9
Merayakan Natal, Merayakan Keberagaman Finsensius Yuli Purnama Titik Awal Keberangkatan Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai sebuah tulisan ilmiah, namun sekedar refleksi Natal saya tahun ini. Refleksi ini bermula dari asumsi bahwa dalam berbagai kebudayaan, kehidupan masyarakat seringkali dibimbing oleh narasi (untuk tidak menyebutnya sebagai mitos) yang membimbing manusia tentang bagaimana memandang dunia dan nilai-nilai tertentu. Cerita tentang Cinderela misalnya membimbing para gadis tentang kisah cinta yang menantikan datangnya pangeran berkuda putih, tentang bagaimana menjadi wanita. Atau juga peran cerita pewayangan di kebudayaan Jawa yang memberikan contoh keutamaan, perilaku sesuai dengan peran, dan filosofi dalam memandang hidup. Namun, narasi tersebut dapat juga dimaknai dengan cara yang berbeda. Tulisan ini ingin melihat narasi-narasi tentang Natal dan figur Sinterklas dan Pit Hitam dalam cerita rakyat yang berkembang dari Eropa. Asumsinya, kehadiran sosok Sinterklas dan Pit Hitam analog dengan cara pikir dualisme, hitam-putih, siang-malam, baik-buruk, pemberi hadiah- pemnghukum. Logika oposisi biner tersebut dalam hubungan antara Sinterklas dan Pit Hitam semakin dikuatkan dengan fakta historis hubungan antara kulit hitam-kulit putih,

Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

selamat natal 2011, tahun baru 2012

Citation preview

Page 1: Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas

Merayakan Natal, Merayakan Keberagaman

Finsensius Yuli Purnama

Titik Awal Keberangkatan

Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai sebuah tulisan ilmiah, namun sekedar

refleksi Natal saya tahun ini. Refleksi ini bermula dari asumsi bahwa dalam berbagai

kebudayaan, kehidupan masyarakat seringkali dibimbing oleh narasi (untuk tidak

menyebutnya sebagai mitos) yang membimbing manusia tentang bagaimana

memandang dunia dan nilai-nilai tertentu. Cerita tentang Cinderela misalnya

membimbing para gadis tentang kisah cinta yang menantikan datangnya pangeran

berkuda putih, tentang bagaimana menjadi wanita. Atau juga peran cerita pewayangan

di kebudayaan Jawa yang memberikan contoh keutamaan, perilaku sesuai dengan peran,

dan filosofi dalam memandang hidup. Namun, narasi tersebut dapat juga dimaknai

dengan cara yang berbeda.

Tulisan ini ingin melihat narasi-narasi tentang Natal dan figur Sinterklas dan Pit

Hitam dalam cerita rakyat yang berkembang dari Eropa. Asumsinya, kehadiran sosok

Sinterklas dan Pit Hitam analog dengan cara pikir dualisme, hitam-putih, siang-malam,

baik-buruk, pemberi hadiah-pemnghukum. Logika oposisi biner tersebut dalam

hubungan antara Sinterklas dan Pit Hitam semakin dikuatkan dengan fakta historis

hubungan antara kulit hitam-kulit putih, budak-majikan. Di sisi lain, oposisi biner yang

sangat rasial tersebut dapat uga dibaca secara berbeda (didekonstruksi) sebagai usaha

untuk merepresentasikan keberagaman.

Narasi tentang Natal

Natal (natus, Latin; netre, Prancis; neton, Jawa) tak lepas dari esensinya, yakni

perayaan kelahiran. Dalam hal ini, perayaan kelahiran Yesus Kristus. Sebenarnya,

tradisi untuk memperingati hari kelahiran terdapat di banyak budaya. Setidaknya, hal itu

dapat disimpukan dari perbendaharaan kosakata yang memberi makna kelahiran dalam

tiap kebudayaan. Bagaimanakah dengan sejarah tradisi Natal.

Page 2: Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas

Dalam Kitab Suci, saya tidak menemukan teks yang menyatakan bahwa tanggal

25 Desember merupakan hari kelahiran Yesus. Salah satu versi sejarah menyebutkan

bahwa tradisi merayakan Natal pada tanggal 25 Desember bermula dari Roma. Di

Roma, tanggal 25 Desember dirayakan sebagai hari lahirnya dewa “matahari tak

terkalahkan” (Sol Invictus). Pada tahun 274, Kaisar Romawi Aurelianus mengumumkan

bahwa tgl 25 Desember sebagai hari libur nasional dalam merayakan hari lahirnya dewa

matahari.

Iklim Eropa yang mengenal empat musim membuat peran matahari sebagai

sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Dan banyak dari penganut Kristinai yang

mengikuti tradisi penyemebahan tersebut. Kenyataan tersebut membuat Gereja Perdana

mengajak umat Kristen untuk memaknai perayaan tanggal 25 Desember dengan cara

yang lain. Para umat jemaat perdana diajak untuk merayakan misa tengah malam

sebelum tanggal 25 Desember. Selanjutnya, Gereja Roma Katolik merayakan hari itu

yang di sebut sebagai “misa tengah malam” sehari sebelum Natal (Christmas) untuk

merayakan perkiraan lahirnya Kristus.

Jadi kata “Christmas” berasal dari kata “Christ’s Mass” bahasa Inggris yang

lama, “Christes Maesse.” Misa adalah versi atau sebutan Gereja Katolik Roma untuk

“Perjamuan Tuhan.” Kata Christmas itu sendiri (Natal dalam bahasa Indonesia)

bukanlah bahasa aslinya, tetapi terbentuk dari tradisi manusia. Selanjutnya tradisi ini

dikenal oleh umat Kristen di berbagai negara dan terdapat pencampuran antara cerita-

cerita rakyat lokal terhadap tradisi Christmas tersebut. Salah satunya kemunculan figur

Sinterklas (Santo Nikolas) dan Pit Hitam.

Dualisme Sinterklas dan Pit Hitam

Secara fisik, terdapat beberapa ciri yang membedakan antara Sinterklas dan Pit

Hitam. Saat ini, sinterklas digambarkan dalam beberapa variasi. Secara tradisional,

sinterklas digambarkan sebagai keturunan Eropa (kulit putih), memakai mitra berwarna

merah dengan salib emas, tongkat uskup, berjenggot panjang, jubah imam, lengkap

dengan stola dan kasula. Sedangkan Pit Hitam digambarkan secara berbeda (untuk tidak

Page 3: Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas

menyebut berlawanan). Sinterklas digambarkan sebagai figur yang baik hati dan

memberi hadiah kepada anak-anak.

Sinterklas berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari

tokoh Nikolas dari Myra. Ia lahir sekitar 280 M Patara tidak jauh dari Myra (Demre) di

negara Turki. Ayahnya adalah orang Arab yang bernama Epifanius sedangkan ibunya

bernama Nonna. Nikolas adalah seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-

orang miskin. Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia

barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur. Sedangkan

cerita Pit Hitam awalnya hanya muncul dalam beberapa negara, diantaranya Spanyol,

Afrika, Belanda, dan Spanyol.

Pit digambarkan berkulit hitam (beberapa

versi menyatakan sebagai budak), selalu membawa

karung, dan berpakaian a la prajurit/ pelayan

kerajaan Inggris lengkap dengan topi berbulu. Pit

merupakan asisten dari Sinterklas yang bertugas

untuk mencatat kenakalan anak-anak dan akan

menghukum anak-anak tersebut. Salah satu versi

cerita rakyat di Spanyol dan Afrika menceritakan

Pit Hitam suka memukul anak yang nakal dengan

tongkat dan memasukkan ke karung untuk dibawa

ke Spanyol.

Secara historis, Pit Hitam muncul dalam cerita rakyat di negara Belanda dan

Belgia. Dalam cerita rakyat Belanda, Santo Nikolas/ Sinterklas dikenal sebagai De

Goede Sint dibantu oleh seorang budak bernama Zwarte Piet (Pit Hitam). Cerita

hubungan antara Sinterklas dan Pit Hitam versi lainnya adala ketika Zwarte Piet yang

berterima kasih tidak tahu harus kemana. Dia terpisah dari temannya dan tidak ada

pekerjaan untuk membantu dirinya. Akhirnya Santo Nikolas menawarkannya pekerjaan.

Dari narasi-narasi tersebut terlihat adanya dualisme antara Sinterklas dan Pit Hitam.

Tabel. 1

Dualisme Sinterklas dan Pit Hitam

Page 4: Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas

Berdasarkan identifikasi karakteristik tersebut dapat dilihat hubungan dualisme

Sinterklas dan Pit Hitam tersebut dapat dilihat hubungan yang memandang satu lebih

baik dari yang lain, hubungan ketergantungan, dan balas jasa. Pemikiran inilah yang

mendasari pandangan sebagian orang yang memandang hubungan antara Sinterklas dan

Pit Hitam sebagai sebuah representasi rasisme.

Membaca Ulang Isu Rasial sebagai Perayaan Keberagaman

Bercermin dari bagaimana Gereja Perdana mencoba menafsirkan ulang perayaan

Dewa Matahari menjadi sebuah perayaan kelahiran Yesus, juga bagaimana Yesus

mendekonstruksi makna salib sebagai tanda kemenangan Kristus, maka bagaimana

menafsirkan hubungan Sinterklas dan Pit Hitam pun dapat ditafsirkan dengan cara yang

lain. Jika selama ini, banyak yang menafsirkan hubungan keduanya sebagai sebuah isu

rasial atau representasi budak-majikan, maka penafsiran yang lebih berada postif adalah

sebagai representasi pluralitas manusia.

Perbedaan ras diantara keduanya tidak dilihat dalam kerangka dualisme oposisi

biner namun dala kerangka pikir pluralitas. Dalam narasi tentang Sinterklas dikisahkan

bahwa ayahnya adalah seorang Arab. Hal itu sekaligus

menunjukkan bagaimana saling silang suku dan ras adalah

sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.

Dekonstruksi tersebut juga terjadi dalam cara Gereja

Perdana memaknai perayaan tanggal 25 Desember sebagai

SinterklasKeturunan Eropa (kulit putih)TuanMemberi hadiahMembantu Pit Hitam

Pit HitamKeturunan Afrika (kulit hitam)Asisten (budak)Mencatat kenakalan anak-anak, dan memukul anak yang nakal kemudian memasukkannya ke karungPit Hitam menjadi asisten Sinterklas sebagai rasa terima kasih

Page 5: Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas

perayaan perjamuan tengah malam dan kelahiran Yesus Kristus. Hasil refleksi natal

saya tahun ini adalah soal dekonstruksi. Tentang memandang sesuatu dari sisi yang lain.

Hal itu dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.

Bagaimana kita memandang keberagaman yang ada di sekeliling kita, teman-

teman yang mempunyai asal, kebudayaan, agama, dan bahasa yang berbeda. Lebih luas

lagi, bagaimana kita memandang pekerjaan, cinta, agama, dan tentu saja natal 2011

yang akan segera kita rayakan. Semoga refleksi ini berguna untuk merefleksikan secara

pribadi makna natal bagi diri para saudara. Selamat merayakan Natal 2011, selamat

merayakan kelahiran keberagaman.

Surabaya, 9 Desember 2011

Peringatan Hari Santo Fransiskus Antonius, Pengaku Iman

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Sekitar-Kita/Pengetahuan-Umum/Sinterklas-Punya-Asisten!

http://en.wikipedia.org/wiki/Zwarte_Piet

Leong, Soo Kok. Sejarah Perayaan Natal Yang Sebenarnya.

www.indonesia-missions.com/.../16-SejarahPerayaanNatalYangSebenarnya.

Page 6: Merayakan natal merayakan kelahiran pluralitas