View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAPBELANJA INFRASTRUKTUR DALAM MENUNJANG
PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
AHMAD DIAN BUDIMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LOCAL GOVERNMENT REVENUE ONINFRASTRUCTURE EXPENDITURE IN SUPPORTING ECONOMIC
GROWTH AT LAMPUNG PROVINCE.
By
AHMAD DIAN BUDIMAN
The aim of this research is to know how far the influence of Local GovernmentRevenue component on Economic Growth, and how far the infrastructureexpenditure mediating the influence of Local Government Revenue andBalancing Fund on Economic Growth at Lampung Province.
The samples of this research are 10 district/municipalities in Lampung Provinceduring 2006-2015 periods. Data used in this research were secondary data takenfrom Local Government Financial Report. Data were analyzed by software Eviews version 9.0
The result of this research showed thad Local Government Revenue has apositive significant effect to Economic Growth of Lampung Province. BalanceFund also has a positive significant effect to Economic Growth of LampungProvince. And Infrastructure Expenditure was not mediating the effect of LocalGovernment Revenue and Balancing Fund to Economic Growth.
Keywords: Balancing Funds, Local Government Revenue, Infrastructure,Economic Growth.
iii
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAPBELANJA INFRASTRUKTUR DALAM MENUNJANG PERTUMBUHAN
EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
AHMAD DIAN BUDIMAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh komponenpendapatan daerah, yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbanganterhadap Pertumbuhan Ekonomi dan sejauh mana Belanja Infrastruktur menjadipenghubung pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadapPertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung.
Sampel penelitian ini adalah 10 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampungdalam periode tahun 2006 - 2015. Data yang digunakan adalah sekunder yangdiperoleh dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Data dianalisis denganmenggunakan perangkat lunak E views versi 9.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruhpositif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. DanaPerimbangan berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan EkonomiProvinsi Lampung. Dan Belanja Infrastruktur tidak memediasi pengaruhPendapatan Asli Daerah serta Dana Perimbangan terhadap PertumbuhanEkonomi.
Kata Kunci: Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, Infrastruktur,Pertumbuhan Ekonomi
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP
BELANJA INFRASTRUKTUR DALAM MENUNJANG
PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
AHMAD DIAN BUDIMAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, pada tanggal 18 Mei 1990, sebagai anak kedua
dari dua bersaudara, dari Bapak Didi Sudia dan Ibu Nining Heryani.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Al-Hidayah I
Sumedang pada tahun 1996, kemudian dilanjutkan dengan Pendidikan Dasar di
SDN Cilengkrang Kab. Sumedang dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis
menyelesaikan Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Sumedang pada
tahun 2005, kemudian melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 1 Sumedang
hingga lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
Pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) hingga
lulus pada tahun 2011, dan berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mulai tahun 2012 hingga saat
ini.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2015 melalui program kerja sama Beasiswa
STAR BPKP dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
ix
SANWACANA
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Alloh subhanahuwata’ala yang senantiasa memberikan nikmat, rahmat, serta karuniaNya sehinggapenulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh PendapatanDaerah Terhadap Belanja Infrastruktur Dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonomi DiProvinsi Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaEkonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasLampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, dan juga sebagai Dosen Penguji atasmasukan dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi;
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan sebagai DosenPembimbing Kedua yang telah memberikan arahan, nasihat, perhatian sertakeluangan waktu di sela-sela padatnya kegiatan dalam membimbing prosespenuntasan Skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaianproses belajar.
4. Bapak Drs. A Zubaidi Indra, M.M., C.A., C.P.A. sebagai Dosen PembimbingUtama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasihat dalamproses penyelesaian skripsi;
5. Ibu Mega Metalia, S.E., M.S.Akt, Akt. Sebagai Dosen Pembimbing Kedua ataskesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasihat dalam proses awalpenyusunan skripsi;
6. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Akuntansi atas semua pengajaran,pelayanan dan bantuan yang telah diberikan;
7. Kedua orang tuaku, Abah Didi Sudia dan Mamah Nining Heryani, terima kasihatas setiap untaian do’a dan kasih sayang tak terbatas kepada penulis, semogaAlloh senantiasa merahmati kalian.
8. Istriku tercinta Wulan Sari Gusniawati, terima kasih atas kesabaran danmotivasinya selama ini, semoga istiqomah selalu dalam kebaikan dan ketaatan,sehingga Alloh kembali menyatukan kita di surga kelak.
x
9. Putriku tercinta Aulia Safira Budiman, terima kasih telah menjadi mutiara dalamkehidupan bapak, semoga engkau senantiasa tunduk dan ta’at dalam ketaqwaankepada Alloh, sehingga diberikan keselamatan dunia akhirat
10. Kakak tercinta Diny Harry Heryadi, terima kasih atas setiap masukan dansemangat yang diberikan, semoga Alloh selalu memberi kebaikan dan rahmatyang semakin tak terbatas untuk Aa;
11. Teman-teman seperjuangan STAR BPKP Batch 2. Terima kasih atas seluruhbantuannya.
12. Kawan-kawan Kos 34 Na Nunyai, Ahmad Daud, Fariz M. Haikal, Teguh Imanto,Aditya Priangga, Yusuf Effendi, Aldo Lazuardi, dan Bang Andika Rachman,terima kasih untuk sebuah warna indah lain dalam kehidupan perantauan ini;
13. Kawan-kawan “Winning Eleven” Mas Budi Santoso, Gary Kusuma, Arie RyanSaputra, Udi Kuncoro, Johan Arief Indrajaya, Eko Arie Wicaksono, DaudImanuel Panggabean, M. Arief Bukhari Saraan, Rony Helmawan, dan SaniNurbani, terima kasih telah menjadi kawan senasib sepenanggungan dalam lika-liku kuliah ber-sks tinggi selama empat plus satu semester.
14. Kawan-kawan “STAR Penghuni Terakhir” Winarso, Exaudi, Ridwan, Pia, Arif,Sandy, Sani, Adi, Ichsan terima kasih telah betul-betul solid di masa paling sulit,semoga dilancarkan sampai tuntas;
15. Seluruh teman, kerabat, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Jazakumullohu Khoiron Katsiron, semoga Alloh berkenan membalas kebaikandengan kebaikan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akantetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kitasemua.
Bandar Lampung, 29 November 2017Penulis,
Ahmad Dian Budiman
Ahmad Dian Budiman
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ............................................................................................................ iiABSTRAK ............................................................................................................ iiiHALAMAN JUDUL ............................................................................................ ivHALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................vHALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. viLEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ viiRIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viiiSANWACANA ..................................................................................................... ixDAFTAR ISI ........................................................................................................ xiDAFTAR TABEL ............................................................................................. xivDAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xvDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................61.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 71.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teori .................................................................................... 9
2.1.1.Teori Desentralisasi Fiskal ..........................................................92.1.2.Teori Agency ..............................................................................112.1.3.Dana Alokasi Umum .................................................................132.1.4.Dana Alokasi Khusus ................................................................132.1.5.Pendapatan Asli Daerah.............................................................142.1.6.Belanja Modal............................................................................142.1.7. Insfrastruktur..............................................................................152.1.8.Pertumbuhan Ekonomi ..............................................................15
2.2 Kerangka Penelitian .......................................................................... 162.3 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 162.4 Hipotesis Penelitian............................................................................ 18
2.4.1.Pengaruh PAD terhadap Belanja Infrastruktur ..........................182.4.2.Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Belanja Infrastruktur ...........192.4.3.Pengaruh Belanja Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi......202.4.4.Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi ......................212.4.5.Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.........222.4.6.Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui
Belanja Infrastruktur ..................................................................232.4.7.Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
melalui Belanja Infrastruktur .....................................................23
xii
III.METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA3.1 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 253.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 253.3 Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 26
3.3.1 Variabel Dependen ....................................................................263.3.2 Variabel Independen ..................................................................263.3.3 Variabel Intervening ..................................................................28
3.4 Model Penelitian ................................................................................ 283.4.1 Pengolahan Data ....................................................................... 293.4.2 Pendekatan Model Regresi Data Panel .................................... 303.4.3 Pemilihan Model........................................................................31
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................... 333.5.1 Analisis Deskriptif .....................................................................333.5.2 Uji Asumsi Klasik......................................................................34
3.5.2.1 Uji Normalitas................................................................343.5.2.2 Uji Multikolinearitas ......................................................353.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas...................................................353.5.2.4 Uji Autokorelasi.............................................................36
3.6 Analisis Regresi...................................................................................363.6.1 Uji F ...........................................................................................373.6.2 Uji t ............................................................................................373.6.3 Koefisien Determinasi (R2)........................................................373.6.4 Uji Variabel Mediasi..................................................................38
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Statistik Deskriptif...............................................................................40
4.1.1 Pendapatan Domestik Regional Bruto.......................................404.1.2 Pendapatan Asli Daerah.............................................................414.1.3 Dana Perimbangan.....................................................................414.1.4 Belanja Infrastruktur ..................................................................41
4.2 Pemilihan Model .................................................................................414.2.1 Substruktur I ............................................................................ 424.2.2 Substruktur II ............................................................................ 44
4.3 Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 454.3.1 Uji Normalitas ...........................................................................454.3.2 Uji Multikolinearitas..................................................................474.3.3 Uji Heteroskedastisitas ..............................................................494.3.4 Uji Autokorelasi.........................................................................50
4.4 Analisis Hasil Regresi Data Panel ..................................................... 514.4.1 Hasil Regresi Substruktur I........................................................514.4.2 Hasil Regresi Substruktur II ......................................................52
4.5 Uji Variabel Mediasi ...........................................................................544.6 Pembahasan.........................................................................................56
4.6.1 Hasil Uji Pengaruh PAD terhadap Belanja Infrastruktur ..........574.6.2 Hasil Uji Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Belanja
Infrastruktur ...............................................................................584.6.3 Hasil Uji Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi.......59
xiii
4.6.4 Hasil Uji Pengaruh Dana Perimbangan terhadap PertumbuhanEkonomi.....................................................................................60
4.6.5 Hasil Uji Pengaruh Belanja Infrastruktur terhadapPertumbuhan Ekonomi ..............................................................61
4.6.6 Hasil Pengujian Variabel Mediasi .............................................62
V. SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ............................................................................................ 645.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 655.3 Saran....................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Statistik Deskriptif ....................................................................................... 404.2 Hasil uji Chow Untuk Substruktur I ............................................................ 424.3 Hasil uji Hausman untuk Substruktur I ....................................................... 434.4 Hasil Uji Chow untuk Substruktur II ........................................................... 444.5 Hasil uji Hausman untuk Substruktur II ..................................................... 444.6 Hasil Pengujian Multikolinearitas substruktur I ......................................... 484.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas substruktur II..........................................484.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Substruktur I ..................................................494.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Substruktur II.................................................504.10 Estimation Output Hasil Regresi Substruktur I ............................................514.11 Estimation Output Hasil Regresi Substruktur II...........................................53
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................... 164.1 Hasil Uji Normalitas Substruktur I .............................................................. 464.2 Hasil Uji Normalitas Substruktur II ............................................................ 474.3 Uji Variabel Mediasi PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi...................... 544.4 Uji Variabel Mediasi Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi........................................................................................................55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pendapatan Asli Daerah Per Kabupaten ................................................... L-1/12. Dana Perimbangan Per Kabupaten ............................................................ L-2/13. Belanja Infrastruktur Per Kabupaten...........................................................L-3/14. PDRB Per Kabupaten..................................................................................L-4/15. Hasil Uji statistik untuk Substruktur I.........................................................L-5/16. Hasil Uji Statistik untuk Substruktur II.......................................................L-6/17. Hasil Pengujian pengaruh langsung variabel bebas terhadap variabel
terikat...........................................................................................................L-7/1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi hebat yang dialami oleh Indonesia pada tahun 1998 telah
mengungkap sebuah fakta mencengangkan mengenai permasalahan besar yang
serius yaitu adanya kesenjangan pembangunan antara wilayah di Pulau Jawa dan
di luar Pulau Jawa. Setidaknya dari data yang dibeberkan dalam penelitian Silver
et al (2001), menunjukan bahwa bahkan bila dilihat dari dana transfer ke daerah
jumlah dana yang ditransfer pada daerah dengan kategori yang sama, daerah-
daerah di luar Pulau Jawa mendapatkan jumlah yang jauh lebih kecil. Hal tersebut
telah secara langsung memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi karena perkembangan selalu terpusat di Pulau Jawa. Sementara wilayah
lain, walaupun kaya akan Sumber Daya Alam tetap dalam ketertinggalan karena
tidak memiliki dana dan wewenang yang cukup untuk meningkatkan kualitas
ekonomi daerahnya.
Akibat permasalahan tersebut dibiarkan terakumulasi bertahun-tahun,
akhirnya membawa dampak fatal ketika aliran investasi keluar dari Indonesia dan
membuat ekonomi Indonesia jatuh seketika. Bahkan pada era recovery ekonomi
Indonesia pasca krisis, desentralisasi ekonomi disebut-sebut dapat meningkatkan
2
kecepatan recovery ekonomi Indonesia dengan menjadikan kekhasan struktur
ekonomi regional sebagai daya tarik investasi sebagai mesin penggerak
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi (Brodjonegoro, 2003). Sebagai langkah
awal, pemerintah dan DPR menyusun sebuah regulasi berupa Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah sebagai langkah awal proses
desentralisasi dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai regulasi lanjutan mengenai
pembagian wewenang keuangan antara pusat dan daerah.
Desentralisasi dimulai dengan memberikan kewenangan yang lebih luas
kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur urusan kepemerintahan di daerahnya.
Daerah diberi kebebasan mengatur berbagai urusan wajib pemerintahan sesuai
dengan karakteristik daerahnya sepanjang tidak berkaitan dengan urusan yang
tidak diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Selain menyerahkan sebagian
kewenangan kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat juga menyusun sebuah
skema transfer dana yang bisa digunakan oleh Daerah dalam proses pemerintahan
yang dijalankannya.
Sebelum era reformasi, daerah telah diberikan dana transfer dari pusat yang
disebut dengan Subsidi Daerah Otonomi (SDO) yang digunakan untuk membayar
gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah serta Dana Inpres yang digunakan untuk
kegiatan pembangunan fisik. Pada era Reformasi, kebijakan tersebut digantikan
dengan skema transfer yang lebih baru, efektif, dan efisien dalam menyokong
daerah melaksanakan pembangunan yaitu dengan penggunaan skema block grant
3
yang disebut Dana Alokasi Umum (DAU) dan skema conditional grant yang
disebut dengan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Selain kedua skema transfer yang berbeda dari sistem lama yang dianut,
mekanisme transfer bagi hasil ke daerah juga mengalami perbaikan. Jika pada era
Orde Baru seluruh pendapatan dari Sumber Daya Alam diserahkan ke Pusat untuk
dijadikan subsidi, pada era ini pendapatan dari SDA diberikan kepada
Kabupaten/Kota pemilik SDA, Pemerintah Provinsi pemilik SDA, dan sisanya
diberikan sebagai subsidi ke daerah lain. Menurut Brodjonegoro (2003) Dana
Transfer yang disalurkan ke Pemerintah Daerah harus memiliki dampak kepada
tujuan nasional seperti menstimulasi belanja daerah atau mendorong eksternalitas
lintas Daerah.
Indonesia termasuk salah satu Negara yang baru menerapkan konsep
desentralisasi. Konsep ini didesain untuk mewadahi otonomi daerah yang
memiliki berbagai keragaman budaya di Indonesia. Dengan diadopsinya konsep
desentralisasi, partisipasi masyarakat dan tata kelola kepemerintahan yang baik
menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan. Dengan baiknya tata kelola
pemerintah dan stabilnya perekonomian Negara, bukan tidak mungkin ke
depannya Indonesia akan memegang peranan penting di kawasan Asia-Pasifik
(Green, 2005).
Transisi dari sistem fiscal yang tersentralisasi menjadi sistem yang
terdesentralisasi harus dipikirkan dan ditata secara matang. Brodjonegoro dan
Asanuma (2000) menyatakan bahwa Indonesia perlu menyiapkan suatu struktur
transisi untuk dapat mencapai tujuan desentralisasi yang efektif dan efisien yang
4
diikuti dengan peningkatan kapasitas aparatur yang dapat melaksanakan hakikat
desentralisasi dan otonomi daerah dengan baik yang akan menciptakan stabilitas
ekonomi makro. Daerah juga perlu tetap diarahkan agar tidak terjadi persaingan
antardaerah untuk melakukan pembangunan dalam rangka menarik investor
swasta untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dampaknya akan
semakin mempertajam horizontal imbalances antara daerah yang kaya akan
sumber daya alam dengan daerah yang tidak memiliki sumber daya alam
(Brodjonegoro & Asanuma, 2000).
Di samping itu, meskipun masa depan dari desentralisasi fiscal cukup
menjanjikan keberhasilan, Seymour dan Turner (2002) memperingatkan enam
faktor yang bisa saja menggagalkan proses desentralisasi fiscal apabila tidak
dikelola dengan serius. Enam faktor tersebut diantaranya :
1. Level otonomi yang kurang tepat
2. Tidak ada pengembangan desentralisasi fiscal di lapangan
3. Kekurangan dana
4. Pengistimewaan daerah yang kaya akan Sumber Daya Alam
5. Adanya zona abu-abu yang dapat merugikan kepentingan nasional
6. Kurangnya jangka waktu dan kapabilitas Sumber Daya Aparatur.
Pada tahun 2004 seiring dengan digulirkannya program reformasi keuangan
dengan keluarnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan
Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, secara otomatis seluruh komponen pengelolaan keuangan Negara akan
mengacu kepada kedua peraturan perundang-undangan tersebut. Guna
5
menyempurnakan regulasi dalam rangka mendukung kesuksesan penerapan
desentralisasi fiskal sebagai bagian dari otonomi daerah yang diamanatkan dalam
reformasi pada tahun 1998, maka sebagai salah satu komponen penting dalam
Anggaran, dana transfer ke Daerah mengalami perubahan aturan dengan terbitnya
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1999.
Perubahan yang nampak dari perubahan Undang-undang Nomor 25 tahun
1999 menjadi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah aturan mengenai
Pendapatan Asli Daerah yang diatur lebih rinci, Pemisahan antara Pendapatan
Daerah dengan Pembiayaan, serta munculnya komponen Dana Bagi Hasil yang
memuat Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak seperti Bagi
Hasil Sumber Daya Alam. Hal lain yang berubah dari Undang-undang ini adalah
pengaturan persentase bagi hasil Pajak dan Non Pajak yang lebih besar untuk
daerah dan alokasi lanjutan dari bagi hasil tersebut diatur dalam Undang-undang
tersebut.
Mulai tahun anggaran 2017 Pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait
dana perimbangan yang akan dijadikan dana transfer ke daerah, sehingga dengan
begitu diharapkan 25% Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat
digunakan sebagai dana pembangunan infrastruktur. Kebijakan tersebut ditujukan
untuk menyelaraskan program pembangunan di daerah dengan program
pembangunan nasional agar tidak saling mendahului dan berjalan sendiri-sendiri.
Alokasi Dana Transfer tahun 2017 Rp 336 triliun akan dialokasikan ke daerah
sebagai dana transfer dan nantinya 25% akan difokuskan untuk pembangunan
6
infrastruktur. Selain itu, keluarnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor
125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Penyaluran Sebagian DAU tahun 2016
telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan Pemerintah Daerah. Kementerian
Keuangan melakukan pemotongan tersebut dengan didasarkan pada perkiraan
saldo akhir Kas Daerah yang akan menjadi Sisa Lebih Penggunaan Anggaran
(SILPA). Tingginya SILPA di banyak daerah tersebut mengindikasikan
pengalokasian APBD di daerah masih belum efektif dan pembelanjaan di daerah
masih belum berjalan dengan baik sehingga menyisakan banyak dana
menganggur di Kas Daerah.
Atas dasar fenomena dan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
mengangkatnya sebagai sebuah topik yang dituangkan dalam bentuk skripsi
dengan judul “ANALISIS PENGARUH DAN PENDAPATAN DAERAH
TERHADAP BELANJA INFRASTRUKTUR DALAM MENUNJANG
PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG”
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Infrastruktur
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?
2. Apakah Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja
Infrastruktur Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?
3. Apakah PAD berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?
4. Apakah Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja
Infrastruktur di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?
7
5. Apakah Belanja Infrastruktur berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?
6. Apakah PAD berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui
Belanja Infrastruktur Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung ?
7. Apakah Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi melalui Belanja Infrastruktur Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan antara PAD dengan Belanja Infrastruktur pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
2. Mengetahui hubungan antara Dana Perimbangan dengan Belanja Infrastrur
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
3. Mengetahui hubungan antara PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
4. Mengetahui hubungan antara Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
5. Mengetahui hubungan antara Belanja Infrastruktur dengan Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
6. Mengetahui hubungan antara PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi melalui
Belanja Infrastruktur sebagai variabel intervening.
7. Mengetahui hubungan antara Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan
Ekonomi melalui Belanja Infrastruktur sebagai variabel intervening.
8
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Di bidang akademis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan penulis dalam melakukan penelitian, menganalisis suatu
fenomena, dan menyimpulkan suatu permasalahan serta merumuskan
solusinya secara sistematik berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Serta
sebagai salah satu rujukan tulisan ilmiah mengenai pengelolaan keuangan
Negara yang masih sangat sedikit jumlahnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberi gambaran informasi dan input
bahan evaluasi dalam penganggaran dalam rangka pengalokasian anggaran
untuk pembangunan di Provinsi Lampung. Manfaat lain yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah dapat menilai sejauh mana dana
perimbangan (DAU dan DAK) serta Pendapatan Asli Daerah
mempengaruhi tingkat pembangunan infrastruktur guna menunjang
pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Lampung. Selain itu, diharapkan
penelitian ini juga dapat digunakan oleh pemangku kebijakan sebagai input
informasi dalam melaksanakan pembangunan untuk mencapai
pertumbuhan optimal bagi kesejahteraan masyarakat khususnya di Provinsi
Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1.Teori Desentralisasi Fiskal
Menurut definisi dari World Bank yang dikutip oleh Green (2005) desentralisasi
merupakan proses pemindahan tanggung jawab dan wewenang dalam hal fungsi
pelayanan publik dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. World Bank juga
membagi desentralisasi menjadi tiga jenis utama yaitu desentralisasi politik,
desentralisasi administratif, dan desentralisasi fiskal. Desentralisasi politik
mencerminkan penggabungan antara anggota legislatif yang dipilih melalui proses
pemilihan umum dengan eksekutif (kepala daerah) yang juga dipilih melalui proses
pemilihan umum langsung. Sementara itu, desentralisasi administratif memberikan
keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengangkat dan menunjuk pejabat serta
menyusun aturan pemerintahan dengan campur tangan pemerintah pusat seminimum
mungkin. Desentralisasi fiskal memungkinkan pemerintah daerah untuk
meningkatkan penerimaan, melakukan pengeluaran dan menerbitkan surat utang
dalam rangka pembiayaan untuk kepentingan daerah.
10
Sementara itu menurut Rondinelli dan Cheema (1983) yang dikuatkan oleh
Seymour dan Turner (2002), mendefinisikan desentralisasi dalam empat bentuk
utama yaitu
1. Dekonsenstrasi yang meliputi penyerahan tanggung jawab dari pemerintah pusat
ke daerah.
2. Pendelegasian kepada organisasi semi-otonom. Proses ini meliputi pendelegasian
pengambilan keputusan dari kementerian teknis di level pemerintah pusat kepada
instansi tertentu di level pemerintah daerah.
3. Debirokratisasi, yaitu proses penyerahan fungsi-fungsi pemerintahan kepada
organisasi non pemerintahan.
4. Devolusi, yaitu penyerahan kontrol terhadap fungsi-fungsi tertentu dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah secara penuh. Prasyarat dari proses ini adalah
membentuk level-level baru dalam tatanan pemerintahan.
Secara konsep, Desentralisasi yang dianut Indonesia termasuk kategori devolusi yang
secara teori akan membuat Pemerintah Daerah menjadi suatu pemerintahan yang
otonom dan tidak terkait dengan level pemerintahan lain dalam negara. Akan tetapi,
dalam kenyataannya Pemerintah Pusat dan Daerah terkadang berbagi wewenang
terhadap fungsi yang tidak saling tumpang tindih untuk menghasilkan total
government.
Dalam proses Reformasi pasca runtuhnya Orde Baru, terjadi perubahan
terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
menambahkan pasal 18A yang diantaranya mengatur hubungan antara pemerintah
Pusat dan Daerah dalam otonomi daerah termasuk hubungan keuangannya yang
11
diatur dalam ayat 2. Sementara itu, dalam Undang-undang nomor 33 tahun 2004
mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, secara
eksplisit konsep otonomi yang dianut Indonesia adalah devolusi dimana Pemerintah
Daerah diberi keleluasaan dalam menyelenggarakan urusan wajib daerah dengan
Pemerintah Pusat memiliki kewajiban memberi dukungan berupa pemerataan sumber
daya nasional secara adil dan proporsional. Dalam pasal 2 ayat (2) dan (3) UU Nomor
33 Tahun 2004, dinyatakan bahwa pemberian sumber keuangan Negara kepada
pemerintah Daerah dalam rangka desentralisasi dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal dan dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas pembantuan. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dari daerah-daerah yang
bertahun-tahun merasa diperlakukan tidak adil, maka pemerintah merumuskan suatu
formula yang bisa mengakomodir tuntutan tersebut. Maka dalam konsep
desentralisasi fiskal yang mengacu pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004,
pembagian Dana Alokasi Umum sebagai block grant didasarkan pada celah fiskal
suatu daerah (fiscal gap). Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi daerah yang kaya
akan menerima DAU yang sama dengan daerah yang tidak memiliki sumber daya
alam.
2.1.2.Teori Agency
Dalam era desentralisasi fiskal saat ini sering ditemui konflik kepentingan antar
level pemerintahan yang diakibatkan oleh hubungan agensi-prinsipal. Pemerintah
pada level pusat yang bertindak sebagai prinsipal akan mempengaruhi pemerintah
daerah yang bertindak sebagai agensi dalam wujud kesepakatan dalam struktur
12
institusional pada berbagai level (Abdullah dan Halim, 2006). Dalam konteks
perimbangan, pemerintah pusat selaku prinsipal memiliki kepentingan bahwa
program-program yang didesentralisasikan dapat berjalan dengan baik sehingga
member dampak positif terhadap kondisi pemerintahan baik ekonomi maupun politik.
Sementara pemerintah daerah selaku agensi berkepentingan supaya akselerasi
pembangunan di daerahnya dapat terwujud dengan dana yang digelontorkan pusat
melalui mekanisme dana transfer.
Sebagai konsekuensi logis dari pemberian dana transfer, wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan oleh pusat ke daerah membuat Pemerintah Daerah
mempunyai power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan pembangunan di
daerahnya. Hal tersebut dapat memicu kerancuan dan ketidakharmonisan dengan
kepentingan Pemerintah Pusat sebagai prinsipal apabila tidak dilakukan pengaturan
dan pengawasan oleh Pemerintah Pusat selaku prinsipal. Arthur dan McCubbins
(2000) berpendapat bahwa setidaknya terdapat empat ciri pendelegasian wewenang
sebagai wujud hubungan prinsipal-agensi, yaitu :
1. Adanya pemberi wewenang dan penerima transfer wewenang (prinsipal dan
agensi)
2. Adanya kemungkinan konflik kepentingan.
3. Adanya kemungkinan asimetri informasi.
4. Prinsipal memiliki peluang untuk mengatasi masalah keagenan.
Pemberian dana transfer menjadi salah satu alat bagi Pemerintah Pusat sebagai
prinsipal untuk melakukan pengaturan sekaligus pengawasan dalam waktu bersamaan
(DAK), dan menjadi suatu insentif bagi Pemerintah daerah yang mampu mengelola
13
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Keuangan lain dengan baik, efektif dan efisien
(DBH). Dalam melakukan transfer of power melalui mekanisme DAK, Pemerintah
Pusat tidak melepas dana tersebut begitu saja melainkan melakukan pengaturan
dengan cara lain yaitu menyusun petunjuk penggunaan DAK secara khusus dan
menyusun sebuah mekanisme pelaporan sebagai bentuk direct monitoring dengan
memanfaatkan agent self reporting dalam waktu bersamaan.
2.1.3.Dana Alokasi Umum
Menurut UU Nomor 33 tahun 2004, DAU adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
Pendapatan dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu
daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar, celah fiskal dihitung
dari kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah, kapasitas fiskal
merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditambah dengan Dana Bagi Hasil yang
diperoleh. Sementara alokasi dasar merupakan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil
Daerah.
2.1.4.Dana Alokasi Khusus
Dalam Undang-undang No.33 tahun 2004 DAK didefinisikan sebagai dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kriteria pemberian DAK diatur
14
Pemerintah dengan menggunakan kriteria umum yang ditetapkan oleh Pemerintah,
kriteria khusus dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
karakteristik daerah, serta kriteria teknis ditentukan oleh Kementerian teknis. Daerah
yang menerima DAK, diwajibkan untuk menganggarkan dana pendamping dalam
APBD yang jumlahnya minimal 10% dari alokasi DAK yang akan diterima.
2.1.5.Pendapatan Asli Daerah
Merujuk kepada Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang di maksud dengan Pendapatan Daerah adalah semua hak
daerah yang diakui sebagaimana penambahan nilai kekayaan bersih dalam priode
tahun anggaran yang bersangkutan. Sementara Pendapatan Asli Daerah merujuk
kepada pengertian dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah
pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Komponen utama dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD) menurut pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
keuntungan selisih kurs mata uang asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
2.1.6.Belanja Modal
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal adalah pengeluaran
anggaran untuk memperoleh asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal merupakan belanja Pemerintah
15
Daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah
aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat
rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
Pengalokasian belanja modal ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik melalui peningkatan aset tetap. Sesuai Permendagri No 21 Tahun 2011,
belanja modal pemerintah termasuk dalam kelompok belanja langsung.
2.1.7. Infrastruktur
Belum ada definisi resmi dan baku tentang infrastruktur yang dicetuskan oleh
para ahli. Akan tetapi menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
infrastruktur diartikan sebagai segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya).
Infrastruktur merupakan “layanan penting dasar” dalam proses pembangunan
(Familoni, 2004) mengingat perannya yang bisa mempercepat proses pertumbuhan
ekonomi. Aigbokan (1999) menyebutkan peranan penting infrastruktur publik adalah
sebagai penyedia input bagi sektor privat yang bisa menambah output dan
produktivitas. Selain itu, pengeluaran dalam jumlah besar untuk pekerjaan umum
(infrastruktur) meningkatkan penawaran agregat dan menimbulkan stimulus pendek
yang bisa meningkatkan perekonomian.
2.1.8.Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara sederhana didefinisikan sebagai proses kenaikan
output per kapita dalam perekonomian suatu Negara (Mankiw, 2007). Dalam
menyelenggarakan proses pemerintahan di suatu Negara tentunya mempunyai sumber
16
pendapatan dan pos-pos belanja. Pembelanjaan dan penerimaan pemerintah dan
penerimaan Negara pada cakupan yang lebih luas, tentu ditujukan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan rakyat. Kaitan antara pertumbuhan
ekonomi dengan belanja pemerintah setidaknya dipaparkan oleh Lin dan Liu (2000)
dimana pemerintah dapat ikut serta dalam proses meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan meingkatkan investasi modal (berupa infrastruktur) juga
pembelanjaan lain dalam sektor produktif lainnya. Indikator pertumbuhan ekonomi
yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto (PDRB). Indikator-indikator
pertumbuhan ekonomi lain seperti tingkat pengangguran, tingkat inflasi tidak
dimasukan dalam penelitian ini.
2.2. Kerangka Penelitian
Penelitian ini memiliki kerangka pemikiran sebagai berikut :
2.3. Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.
Yogyakarta oleh Sumarmi (2010). Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa
Ha-5
Ha-4
Ha-3
Ha-2
Ha-1
PAD(X1)
DPR(X2)
BI(Y)
PE(Z)
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran Penelitian
17
PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi Belanja
Modal Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Kinerja Keuangan
terhadap Alokasi Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat oleh Novianto dan Hanafiah (2015). Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah PAD, DAU, DAK, dan DBH berpengaruh positif signifikan
terhadap alokasi belanja modal daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Barat.
3. Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Kota di
Jawa Timur oleh Permatasari dan Mildawati (2016) menghasilkan kesimpulan
adanya pengaruh positif yang signifikan antara PAD, DAU dan DAK terhadap
Belanja Modal.
4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi
Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal oleh Darwanto dan
Yustikasari (2007). Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa PAD dan
DAU berdampak signifikan terhadap alokasi belanja modal.
5. Peran Transfer dana Penyesuaian dan Dana Perimbangan terhadap Peningkatan
Belanja Modal Daerah untuk Menciptakan Quality Spending oleh Sumardjoko dan
Irwanto (2015). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah DAU berpengaruh
negative signifikan terhadap belanja modal sementara DAK dan DBH memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap belanja modal.
6. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja
Modal serta Dampaknya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada
18
Kabupaten dan Kota di Aceh) oleh Mawarni dkk (2013). Kesimpulan penelitian
tersebut adalah PAD dan DAU secara simultan berpengaruh positif terhadap
belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh, sementara secara parsial
PAD berpengaruh positif sementara DAU berpengaruh negatif terhadap belanja
modal. Sementara itu, PAD, DAU dan Belanja Modal secara simultan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Aceh, namun secara
parsial belanja modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada
kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
2.4. Hipotesis Penelitian
2.4.1.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Infrastruktur
Setiap daerah baik Kabupaten maupun Kota di Indonesia memiliki sumber
pendapatan utamanya yang berupa pajak dan retribusi daerah di samping pendapatan
lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-udangan. Dalam Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah dijadikan dasar kemandirian daerah
dalam membiayai kebutuhan urusan pemerintahannya, sehingga dari proyeksi besaran
PAD yang diterima pada tahun tersebut dapat diperoleh fiscal gap sebagai dasar
pemberian dana perimbangan. Biasanya, Pemerintah Daerah akan sangat berhati-hati
dalam membelanjakan dana yang berasal dari PAD, Tambunan (2006) menyatakan
jika PAD meningkat, maka dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah akan lebih
tinggi dan kemandirian daerah akan meningkat, sehingga Pemerintah Daerah akan
19
berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Sumarmi (2010) mengemukakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif
signifikan terhadap alokasi belanja modal Daerah. Meianto, Betri, dan Wenny (2012)
menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja
modal, selain itu Wandira (2013) juga menguatkan hipotesis tersebut.
Ha-1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Infrastruktur.
2.4.2.Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Belanja Infrastruktur
Dana Perimbangan merupakan salah satu instrumen bagi pemerintah pusat untuk
mendorong Pemerintah Daerah untuk melakukan pengeluaran dalam rangka
mempercepat pembangunan dalam rangka menyusul ketertinggalan pembangunan.
Selain itu, dengan Dana Perimbangan yang diterima, Pemerintah Daerah dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangungunan daerahnya
(Mardiasmo, 2002). Dalam teori desentralisasi fiskal, ditemukan fakta bahwa Negara
dengan sistem fiskal yang terdesentralisasi cenderung memiliki pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat (Bohte dan Meier, 2000). Dari hal tersebut dapat ditinjau
bahwa dana perimbangan bisa menjadi salah satu faktor pendorong suatu daerah
dalam melakukan pembangunan infrastruktur daerahnya. Dengan tingginya dana
perimbangan yang diterima, terdapat potensi pembelanjaan yang besar akan
infrastruktur.
Dalam penelitian Darwanto dan Yustikasari, (2007) serta Sumardjoko dan Irwanto
(2015) dikemukakan bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
20
Sementara Permatasari (2015) mengemukakan bahwa DAU tidak berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal. Permatasari dan Mildawati (2016) juga
Sumardjoko dan Irwanto (2015) mengemukakan bahwa DAK (Salah satu komponen
dana perimbagan) berpengaruh positif terhadap Belanja Modal, sementara Santosa
dan Rofiq (2013) mengemukakan bahwa DAK tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Belanja Modal pada beberapa Pemerintah daerah.
Ha-2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Infrastruktur
2.4.3.Pengaruh antara Belanja Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada dekade 1980-an, terjadi inflasi dan kelesuan ekonomi di Amerika Serikat yang
sulit untuk ditangani secara makro di pasar uang maupun di pasar modal. Economic
bubling yang terjadi dari tahun 1960-an mendekati fase puncak yang berarti akan
terjadi economic blast yang tentunya merugikan dan tidak diharapkan para pelaku
pasar. Aschauer (1989) membuat sebuah revolusi pemikiran dengan mencetuskan
sebuah pendapat bahwa investasi di bidang infrastruktur sama pentingnya dengan
komponen-komponen perekonomian lain seperti suku bunga, inflasi dan jumlah
investasi di pasar modal. Selain itu, kekuatan baru perekonomian dunia, China, telah
terbukti mampu meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonominya dengan
pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara masif di semua level, terutama di
level pemerintah setingkat kabupaten/kota. Sahoo et al (2010) menjelaskan
pembangunan ekonomi di China dibiayai oleh pemerintah daerah melalui PAD dan
pendapatan lain-lain yang bersumber dari laba ditahan perusahaan, dan sumber-
sumber penerimaan lain di luar APBD. Pasca krisis ekonomi yang melanda daratan
21
Asia pada tahun 1998, China berhasil meredam dampaknya seminimal mungkin
dengan melakukan desentralisasi fiskal dan peluncuran paket kebijakan pinjaman
pusat untuk pembiayaan infrastruktur yang menjadikan pertumbuhan ekonominya
terus melesat hingga mencapai dua digit. Beranjak dari hal tersebut Penulis
mengambil kesimpulan bahwa belanja infrastruktur berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
Ha-3 : Belanja Infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
2.4.4.Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai salah satu komponen pendapatan daerah yang menjadi indikator kemandirian
daerah, PAD menjadi hal krusial yang selalu ingin ditingkatkan oleh seluruh
Pemerintah Daerah. Wong (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan industri
membawa dampak terhadap pendapatan daerah. Dengan tumbuhnya perindustrian,
maka akan tumbuh sektor perekonomian sehingga partisipasi publik dalam
pembangunan melalui pajak dan retribusi akan meningkat. Sehingga dapat
dianalogikan bahwa peningkatan PAD yang konstan dan stabil merupakan indikasi
dari pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi pertumbuhan PAD bisa berdampak negatif
jika daerah terlalu agresif dalam mengejar target PAD. Sehingga pertumbuhan PAD
yang terlalu tinggi dan cepat akan membebani masyarakat sehingga dapat menjadi
disinsentif bagi daerah sehingga menjadi ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi
regional (Mardiasmo, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
22
Ha-4 : PAD berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung.
2.4.5.Pengaruh antara Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dana perimbangan merupakan komponen penting dalam pembiayaan operasional
pemerintahan daerah. Dana yang terdiri dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus ini memiliki tujuan utama untuk memback-up PAD dalam mengatasi jurang
fiskal di pemerintah daerah. Amerika Serikat juga menerapkan skema transfer
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Federal dengan nama Federal Grant yang
diperuntukan bagi daerah (Negara bagian) yang menyelenggarakan infrastruktur yang
dinikmati oleh lintas Negara bagian (eksternalitas), dan berhasil mengangkat
perekonomian Amerika dari kondisi lesu di akhir dekade 1980an (Gramlich,1994).
Selain itu, menurut penelitian Sahoo et al (2010) China yang menerapkan skema dana
transfer ke daerah dan mayoritas dana transfer itu digunakan untuk infrastruktur bisa
meningkatkan pertumbuhan ekonomi China hingga menembus lebih dari 9% dalam
waktu kurang dari 25 tahun. Selain itu, menurut penelitian Panji dan Indrajaya (2016)
DAU (komponen dana perimbangan) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada periode tahun 2008-2013.
Berdasarkan argumentasi tersebut penulis mencoba menetukan hipotesis sebagai
berikut :
Ha-5: Dana Perimbangan berpengaruh Positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
23
2.4.6. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
melalui Belanja Infrastruktur
Penerimaan Daerah memegang peranan penting dalam proses pembangunan fisik
maupun non fisik di daerah. Pendapatan Asli Daerah memang diharapkan menjadi
ujung tombak dan tumpuan utama daerah dalam memenuhi kebutuhannya. Akan
tetapi, keterbatasan PAD dan belum optimalnya penggalian PAD serta efektivitas
pembelanjaan daerah yang masih rendah menjadikan proses pembangunan
infrastruktur masih rendah, dan menjadikan Pemerintah Daerah terjebak pada pola
pembelanjaan rutin yang tidak produktif setiap tahun anggarannya. Akibat jangka
panjangnya adalah pertumbuhan ekonomi relative stagnan dan daya saing
perekonomian regional masih rendah. Kondisi ideal yang diharapkan dalam praktik
desentralisasi fiskal adalah Pendapatan Asli Daerah menjadi komponen utama dalam
belanja infrastruktur untuk menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi regional.
Selain itu, dalam penelitian Siswiyanti (2015), Sumartini dan Yasa (2015) belanja
modal memediasi pengaruh pendapatan asli daerah dengan pertumbuhan ekonomi.
Sehingga penulis mencoba menarik hipotesis sebagai berikut:
Ha-6 : PAD berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui Belanja
Infrastruktur.
2.4.7. Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui
Belanja Infrastruktur
Di era desentralisasi fiskal, pemerintah pusat memiliki wewenang menentukan arah
pembangunan secara global dan memiliki alat untuk mengontrol pelaksanaannya
tetap selaras dan berkesinambungan melalui dana perimbangan. Dalam fungsi
24
pengaturannya, dana perimbangan bisa dibuat oleh pemerintah pusat untuk
mengarahkan kebijakan pembangunan daerah untuk mencapai tujuan yang ditentukan
oleh pusat. Sehingga fokus pembangunan bisa diarahkan dan diselaraskan dengan
baik demi mencapai harmoni pembangunan. Akan tetapi, fungsi ini juga mengandung
risiko rendahnya penyerapan anggaran daerah karena keengganan daerah untuk
mengambil risiko melakukan pembangunan yang dirasa tidak dibutuhkan daerahnya.
Dana perimbangan banyak digunakan untuk pembiayaan program dan kegiatan yang
dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat seperti untuk layanan kesehatan,
pendidikan dan pengentasan kemiskinan sehingga diharapkan dapat mendongkrak
pertumbuhan ekonomi.
Dalam penelitian Sumartini dan Yasa (2015), serta Panji dan Indrajaya (2016)
menunjukan pengaruh DAU terhadap pertumbuhan ekonomi melalui belanja modal
berpengaruh positif dan signifikansinya meningkat, sehingga penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut
Ha-7 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui
Belanja Infrastruktur.
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
3.1. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder berupa Laporan
Realisasi Anggaran masing-masing Pemerintah Daerah di Provinsi Lampung dalam
kurun waktu Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2015 yang diperoleh dan dipublikasi
oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dari situs
www.djpk.kemenkeu.go.id. Selain itu, penulis juga menggunakan data pertumbuhan
ekonomi dengan indikator Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga konstan pada periode 2006 sampai dengan tahun 2015 melalui situs
www.bps.go.id.
Data yang digunakan oleh penulis merupakan data panel yang merupakan
gabungan antara data time series dengan data cross section.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan seluruh Kabupaten dan
Kota di Provinsi Lampung Tahun 2006 sampai dengan tahun 2015. Teknik
pengambilan sampel penelitian adalah dengan teknik purposive sampling yang
memenuhi syarat sebagai berikut :
26
1.Kabupaten/Kota tersebut menyusun Laporan keuangan mulai tahun 2006
sampai dengan 2015.
2.Kabupaten/Kota tersebut memiliki saldo realisasi anggaran pada akun PAD,
Dana Perimbangan, dan Belanja Modal tidak nol.
Dari kedua kriteria di atas, dapat diperoleh sepuluh Kabupaten/Kota yang
memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebesar 100 sampel.
3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran yang menggambarkan akumulasi pendapatan
setiap sektor dalam satuan mata uang dalam satu satuan waktu tertentu. Dalam
penelitian ini yang dijadikan indikator pertumbuhan ekonomi adalah Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) yang
dinyatakan dalam nilai rupiah. Data yang diambil adalah data dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2016.
3.3.2 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam
penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah Pendapatan Daerah. Pendapatan
Daerah menurut pasal 285 ayat 1 Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
27
a. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan gabungan dari unsur pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
b. Pendapatan Transfer yang terdiri dari Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus
(Aceh, Papua dan Papua Barat), Dana Keistimewaan (D.I. Yogyakarta), dan Dana
Desa.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan
transfer dana perimbangan, dengan merujuk kepada Undang-undang nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah.
3.3.2.1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari pemungutan pajak
dan retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, penjualan aset
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro dan pendapatan bunga, serta keuntungan lain
dalam rangka pengadaan barang dan jasa. Pendapatan asli daerah mencerminkan
kemandirian daerah dalam memenuhi kebutuhan pendanaan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahannya. Dalam penelitian ini PAD dinyatakan dalam
satuan rupiah.
3.3.2.2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN, yang diberikan melalui
mekanisme transfer ke daerah dalam rangka desentralisasi fiskal yang bertujuan
untuk mendanai kebutuhan daerah. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi
28
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
Penyaluran dana perimbangan oleh pusat ke daerah ditujukan untuk mengurangi
kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta kesenjangan antar daerah. Selain itu,
dana perimbangan juga dijadikan sebagai alat kontrol pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah dalam rangka sinkronisasi arah pembangunan nasional. Dalam
penelitian ini Dana Perimbangan direpresentasikan dalam nilai rupiah.
3.3.3 Variabel Intervening
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel intervening adalah belanja infrastruktur.
Belanja infrastruktur adalah setiap pengeluaran yang menghasilkan aset dan dapat
dimanfaatkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat baik berupa infrastruktur
fisik maupun non fisik. Belanja infrastruktur direpresentasikan dalam bentuk nilai
rupiah.
3.4. Model Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan analisis regresi sebagai alat bagi peneliti dalam
menentukan hipotesis dan menguji hipotesis penelitian. Analisis dilakukan dengan
menguji ketergantungan dan keterkaitan antara variabel-variabel yang ada dengan
meramalkan rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel dependen.
Analisis penelitian ini menggunakan model regresi data panel. Model penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Substruktur I : BI = α1+ β1PAD + γ1DPR + ε1
Substruktur II : PE = α2+ β2PAD + γ2DPR + θ2BI + ε2
29
Dimana
BI : Belanja Infrastruktur
PAD : Pendapatan Asli Daerah
DPR : Dana Perimbangan (DAK dan DAU)
PE : Pertumbuhan Ekonomi
Α : Konstanta Regresi
β, γ, θ : Koefisien Regresi
Ε : Error term
3.4.1 Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data yang digunakan yaitu dengan metode analisis
kuantitatif. Data diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak khusus
analisis statistik ekonometri Eviews versi 9. Dalam menghasilkan hipotesis yang baik
untuk penelitian ini ditempuh langkah-langkah dalam proses pengolahan data yaitu :
1. Estimasi model regresi dengan model common effect, fixed effect, dan random
effect;
2. Uji signifikansi model common effect, fixed effect, dan random effect untuk
menentukan model terbaik untuk mengestimasi observasi yang ada;
3. Melakukan Uji Asumsi Klasik (jika yang model terpilih bukan random effect)
4. Pengujian statistik dengan regresi, uji t, dan dengan uji F;
5. Pengujian Hipotesis mediasi.
30
3.4.2 Pendekatan Model Regresi Data Panel
Data panel adalah kombinasi data cross section dan data time series. Dalam
mengestimasi regresi dalam model data panel terdapat tiga teknik standar yang
digunakan yaitu model common effect, fixed effect dan random effect. Model
Common effect adalah model sederhana yang hanya menggabungkan semua data time
series dan cross section, selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan
OLS (Ordinary Least Square). Asumsi dasar model ini adalah intersep dan slop
setiap variabel sama untu setiap objek. Sehingga dalam model penelitian ini, hasil
regresi dianggap berlaku untuk semua kabupaten/kota pada semua waktu. Sehingga
terdapat kelemahan dalam model ini adalah kesesuaian model dengan kondisi ril
kurang tergambarkan. Kondisi tiap objek dapat berbeda dan kondisi setiap objek satu
waktu dengan waktu lain bisa berbeda.
Fixed effect Model adalah model yang memasukan variabel boneka (dummy) untuk
mengatasi konsistensi intersep dan slope yang sulit dipenuhi dalam model data panel.
Dengan dimasukannya dummy variabel ini, perbedaan nilai parameter baik cross
section maupun time series diizinkan. Pendekatan dengan menggunakan variabel
dummy ini menggunakan analisis Least Square Dummy Variable (LSDV)
Random Effect Model adalah model yang menggunakan residual yang diduga
memiliki hubungan time series dan cross section, sehingga asumsi dasarnya adalah
setiap sampel memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel acak. Random
effect dapat digunakan untuk mengatasi ketidakpastian model yang menggunakan
31
dummy variabel sehingga degree of freedom menurun yang pada akhirnya akan
menekan efisiensi parameter penelitian.
3.4.3 Pemilihan Model
Dalam memilih model terbaik yang akan digunakan dalam estimasi model regresi
terbaik dalam penelitian, perlu dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut :
1. Uji Chow untuk menentukan model terbaik antara common effect model dengan
fixed effect model.
2. Uji Hausman untuk menentukan model terbaik antara fixed effect model dengan
random effect model.
3. Uji Lagrange Multiplier untuk menentukan model terbaik antara common effect
model dengan random effect model.
a. Uji Chow
Untuk melakukan uji Chow terlebih dahulu data diregresikan dengan model common
effect kemudian dibuatlah hipotesis untuk pengujian model yang diterima sebagai
berikut :
H0 : model yang dipilih common effect
Ha : model yang dipilih fixed effect
Kriteria penentuan model yang dipilih adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai probability F ≥ 0,05 maka H0 diterima, dan model common effect
dipilih.
2. Jika nilai probability F < 0,05 maka H0 ditolak, dan model fixed effect dipilih.
32
Bila kesimpulan menolak H0 dan memilih fixed effect pengujian dilanjutkan dengan
melakukan uji Hausman untuk membandingkan model terbaik antara fixed effect
dengan random effect. Akan tetapi, uji Hausman tidak dilakukan apabila hasil uji
Chow menerima H0 dan memilih common effect.
b. Uji Hausman
Pengujian ini dilakukan jika pada prosedur sebelumnya menolak H0, dengan kata lain
model yang dipilih adalah model fixed effect. Langkah awal adalah dengan
meregresikan model dengan menggunakan metode random effect. Lalu sebagai
kriteria utama pengujian disusunlah hipotesis sebagai berikut :
H0 : Model yang dipilih random effect
Ha : Model yang dipilih fixed effect
Pedoman dalam memutuskan hipotesis yang akan diterima dari kedua opsi di atas
dalam uji Hausman adalah :
1. Jika skor probability Chi-Square ≥ 0,05, maka H0 diterima yang artinya model
yang dipilih adalah random effect model.
2. Jika skor probability hi-Square < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya model yang dipilih adalah fixed effect model.
Bila H0 diterima dan random effect model terpilih sebagai model terbaik, maka
pengujian dilanjutkan dengan pengujian Lagrange Multiplier untuk menentukan
model terbaik yang akan dipilih antara common effect model dengan random effect
model.
33
c. Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji Lagrange Multiplier (LM) dilakukan untuk mengetahui manakah model terbaik
antara common effect model atau random effect model. Model ini mendasarkan pada
nilai residual dari model common effect. Dalam pengujian ini yang menjadi dasar
Chi-Square dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar jumlah variabel
independen. Hipotesis yang perlu diperhatikan adalah :
H0 : Model yang terbaik common effect
Ha : Model yang terbaik random effect
Kriteria utama dalam pengujian ini adalah dengan melihat nilai probability Cross-
section random. Jika nilai probability Cross-section random ≥ 0,05 maka H0
diterima, akan tetapi bila nilai probability Cross-section random < 0,05 maka Ha
diterima dan H0 ditolak.
3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk melihat gambaran data penelitian berupa
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PAD, Dana Perimbangan,
Belanja Infrastruktur, dan PDRB. Yang akan dipaparkan dalam analisis deskriptif
adalah nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata/mean, dan standar deviasi. Hal ini
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan sampel.
34
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan.
Kelayakan yang dimaksud adalah layak secara statistik yang mengandung makna
bebas dari masalah sebaran nilai residual yang tidak merata, terbebas dari
multikolinearitas, terbebas dari masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Dalam ketiga model regresi yang digunakan dalam analisis ini yaitu common effect
fixed effect,dan random effect menggunakan dua pendekatan yang berbeda dalam
analisisnya. Common effect dan fixed effect dalam analisisnya menggunakan
pendekatan Ordinary Least Square (OLS) sehingga apabila kedua model itu yang
dipilih, maka pengujian asumsi klasik harus dilakukan. Sementara itu, random effect
model dalam analisisnya menggunakan pendekatan Generalized Least Square (GLS),
dan menurut Gujarati dan Porter (2008) untuk analisis dengan metode ini tidak
diprasyaratkan dilakukan pengujian asumsi klasik karena persamaan yang
menggunakan pendekatan GLS diasumsikan sudah memenuhi asumsi klasik.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah model regresi memiliki nilai
residual yang tersebar secara merata atau tidak, lalu kurva nilai residual memiliki
kelandaian (slope) yang menggambarkan distribusi yang merata atau tidak. Hal ini
perlu dilakukan untuk memastikan bahwa model regresi ini memiliki sebaran normal
untuk memastikan model regresi tidak bias, memiliki varians yang minimum
sehingga memiliki pengestimasi yang efisien, serta model regresi yang konsisten
dalam mengistimasi.
35
Dalam model yang dibantu oleh Eviews , pengujian normalitas dilakukan dengan
meninjau nilai probabilitas Jarque-Bera (JB) dengan nilai signifikansi (α= 0,05),
sehingga hipotesis yang disusun untuk uji normalitas adalah sebagai berikut :
H0 : Data telah terdistribusi normal
Ha : Data tidak terdistribusi normal
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jika probabilitas JB ≥ 0,05 maka H0 diterima dan data telah terdistribusi normal.
2. Jika probabilitas JB < 0,05 maka H0 ditolak dan data tidak terdistribusi normal.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini untuk membuktikan apakah dalam model regresi terbebas dari korelasi
antar variabel independen. Karena untuk dapat dikatakan sebagai model regresi yang
baik, suatu model harus bebas dari masalah multikolinearitas. Untuk menguji apakah
terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilakukan dengan mengecek nilai korelasi
antar variabel. Bila nilai korelasi antar variabel (pairwise correlations) < 0,8 maka
tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk memastikan apakah model regresi
mengalami permasalahan heteroskedastisitas atau tidak. Heteroskedastisitas adalah
ketidaksamaan varians dari satu observasi ke observasi lain. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang memiliki kesamaan varians pada setiap observasi
(Homokedastis). Pengujian yang dilakukan adalah dengan meregresikan nilai absolut
36
residual dengan variabel-variabel independen dalam penelitian. Bila nilai signifikansi
hasil regresi tersebut ≥ 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Pengujian ini digunakan untuk mengukur apakah di dalam model regresi terjadi
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-
1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016). Autokorelasi akan menyebabkan varians sampel
tidak akan dapat menggambarkan varians populasinya sehingga timbul bias.
Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin-
Watson. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) pada
setiap model regresi. Kriteria dalam pendeteksian autokorelasi dengan derajat
signifikansi 5% (0,05)adalah sebagai berikut :
1. DW < -2 mengindikasikan adanya autokorelasi negative
2. -2 < DW < 2 mengindikasikan tidak adanya autokorelasi
3. DW > 2 mengindikasikan adanya autokorelasi positif.
3.6. Analisis Regresi
Setelah model terbaik untuk melakukan analisis model regresi diperoleh, dan uji
asumsi klasik telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan
analisis kekuatan pengaruh antara dua variabel serta menunjukan bagaimana arah
pengaruh tersebut dengan analisis regresi. Analisis regresi akan dilakukan dengan Uji
F dan uji t yang akan menggambarkan tingkat signifikansi.
37
3.6.1 Uji F
Pengujian ini dikenal juga dengan uji kelayakan model regresi. Jika nilai signifikansi
> 0,05 atau koefisien bernilai negative maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan), artinya model regresi tidak dapat digunakan sebagai alat analisis.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi 0,05 dan koefisien bernilai positif maka koefisien
regresi signifikan, artinya model regresi dapat digunakan sebagai alat analisis.
3.6.2 Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel dependennya. Jika nilai
signifikansi > 0,05 atau koefisien bernilai negative maka hipotesis ditolak (koefisien
regresi tidak signifikan), artinya secara parsial variabel bebas tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi
0,05 dan koefisien bernilai positif maka koefisien regresi signifikan, artinya variabel-
variabel independen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel
dependen.
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan mengukur kemampuan model untuk menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Nilai R2 terletak antara nol sampai dengan
satu, di mana semakin mendekati satu, maka variabel independen semakin memberi
informasi untuk memprediksi variabel dependen, dengan kata lain semakin mendekati
satu nilai R2 menunjukan kemampuan yang semakin kuat dalam menjelaskan
perubahan variabel independen terhadap variasi variabel dependen.
38
3.6.4 Uji Variabel Mediasi
Pengujian variabel mediasi akan dilakukan dengan metode causal step dengan
mengacu pada ketentuan Baron dan Kenny (1986) yaitu dengan metode perbedaan
koefisien, dengan analisis menggunakan variabel mediasi juga dengan analisis tanpa
variabel mediasi. Langkah-langkah pengujian variabel mediasi dengan metode
perbedaan koefisien adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel dependen
dengan menggunakan variabel mediasi.
2. Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tanpa
menggunakan variabel mediasi.
3. Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi.
4. Memeriksa pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen.
Sebagai kesimpulan dari keempat langkah pengujian variabel mediasi dengan metode
perbedaan koefisien dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika hasil pengujian 3 dan 4 signifikan, serta pengujian 1 tidak signifikan, maka
belanja infrastruktur merupakan variabel mediasi sempurna.
2. Jika pengujian 3 dan 4 signifikan dan pengujian 1 juga signifikan di mana
koefisien 1 < dari 2, maka belanja infrastruktur merupakan variabel mediasi
sebagian (parsial)
3. Jika pengujian 3 dan 4 signifikan dan pengujian 1 juga signifikan, di mana
koefisien pengujian 1 hampir sama atau sama dengan koefisien pengujian 2 maka
belanja infrastruktur bukan merupakan variabel mediasi.
39
4. Jika pengujian 3 atau pengujian 4 atau keduanya tidak signifikan, maka belanja
infrastruktur bukan merupakan variabel mediasi (Hair et all, 2010).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya penelitian ini membuktikan
bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan berpengaruh secara positif
signifikan terhadap belanja infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota
di Provinsi Lampung, akan tetapi belanja infrastruktur tidak memediasi hubungan
antara pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Uraian pengaruh per variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja
Infrastruktur dengan arah positif. Hal ini berarti semakin tingginya tingkat PAD
akan meningkatkan belanja infrastruktur daerah.
2. Dana perimbangan berpengaruh secara signifikan terhadap belanja infrastruktur
dengan arah positif. Hal ini berarti semakin besar dana perimbangan yang diterima
akan meningkatkan alokasi belanja infrastruktur.
3. Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi adalah signifikan dengan arah
positif. Hal ini menandakan bahwa peningkatan pendapatan asli daerah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
65
4. Pengaruh dana perimbangan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
arah positif.
5. Belanja infrastruktur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini mengindikasikan belanja infrastruktur yang diselenggarakan
tidak memiliki kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
6. Belanja Infrastruktur tidak memediasi hubungan antara pendapatan asli daerah dan
dana perimbangan dengan pertumbuhan ekonomi yang penyebabnya diindikasikan
karena tingginya belanja rutin dan rendahnya belanja infrastruktur yang hanya
sekitar 7% dari total belanja.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah memberikan bukti empiris mengenai hubungan antara PAD dan
dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui belanja infrastruktur
sebagai variabel intervening. Akan tetapi, penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan antara lain :
a. Variabel dana transfer yang diteliti merupakan penjumlahan ketiga komponen
dana perimbangan, sehingga pengaruh masing-masing akun seperti DAU, DAK
dan Dana Bagi Hasil secara individu tidak dapat diketahui.
b. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur
dengan nominal PDRB atas dasar harga konstan yang merupakan akumulasi
pendapatan total masyarakat dalam suatu wilayah dengan mengabaikan perubahan
tingkat harga sehingga efek inflasi diabaikan.
c. Jumlah sampel yang masih relatif kecil.
66
d. Variabel yang diuji pengaruhnya terhadap PDRB (indikator pertumbuhan
ekonomi) terbatas pada belanja pemerintah, sehingga pengaruh faktor-faktor lain
tidak dapat diketahui secara jelas.
5.3 Saran
Untuk penelitian selanjutnya penulis memberikan beberapa saran untuk perbaikan
penelitian sejenis agar hasil penelitian memberi dampak lebih luas baik kepada dunia
akademis secara teoritis maupun kepada para pemangku kepentingan lain dalam hal
ini Pemerintah Daerah. Saran-saran yang penulis sampaikan yaitu :
a. Merinci variabel independen menjadi akun-akun pada pos penerimaan dana
transfer dari pemerintah pusat dalam Laporan Realisasi Anggaran, sehingga
pengaruh masing-masing pos pendapatan tersebut dapat diukur secara memadai.
b. Menggunakan variabel independen yang lebih ril seperti laju pdrb, indeks
pembangunan manusia, angka pengangguran, dan pendapatan per kapita
penduduk. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan
variabel intervening yang lebih beragam misalnya penyertaan modal daerah,
belanja barang dan sebagainya.
c. Mengembangkan sampel tidak terbatas pada provinsi Lampung saja akan tetapi
bisa menggunakan sampel wilayah Sumatera Bagian Selatan yang meliputi
Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi dan Bengkulu.
Atau dapat pula digunakan sampel seluruh Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera
agar tingkat keterwakilan sampel seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia dapat
tergambarkan.
67
d. Mengambil variabel-variabel yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi lain
untuk diuji pengaruhnya terhadap PDRB seperti investasi, tingkat konsumsi
publik, neraca perdagangan, angka ekspor dan lain-lain. Hal tersebut ditujukan
agar penelitian selanjutnya dapat mengidentifikasi secara lebih jelas pengaruh
masing-masing komponen yang terdapat dalam informasi dalam laporan keuangan
terhadap PDRB (indikator pertumbuhan ekonomi), sehingga penggunaan
informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan dapat lebih nyata bagi
pertumbuhan ekonomi makro suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy dan Abdul Halim. 2003.Pengaruh Dana Alokasi Umum danPendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi KasusKabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Proceeding Simposium Nasional AkuntansiVI.
Aschauer, D.A., 1989. Is Public Investment Productive?. Journal of MonetaryEconomics.Vol.23. p 177-200.
Barro, R.J. 1991. Economic Growth in a Cross Section of Country. Quarterly Journalof Economics. Vol. 106. P 407-443
Baron, R.M. and Kenny, D.A. 1986. The moderator-mediator variable distinction insocial psychologi research : Conceptual, strategic, statistical considerations.Journal of Personality and Social Psychology, 51(6), p.1173
Brodjonegoro, Bambang and Shinji Asanuma. 2000. The Regional Autonomy andFiscal Decentralization in Democratic Indonesia. Hitotsubashi Journal ofEconomics, Vol 41 No.2.
Brodjonegoro, Bambang. 2001. Indonesian Intergovernmental Transfer inDecentralization Era : The Case of General Allocation Fund. Proceeding AnInternational Symposium on Intergovernmental Transfer in Asian Countries :Issues and Practices. Hitotsubashi University, Tokyo
_______________________. 2003. The Indonesian Decentralization After LawRevision: Toward a Better Future?. Proceeding International Symposium inIndonesia’s Decentralization Policy : Problems and Policy Directions.Hitotsubashi University, Tokyo.
Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PendapatanAsli Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian AnggaranBelanja Modal.. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi X. UniversitasHasanuddin. Makassar.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.Semarang: Universitas Diponegoro.
Gramlich, Edward M. 1994. Infrastructure Investment : A Review Essay. Journal ofEconomic Literature Vol. XXXII (September 1994), pp 1176-1196.
Green, Keith. 2005. Decentralization and Good Governance : The Case of Indonesia.MPRA Paper No. 18097. Munich Personal RePec Archive.
Hair, Joseph F.; William C. Black; Barry J. Babin; Rolph E. Anderson. 2010.Multivariate Data Analysys, Seventh Edition. Pearson Prantice Hall.
Lupia, Arthur and Mathew McCubins. 2000. Representation or Abdication? HowCitizens Use Institutions to Help Delegation Succeed. European Journal ofPolitical Research 37: 291-307.
Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta : Penerbit Andi.
Meianto, Edi; Betri dan Cherry Dia Wenny. 2014. Pengaruh Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah dan Luas Wilayah terhadapBelanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan. Jurnal AkuntansiSTIE Multi Data Palembang.
Novianto, Riko dan Rafiudin Hanafiah. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modalpada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. JurnalEkonomi Vol.4 No1 Januari-Juni 2015.
Panji, I Putu Barat dan I.G.W. Murjana Yasa. 2016. Pengaruh PAD Dan DAUTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Belanja Modal di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 5, No.3, Maret 2016 p316-337.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 stdd Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan KeuanganDaerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan.
Permatasari, Isti dan Titik Mildawati. Pengaruh Pendapatan Daerah terhadapBelanja Modal pada Kabupaten/Kota Jawa Timur. Jurnal Ilmu dan RisetAkuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016.
Rondinelli, Denis A. and G. Shabir Cheema. 1983. Implementing DecentralizationPolicies. California: SAGE Publication.
Sahoo, Pravakar; Ranjan Kumar Dash; Geethanjali Nataraj. 2010. InfrastructureDevelopment and Economic Growth in China. IDE Discussion Paper No 261.2010. Institute of Developing Economies, JETRO.
Setiyawati, Anis dan Ardi Hamzah. 2007. Analisis Pengaruh PAD, DAU, DAK danBelanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, danPengangguran : Pendekatan Analisis Jalur. Jurnal Akuntansi dan KeuanganIndonesia, Vol 4, No. 2, Desember 2007, hal 211-228.
Seymour, Richard; Sarah Turner. 2002. Otonomi Daerah : Indonesia’sDecentralication Experiment. New Zealand Journal of Asian Studies 4,2(December, 2002) 33-51.
Silver, Christopher; Iwan J. Azis; Larry Schroeder. 2001. Intergovernmental Transferand Decentralization in Indonesia.. Bulletin of Indonesian Economic Studies,vol 37 no 3, 2001: 345-62.
Siswiyanti, Pungky, 2015. Pengaruh PAD, DAU, DAK Terhadap PertumbuhanEkonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening. JurnalAkuntansi Akrual Vol 7 no 1, Oktober 2015, hal 1-17.
Sumardjoko, Imam dan Andry Irwanto. 2015. Peran Transfer Dana Penyesuaian danDana Perimbangan terhadap Peningkatan Belanja Modal Daerah untukMenciptakan Quality Spending. Proceeding Seminar Nasional Akuntansi XVIIIUniversitas Sumatera Utara. Medan.
Sumarmi, Saptaningsih. 2010.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana AlokasiUmum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal DaerahKabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Jurnal Akmenika UniversitasPGRI Yogyakarta Edisi IV (April 2010), hal 90-100.
Sumartini, Ni Komang Ayuk dan I.G.W. Murjana Yasa. 2015. Pengaruh PAD danDAU Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Belanja Modal di Provinsi Bali.E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 4, April2015 p 258-271.
Tambunan, Tulus. 2006. Upaya-upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. ProseedingSeminar Peningkatan Daya Saing Dunia Usaha Indonesia. Kamar Dagang danIndustri Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 stdd Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 stdbtd Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Wong, John D. 2004. The Fiscal Impact of Economic Growth and Development onLocal Government Capacity. Journal of Public Bugeting., Accounting andFinancial Management. Fall. 16.3. 799-816
Recommended