1. Definisi Lahan Rawa

Preview:

DESCRIPTION

Materi Ekologi Lahan Rawa

Citation preview

OlehIndah NirthaDisempurnakan olehHafiizh PrasetiaUniversitas Lambung Mangkurat

DEFINISI LAHAN RAWA

Bagitu Pentingkah Lahan Basah ?

Lihat Masa Depan Anak-anak Kita !!!

Masih Banyak Yang Belum Sadar Pentingnya Lahan Basah

LAHAN BASAH Pada tanggal 2 Februari 1971,

sebanyak 18 negara berkumpul di kota Ramsar, Iran untuk menandatangani naskah kerjasama internasional dalam rangka konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara bijaksana. Perjanjian kerjasama tersebut kemudian dikenal sebagai konvensi Ramsar dan tanggal 2 Februari ditetapkan sebagai hari lahan basah sedunia.

Sampai dengan tahun 2000 telah tercatat sebanyak 119 negara yang mengadopsi konvensi Ramsar tersebut dimana Indonesia mengadopsi konvensi Ramsar sejak tahun 1985 (WIP-IP, 2000).

LAHAN BASAHKonvensi Ramsar (Ramsar

Convention on Wetlands), lahan basah didefinisikan pada ayat 1.1. dan 2.1 sebagai berikut:

Ayat 1.1: lahan basah adalah area dari marsh, fen, peatland atau perairan, baik alami atau buatan, permanen atau temporer, dengan air yang statis atau mengalir, baik air tawar, payau atau laut, meliputi area perairan laut dengan kedalaman tidak lebih dari 6 meter pada waktu air surut terrendah.

Ayat 2.1: lahan basah mungkin meliputi riparian dan wilayah pesisir yang berdekatan dengan lahan basah, dan pulau atau badan air laut lebih dalam dari 6 meter pada waktu air surut terendah yang membentang di dataran lahan basah.

LAHAN BASAHLahan basah menurut Konvensi

Ramsar merupakan definisi yang luas yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut dan perairan; alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air tergenang atau mengalir; tawar, payau atau asin; termasuk perairan laut yang kedalamanya tidak lebih dari 6 meter diwaktu air surut.

Definisi tersebut mencakup terumbu karang dan padang lamun didaerah pesisir, dataran lumpur, hutan bakau, muara, sungai, rawa air tawar, hutan rawa dan danau serta rawa dan danau bergaram.

Definisi yang sempit umumnya menganggap lahan basah sebagai ekoton yaitu daerah peralihan antara lingkungan daratan dengan lingkungan perairan dimana tanah yang tergenang atau jenuh air, menyebabkan berkembangnya suatu vegetasi yang khas.

JENIS-JENIS LAHAN BASAH YANG TERMASUK KE DALAM DEFINISI RAMSAR

Department of Natural Resources Environmental Protection Division (2000) mengklasifikasikan lahan basah ke dalam dua kategori utama yaitu lahan basah pesisir (coastal wetland) dan lahan basah pedalaman/daratan (inland wetland) :

a. lahan basah pesisir (coastal wetland) : hutan bakau (mangrove)

b. lahan basah pedalaman/daratan (inland wetland) : marsh, bog, dan peatland

Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator lahan basah adalah :

a. Terdapat air baik pada permukaan maupun pada zona perakaran

b. Memiliki tanah yang unikc. Memiliki vegetasi yang toleran

terhadap kondisi jenuh air

Definisi manakah yangakan kita gunakan ???

Karena Indonesia telah meratifikasi Konvensi Ramsar

pada tahun 1992, diikuti dengan pembentukan Komite Lahan

Basah Nasional pada tahun 1994, maka dianjurkan agar kita menggunakan definisi yang

digunakan oleh Konvensi Ramsar 1971

Luas lahan basah (wetland) di dunia mencapai 8.558.000 km2 atau lebih dari 6% luas permukaan bumi yang terbagi atas zona polar 200.000 km2; Boreal 2.558.000 km2; sub Boreal km2; sub tropis km2 dan zona tropis 2.638.000 km2 (Maltby and Tuner, 1983).

Indonesia termasuk kedalam tujuh negara di Asia Pasifik yang mempunyai lahan basah yang didukung oleh keanekaragaman lahan basah yang luas. Luas lahan basah di Indonesia adalah sekitar 38 juta ha.

LAHAN RAWALahan rawa merupakan lahan yang

menempati posisi peralihan antara daratan dan perairan, selalu tergenang sepanjang tahun atau selama kurun waktu tertentu, genangannya relatif dangkal, dan terbentuk karena drainase yang terhambat.

Lahan rawa dapat dibedakan dari danau, karena genangan danau umumnya lebih dalam dan tidak bervegetasi kecuali tumbuhan air yang terapung.

Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi, dan biologis (PP no. 27 Tahun 1991)

Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal (2)

Lahan rawa merupakan lahan basah, atau “wetland”, yang menurut definisi Ramsar Convention mencakup wilayah “marsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).

Lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, dimana masing-masing mempunyai arti yang berbeda.

“Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun.

Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur.

Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut.

“Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal.

Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang).

Marsh dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwater marsh), dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh)

Tidal Freshwater Wetlands

Swamp

Marsh

Nanticoke River,Delmarva Peninsula

Agriculture

“Bog”

“Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog”, dan "raised bog”.

a. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata.

b. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut “hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.

“Fed” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut “laagveen” atau “lowmoor”.

‘Peatland’ adalah rawa yang tanahnya jenuh air dan tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisasisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm.

Gambut merupakan hasil pelapukan bahan organik seperti daun, ranting, kayu dan semak dalam keadaan jenuh air dan dalam waktu yang lama (ribuan tahun).

Tanah gambut secara alami terdapat di lapisan tanah paling atas. Dibawahnya terdapat tanah dengan kedalaman bervariasi. Tanah gambut memiliki kedalaman lebih dari 50 cm.

Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau.

Karena menempati posisi peralihan antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal.

Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi semak maupun kayukayuan hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal.

PENYEBARAN LAHAN RAWASumberdaya lahan rawa di Indonesia,

sebagai salah satu pilihan lahan pertanian di masa depan, secara dominan terdapat di empat pulau besar di luar Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta sebagian kecil di Pulau Sulawesi.

Di Sumatera, penyebaran lahan rawa secara dominan terdapat di dataran rendah sepanjang pantai timur, terutama di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, dan Jambi, serta dijumpai lebih sempit di Provinsi Sumatera Utara dan Lampung.

Di pantai barat, lahan rawa menempati dataran pantai sempit, terutama di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (sekitar Meulaboh dan Tapaktuan), Sumatera Barat (Rawa Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan), dan Bengkulu (selatan kota Bengkulu).

Di Papua, penyebaran lahan rawa yang terluas terdapat di dataran rendah sepanjang pantai selatan, termasuk wilayah Kabupaten Fakfak, dan pantai tenggara dalam wilayah Kabupaten Merauke.

Kemudian di daerah Kepala Burung, di sekeliling Teluk Berau-Bintuni, dalam wilayah Kabupaten Manokwari dan Sorong.

Selanjutnya di sepanjang dataran pantai utara, memanjang dari sekitar Nabire (Kabupaten Paniai) sampai Sarmi (Kabupaten Jayawijaya). Penyebaran lahan rawa lebak yang cukup luas terdapat di lembah Sungai Mamberamo, yang terletak hampir di bagian tengah pulau.

Di Sulawesi, penyebaran lahan rawa relatif tidak luas, dan terdapat setempat-setempat di dataran pantai yang sempit. Lahan rawa yang relatif agak luas ditemukan di pantai barat-daya kota Palu, dalam wilayah Kabupaten Mamuju, kemudian di sekitar Teluk Bone, sepanjang pantai timur-Iaut Palopo, dan sedikit di pantai selatan Kabupaten Toli-toli di sekitar Teluk Tomini.

Di Kalimantan, penyebaran lahan rawa yang dominan terdapat di dataran rendah sepanjang pantai barat, termasuk wilayah Provinsi Kalimantan Barat; pantai selatan, dalam wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, dan sedikit di Kalimantan Selatan; serta pantai timur dan timur laut, dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Penyebaran rawa lebak yang cukup luas, terdapat di daerah hulu Sungai Kapuas Besar, sebelah barat Putussibau, Kalimantan Barat, serta di sekitar Danau Semayang dan Melintang, sekitar Kotabangun, di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian tengah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur

SekianTerima Kasih Atas Perhatiannya

Recommended