View
19
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH
Skripsi
Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1
Di susun oleh:
THARI MAYARATU
NIM. 106032101083
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
2
AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH
Skripsi
Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1
Oleh:
THARI MAYARATU
NIM. 106032101083
Dibawah Bimbingan
Hj. Siti Nadroh M.Ag
NIP. 150 282 310
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
3
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh” telah
diujikan dalam siding Munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus pada tanggal
16 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan
perbandingan agama.
Jakarta, 16 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqosyah
Ketua Sekertaris
Drs. M. Nuh Hasan, MA Maulana, MA
NIP. 19610312 198903 1 003 NIP. 19650207 199903 001
Penguji I Penguji II
Drs. M. Nuh Hasan, MA Media Zainul Bahri, MA
NIP. 19610312 198903 1 003 NIP. 19751019 200031 21 003
Di Bawah Bimbingan
Hj. Siti Nadroh, M.Ag
NIP. 150 282 310
i
KATA PENGANTAR
Assalaamu‘alaykum Wr.Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim..Alhamdulillah..Walaa haulaa walaa quwwata illaa
billaahil‘aliyyil ‗adzim...(Amma Ba‘du)..
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang selalu memberikan nikmat kasih dan sayang-Nya
kepada kita. Memberikan hidayah bagi manusia dan selalu menaungi manusia
dengan kasih dan sayang-Nya, khususnya kepada Penulis. Sehingga Penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini, walaupun di dalamnya masih terdapat banyak
kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Mudah-mudahan ini menjadi hal yang bermanfaat
untuk menambah pengetahuan kita semua, Amin.
Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada Baginda kita
Nabi Besar Muhammad SAW, Sang pendobrak pintu kebathilan dan kejahilan,
yang membawa umat-Nya kepada zaman yang sekarang kita rasakan. Semoga
Allah selalu mencurahkan ridha-Nya kepada beliau, Amin.
Selanjutnya, tiada kata yang sanggup Penulis ucapkan, khususnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam proses
penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Papa ―Teuku Raja Arham‖ dan Mama ―Flora Irama‖-ku tercinta, inspirator
dalam hidup saya, karena mereka saya mampu survive sampai saat ini,
Semoga Papa dan Mama selalu dalam lindungan-Nya, amien…
ii
2. Tanteku ―Nurhayati‖, Ibu negara yang menjadi donatur tetap dalam
kehidupan saya. ―makasih ya mami dah membantu banyak hal dalam hidup
Maya..i love you..‖ Semoga segala amal ibadah mami di ridhai-Nya, amien…
3. Ibu Hj. Siti Nadroh, selaku pembimbing dalam proses pembuatan skripsi ini.
Saya sangat berterima kasih kepada Ibu, yang selalu memberikan arahan-
arahan dan bimbingan kepada saya selama proses penulisan. Saya mohon
maaf jika banyak kesalahan baik yang disadari atau tidak disadari. ―Maaf ya
bu..Thari belum mampu membalas dan memberikan apa-apa untuk Ibu, tapi
Thari tidak akan melupakan segala kebaikan ibu..‖ Semoga Allah SWT selalu
memberikan ridho dan kebahagiaan kepada Ibu dan keluarga di dunia dan
akhirat, Amin…
4. KAJUR dan SEKJUR Perbandingan Agama, Bapak M. Nuh Hasan dan Bapak
Maulana. Terima kasih atas semua bimbingan dan pengajaran yang telah
Bapak berikan. Semoga Bapak bisa mengangkat nama Jurusan ke prestasi
yang lebih baik lagi dan semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan
berjuta-juta nikmat dan kebahagiaan, Amin…
5. Dekan dan Pembantu-Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Semoga selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam membangun Fakultas
dengan lebih baik lagi dan menciptakan generasi-generasi yang bermanfaat
untuk masyarakat dan negara. Cayyoo Ushuluddin, semangat semangat !!!
6. Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Komaruddin Hidayat beserta staf-
stafnya, yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
semuanya. Ciptakan terus generasi yang dapat dibanggakan oleh bangsa dan
negara. Jaya Terus Kampusku Tercinta UIN Jakarta !!!
iii
7. Seluruh Dosen Perbandingan Agama yang tidak bisa Penulis sebutkan
namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku untuk
Bapak dan Ibu. Terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah Bapak dan
Ibu berikan kepada Penulis, semoga bermanfaat dan bisa Penulis terapkan
dalam sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Penulis mohon maaf jika
selama masa perkuliahan ada kelakuan dan perkataan yang kurang berkenan di
hati Bapak dan Ibu. Semoga Allah membalas jasa-jasa Bapak dan Ibu, Jazaa
Kumullahu, Syukron Katsiron…
8. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah
menyediakan fasilitas dan pelayanan yang Penulis dan mahasiswa lain
butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin bisa terus berkembang
dan mempunyai koleksi buku-buku yang lebih lengkap lagi, khususnya
mengenai materi-materi dari jurusan yang terkait. Terima kasih semuanya…
9. Pihak-pihak yang berkaitan dengan penulisan ini (Gurdwara ―Sikh Temple‖
Pasar Baru dan Pusat Kebudayaan India, Jawaharlal Nehru, Menteng). Terima
kasih atas partisipasinya (sambutan dan penerimaan) sehingga bisa membantu
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. ―Terima kasih banyak
untuk Mr. Golraj Singh yang telah membuka pikiran saya bahwa hidup
beragama itu tidak rumit dan jangan dibuat rumit, karena penjelasan bapak
membuat saya menjadi lebih mencintai Allah..‖ Semoga kita selalu diberikan
hidayah-Nya. Amien.
10. Untuk saudara kandungku, abang Arief Shilvo, adek Mekar Ayu Lestari dan
adek Rachmat. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya (amien..) dan
selalu menjadi saudara yang bersatu-padu memberantas kebathilan,
hallaaaaahhh..
iv
11. Saudara-saudaraku, yang telah banyak membantu memberikan ide dan
sumbangsih dana ketika saya ‖limits money‖ alias bokek, juga keponakan-
keponakan yang telah banyak membantu membuyarkan ide-ide saya dengan
―kelucuan‖nya, Dek Gam Ndut Sinchan-ku, Nisa teman bubu-ku, Aisyah
‗kembaran‘-ku, Tasya ―ndut-ku‖, Rayhan, Rafi, Dek Arya ―Cinta untukmu
luwwal biatccaaa..‖ dan semua yang tidak dapat disebutkan disini, terima
kasih ya untuk segala ‗keramaian‘ yang ada..semoga kita selalu menjadi
saudara yang menjunjung tinggi ke-solid-an, selalu dalam lindungan-
Nya..amien..
12. Ihya Ulumuddin-ku tercinta, yang punya segudang kasih sayang..sejuta kata-
kata puitis..Terima kasih atas perhatian yang besar..atas pengertian yang
dalam..atas sayang yang dahsyat..terima kasih telah menjadi ‗pelangi‘ dalam
hari-hariku..everytime is happiness..Semoga Allah SWT memberikan yang
terbaik untuk kita dan selalu hidup dalam keberkahan-Nya..amien..
13. Selanjutnya untuk sahabat-sahabatku: Ay Shumyati, Mariya Seni, Gank
Fantastic 4: M. Syahid Juli Ashari, Dwiki Aribowo dan Pajri Akromani
(Moga perjuangan kita untuk lulus sekarang berkah ke depannya
yaa..seru!!!), anak-anak Perbandingan Agama, khususnya angkatan 2006:
Iskandar Hidayat (Is lo meski eror.com tapi solid banget yaa..Thanks
pren..semangat untuk skripsinya..), Enung Sholihah, Samsul ―opa‖, Ikbal
Kaukabudin, Yudha Bhakti, Abbas Sambas (Semangat ya pren..orang itu
pandai menilai orang lain tapi ga cerdas menilai diri sendiri, stay cool
ajahh..), Ady Sophian, Abdul Jabbar, Muh. Subhi, Shumi Sri Wahyuni (lo
tetap bagian dari PA ‘06 kok..kapan kita bersua kembali ???), Alumni
v
14. Persada Ma’had Al-zaytun Indramayu (kangeeeeeeennnn…), para Pemuja
Rahasia (lho???) friendship better than love, dan semua sahabat seiman yang
tak mungkin disebutkan satu-persatu disini, terima kasih ya atas support nya..
Jazaa Kumullahu..
15. Terimakasih juga kepada Driver angkot: Depok-Ciputat, Ciputat-Bintaro,
Bintaro-Lebak Bulus, Ciputat-Tanjung Priok, Abang tukang ojek, Abang
tukang Bajaj, Busway, Abang tukang fotocopy-an, Facebooker, Laptop Aang
(Compaq 510), Motorola yang doyan ngadat..semangat yaaa, BenQ, sepatu
bututku yang paling keren sedunia, jam Casio membawa kenangan, Honda
Beat-nya Aang dan semua sponsor yang telah mendukung Penulis dalam
penggarapan skripsi ini.
Terima kasih kepada semuanya yang tidak tersebut diatas, mohon maaf
jika Penulis mempunyai kesalahan baik dari sikap maupun ucapan. Semoga
Allah memberikan hidayah dan maghfirah-Nya kepada kita semua, agar
terciptanya kehidupan yang harmonis dan selalu dalam ridho-Nya, Amin…
Depok, 16 Desember 2010
Thari Mayaratu
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................... 5
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 6
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 7
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA SIKH
A. Sekilas Sejarah Sikhisme ....................................................... 9
B. Perkembangan Sikh di Indonesia ........................................... 20
BAB III AJARAN KETUHANAN DALAM HINDUISME DAN ISLAM
A. Pandangan Manusia Tentang Tuhan ...................................... 23
B. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Hindu ............................... 25
C. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Islam ................................ 31
BAB IV AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH
A. Monotheisme Dalam Sikhisme .............................................. 36
B. Keterpengaruhan Ajaran Ketuhanan Dalam Sikhisme
vii
a. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Hindu ................................. 39
b. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Islam ................................. 43
C. Tuhan Dalam Diri-Nya (Realitas Transenden) ...................... 45
D. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Penciptaan (Realitas
Imanen) .................................................................................. 50
E. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Manusia ........................... 52
F. Tuhan Ada Dimana-mana ...................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 58
B. Saran ....................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah agama Hindu Brahma, sejak zaman dahulu telah banyak
muncul tokoh-tokoh yang membawa aliran perubahan, perubahan ini sebagai
tantangan terhadap ajaran dalam agama Hindu tersebut. Perubahan tersebut
ada yang bertalian dengan konsep ketuhanannya, cara mencapai akhirat
(nirwana1 atau moksa
2) atau sistem kemasyarakatannya yang menganut sistem
kasta,3 dimana sebagian manusia dipandang sangat mulia (Brahma, Ksatria
dan Waisya), sedangkan sebagian yang lain dipandang sangat hina (Sudra,
Paria dan Harijan).
Salah satu dari agama yang muncul akibat dari gerakan perubahan itu
adalah agama Sikh (Sikhisme), di mana sebelumnya telah ada agama Buddha
dan Jaina yang mendahului gerakan ini. Agama Buddha dan Jaina sama-sama
tidak setuju kepada paham Brahma yang mengakui banyak Tuhan, serta
menyembah kepada berhala (walaupun penganut agama Buddha masa kini
menyembah patung) dan tidak setuju kepada pembedaan derajat manusia yang
1 Nirwana adalah tujuan akhir dari umat Buddha, yang mana merupakan ―tempat
kesejukan,‖ keadaan dimana nafsu yang berkobar-kobar dan keserakahan dipadamkan. Untuk
lebih jelasnya lihat Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 77. 2 Moksa adalah akhir dari pengembaraan jiwa seseorang dan merupakan tujuan setiap
orang Hindu. 3 Menurut tradisi Hindu, kasta adalah pembagian-pembagian di dalam masyarakat yang
didasarkan pada kedudukan manusia dan ribuan kasta serta sub-kasta masih terdapat di India. Ada
empat kasta yang terdapat dalam tradisi Hindu, yaitu kasta Brahmana yang mana terdapat di
dalamnya para pendeta yang memimpin pelayanan dan upacara-upacara keagamaan serta
menyanyikan ayat-ayat Kitab Suci. Kasta Kesatria, dimana di dalamnya membentuk para prajurit
dan penguasa India, kasta Waisya membentuk pusat-pusat kehidupan ekonomi dan sosial negara,
seperti petani dan pebisnis. Kasta Sudra adalah yang termasuk di dalamnya para pekerja, yang
memberikan pelayanan di tingkat paling dasar kepada orang lain. Yang terakhir kasta paling
rendah tingkatannya yaitu kasta Paria dan Harijan, dimana disebut juga orang ―yang hina dina.‖
Lihat Keene, Agama-agama, h. 12-13.
2
membagi manusia kepada berbagai kasta. Bagi kedua agama ini, syarat utama
untuk mencapai nirwana atau moksa ialah agar setiap orang harus menjadikan
dirinya sebagai manusia yang baik, berpikiran baik, berbuat baik,
berkeinginan baik, dan menjauhi semua perbuatan yang tidak baik. Untuk
mencapai nirwana, tidak harus terlahir dari kasta Brahmana, tetapi siapapun
dapat mencapainya asal ia berlaku sebagaimana yang telah disebutkan tadi.
Demikianlah, tantangan ini sudah tumbuh pada abad kelima sebelum masehi.4
Pada abad ke tujuh Masehi, agama Islam mulai masuk dan bertapak di
negeri India yang dibawa oleh kafilah yang dipimpin oleh Muhammad bin
Qasim.5
Ajaran Islam yang menanamkan keyakinan tauhid, meyakinkan bahwa
Maha Pencipta Alam Semesta ini adalah Dzat Yang Maha Esa dan Maha
Kuasa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Di samping itu, Islam tidak memandang
manusia dari asal keturunannya. Ternyata ajaran Islam ini membawa pengaruh
yang sangat besar kepada masyarakat India. Sebagian masyarakat India telah
menerima ajaran Islam sebagai agama mereka, namun ada pula yang tidak
mau melepaskan diri dari sebagian paham Brahma. Mereka mengakui keesaan
Tuhan, mereka setuju tentang persamaan manusia, tetapi tentang akhirat
mereka masih mempercayai nirwana, yakni akhir tujuan ruh bersatu dengan
Tuhan. Sebagai contoh, dalam ajaran Ramanand—seorang pujangga Hindu
yang tidak setuju kepada paham yang bertuhan banyak dan sangat mencela
4 Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-
Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 182. 5 Hakim, Perbandingan Agama, h. 182.
3
kebaktian kepada berhala—yang mana syair-syairnya telah menjadi inspirasi
bagi terciptanya agama Sikh. 6
Sikhisme sendiri merupakan sinkronisasi dari agama Hindu serta Islam
sufi.7 Dewasa itu anak benua India berada di bawah kekuasaan imperium
Mughal (1525 - 1858 M), imperium Islam yang berkedudukan di ibukota
Delhi. Sebelum kedatangan Guru Nanak, pendiri agama Sikh, ikhtiar ke arah
sinkronisasi antara agama Hindu dan agama Islam telah dimulai lebih dahulu
oleh Kabir (1488 - 1512), seorang penyair India, hingga himpunan sajaknya
dimasukkan menjadi bagian di dalam Guru Granth Sahib, Kitab Suci agama
Sikh.
Sikhisme berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama
Hindu dan Islam, seperti sistem kasta dan purdah8. Filsafat dalam Sikhisme
bercirikan logika, keseluruhan (bersifat komprehensif) dan pendekatan yang
sederhana terhadap masalah-masalah spiritual maupun material. Teologi
dalam agama ini penuh kesederhanaan.
Dalam hal ajaran ketuhanan, definisi terbaik yang dapat diberikan oleh
orang-orang Sikh adalah konsep ―Mul Mantra,‖ yang terdapat dalam Japji9—
doa yang diucapkan setiap pagi saat meditasi—dan konsep ini menjadi
landasan fundamental agama Sikh yang termuat dalam bagian permulaan Guru
Granth Sahib. Di dalam Mul Mantra di jelaskan:
6 Hakim, Perbandingan Agama, h. 182.
7 Tradisi spiritual agama Islam di Anak Benua India telah mengembangkan corak yang
unik dan khas, tetapi sebagaimana di bagian lain dunia Islam, mereka masih berakar kuat pada Al-
Quran, Hadist dan ajaran-ajaran para khalifah yang adil serta keturunan Ali bin Abi Thalib. Lihat
Sayyed Hosein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi (Bandung: Mizan,
2003), h. 313. 8 Purdah adalah kain penutup kepala yang biasanya digunakan oleh wanita.
9 Sangat Singh, Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence Of the
Sikh Faith (Delhi: Hind Pocket Books, 1987), h. 57-58.
4
―Hanya ada satu Allah, yang nama-Nya adalah kebenaran. Dia
adalah Pencipta segala yang ada, tidak mengenal takut, tidak terbatas
waktu, tidak mempunyai wujud. Ia tidak dilahirkan dan tidak dapat
mati, Ia bijaksana, Ia dikenal melalui Anugerah Guru.‖10
Agama Sikh ini secara tegas menyatakan diri sebagai agama
monotheisme, yaitu percaya kepada satu Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa
yang tidak tampak wujudnya yang disebut ―Ekankar,‖ sedangkan Tuhan yang
tampak wujudnya disebut ―Oankar.‖
Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‗Alamin,
selanjutnya Penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai
ajaran ketuhanan dalam Sikhisme secara mendalam yang diperjelas dengan
memberi judul ―Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh‖.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh
Penulis, yaitu bagaimana sejarah dan perkembangan agama Sikh,
perkembangannya di Indonesia serta ajaran ketuhanan Hinduisme dan Islam
yang mempengaruhi ajaran ketuhanan Sikhisme dewasa ini.
Begitu luasnya pembahasan mengenai Sikhisme ini, maka dalam
skripsi ini Penulis membatasi penelitian hanya pada:
1. Sejarah perkembangan agama Sikh sebagai bentuk sinkronisasi Bhakti
Hindu dan sufisme Islam.
2. Ajaran ketuhanan agama Sikh dewasa ini.
Dari pembatasan masalah tersebut, dapat diperjelas dengan rumusan
pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
10
Singh, Japji, h. 59.
5
1. Apa dasar teologis yang mendasari ajaran ketuhanan dalam agama Sikh ?
2. Bagaimana pengaruh Bhakti Hindu dan sufisme Islam dalam ajaran
ketuhanan agama Sikh ?
3. Bagaimana ajaran ketuhanan dalam agama Sikh ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah timbulnya Sikhisme.
2. Mencoba untuk memberikan gambaran secara mendalam tentang
ketuhanan dalam Sikhisme.
Adapun beberapa kegunaan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat memberikan
penjelasan tentang ajaran ketuhanan dalam agama Sikh.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa
bacaan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Khususnya di Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama.
6
D. Metodologi Penelitian
Untuk mengkaji pokok permasalahan ini secara akurat, Penulis
menggunakan metode kepustakaan (library research).11
Library research
sendiri adalah suatu metode penelitian yang menggunakan bahan-bahan dan
data-data melalui berbagai literatur seperti buku-buku, internet, artikel surat
kabar dan data-data tulisan lainnya yang akan diambil pokok inti pembahasan
yang bersangkutan dengan judul yang diangkat sehingga dianggap relevan
dengan pembahasan skripsi ini.
Oleh sebab itu, untuk penelitian ini Penulis mendapatkan bahan-bahan
dan data-data dengan mengunjungi Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru,
di Jln. Paneglang No.44, Menteng, Jakarta Pusat, Perpustakaan Gandhi
International School di Jakarta Pusat dan Gurdwara Sikh Temple, di Pasar
Baru, Jakarta Pusat. Dengan metode ini, Penulis mendapatkan informasi dan
pemahaman secara langsung yang signifikan.
Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan skripsi
ini adalah penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang
digunakan dalam bentuk studi dan diharapkan dapat mempunyai nilai lebih
dalam meneliti atau memahami fenomena sosial yang ada.12
Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
11
Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40. 12
Robert K. Yin, Studi Kasus (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), h. 4.
7
trianggulasi (gabungan),13
analisa data bersifat induktif (penyimpulrataan) dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.14
Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:
buku ―Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,‖ yang diterbitkan oleh UIN
Press tahun ajaran 2006/2007.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang
akan diuraikan dalam penelitian ini, maka perlu penulis kemukakan susunan
atau sistematika penyusunan sebagai berikut:
BAB I Mencakup lima pasal pembahasan yang terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
manfaat penelitian, Metode penelitian, Sistematika Penyusunan.
BAB II Memuat pembahasan menyeluruh tentang Sejarah Sikhisme dan
Perkembangan Sikh di Indonesia.
BAB III Memuat pembahasan tentang Pandangan manusia tentang Tuhan,
Ajaran ketuhanan dalam agama Hindu, Ajaran ketuhanan dalam
agama Islam.
BAB IV Memuat pembahasan mengenai Monoteisme dalam agama Sikh,
Keterpengaruhan ajaran ketuhanan Sikhisme, Tuhan dalam diri-
Nya (Realitas Transenden), Tuhan dalam kaitannya dengan
13
Penulisan dalam skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
trianggulasi yaitu Dokumentasi Pustaka atau Fotografi, Wawancara dan Observasi lapangan. 14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alvabeta, 2005), h. 1.
8
penciptaan (Realitas Imanen), Tuhan dalam kaitannya dengan
manusia dan Tuhan ada di mana-mana.
BAB V Merupakan bab terakhir dari penyusunan penelitian ini yang
memuat kesimpulan dari seluruh pembahasan dan ditutup dengan
saran-saran untuk berbagai pihak.
9
BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA SIKH
A. Sekilas Sejarah Sikhisme
Sikhisme berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah
Punjab, pada abad kelima belas Masehi. Sikh berarti ―murid‖ dan Sikha berarti
―murid atau pengikut Sikh.‖ Sikhisme dikatakan sebagai agama ―sinkretis,‖1
karena ia didirikan dengan maksud ―memperdamaikan antara Islam dan
Hindu.‖2
Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Guru Nanak ini banyak
terinspirasi dari Kabir (1488-1512 M), seorang penyair India, sehingga
himpunan sajak dari tokoh ini dimasukkan ke dalam Guru Granth Sahib,
Kitab Suci Sikhisme.3
Kabir lahir di awal abad kelima belas Masehi, di Benares. Semasa
hidupnya beliau gemar sekali belajar dan memiliki jiwa seni yang tinggi.
Dalam usia enam belas tahun saja ia telah banyak mempelajari agama Islam
dan Hindu. Beliau tertarik pada syair-syair Ramanand (abad ke-15 M),
seorang pujangga Hindu yang tidak setuju kepada faham bertuhan banyak dan
sangat mencela kebaktian kepada berhala. Dalam syairnya itu, Ramanand
1 Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata Syin dan Kretiozein atau Kerannynai,
yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun pengertiannya
adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal
yang agak berbeda dan bertentangan. Sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap atau
pandangan yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Oleh karena itu, mereka
berusaha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara
satu dengan yang lainnya, dan dijadikannya sebagai satu aliran, sekte, dan bahkan agama.
Lihat M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari
www.diidanxfiz.blogspot.com. 2 Burhanuddin Daya, ―Agama Sikh,‖ dalam Mukti Ali, ed. Agama-Agama Di Dunia
(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), h. 184. 3 Joesoef Sou‘yb, Agama-agama Besar Di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993), h.
144, 146.
10
mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, kebenaran itu adalah kawan yang terbaik
dan terbesar bagi manusia serta hidup sederhana itu adalah jalan terbaik untuk
mencapai nirwana.4
Dalam syair-syair Ramanand yang menginspirasikan Kabir tersebut,
tampak sekali ia belum terlepas dari ajaran Hindu yang memandang bahwa
nirwana sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Selain itu, ia
masih mempercayai karma, yakni balasan bagi perbuatan yang telah dilakukan
manusia selama hidupnya dan reinkarnasi, yakni terlahir kembali ke dunia
bagi orang-orang yang belum baik untuk menerima balasan kejahatannya.5
Di samping bekerja sebagai penenun, Kabir pun menulis syair-syair
untuk mengemukakan pandangan hidup dan ajaran-ajarannya. Beliau giat
mengajarkan keyakinan kepada satu Tuhan, mencela perbuatan menyembah
berhala, menyerukan persamaan derajat manusia dan mencela sifat-sifat
sombong. Salah satu syair Kabir yang menginspirasikan Guru Nanak, yaitu:
―Bagaimana cinta antara Engkau dan aku bisa dipisah? Ibarat daun
bunga teratai berada di air, sungguh Engkau adalah Tuanku dan aku
adalah hamba-Mu. Serupa burung pungguk merindukan bulan
sepanjang malam; begitu pula ya Tuhan, Engkau adalah Tuanku dan
aku adalah hamba-Mu. Dari awal sampai akhir zaman, tetap ada cinta
antara Engkau dan aku. Bagaimana cinta seperti itu akan bisa
dipadamkan.‖6
Kabir meninggal dunia di Maghar dalam usia 79 tahun. Para
pengikutnya mengumpulkan kata-kata beliau, syair-syair serta pidato-
pidatonya menjadi sebuah buku yang mereka namai ―Bijak.‖7
4 Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-
Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 184. 5 Hakim, Perbandingan Agama, h. 184.
6 Daya, ―Agama Sikh‖, h. 181.
7 Hakim, Perbandingan Agama, h. 186.
11
Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada masa
khalifah al-Walid I (705-715), melalui ekspedisi yang di pimpin oleh
panglima Muhammad Ibn Qasim sekitar tahun 711-712, peradaban Islam
mulai tumbuh dan berkembang di anak benua India.8
Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan
seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan sebagian masyarakat India pada
tahun 1020 M.
Setelah Ghaznawiyah hancur, maka muncullah beberapa dinasti kecil
yang menguasai negeri India, seperti : Dinasti Khalji (1296-1316 M), Dinasti
Tuglag (1320-1412), Dinasti Sayyid (1414-1451) dan Dinasti Lodi (1451-
1526).9
Hal ini menunjukan bahwasanya kerajaan Mughal—yang didirikan
oleh Zahiruddin Babur (1482-1530)—bukanlah kerajaan Islam pertama di
India. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai
masa kejayaan kedua, setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada
dinasti Abbasiyah.10
Dalam abad ke-15 dimulailah gerakan Bhakti11
di India. Kampanye ini
banyak persamaannya dengan ―Reformasi Agama di Eropa‖12
dimana para
8 Muhammad Nasir, Kerajaan Mughal Di India: Asal-usul, Kemajuan, Kemunduran dan
Keruntuhannya, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.nasirsalo.blogspot.com. 9 Nasir, Kerajaan Mughal Di India.
10 Nasir, Kerajaan Mughal Di India.
11 Bhakti, sebagai konsep cinta kasih dan ketaatan yang utama dalam hal ketuhanan.
Dipandang sebagai salah satu cara yang populer dalam mencapai keselamatan serta mencapai
spiritualitas. Bhakti mengandung arti gagasan dan praktek dedikasi yang tak terpisahkan dari Sang
Pencipta Yang Maha Tunggal, yang universal dari semua kehidupan dan alam semesta yang tak
terbatas. Agar lebih berarti, dedikasi haruslah diungkapkan lewat pikiran, kata-kata dan perbuatan.
Dalam hindu, tradisi Bhakti ini mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu dan Realitas; sisanya adalah
maya (ilusi). Cara terbaik untuk melayani Tuhan adalah dengan penyerahan mutlak kepada
12
reformis memprotes terhadap norma-norma ritual dalam agama dan takhayul
pada zaman itu. Para penganjur falsafah Bhakti ini mengajarkan bahwa etika
pribadilah yang merupakan inti dari agama; bahwa bentuk dan tempat
bersembahyang adalah tidak banyak artinya. Mereka mengajarkan bahwa
tujuan dari Hinduisme dan Islam adalah sama, bahwa semua perbedaan sosial
dan kebudayaan di antara keduanya tidak perlu dan salahlah bila membuat
perbedaan ini sebagai tujuan perjuangan, kebencian dan permusuhan agama.13
Pada masa inilah Guru Nanak lahir dan pada selanjutnya gerakan Bhakti ini
ikut mewarnai ajaran-ajaran dalam agama Sikh.
Guru Nanak dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 di sebuah desa
kecil bernama Talwandi, yang kemudian dikenal dengan nama Nankana
Sahib, dekat Lahore, Pakistan.14
Ayahnya, Mehta Kalu, adalah seorang Hindu
yang bekerja sebagai pejabat kecil pada kekuasaan Islam setempat. Sedangkan
ibunya, Tripta, seorang yang taat kepada agama Hindu. Guru Nanak berasal
dari keturunan kasta Ksatrya.
Sejak kanak-kanak, Guru Nanak memang sudah menunjukkan kualitas
kebijaksanaan dan pemahaman spiritual yang terkenal.15
Beliau menghabiskan
banyak waktu pada masa mudanya untuk bercakap-cakap dengan umat Hindu
dan umat Islam yang saleh, ia senang bermeditasi dan menjauhkan dirinya dari
kehendak-Nya. Cara terbaik untuk menemukan kehendak-Nya adalah melalui bimbingan seorang
pembimbing rohani, seorang Guru. Cara terbaik untuk mendekati Tuhan adalah dengan
bermeditasi dan menyanyikan himne cinta dan pujian. Untuk lebih jelas lihat M. L. Ahuja, Para
Guru spiritual India Abad Kedua Puluh; Esei-esei Tentang Kehidupan dan Ajaran Beberapa Guru
Spiritual dan Yogi Ternama India (Surabaya: Paramita, 2007), h. xx-xxi. 12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 87-108. 13
Njoman S. Pendit, Guru nanak dan Agama Sikh (Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara
Mission, 1988), h. 26-27. 14
S. Pendit, Guru Nanak, h. 27. 15
Keene, Agama-agama, h. 148.
13
kehidupan dunia dan menjalani kehidupan mistik. Guru Nanak juga
menentang adat-istiadat kolot agama Hindu yang tidak masuk di akalnya,
seperti pemakaian benang suci pada upacara Yajnopayitam—upacara
pembaptisan untuk seorang Hindu dari kasta tinggi.16
Pada saat Guru Nanak berumur enam belas tahun, ia bekerja sebagai
Akuntan di Dinas Gubernur, Daulat Khan. Kemudian beliau menikah pada
usia sembilan belas tahun dengan Sulakhani, pada tahun 1488—dan dikaruniai
dua orang putera.
Pada saat ia berumur tiga puluh tahun, Guru Nanak mengalami
kejadian spiritual yang mengubah hidupnya. Suatu hari ketika mandi di sungai
Bein, ia menghilang dan dikira telah tenggelam. Menurut Janamsakhi,17
Guru
Nanak telah di panggil oleh Tuhan untuk memimpin misi spiritual. Dikatakan
bahwa Guru Nanak menghilang selama tiga hari dan muncul pada hari
keempat, dengan mewartakan bahwa, ―tidak ada Hindu dan tidak ada
Muslim.‖ Guru Nanak berkata:
―tidak ada Hindu ataupun Muslim, maka jalan siapakah yang aku
ikuti? Aku akan mengikuti jalan Allah. Allah bukanlah Hindu dan bukan pula
Muslim. Dan jalan yang aku ikuti adalah jalan Allah.‖18
Sejak peristiwa tersebut, ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya
bagi kepentingan pembaharuan umat. Pahamnya yang baru mulai
disebarkannya. Ia tidak berusaha mendirikan lembaga semacam biara atau
kuil, tetapi dengan melakukan perjalanan ke setiap daerah-daerah untuk
16
S. Pendit, Guru Nanak, h. 28. 17
Janamsakhi adalah Kitab yang bermakna kisah-kisah kehidupan. Kitab ini telah disalin
ke dalam bahasa Inggris oleh Max Arthur Macauliffe dengan judul The Sikh Religion: it‘s Guru‘s,
Sacred Writings, and Author. Lih Max Arthur Macauliffe, The Sikh Religion: it‘s Guru‘s, Sacred
Writings, and Author (London: Oxford University Press, 1909). 18
Keene, Agama-Agama, h. 149.
14
menyebarkan ajarannya tersebut.19
Beliau pergi ke seluruh India dan negara-
negara yang beragama Islam, mengunjungi semua tempat suci Hindu dan
Islam dengan ditemani oleh seorang musikus muslim, Mardana Bhai.
Guru Nanak membagi perjalanannya menjadi lima bagian yang
memakan waktu kira-kira tigapuluh tahun untuk meluaskan daerah ajarannya.
Ia mengelilingi seluruh India, Srilanka, kemudian meluas ke Assam dan Birma
di Timur, Tibet, Turkistan dan Siberia Selatan di Utara, Afganistan, Iran, Arab
Saudi dan Turki Barat. Sesudah mengakhiri perjalanannya ke Selatan, Timur
dan Utara, Guru Nanak kembali lagi ke Punjab dan dari sini ia mulai lagi
perjalanannya ke arah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar, Bagdad,
Mekah, Madinah, Jerusalem, Damaskus, Alleppo dan lain-lainnya.20
Pada setiap tempat yang didatanginya itu Mardana mula-mula
memperdengarkan musiknya, setelah orang semakin ramai berkumpul, barulah
Guru Nanak mulai memperdengarkan khotbah yang berisikan ajaran-
ajarannya. Himne ini pada masa selanjutnya dimasukkan ke dalam himnologi
suci Sikh dan sampai sekarang dinyanyikan dengan musik (ragas).21
Pada saat Guru Nanak kembali ke rumahnya di Kartapur, ia terlalu tua
untuk melakukan perjalanan dan ia memutuskan untuk tinggal dengan
keluarganya. Masyarakat Kartapur mengelompokkan diri mereka di sekitar
Guru Nanak dan bersatu dalam kesetiaan terhadap pesan yang ia ajarkan. Ini
adalah awal dari Sikhisme.22
19
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 187. 20
S. Pendit, Guru Nanak, h. 19-20. 21
Khushwant Singh, ―Sikhism‖, dalam Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion
(New York: Macmillan Library Reference, 1993), Vol 13, h. 315. 22
Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 108.
15
Dua puluh hari sebelum kematiannya, Guru Nanak kemudian
menginisiasi salah satu murid setianya, Lehna, sebagai Guru dan menamainya
Angad. Guru Nanak wafat pada tanggal 22 September 1539. Kemudian, guru
yang lain mengikuti dan pemimpin keagamaan diserahkan pada Guru Nanak.
Terdapat sembilan guru sebagai penerus ajaran Sikh dan ditutup dengan Guru
Granth Sahib.23
Guru Angad Dev (1504-1552) menjadi guru pada tahun 1539, beliau
mempelopori penyusunan naskah Punjabi24
, Gurmukhi25
dan memasukkan ke
dalamnya syair-syair serta fatwa-fatwa Guru Nanak. Naskah-naskah ini
merupakan embrio kitab suci-kitab suci agama Sikh yang akhirnya
berkembang menjadi Adi Granth.
Guru ketiga adalah Guru Amar Das (1479-1574). Beliau menjadi guru
pada tahun 1552, peran utamanya adalah mengorganisasikan orang-orang Sikh
menjadi 22 sangat atau jamaah dan mendirikan lembaga yang dikenal dengan
Guru-ka-Langar atau ―dapur umum‖, tempat semua orang dari seluruh kasta
dapat dengan bebas mengambil makanan bersama-sama. Beliau berusaha
keras mengadakan perubahan sosial, bahwasanya setiap manusia adalah sama,
tidak ada perbedaan derajat (seperti kasta dalam Hindu) antara manusia.
Guru keempat adalah Guru Ram Das (1534-1581): menjadi guru pada
tahun 1574, beliau mendirikan kota suci Amritsar di Afrika Utara dan juga
menulis puji-pujian untuk dipakai sebagai dasar upacara perkawinan Sikh
sehingga orang-orang Sikh tidak perlu lagi menggunakan Kitab Suci dan
pandita Hindu. Beliau merupakan guru pertama yang menunjuk putranya
23
Keene, Agama-Agama, h. 150-151. 24
Naskah yang menggunakan bahasa Punjabi, yaitu India. 25
Naskah yang disesuaikan dengan bahasa setempat.
16
sebagai pengganti, sehingga ini merubah tradisi guru-guru sebelumnya dan
membuat jabatan guru menjadi jabatan yang diwariskan kepada anak.26
Guru Arjun Dev (1563-1606) menjadi guru kelima pada tahun 1581.
Beliau membangun sebuah kuil indah, Harimandir, di tengah-tengah danau
buatan di Amritsar – yang kemudian menjadi Kuil Emas. Beliau juga seorang
martir Sikh yang pertama karena menghimpun puji-pujian yang ditulis oleh
Guru-Guru sebelumnya dan menambahkan beberapa dari karangannya sendiri,
kemudian menerbitkannya dalam Adi Granth – ―kitab pertama‖. Adi Granth
kemudian dikenal sebagai Guru Granth Sahib. Arjun adalah guru pertama
yang berperan aktif dalam politik, sehingga terlibat dalam konflik dengan
kaisar Jehangir27
(1605-1627).
Guru Har Gobind (1595-1644) menjadi guru keenam pada tahun 1606.
Beliau yang menanamkan semangat berperang kepada para pengikut Sikh,
membawa dua bilah pedang yang melambangkan peperangan dan semangat.
Sejak saat itu, unsur-unsur fisik dan spiritual telah dipersatukan dalam
Sikhisme.
Guru ketujuh adalah Guru Har Rai (1630-1661), menjadi guru pada
tahun 1644. Beliau adalah cucu dari Har Gobind. Untuk meningkatkan
semangat kemiliteran kaum Sikh, ia bekerjasama dengan Dara Shikoh,
seorang moderat, putra dari Shah Jehan.28
Har Rai pernah membantu Shikoh
26
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 193. 27
Jehangir adalah pemimpin kerajaan Mughal menggantikan kaisar Akbar (1556-1605).
Lihat Nasir, Kerajaan Mughal Di India. 28
Nasir, Kerajaan Mughal di India.
17
dalam peperangannya melawan Kaisar Aurangzeb29
sampai mencapai
kemenangan.
Dilanjutkan dengan Guru Har Krishan (1656-1664) yang menjadi guru
pada tahun 1661, Guru Tegh Bahadur (1621-1675) yang menjadi guru pada
tahun 1665.
Guru Gobind Singh (1666-1708), menjadi Guru pada tahun 1675,
beliau menetapkan adanya upacara yang disebut khanda-di-Pahul
(pembaptisan dengan mata pedang), mendirikan Khalsa—persaudaraan Sikh
dan memerintahkan tambahan akhiran nama Singh, yang bermakna ―Singa‖
bagi setiap penganut Sikh laki-laki dan Kaur, ―puteri‖, untuk perempuannya.
Guru Gobind Singh adalah seorang reformer sosial yang besar, beliau
putera dari Tegh Bahadur. Untuk membalaskan dendam pada orang yang
membunuh ayahnya, beliau menyusun rencana untuk menjadikan dirinya
sebagai pahlawan Hindu dengan melawan para penguasa kerajaan Mughal.
Oleh sebab itu, beliau berusaha memperbesar masuknya pengaruh Hindu ke
dalam agama Sikh. Ia mulai menulis beberapa cerita tentang dewa-dewi
Hindu, syair-syair agama Hindu yang dikutipnya dari Ramayana30
dan
Mahabharata,31
dikembangkannya di dalam kuil-kuil Sikh bersama dengan
Adi Granth.32
29
Nasir, Kerajaan Mughal di India. 30
Ramayana berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa, yang berarti "Perjalanan Rama," adalah
sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Lihat
www.wikipedia.com, dengan judul artikel ―Ramayana‖, diakses pada 03 November 2010. 31
Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa
atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa
(asta= 8, dasa= 10, parwa= kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya
merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan
semenjak abad ke-4 sebelum Masehi. Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik
para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak
pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra
18
Gobind Singh juga melibatkan kaum Sikh dalam peperangan melawan
orang Islam dan beliau telah pula mempersiapkan kaum Sikh untuk
menempuh jalan perang bagi pencapaian cita-cita mereka, yaitu memiliki
negara sendiri. Beliau wafat pada tahun 1708.33
Ia meninggalkan kaum Sikh di
bawah pimpinan seorang jenderal dan penganutnya yang militan, yaitu
Gurbakhash Singh Bhai – juga terkenal dengan nama Banda Bahadur (Yang
Berani) yang memimpin mereka dalam perjuangan melawan penindasan.34
Pemerintah pada waktu itu kemudian memutuskan untuk melarang
kepercayaan Sikh ini. Kaum Sikh lalu mundur ke pegunungan dan hutan di
mana mereka lalu menyerang dan diserang; mereka senantiasa siap sedia
menolong yang lemah dan miskin dan menghukum yang bersalah.
Tentara Mughal diperintahkan untuk menyapu bersih kaum Sikh dari
negaranya. Hadiah Rs 80,- disediakan bagi setiap orang Sikh yang bisa
dibunuh atau bila ditangkap hidup-hidup. Banyak yang disalib dan dipotong-
potong anggota badannya, namun betapapun siksaan dan penderitaan mereka
tidak seorangpun yang menyerah.35
Betapa usaha orang-orang Mughal untuk menyapu bersih mereka,
kaum Sikh senantiasa bertambah jumlahnya. Pada tahun 1751 sebagian besar
dari Punjab, Propinsi India Utara dikuasai oleh kaum Sikh. Para pemimpin
kaum Sikh telah membentuk berbagai republik kecil bagi mereka sendiri
dalam bentuk ―misal‖ atau pemerintah militer.
dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Lihat www.wikipedia.com, dengan judul
artikel ―Mahabharata‖, diakses pada 03 November 2010. 32
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 194-195. 33
S. Pendit, Guru Nanak, h. 36. 34
Penindasan akibat peperangan antara kaum Sikh dengan raja-raja kecil yang
mendukung kerajaan Mughal, lihat Daya, ―Agama Sikh‖, h. 196-201. 35
S. Pendit, Guru Nanak, h. 36.
19
Dalam tahun 1757 orang-orang Sikh masuk ke Lahore, ibukota
kerajaan Mughal di Punjab dan mengusir orang-orang Mughal dari kota
tersebut. Timbullah masa kacau balau di mana orang-orang Sikh, orang-orang
Afganistan dan orang-orang Mughal Punjab bergantian memerintah dan
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perbatasan republik-republik
kecil tersebut. Dalam tahun 1765, agama Sikh diproklamirkan sebagai agama
yang paling besar di bagian Punjab.36
Jalan perang juga ditempuh oleh Ranjit Singh, Maharaja Sikh yang
pertama, yang meluaskan kerajaannya sampai ke perbatasan Afghanistan,
termasuk Kashmir. Maharaja Ranjit Singh lahir dari negara Sukarchakia, putra
dari Pemimpin Negara tersebut. Ketika naik tahta ia menyatakan sebelas
‗misal‘ Sikh dan membangun satu kerajaan Sikh dalam Propinsi Punjab.
Orang Afganistan mengakui ia sebagai raja dan memanggilnya Maharaja
Ranjit Singh.37
Kerajaan Sikh yang baru berumur lima puluh tahun kemudian harus
berperang melawan Inggris yang telah menguasai bagian-bagian lain dari
India. Ketika Maharaja Ranjit Singh meninggal dunia pada tahun 1839, kaum
Sikh mulai berubah pendirian. Persahabatan yang awalnya terbina dengan
Inggris berangsur-angsur berubah menjadi permusuhan. Dalam permusuhan
ini terjadi dua kali perang besar antara Sikh dan Inggris, yang dikenal dengan
Perang Sikh.38
Akhirnya kerajaan Sikh kalah dan dijadikan bagian dari negara
jajahan Inggris di India.
36
S. Pendit, Guru Nanak, h. 36. 37
S. Pendit, Guru Nanak, h. 37. 38
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 198-200.
20
Di masa penjajahan Inggris di India, orang-orang Sikh banyak diterima
sebagai tentara, karena semangat dan keberaniannya. Setelah India
mendapatkan kemerdekaannya, mereka menuntut agar negeri mereka
dijadikan daerah otonom. Masalah ini menimbulkan ketegangan antara mereka
dengan pusat pemeritahan India di New Delhi hingga sekarang.39
Setelah mengalami kekacauan dan peperangan selama kurang lebih
dua abad, kaum Sikh mulai menjalani hidup baru, teratur dan damai. Hingga
dewasa ini, walaupun jumlah orang Sikh hanya sebagian kecil saja dari
penduduk India, namun telah memainkan peranan besar dalam kemajuan dan
stabilitas negara India. Berkat keberanian dan kepandaian berperang, mereka
merupakan bagian terbesar dari angkatan perang India. Pekerjaan yang biasa
mereka pegang adalah bidang pertanian, angkatan perang (militer), bidang
tehnik, bahkan orang akan menemukan dokter-dokter dan insinyur-insinyur
dari kaum Sikh yang melebihi proporsi jumlah kaumnya.40
B. Perkembangan Sikh di Indonesia
Sikhisme sudah sejak lama berada di Indonesia, tetapi jarang diketahui
masyarakat luas. Tidak diketahui pasti kapan tepatnya agama ini berada di
Indonesia. Dari wawancara yang penulis dapatkan, orang-orang Sikh sudah
ada yang datang ke Indonesia sebelum Perang Dunia II ketika masa
penjajahan Inggris. Mereka masuk ke Indonesia melalui Singapura yang kala
itu dijajah pula oleh Inggris, kemudian Malaysia dan sampai ke Indonesia
melalui Sumatera, yaitu Medan. Setelah Perang Dunia II selesai, tentara-
39
Hakim, Perbandingan Agama, h. 189. 40
S. Pendit, Guru Nanak, h. 37-38.
21
tentara dari India yang kebanyakan orang-orang Sikh, tidak semuanya kembali
ke India. Sebagian dari mereka menetap di Indonesia, yaitu di Cirebon dan
menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.41
Di Jakarta, orang-orang Sikh pertamakali tinggal di Tanjung Priok,
yang ketika itu Batavia (sebelum berubah menjadi Jakarta) sedang dijajah oleh
Belanda. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai penarik delman dan
berdagang. Hasil yang mereka dapat dikumpulkan kepada rentenir (sejenis
Bank), setelah terkumpul mereka membuka usaha pertokoan.
Dikarenakan Tanjung Priok digunakan untuk sektor pelabuhan dan
penjajah Belanda pun telah meninggalkan Batavia, sekitar tahun 1950-an
mereka diizinkan pindah ke Pasar Baru—yang sebelumnya memang sudah ada
beberapa orang Sikh yang tinggal disana. Di Pasar Baru, mereka membangun
pertokoan-pertokoan dan tinggal di perumahan-perumahan elite.42
Hingga sekarang pengikut Sikh ini sudah mencapai 80.000 jiwa di
Indonesia, mereka kebanyakan tinggal di Medan, Jakarta, Pematang Siantar,
Tebing Tinggi, Binjai, Palembang, Jawa dan lain-lain. Umatnya kebanyakan
dari suku Punjabi (salah satu etnis di India).43
Kelompok masyarakat Punjab dari India utara banyak terdapat di kota-
kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-
lain. Pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang. Beberapa tokoh
terkemuka dari masyarakat ini misalnya Raam Punjabi, Raja Sinetron
41
Wawancara pribadi dengan Golraj Singh, Ketua Pengawas Sikh Temple, Pasar Baru,
Jakarta Pusat, 21 Juli 2010. 42
Wawancara Pribadi dengan Golraj Singh, pada tanggal 01 Oktober 2010. 43
Perkenalan Agama Sikh, diakses pada 10 Juli 2010 dari www.Indonesiaindonesia.com.
22
Indonesia dan Istrinya, Rakhee Punjabi. HS. Dillon, pakar ekonomi pertanian
dan masih banyak lagi.44
Sejarah mencatat bagaimana semangatnya kaum Sikh melakukan
berbagai peperangan dan betapa militannya mereka melakukan gerakan-
gerakan kekerasan. Mereka menimbulkan benturan-benturan yang menodai
sejarah dan menggoyahkan haluan hidupnya semenjak aspirasi politik mulai
mempengaruhi mereka di bawah pembinaan guru yang kelima, yaitu Guru
Arjun.
44
Perkenalan Agama Sikh.
23
BAB III
AJARAN KETUHANAN DALAM HINDUISME DAN ISLAM
A. Pandangan Manusia Tentang Tuhan
Kata Tuhan (Allah) merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural,1
biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta.
Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep
yang mirip dengan ini, misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang
merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam
semesta menjadi ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan
tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti
atau dijelaskan.2
Menurut paham sufisme dalam Islam,3 Tuhan adalah satu-satunya
yang hakiki, dalam arti yang betul-betul ada, keberadaan yang absolut,
sedangkan yang lain keberadaannya tidaklah hakiki, dalam arti tergantung
pada kemurahan Tuhan. Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan
1 Supranatural berasal dari kata Latin ―super‖ dan ―natural,‖ yang berarti di atas (luar)
ambang kodrati ―adikodrati,‖ yang tidak melekat-serta pada kondisi kelahiran atau munculnya
sesuatu. Para teolog menggunakan kata ―supranatural‖ dalam arti ―karunia Allah bagi ciptaan-Nya
untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri dalam seluk beluk diri-Nya sendiri.‖
J. Sunarka S.J, Dunia Iman dan Supranatural, artikel diakses pada 12 September 2010 dari
www.indonesiamedia.com, 2 Diakses dari www.wikipedia.com, dengan judul artikel ―Tuhan,‖ pada 18 Agustus 2010.
3 Sufisme adalah tradisi tasawuf Islam yang merangkumi berbagai kepercayaan dan
amalan, diantaranya ialah aspek esoterik mengenai komunikasi dan dialog langsung antara
manusia dengan Allah. Tariqa (mazhab Sufi) dipengaruhi oleh ajaran Syiah, Sunni, serta aliran
Islam yang lain, atau dengan satu gabungan tradisi berkelompok. Pemikiran Sufi muncul
pertamakali di Timur Tengah pada abad ke-8 dan penganut-penganutnya kini terdapat di seluruh
dunia. Merupakan suatu ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan
akhlaq, membangun dhahir dan batin dan untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi, yaitu
bersatunya roh dengan Tuhan. Artikel diakses dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas id.wikipedia.org/wiki/Sufisme, pada 26 Oktober 2010.
24
yang Bathin, penyebab dari segala yang ada dan tujuan akhir, tempat semua
makhluk kembali.4
Sedangkan menurut Mulyadhi Kartanegara, Tuhan adalah prinsip asal
dari segala yang ada (mawjudat) dan Dia wajib adanya (wajib al-wujud).
Sedangkan selain-Nya, yang biasa disebut alam atau makhluk, hanyalah
mungkin adanya (mumkin al-wujud). Bukti keberadaan Tuhan adalah fakta
bahwa alam ini ada. Keesaan Tuhan tercermin dalam kesatuan sistem perintah
(amr) yang mengendalikan alam semesta.
Kenyataan bahwa hanya ada satu sistem yang berlaku di alam semesta
pada suatu saat, menunjukkan bahwa hanya ada satu sistem perintah yang
berlaku. Pada gilirannya, ini menunjukkan keesaan Pemberi perintah tersebut,
yakni Sang Pencipta alam semesta yang tak lain adalah Tuhan.5
Tuhan Sang Pencipta itu Esa, maka tak ada suatu apapun yang bisa
dipandang serupa atau setara dengan-Nya. Segala pandangan yang
mengisyaratkan penyekutuan Tuhan adalah kekeliruan yang nyata. Karena
tidak ada yang menyerupai-Nya, maka pengenalan manusia terhadap-Nya
hanya melalui akal saja. Hanya Tuhanlah melalui wahyu-Nya, yang dapat
menggambarkan diri-Nya secara positif. Pengetahuan manusia mengenai
Tuhan hanya bersifat majazi (alegoris, yaitu pengungkapan) dan tidak bisa
disebut mutlak.6
4 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 6.
5 Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia
(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 2-4. 6 Kartanegara, Nalar Religius, h. 2-4.
25
B. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Hindu
Hinduisme muncul sekitar tahun 1800 sebelum Masehi di India7 dan
termasuk agama paling tua di dunia yang masih hidup hingga sekarang. Dalam
hal ajaran ketuhanannya, agama Hindu merupakan agama monotheistik
politeisme8, yang pengikut-pengikutnya percaya pada satu Tuhan, yaitu
Brahman (Roh yang mutlak), yang tak dapat dijangkau dan dimengerti oleh
manusia, namun terdapat berjuta-juta gambar yang membuat Brahman bisa
dilihat dan dikenal oleh para pemujanya, yang mana disebut dengan Dewa-
Dewi.9
Menurut pandangan Hindu, Kenyataan (Brahman dalam Kitab
Upanishad10
) dapat dilihat dari dua aspek, yaitu transendental (Impersonal11
)
dan tetap ada (Personal12
). Dalam aspek transendental-Nya, Kenyataan13
disebut dengan Nirguna Brahman, yaitu Brahman tanpa atribut. Nirguna
Brahman bukanlah objek doa, tetapi objek meditasi dan pengetahuan. Tidak
dapat digambarkan, pengetahuan yang mutlak dan kebahagiaan yang mutlak
dan orang mengatakan ini sebagai keberadaan yang mutlak, pengetahuan dan
kebahagiaan yang absolut (sat-cit-ananda14
).15
Dalam Brahma Sutra I. 1. 1
7 Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 10.
8 Monotheisme adalah paham yang percaya pada Tuhan yang satu dan berkuasa penuh
atas segala sesuatu, sedangkan monotheistik politeisme adalah pengakuan tentang Tuhan yang
diketahui dengan berbagai cara dan dipuja dalam berbagai bentuk. Lihat Bansi Pandit, Pemikiran
Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 43-46. 9 Keene, Agama-Agama, h. 14.
10 Kitab Upanishad adalah penafsiran filosofis atas kitab Veda, yang berisi tantang filsafat
Hindu, baik berisi mantera-mantera ataupun berbagai teori mengenai aspek ketuhanan. Lihat Gde
Sara Sastra, Konsepsi Monotheisme dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2005). 11
Impersonal atau transendental berarti pengenalan Tuhan tentang diri-Nya. 12
Personal atau imanen berarti pengenalan Tuhan melalui ciptaan-Nya. 13
Kenyataan maksudnya Tuhan, Dzat Yang Maha Esa. 14
Brahman memiliki 3 aspek, yaitu: Sat sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada
keberadaan yang lain di luar beliau. Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-
macam bentuk, warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila
saatnya tiba. Cit sebagai Maha Tahu, Dialah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama,
26
dijelaskan bahwa asal dari asal itu adalah Brahman, Ia yang tahu dan Ia adalah
akibat dari yang ada. Sloka tersebut berbunyi ―Athato Brahma jijnasa‖.
Artinya : ―Brahman (Tuhan) adalah asal dari akibat tahu dan melihat
segala ciptaan yang merupakan hasil yadnya-Nya‖.16
Sedangkan aspeknya yang selalu ada dimana-mana (imanen),
Kenyataan disebut dengan Sadguna Brahman, yaitu Brahman dengan
Atributnya. Sadguna Brahman adalah Personal Tuhan, Pencipta, Pemelihara
dan Pengendali dari jagat raya ini.17
Dalam agama Hindu, aspek personal
dipuja dalam bentuk pria dan wanita (Ardhanareswari). Dari aspek pria,
Kenyataan ini disebut dengan berbagai nama dalam bahasa Sanskerta, seperti
Isvara, Paramesvara, Paramatma, Mahesvara dan Purusa. Walaupun ada
perbedaan yang mendasar dalam arti dari kata Sanskerta tersebut, secara
umum menyatakan Kenyataan sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pengendali
dari seluruh jagat raya. Dari aspek wanita, Kenyataan ini disebut dengan nama
seperti Ibu Mulia, Durga dan Kali. Terdapat dalam Adhyaya IV. 2 Sweta
Swatara Upanisad yang berbunyi :
―Tat ewa gnis tad adityas tad wwyus tad u candramah, tad ewa
sukram tad brahma tad apas tad prajapatih.‖
Artinya : ―Itu (Brahman) sesungguhnya juga adalah Agni, juga adalah
Sang Aditya, juga adalah Sang Wayu dan juga Sang Candrama atau Sang
Bulan. Beliau itu juga adalah bintang-bintang yang ada di langit Brahman itu
tetapi sumber segala pengetahuan. Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan
dan suka duka. Lihat, www.ang-gun.blogspot.com, dengan judul artikel ―Konsep Ketuhanan
Dalam Agama Hindu, diakses pada 26 oktober 2010. 15
Pandit, Pemikiran, h. 40-41. 16
Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 61. 17
Pandit, Pemikiran, h. 41.
27
juga Hiranyagarbha (pencipta semua yang ada), juga adalah Prajapati (asal
dari segala yang ada).‖18
Dalam pemahaman agama Hindu, Tuhan menjelma dalam banyak
wujud. Konsep satu Tuhan dalam banyak perwujudan ini berfungsi untuk
memudahkan manusia dalam memahami Tuhan Yang Maha Esa. Trinitas
Hindu atau Trimurti, wujud Dewa dan Dewi, para Avatara atau titisan dari
Wishnu Sang Tuhan, Dewata-Dewata, titisan Dewa-Dewa dalam bentuk
planet dan binatang merupakan perpanjangan bentuk (manifestasi) dari
Tuhan.19
Trimurti terdiri dari Brahma, Wishnu dan Shiwa, bukanlah tiga yang
berdiri sendiri atau dewa yang terpisah satu sama lain, tetapi merupakan tiga
aspek yang berbeda dari satu Tuhan. Brahma mewakili aspek Maha Pencipta,
Wishnu Sang Pemelihara dan Shiwa mewakili aspek Pemusnah alam semesta.
dari ketiga dewa-dewa ini lalu berkembang menjadi dewa-dewa yang lainnya.
Pemberian nama terhadap sifat-sifat Tuhan ini adalah suatu hal yang
tak dapat dielakkan, namun tidak mempengaruhi hakikat-Nya yang hakiki.
Karena menurut Kitab Suci Veda20
yang absolut (Tuhan) itu adalah satu,
hanya orang-orang bijaksana yang menyebutkan dengan banyak nama. Hal ini
tercantum dalam syair mantera Veda, yaitu Rg Veda mandala 10. 90. 1 – 2
yang berbunyi :
18
Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 66. 19
Bagus Takwin, Filsafat Timur: Sebuah Pengantar Ke Pemikiran-Pemikiran Timur
(Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 52. 20
Veda adalah sumber dari agama Hindu. Veda ini diucapkan sebagai nafas Tuhan,
kalimat-kalimat Veda disebut mantera yang meliputi bunyi dan arti dalam kesatuannya. Menurut
sifatnya, isi dari Veda dibagi atas tiga bagian: Bagian Mantera, terdiri dari empat himpunan (Catur
Veda Samhita) yaitu Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda dan Atharwa Veda. Bagian Brahmana
(Karma Kanda) dan Bagian Upanishad dan aranyaka (Jnana Kanda), lihat Sastra, Konsepsi
Monotheisme, h. 6, 59.
28
―Sahasra sirsa purusah, Sahasraksah sahasrapat, Sa bhumim vis ‗vato
vrtva, Tyatisthad das angulam, Purusa evedam sarvam, Yadbhutam yacca
bhavyam.‖ 21
Artinya : ―Purusa mempunyai kepala, seribu mata dan seribu kaki
(Purusa tak terbatas), beliau meliputi alam semesta ini dari semua arah,
tetapi diri-Nya sendiri (Purusa) lebih dari alam semesta itu dengan ukuran
sepuluh jari. Semua ini, semua yang sudah jadi dan semua yang akan jadi
adalah sama dengan Purusa atau Purusa adalah sama dengan semua ini,
yaitu semua yang sudah jadi semua yang akan jadi.‖
Kitab-kitab suci Hindu, Veda dan Upanishad, telah membuka jalan ke
pemikiran filosofis mendalam dimana akhirnya segala-galanya dipahami
sebagai Satu. Dzat paling mendasar adalah Brahman sebagai Atman (jiwa)
meresapi segala-galanya. Ada yang berpendapat bahwa yang sebenarnya ‗ada‘
hanyalah Brahman sebagai realitas satu-satunya, sedangkan segala apa yang
kelihatan, seluruh alam inderawi adalah maya (tipuan belaka).22
Namun dalam penghayatan lebih umum, yang Satu mengungkapkan
diri dalam Trimurti, dengan tiga wajah-Nya yang kemudian juga bisa menjadi
tiga Dewa—Brahman, Wishnu dan Shiwa. Bagi rakyat biasa, ketuhanan
tersebut terungkap dalam ribuan Dewa dan Dewi yang sebagian kita kenal dari
kisah Ramayana dan Mahabharata. Dengan demikian, seluruh realitas
terpenuhi oleh kehadiran dimensi adi-duniawi. Dewa-Dewi ini merupakan
personifikasi ketuhanan yang satu, yang begitu abstrak. Melalui Dewa-Dewi
ini, ketuhanan menjadi kehadiran dalam lingkungan hidup nyata.23
Hinduisme memberikan tiga cara yang unik kepada pengikutnya untuk
menyembah Brahman, yaitu dengan kata-kata suci, melagukan mantera dan
21
Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 45. 22
Franz magnis Suseno, Menalar Tuhan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 29-30. 23
Magnis Suseno, Menalar, h. 29-30.
29
penggunaan Mandala24
(pola geometris yang kompleks). Banyak dari umat
Hindu yang melakukan ibadat di rumah, di rumah dan kuil atau hanya
beribadat di kuil saja.
1. Kata-kata suci
Kata-kata suci atau kata keramat, AUM atau OM, adalah kata yang
pertama muncul dalam kitab-kitab Upanishad dan tersusun dari tiga unsur
bunyi—‗a‘, ‗u‘ dan ‗m‘—menjadi satu kata yang disenandungkan dengan
alunan suara yang dalam. Orang Hindu percaya bahwa jika diucapkan,
bunyi yang terdiri dari tiga unsur bunyi ini menyatakan:
a. Tiga Kitab Veda dari bagian pertama;
b. Tiga dunia—bumi, atmosfer dan langit.
c. Tiga dewa utama—Brahma, Wishnu dan Shiwa.
Namun demikian, bagi kebanyakan umat Hindu, kata keramat ini
menyatakan lebih daripada hal yang dinyatakan diatas. Mereka meyakini
bahwa bunyi itu menjangkau seluruh alam semesta dan kesatuannya
dengan Brahman. Dalam Mandukya Upanishad dikatakan:
―OM. Bunyi yang tidak bisa mati adalah benih dari segala yang
ada. Kemarin, sekarang dan yang akan datang, semuanya adalah OM
yang kelihatan.‖25
24
Mandala adalah istilah untuk lingkaran. Dalam meditasi Hindu dan Buddha digunakan
untuk meningkatkan kesadaran. Dalam meditasi, orang tersebut perbaikan pikirannya di tengah
lingkaran "suci." desain geometrik yang umum. Pusat beberapa Mandala menunjukkan segitiga
dengan Bindu (dot) di dalam lingkaran. Ini merupakan penggabungan kekuatan laki-laki dan
perempuan, contoh dari mandala ini misalkan Candi Prambanan untuk agama Hindu dan Candi
Borobudur untuk agama Buddha. Lih Keene, Agama-Agama, h. 24, dan
https://www.paradetect.com, diakses pada 03 November 2010. 25
Keene, Agama-Agama, h. 24.
30
2. Melagukan Mantera
Mantera mempunyai peranan penting dalam semua peribadatan
Hindu. Mantera adalah suatu ayat, kata atau sederet kata-kata yang
dipercaya memiliki daya kekuatan Ilahi. Mantera diulang-ulang untuk
meningkatkan pengertian dan kesadaran umat Hindu terhadap Allah.
Mantera dipercayai dapat membawa pembebasan dari keduniawian dan
hal-hal sepele yang biasanya menguasai pikiran manusia ke dalam alam
spiritual yang sekaligus beraneka ragam. Dalam Katha Upanishad,
2;16,17 di sebutkan:
―Bermeditasi dengan menggunakan mantera akan memenuhi
setiap kebutuhan dan akhirnya membawa pada pembebasan.‖
3. Mandala
Mandala adalah pola geometris yang kompleks, yang digunakan di
dalam ibadat, untuk melahirkan seluruh kosmos. Dalam upacara
keagamaan yang penting, mandala digambarkan di atas tanah yang
diberkati dengan menggunakan serbuk warna-warni dan dihapus
setelahnya. Ruang-ruang dalam mandala melambangkan Dewa-Dewi
terkenal atau Dewa-Dewi pujaan pribadi, dengan Wishnu ditengahnya.26
Dari ketiga cara unik tersebut, pada intinya itu semua adalah
bentuk penyembahan umat Hindu kepada Brahman, Dzat Tertinggi,
sebagai bentuk dari rasa syukur dan penghormatan atas nikmat dan karunia
yang telah diberikan-Nya.
26
Keene, Agama-Agama, h. 25.
31
C. Ajaran Ketuhanan Dalam Islam
Dalam ensiklopedia Islam, Allah adalah ―Ism al-Jalah wal Ism al-
A‘zham,‖ yang artinya Nama Keagungan dan Kemuliaan. Tuhan merupakan
Nama suatu Hakikat, atau keniscayaan yang bersifat mutlak. Secara bahasa, Ia
membentuk kembali sebuah pengertian yaitu sebuah realitas yang tidak dapat
dipersamakan dengan kandungan kata manapun. Kata Allah merupakan
sebuah nama yang hanya pantas dan tepat untuk Tuhan, dimana melalui kata
tersebut kita dapat memanggil-Nya secara langsung.27
Allah dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi Dzat-Nya (Esensi-
Nya) dan dari segi hubungan dengan makhluk-Nya. Dalam perspektif pertama,
Allah tidak dapat dipahami. Allah berada jauh dari kita. Allah bersifat
transenden. Kepada Allah yang ini, kita harus melakukan tanzîh
(membersihkan Tuhan dari segala kesamaan dengan makhluk). Dia berbeda
dengan segala apapun selain Dia. Dia adalah Theos Agnotos—Allah benar-
benar tidak diketahui dan tak terjangkau oleh manusia. Oleh karena itu, kita
dilarang untuk memikirkan esensi Sang Pencipta. ―Tafakkarû ƒî khalqi Allâh
wa lâ tafakkarûƒî dzât Allâh—Renungkanlah ciptaan Allah dan jangan
merenungkan Dzat-Nya,‖ sabda Nabi Saw.
Dalam perspektif kedua—dalam hubungan-Nya dengan makhluk—
Allah dapat kita pahami. Dia mempunyai sifat-sifat yang ―sama‖ dengan
makhluk-Nya. Dia imanen. Inilah Theos Relevatus—Tuhan yang
menampakkan diri-Nya dalam diri manusia dan alam semesta.
27
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas‘adi (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 23.
32
Jika dalam perspektif pertama Allah begitu jauh, dalam perspektif
kedua Tuhan ini begitu dekat. Bahkan, Dia tidak hanya dapat dikenal,
melainkan benar-benar bisa dicintai.28
Artinya: ―Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang urat lehernya sendiri.‖
(QS. Qaaf (50):16).
Dalam Islam, Tuhan (Allah) diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.29
ۥ
Artinya: ―Tuhan adalah Esa (satu), Allah tempat berlindung segala sesuatu,
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada
sesuatu yang sebanding dengan-Nya.‖ (QS. Al-Ikhlas: 1-4).
Oleh sebab itu, Islam menitikberatkan konseptualisasi Allah sebagai
Yang Maha Tunggal dan Maha Kuasa (Tauhid). Dia adalah wahid dan Esa
(ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama
Allah (Asma'ul Husna, "Nama-nama yang Terbaik") yang mengingatkan
setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Nama-nama tersebut terbagi dalam dua
jenis : asma‘ al-zat (Nama Esensi) dan asma‘ al-shifat (nama Sifat). Diantara
99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan
adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).30
28
Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi, Asmaul Husna: Makna dan Khasiat, terj. Nuruddin
Hidayat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 8-9. 29
John L. Esposito, Islam: The Straight Path (London: Oxford University Press, 1998), h.
22. 30
Glasse, Ensiklopedi, h. 24.
33
ۥ
Artinya: Dia adalah Allah, Tiada Tuhan selain Dia, Maha Mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia Maha Pemurah serta Maha Penyayang,
Dia adalah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia, Dia raja yang
menguasai segala kesucian, segala kesejahteraan, yang Memberi
Keamanan, Yang Maha Memelihara, Maha Kuasa dan Pemilik
segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. Dia adalah Allah, Yang Maha menciptakan,
Mengadakan dan Yang membentuk segala rupa. Pemilik Nama-
Nama yang paling baik, Seluruh yang ada di langit dan di bumi
bertasbih kepada-Nya, Dia Maha Perkasa serta Maha Bijaksana.
(QS. Al-Hasyr (59): 22-24).
Fikiran ketuhanan dalam Islam adalah ―Fikiran yang sempurna‖
dimana satu segi mengalahkan segi yang lain dan tidak diperbolehkan tertimpa
oleh sifat-sifat syirik dan pemiripan (dengan makhluk), juga tidak membuat
perbandingan bagi Allah menurut indera maupun menurut hati, melainkan
baginya ―perumpamaan yang paling tinggi (al- Matsalul a‘la)‖ dan ―tidak ada
sesuatu yang seperti-Nya.‖31
Islam menolak patung-patung dalam bentuk apapun dari bentuk-
bentuk percontohan atau lambang (pendekatan). Bagi Allah adalah contoh
yang tinggi dari sifat-sifat kesempurnaan seluruhnya dan bagi-Nya adalah
nama-nama yang baik. Maka, sifat kekuatan dan kekuasaan pada Allah
mengalahkan sifat-sifat kasih sayang dan cinta. Ia berkuasa atas segala
31
Abbas Mahmoud Al-‗Akkad, Ketuhanan; Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan
Pemikiran Manusia (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 111.
34
sesuatu, Ia Maha Kuat dan memiliki Pembalasan. Ia adalah Dzat Penyayang
dan Pengasih, Maha Pengampun dan Maha Pemurah. Rahmat-Nya meliputi
segala sesuatu.32
Dalam tasawuf—salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan
aspek spiritual dalam Islam—manusia memiliki dua rumah, satu rumah untuk
jasadnya, yaitu dunia rendah ini, yang lain rumah rohnya, yaitu alam yang
tinggi. Tetapi, karena hakikat manusia terletak pada rohnya, oleh sebab itu
manusia merasa terasing di dunia ini, karena alam rohanilah tempat roh atau
jiwa manusia yang sesungguhnya. Perasaan yang terasing inilah yang
kemudian memicu sebuah ―pencarian mistik‖ dari seorang manusia, dengan
itu pula manusia memulai perjalanan spiritualnya menuju Tuhan (tarekat).33
Namun, karena Tuhan sebagai ―tujuan akhir perjalanan manusia‖ yang
bersifat rohani, manusia harus berjuang menembus rintangan-rintangan materi
agar rohnya menjadi suci. Itulah sebabnya kata ―tasawuf‖ berasal dari ―shafa‖,
yang artinya kesucian, yakni kesucian jiwa sang sufi setelah mengadakan
―penyucian‖ jiwa dari kotoran-kotoran atau pengaruh jasmani. Penyucian ini
dalam rangka mendekatkan diri kepada Yang Mahasuci, yaitu Allah SWT.
Dari keyakinan ini, muncullah cara hidup spiritual yang bertujuan pada
―pendekatan‖ dengan Allah, cara tersebut dapat berupa bentuk menyebut-
nyebut nama-nama Allah, yang mana seorang sufi memenuhi jiwanya dengan
nama-nama (asma‘) Allah, sehingga dapat merasakan kehadiran dan
kedekatan-Nya; atau dalam bentuk merenungkan dan berulang-ulang
membaca firman-Nya, dengan penuh kecintaan agar dengan begitu seorang
32
Al-‗akkad, Ketuhanan, h. 112. 33
Kartanegara, Menyelami, h. 2.
35
sufi dapat memahami ―kehendak‖ Allah dan menghayati hikmah yang
terkandung di dalamnya; atau dalam bentuk ―bersendirian dengan Allah‖ di
tengah malam buta, sehingga tercapai hubungan intim dan personal dengan
Allah.34
Menurut Penulis, dalam Hinduisme maupun Islam, kedua agama ini
sama-sama percaya pada Satu Realitas Tertinggi, yaitu Tuhan. Hanya saja
dalam aplikasi terhadap Tuhan kedua agama ini mempunyai cara atau sistem
yang berbeda. Jika Islam dalam penyembahan terhadap Tuhan tidak
memerlukan bentuk atau wujud, lain halnya dengan Hindu. Dalam Hinduisme,
Tuhan di puja dengan berbagai bentuk dengan tujuan untuk mempermudah
memahami-Nya.
34
Kartanegara, Menyelami, h. 3-5.
36
BAB IV
AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH
A. Monotheisme Dalam Agama Sikh
Semua orang yang beragama mufakat dalam mengartikan Allah
sebagai Yang Maha Tinggi, tetapi arti dari Yang Maha Tinggi itu berbeda-
beda. Secara global agama-agama dibagikan menurut tiga bentuk, yaitu:
1. Menurut panteisme: Semesta alam, termasuk manusia, merupakan
sebagian dari Allah. Pandangan ini sesuai dengan pengalaman manusia
tentang kesatuan fundamental dari segala yang ada.
2. Menurut politeisme: Terdapat lebih dari satu Allah. Ini sesuai dengan
pengalaman manusia, bahwa semesta alam mempunyai segi-segi yang
berbeda-beda, yang semuanya mencerminkan suatu kekuatan Ilahi.
3. Menurut Monoteisme: Allah tidak boleh dicampurkan dengan hal-hal
dunia, disadari bahwa Allah itu satu dan tak dapat dibagikan kemuliaan-
Nya.1
Dalam monotheisme, Allah di pandang sebagai Pribadi yang berlainan
dari dunia. Allah bukanlah suatu objek seperti benda-benda dunia, melainkan
suatu wujud yang transenden, yang serentak bersifat imanen dalam hal-hal
dunia pula.2
Sedangkan dalam agama Sikh, Keyakinan tentang ketuhanan dapat
dijabarkan dalam istilah Mystic Monotheism. Guru Nanak menerima pokok
keyakinan di dalam agama Islam tentang keesaan Allah Maha Kuasa, tidak
1 Theo Huijber, Manusia Mencari Allah Suatu Filsafat Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius,
1977), h. 18-19. 2 Huijber, Manusia Mencari Allah, h. 20-21.
37
beranak, tidak diperanakkan, tanpa ada suatu apapun yang mirip dengan-Nya,
yang menciptakan alam semesta dan mempunyai wewenang penuh atas
makhluk-Nya. Dengan begitu, Guru Nanak menolak Polytheisme yang dianut
agama Hindu. Tetapi, Guru Nanak menerima pokok keyakinan di dalam
agama Hindu yang menyatakan bahwa Dzat Allah Maha Kuasa itu meresapi
seluruh alam, yakni Pantheisme.3
Keyakinan serupa itulah yang disebut dengan Mystic Monotheism,
yakni yakin akan keesaan Allah secara mistik. Melalui tatacara mistik akan
dapat dicapai penggabungan kembali antara Dzat Insan dengan Dzat Tuhan
dalam satu kesatuan—wujud4 (Wihdatul-Wujud), pada saat-saat yang sangat
singkat. Dengan meminjam istilah Hindu (moksha), yakni persatuan Dzat
Atman dengan Dzat Brahman menurut konsepsi Upanishad di dalam agama
Hindu.5
Orang-orang Sikh percaya hanya ada satu Allah dan bahwa Dia bukan
sesuatu yang substansial atau manusia super, tetapi merupakan prinsip
kebenaran mutlak. Para guru dalam agama Sikh bersikeras bahwa Allah tidak
memiliki bentuk atau substansi dan sangat menentang penyembahan terhadap
berhala.
3 Joesoef Sou‘yb, Agama-agama Besar Di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993), h.
158. 4 konsep ini berisi keyakinan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut
paham kesatuan wujud ini mengambil dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara
ruh manusia dengan Ruh Allah dalam penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS:Sehingga ruh
manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam salat karena salat adalah me-mi'rajkan ruh
manusia kepada Ruh Allah SWT. Atas dasar pengaruh 'penyatuan' inilah maka kezuhudan dalam
sufi dianggap bukan sebagai kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin karena hanya dengan
meninggalkan/ tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada Allah semakin meningkat yang
akan bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih mendalam. Lih Wikipedia Bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas id.wikipedia.org/wiki/Sufisme, pada 26 Oktober 2010. 5 Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159.
38
Guru Nanak percaya hanya ada Satu Yang Tunggal, Tidak Terbatas,
Maha Tertinggi, Tuhan, Imanen dalam ciptaan-Nya. Konsep tentang Allah
yang diuraikan oleh Guru Nanak terdapat dalam Mul Mantra, yaitu Doa, yang
mana menyediakan saripati pemikiran dan filsafat. Seluruh Japji menguraikan
doa ini dan menyediakan ringkasan, atau inti dari Adi Granth.6
Japji berarti meditasi. Objek meditasi dalam Sikh adalah Allah yang
dikonsepkan dalam uraian Mul Mantra. Secara teknis, Mul Mantra bukan
merupakan bagian dari Japji, yang telah dijelaskan oleh Guru Nanak di dalam
objek meditasi sloka pertama.7 Dalam Mul Mantra disebutkan:
―Hanya ada Satu Allah, yang Nama-Nya adalah Kebenaran. Dia
adalah Pencipta segala yang ada, tidak mengenal takut, tidak terbatas
waktu, tidak mempunyai wujud. Ia tidak dilahirkan dan tidak dapat
mati, Ia bijaksana, Ia dikenal melalui Anugerah Guru.‖8
Dia adalah Maha Tinggi yang Abadi sebelum waktu dimulai
pertamakali, sekarang dan untuk semua waktu yang akan datang.9
Menurut esensinya, Tuhan dalam Sikh adalah Allah yang impersonal
(Nirguna) dan Allah yang personal (Sadguna). Impersonal dan tidak
berbentuk (abstrak); Allah berada di luar jangkauan, tak berbatas, Mutlak ada-
Nya. Kemudian Allah meniupkan cahaya-Nya sendiri ke dalam ciptaan-Nya,
oleh sebab itu, berkaitan dengan ciptaan-Nya ini, Ia adalah pribadi (nyata),
meskipun memiliki bentuk yang tak berbatas (Sadguna).10
6 Sangat Singh, Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence Of the
Sikh Faith (Delhi: Hind Pocket Books, 1987), h. 9. 7 JAPJI dikenal sebagai Japji Sahib, memiliki hak istimewa yang menjadi wasiat pertama
setelah Doa di dalam Kitab Adi-Granth. Japji memiliki dua sloka, yaitu satu berada di awal, yang
lainnya di akhir dan diantaranya terkandung 38 Pauris (bait). 8 Singh, Japji, h. 59.
9 Singh, Japji, h. 15.
10 Singh, Japji, h. 50-51.
39
B. Keterpengaruhan Ajaran Ketuhanan dalam Sikhisme
1. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Hindu
Sikhisme muncul dari tradisi orang-orang suci India (sant Indian),
yang berada dalam lingkungan budaya Hindu. Guru Nanak sendiri adalah
seorang Hindu dari kasta Ksatrya, begitu juga dengan semua penerus Guru
dalam Sikh.11
Pada mulanya hampir tidak ada keserupaan antara Hindu dengan
ajaran Sikh yang pertamakali diajarkan oleh Guru Nanak. Keduanya
mempunyai ajaran yang sangat berbeda tentang Tuhan, juga tentang
penciptaan, tentang alam semesta, hubungan antara Tuhan dan alam
semesta, pandangannya tentang manusia, ide tentang keselamatan, ajaran
tentang kemasyarakatan, penyucian, upacara peribadatan dan lain-lain
semuanya berlawanan. Dari segi ini benarlah apa yang dikatakan Guru
Nanak bahwa, ―tidak ada Hindu.‖ 12
Walaupun dalam waktu yang sama Guru Nanak juga berkata
bahwa ―tidak ada muslim,‖ tetapi antara Guru Nanak dengan Islam sangat
dekat, juga dengan ajarannya. Sementara Guru Nanak menampakkan
antipatinya yang keras terhadap Hindu—terutama pada ritual-ritual Hindu,
seperti penggunaan benang suci, acara mandi suci, inkarnasi, menyembah
berhala dan sebagainya—namun ia memperlihatkan simpati yang nyata
terhadap Islam, terutama pada konsep ketuhanan Islam dan persamaan
derajat manusia.13
11
Khushwant Singh, The Sikhs Today (New Delhi: Sangam Books, 1976), h. 22. 12
Burhanuddin Daya, ―Agama Sikh,‖ dalam Mukti Ali, ed. Agama-Agama Di Dunia
(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), h. 210-211. 13
Daya, ―Agama Sikh", h. 210-211.
40
Akan tetapi, setelah Guru Nanak wafat dan guru-guru Sikh silih
berganti menggantikannya, kecenderungan kaum Sikh mengalami perubahan.
Mereka menjauh dari Islam, sebaliknya membina hubungan baik dengan
Hindu. Bahkan, pada masa Guru Gobind Singh, mereka sadur bagian-bagian
tertentu dari Kitab Suci Hindu—Mahabharata dan Ramayana—kemudian
mereka masukkan pula ke dalam Adi Granth (Kitab asli).
Jika pada masa-masa sebelumnya, orang-orang Hindu berduyun-duyun
memasuki agama Sikh, terutama mereka yang berasal dari kasta bawah,
sekarang keadaannya terbalik: kaum Sikh banyak yang pindah memeluk
agama Hindu dan jarang terdengar berita adanya kaum Sikh yang menjadi
penganut Islam.14
Dalam ajaran yang disampaikannya, Guru Nanak menerima ajaran dari
Upanishad,15
tetapi menerima ritualisme dari Veda.16
Jika Hindu mengajarkan
bahwa Karma (sebab-akibat), Raja Yoga (disiplin spiritual terhadap latihan-
latihan fisik dan mental), Jnana Yoga (disiplin menguasai Kitab Suci), dan
Bhakti Yoga (ibadah penuh kasih) sebagai empat jalan utama untuk menyadari
14
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 214-215. 15
Pokok kebaktian di dalam Sikh dalam mencapai keselamatan menurut konsepsi
Upanishad Hindu, yaitu Dhyana—yoga dan Samadhi. Samadhi dengan menyebut nama Tuhan
terus-menerus. Pada dasarnya uraian-uraian di dalam Upanishad mengandung tuntunan-tuntunan
yang mengarah kepada praktek spiritual secara langsung. Teori-teori yang disuguhkan adalah
untuk mendukung praktek spiritual, yang mana ini merupakan inti dari ajaran-ajaran Veda. Hanya
Atman yang kekal yang ada di dalam diri kita yang bisa menuntun kita mencapai Keabadian Yang
Agung. Apabila seseorang bisa menyadari Atman di dalam dirinya maka dia bisa mengatakan
‗saya adalah Dia‘. Latihan agar sang diri mencapai visi yang manunggal antara Atma dengan
Brahma disebut Yoga.Visi sentral dari Upanishad adalah Brahma. Orang harus mengingat,
mengucapkan, memahami dan lalu mempraktekkan langsung setiap saat. Lih Ac. Sarva‘nanda
Avadhuta, Pengantar Upanishad, diakses dari www.anandamarga.tripod.com, pada 03 November
2010. 16
Ritualisme dalam Veda misalkan cara atau irama untuk mengucapkan doa dan
nyanyian pujian. Oleh karena itu, syair-syair Sama Veda dikarang secara khusus untuk dilagukan
dan digunakan untuk belajar bernyanyi. Lih Tentang Kitab Veda, diakses dari
www.djanurkuning.wordpress.com /2010/03/06/ pada tanggal 03 November 2010.
41
adanya Tuhan,17
maka dalam Sikhisme, agama ini tidak menolak Jnana Yoga
dan Raja Yoga dalam Hindu, hanya saja perbedaannya Sikh lebih menekankan
kepada Bhakti Yoga, yang mana kemudian berkonjungsi dengan Karma Yoga,
sebagai disiplin spiritual yang disiplin untuk kehidupan keduniawian dan juga
untuk menyadari adanya Tuhan.18
Pada dasarnya dalam Sikhisme maupun Hindu, kedudukan Bhakti
Yoga ini merupakan bagian yang integral dengan Karma dan Jnana. Artinya,
seseorang yang melaksanakan Karma Yoga tanpa disertai dengan rasa bhakti,
maka akan kehilangan kehalusan rasa dan etika, sehingga menimbulkan
perbuatan yang kasar dan memungkinkan melanggar tatakrama. Demikian
pula bila seseorang melaksanakan Jnana tanpa disertai dengan rasa bhakti
kehadapan Tuhan, maka akan terasa kering dan hampa.19
Tidak seperti Hindu, Agama Sikh tidak percaya pada inkarnasi dari
Tuhan dalam bentuk manusia. Agama Sikh juga menolak ritualisme dari
Hindu, seperti mandi di air suci, dan sebagainya. Dalam Hindu, ritualisme
digunakan sebagai alat untuk para pemula—untuk mencapai konsentrasi dan
meditasi.20
Meskipun menolak inkarnasi dalam Hindu, Guru Nanak tetap
mempertahankan penggunaan istilah Brahma, Wisnu, Siwa, Siddh, Buddh,
Nath, Ram, Bhagwan, Damodar, Murari, Gopal, Gobind, Shyam, Prabhu,
17
Walaupun jalan ini bukanlah jalan satu-satunya bagi para pencari kebenaran yang
berada pada jalan spiritual, dapat juga memilih satu atau jalan lain yang sesuai dengan sifatnya. 18
Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 110-111. 19
I Gusti Komang Widana, Kedudukan Bhakti di Dalam Kerangka Dasar Agama Hindu,
diakses dari www.parisada.org/index.php?option=com pada 26 Oktober 2010. 20
Pandit, Pemikiran, h. 111.
42
Manohar, Bithal21
dan lain-lain dalam Hindu hanya untuk menggambarkan
aspek yang berbeda dan beragam fungsi dari Yang Maha Kuasa—untuk
kelompok masyarakat yang berbeda dalam bahasa yang mereka mengerti.22
Guru Nanak mengambil aspek lain dari Tuhan menurut Veda, seperti
konsep bahwa Allah adalah Nirguna (transenden) dan dalam sunya Samadhi
(keadaan meditasi yang mendalam) sebelum penciptaan. Setelah penciptaan,
kemudian Allah menjadi tempat penyimpanan dari semua kualitas atau imanen
(sadguna).
Demikian pula, representasi simbolis Allah sebagai suku kata mistik
atau suara dari OM (dalam Mandukya dan Prasna Upanisad) yang ―berisi
semua yang lalu, sekarang dan masa depan‖—―bhutam, bhavad, sarvam iti
bhavisyad aumkar evah.‖23
Om berasal dari tiga huruf (a), (o) dan (m) yang
diinterpretasikan untuk mewakili Trimurti dalam Hindu, yaitu Brahma, Wisnu
dan Siwa.24
Jika diperhatikan, dalam hal bersembahyang, Sikh lebih mirip dengan
Hindu di Bali daripada di India, karena sama-sama tidak memakai berhala dan
tata cara pelaksanaannya pun berbeda. Sedangkan di India, orang-orang Hindu
memakai berhala atau patung-patung dan gambar. Cara Sikh beribadah yang
berbeda ini disebabkan pengaruh dari Islam yang masuk ke India.25
21
Gopal Singh, Sri Guru Granth Sahib (English Version) (Delhi: Gus Dar Kapur & Sons
Privat Ltd, 1960), Vol. 1, h. XXVII. 22
Singh, Japji, h. 46. 23
Singh, ―Sikhisme‖, h. 317. 24
Singh, Japji, h. 46. 25
Wawancara Pribadi dengan Golraj Singh.
43
2. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Islam
Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan
aspek spiritualitas dari Islam.26
Ini karena para ahli tasawuf, yang kita sebut
sufi, lebih memercayai dunia ―spirit‖ daripada ―jasad‖—mempercayai dunia
spiritual ketimbang dunia material. Secara ontologis, mereka percaya bahwa
dunia spiritual lebih hakiki dan real daripada dengan dunia jasmani. Bahkan,
sebab terakhir dari segala yang ada ini, yaitu Tuhan, juga bersifat spiritual.
Oleh karena itu, realitas sejati bersifat spiritual.
Lebih dari seribu tahun yang lalu, benih Sufisme yang kemudian
berkembang menjadi madzhab-madzhab meditasi yang dianggap bersumber
dari Hindu itu telah tertanam di India.27
Aliran mistik Cinta, yaitu bhakti
adalah salah satu bukti yang diungkap Tara Chand, mantan menteri
Baluchistan Tengah, dalam bukunya Cultural History of India:
―Beberapa ciri pemikiran orang India Selatan sejak abad kesembilan
menunjukkan adanya pengaruh Islam yang sangat kuat. Di antara
pengaruh-pengaruh Islam itu adalah meningkatnya perhatian pada
monotheisme, kekhusyu‘an beribadah, penyerahan diri (Parpatti) dan
kebaktian kepada guru (Guru Bhakti). Pengaruh lainnya adalah
kelonggaran sistem kasta, pengabaian terhadap ritual yang hampa …
menyatu dengan Tuhan, pengabdian kepada seorang guru … Konsepsi
Sufi tentang pengabdian guru itu telah terkenal pada zaman Hindu
Pertengahan.‖28
Ajaran tauhid Islam ini sangat berpengaruh dalam diri Guru Nanak.
Hal ini nampak jelas dari ajaran-ajarannya, seperti percaya bahwa Allah
adalah Esa dan menentang penyembahan Tuhan dengan berhala. Gokal Chan
26
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 2. 27
Idries Shah, Sufisme di India: Mahkota Sufi Menembus Dunia Ekstra Dimensi, diakses
dari teguhimanprasetya.wordpress.com, pada tanggal 26 oktober 2010. 28
Idries Shah, Sufisme di India.
44
Narang, seorang tokoh terkemuka dari gerakan Arya Samaj,29
tidak dapat
menyangkal betapa besar pengaruh Islam terhadap agama Sikh. Ia
mengemukakan hal ini dengan caranya sendiri, ia berkata:
―memang kemungkinan dapat diterima, bahwa Islam telah berbuat
sesuatu terhadap perkembangan Sikhisme. Mungkin tidak akan ada Sikhisme,
atau setidak-tidaknya Sikhisme itu tidak akan pernah tampil dalam bentuknya
yanng serupa ini, jika Islam tidak menembusi wilayah-wilayah India ini.‖30
Guru Nanak dianggap sebagai orang yang sangat terpengaruh oleh
seorang sufi besar India, yaitu Kabir. Bahkan dinyatakan, bahwa Guru Nanak
adalah sama dengan Kabir, yaitu seorang sufi. Kabir dianggap sebagai
pendahulu langsung dari Guru Nanak. Kabir pernah berkata, ―seperti sungai
menuju ke samudera, begitu jugalah hatiku menyentuh Engkau‖.31
Ia juga
mengekspresikan keesaan Tuhan dalam nyanyian-nyanyiannya. Ia telah
memisahkan pertentangan abadi antara personal dan impersonal, antara
transenden dan imanen dari hakekat ketuhanan. Kabir percaya pada kesatuan
manusia dan juga sangat mengutuk ajaran Hindu tentang kasta, inkarnasi dan
mandi suci di sungai, ia berkata:
―adalah omong kosong tentang air dan tempat-tempat pemandian
yang suci, dan aku tahu bahwa mereka itu tidak berguna, sebab aku mandi di
dalamnya. Patung-patung itu semuanya tidak bernyawa, mereka tidak bisa
berkata-kata, saya tahu sebab saya sudah memanggil mereka keras-keras.‖32
Kabir juga menentang ajaran Hindu tentang hidup membujang dan
membiara, karena ia sendiri mempunyai istri dan memperoleh dua orang anak,
serta menopang hidupnya sebagai seorang tukang tenun yang sederhana.
29
Arya Samaj adalah suatu sekte dari Hinduisme, yang sangat setia pada Hinduisme dan
terkenal sikap permusuhannya terhadap Islam. 30
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 213. 31
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 213. 32
Daya, ―Agama Sikh‖, h. 214.
45
Semua ungkapan Kabir di atas termuat dalam Adi Granth. Guru Nanak
dianggap sebagai produk dari dorongan dan pengaruh yang sama dan
mengajarkan ajaran yang sama pula.
C. Tuhan Dalam Diri-Nya (Realitas Transenden)
Budi Munawar Rahman mendefenisikan Tuhan personal sebagai
pandangan yang menyatakan bahwa Tuhan seperti manusia dalam artian
memiliki pribadi. Konsep tentang Tuhan personal adalah konsep tentang
Tuhan sebagai The Other yang berbeda secara diametral dengan semesta.
Tuhan personal adalah Tuhan yang transenden dan cenderung
memproyeksikan Tuhan sebagai obyek yang antropomorphis.33
Menurut Ludwig Van Feurbach, kesadaranlah yang menggerakkan
manusia untuk mempersepsi dan selanjutnya menilai realitas, lalu ia bertindak
berdasarkan persepsi dan penilaian tersebut. Ketika manusia menyelami
samudera kesadarannya hingga di titik terdalam, sampailah manusia pada
kesadaran dan persepsi tentang kesempurnaan, kecerdasan, keagungan,
kesucian, dan segala keluarbiasaan lainnya. Namun, realitas yang dihadapi
oleh manusia berbanding terbalik dengan semua persepsi tersebut. Yang
ditemui oleh manusia adalah kelemahan, kenistaan, kebodohan, dan segala hal
yang mengantarkannya pada persepsi tentang inferioritas manusia. Namun,
kesadaran dan persepsi tentang adanya realitas yang superior (Maha) tersebut
tak bisa ditolak oleh manusia.
33
Paradigma Tuhan berPribadi atau paradigma Penciptaan.
46
Akhirnya sampailah manusia pada kesimpulan bahwa segala atribut
yang Maha tersebut adalah sosok lain yang bukan dirinya dan benar-benar
berbeda dengan dirinya. Dari sinilah kesadaran manusia mempersepsi tentang
adanya sosok Tuhan yang benar-benar Maha. Kemudian manusia memasang
jarak antara dirinya dan sosok yang diciptakannya tersebut yang ia sebut
sebagai Tuhan.
Tuhan Maha Perkasa-manusia maha lemah, Tuhan Maha Kuasa-
manusia maha tak berdaya, Tuhan Maha Suci-manusia maha nista, Tuhan
Maha Cerdas-manusia maha bodoh, Tuhan Maha Superior-manusia maha
inferior, Tuhan Maha Sempurna-manusia tak akan pernah sempurna.
Kesimpulannya, menurut Feurbach konsep Tuhan hadir karena kegagalan
kesadaran manusia dalam memahami dirinya, atau Tuhan hanyalah proyeksi
pikiran manusia akibat ketidakmampuan manusia memahami dirinya. Maka,
Tuhan yang personal adalah hasil dari intelegibilitas34
yang tertinggi dan
merupakan ―hasrat manusia yang terwujud‖.35
Dalam Sikhisme, Allah tidak beranak dan diperanakkan, Dia
merupakan kenyataan Mutlak yang harus diterima sebagai kesatuan dari
semua keberadaan. Tuhan itu Esa, namanya: Yang Maha Benar (Sati), Sang
Pencipta (Karta), Maha Kuasa yang berada diluar batas kelahiran dan
kematian (Ajuni), tidak memiliki awal dan akhir (Akal), sunyi dari takut dan
permusuhan (Nirbhau), abadi (Murti), ada sepanjang Dzat-Nya, Maha Besar
dan Maha Pengasih (Prasadi). Yang Maha Benar dan Maha Esa itu adalah
34
Kenyataan bahwa Tuhan dapat dimengerti. 35
Sabara, Putra Borneo, Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal, diakses dari
hminews.com pada tanggal 5 November 2010.
47
mula dari segala permulaan dan itu adalah azali dan baka.(Adi Granth, 35,
195).36
Allah tidak menyerupai sesuatu, baik yang nyata maupun yang ghaib
(tersembunyi), baik yang muncul dalam fikiran, khayalan atau perasaan. Dia
melampaui apa juga sifat yang disifatkan kepada-Nya. Dia melampaui bahasa
apa juga yang digunakan untuk menceritakan mengenai-Nya. Manusia dituntut
agar beriman kepada-Nya. Cukuplah dengan beriman bahwa Allah adalah
Tuhan dan teguhkan iman tersebut tanpa membongkar rahasia Diri-Nya,
karena tidak ada jalan untuk meruntuhkan benteng keperkasaan-Nya.37
Dalam ajaran Guru Nanak, Allah bukan saja suatu ide yang khayal
atau abstrak, tetapi termasuk suatu kekuatan moral yang bersifat impersonal.
Karena menurut Guru Nanak, Tuhan adalah wujud yang personal, Maha
Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan Yang Maha Kuasa
yang tidak tampak wujudnya tersebut di dalam agama Sikh disebut dengan
―Ekankar‖.
Ekankar adalah kombinasi dari tiga kata, yaitu: ek (satu), an (tak
terbatas) dan kar (Tunggal). Oleh karena itu, Ekankar berarti Tunggal yang
Tak Terbatas, atau Hanya Satu yang Tak Terbatas.38
Penekanan Guru Nanak pada yang satu ini berasal dari dua aspek
pemikirannya. Pertama, bahwa Dia hanya Satu saja dan tidak ada yang
menyamai-Nya. Kata-kata dan konsep dapat berubah maknanya dalam proses
waktu, namun konotasi dari angka yang selalu sama tidak akan berubah. Ini
menekankan kesatuan Tuhan dalam istilah yang jelas. Menurut Guru Nanak,
36
Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159. 37
Konsep Ketuhanan. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.jalansufi.com. 38
Singh, Japji, h. 46.
48
masyarakat telah banyak melupakan yang Satu tersebut, Satu Allah, malah
menuruti para Dewa-Dewi kecil yang telah diciptakan-Nya.
Kedua, Guru Nanak menggunakan angka 1 dan bukan kata, karena ia
ingin menekankan bahwa alam semesta ini berasal dari Satu Allah dan bukan
dari nol, atau kehampaan, keadaan tidak memihak, atau mati, yang berarti
dibawah sadar.39
Menurut Guru Nanak, di dalam Rag Maru,40
dijelaskan bahwa
sebelum awal penciptaan, yang ada hanya kekacauan dan kekacauan pada
suatu masa berabad-abad lamanya, tetapi ketika itu Satu Yang Tak Terbatas
tetap berada di sana, Ia membungkus diri-Nya dalam kekekalan-Nya, dalam
keadaan tak sadarkan diri sepenuhnya, sendirian dan tak memihak (obyektif),
tidak memiliki saingan dan duduk dalam pengadilan atas diri-Nya. Hanya ada
perintah-Nya, Hukam, dimenangkan dan Ia ciptakan alam semesta.41
Nama Ilahi (Namu) yang paling dimuliakan di dalam agama Sikh
disebut dengan Sat Nam (Yang Maha Benar). Nama Ilahi tersebut termuat
pada Ayat Pertama di dalam Adi Granth dan pada setiap bagian dalam Kitab
tersebut. Namun, suatu panggilan yang dapat dikatakan khusus dalam agama
Sikh adalah Guru. Justru setiap orang yang beriman dengan Guru Maha
Agung disebut dengan para murid (Sikh). 42
Dalam Adi Granth banyak menggunakan berbagai nama Allah yang
lazim pada saat itu, seperti Bhagvan, Gobind, Gopal, Ishwar, Ram, Allah,
Rabb, Rahim, Khuda, Khaliq, Brahma, Param Brahma (Brahma Maha
39
Singh, Japji, h. 44. 40
Adi Granth, h. 1023-1038. 41
Singh, Japji, h. 44. 42
Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159.
49
Agung), Parameshvara (Tuhan Maha Agung), Hari (Yang Maha Asih), Rama,
Govind, Maryan dan sebagainya. Tetapi ini tidak penting, karena Namu
(Nama Ilahi) merupakan ekspresi total dari Allah, nyata dan bukan
manifestasi. Itu adalah ekspresi dari cahaya-Nya atau Roh yang imanen dalam
ciptaan-Nya.43
Dalam Adi Granth, 310, 504, 400 disebutkan bahwa, ―Engkau,
O Tuhan, Maha Esa. Tapi manifestasi-Mu banyak sekali.‖44
Dalam Japji (19), Guru Nanak berkata, "apapun yang diciptakan-Nya
merupakan manifestasi dari Nama-Nya; Tidak ada tempat di mana Nama-Nya
tidak menyerap." Oleh karena itu, Namu adalah cahaya atau Roh Universal
yang meliputi segala sesuatu dan tetap ada dalam semua ciptaan-Nya.45
Selain
itu, Namu juga merupakan obyek dari meditasi. Kontemplasi Nama Ilahi
membantu manusia dalam merealisasikan Tuhan dalam dirinya.
Oleh karena itu, Tuhan yang bersifat transenden bahwasanya
sesungguhnya Allah yang terlalu jauh, tak bisa dijangkau, tak terlukiskan,
terucapkan, tak dapat dijelaskan, kekal, tak terbatas ruang dan waktu, tak
dapat dihancurkan, tak terduga, diketahui, diluar jangkauan indera, tertinggi
dari yang tinggi, absolut, berdiri sendiri, tanpa atribut, tak terlihat, bukan
perempuan ataupun laki-laki dan sebagainya.46
Menurut Guru Nanak, Allah tak terlukiskan dan jauh melebihi
konsepsi yang paling mulia dalam pandangan manusia. Orang yang
ditinggikan dan mencapai persekutuan dengan Allah bagaikan setetes air di
laut—dan tidak dalam posisi untuk menjelaskan lingkupnya, karena manusia
43
Singh, Japji, h. 47. 44
Sou‘yb, Agama-Agama, h. 160. 45
Singh, Japji, h. 47. 46
Gopal Singh, Sri Guru Granth Sahib (English version), Vol. I., (Delhi: Gur Das Kapur
& Sons Private Ltd, 1960), h. XXVII.
50
tidak memiliki pengetahuan baik dan ekspresi untuk menggambarkan-Nya.
Hal ini di luar kapasitasnya. Bentangan-Nya tak terbatas. Allah Maha Besar
dan satu yang bisa menggambarkan-Nya, hanya jika Dia yang Besar. Allah
dapat juga disebut Agung, karena Dia bisa melampaui kebesaran yang dicapai
oleh orang lain. Dia tidak bisa menjadi ukuran. Dengan demikian, Dia tak
terduga. Hanya Allah yang tahu bagaimana Besar-Nya Ia. Dia adalah Asal-
muasal, tidak terbatas, tanpa awal, tanpa akhir dan tetap sama.47
Dia adalah Allah Yang Maha Besar dan Kebesaran-Nya tersebut
bersaksi pada ciptaan-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Benar. Begitu juga Nama-
Nya, diucapkan dengan pengabdian tanpa henti kepada ciptaan-Nya, karena
Dia adalah Maha Melimpah dan tidak ada akhir untuk karunia-Nya. Ciptaan-
Nya berdoa dan memohon kepada-Nya, dan Ia memberi dan terus memberi.
Dia adalah Pemberi Abadi.48
Dalam hal ajaran ketuhanannya yang transenden, agama Sikh terlihat
lebih banyak terpengaruh oleh ajaran tauhid dalam Islam daripada Hinduisme.
Karena dalam konsep kepercayaannya, agama Sikh menentang inkarnasi atau
perwujudan Tuhan dalam bentuk-bentuk.
D. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Penciptaan (Realitas Imanen)
Tuhan yang impersonal menolak konsep Tuhan yang bersifat pribadi
atau antropomorphis. Tuhan bukanlah sosok yang berbeda secara diametral
dengan makhluknya, khususnya manusia, tetapi Tuhan sebagai entitas yang
dekat dan tak terpisah dari makhluknya.49
47
Singh, Japji, h. 21-22. 48
Singh, Japji, h. 25. 49
Sabara Putra Borneo, Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal.
51
Dalam realitas imanennya, Ciptaan-Nya banyak sekali dan karya-Nya
tak terhitung jumlahnya. Ciptaan-Nya tak terbatas dan batas-batas ciptaan-Nya
berada di luar pemahaman.50
Tuhan yang tampak wujudnya (Imanen) dalam Sikh disebut dengan
―Oankar‖. Guru Nanak mengadaptasi kata Oankar dan memberikan bentuk
yang berbeda maknanya. Merupakan kombinasi dari dua kata: Oan dan Kar.
Oan berarti Mahatinggi (Allah), dan Kar berarti "Tunggal".
Oankar merupakan kata kedua dalam doa, Ini juga kadang-kadang
ditulis sebagai Oamkar, namun ini adalah salah. Guru Nanak sendiri dalam
himnenya, Dakhani Oankar, menggunakan kata Oankar.51
Swami Vivekananda, seorang reformer Hindu, menegaskan bahwa
kata oankar dalam Sikh berasal dari Veda asli. Dia menulis "Oankar adalah
kata yang paling suci dalam Veda. Sebuah kata yang merupakan simbolis dari
Mahatinggi, Samudera Pengetahuan dan Kebahagiaan Mutlak.‖52
Namun, bentuk kata Sansekerta seperti itu nantinya akan mempunyai
bentuk lain dan terucap seperti Om. Dalam karya Dakhani Oankar, mantera
dari Guru Nanak disebut sebagai Onam, Jika diambil sebagai suara hidung,
akan terucap sebagai Om. Kata tersebut diinterpretasikan untuk mewakili
Trimurti dalam Hindu, yaitu Brahma, Wisnu dan shiva.
Namun, Guru Nanak mengadaptasi kata Oankar dan memberikannya
bentuk yang berbeda maknanya, menggabungkan dari dua kata: Oan dan Kar.
Oan berarti Mahatinggi (Allah), dan Kar berarti "Tunggal". Penekanan Guru
50
Singh, Japji, h. 22. 51
Singh, Japji, h. 44. 52
Singh, Japji, h. 45.
52
Nanak terhadap Allah Yang Maha Agung, yang tidak memiliki saingan atau
sama dengan-Nya.53
Dengan menggabungkan Ek dan Oankar, itu bermakna Allah hanyalah
Satu, yang menciptakan alam semesta, tak Terbatas, Maha Tinggi, yang
dipancarkan melalui Mantera Bij, rumus dasar Sikh, yang mana merupakan
subjek dari meditasi.54
Dalam hal penciptaan, Guru Nanak menolak teori evolusi.
Menurutnya, satu Firman yang diucapkan Allah, maka seluruh alam semesta
berdenyut-denyut menjadi ada. Berjuta sungai kehidupan datang mengalir. Dia
membuat berbagai jenis perintah, warna, bumi, langit dan alam semesta.
Ciptaan-Nya tidak terbatas dan Dia tetap menjaga ciptaan-Nya. Alam semesta
diciptakan melalui Firman-Nya dan Nama-Nya.55
E. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Manusia
Manusia pada dasarnya memiliki jiwa di dalam tubuhnya. Jiwa ini
memiliki fungsi Atman, pikiran dan emosi. Jiwa dibentuk untuk persekutuan
dengan Allah, bila terpisah dari Allah jiwa akan menderita. Untuk sebuah jiwa
yang mengasihi Allah, tidak menyebabkan penderitaan di dalam tubuh. Dunia
bisa menjadi tempat yang indah untuk jiwa yang mencintai Allah dengan
benar, melalui cinta, manusia akan tertarik pada Allah atau terpisah darinya.56
Karena manusia makhluk yang unik, ia memiliki kemampuan untuk
mendiskriminasi dan membangun hubungan yang mulia dengan Allah. Ini
53
Singh, Japji, h. 46. 54
Singh, Japji, h. 46. 55
Singh, Japji, h. 22-23. 56
Warren Matthews, World Religion: Third Edition (Wadsworth Publishing Company,
Canada: 1999), h. 196.
53
dikarenakan maya (ilusi) manusia dapat melihat dunia ini berbeda dengan
Allah. Dualisme ini menghasilkan keterikatan dengan benda duniawi dan
mengarahkannya untuk melupakan Allah pula. Oleh sebab itu, keterikatan
pada objek material adalah penyebab utama dari kelahiran kembali, yang
didasarkan pada karma (tindakan) masa lalu. Cara satu-satunya untuk
mencapai pembebasan (Mukti) dari siklus kelahiran dan kematian adalah
dengan menyadari adanya Allah.57
Inti dari ajaran Sikh adalah Allah, yang terdapat di dalam hati manusia.
Manusia mengarahkan batinnya untuk menemukan Allah. Dengan bermeditasi
atas Nama Allah dan mendengarkan Sabda Guru, manusia mulai mengenal
dan mencintai Allah. Karunia Allah kemudian membantu manusia mencintai-
Nya dan lebih sedikit mencintai keduniawian. Dosa melemah dan kebaikan
semakin diperkuat.58
Guru Nanak tidak begitu peduli dengan upacara-upacara atau ritual
dari Hindu maupun Islam. Beliau menggantikan ritual mereka dengan
menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Guru Nanak menjelaskan ada lima
tahapan perkembangan seseorang yang mengarah ke persatuan dengan Allah,
antara lain:
1. Kepatuhan untuk memuliakan Allah dan hukum-Nya, Hukam, dan
berusaha untuk membantu orang lain.
2. Meningkatkan pengetahuan. Sikh belajar bahwa dunia berada di luar
pemahaman manusia dan bahwa manusia mempunyai pengalaman tentang
57
Pandit, Pemikiran, h. 109-110. 58
Matthews, World Religion, h. 196.
54
Tuhan dalam hati mereka. Pengetahuan ini mengarahkan orang Sikh diluar
keterpusatan diri demi kebesaran cinta kepada Allah.
3. Usaha atau kerendahan hati yang berfokus pada pengenalan tentang Allah
dalam hati, Sikh merenungkan firman-Nya dalam hal penciptaan.
4. Terisi oleh kekuatan roh. Sikh menyadari jika Allah berada di dalam hati
mereka, maka mereka akan mengalami kedamaian dan kepuasan, serta
mengetahui setelah meninggal mereka dapat bergabung dengan Allah.
5. Manusia akan mengalami Kebenaran Mutlak, yang mana berarti
mengalami persatuan dengan Allah.59
Menurut Guru Nanak, tujuan utama dan satu-satunya kehidupan
manusia adalah untuk mencari persekutuan dengan Allah. Guru Nanak, oleh
karena itu, meninggalkannya pada pokok kalimat di bagian Japji—bukti
pertama dari Adi Granth setelah Doa— dan dalam pengertian luas pada
karakteristik, yaitu Allah sebagai Maha Penguasa, Tak Terlukiskan, Maha
Agung dan Maha Pengasih.
Cara untuk mencapai penyatuan dengan-Nya melalui kepatuhan pada
Hukam, perintah Ilahi, yang tertanam dalam diri sendiri, dan dengan meditasi
yaitu Namu, dengan satu tujuan dan pikiran yang bersih. Tanpa tindakan yang
baik dan hidup yang benar, tidak ada ibadah yang mengarah kepada
keagungan pikiran dan jiwa manusia. Meditasi adalah sarana untuk memahami
realitas Allah, menerima anugerah-Nya, mendapatkan berkah-Nya—yang
mengarah kepada persatuan dengan Allah.60
Tidak ada meditasi atas Nama-
Nya tanpa membuat kebajikan dalam diri seseorang.
59
Matthews, World Religion, h. 196. 60
Singh, Japji, h. 10.
55
Manusia yang menaati-Nya, konsentrasi pada Nama-Nya di dalam
pikiran dan menyadari Tuhan dalam dirinya, dapat mencapai kebahagiaan
yang luar biasa. Pikiran, pengetahuan dan kesadarannya adalah acuan dari
Namu—dan ia memperoleh pengetahuan yang tinggi dari lingkungannya. Dia
menjadi manusia yang berbudi luhur, terbebas dari penderitaan dan terikat
pada Allah. Tidak ada halangan dalam perjalanannya dan dia meninggalkan
dunia ini dengan kemurnian dan kehormatan.61
Begitupun manusia yang
tunduk kepada Hukam-Nya, siapa saja yang sungguh-sunggguh percaya
kepada-Nya, menghayati Namu dan mematuhi-Nya, Allah akan meningkatkan
derajatnya. Nanak berkata: ―jika seseorang memahami Hukam, dia dapat
disingkirkan dari haumai (ke-aku-an).‖
F. Tuhan Ada Dimana – mana
Allah meliputi segala sesuatu (Purakhu); yang berarti meliputi setiap
unsur dalam kehidupan ini. Misalkan, dalam konteks tubuh manusia, Purakhu
memberikan makna jiwa, sedangkan dalam konteks alam semesta itu berarti
Allah. Arti harfiahnya adalah personal. Di dalam Adi Granth, Purakhu telah
digunakan dalam berbagai konteks arti; sebagai orang, manusia, orang besar,
Tuhan, Jiwa, yang meliputi segala sesuatu.62
Dalam ajarannya mengenai Allah Yang Maha Esa, Guru Nanak selalu
menandaskan bahwa Tuhan adalah Tunggal, Ia tidak termanifestasikan dalam
61
Sangat, Japji, h. 31. 62
Sangat, Japji, h. 48-49.
56
segala hal, tidak terbatas dan Ia berada di mana-mana, termasuk di dalam
tubuh dan jiwa manusia.63
Allah tidak hanya berada di satu tempat saja, atau Allah hanya berada
di dalam rumah-rumah ibadah, tetapi Allah berada di mana-mana. Manusia
tidak perlu berkontemplasi (hidup menyendiri) agar dekat dengan-Nya, tidak
perlu berziarah ke tempat-tempat sakral untuk memuja-Nya, karena Tuhan
berada dalam jiwa manusia. Hanya manusia itu sendiri yang harus menyadari-
Nya dalam hati. Allah dan jiwa manusia adalah sesuatu yang tak terpisahkan.
Begitupun dengan alam semesta tempat makhluk-Nya bernaung, inilah yang
dinamakan Allah berada di mana-mana.64
Allah ada dimana-mana, maka manusia tetap harus bersosialisasi
dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Oleh karena itu, Dalam ajarannya,
Guru Nanak menekankan pentingnya persatuan umat manusia. Beliau
meletakkan dasar bagi pengangkatan martabat manusia di kalangan
masyarakat Hindu bukan atas dasar kasta, upacara-upacara singkat seperti
mantera-mantera, keajaiban-keajaiban, misteri-misteri, akan tetapi atas dasar
kodrat dan kecenderungan manusia itu sendiri. Derajat seseorang ditentukan
oleh amal kebajikan-Nya.65
Karena Allah berada dalam diri manusia, upacara-upacara tidaklah
penting, tetapi cukup dengan berbuat yang benar. Peranan Guru bukanlah
seseorang yang harus dipuja,tetapi Guru harus dihormati, diajak untuk
berkonsultasi dan tidak diabaikan.66
63
S. Pendit, Guru Nanak, h. 65. 64
Wawancara Pribadi Dengan Golraj singh. 65
Daya, Agama Sikh, h. 204. 66
Pandit, Pemikiran Hindu, h. 110.
57
Oleh sebab itu, manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah
dengan akal pikiran dan lebih sempurna dibandingkan makhluk Allah yang
lainnya, harus bisa mencari dan merenungi kebesaran Allah yang meliputi
alam semesta ini. Guru Nanak menyatakan bahwa dengan menyanyikan nama
Allah, Nam Simran, dan menyanyikan lagu pengabdian (Kirtana) adalah cara
yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Nya, yang secara perlahan dapat
menaklukan hawa nafsu, kemarahan, ketamakan, keterikatan dan rasa
bangga.67
Pada intinya, dalam mencari hakikat tentang Allah, dekat dengan-
nya, mengagungkan kebesaran-Nya dan ciptaan-Nya, yaitu dengan bagaimana
cara kita mencari Allah dalam sentuhan dan dirasakan dengan hati.68
67
Pandit, Pemikiran Hindu, h. 110. 68
Wawancara Pribadi Dengan Golraj Singh.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis jabarkan di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Sikhisme merupakan sinkronisasi dari Hinduisme dan Islam yang masuk
ke India. Guru Nanak sebagai pendiri agama Sikh ingin menyatukan kedua
agama ini dalam semboyan ―tidak ada Hindu, tidak ada Muslim‖.
2. Sikhisme berangkat dari perjalanan sejarah antara Hindu dan Islam yang
sekian lama saling bermusuhan di India.
3. Pada dasarnya setiap agama percaya pada Satu Realitas Tertinggi, namun
disebutkan dan diaplikasikan dalam beragam cara. Dalam Islam
penyembahan terhadap Tuhan tidak diaplikasikan dengan bentuk atau
wujud apapun, lain halnya dalam Hinduisme yang menyembah Tuhan di
wujudkan dalam berbagai bentuk manifestasi Tuhan. Tetapi, pada intinya
penyembahan terhadap Tuhan ini tidak terlepas dari keyakinan Satu
Realitas Tertinggi.
4. Agama Sikh menolak formalism dari Hinduisme dan Islam, seperti mandi
suci, pemakaian benang suci,kasta dalam Hindu, berziarah ke tempat-
tempat suci, haji dan sebagainya. Namun Guru Nanak ingin
mensinkronisasikan kedua agama tersebut.
5. Agama Sikh dalam ajaran ketuhanannya percaya pada satu Tuhan
Tertinggi (monotheisme) dan tidak diaplikasikan dalam bentuk apapun.
59
Agama Sikh sangat menentang penyembahan terhadap berhala, inkarnasi
Tuhan dalam bentuk manusia dan sebagainya yang terdapat di dalam
Hinduisme. Oleh sebab itu, dalam hal transendensi, Sikh lebih
menekankan kepada ajaran tauhid Islam, sedangkan dalam hal imanensi
Tuhan, Agama Sikh lebih menekankan kepada panteisme dalam Hindu.
B. Saran
Sejarah dan ajaran ketuhanan dalam agama Sikh begitu sangat luas.
Beberapa di dalamnya mengandung makna keruhanian dan keagamaan untuk
para pengikutnya. Hal yang terpenting adalah bagaimana manusia memahami
hakikat Tuhan walaupun berbeda cara penyampaiannya.
Selanjutnya, karena penulisan ini untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan, namun karena terlalu luas dan banyak pembahasan mengenai
Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh, baik dari segi sejarah, pengertian
tentang Tuhan ataupun ajaran ketuhanannya, penulis merasa belum sempurna
dalam menyelesaikan skripsi ini, karena kesempurnaan sesungguhnya adalah
milik Sang Khaliq. Jadi apabila ada berbagai kekurangan di dalam penulisan
ini harap untuk memakluminya. Jika ingin mengetahui lebih jelasnya
mengenai pembahasan dalam penulisan ini harap untuk mencari informasi dan
bahan-bahan tulisan yang digunakan dengan merujuk kepada sumber-sumber
pembahasan tentang Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh.
60
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, M. L. Para Guru spiritual India Abad Kedua Puluh; Esei-esei Tentang
Kehidupan dan Ajaran Beberapa Guru Spiritual dan Yogi Ternama India.
Surabaya: Paramita, 2007.
Al-‗Akkad Abbas Mahmoud. Ketuhanan; Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan
Pemikiran Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
Al-Jerrahi, Syekh Tosun Bayrak. Asmaul Husna; Makna dan Khasiat. Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2003.
Bahm, Archie J. Filsafat Perbandingan; Filsafat Barat, India, Cina Dalam
Perbandingan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Bakhtiar, Amsal. Tema-Tema Filsafat Islam. Jakarta: UIN Press, 2005.
Bowes, Pratima. The Hindu Religious Tradition; A Philosophical Approach.
London: Routledge & Kegan Paul, 1977.
Burhan, Bungin. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Daya, Burhanuddin. ―Agama Sikh‖. Dalam Mukti Ali, ed. Agama-Agama Di
Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.
Duggal, K.S. Sikhs Gurus; Their Lives and Teachings. Delhi: UBS Publisher‘s
Distributors Ltd, 1993.
______. The Akal Takht and Other Seats Of Sikh Polity. Delhi: UBS Publisher‘s
Distributors Ltd, 1995.
Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas‘adi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999.
Gupta, Hari Ram. History Of The Sikhs, Vol. I; The Sikh Gurus 1469-1708.
Munshiram Manoharlal Publishers.
Hadiwijono, Harun. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989.
Hakim, K.H. Agus. Perbandingan Agama; Pandangan Islam Mengenai
Kepercayaan Majusi- Shabiah- Yahudi- Kristen- Hindu- Buddha- Sikh.
Bandung: CV. Diponegoro, 1993.
Hardjana, Agus M. Religiusitas, Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius,
2005.
Huijbers, Theo. Manusia Mencari Allah Suatu Filsafat Ketuhanan. Yogyakarta:
Kanisius, 1977.
Kartanegara, Mulyadhi. Nalar Religius; Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan
Manusia. Jakarta: Erlangga, 2007.
61
Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
K. Yin, Robert. Studi Kasus. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997.
L. Esposito, John. Islam: The Straight Path. London: Oxford University Press,
1998.
Macauliffe, Max Arthur. The Sikh Religion Vol I. London: Oxford University
Press, 1909.
______. The Sikh Religion: it‘s Guru‘s, Sacred Writings, and Author. London:
Oxford University Press, 1909.
Mansukhani, Gobind Singh. Hymns From The Holy Granth. Delhi: Hemkunt
Press, 1975.
Mangunhardjana. Isme-Isme Dalam Etika; Dari A Sampai Z. Yogyakarta:
Kanisius, 1997.
Matthews, Warren. World Religion; third Edition. Canada: Wadsworth Publishing
Company, 1999.
Maududi, Abul A‘la. Menjadi Muslim Sejati. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.
Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawir: Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta:
PP. Al-Munawiwir, 1984.
Nasr, Sayyed Hosein. Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi.
Bandung: Mizan, 2003.
Palmer, Martin dan Breuilly, Elizabeth. Religion of The World. A. Collins Fact
Book, t.t.
Pandit, Bansi. Pemikiran Hindu. Surabaya: Paramita, 2003.
Simad, Sri dan Prabhupada, Swami. Bhagavadgita Menurut Aslinya, terj. Jakarta:
Hanuman Sakti, t.t.
Sastra, Gde Sara. Konsepsi Monotheisme Dalam Agama Hindu. Surabaya:
Paramita, 2005.
Singh, Gopal. Sri Guru Granth Sahib (English version), Vol. I. Delhi: Gur Das
Kapur & Sons Private Ltd, 1960.
______.The Religion Of The Sikhs. Bombay: Asia Publishing House, 1971.
Singh, Ganda. A Brief Account of The Sikh People. Delhi: Delhi Sikh Gurdwara
Board Sis-Ganj. Chandni Chowk, 1971.
Singh, Khushwant. ―Sikhism‖. Dalam Mircea Eliade, ed. The Encyclopedia of
Religion, vol 13. New York: Macmillan Library Reference, 1993.
62
______. The Sikhs Today. New Delhi: Sangam Books, 1976.
______. A History of the Sikhs, Vol. I; 1469-1839. New Delhi: Oxford University
Press, 1963.
______. A History of the Sikhs Vol. II; 1839-1974. New Delhi: Oxford University
Press, 1977.
______. How The Sikhs Lost Their Kingdom. Delhi: UBS Publisher‘s Distributors
Ltd, 1996.
Singh, Maharaj Sardar Bahadur Jagat. The Science Of The Soul. New Delhi: R.S.
Satsang Beas, 1972.
Singh, Trilochan. A Brief Life Sketch Of Guru Gobind Singh. Delhi: Gurdwara
Parbandhak Committee, Sis Ganj. Chandni Chowk, 1965.
Singh, Sangat. Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence
Of the Sikh Faith. Delhi: Hind Pocket Books, 1987.
S. Pendit, Njoman. Guru Nanak dan Agama Sikh. Jakarta: Yayasan Sikh
Gurdwara Mission, 1988.
Sudarsono. Kamus Filsafat dan Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alvabeta, 2005.
Suseno, Franz Magnis. Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Soy‘ub, Joesoef. Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993.
Takwin, Bagus. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar Ke Pemikiran-Pemikiran
Timur. Yogyakarta: Jalasutra, 2003.
Tjahjadi, Simon Petrus L. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan; Dari Descartes
Sampai Whitehead. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Wawancara pribadi dengan Golraj Singh, Ketua Pengawas Sikh Temple, Pasar
Baru, Jakarta Pusat: 21 Juli 2010.
_______,01 Oktober 2010.
Wilkinson, Philip. Illustrated Dictionary Of Religions; Ritual, Beliefs and
Practices From Around the World. London: Dorling Kindersley Limited,
1999.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003.
Zaehner, R.C. Mistisisme Hindu Muslim. Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara,
1994.
63
Website:
Amin, M. Darori. ―Islam dan Kebudayaan Jawa‖. Artikel diakses pada 26 Oktober
2010 dari www.diidanxfiz.blogspot.com.
Avadhuta, Sarva‘nanda. ―Pengantar Upanishad‖. artikel diakses pada 03
November 2010 dari www.anandamarga.tripod.com.
―Konsep Ketuhanan‖. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari
www.jalansufi.com.
―Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu‖. Artikel diakses pada 26 oktober 2010
dari www.anggun.blogspot.com.
―Mahabharata‖. Artikel diakses pada 03 November 2010 dari
www.wikipedia.com.
Nasir, Muhammad. ―Kerajaan Mughal Di India: Asal-usul, Kemajuan,
Kemunduran dan Keruntuhannya‖. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010
dari www.nasirsalo.blogspot.com.
―Perkenalan Agama Sikh‖. Artikel diakses pada 10 Juli 2010 dari
www.Indonesiaindonesia.com.
Putra Borneo, Sabara. ―Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal‖. Artikel diakses
pada 05 November 2010 dari hminews.com.
Shah, Idries. ―Sufisme di India: Mahkota Sufi Menembus Dunia Ekstra Dimensi‖.
Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari
teguhimanprasetya.wordpress.com.
S.J, J. Sunarka. ―Dunia Iman dan Supranatural‖. artikel diakses pada 12
september 2010 dari www.indonesiamedia.com.
―Sufisme‖. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.wikipedia.com.
―Tentang Kitab Veda‖. Artikel diakses pada 03 November 2010 dari
www.djanurkuning.wordpress.com.
―Tuhan‖. Artikel diakses pada 18 agustus 2010 dari www.wikipedia.com.
Widana, I Gusti Komang. ―Kedudukan Bhakti di Dalam Kerangka Dasar Agama
Hindu‖. artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari
www.parisada.org/index.php?option=com.
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
66
ANGKET WAWANCARA
1. Bagaimana sejarah masuknya agama Sikh ke Indonesia menurut bapak?
Sikh masuk ke Indonesia akibat pengaruh dari penjajahan Inggris di India.
Orang-orang Sikh yang bekerja di perkebunan-perkebunan milik Inggris dan
tentara-tentara yang kebanyakan adalah orang Sikh dibawa sampai ke Sumatera,
terutama Medan. Tetapi ada juga yang dibawa sampai ke Malaysia dan
sebagainya. Di Jakarta, orang Sikh pertama kali tinggal di Tanjung Priok, yang
ketika itu Batavia (sebelum berubah menjadi Jakarta) sedang dijajah oleh Belanda.
Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai penarik delman dan berdagang. Hasil
yang didapat mereka kumpulkan ke rentenir (sejenis Bank), setelah terkumpul
mereka membuka usaha pertokoan. Karena Tanjung Priok dipakai untuk
pelabuhan dan penjajah Belanda pun meninggalkan Batavia, kemudian mereka
diizinkan pindah ke Pasar Baru yang memang sudah ada beberapa orang Sikh
yang tinggal disana. Di Pasar Baru, mereka membangun pertokoan dan
perumahan elite.
2. Kapan berdirinya Sikh Temple di Pasar Baru, Jakarta Pusat ?
Sikh Temple berdiri pada tahun 1954, oleh sebelas orang yang membentuk
asosiasi yang di kepalai oleh Pritam Singh. Mereka adalah S. Pritam Singh, S.
Karam Singh, S. Avtar Singh, S. Shiv Singh, S. Ajit Singh, S. Tarlok Singh, S.
Partap Singh, S. Kulwant Singh, S. Harchand Singh, Bhai R.L Seth dan Bhai G.L.
Vohra.
3. Bagaimana sejarah berdirinya Sikh Temple ?
Karena banyaknya orang Sikh yang pindah ke Pasar Baru, Pritam Singh
berniat untuk membangun gurdwara disana agar orang-orang Sikh tak perlu jauh-
67
jauh lagi jika harus ke kuil yang berada di Tanjung Priok. Kebetulan ada seorang
teman Pritam Singh yang ingin menjual tanahnya karena beliau ingin kembali ke
negerinya, yaitu Belanda. Tanah tersebut dijual murah, sebagian tanah lagi didapat
dari sumbangan. Karena di kira ingin membangun Masjid maka banyak
masyarakat sekitar yang ikut menyumbang. Karena Pritam Singh kenal baik
dengan Ali Sadikin—yang kala itu menjadi Gubernur Jakarta, ditambah dengan
dana yang mencukupi, maka birokrasi pun berjalan lancar. Sikh Temple dibangun
atas gotong royong dari orang-orang Sikh sendiri dan masyarakat sekitarnya.
4. Bagaimana letak geografis Sikh Temple ?
Sikh Temple dibangun dengan ukuran luas 20x60 m², dibuat dengan
pondasi yang kokoh agar dapat bertahan ratusan tahun. Bangunan dalam memang
telah di renovasi, tetapi pondasinya tetap seperti itu sejak masa Ali Sadikin. Sikh
Temple menghadap ke Timur untuk mempermudahkan akses jalan. Awalnya
Granth Sahib diletakkan menghadap ke Timur, karena banyak yang protes
terutama dari ibu-ibunya, maka Granth Sahib dipindahkan menghadap ke Barat.
Tidak ada maksud religius atau simbol tertentu harus menghadap kemana, karna
dalam Sikh arah manapun tak mempengaruh ibadat yang dilakukan.
5. Apa saja yang terdapat di dalam bangunan Sikh Temple?
Kuil dibangun bertingkat dua. Lantai dasar digunakan untuk ruangan
tempat Granthi membaca Granth Sahib, orang Sikh yang baru datang langsung
masuk ke ruangan tersebut, kemudian melakukan sujud dihadapan Granth Sahib
sebagai lambang bahwa orang tersebut telah datang dan telah siap untuk
bersembahyang. Kemudian ada ruangan untuk Langar, dapur untuk memasak,
tempat cuci piring, ruangan besar untuk kumpul-kumpul dan ruangan-ruangan
68
kecil berbentuk kamar untuk para pengurus gurdwara dan petugas cleaning
service. Lantai dua terdiri dari ruangan besar untuk tempat sembahyang bersama,
ruangan khusus Granth sahib diletakkan setelah dipakai, ruangan khusus untuk
orang Sikh yang ingin membaca Granth Sahib sendiri saja. Kemudian ada
ruangan-ruangan berbentuk kamar pula yang digunakan sebagai tempat anak-anak
kecil yang ingin belajar berkhutbah dan membaca Granth Sahib, disediakan pula
ruangan untuk para musafir atau tamu yang ingin menginap.
6. Apakah ada makna simbolisme dalam bangunan Sikh Temple?
Tidak ada symbol keagamaan khusus dalam gurdwara, semua
dimaksudkan untuk mempermudah orang-orang Sikh beribadah saja. Tirai-tirai
yang dipasang dimaksudkan agar tidak mengganggu orang lain, bendera yang
dipasang di luar dimaksudkan sebagai tanda bahwa tempat ibadah ini adalah
gurdwara dan poto-poto dipajang sebagai bentuk pengenalan kepada anak-anak
tentang Guru Nanak dan Guru-Guru yang lain.
7. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam Sikh Temple setiap hari?
Sikh Temple dibuka setiap hari. Umumnya orang Sikh sembahyang setiap
pagi mulai dari pukul 7.30 sampai pukul 08.30 dan sore ketika matahari terbenam.
membaca Japji, kemudian makan bersama dan pulang untuk melakukan aktifitas
masing-masing. Pada hari minggu barulah Sikh Temple ramai, karena hari libur
masing-masing orang Sikh membawa serta keluarganya berkumpul. Sikh Temple
juga digunakan untuk pernikahan dan pembaptisan bayi yang baru lahir. Sikh
Temple juga digunakan untuk acara-acara besar seperti lahirnya Guru Nanak,
Baisakhi, Akhand Path dan sebagainya.
69
8. Bagaimana struktur organisasi dalam Sikh Temple ini?
Organisasi dalam Sikh Temple ini dilakukan secara sukarela dan tidak ada
pemilihan khusus. Mereka tidak di gaji, kecuali petugas-petugas cleaning service-
nya. Struktur organisasi dipegang oleh sebelas orang, yaitu dua orang Pembina
yang diketuai oleh Dilbag Singh, tiga pengawas yang diketuai oleh Golraj Singh
dan enam pengurus harian yang diketuai oleh Lal singh. Namun pada hakikatnya
semua suka rela saja, seperti masalah dana yang terkumpul dilakukan secara
transparan. Gudwara ini dulunya di kepalai oleh Pritam Singh yang menjabat
sebagai Presiden komunitas Sikh, pada tahun 1954 sampai tahun 2000.
9. Apakah Sikh Temple terbuka untuk umum ?
Ya, siapa saja boleh datang ke Sikh Temple. Sikh Temple terbuka untuk
umum, yang penting tidak mengganggu orang-orang yang beribadah.
10. Menurut bapak, bagaimana bapak mendefinisikan/memaknai Tuhan?
Menurut saya Allah itu Esa, dalam Sikh dikenal dengan ek omkara, yang
artinya Allah Yang Maha Esa yang menciptakan seluruh alam semesta. Dia
berada di dalam diri manusia. Karena sikh lahir di India yang mayoritas beragama
Hindu, kemudian datang sufi Islam, oleh karena itu Sikh campuran dari keduanya.
Sikh tidak menyembah berhala seperti dalam Hindu dan tidak pula pergi ke
tempat-tempat ziarah seperti dalam Islam. Allah tidak hanya berada di satu tempat
saja, atau Allah ada dirumah ibadah, tetapi allah ada dimana-mana. Kita tak perlu
berkontemplasi agar dekat dengan-nya, kita tak perlu kemana-mana, kita tetap
harus bersosialisasi dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Bagaimana cara kita
mencari Allah dalam sentuhan.
70
11. Apakah ada symbol untuk melambangkan kebesaran Tuhan?
Ya, simbolnya Ek Omkara. Ek berarti satu yang dilambangkan dengan
garis lurus, Om yang berarti dunia dan kara yang berarti Pencipta, keduanya
dilambangkan dengan seperti angka tiga namun ujungnya naik ke atas, yang
mengartikan Pencipta alam semesta.
12. Apakah ada pengaruh ajaran ketuhanan Hindu dalam Sikh?
Sikh berasal dari India yang pada dasarnya beragama Hindu, sepuluh Guru
dalam Sikh pun beragama Hindu, tetapi kemudian bercampur dengan Islam sufi.
Sikh ini lebih dekat dengan Hindu Bali, karena dalam hal sembahyang Hindu Bali
tidak memakai berhala dan caranya pun berbeda. Sedangkan di India, orang-orang
Hindu memakai berhala atau patung-patung dan gambar. Cara beribadah yang
berbeda itu disebabkan pengaruh dari sufi Islam yang masuk ke India.
13. Bagaimana menurut bapak mengenai Allah sebagai Realitas transenden?
Allah yang transenden artinya Dia yang tak terjangkau oleh manusia.
Allah yang Maha Esa, karena Dia satu-satu-Nya dan tidak ada yang menyerupai-
Nya. Allah Maha Pencipta, karena Dia yang membuat alam semesta ini ada. Maha
Kuasa, karena Dia yang mempunyai semua yang ada dalam kehidupan ini dan
Hukam-Nyalah yang mutlak. Kita sebagai manusia ciptaan-Nya panggillah Dia
dengan nama-nama yang baik, Nam, Rabb, Allah, Akal Purakh, dan sebagainya.
14. Bagaimana kaitannya Allah dengan manusia?
Allah yang menciptakan manusia, maka manusia itu harus mengucapkan
syukur dengan puji-pujian kepada-Nya, datang ke gurdwara untuk Nam Simran
(bermeditasi). Manusia harus percaya bahwa Allah itu berada dimana-mana, Dia
tak terbatas pada suatu tempat, Dia ada didalam hati manusia, tinggal manusia itu
sendiri yang menyadari sepenuhnya.
Recommended