7 teori kognitif sosial & pembelajaran konstruktivis

Preview:

DESCRIPTION

Mungkin teori ini cocok untuk penerapan Kurikulum 2013 di Indonesia.

Citation preview

Dipresentasikan oleh:

Feriyenti (7616120362)

Joni Minggulius (7616120368)

Faktor Sosial dan Kognitif, serta faktor Perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran.

Faktor Kognitif Ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan.

Faktor Sosial Pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya.

Teori Kognitif Sosial Albert Bandura: Menekankan Observasi, Modeling, dan Vicarious Reinforcement (penguatan yang dialami orang lain).

P:

Perilaku

L:

Lingkungan

P/K:

Faktor Person dan

Kognitif

Efikasi Diri (Self Efficacy): Keyakinan seseorang tentang kompetensi pribadinya di bidang tertentu.

Konsep Diri (Self Concept): Konstrak yang lebih global dan berisi banyak persepsi tentang diri.

Harga Diri (Self Esteem): Pandangan keseluruhan dari seorang individu tentang dirinya sendiri.

Mastery Experience, yaitu pengalaman langsung seseorang yang merupakan sumber informasi efikasi yang paling kuat.

Physiological and Emotional Arousal, yakni reaksi fisik dan psikologis yang menyebabkan seseorang merasa siaga, bersemangat, atau tegang.

Vicarious Experiences, yakni pengalaman atau pencapaian yang dilakukan oleh orang lain.

Social Persuasion, yaitu umpan balik lebih spesifik atas kinerja.

Bila sense of efficacy seseorang tinggi terhadap suatu tugas, dia cenderung mempunyai tujuan yang tinggi untuk menyelesaikan tugasnya.

Namun bila sense of efficacy seseorang rendah, mungkin dia sama sekali menghindari tugas atau menghindari saat muncul masalah.

Mengadopsi tujuan jangka pendek sehingga lebih mudah menilai kemajuannya.

Diajari menggunakan strategi belajar yang spesifik seperti merangkum yang dapat membantu memfokuskan perhatian mereka.

Menerima reward berdasarkan prestasi belajar.

Keyakinan guru bahwa dirinya mampu menjangkau hingga siswa yang paling sulit untuk membantu mereka belajar,

dan hal ini merupakan salah satu karakteristik personal guru yang berkorelasi dengan kemampuan siswa.

Guru yang memiliki efikasi diri tinggi bekerja lebih keras dan bertahan lebih lama bahkan bila siswanya sulit diajar, hal ini dikarenakan sebagian dari mereka memiliki percaya diri dan percaya pada siswanya.

Memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan.

Bila tujuan itu melibatkan belajar, maka kita belajar tentang self-regulated learning.

Tujuan: 1) Tujuan akademik: Meningkatkanpemahaman dalam membaca, menjadipenulis yang baik, mengajukan pertanyaanyang relevan. 2) Tujuan sosio-emosional: Mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya.

Bertujuan memperluas pengetahuan danmenjaga motivasi.

Menyadari keadaan emosi mereka dan punyastrategi untuk mengelola emosinya.

Secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya.

Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat.

Mengevaluasi halangan yang mungkinmuncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan.

Pengetahuan.

Motivasi.

Disiplin diri atau volition (kemauan diri).

Orang-orang yang bisa membantu murid agar menjadi pembelajar regulasi diri: Guru, Tutor, Mentor, Konselor, dan Orang tua.

Evaluasi dan

Monitoring Diri

Menentukan

Tujuan dan

Perencanaan

Strategis

Melaksanakan

Rencana dan

Memonitornya

Monitoring Hasil

dan Memperbaiki

Strategi

Menganalisis

tugas

pembelajarannya

Menetapkan tujuan

dan menyusun

rencana

Menerapkan

taktik dan

strategi untuk

menyelesaikan

tugas

Meregulasi

pembelajaran

Evaluasi dan monitoring diri.

Menentukan Tujuan dan PerencanaanStrategis.

Melaksanakan rencana dan memonitornya.

Memonitor hasil dan memperbaiki strategi.

Menggunakan kunci jawaban, siswa memberiskor pada PR-nya dan memberikannyakepada teman yang ditunjuk untukmengumpulkan PR.

Siswa membuat grafik penyelesaian PR-nyapada laporan kelas.

Siswa menggunakan grafik thermometer individual yang disimpan dalam folder untukmencatat skor-skor harian dan masalah-masalah individual.

Pada awal setiap sesi, siswa memeriksa grafiksebelumnya dan menetapkan tujuan untukmemperbaiki skor sebelumnya.

Siswa mendiskusikan dengan partner-nya, bagaimana mereka dapat menerapkanstrategi problem solving di luar kelas.

Sebelum beberapa pelajaran, siswa melaporkepada kelompok tentang bagaimana merekatelah menerapkan keterampilan problem solving di luar kelas.

Pemantauan diri dan evaluasi diri merupakan kunci bagi self regulated learning (SRL) yang efektif.

Guru dapat membantu siswa mengembangkan SRL dengan melibatkan mereka dalam menetapkan kriteria untuk mengevaluasi proses dan produk belajarnya, lalu memberi mereka kesempatan untuk menilai kemajuan mereka dengan menggunakan standar-standar tertentu.

Beberapa teoretisi kognitif melihat bahwa pendekatan tersebut masih terlalu fokus pada perilaku dan faktor eksternal dan kurang menjelaskan secara detail bagaimana berlangsungnya proses kognitif seperti pikiran, memori, pemecahan masalah dan sebagainya.

Beberapa kaum developmentalis mengkritik pendekatan ini karena dipandang bersifat non-developmental, dalam pengertian bahwa pendekatan ini tidak menyebutkan urutan perubahan pembelajaran berdasarkan usia.

Kaum teoritis humanis mengkritik pendekatan ini karena tidak memberi cukup perhatian pada rasa penghargaan diri dan hubungan yang penuh perhatian dan suportif.

Teori ini sangat banyak mengandalkan karya Piaget dan Vygotsky.

Menurut para psikolog pendidikan, konstruktivisme adalah pandangan tentang belajar yang menunjukkan bahwa, peserta didik membangun pemahaman mereka sendiri tentang topik yang mereka pelajari, daripada memiliki pemahaman yang ditransmisikan kepada mereka oleh beberapa sumber lain (seperti dari orang lain atau sesuatu yang mereka baca).

Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak juga dari teori pembelajaran behaviorisme yang didukung oleh B.F Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada peserta didik.

Teori ini sesuai dengan teori Vygotsky yang menyatakan bahwa anak berada dalam konteks sosiohistoris. Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual: dari individual ke kolaborasi, interaksi sosial dan aktifitas sosio-kultural.

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, peserta didik yang harus mendapat penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka.

Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.

Mengutamakan proses.

Menanamkan pembelajaran dalam kontekspengalaman sosial.

Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Menurut Piaget, adaptasi terhadap lingkungan dapat dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

Akomodasi adalah rangsangan atau pengalaman baru seseorang yang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.

Fungsi dan pentingnya bahasa dalamkomunikasi sosial yang berguna untuk tukarmenukar informasi dan pengetahuan

Zona of Proximal Development (daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu).

Scaffolding.

Pelatihan Kognitif.

Tutoring.

Pembantu Kelas, Sukarelawan dan Mentor.

Tutor Teman Sebaya.

Menghasilkan individu atau peserta didik yang memilikikemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiappersoalan yang dihadapi.

Kurikulum dirancang sedemikian rupa, sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan danketerampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok denganmenganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

(a) Apresiasi.

(b) Eksplorasi.

(c) Diskusi dan penjelasan.

(d) Pengembangan dan aplikasi.

Memberi kesempatan kepada peserta didik untukmengemukakan gagasan dengan bahasa sendiri.

Memberi kesempatan kepada peserta didik untukberpikir tentang pengalamannya sehinggamenjadi lebih kreatif dan imajinatif.

Memberi kesempatan kepada peserta didik untukmencoba gagasan baru.

Memberi pengalaman yang berhubungan dengangagasan yang telah dimiliki peserta didik.

Mendorong peserta didik untuk memikirkanperubahan gagasan mereka.

Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Recommended