19
OLEH KELOMPOK II ANDREAS L, ARFA S, DESI R.P, EDI S, EKA P, INDRA N.A.S, MEI F, MUTIA F, RESYA Y, SANDA R.S & SITI M INTEGRASI PERKEBUNAN KAKAO DENGAN TERNAK KAMBING SEBAGAI MODEL PENERAPAN PERTANIAN TERPADU

pertanian terpadu

Embed Size (px)

Citation preview

OLEH 

KELOMPOK II

ANDREAS L, ARFA S, DESI R.P, EDI S, EKA P, INDRA N.A.S, MEI F, MUTIA F, RESYA Y, SANDA R.S & SITI M

OLEH 

KELOMPOK II

ANDREAS L, ARFA S, DESI R.P, EDI S, EKA P, INDRA N.A.S, MEI F, MUTIA F, RESYA Y, SANDA R.S & SITI M

 INTEGRASI PERKEBUNAN KAKAO DENGAN

TERNAK KAMBING SEBAGAI MODEL PENERAPAN PERTANIAN TERPADU

MODEL USAHATANI INTEGRASI KAKAO KAMBING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANIMODEL USAHATANI INTEGRASI KAKAO KAMBING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

INDRA NUGRAHA ANUM S 1206136684 No.52

Model usahatani integrasi yang tepat perlu dilihat dari komoditas ternak yang mampu memanfaatkan limbah kulit kakao, serta kemudahan petani dalammengaplikasikan teknologi tersebut.

Secara umum usaha ternak kambing dilakukan dengan 2 pola usaha, yakni pola penggembalaan dan pola intensif (dikandangkan penuh)

Dalam model usahatani integrasi, pemeliharaan disarankan dilaksanakan dengan pola intensif.

Pada buah kakao yang terserang penyakit penggerek buah kakao (PBK), mengakibatkan kulit kakao terjadi pengerasan, sehingga akan menurunkan tingkat kesukaan kambing. Perlu solusi program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara rutin sehingga dihasilkan kulit yang relatif bagus dan mampu secara optimal dikonsumsiternak, sekaligus upaya peningkatan produksi.

Peningkatan Kualitas Nutrisi Limbah Kulit Buah Kakao dan Daun Lamtoro Melalui Fermentasi Sebagai Basis Protein PakanIkan Nila

Peningkatan Kualitas Nutrisi Limbah Kulit Buah Kakao dan Daun Lamtoro Melalui Fermentasi Sebagai Basis Protein PakanIkan Nila

Sanda Ratna Sari 1206113894No.17

Kulit buah kakao (KBK) berpotensi sebagai bahan baku local untuk pakan ikan. Efektivitas pemanfaatan kulit buah kakao dan daun lamtoro dibatasi oleh kandungan protein yang rendah dan tingginya kandungan serat kasar yang mencapai. Kandungan serat pada KBK dan TDL perlu diturunkan karena kemampuan ikan dalam mencerna serat kasar terbatas. Peningkatan kualitas bahan pakan ikan secara biologi dapat dilakukan dengan cara fermentasi menggunakan kapang Aspergillusniger.

Fermentasi KBK dengan Aspergilusniger dapat menurunkan serat kasar sebesar 51,48%, dan meningkatkan kandungan protein sebesar 78,67% sedangkan penurunan serat kasar pada TDL sebesar 46,61% dan terjadi peningkatan protein sebesar 18,25.

OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO DAN KAMBING MELALUI PERBAIKAN BUDIDAYA SECARA TERINTEGRASI

ARFA SASCO 1206113876 No.16

Optimalisasi pengelolaan tanaman kakao dengan pengendalian hama penyakit yang tepat, pemupukan (kimia dan organik) yang sesuai dan perbaikan pasca panen mampu meningkatkan produksi kakao yang semula 351,5 kg/0.5ha/thn menjadi 650,6/0.5ha/thn.

Pada inovasi teknologi pakan hijauan ternak kambing yang diambil dari fermentasi kulit buah kakao juga menunjukkan bobot akhir dari 3,8kg/ekor menjadi 6,6kg/ekor

PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING DI DESA JONO – OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING DI DESA JONO – OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

Desi Rahmiaty P 1206113900 No.18

Integrasi antara kakao dan kambing

Integrasi antara kakao dan pohon penaung yaitu gamal (positif)

dan kelapa dalam (negatif)

Aplikasi teknik budidaya dan pengendalian hama penyakit

(sarungisasi) yang tepat

Teknologi pemeliharaan kambing.

DAYA DUKUNG LIMBAH TANAMAN KAKAO DAN TERNAK KAMBING DALAM POLA USAHATANI TERPADU DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DAYA DUKUNG LIMBAH TANAMAN KAKAO DAN TERNAK KAMBING DALAM POLA USAHATANI TERPADU DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

EDI SYAPUTRA 1206113812 No.13

ᴥ Hasil analisis menunjukkan bahwa limbah kulit kakao

yang 44 juta kg yang dapat disuplai sebagai pakan

untuk 243 ribu ekor kambing atau 53% dari populasi

kambing di NTT selama 3 bulan.

Kontribusi dari limbah ternak kambing berupa pupuk

kandang sebanyak 231 juta kg dapat memupuk tanaman

kakao seluruhnya (34 juta pohon) bahkan surplus atau

memiliki nilai ekonomi sebesar 183 milyar dana yang

dipakai untuk mengadakan pupuk organik.

Pola usaha tani yang diterapkan tersebut dapat

menekan dampak dari cekaman lingkungan yang

menyebabkan gagal panen.

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

RESYA YULIA 1206113902 No.19

ᴥ Berdasarkan data status nutrisi tersebut maka kulit buah kakao dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan (> 10%)

ᴥPemberian kulit buah kakao pada masing-masing status fisiologi dapat mensubtitusikan pakan rumput sebanyak 70% dan 30% dari gamal dan lamtoro

PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG (Phanerochaete chrysosporium) SEBAGAI PENGGANTI HIJAUAN DALAM RANSUM TERNAK KAMBING

MEI FADLI 1206113820 No.14

Penggunaan kulit buah kakao tanpa difermentasi maupun di

fermentasi dengan kapang Phanerochaete chrysosporium dapat

digunakan sebagai pakai alternatif pengganti rumput gajah tanpa

melihatkan pengaruh nyata terhadap konsumsi berat kering,

konsumsi bahan organik dan pertambahan bobot badan ternak

kambing.

Fermentasi kulit buah kakao dengan kapang P.chrysosporium

mampu menurunkan kandungan lignin pada buah kakao sebesar

7.12%

DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

ANDREAS LUKITA 1206113762 No.12

(Kambing dikandangkan)

Tingkat adopsi dan difusi teknologi sistem usahatani integrasi kakao dan kam-bing masih rendah, hanya

36,84% . Begitu juga dengan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pemeliharaan kambing serta pakan hijauan

namun tetap dapat meningkatkan produktivitas kakao 11,44% dan pendapatan usahatani kakao 3,55%.

PENGARUH PRIMATANI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERKEBUNAN DIKECAMATAN BUSUNG BIU

SITI MUNAWAROH 1206113864 No.25

Model intergrasi antara tanaman perkebunan dan kambing dapat meningkatkan pendapatan petani karena limbah dari tanaman dapat dijadikan pakan ternak dan limbah dari kotoran dijadikan pupuk organik fan urine dari kambing dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, sehingga dapat menekan biaya yang dikeluarkan

Menurut Guntoro (2012), dalam satu perkebunan dapat menampung 25-28 ekor ternak sehingga mampu mensuplai pupuk organik padat

dan cair dengan kebutuhan tanaman yaitu 12 ton/ha/thn.

PENERAPAN INTEGRASI USAHA TANAMAN DAN TERNAK SERTAKEBUTUHAN PENYULUHAN PERTANIAN (Kasus Integrasi Usaha Kakao dan Sapi di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota)

EKA PRATAMA 1206113724 No.11

Penerapan teknologi berbagai komponen sistem integrasi menunjukan hasil yang bervariasi. Adopsi teknologi yang cenderung baik adalah pada teknologi budidaya tanaman dan ternak, sedangkan adopsi teknologi pengolahan limbah masih rendah. Hal ini mengindikasikan sistem integrasi yang diterapkan belum mampu secara maksimal memanfaatkan limbah tanaman dan limbah ternak sebagai sumber input internal dalam usaha tani.

PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI PHT KAKAO DI SULAWESI SELATAN

MUTIA FADILA 1206113914 No.20

Hama dan penyakit utama tanaman kakao antara lain penggerek buah kakao (PBK), pengisap buah Helopeltis spp., penyakit busuk buah dan penyakit VSD.

Berdampak kepada hasil produksi biji maupun kulit untuk pakan ternak baik secara kualitatif dan kuantitatif

Perlu dilakukan beberapa pendekatan PHT seperti :

1. Penggunaan varietas tahan (klon DRC 16 (kakao mulia), Sca 6, Sca 12 dan hibrida Sca 6 x DRC 16, dll)

2. Teknik Pemangkasan yang tepat pada tanaman kakao dan penaung Hama (PBK dan Helopeltis spp. berkembang pada tajuk-tajuk tanaman kakao tertutup rapat dan rimbun)

3. Sanitasi

4. Konservasi dan Pemanfaatan musuh alami

5. Aplikasi pestisida biologi/hayati dan atau

6. Aplikasi pestisida kimia secara tepat dan bijaksana

ANALISIS USAHA TANI

USAHA KAKAO

Bibit Kakao 1450 kg × @Rp 12.000/kg = Rp 17. 400.000

Perawatan a. Pupuk Urea 200 Kg = Rp 240.000

b. Pupuk Kcl 150 Kg = Rp 373.000

c. Pupuk SP-36 100 = Rp 180.000

d. Insektisida 3 liter = Rp 135.000

e. Herbisida 5 Liter = Rp 195.000

f. Plastik pembungkus buah 45 pak = Rp 520.000

g.Dan lain-lain = Rp 2.000.00

Panen 250 kg/ 4 bulan ×@Rp 10.500/kg = Rp 26.250.000

Jumlah Pengeluaran = Rp 21.170.000,-

Jumlah Penerimaan =  Rp 5.080.000

 

Usaha KambingUsaha Kambing

Kambing Dewasa 30 Ekor×@Rp 400.000 ekor = Rp 12.000.000

Perawatan a. Penyusutan Kandang 4 Bulan = Rp 80.000

b. Pakan Ternak (Hijauan+Kulit Kakao) tidak beli

c. Obat 15 kali @Rp10.000 = Rp 150.000

d. Biaya tak terduga = Rp 300.000

Jumlah Pengeluaran = Rp 12.530.00

Jumlah Pendapatan Usaha Ternak = Rp 13.500.000

Jumlah Penerimaan = Rp 970.000

Usaha Ikan NilaUsaha Ikan Nila

Bibit Ikan Nila 3000 Ekor × @Rp 400/ekor = Rp 12.000.000

Perawatan a. Pupuk Kandang 2 ton = Rp 400.000

b. Pengapuran 1 ton = Rp 300.000

c. Urea 75 Kg = Rp 90.000

d. TSP 25 Kg = Rp 45.000

e. Pakan = Rp 500.000

d. Dan lain-lain = Rp 3.500.000

Jumlah Pengeluaran = Rp 13.235.00

Jumlah Pendapatan Usaha Ikan = Rp 15.535.000

Jumlah Penerimaan = Rp. 2.300.000

Ternak kambing di budidayakan di pinggir kiri tanaman kakao

Ternak kambing di budidayakan di pinggir kiri tanaman kakao

SKETSA KAKAO – KAMBING – IKAN NILA

Ikan Nila di budidaakan di sebelah kanan perkenunan Kakao

Ikan Nila di budidaakan di sebelah kanan perkenunan Kakao

Kesimpulan

Model usaha tani terpadu dengan menerapkan

integrasi kambing dan kakao memiliki prospek

yang cukup besar dalam meningkatkan produksi

dan pendapatan petani jika penerapannya

dilakukan dengan aplikasi teknik budidaya

disertai dengan pengendalian hama penyakit

yang tepat begitu juga dengan perawatan hewan

ternak kambing serta pembuatan pupuk hijauan

harus tepat jika tidak, hasil yang maksimal tidak

akan diperoleh