel masuk bunyi, masih ada dua mata pelajaran sebelum pulang.

Kamu kuatin diri. Santai aja, tetap duduk di samping Nayla. Seperti gak ada apa-

apa. Oke?” kata Gina. Amel mengangguk pelan.

Bel masuk berbunyi. Gina melapaskan pelukannya lalu kembali ke tempat

duduknya. Semua siswa di kelas itu sudah masuk, kecuali Desi dan Nayla. Amel

melihat ke arah Gina. Gina tersenyum sambil berbisik “gak apa-apa Mel”.

Tak lama kemudian Desi dan Nayla masuk. Tak seperti biasa, Nayla duduk dengan

Gina dan Desi duduk dengan Amel.

Page 5: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

“Nayla lagi males duduk dengan kamu katanya. Ah, sebenernya aku juga males

duduk dengan penghianat” kata Desi

Sungguh, teganya Desi memojokkan dirinya lagi. Apakah selama ini bagi Desi

teman yang ia anggap hanya Nayla saja? Apakah selama ini Desi sebenarnya

enggan berteman dengan Amel? Mengapa Amel merasa sedari dulu memang tak

pernah begitu akrab dengan Desi meskipun mereka sering pergi bersama-sama?

“Des, aku salah apa sih sama kamu? Sampai seperti ini sikapmu padaku?”

“Salahmu? Salahmu ya menghanati sahabatku.”

“Lantas? Apa aku tak termasuk sahabatmu?”

“Penghianat tak termasuk hitungan” sahut Desi sinis

Ya Tuhan. Sehina itukah aku? Mungkin aku salah karena mau diajak bertemu

dengan mas David, tapi bukankah David juga salah karena telah mengajakku

bertemu? Mengapa aku harus menjadi orang paling berdosa di antara mereka?

Gumam Amel dalam hati.

Saat ini yang paling diinginkan Amel adalah pelajaran lekas berganti lalu

bel pulang segera berbunyi. Amel ingin segera pulang dan mengunci diri di

kamarnya. Menangis sepuas-puasnya.

Sembilan puluh menit berlalu, bel sekolah berbunyi. Tanda pergantian

pelajaran. Sebentar lagi guru fisika mereka yaitu Pak Hari akan memasuki kelas.

Tiba-tiba Desi berdiri dan membawa bukunya. Ia lalu duduk dengan Sony, di

bangku paling belakang. Sejak pelajaran fisika mulai, Desi duduk di sana.

Sepertinya sampai pelajaran selesai dan bel pulang sekolah berbunyi. Murid di

kelas kami ada 31 orang. jadi wajar bila ada satu orang yang duduk sendirian,

yaitu Sony. Tapi sepertinya mulai hari ini, orang yang duduk sendirian bukan Sony

lagi. Kini orang yang duduk sendirian adalah Amel.

Jam pelajaran usai. Bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran sekolah hari ini

telah usai. Semua murid mengemasi barang-barangnya lalu berdoa sebelum

pulang. Murid-murid keluar dari kelas setelah Pak Hari keluar dari kelas. Nayla,

Gina, dan Desi berjalan beriringan. Sesekali Gina menoleh ke belakang, menatap

Amel yang berjalan di belakang, lalu berhenti berjalan. Kemudian Desi menarik

tangannya. Mengajak Gina untuk tak memperdulikan Amel.

Amel berjalan lesu. Ia ingin segera pulang. Ia telah sampai di gerbang

sekolah, mencari-cari abang tukang becak yang biasanya menjemputnya. Tiba-tiba

seseorang menarik tangannya, menariknya untuk masuk lagi ke halaman sekolah.

Page 6: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

“Apa-apaan sih? Siapa kamu?! Kenapa sih orang-orang sibuk banget narik-narik

tanganku hari ini?” Amel berteriak sebal.

“Amel, kok marah-marah sih? Ada apa?” tanya David, orang yang menariknya

barusan.

“Mas David? Ada apa? Aku gak mau bertemu dengan kamu lagi mas. Sudah cukup

kamarin aja. Gara-gara itu saja aku sudah kehilangan sahabatku!” Ujar Amel

dengan nada tinggi.

“Kenapa? Nayla cemburu denganmu? Heh, dengar ya Amel. Kalau mereka

mengaku sahabatmu, meraka gak akan ninggalin kamu atas kesalahan yang gak

kamu perbuat.”

“Udah deh, aku gak mau dengar lagi. Aku mau pulang” kata Amel sambil beranjak

pergi.

Ketika Amel memutar balik badannya untuk pergi, dilihatnya Nayla, Desi dan

Gina berdiri di depannya.

Prok prok prok. Nayla bertepuk tangan.

“So sweet. Kanapa kaNaylan gak jadian aja ya?” kata Nayla.

“Kamu mengulangi kesalahan yang sama Mel? Gak tahu malu. Gak punya

perasaan”, kata Desi

Lagi-lagi Nayla salah faham. Lagi-lagi Desi memojokkannya. Dan lagi-lagi Gina

hanya bisa diam.

Amel tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menangis. Hari ini sangat melelahkan

baginya. Sungguh ia ingin hari ini cepat berlalu. Amel sudah lelah.

“Nay, ini gak seperti yang kamu banyangkan. Sungguh Nay, gak ada apa-apa”

kata Amel

“Ah, lagi-lagi kamu bilang begitu. Aku gak percaya lagi sama kamu Mel. Dan kamu

mas David, pacar macam apa kamu ini yang tega berselingkuh dengan sahabatku?”

kata Nayla.

“Aku gak ngelakuin apa-apa kok. Dia yang memintaku untuk datang ke rumahnya

kemarin, dan hari ini juga.” Kata David

Amel tercengang. Apa maksud ini semua? Ada apa dengan David? Mengapa ia

meluncurkan kata-kata fitnah itu di hadapan banyak orang?

“Hahahaha. Ya Tuhaaan. Cocok ya kaNaylan berdua, gak ada yang bisa

dipercaya!” kata Nayla dengan nada tinggi.

Gina mengusap-usap bahu Nayla.

Page 7: CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

“Sabar Nayla, sabar”, kata Gina

“Gimana bisa sabar? Harusnya dia bisa belajar dari kesalahannya! Dia sahabatku,

Na. tega-teganya berbuat begini!!”

“Apa sih salahku? Sudah kujelaskan semuanya Nayla. Kamu salah faham. Dan kata-

kata dari mas David itu semua bohong!” Kata Amel.

“Kamu gak tahu salahmu apa Mel? Kamu gak tahu? Ya ampun” kata Desi.

Gina mendekati Amel yang tak mampu membendung airmatanya yang mengalir

sangat deras. Gina memeluk Amel, membelakangi Nayla, David, dan Desi.

“Amel, sabar ya. Kuberitahu, sebenarnya kamu gak salah. Yah, hanya saja, kenapa

sih hari ini kamu ulang tahun?” kata Gina

“Hah? Maksudnya?”

Ceplok! Sesuatu yang basah, berlendir dan berbau amis berhasil mendarat

dengan manis di kepala Amel. Amel melapaskan pelukan Gina. Gina tertawa lalu

berlari menjauh.

“Selamat hari lahir sayaaang” kata Nayla dan Desi yang telah memberi telur mata

sapi mentah di kepala Amel.

David menghampiri Amel lalu memegangi Amel agar tidak lari. Nayla dan

Desi sibuk melempari Amel dengan tepung. Amel meronta, lalu melepaskan diri.

David, Nayla, dan Desi berlari menjauhi Amel. Mereka berkejar-kejaran di

halaman sekolah, disaksikan murid-murid yang sedang ekskul.

“KaNaylaaaan awaaaas yaaaa” teriak Amel.

Tak lama kemudian Gina tergopoh-gopoh berlari, datang dengan sebuah kue tart

kecil di tangannya. Gina tersenyum senang.

“Hey sudah-sudah, ayo ditiup lilinnya”

“Terimakasih teman-teman. KaNaylan sangat berarti buatku” kata Amel

Amel, Nayla, Desi dan Gina berpelukan. Amel mangusap air matanya, kali ini air

mata haru. Hari ini hari yang sangat melelahkan. Tangis dan tawa manghiasi hari

ini. Tak terasa hari mulai sore, mereka harus pulang sebelum orangtua mereka

mengomel lagi karena anaknya pulang terlambat.

Ceplok! Sesuatu mendarat di kepala Amel. Lagi-lagi.

“Ups, sori. Telur terakhir. Hahahaaha.” Kata Gina sambil berlari menjauhi Amel.

“Ginaaaaaaaaaaaaa!!!”