View
17
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep diri merupakan bentuk konsep psikososial yang mempengaruhi kualitas keidupan seseorang. Konsep diri ini membantu individu untuk bermasyarakat dan mengidentifikasi diri. Kemampuan akan mengenali konsep diri ini dapat membentuk individu menjadi seseorang yang dapat mengidentifikasi dan mengerti kekuragan dan kelebihan diri, sehingga ia mampu mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat yang dimilikinya.
Dalam konsep psikososial, pengetahuan tentang diri sendiri ini merupakan dasar untuk mencapai aktualisasi diri. Mengingat aktualisasi diri tidak hanya dicapai oleh lansia, maka setiap orang berhak mencapai aktualisasi diri. Termasuk seorang klien yang menghabiskan banyak waktu di rumah sakit juga berhak mencapai aktualisasi diri ini. Tenaga kesehatan, khususnya perawat, bertugas membantu klien memenuhi kebutuhan ini dengan melaksanakan tugas sebaik-baiknya, sesuai dengan kode etik yang ada. Klien akan mencapai aktualisasi dalam bentuk rasa aman dan nyaman atas perawatan di rumah sakit.
Sebagai tenaga kesehatan, perawat banyak bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien. Salah satu kebutuhan dasar klien ini adalah berupa psikososial. Dalam hal ini gangguan mengenai konsep diri akan menyebabkan klien merasa tidak nyaman. Salah satu masalah gangguan pada konsep diri adalah berupa rasa malu jika ada luka yang terdapat di wajah. Hal ini merupakan salah satu masalah ynga harus diatasi perawat dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai keadaan klien.
Berdasarkan uraian singkat diatas, gangguan konsep diri akan memicu adanya gangguan psikososial pada klien. Peran perawatlah untuk mengatasi gangguan psikososial ini dengan memberi tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan gangguan yang dihadapi klien dalam rangka untuk mempercepat pemulihan kondisi klien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui pengertian dan fungsi dari konsep diri.1.2.2 Mengatahui gangguan pada konsep diri.1.2.3 Mengetahui asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan pada konsep diri.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Apa yang dimaksud dengan konsep diri?1.3.2 Apa pengertian dari gangguan pada konsep diri?1.3.3 Mengapa seseorang dengan gangguan konsep diri harus diatasi?1.3.4 Bagaimana peran perawat dalam membantu klien yang mengalami gangguan konsep
diri?
1.4 BATASAN MASALAHDalam makalah ini hanya akan dibahas gangguan konsep diri sebagai bentuk gangguan psikososial.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan memepengaruhi individu dalam berhbungan dengan orang lain.
(Stuart & Sundeen, 1995).
Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan.
Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa
diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri
individu (Mulyana, 2000:7).
Konsep diri berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di keluarga dapat
memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu /
lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya.
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif.
2.2 RENTANG RESPONS KONSEP DIRI
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
Harga diri rendah adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa
lebih rendah dari orang lain
Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa
kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis
Depersonalisasi adalah ; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.
Konsep diri terdiri dari 5 ( lima ) komponen ( Stuart dan Sundeen, 1991 ) :
Citra diri,
Ideal diri,
Harga diri,
Penampilan peran / Peran diri
Identitas diri.
CITRA TUBUH (Body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar
atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian,
kursi roda) dengan tubuh.
Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh
yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap
dalam menjalani kehidupan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :
Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit.
Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infus.
Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh.
Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandanan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor, suntik).
IDEAL DIRI
Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus berperilaku
berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal
diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Ideal diri diperlukan oleh
individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat
terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar
dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut
ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka
saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main bola.
Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh
padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal
penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
HARGA DIRI (Self-Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan
langsung menghasilkan perasaan berharga pada diri sendiri.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai
individu yang berarti dan penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari
penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adakah
perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi kesuksesan.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gangguan harga diri yang
disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,
pemeriksaan perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kondisi seperti ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik
Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negarif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang mal adaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
o Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker.
o Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera
ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
o Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
o Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
o Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan
o Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.
PERAN DIRI
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan
dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai
peran yang terintregrasi dalam pola fungsi individu.
Menurut Stuart dan Sundeen ada 5 ( lima ) factor yang mempengaruhi penyesuaian diri
dengan peran :
Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah
menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
Peran dalam keluarga
Peran dalam pekerjaan/sekolah
Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat dirumah sakit. Atau
setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
Ketidakpuasan peran
Kegagalan menjalankan peran yang baru
Ketegangan menjalankan peran yang baru
Kurang tanggung jawab
Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
Perubahan penampilan peran
Gangguan harga diri rendah
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
IDENTITAS DIRI
Identitas diri adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan
tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi
persepsi seksualitas seseorang.
Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh
dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Tidak ada percaya diri
Sukar mengambil keputusan
Ketergantungan
Masalah dalam hubungan interpersonal
Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
Projeksi ( menyalahkan orang lain )
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
Gangguan identitas personal
Perubahan penampilan peran
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
Kepribadian Yang Sehat
Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
Citra tubuh yang positif dan sesuai
Ideal diri yang realistic
Konsep diri yang positif
Harga diri yang tinggi
Penampilan peran yang memuaskan
Rasa identitas yang jelas
BAB III
KASUS
CONTOH KASUS :
Ny. S, seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, berusia 35 tahun,
memiliki tinggi badan 155 cm dan berat badan 40 kg dianiaya oleh majikannnya yang berusia
50 tahun dengan cara menyiramkan air keras pada wajahnya. Kejadian ini disebabkan karena
nyonya S lalai dalam mengerjakan tugasnya saat ia sedang menyetrika baju majikanya ia
membiarkan baju yang ia setrika terbakar dengan alasan mengurus cucu majikanya yang
menangis , yang kebetulan berada di sana. Penyiraman yang dilakukan oleh majikan
mengakibatkan Ny. S mengalami cacat pada seluruh wajahnya, yang mengharuskan ia
menjalani operasi plastik untuk mengembalikan kondisi wajahnya seperti semula. Namun,
hasil dari operasi plastik tersebut tidak sepenuhnya berhasil. Wajah Ny. S tampak lebih buruk
dari perkiraan sebelumnya. Hal ini membuat Ny. S merasa terganggu, dan menganggap
Tuhan tidak adil. Setiap kali ia melihat kecermin, ia selalu mengeluhkan tentang keadaanya.
Ketika di wawancara Ny. S hanya menunduk sambil berbicara pelan dan mengaku telah
berhenti dan tidak mau bekerja lagi dengan alasan takut masyarakat akan mencacinya. Selain
itu, Ny. S tampak mudah tersinggung dan mudah marah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri
1. Pengkajian
Faktor predisposisi
Adanya perasaan malu dan tidak ingin di caci oleh orang lain karena kerusakan pada
wajah ny. S.
Gangguan citra tubuh yang disebabkan oleh tindakan operasi plastik pada wajah ny. S
tetapi tindakan operasi plastik tersebut tidak berhasil sehingga dapat menyebabkan
wajah ny. S semakin parah.
Gangguan penampilan peran adalah terhenti fungsi peran ny. S yang disebabkan tidak
berhasilnya operasi plastik dan ia memutuskan huungan kerja karena takut
bersosialisasi dengan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu adanya ketidakpercayaan pada
lingkungan, bahwa sebenarnya lingkungan mampu menerima keadaan ny. S.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
(internal or eksternal sources), yang dibagi lima kategori:
Ketegangan peran, adalah ny. S adalah bagian dari masyarakat tetapi ia tidak bisa
bersosialisasi dengan masyarakat sehingga ia tidak mampu menjalankan peranya
sesuai dengan tuntutan yang ada. Artinya nyonya S tidak mau bekerja dan peranya
sebagai pencari nafkah terganggu.
Peran berlebihan : adanya tuntutan berlebih dari majikan yang memintanya
melakukan dua pekerjaan sekaligus.
Perilaku
Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang obyektif dan
dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah ( Stuart dan
Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Perilaku dengan harga diri yang rendah
Mengkritik diri sendiri berhubungan dengan kondisi fisik yang mengalami
kerusakkan.
Produktivitas menurun: ny. S memutuskan untuk tidak mau untuk bekerja kembali
Adanya perasaan mudah tersinggung dan mudah marah
Pandangan hidup yang pesimis: beranggapan bahwa dengan kondisi wajah yang
kurang baik Ny. S tidak mau bekerja karena takut dicela oleh masyarakat.
Menarik diri: Ny. S menarik diri dari lingkungan dengan tidak mau bekerja lagi.
Harga diri rendah Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan (lebih baik).Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fisik
setelah dilakukanya operasi plastik ketika menghadap cermin ia selalu mengeluhkan
tentang keadaanya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan adanya isolasi sosial berupa menarik diri
dari lingkungan.
4. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Intervensi
1. Mekanisme Koping
A. Jangka Pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-obatan,
nonton TV
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan, politik
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara: kompetisi olahraga
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara: (penyalahgunaan obat-
obatan)
B. Jangka Panjang :
1. Menutup identitas: terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
2. Identitas negatif: Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
4. Implementasi
Diagnosa keperawatan : perubahan penampilan peran berhubungan dengan
harga diri rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggungjawabnya.
Tujuan khusus:
Ø Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Ø Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Ø Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Ø Klien dapt menetapkan (merncankan) kegiatan sesuai yang dimilki
Ø Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan.
Ø Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan.
1. Bina hubungan saling percaya.
Ø Salam terapeutik
Ø Perkenalkan diri
Ø Jelaskan tujuan interaksi
Ø Ciptakan lingkungan yang tenang.
Ø Buat kontrak yang jelas (apa yang dilakukan /bicarakan, waktu)
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan (apa yang dilakukan/bicarakan,
waktu)
1. Sediakan waktu untuk mengungkapakan tentang penyakit yang diderita
2. Katakana pada klien bertambah satu orang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
3. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien. Dapat dimulai
bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang
dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga lingkungan) dimilki klien. Jika
klien tidak mampu mengidentifikasi maka dinilai oleh perawat memberi
“reinforcement” terhadap aspek poasitif klien.
4. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilain negative.utamakan
memberikan pujian realistis.
5. Diskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selamam sakit. Misalnya: penampilan klien dalam “self care” latihan dan
ambulasi serta aspek asuhan terkait denga gangguan fisik yang dialami oleh
klien.
6. Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanannya setelah
pulang sesuai dengan kondisi pasien.
7. Rencanakan bersama oleh aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
8. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien.
9. Beri kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering
klien takut melaukannya).
10.Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
11.Beri pujian atas keberhasilan klien.
12.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
13.Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien harga
diri rendah.
14.Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Hasil yang diharapkan:
§ Klien menungkapkan perasaanya terhadap penyakit yang diderita.
§ Klien menyebutkan aspek dan kemampuan dirinya (fisik, intelektual, system
pendukung).
§ Klien berperan serta dalam perawtrn dirinya.
§ Percaya diri klien dengan mentpkan keinnginan atau tujuan yang realistis.
Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
Tujuan umum:
Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Tujuan khusus:
Ø Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
Ø Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
Ø Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
Ø Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh.
Ø Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
Ø Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan perawat yang terapeutik
o Salam terapeutik
o Komunikasi terbuka, jujur dan empati.
o Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
o Lakukan kontrak untuk program arahan keperawatan/pendapatan kesehatan,
dukungan dan konseling.
2. Diskusikan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh
3. Observasi ekpresi klien pada saat berbicara.
4. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yamng dimilki (tubuh, intelektual,
keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
5. Beri pujian terhadap aspek yang positif dan kemampuan yang masih dimilki
klien.
6. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap.
7. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh.
8. Tingkatkan dukungan keluarga terutama pasangan.
9. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet) sebagai sumber informasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk dan fungsi
tubuh.
10. Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien.
11. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
12. Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya protesa untuk
bagian tubuh bertemu tongkat.
13. Rehabilitas bertahap bagi klien
Hasil yang harapkan:
Klien dapat menerapkan perubahan
Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang terjadi.
Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
untuk menentukan efektivitas asuhan keperawatan untuk mencegah atau mengobati
respon klien terhadap prosedur kesehatan yang telah diberikan ( Nursalam; 2009).
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi
yang direncanakan pada status kesehatan klien.Langkah-langkah evaluasi adalah:
a) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
b) Mengumpulkan data baru tentang klien
c) Menafsirkan data baru
d) Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
e) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
f) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
Hasil evaluasi yang didokumentasikan adalah sebagai berikut:
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
Jika Ny. S mampu menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang telah ditetapkan
Jika Ny. S menunjukkan perubahan tetapi hanya sebagian
3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
samasekali dan bahkan timbul masalah baru.
Jika Ny. S tidak menunjukkan perubahan sama sekali, atau dengan kata lain Ny. S
tetap pada keadanya yang rendah diri
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULANBerdasarkan uraian dalam makalah ini dapat disimpulka bahwa :5.1.1 Konsep diri adalah ide dan gambaran mengenai identitas seseorang yang
dipengaruhi oleh adanya sikap positif dari lingkungan dalam upaya visualisasi individu untuk menemukan siapa dirinya dan akan berguna untuk mencapai aktualisasi diri.
5.1.2 Gangguan konsep diri adalah suatu gangguan yang terjadi pada salah satu komponen konsepdiri yang membuat seorang individu tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya.
5.1.3 Gangguan konsep diri ini akan menyebabkan seseorang terganggu kebutuhan dasarnya dan menyebabkan individu tersisih dari masyarakat karena isolasi dirinya sendiri. Hal inilah yang menjadi akibat buruk dari gangguan pada konsep diri, sehingga harus diatasi.
5.1.4 Perawat, sebagai tenaga medis memberikan bantuan dengan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai kondisi klien untuk mengembalikan konsep diri klien.
5.2 SARANDari proses pembuatan makalah ini, ada beberapa saran yang dapat diaplikaskan kedepannya, yaitu :5.2.1 Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri
sebaiknya perawat melibatkan teman dan keluarga klien untuk mempercepat pemulihan kondisi psikologi pada klien. Pemanggilan keluarga da teman ini dapat diriencanakan bersama antara klien dan perawat.
5.2.2 Sesuai tugas perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar klien, maka intensitas pertemuan klien da perawat adalah aspek penting untuk mempercepat klien pulih dari gangguan pada konsep dirinya. Perawat sebagai tempat bertanya klien, hendaknya mampu memberi bantuan terbaik kepada klien dengan melaksanaka tindakan komunikasi terapeutik.
Daftar pustaka
http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/07/askep-klien-dengan-gangguan-konsep-diri.html diunduh pada 4 mei 2012
http://sites.google.com/site/stikeshusada/ikd-2/diagnosa-keperawatan diunduh pada 4 mei 2012
http://www.duniapsikologi.com/konsep-diri-positif-dan-konsep-diri-negatif/ diunduh pada 4 mei 2012
Recommended