Upload
bowo-trahutomossemm
View
14.675
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makna Pengertian Natal, mengapa ada perayaan Natal, mengapa orang Kristen merayakan Natal, penting atau tidak merayakan Natal?, benarkah perayaan Natal adalah perayaan dewa matahari orang kafir roma
Citation preview
Pengertian Natal dan Perayaan Natal
1 | P a g e B i n a A w a m
Dibawah ini adalah kumpulan tanya jawab mengenai NATAL:
“MERAYAKAN NATAL”
(T-1) Apakah sebenarnya arti perkataan Natal itu?
(J-1) Dari arti katanya, "Natal" hanya berarti "kelahiran" (Dies Natalis = hari kelahiran
alias hari ulang tahun). Tetapi, perayaan Natal yang dilakukan umat Kristen mempunyai arti lebih
dalam yaitu merayakan "hari kelahiran Yesus Kristus / Isa Al Masih" dan maknanya yang lebih
dalam lagi adalah kehadiran Shalom Allah dalam bentuk kelahiran Yesus Kristus sebagai
Juruselamat yang mendatangkan damai sejahtera di bumi. Kehidupan Yesus / Isa Al Masih sebagai
Tuhan yang menjadi manusia yang menyertai kita (Immanuel) tidak dapat dilepaskan dari saat
kelahiran, pembaptisan, pelayanan, penyaliban, kebangkitan, sampai kenaikanNya ke surga.
Sekalipun demikian, sebagai perayaan, memang Natal berkembang dalam tradisi gereja dan bukan
merupakan ajaran yang Tuhan Yesus / Isa Al Masih berikan kepada manusia dan harus diakui
bahwa jemaat mula-mula / perdana memang tidak terkesan merayakan Natal.
Memang sebagai pesta pada hari tertentu, jemaat perdana tidak merayakan Natal, soalnya
jemaat perdana begitu terpukau oleh kehadiran Yesus / Isa Al Masih dan penyertaan Kuasa Roh
Kudus sehingga saat itu kelahirannya tidak dikenang secara khusus.
Kehidupan jemaat sesudah Kenaikan Ke Surga lebih didominasikan oleh peringatan mingguan dari
kebangkitan Yesus/ Isa Al Masih pada hari pertama tiap minggu (Kisah 2:46) Tetapi perlu disadari
bahwa bagi jemaat perdana kelahiran Yesus sudah menjadi keyakinan kuat sebagai pemenuhan
nubuatan para Nabi tentang Messias yang lahir dari seorang perawan (Kejadian 3:16; Yesaya 7:14;
9:5,6; 11:1; Mikha 5:1-4).
(T-2) Kapan tepatnya tahun kelahiran Yesus/ Isa Al Masih? Dan benarkah perayaan Natal adalah
perayaan Dewa Matahari?
(J-2) Tepatnya menurut penelitian sejarah, Yesus/ Isa Al Masih lahir pada tahun 4 Sesudah Masehi
(jadi bukan tahun 0) karena sensus penduduk yang dilakukan oleh kaisar Agustus terjadi di tahun
itu. Menurut catatan Alkitab memang Natal tidak dirayakan oleh jemaat mula-mula sekalipun
ditulis di Injil Matius dan Lukas. Tetapi berangsur-angsur di gereja Timur dan kemudian di gereja
Barat, pada abad ke-3 kelahiran Yesus dirayakan pada malam tanggal 5 Januari dan tanggal 6
Januari digunakan untuk mengenang saat pembaptisannya.
Data tertulis yang memuat liturgi perayaan kelahiran Kristus itu dapat dilihat dalam papirus pada
abad ke-IV. Pada tahun AD-274 di Roma tanggal 25 Desember dimulai perayaan kelahiran
matahari karena diakhir musim salju tanggal itu matahari mulai kembali penampakan sinarnya
dengan kuat, karena itu bagi orang Romawi kuno, hari itu dirayakan sebagai hari Matahari.
Ketika agama Kristen dijadikan agama negara di kerajaan Romawi, ternyata sukar bagi
orang Roma yang kemudian menjadi Kristen meninggalkan perayaan itu, karena itu para pemimpin
gereja waktu itu mengalihkan perhatian mereka akan perayaan itu menjadi perayaan Matahari
Kebenaran yang kemudian menggantinya menjadi Natal dan meresmikannya di Roma tahun 336,
Pengertian Natal dan Perayaan Natal
2 | P a g e B i n a A w a m
dan menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari peringatan kelahiran Kristus. Hal ini
diperkenalkan oleh Kaisar Konstantin yang memilih tanggal itu sebagai pengganti tanggal 5-6
Januari. Perayaan Natal kemudian di lakukan di Anthiokia pada tahun 375 dan pada tahun 380
dirayakan di Konstantinopel, dan tahun 430 di Alexandria dan kemudian di tempat-tempat lain
dimana kekristenan sudah menanamkan akarnya.
Dari data sejarah itu dapatlah diketahui bahwa Natal bukanlah dimulai sebagai hari
matahari karena semula diadakan pada tanggal 5-6 Januari, tetapi yang benar adalah usaha dari
pemimpin gereja Barat (Roma) untuk mengubah tanggal itu menjadi tanggal 25 Desember untuk
mengalihkan perhatian umat Kristen dari kepercayaan lama menuju kelahiran Kristus. Pada saat
yang sama orang-orang kafir yang tidak bertobat masih tetap merayakan tanggal 25 Desember
sebagai hari Matahari, dan selanjutnya praktek perayaan Natal umat Kristen tidak ada sangkut
pautnya dengan perayaan Matahari sekalipun harus diakui bahwa di kalangan orang Kristen Roma
waktu itu tentu masih ada yang merayakannya keduanya bersamaan secara sinkretistik. Orang-
orang Kristen kemudian apalagi yang tidak terikat budaya Roma tidak ada yang punya kesan
tentang perayaan Matahari.
(P-3) Bolehkah kita tidak merayakan hari Natal?
(J-3) Bila ada yang tidak merayakan Natal sebagai pesta tentu baik-baik saja, namun
merayakan Natal lebih terutama untuk mengenang kelahiran Yesus / Isa Al Masih, karena
keyakinan akan Yesus tidak dapat dilepaskan dari kelahiranNya sebagai pemenuhan nubuatan para
Nabi, Allah yang mewujud menjadi manusia Yesus Kristus, dan makna peristiwa di Betlehem
dimana damai hadir di bumi yang dirasakan baik oleh yang kaya maupun oleh yang miskin dan
peristiwa ini cukup jelas terekam dalam kitab Injil (Injil Matius 1:18-2:12 dan Injil Lukas.1-2).
Yesus / Isa Al Masih yang lahir di kandang yang hina perlu dijadikan contoh kerendah-
hatian Kristiani yang melayani dan tidak minta dilayani. Kita tidak mengerti dimensi ilahi dari
Paskah (Kebangkitan Yesus Kristus/ Isa Al Masih dari kematian) itu bila kita tidak mengerti makna
Natal. Bila tidak setuju dengan tanggal 25 Desember dapat saja perayaan itu diadakan pada hari-
hari lain, tetapi untuk menghindarkan kekacauan, bisa jadi tiap hari sepanjang tahun kita diundang
merayakan Natal, karena itu ada baiknya dibatasi pada bulan Desember atau Januari agar terjadi
keseragaman. Cuaca di Betlehem pada bulan-bulan ini sesuai dengan cuaca yang digambarkan
dalam Alkitab.
(P-4) Lalu bagaimanakah sepatutnya kita merayakan Natal?
(J-4) Semangat 'Shalom' Natal (Injil Lukas 2:14) dapat diterjemahkan dengan cara
meningkatkan pelayanan kasih dan menghadirkan keadilan dan kebenaran Allah sebagai puncak
akhir tahun, artinya pelayanan kasih sebagai pengejawantahan iman Kristen harus dilakukan setiap
saat dan saat Natal bisa lebih ditingkatkan. Misalnya pembagian hadiah untuk anak-anak Sekolah
Minggu bisa digantikan dengan mengajar anak-anak untuk membawa hadiah sendiri untuk bisa
diberikan kepada mereka yang membutuhkan, karena "terlebih berkat memberi daripada
menerima", demikian juga tukar menukar hadiah di kalangan pemuda/dewasa bisa digantikan
dengan mengumpulkan hadiah untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Dari pada diisi
pesta hiburan dengan hadiah-hadiah dan konsumsi yang menggunakan uang jemaat, lebih baik
jemaat didorong untuk mengingat kembali kesederhanaan Natal dan menjadikan kelebihan uangnya
Pengertian Natal dan Perayaan Natal
3 | P a g e B i n a A w a m
untuk membagikan sukacita dan damai Allah kepada sesama kita yang membutuhkan. Ini perlu
diberi contoh oleh Pendeta dan Majelis Jemaat sendiri. Setidaknya dengan tidak merayakan Natal
secara pesta kita tidak menunjukkan kehidupan yang eksklusip, elitis dan mencolok ditengah
kemiskinan yang lagi disorot secara nasional. Ingat ucapan 'Soli Deo Gloria' yang artinya
'kemuliaan hanya bagi Allah' dan ada ayat berbunyi 'dilihatnya kebajikanmu dan dipermuliakan
Bapa di sorga'!
Bila kita menghayati makna Natal dan misi Kristus dengan benar, kita dapat mengambil
banyak langkah menuju perbaikan diri individu dan masyarakat. Dengan menjalankan moralitas
yang sesuai kehendak Allah dalam Alkitab kita menghadirkan Natal dalam kehidupan moral
masyarakat; menggunakan dana Natal yang besar itu untuk modal-modal usaha kecil dapat
menolong membuka lapangan kerja yang baru dan menanggulangi kemiskinan. Dalam situasi
masyarakat yang sebagian besar masih menderita, kehidupan dan perayaan bermewah-mewah
merupakan ketidak adilan dan ketidak benaran yang harus ditiadakan sebab kenyataannya perayaan
pesta Natal sering justru mengaburkan makna esensi Natal yang sebenarnya. Kita perlu
mengembalikan harapan kita sejalan dengan harapan Yesus Kristus agar gereja-gereja maupun
orang-orang Kristen menjauhi penyalah gunaan perayaan Natal dan menyadari kembali makna
Natal yang benar yaitu menghadirkan "Shalom" Allah untuk bisa dirasakan oleh semua orang dan
menghayati apa yang dikatakan Firman Tuhan mengenai Natal, karena "Allah telah melawat
umatNya sebagai manusia Yesus Kristus".
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan
berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan
mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.
Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini." (Yesaya 9:5-6).
"Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan
berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh pengenalan dan takut
akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan
sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi
orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang
tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan
tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari
kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang terikat pada pinggang." (Yesaya 11:1-5).
"Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala
keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-
perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus. Dan rahmatNya turun-temurun atas orang
yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya dan mencerai-
beraikan orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya
dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang
lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa." (Lukas 1:46-53).
Amin