5

Click here to load reader

Final paper mkti_kelompok12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Final paper mkti_kelompok12

Software Quality Assurance in SDLC Prototyping

PENJAMINAN KUALITAS

SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP

PENGEMBANGAN PERANGKAT

LUNAK PROTOTYPING

M. Nasrullah

(5209100704)

Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi

Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jalan Raya ITS, Surabaya, 60111

[email protected]

ABSTRAK

Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak merupakan

suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam

proses pengembangan Perangkat Lunak. Dengan

Kualitas diharapkan dapat memperoleh hasil yang

maksimal dari luaran perangkat lunak yang sedang

dikembangkan. Dalam pengembangan perangkat

lunak terdapat beberapa metode yang banyak

digunakan Paper ini akan menjelaskan tentang

penjaminan kualitas pengembangan perangkat lunak

pada salah satu siklus hidup perangkat lunak yakni

dengan metode Prototyping. Dalam metode ini

setelah fase requirement pihak pengembang akan

membuat prototype(bentuk dasar dari aperagkat

lunak yang akan dibangun) kemudian dievaluasi oleh

User. Ketika User telah merasa cukup dengan

prototipe yang telah dibuat, maka prototipe inilah

yang akan digunakan sedagai dasar pengembangan

perankat lunak ke depan. Dengan penentuan

kepuasan User terhadap prototipe maka akan terjadi

Continues Loop yang mengakibatkan terhambatnya

pengembangan dan penjaminan kualitas perangkat

lunak.

Keyword: Perangkat Lunak, Prototipe, Penjaminan

Kualitas Perangkat Lunak, Siklus Hidup Perangkat

Lunak.

I. PENDAHULUAN

Abad 21 merupakan abad perkembangan

Teknologi Informasi yang pesat, penggunaan

Perangkat Lunak sudah sangat banyak sekali.

Berbagai macam metode telah dikembangkan

dalam pengembangan perangkat lunak sejak tahun

60-an. Metode-metode ini dihasilkan karena terdapat

perbedaan kondisi pada pengembangan perangkat

lunak.

Metode prototype ini bagus untuk proyek

pengembangan software yang requirementnya tidak

stabil, sehingga harus ada prototype untuk

memperjelas perangkat lunak seperti apa yang

diinginkan oleh user. Dengan evaluasi kontinyu dari

user mengakibatkan dihasilkannya perangkat lunak

dengan akurasi terbaik.

II. LITERATUR REVIEW

A. METODE PROTOTYPE

Metode Prototype merupakan salah satu

bentuk/cara pengembangan perangkat lunak yang

cukup sering dipergunakan.

Dalam metode ini akan terjadi banyak interaksi

antara pihak pengembang dan user. Pada metode ini

seringkali user tidak menyebutkan secara detail

output yang ingin dihasilkan ataupun operasi yang

diinginkan. Pihak pengembangpun juga kurang

memperhatikan aspek-aspek yng berhubungan

dengan perangkat lunak seperti efisiensi algoritma,

ataupun interface aplikasi yang dikembangkan.

Untuk mengatasi masalah ini diperlukan

komunikasi timbal balik dan kerjasama yang baik

dari pengembang dan user untuk mengetahui

kebutuhan yang sebenarnya diinginkan oleh user.

Ketika timbal balik dan kerjasama berjalan lancer

maka akan dihasilkan perangkat lunak yang sesuai

dengan keinginan user.

B. PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE

Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak atau

Software Quality Assurance (SQA), menurut IEEE

memiliki definisi sebagaimana berikut :

1. Pola yang sudah terencana dan sistematis dari

semua tindakan yang diperlukan, sehingga

dapat memberikan cukup keyakinan terhadap

suatu barang atau produk berdasarkan

persyaratan teknis yang telah ditentukan.

1

Page 2: Final paper mkti_kelompok12

Software Quality Assurance in SDLC Prototyping

2. Sekumpulan proses yang dirancang untuk

melakukan evaluasi terhadap barang atau

produk yang dikembangkan. Evaluasi ini

kontras dengan kontrol kualitas.

(Galin, 2004).

Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak sangat

memegang peranan yang penting dalam proses

pengembangan perangkat lunak. Ketika proses

pengembangan tidak menggunakan perencanaan

yang sistematis dan sesuai dengan SQA, maka akan

terjadi kegagalan, pembengkakan biaya,

keterlambatan waktu penyelesaian perangkat lunak,

sehingga dapat mengurangi kepercayaan pelanggan

(Chow, 1985).

III. PENJAMINAN KUALITAS DENGAN

METODE PROTOTYPING

A. Struktur Model Prototyping.

Secara struktural, pengembangan dengan

metode prototyping adalah sebagai berikut :

a. Pengembang membuat prototype pada fase

requirement.

b. Prototype kemudian diperiksa oleh user.

c. Hasil evaluasi dari user digunakan oleh

pengembang untuk membuat prototype yang

lebih baik.

d. Ketika user sudah puas dengan prototype

yang dibuat oleh pengembang maka

prototype tersebut digunakan sebagai dasar

pengembangan perangkat lunak yang

disetujui.

B. Tahapan Metode Prototype

Adapun tahapan pengembangan perangkat

lunak metode Prototype dapat dilihat pada

gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1 : Metode Prototype

Berikut akan diuraikan tahap-tahap pengembangan

perangkat lunak metode Prototype, yaitu :

1. Mengidenfikasi kebutuhan pemakai.

Identifikasi ini dilakukan bersama antara

pihak pengembang dengan pemakai untuk

mendefinisikan kebutuhan sistem maupun

gambaran sistem yang diinginkan, juga

dilakukan studi kelayakan, baik yang

meliputi model interface, teknik prosedural

maupun teknologi yang akan dipergunakan.

2. Mengembangkan prototype.

Pada tahap yang ke dua ini, analis sistem

bekerja sama dengan programmer

mengembangkan sistem prototype untuk

memperlihatkan kepada pemakai, untuk

memilih pemodelan sistem apakah yang

akan dibangun nantinya.

3. Menentukan prototype.

Pada tahap ke tiga ini menentukan apakah

akan diterima oleh klien atau pemakai.

Analis sistem pada tahap ini akan

mendeteksi dan mengidentifikasi sejauh

mana pemodelan yang dibua tnya dapat

diterima oleh klien. Perbaikan – perbaikan

2

Page 3: Final paper mkti_kelompok12

Software Quality Assurance in SDLC Prototyping

apa yang diinginkan pemakai atau bahkan

harus merombak secara keseluruhan.

4. Penggunaan prototype.

Pada tahap ini, analis sistem akan

menyerahkan kepada programmer untuk

mengimplementasikan pemodelan yang

dibuatnya menjadi suatu sistem.

Dari proses tersebut akan diketahui detail yang

akan dikembangkan atau ditambahkan oleh pembuat

perangkat lunak atau menghapus detail yang tidak

diperlukan oleh pemakai. Proses ini akan terjadi terus

menerus sehingga produk sesuai dengan keinginan

dari pemakai/pemesan. Berikut merupakan gambar

dari siklus metode Prototype :

Gambar 2 : Siklus Metode Prototype

Menurut Thompson (1992). Tujuan utama dari

metode Prototype adalah :

1. Memberikan produk perangkat lunak yang sesuai

dengan keinginan pemakai/user, sehingga

dilakukan revisi serta pengujian yang berulang-

ulang hingga sesuai dengan yang diinginkan oleh

pemakai. Proses revisi ini bisa dilakukan secara

keseluruhan atau sebagian.

2. Menghasilkan produk yang teruji secara empiris.

Sehingga proses pengujian harus memiliki

perbandingan (benchmark).

3. Menghasilkan produk yang user-frendly, sehingga

terus dilakukan testing dan komunikasi yang terus

menerus antara pemakai dan pengembang

perangkat lunak.

C. Keuntungan prototyping:

Keuntungan dari metodologi prototype adalah :

1. Kegagalan dalam mendefinisikan masalah

antara pemakai dan pengembang dapat

dikenali dari awal.

2. Kesulitan user-interface dan pemakaian

dapat dikenali dari awal.

3. Manajemen telah melihat gambaran secara

riil tentang produk yang dibuat dengan

melihat prototype dari produk.

4. Prototype dapat disebut juga sebagai bagian

dari training penggunaan produk,

sehingga user telah mengenal produk dari

prototype.

5. Proses testing dan perbaikan dapat dilakukan

secara terus menerus sehingga mengurangi

tingkat kegagalan produk.

6. Prototype lebih mengedepankan

pada requirement sehingga mampu

menghasilkan produk yang berkualitas dan

sesuai dengan keinginan dari user.

(Sommerville, 1995)

Kelemahan Prototyping:

beberapa kelemahan dari metode prototype,

kelemahan tersebut antara lain :

1. Memungkinkan terjadinya pengembalian

terhadap kode, implementasi, dan perbaikan

siklus hidup yang dugunakan untuk

mendominasi sistem informasi.

2. Tidak menolak kebutuhan dari fase analisis

sistem. Prototype hanya dapat memecahkan

masalah yang salah dan memberi kesempatan

sebagai sistem pengembangan konvensional. 3. Perancangan masalah numerik tidak

dialamatkan oleh prototype. Isu tersebut

dapat terlupakan jika pemakai tidak berhati-

hati.

4. Dapat mengurangi kreatifitas perancangan.

(McLeod dan Schell, 2001)

IV. METODOLOGI

Purtilo (1991), menegaskan bahwa dalam metode

prototype ini terdapat beberapa proses, yaitu :

3

Page 4: Final paper mkti_kelompok12

Software Quality Assurance in SDLC Prototyping

Gambar 3 : Proses Metode Prototype

1. Identifikasi objek.

Definisi dari masalah yang harus dipecahkan,

dinyatakan secara bersama-sama dengan

memberikan ukuran-ukuran yang pasti

terhadap batasan kesuksesan dari perangkat

lunak yang digunakan sebagai benchmark.

2. Identifikasi resiko.

Kita semua sepakat kalau tidak ada

pengembangan produk yang bersih dan

mampu menghasilkan produk yang memiliki

status “No Risk”, selalu terdapat bagian yang

memberikan resiko terhadap pengembangan

perangkat lunak. Maka dari itu dilakukan

Penegasan dan perjelasan batasan dan

permasalahan yang terdapat dalam area

tersebut.

3. Merumuskan hipotesa prototype.

Setelah resiko dirumuskan, pengembang

membuat desain secara terperinci dari

prototype yang menggambarkan keseluruhan

sistem dan resiko-resiko yang mungkin

berpengaruh pada sistem. Prototype juga

memberikan potensi terhadap perbaikan-

perbaikan terhadap perangkat lunak.

4. Membangun perancangan prototype.

Perancangan prototype berdasarkan hipotesa

ke dalam produk prototype. Tujuan yang

utama dari membangun suatu prototype

adalah untuk menjawab satu atau lebih

pertanyaan mengenai karakteristik fungsional

dari perangkat lunak.

5. Eksperimental.

Prototype harus dilakukan uji coba untuk

menentukan perilakunya dan mengumpulkan

hasil dari instrumentasi sistem sehingga

didapat perangkat lunak yang sesuai dengan

keinginan pemakai.

6. Evaluasi.

Hasil dari eksperimen harus dievaluasi untuk

menilai kebenaran dan efisiensi prototype.

7. Proses yang berulang-ulang.

Proses-proses dalam prototype dilakukan

secara berulang-ulang hingga mendapatkan

salah satu dari 3 hasil berikut, yaitu :

1. Informasi yang cukup dari Prototype.

2. Prototype yang memiliki mutu yang

sesuai dengan spesifikasi perangkat

lunak yang telah ditentukan.

3. Memperoleh solusi dari beberapa

masalah yang ada.

V. KESIMPULAN

Dari uraian serta analisis di atas, dapat kita tarik

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak (SQA)

memegang peran yang penting dalam proses

pengembangan perangkat lunak untuk

memastikan bahwa pemakai telah merasa

puas terhadap End Product / Perangkat

Lunak yang telah dikembangkan oleh

Pengembang (Developer).

2. Dalam metode prototyping kunci dari

penjaminan kualitas perangkat lunak adalah

pendefisian secara jelas terhadap aturan main

yang telah disepakati ketika di awal, yaitu

antara pengembang dengan pemakai. Baik

pengembang maupun pemakai harus

mencapai persetujuan bahwa prototype yang

dibuat telah mendefinisikan kebutuhan.

Penggunaan metode Prototype ini sangat cocok,

ketika :

1. Alokasi waktu yang diberikan cukup

panjang, karena dalam metode ini melakukan

testing secara berulang-ulang tidak menjadi

masalah, asalkan keluarannya memberikan

kepuasan bagi pemakai

2. Desain dari Perangkat Lunak baik sekali,

karena dalam metode ini menitikberatkan

pada aspek desain, fungsi serta user-

interface.

4

Page 5: Final paper mkti_kelompok12

Software Quality Assurance in SDLC Prototyping

VI. DAFTAR PUSTAKA

1) Yulian, Ella., BPTUnikomp (2007). Bab. 1

Metode Pengembangan Software [Web-

document]. [Referenced : 29.05.2012]

2) Thompson, Wishbow. (1992). Prototyping:

tools and techniques: improving software

and documentation quality through rapid

prototyping. Proceedings of the 10th annual

international conference on Systems

documentation. October 13 – 16, 1992,

Ottawa Canada.

3) Purtilo, Larson, Clark. (1991). A

methodology for prototyping in the large.

International Conference on Software

Engineering. Proceedings of the 13th

international conference on Software

engineering. May 13 – 17, 1991, Austin, TX

USA.

4) Galin, Daniel. (2004). Software Quality

Assurance: From Theory to Implementation,

page. 26. Pearson Education Limited, New

York.

5) Chow, T. W. (1985). Software quality

assurance: A practical approach. Silver

Spring, MD: IEEE Computer Society Press.

6) McLeod Jr. P, GP Schell. (2007). Sistem

Informasi Manajemen. Edisi ke-9. Yuliyanto

dan Heri, penerjemah: Jakarta: Indeks.

Terjemahan dari: Management Information

System, Edisi ke-8. Pearson Prentice Hall,

Inc.

5